TPST Bantar Gebang Isi Oke
TPST Bantar Gebang Isi Oke
2 D-IV A
Dosen :
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari, manusia tidak lepas dari kebutuhannya
terhadap lingkungan. Manusia memperoleh daya dan tenaga serta pemenuhan kebutuhan
baik kebutuhan primer, sekunder, tersier, serta segala keinginan lainnya dari lingkungan.
Masalah lingkungan timbul karena adanya interaksi antara aktivitas ekonomi dan eksistensi
sumberdaya alam yang dapat berdampak kepada degradasi lingkungan maupun sumberdaya
itu sendiri. Aktivitas ekonomi yang dilakukan tanpa memperhatikan keseimbangan ekologi
dapat menyebabkan penurunan daya dukung atau bahkan dapat menyebabkan kerusakan
lingkungan dan sumberdaya alam.
Berikut Tabel Jumlah Produksi dan Terangkut Sampah Jakarta per Kota Madya
1
KOTA MADYA TAHUN 2013 TAHUN 2014
Jakarta Pusat 5.466 Ton 5.383 Ton
Jakarta Utara 4.413 Ton 4.393 Ton
Jakarta Selatan 5.489 Ton 5.341 Ton
Jakarta Barat 5.500 Ton 5.279 Ton
Jakarta Timur 5.576 Ton 5.508 Ton
Sampah yang dihasilkan wilayah DKI Jakarta dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) Sampah Bantargebang Bekasi yang memiliki luas areal sebesar 108 hektar. Setiap
harinya sekitar 6000 ton sampah di buang ke TPA Bantargebang, maka di tempat tersebut
terdapat gunungan sampah yang tingginya mencapai 25 meter.
Untuk itu diperlukan sistem pengolahan sampah yang efektif, sehingga sampah-
sampah yang dihasilkan dapat diolah sebaik mungkin dapat meminimalisir dampak sampah
jika tidak diolah.
1.2 Tujuan
Mahasiswa memahami tentang sistem pengolahan sampah di TPST Bantar Gebang.
Mahasiswa memahami tentang pemanfaatan sampah organik melalui proses
Komposting di TPST Bantar Gebang.
Mahasiswa memahami tentang pengolahan Air Lindi melalui Instalasi Pengolahan Air
Sampah (IPAS) di TPST Bantar Gebang.
2
Bantar Gebang, nama salah satu kecamatan di Kota Bekasi ini sudah tak asing lagi di
telinga masyarakat. Di tanah seluas 108 hektare ini merupakan salah satu tempat yang sangat
diandalkan Jakarta. Ibu kota sangat bergantung dengan keberadaan TPST Bantar Gebang.
ilansir dari buku berjudul 'Konflik Sampah Kota' yang ditulis Ali Anwar. Pesatnya
pertumbuhan penduduk jasa dan perdagangan di Jakarta membuat volume sampah di Ibu
Kota mengalami peningkatan.
Pada awal sampai pertengahan 1980-an volume sampah di Jakarta sudah mencapai
12.000 meter kubik per hari. Pada mulanya DKI memilih lokasi pembuangan akhir di Ujung
Menteng, Jakarta Timur. Namun tampaknya tidak strategis karena sudah dipadati perumahan
dan industri. Selanjutnya pilihan jatuh ke luar Jakarta yakni wilayah Bodetabek. Setelah
melalui berbagai pertimbangan DKI memilih Kota Bekasi (saat itu masih menjadi bagian
Kabupaten Bekasi).
Ada dua wilayah yang menjadi lokasi yakni, kawasan Medan Satria dan Bantar
Gebang. Pada 30 Januari 1985, Badan Kerja Sama Pembangunan (BKSP) Jabodetabek dan
Pemprov Jabar secara resmi mengajukan surat ke Bupati Bekasi Suko Martono terkait
rencana DKI untuk membebaskan lahan di dua tempat tersebut.
Surat ini langsung direspon Bupati. Setelah melakukan kajian akhirnya dipilih Bantar
Gebang sebagai lokasi pembuangan sampah. Itu dikarenakan disana terdapat kolam-kolam
raksasa berukuran ratusan hektare bekas pengerukan tanah. Setelah melakukan berbagai
pembahasan akhirnya Yogie SM selaku Gubernur Jabar saat itu menyetujui izin lokasi
pembebasan tanah dengan 15 syarat, pada 26 Januari 1986. Sejak itulah TPA kini TPST
Bantar Gebang resmi beroperasi hingga kini.
