Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global. Ada lima isu
penting yang terkait dengan keselamatan (safety) yaitu :
keselamatan pasien (patien safety) keselamatan pekerja atau
petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di
puskesmas yang bias berdampak terhadap keselamatan pasien
dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang
berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan
“bisnis” yang terkait dengan kelangsungan hidup puskesmas.
Kelima aspek keselamatan tersebut sangatlah penting untuk
dilaksanakan. Namunharus diakui kegiatan-kegiatan institusi
kesehatan dapat berjalan apabila ada pasien. Karena itu
keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk
dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra
puskesmas. Harus diakui, pelayanan kesehatan pada dasarnya
adalah untuk menyelamatkan pasien sesuai dengan yang
diucapkan hipocrates kira- kira 2400 tahun yang lalu yaitu
primum, non nocere (first, do no harm). Namun diakui dengan
semakin berkembangnya ilmu dan teknologi pelayanan kesehatan
menjadi semakin kompeks dan berpotensi terjadinya kejadian
tidak diharapkan-KTD (Adverse event) apabila tidak dilakukan
dengan hati-hati. Dipuskesmas terdapat ratusan macam
obat,ratusan tes dan prosedur, banyak alat dengan
tehnologinya,bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang
siap memberikan pelayanan pasien 24 jam terus
menerus.keragaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila
tidak dikelola dengan baik dapat terjadi KTD. Mengingat
keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat maka
pelaksanaan program keselamatan pasien tersebut.

B. Tujuan Pedoman
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien dipuskesmas
2. Meningkatnya akuntabilitas Puskesmas terhadap pasien dan
masyarakat
3. Menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di Puskesmas
4. Terlaksanakan program-program pencegahan sehingga tidak
terjadi pengulanggan kejadian tidak diharapkan

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup pelayanan keselamatan pasien meliputi
pelayanan rawat jalan di Puskesmas Ramung dari pasien datang
sampai pasien pulang.
D. Batasan Operasional
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu system
dimana puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem
tersebut meliputi : assesment risiko,identifikasi dan pengelolaan
hal yang berhubungan dengan resiko pasien,pelaporan dan
analisis insiden,kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya resiko.Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksakan suatau tindakan atau tdak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan.

E. Landasan Hukum
Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan.
Peraturan MenteriKesehatan No.1691 Tahun 2011 Tentang
keselamatan pasien.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Tim keselamatan pasien Puskesmas terdiri dari
1. Pimpinan Puskesmas/Kepala Puskesmas
2. Ketua Tim :Dokter umum
3. Anggota Tim :Dokter Umum
Dokter Gigi
Petugas pendaftaran
Bidan
Perawat Umum dan Perawat Gigi
Asisten Apoteker (Petugas Obat)
Petugas laboratorium(Analisis Laboratorium)

B. Distribusi Ketenagaan
Pada setiap hari jam kerja 08:00-14:00Wib,kecuali hari jumat
jam 08.00-11.30 Wib didistribusikan ketenagaan adalah sebagai
berikut:
1. Pendaftaran : 5 Petugas
2. Resepsionis : 3 Petugas
3. Poli Umum : 2 dokter umum, 8 perawat
4. Poli Gigi : 1 dokter gigi, 3 perawat gigi
5. Poli Ibu : 4 bidan
6. Poli Anak : 1 dokter umum, 3 perawat
7. Gizi : 1 petugas
8. UGD : 1 dokter umum, 6 perawat
9. Imunisasi : 2 petugas
10. Laboratorium : 3 analis
11. Farmasi : 2 petugas
12. MTBS : 1 Dokter, 4 Perawat
13. Promkes :2
14.
15. 0rang
16. Kesling : 2 Orang
17. P2P : 2 Orang