TAHUN PENGELOLA
AGUSTUS 1989 – 2004 DINAS KEBERSIHAN PROV. DKI JAKARTA
2004 – 2006 PIHAK SWASTA
2007 – NOVEMBER 2008 DINAS KEBERSIHAN PROV. DKI JAKARTA
DESEMBER 2008 – JULI
PIHAK SWASTA
2016
3
SEKARANG DINAS LINGKUNGAN HIDUP PROV. DKI JAKARTA
4
Luas Zona Lahan Urug Saniter
Zona Luas(Ha)
Zona I 18,3
Zona II 17,7
Zona III 25,41
Zona IV 11,0
Zona V 9,5
Luas Zona yang ada 81,91
Total Luas TPST
110,3
Bantargebang
Unit Pengelola Sampah Terpadu (UPST) merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas
Lingkungan Hidup dalam pelaksanaan pengolahan sampah terpadu. Unit Pengelola Sampah
Terpadu dipimpin oleh seorang Kepala Unit yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Unit Pengelola Sampah Terpadu mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan
sampah terpadu, dengan menyelenggarakan fungsi, antara lain:
Penyusunan pedoman, standar dan prosedur teknis Unit Pengelola Sampah Terpadu
Pengaturan dan pelaksanaan kegiatan di Pengolahan Sampah Terpadu
Pengaturan dan pelaksanaan kegiatan pengangkutan sampah dari tempat pengolahan
sampah terpadu menengah ke tempat pemrosesan akhir
Pengaturan dan pelaksanaan kegiatan sistem monitoring pengolahan sampah terpadu
dengan sistem informasi dan teknologi informasi
Pelaksanaan penyediaan prasarana dan sarana kerja teknis kebersihan sebagai
pendukung pelaksanaan pengelolaan dan/ atau pengolahan sampah terpadu dan
pengelolaan kawasan mandiri
Pelaksanaan penggunaan prasarana dan sarana kerja teknis kebersihan untuk
pengelolaan dan/atau pengolahan sampah terpadu dan pengelolaan kawasan mandiri
Pengelolaan dan/atau pengelolaan pengolahan sampah terpadu dengan menggunakan
teknologi yang ramah lingkungan
5
Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan SKPD/UKPD dan instansi terkait
dalam rangka pelaksanaan pengelolaan dan/atau pengolahan sampah terpadu dan
pengelolaan kawasan mandiri
Pelaksanaan koordinasi pengawasan dan pengendalian pengelolaan dan/atau
pengolahan sampah terpadu dan pengelolaan kawasan mandiri dengan SKPD /UKPD
dan instansi terkait
Pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi pengelolaan dan/atau pengolahan
sampah terpadu dan pengelolaan kawasan mandiri dan instansi pemerintah dan/atau
swasta
Pelaksanaan pemeliharaan dan perawatan prasarana dan sarana kerja teknis
kebersihan
Pelaksanaan publikasi kegiatan dan pengaturan acara Unit Pengelola Sampah Terpadu
Penerimaan, pemungutan, penatausahaan, penyetoran, pelaporan dan
pertanggungjawaban retribusi sampah pada area pengelolaan dan/atau pengolahan
sampah terpadu dan area pengelolaan kawasan mandiri
Unit Pengelola Sampah Terpadu Dinas Lingkungan Hidup, mempunyai kegiatan strategis
berupa:
Pengelolaan TPST Bantargebang
Pengelolaan sampah pada kawasan secara mandiri
Rencana Pengelolaan Intermediate Treatment Facilities (ITF)
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta
berupaya untuk menangani permasalahan sampah tersebut dengan membangun alternatif
fasilitas pengolahan sampah di dalam kota. Fasilitas pengolahan sebagaimana dimaksud yaitu
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah atau Intermediate Treatment Facility (ITF). Sesuai
dengan Masterplan Pengelolaan Sampah Provinsi DKI Jakarta tahun 2012-2032, fasilitas
tersebut akan dibangun di 4 (empat) lokasi berbeda di DKI Jakarta, antara lain di Sunter,
6
Marunda, Cakung, dan Duri Kosambi, sehingga apabila fasilitas ini dibangun, maka akan
dapat mengurangi ketergantungan dengan TPST Bantargebang.