Jadwal kegiatan:
1. Pengaturan jadwal jaga dokter, perawat dan bidan dibuat
bersama-sama dan dipertanggung jawabkan oleh koordinator
klinis,koordinator bidan dan koordinator perawat.
2. Jadwal dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan
didistribusikan pada akhir bulan sebelum pelaksanaan
jadwal.
3. Untuk tenaga dokter,bidan maupun perawat yang membuat
keperluan penting pada hari tertentu,maka petugas tersebut
dapat bertukar jadwal dengan sejawatnya dan mencatatkan
perubahan tersebut dilembar jadwal jaga.
B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas dan Sarana
Ruang pelayan kepada pasien pada umumnya berlokasi
dilantai bawah gedung puskesmas sehingga memudahkan bagi
pasien untuk mengakses.
Bagian depan gedung berdekatan dengan pintu masuk
terdapat meja resepsionis. Bagian pendaftaran (ruang kartu)
terletak dibagian dalam gedung, berdekatan dengan pintu
masuk terdapat meja kerja, lemari status dan perangkat
komputer sehingga mudah diakses.
Ruang farmasi (gudang obat) memiliki sarana meja kerja,
meja tempat menyiapkan resep, lemari obat, kulkas dan
perangkat komputer.
Tangga untuk mengakses ruang administrasi yang terdapat
dilantai 2.
Poli umum/merupakan ruangan dengan 2 meja
pemeriksaan dokter dengan 1 bed pemeriksaan. Dibagian
depan ruangan ini disisi pintu masuk terdapat meja anamnesis
sekaligus pemeriksaan awal oleh perawat. Ruangan ini tidak
memiliki wastafel sebagai sarana cuci tangan, tetapi ruangan
ini menggunakan cairan antiseptik bagi petugas setelah
melakukan tindakan kepada pasien.
Poli anak/MTBS merupakan ruangan dengan 1 meja
pemeriksaan dokter dengan 1 bed pemeriksaan. Dibagian
depan ruangan ini disisi pintu masuk terdapat meja anamnesis
sekaligus pemeriksaan awal oleh perawat. Ruangan ini tidak
memiliki wastafel sebagai sarana cuci tangan, tetapi ruangan
ini menggunakan cairan antiseptik bagi petugas setelah
melakukan tindakan kepada pasien.
Ruang tunggu pasien berhadapan langsung dengan poli
umum,yang terdapat beberapa kursi tunggu pasien dan
televisi.
Poli gigi memiliki 1 meja pemeriksaan dokter,3 perawat, 2
lemari peralatan dan wastafel.
Ruang KIA/KB memberi pelayanan berupa pemeriksaan
ibu hamil dan pelayanan KB. Ruangan KIA memiliki meja
administrasi, bed pemeriksaan dan lemari peralatan.
Poli gizi terdapat 1 meja 2 kursi dan 1 lemari.
Ruang imunisasi memberi pelayanan imunisasi kepada
balita, ibu hamil dan calon pengantin. Ruangan ini terdapat 1
meja, 3 kursi, 1 lemari, kulkas vaksin.
Ruang laboratorium mempunyai meja administrasi, meja
kerja sekaligus meja peralatan, lemari reagen, kulkas, tempat
cuci peralatan.
Ruang Surveilans dan Kesling terdapat 1 meja, 2 kursi, 1
lemari dan 1 komputer sebagai sarana system informasi
puskesmas.
Ruang PROMKES terdapat 1 meja, 2 kursi, 1 lemari dan 1
komputer sebagai sarana system informasi puskesmas.
UGD adalah satu bagian yang menyediakan penanganan
awal bagi pasien yang menderita sakit dan cidera, yang dapat
mengancam kelangsungan hidupnya. Di UGD terdapat 1
dokter umum, 5 perawat, 1meja, 4 kursi, 3 brangkar dan 1
lemari.

2. Peralatan

No Ruang Alat Keterangan


1 Pendaftaran  Alat tulis
 Buku register
 Komputer
 Nomor antrian
2 Poli Umum  Tensimeter
 Stetoskop
 Termometer
 Hammer
 Senter
 Diagnostik set
 Timbangan
 Pengukurtinggi badan
 Pita pengukur
 Autoskop
 Hanskun
 Masker
5 Poli Gigi  Dental unit
 Diagnostik set
 Tensimeter
 Tang pencabutan gigi
dewasa dan anak-
anak
 Bein crayer
 Bor gigi
 Carpul
 Alat penambalan
 Spuit
 Masker
 Hanskun
6 Poli Ibu  Tensimeter
 Stetoskop
 Stetoskop laennec
 Termometer
 Doppler
 KB set
 Spuit
 Pita pengukur
7 MTBS
 Stetoskop
 Hammer
 Senter
 Diagnostik set
 Timbangan
 Pengukur tinggi
badan
 Pita pengukur
9 Gizi  Timbangan
 Alat pengukur tinggi
badan
 Centimeter
 Toa
10 UGD  Bed
 Standar infus
 Alat vital sign
 Oksigen
 Set heating
 Nebulizer
 Secsion
 Set GV
 Infuset
 Kateter
 Kursi roda
 Brangkar
 Handskun
 Masker
 Autoskop
 Troli
11 Imunisasi  Kulkas penyimpanan
vaksin
 Spuit
 Masker
 Handskun
 Timbangan bayi
13 Laboratorium  Centrifuge
 Lampu spiritus
 Objek glass
 Tabung
 Mikroskop
 Spuit
 Pipet mikro
 Bok slide
14 Farmasi  Mortil dan stanfel
 Blender
 Kalkulator
 Plastik obat
 Label obat
 Shaker
 Sendok obat
 Kertas puyer

BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar


yaitu:
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan layanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien

Uraian tujuh standar tersebut diatas adalah sebagai berikut:


Standar I. Hak pasien

Standar:
Pasien dan keluargannya mempunyai hak untuk mendapatkan
informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan
terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan

Kriteria:
1.1 Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
1.2 Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana
pelayanan.
1.3 Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan
penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien dan
keluargannya tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan
ataw prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya
Kejadian Tidak Diharapkan.
Standar II Mendidik pasien dan keluarga
Standar :
Puskesmas harus mendidik pasien dan keluargannya tentang
kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.

kriteria:
keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan
keterlibatan pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan.
karena itu ,dipuskesmas harus ada sistem dan mekanisme mendidik
pasien dan keluargannya tentangkewajiban dan tanggung jawab pasien
dalam asuhan pasien. dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien
dan keluarga dapat :
1. memberikan informasi yang benar,jelas,lengkap dan jujur.
2. mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga
3. mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak
dimengerti
4. memahai dan menerima konsekuensi pelayanan.
5. mematuhi intruksi dan menghormati peraturan puskesmas
6. memperlihatkan sikap menghormati dan tengang rasa
7. memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

Standart III. keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan


Stadar :
Puskesmas menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin
koordinasi antara tenaga dan antar unit pelayanan.

Kriteria
3.1. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat
pasien masuk, pemeriksaan diagnosis, perencanaan pelayanan,
tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari
puskesmas
3.2. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan
kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya secara
berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan
transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar
3.3. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningaktan
komunikasi umtuk memfasilitasi dukungan keluarga,pelayanan
kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya
3.4. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi
kesehatan sehingga dapat tercapainya proses koordinasi tanpa
hambatan, aman dan efektif

Standar IV. penggunaan metode-metode peningaktan kinerja untuk


melakukan evaluasi dan program peningkatan
keselamatan pasien.
Standar:
Puskesmas harus mendesing proses baru atau memperbaiki proses
yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pngumpulan
data, menganalisis secara intensif kejadian tidak di harapkan, dan
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan
pasien.

Kriteria
4.1. Setiap puskesmas harus melakukan proses perancangan (design)
yang baik. mengacu kepada visi, misi, dan tujuan puskesmas,
kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis
terkait, praktik bisnis yang sehat faktor-faktor lain yang berpotensi
resiko bagi psien sesuai dengan “tujuh langkah meuju
keselamatan pasien puskesmas”
4.2. Setiap puskesmas harus melakukan pengumpulan data kinerja
yang antar lain terkait dengan pelaporan insiden, akreditasi,
manajemen resiko, utilisasi, mutu pelyanan, keuangan.
4.3. Setiap puskesmas harus melakukan evaluasi intensif terkait
dengan semua Kejadian Tidak Diharapakan, dan secara proaktif
melakukan evaluasi dan proses kasus resiko tinggi.
4.4. Setiap puskesmas harus menggunakan semua data dan informasi
hasil analisis untuk menentukan perubahan sistem yang di
perlukan, agar kinerja dan keselamatan pasien terjamin.