Pembangunan PLTSa/ITF ini bertujuan untuk mereduksi sampah sebanyak 80- 90%
dari kapasitas total jumlah sampah pada setiap fasilitas PLTSa/ITF (Kementerian ESDM RI,
2015). Pengolahan sampah tersebut melalui perubahan bentuk, komposisi, dan volume
sampah dengan menggunakan teknologi pengolahan sampah tepat guna dan ramah
lingkungan yang memenuhi persyaratan teknis, finansial, dan sosial. Klasifikasi teknologi
yang akan dibangun dan dioperasikan tersebut terbagi ke dalam 4 (empat) jenis yaitu dengan
menggunakan Teknologi Incinerator, Gasifikasi, Pyrolisis, dan Refuse Derived Fuel (RDF).
7
Penghematan biaya transportasi, Operasional (BBM, pelumas), perawatan, termasuk
biaya suku cadang kendaraan angkut sampah.
Mendapatkan beberapa penyedia Jasa Pengolahan sampah sehingga tidak memiliki
ketergantungan terhadap satu penyedia saja.
8
Sistem Penimbangan Sampah Online
Unit Pengelola Sampah Terpadu (UPST) Dinas Lingkungan Hidup Provinsi
DKI Jakarta sebagai pelaksana pekerjaan monitoring dan penimbangan sampah di
TPST Bantargebang, menggunakan penimbangan masuk dan keluar secara digital
dengan sensor loadcell dan didukung dengan aplikasi web-based yang dapat diakses
secara online oleh pihak yang berkepentingan.
Komposting
9
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (Power House)
10
Pencucian Kendaraan Angkutan Sampah
Pencucian kendaraan pengangkut sampah bertujuan agar seluruh kendaran
pengangkut sampah milik Dinas Provinsi DKI Jakarta menjadi bersih dari sisa
pembuangan sampah serta tidak menimbulkan aroma dan bau yang tidak sedap.
Penghijauan
11
Tanaman yang digunakan untuk ruang terbuka hijau bukan merupakan
tanaman pangan. Perencanaan revegetasi dan buffer area (green boundary) harus
dilakukan dengan penyiapan lapisan tanah dan perbaikan kualitas dan atau
penyediaan kualitas tanah yang baik dengan cara penambahan nutrisi, menjaga suhu
tanah dan menjaga kelembaban kadar air dengan menyiramnya saat kering.
Untuk mengurangi bau sampah dapat dipilih jenis pohon dengan kriteria
pohon yang beraroma dan bermanfaat mengurangi polusi udara. Pada jalur menuju
lokasi TPA digunakan jenis pohon pengarah. Karena pepohonan tersebut selain
berfungsi sebagai pengarah dan fungsi keindahan, maka pepohonan tersebut mampu
menyerap polusi dan pepohonan tersebut juga berfungsi untuk mendukung keindahan
lingkungan. Tanaman jenis perdu yang beraroma juga dapat digunakan dimana bau
harum tanaman tersebut akan mampu mereduksi bau sampah di lingkungan TPST
Bantargebang. Revegetasi pada TPST Bantargebang diharapkan dapat berfungsi
untuk mereduksi polusi udara, menjaga kestabilan sampah/tanah urugan landfill dan
keindahan.
BAB III
12
HASIL PRAKTIK LAPANGAN
Sampah yang berasal dari Jakarta dibersihkan secara berkala kemudian diangkut ke
TPST Bantargebang. Kemudian setiap kendaraan truk yang masuk ke TPST Bantargebang
akan didata, validasi, dan ditimbang menggunakan komputer. Setelah validasi data, kemudian
pembongkaran sampah dari truk ke titik buang secara estafet. Menggunakan alat berat.
Sampah organik nantinya akan diolah dalam pengolangan komposting. Kemudian pemadatan
sampah. Sampah diratakan dan dipadatkan dengan alat berat. Setelah diratakan dan
dipadatkan, kemudian sampah ditutup dengan cara penimbunan tanah setebal 20cm. Apabila,
ketinggian sampah mencapai 5m penutupan tanah menjadi 30cm. Tumpukan sampah landfill
perlu diproses lanjutan, antara lain: terasering/countering landfill, power house (power
landfill gas). IPAS (proses pengolahan air sampah).