StandarV. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan


pasien
standar:
1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program
keselamatan pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui
penerapan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien
puskesmas”.
2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk
identifikasi resiko keselamatan pasien dan program menekan
untuk menguragi Kejadian Tidak Diharapkan
3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan
koordinasi antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan
keputusan tentang keselamatan pasien.
4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk
mengukur, mengkaji, dan meningkatkan kinerjaPuskesmas serta
meningkatkan keselamatan pasien.
5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja puskesmas dan keselamatan pasien.

Kriteria:
5.1. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan
pasien.
5.2.Tersedia progam proaktif untuk identifikasi resiko keselamatan dan
progam meminimalkan insiden, yg mencakup jenis-jenis kejadian
yang memerlukan perhatian,mulai dari “kejadian nyaris cedera”
(near miss) sampai dengan “kejadian tidak diharapkan” (Adverse
event).
5.3. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua
komponen dari puskesmas terintergrasi dan berpartisipasi dalam
program kesalamtan pasien
5.4. Tersedia prosedur “cepat- tanggap” terhadap insiden, termasuk
asuhan kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko
pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar dan jelas
untuk keperluan analisis
5.5. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan ekternal berkaitan
dengan insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan
jelas tentang analisis akar masalah (RCA) “ kejadian nyaris cedera”
(near miss) dan “kejadian sentinel” pada saat program
keselamatan pesien mulai dilaksanakan.
5.6. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden,
misalnya menangani “kejadian sentinel” (sentinel event) atau
kegiatan proaktif untuk memperkecil resiko,termasuk mekanisme
untuk mendukung staf dalam kaitan dengan “ kejadian sentinel”
5.7. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar
unit dan antar pengelola pelayanan didalam puskesmas dengan
pendekatan antar disiplin.
5.8. Tersedia sumberdaya dan system informasi yang dibutuhkan
dalam kegiatan perbaikan kinerja puskesmas dan perbaikan
keselamatan pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap
kecukupan sumber daya tersebut
5.9. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi
menggunakan kriteria objektif untuk mengevaluasi perbaikan
kinerja puskesmas dan keselamatan pasien, termasuk rencana
tindak lanjut dan implementasinya

Standar VI. Mendidik staf tentang keselamatan pasien


Standar:
1. Puskesmas memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi
untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan
keselamatan pasien secara jelas.
2. Puskesmas menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang
bekelajutan untuk meningkatkan dan memelihara competensi staf
serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan
pasien.
Kriteria:
6.1 Puskesmas harus memiliki program pendidikan,pelatihan,dan
orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien
sesuai dengan tugasnya masing-masing
6.2 Setiap puskesmas harus mengintgrasikan topik keselamatan
pasien dalam setiap kegiatan menservice training dan member
pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden
6.3 Setiap puskesmas harus mnyelenggarakan pelatihan tentang kerja
sama kelompok (team work) guna mendukung pendekatan
interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien
Standar VII. komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mengenai
keselamatan pasien
Standar:
1. Puskesmas merencanakan dan melaksanakan proses kesealmatan
memberikan informasi keselamatan apsien untuk memenuhi
kebutuhan informasi internal dan eksternal
2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat

Kriteria:
7.1. Perlu di sediakan anggaran untuk merencanakan proses dan
proses implementasi memproleh data dan informasi tentang hal
hal terkait dengan keselamatan pasien
7.2. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan komunikasi untuk
interfensi menejemen yang ada

BAB V
LOGISTIK

Tidak kalah penting dalam pedoman keselamatan pasien ini


adalah tentang ketersediaan logistik, yang anatar lain berupa form-
form pelporan maupun sarana yang di butuhkan untuk pencatatan
dan pelaporan kejadian kejadian maupun hasil diskusi adanya potensi
yang mampu mempengaruhi keselamatan pasien.
1. Form pelaporan isiden KTD, KNC, KPC, Resiko medik
2. Form petunjuk keselamatan dalam gedung
3. Petunjuk lantai bawah
4. Peralatan kebersihan lingkungan
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Langkah-langkah kegiatan dalam keselamatan pasien adalah sebagai