3.2 Komposting
Sumber bahan baku komposting adalah sampah pasar sekitar +/- 40 ton/hari. Sampah
pasar/organik akan diolah menjadi kompos. Berikut langkah-langkah pengomposan sampah
organik di TPST Bantargebang. Pertama, Receiving Area. Pada receiving area sampah
organik yang diterima dari pasar diaduk dengan alat berat secara berkala sampai kurang
lebih 30 hari. Kedua, Mixer & Crusher. Pada langkah ini sampah yang sudah 30 hari diaduk
dengan alat berat kemudian dipisahkan dari material non organik seperti kayu, batu, tesktil,
dan plastik. Dilanjutkan sampai bahan kompos menjadi serbuk halus. Ketiga, Granulator.
Serbuk bahan kompos tadi setelah dipisahkan, kemudian diproses menjadi butiran/granule.
Keempat, Rotary Dryer & Coller. Selanjutnya granule tadi dikeringkan dalm waktu yang
telah ditentukan. Kelima, Packing. Setelah kering, granule tadi siap dikemas untuk
didistribusikan.
13
Power house ini menghasilkan energi terbarukan dengan mengubah gas yang
dihasilkan dari sampah menjadi energi listrik. Power house ini mulai produksi tahun 2011
dengan kapasitas 19 MW dan mempunyai gas engine sebanyak 12 unit. Proses yaitu gas
diambil dari pipa landfill yang ditanam dibawah tumpukan sampah, setelah itu pipa
digabungkan dari beberapa line yang ditanam di zona existing dilanjutkan ke pipa utama
pertemuan header pipa dari zona I sampai zona V. Kemudia ditampung dalam tabung
penampungan dan pendinginan dari pipa utama. Setelah itu menuju mesin blower dan chiller
untuk pemisahan gas CH4, O2, dan CO2. Gas engine dijalankan dengan menggunakan bahan
bakar CH4. Panel export dan impor untuk penjualan listrik yang dihasilkan, dan panel
penerimaan dari PLN yang digunakan sebagai operasional pembangkit.
Trend TPST Bantargebang berdasarkan rata-rata berat sampah per hari (ton/hari)
14
Trend TPST Bantargebang berdasarkan rata-rata kendaraan masuk per hari(rit/hari)
15
3.5 Hasil Kunjungan TPST Bantar Gebang
BAB IV
PENUTUP
16
4.1 Kesimpulan
Bantar Gebang, nama salah satu kecamatan di Kota Bekasi ini sudah tak asing lagi di
telinga masyarakat. Di tanah seluas 108 hektare ini merupakan salah satu tempat yang
sangat diandalkan Jakarta. Ibu kota sangat bergantung dengan keberadaan TPST Bantar
Gebang. ilansir dari buku berjudul 'Konflik Sampah Kota' yang ditulis Ali Anwar.
Bantar Gebang, Berlokasi di Kelurahan Ciketing Udik, Kelurahan Cikiwul dan
Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Bantargebang Kota Bekasi. Dengan Luas Area
110,3 Ha terdiri dari luas efektif TPST 81,91 % dan sisanya 18,09% untuk prasarana
seperti Jalan masuk, Jalan Kantor dan Instalasi Pengolahan Lindi. Status Tanah Milik
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
Gambaran Pengelolaan Di Tpst Bantargebang:
Sampah Jakarta
Sampah dari Jakarta dibersihkan secara berkala kemudian diangkut ke TPST
Bantargebang.
Penimbangan
Setiap kendaraan yang masuk ke TPST Bantargebang akan didata, validasi dan
ditimbang menggunakan computer.
Unloading
Pembongkaran dari truk ke titik buang secara estafet menggunakan alat berat.
Sampah organik dititik pengolahan kompos.
Pemadatan
Meratakan dan memadatkan sampah dengan alat berat.
Timbun Tanah
Penutupan tanah harian setebal 120cm, apabila ketinggian sampah mencapai 5cm
penutupan tanah menjadi 30cm.
Landfill
Tumpukan sampah di Landfill perlu diproses lanjutan, antara lain: IPAS, Power
House, Terasering/Counturing Landfill.
4.2 Saran
Lahan atau taman terbuka semestinya dijadikan tempat rekreasi, agar warga sekitar
dapat mengetahui hasil dari proses komposting.
Lebih menjalankan program Sanitari Landfill
Diharapkan agar progam-program yang belum terlaksana agar terlaksana ditahun-tahun
berikutnya.
17
DAFTAR PUSTAKA
https://upst.dlh.jakarta.go.id/
https://metro.sindonews.com/read/955291/31/asal-muasal-tpa-bantar-gebang-1422125286
18
LAMPIRAN
19
20
21
22