berikut.
1. Puskesmas membentuk Tim Keselamatan Pasien,dengan susunan
organisasi sebagai berikut:ketua dokter umum,anggota
dokter,perawat,tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya
2. Puskesmas mengembangkan syestem informasi pencatatan dan
pelaporan internal tentang insiden.
3. Puskesmas melakukan pelaporan insiden kekomite keselamatan
pasien dinas kesehatan kabupaten kota secara rahasia.
4. Puskesmas memenuhi standar keselamatan pasien dan
merupakan tujuan langkah menuju keselamatan pasien.
Tujuh langkah keselamatan pasien puskesmas merupakan panduan
yang komprehensif untuk menuju keselamatan pasien,sehingga tujuh
langkah tersebut secara menyeluruh harus dilaksanakan oleh setiap
puskesmas.
Uraian Tujuh langkah menuju keselamatan pasien adalah sebagai
berikut
1. Bagian kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Memimpin dan mendukung staf
3. Integrasikan aktifitas
4. Kembangkan sistem pelaporan
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6. Belajar dan berbagai pengalaman tentang keselamatan pasien.
7. Cegah cedera melalui implentasi system keselamatan pasien.

Dalam pelaksanaan tujuh langkah tersebut tidak harus berurutan dan


tidak harus serentak,pilih langkah-langkah yang paling strategis dan
paling mudah dilaksanakn dipuskesmas.
Bila langkah-langkah ini berhasil maka kembangkan langkah-langkah
yang belum dilaksanakan.Bila tujuh langkah ini telah dilaksanakan
dengan baik puskesmas dapat menambah penggunaan metode-metode
lainnya.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Kesehatan dan keselamatan kerja (k3) adalah bidang yang terkait


dengan kesehatan keselamatan dan kesejahteraan manusia yang
bekerja disebuah institusi maupun lokasi proyek. Tujuan k3 adalah
untuk memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja. K3
juga melindungi rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen dan orang
lain yang juga mungkin terpengaruh kondisi lingkungan kerja.
Kesehatan dan keselamatan kerja cukup penting bagi moral, legalitas,
dan financial. Semua organisasi memiliki kewajiban untuk memastikan
bahwa pekerja dan orang lain yang terlibat tetap berada dalam kondisi
aman sepanjang waktu. Praktek k3 / keselamatan kesehatan kerja
meliputi pencegahan, pemberian sanksi dan kompensasi, juga
penyembuhan luka dan perawatan untuk pekerja dan menyediakan
perawatan kesehatan dan cuti sakit.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Untuk menjamin pengendalian mutu keselamatan pasien, maka yang


harus dilakukan adalah :
1. Setiap unit kerja di Puskesmas mencatat semua kejadian terkait
dengan keselamatan pasien (Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian
Tidak Diharapkan dan Kejadian Potensial cedera) pada formulir
yang sudah disediakan oleh Puskesmas.
2. Setiap unit kerja melaporkan semua kejadian terkait dengan
keselamatan pasien (Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak
Diharapkan dan Kejadian Potensial cedera) kepada Tim
Keselamatan Pasien pada formulir yang sudah disediakan.
3. Tim Keselamatan Pasien menganalisi akar penyebab masalah
semua kejadian yang dilaporkan oleh unit kerja.
4. Berdasarkan hasil analisis akar masalah maka Tim Keselamatan
Pasien merekomendasikan solusi pemecahan dan mengirimkan
hasil solusi pemecahan maslah kepada pimpinan Puskesmas.
5. Pimpinan Puskesmas melaporkan insiden dan hasil solusi
pemecahan masalah ke Komite Keselamatan Pasien setiap
kejadiannya insiden dan keselamatan melakukan analisis akar
masalah yang bersifat rahasia.
6. Pimpinan Puskesmas melakukan monitoring dan evaluasi pada
unit kerja di Puskesmas terkait dengan pelaksanaan keselamatan
pasien di unit kerja.
BAB IX
PENUTUP

Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap


pelayanan di puskesmas maka pelaksanaan kegiatan pasien
puskesmas sangatlah penting. Melalui kegiatan ini diharapkan terjadi
penekanan/penurunan insiden sehingga dapat lebih meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap puskesmas di Indonesia. Program
keselamatan pasien merupakan never ending proses,karena itu
diperlukan budaya termasuk motivasi yang cukup tinggi untuk
bersedia melaksanakan program keselamatan secara
berkesinambungan dan berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai