Anda di halaman 1dari 50

PKSBP-SD

PEMBENTUKAN KARAKTER RELIGIUS


MELALUI RUNDOWN HARIAN TERPADU

KEGIATAN
PEMILIHAN KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI
TAHUN 2019

Oleh
ZAENURI, ST, M. Pd

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KOTA PONTIANAK


PROVINSI KALIMANTAN BARAT
2019

i
LEMBAR PERNYATAAN

Saya, yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Zaenuri, ST, M. Pd
Jabatan : Kepala SDIT Al Mumtaz Pontianak

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa naskah best practice yang saya susun

ini adalah hasil karya saya sendiri. Adapun bagian bagian tertentu dalam naskah

best practice ini merupakan kutipan dari karya orang lain telah saya tuliskan

sumbernya secara jelas.

Apabila dikemudian hari ditemukan sebagian atau seluruh naskah best practice ini

merupakan hasil karya orang lain yang saya ambil secara tidak benar, plagiat, atau

pelanggaran hak intelektual lainnya, saya bersedia menerima sanksi sesuai

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pontianak, Juli 2019

Zaenuri, ST, M. Pd

ii
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN NASKAH

PEMBENTUKAN KARAKTER RELIGIUS


MELALUI RUNDOWN HARIAN TERPADU

Oleh
ZAENURI, ST, M. Pd

Disetujui,

Kabid. Pembinaan Pendidikan Dasar


Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kota Pontianak

P A R Y O N O, S.Pd, M.Pd
NIP. 19651008 198901 1 002

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan limpahan karunia,


nikmat, dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan naskah best
practice dengan judul “Pembentukan Karakter Religius melalui Rundown Harian
Terpadu” ini. Naskah best practice ini diajukan sebagai kelengkapan dokumen
untuk mengikuti seleksi Kepala Sekolah berprestasi pada tingkat nasional tahun
2019.
Tak lupa penulis menyampaikan ungkapan terima kasih yang setinggi-
tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan saran, masukan, dan
bimbingan dalam lomba ini. Semoga menjadi amal sholeh Bapak/Ibu sekalian.
Makalah best practice ini jauh dari sempurna, kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap
semoga makalah best practice ini dapat diterima dan kiranya nanti bermanfaat
baik bagi para pendidik, pengelola sekolah, mahasiswa maupun masyarakat luas.

Pontianak, Juli 2019

Penulis

iv
ABSTRAK

Issu pendidikan karakter menjadi topik yang mengemuka pada


saat-saat sekarang ini. Bermula dari keprihatinan masyarakat dan terutama
pakar pendidikan terhadap kualitas lulusan institusi pendidikan. Karakter
diyakini menjadi faktor pendukung untuk peningkatan kompetensi
pengetahuan maupun keterampilan para lulusan. Makalah ini berupa teks
deskriptif yang menggambarkan best ptactice pengembangan pendidikan
karakter di SDIT Al Mumtaz. Program yang dimaksud adalah rundown
harian terpadu yang didesain sedemikian rupa sehingga memberikan
stimulus yang cukup banyak dalam membentuk karakter peserta didik
melalui strategi pembiasaan (habituating) dan nasehat/pelajaran. Rundown
harian ini didesain dalam konsep fullday school, dimana peserta didik
masuk sekolah dari pukul 06.45 – 14.45 WIB

Kata kunci: Karakter, rundown harian, fullday school

v
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN NASKAH ................................... ii
HALAMAN LEMBAR PERSETUJUAN DARI ATASAN .........................iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................iv
ABSTRAK .....................................................................................................v
DAFTAR ISI ...................................................................................................vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................1
A Latar Belakang....................................................................................1
B Permasalahan ......................................................................................2
C Tujuan .................................................................................................3
D Manfaat ..............................................................................................3
BAB II KAJIAN PUSTAKA .........................................................................4
A Urgensi Pendidikan Karakter..............................................................4
B Tanggung Jawab Pendidikan Karakter ...............................................5
C Internalisasi Nilai-nilai Karakter ........................................................6
D Rundown Harian Terpadu ................................................................ 9
BAB III METODE PEMECAHAN MASALAH ..........................................10
A. Analisis Manajemen ...........................................................................10
B. Penyusunan Program ..........................................................................11
C. Penyusunan Petunjuk pelaksanaan program .......................................12
D. Pelaksanaan program ..........................................................................12
E. Evaluasi ..............................................................................................13
F. Tindak Lanjut .....................................................................................13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................14
A. Fullday school.....................................................................................14
B. Hasil Program ................................................................................... 15
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................17
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................18
LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
Tabel 3.1 Analisis SWOT 10
Tabel 3.2 Rundown harian 11
Tabel 4.1 Pencapaian Karakter Rreligius Peserta Didik 16

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menguatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan karakter
menjadi dinamika kekinian dunia pendidikan. Pendidikan saat ini dirasa belum
sanggup membekali peserta didik dengan akhlaq mulia dan kepribadian yang
matang. Keyakinan bahwa masa depan yang baik dapat diraih dengan
membekalkan karater positif kepada anak-anak membuat para orang tua tidak
ragu memilih sekolah yang mempunyai program pendidikan karakter yang baik
walaupun harus mengeluarkan biaya cukup tinggi. Fenomena ini menguat di
masyarakat umum tidak terkecuali di Pontianak, Kalimantan Barat.

Menjawab animo masyarakat tersebut, institusi pendidikan harus menjadi


ujung tombak dalam implementasi pendidikan karakter. Thomas Lickona (2014:
25) mengatakan bahwa peran sekolah sebagai sarana pendidikan moral semakin
vital ketika peran keluarga dan masyarakat (termasuk institusi keagamaan) untuk
hal itu menurun. Karenanya, proses pembelajaran di sekolah harus sanggup
membentuk pribadi peserta didik secara utuh. Pembelajaran harus secara holistik
mengembangkan potensi kognitif, afektif, maupun psikomotorik peserta didik
(Benjamin S. Bloom, 1956: 7).

SDIT Al Mumtaz Pontianak sejak awal berkiprah sebagai sekolah Islam,


telah berkomitmen untuk membentuk kepribadian muslim peserta didik sebagai
salah satu program unggulan. Dengan visi generasi rabbani, cerdas, terampil, dan
kompetitif, komitmen ini diwujudkan dengan mengembangkan lima kultur positif.
Lima kultur positif dimaksud adalah: (1) kultur ibadah, (2) kultur ilmiah, (3)
kultur kemandirian, (4) kultur komunikasi, dan (5) kultur bi’ah solihah (atmosfir
lingkungan Islami). Lima kultur ini dapat juga dikaitkan dengan 4 pilar belajar
dari UNESCO (learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to
live together) serta satu pilar khusus sekolah Islam yakni belajar untuk
mengabdikan diri kepada Allah (learning to worship to Allah).

Karakter religius Islam dibentuk dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam


ke dalam seluruh bangunan kurikulum sekolah. Perilaku yang diharapkan muncul

1
pada peserta didik dari karakter ini diantaranya ketaatan beribadah (baik yang
fardhu maupun yang sunnah), perilaku bersyukur, keimanan kepada Allah, tertib
dalam dzikir dan berdoa, akhlaq Islami, berinfaq, rajin membaca dan menghafal
Al Qur’an, selalu mengucapkan kalimat thoyyibah, menutup aurat, serta
menerapkan adab-adab amaliah sehari-hari sesuai ajaran Islam.

Animo masyarakat untuk bekerja sama dengan SDIT Al Mumtaz dalam


pendidikan putra-putrinya cukup tinggi, terlihat dengan banyaknya orang tua yang
yang mendaftarkan putra-putrinya. Kepercayaan masyarakat tersebut merupakan
wujud harapan besar masyarakat sekaligus peluang dan tantangan bagi SDIT Al
Mumtaz untuk memberikan layanan pendidikan yang paripurna.

Kendatipun secara umum testimoni orang tua peserta didik cukup positif
dan memberikan apresiasi pada pencapaian kompetensi lulusan, namun jika
dibandingkan dengan target sekolah, masih banyak indikator keberhasilan yang
belum tercapai dengan baik. Diantara target yang belum maksimal pencapaiannya
adalah peserta didik kelas IV, kelas V, dan kelas VI yang belum konsisten
melaksanakan sholat lima waktu secara penuh, adab ketika berada di masjid,
konsistensi peserta didik dalam membaca Al Qur’an setiap hari, serta pencapaian
targer hafalan Al Qur’an. Pencapaian target pada kelas tinggi ini memang sangat
perlu diperhatikan mengingat target umum untuk kelas tinggi adalah setiap peserta
didik siap memasuki usia akil baligh.

Pencapaian ini harus ditingkatkan lagi sehingga target sekolah dapat


terpenuhi. Diperlukan kerja cerdas (planning, visioner), kerja keras (actuating),
kerja selaras (sinergy, teamwork), kerja mawas (monitoring/evaluasi), kerja
tuntas (tindak lanjut dan continous inprovement process), serta kerja ikhlas
(semangat pengabdian) untuk mewujudkannya.

B. Permasalahan
Berdasarkan pemaparan pada latar belakang, maka penulis menarik
beberapa permasalahan SDIT Al Mumtaz yaitu:
1. Apa program sekolah yang diikhtiarkan dalam upaya membentuk karakter
religius peserta didik?

2
2. Bagaimana implementasi program penguatan pendidikan karakter,
terutama karakter religius Islam?
3. Bagaimana hasil dari pelaksanaan program pembentukan karakter religius
peserta didik?

C. Tujuan
Merujuk pada paparan di atas maka tujuan dari penulisan makalah best
practice kepala sekolah ini adalah:
1. Mendeskripsikan program sekolah yang diikhtiarkan dalam upaya
membentuk karakter religius peserta didik.
2. Mendeskripsikan implementasi program penguatan pendidikan karakter
religius.
3. Mendeskripsikan hasil pelaksanaan program pembentukan kepribadian
Islami peserta didik.

D. Manfaat
Melalui penulisan makalah best practice ini penulis berharap dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Best practice ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi institusi-


institusi pendidikan dalam merencanakan dan melaksanakan program
pendidikan karakter.
2. Best practice ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja sekolah dalam
upaya peningkatan kualitas lulusan.
3. Menjadi stimulus diskusi dan penelitian lebih lanjut dalam upaya
pengembangan kurikulum berbasis karakter.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Urgensi Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter sejatinya adalah pendidikan itu sendiri. Jadi


sebenarnya pendidikan karakter sama usianya dengan pendidikan itu sendiri
(Thomas Lickona, 2014: 6). Abdul Majid (2013: 2) melansir perkataan Socrates
bahwa tujuan paling mendasar dari pendidikan adalah menjadikan manusia good
and smart (baik dan pintar). Sementara jika menilik Sirah Nabawi, Rasulullah
SAW bersabda bahwa misi diutusnya Rasulullah adalah menyempurnakan akhlaq
yang mulia. Misi ini juga dijelaskan oleh Allah melalui firmanNya:
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di
antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,
mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As
Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam
kesesatan yang nyata” (QS. Al Jumu’ah: 2)

Kata “mensucikan mereka” pada ayat di atas redaksi Arabnya adalah


wayuzakkiihim dimaknai sebagai mensucikan jiwa mereka dari ideologi syirik
menuju tauhid, dari sifat-sifat tercela menuju karakter positif, dari persepsi-
persepsi yang bathil menuju yang haq (Sayyid Quthb, 2004: 94). Insight-nya,
bahwa upaya membangun ummat/masyarakat dilakukan dengan pendidikan
secara utuh, include di dalamnya mensucikan jiwa dari potensi negatif, dibarengi
dengan upaya membangun karakter positif.
Sistem pendidikan Nasional telah pula menjadikan pendidikan karakter
sebagai sarana mencapai tujuan nasional pendidikan. Pasal 3 UU No. 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi, “untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Rumusan
ini sarat dengan kriteria sukses pendidikan nasional yang sebagian besarnya
adalah ranah sikap (beriman, bertaqwa, akhlaq mulia, kreatif, mandiri, demokratis,
dan bertanggung jawab).

4
Thomas Lickona dalam Ajat Sudrajat (2011: 49) menyampaikan tujuh
alasan pentingnya pendidikan karakter, yaitu: (1) membentuk keperibadian peserta
didik, (2) meningkatkan prestasi akademik, (3) membentuk karakter peserta didik
yang tidak di dapat di tempat lain, (4) bekal hidup bermasyarakat, (5) mencegah
penyakit masyarakat, (6) bekal perilaku di tempat kerja, dan (7) pembelajaran
nilai-nilai budaya sebagai bagian dari kerja peradaban.
Jelas bahwa pendidikan karakter adalah proses untuk membentuk
seseorang menjadi orang baik sesuai dengan fitrah penciptaannya. Pendidikan
karakter diharapkan mampu mengembangkan perilaku terpuji secara produktif,
sanggup bertahan dan dapat menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapi
sekaligus mempunyai imunitas bahkan mampu melakukan penolakan dan
pencegahan terhadap hal-hal yang tercela.

B. Tanggung Jawab Pendidikan Karakter

Sejatinya, pendidikan merupakan tanggung jawab tiga pilar utama, yaitu


keluarga, sekolah (satuan pendidikan), dan masyarakat. Keluarga merupakan
peletak dasar-dasar karakter positif sejak dini, bahkan sejak seorang anak masih
dalam kandungan. Pengasuhan dalam keluarga akan membentuk kultur kecil
seseorang. Dalam Islam, orang tua diperintahkan untuk melaksanakan fungsi
pendidikan dalam keluarga. Firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman,
jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka” (QS. At Tahrim : 6). Dalam
ayat lain Allah berfirman,
“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka
meninggalkan generasi yang lemah di belakang mereka, yang mereka
khawatir (kesejahteraan)nya, oleh karena itu hendaklah mereka bertaqwa
kepada Allah dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang
benar” (QS. An Nisa: 9).

Ayat-ayat tersebut secara implisit menunjukkan keharusan orang tua


mendidik anak-anak untuk membentuk generasi yang baik. Menurut Thomas
Lickona (2014: 42) orang tua adalah guru moral utama dan memiliki pengaruh
yang bertahan lama. Orang tua adalah guru dari sejak anak dilahirkan sampai
waktu yang tidak tertentu sedangkan guru di sekolah bisa berganti setiap

5
tahunnya. Jika orang tua berhasil membangun hubungan baik dengan anak, maka
akan menjadi dasar akhlaq yang baik bagi anaknya. Selanjutnya keluarga harus
bersinergi dengan sekolah dalam membentuk karakter anak. Demikian pula
sebaliknya, sekolah perlu melibatkan keluarga dalam pembelajaran.
Pada lingkup sekolah, semua warga sekolah menjadi satu komunitas
pembelajar dalam kerangka pendidikan karakter (Thomas Lickona, 2014: 16).
Pendapat senada diungkapkan oleh Ajat Sudrajat (2011: 54). Menurut Ajat
Sudrajat, seluruh komponen sekolah: Kepala sekolah, guru, staff tata usaha,
petugas UKS, tukang kebun, satpam, bahkan petugas kantin harus berperan
sebagai agen pendidikan karakter. Yang paling utama yang dapat dilakukan oleh
seluruh warga sekolah adalah menjadi teladan (model) bagi seluruh peserta didik.
Sekolah harus mengimplementasikan kurikulum yang mengajarkan nilai-nilai dan
membangun karakter (Thomas Lickona, 1997: 71). Pembelajaran harus bermakna
sehingga dapat membangun kompetensi dan karakter peserta didik. Guru harus
menggunakan berbagai pendekatan, metode, strategi dan model pembelajaran
yang merangsang terbentuknya karakter. Suasana kelas dalam pembelajaran harus
kondusif, memungkinkan setiap peserta didik memahami, merasakan, dan
mewujudkan perilaku yang positif (Thomas Lickona, 2014: 10).

C. Internalisasi Nilai-Nilai Karakter

Thomas Lickona (2014: 72-87) mengungkapkan bahwa karakter terdiri


atas nilai-nilai operatif, nilai-nilai yang berfungsi dalam praktek. Karenanya,
karakter terbentuk dari tiga macam bagian yang saling berkaitan: pengetahuan
moral (moral knowing), perasaan moral (moral feeling), dan perilaku moral
(moral action). Pengetahuan moral terkait dengan kesadaran moral (moral
awarness), mengetahui nilai-nilai moral (knowing moral value), pengambilan
perspektif (perspective taking), penalaran moral (moral reasoning), pengambilan
keputusan (decesion making), dan memahami diri sendiri (self knowledge).
Pendidikan karakter juga harus menyentuh aspek perasaan moral. Perasaan
moral merupakan aspek emosional karakter seseorang. Ia terkait dengan hati
nurani, penghargaan diri (self esteem), empati, mencintai kebaikan (loving the
good), kontrol diri (self control), dan kerendahan hati (humility).

6
Banyak orang yang telah mengetahui sesuatu itu baik namun ia tidak
tergerak untuk melakukannya. Sebaliknya mengetahui sesuatu itu buruk namun
tidak mampu menahan diri untuk tidak melakukannya. Pada posisi lain seseorang
tidak tergerak melakukan kebaikan dan tidak pula keburukan. Hal ini terkait
moral action. Moral action berhubungan dengan kompetensi moral, kehendak
(will), dan kebiasaan (habbits). Seseorang harus mampu mengubah pengetahuan
moral kepada pertimbangan moral, selanjutnya perasaan moral dan kemudian
diwujudkan dalam bentuk perilaku. Perilaku yang konsisten berdasarkan nilai-
nilai moral yang baik merupakan wujud karakter yang baik.
Nilai-nilai karakter akan menjadi perilaku dan selanjutnya secara
permanen menjadi kepribadian seseorang jika nilai-nilai tersebut sudah
terinternalisasi dalam diri seseorang. David Osher, dkk (2010:48) mengemukakan
bahwa untuk menanamkan suatu nilai karakter dapat dilakukan melalui tiga
pendekatan, yaitu pendekatan ekologi untuk manajemen kelas, kebijakan sekolah
untuk mendukung perilaku positif, serta pembelajaran sosial dan emosional. Lebih
lanjut, Abdullah Nasih Ulwan (2012:516) mengungkapkan lima perkara terkait
pembentukan karakter dalam pendidikan Islam, yaitu (1) keteladanan (modelling),
(2) pembiasaan (habituating), (3) pengajaran/nasihat, (4) perhatian dan
pengawasan, serta (5) reward and punishment.
Keteladanan adalah cara yang paling efektif untuk internalisasi nilai. Masa
anak-anak merupakan masa meniru yang paling baik, apalagi jika suatu perilaku
ditampilkan oleh satu sosok idola. Sri Utami (2015: 47) mengungkapkan bahwa
guru adalah sosok yang digugu (ditaati) dan ditiru (dicontoh/diteladani). Dalam
hal ini berlaku ungkapan children see children do. Senada dengan prinsip di atas,
Thomas Lickona (1997: 66) menjelaskan peran seorang guru sebagai moral
model, dan moral mentor. Selain itu, nilai-nilai karakter yang dicontohkan oleh
guru baik dalam sikap, maupun perilaku sering lebih efektif dan ditangkap oleh
peserta didik sebagai pelajaran moral. Apalagi pada Sekolah Dasar kelas rendah,
peserta didik adalah peniru yang sangat sempurna.
Pembiasaan (habituasi) dimaksudkan untuk menjaga dan mengembangkan
fitrah manusia. Pada dasarnya fitrah setiap manusia adalah selalu mengarah
kepada kebaikan. Internalisasi nilai melalui pembiasaan (habituasi) bertumpu pada

7
tiga hal, yaitu : (a) mengikatnya dengan aqidah, (b) menjelaskan kejelekan dan
kebaikan, dan (c) menciptakan lingkungan yang kondusif (Abdullah Nasih Ulwan,
2012: 549-553). Selanjutnya perlu diberikan penjelasan kepada peserta didik
tentang kebaikan suatu nilai karakter positif maupun keburukan jika kondisi
sebaliknya. Berikutnya adalah menciptakan kondisi yang baik (bi’ah solihah)
yang memungkinkan peserta didik selalu bersikap positif. Dalam lingkungan
sekolah, perlu dilakukan pengkondisian lingkungan yang kondusif untuk
terbentuknya karakter positif dimulai dari lingkungan kelas (Thomas Lickona,
1997: 70)
Nasihat merupakan tahapan ketiga dalam pembentukan kepribadian
seseorang. Menurut Abdullah Nasih Ulwan (2012: 571-599) nasihat memberikan
arahan, pelajaran, atau pengetahuan untuk pembentukan akhlaq. Beberapa metode
yang dianjurkan dalam Islam untuk memberikan nasehat, yaitu: (a) metode
berkisah, (b) dialog, (c) dibarengi dengan sumpah atas nama Allah, (d)
menyisipkan canda, (e) bervariasi, (f) sugestif, (g) dibarengi contoh, (h) dengan
peragaan, (i) dengan media, (j) dengan praktik, (k) memanfaatkan momen, (l)
beralih kepada hal yang paling penting, dan (m) menunjukkan hal yang dilarang.
Perhatian dan pengawasan dalam internalisasi nilai dimaksudkan
mengikuti serta mengawasi perkembangan dan pencapaian kompetensi yang
diharapkan (Abdullah Nasih Ulwan, 2012:603). Termasuk didalamnya adalah
penilaian, pentahapan, dan tindak lanjut yang memungkinkan, serta mencegah
kelalaian melaksanakan kewajiban dan meminimalisir penyimpangan/pelanggaran
dari hal-hal yang dilarang.
Reward dan punishment merupakan konsekwensi dari setiap amal. Hal ini
juga dapat digunakan dalam rangka internalisasi nilai. Ayat Al Qur’an banyak
menjelaskan tentang konsekwensi amal, diantaranya Surah Al Zalzalah ayat 7 dan
8 yang artinya, “Maka barang siapa melakukan kebaikan sebesar dzarrah ia akan
menerima balasannya, dan barang siapa melakukan keburukan sebesar dzarrah ia
akan menerima balasannya.” Reward akan memberikan motivasi orang untuk
mencapai kriteria terbaik, sedangkan punishment akan membuat orang termotivasi
untuk menghindari kondisi dengan kriteria terburuk.

8
D. Rundown Harian terpadu
Rundown adalah susunan program yang sistematis yang dibatasi oleh
waktu. Jadi rundown merupakan kegiatan yang sifatnya kronologis serta memiliki
durasi tertentu pada setiap bagiannya. Antar komponen program dalam sebuah
rundown memiliki sifat saling terkait. Dengan sifat kronologisnya, rundown harus
dilaksanakan secara berurutan.
Rundown harian di sebuah lembaga pendidikan adalah sesuatu yang lazim,
misalnya jadwal belajar. Namun untuk tujuan tertentu, untuk pembentukan
karakter Islami misalnya, rundown harian mesti didesain sedemikian rupa penuh
dengan nilai-nilai Islam. Setiap komponen aktivitas dalam rundown harian
memiliki tujuan khusus. Ketika semua aktivitas dalam rundown terlaksana,
diharapkan terbentuk kepribadian muslim pada peserta didik.
Pada sebuah sekolah, rundown harian dilaksanakan secara rutin setiap hari
selama hari efektif belajar. Pelaksanaan rundown ini merupakan bentuk
pembiasaan aktivitas positif bagi peserta didik. Diharapkan aktivitas positif itu
kemudian menjadi perilaku yang permanen dan menjadi bagian kepribadiannya.
Pembiasaan ini perlu disinergikan secara terpadu dengan aktivitas di rumah di luar
jam efektif belajar di sekolah. Intervensi aktivitas peserta didik di rumah ini dapat
dikomunikasikan dengan orang tua peserta didik.

9
BAB III
METODE PEMECAHAN MASALAH

Sebagaimana telah diungkapkan di bab awal, permasalahan yang perlu


dipecahkan adalah terkait program sekolah dalam upaya pendidikan karakter
untuk membentuk kepribadian Islami peserta didik. Perlu ditempuh langkah-
langkah terencana untuk mendapatkan rumusan program yang tepat. Langkah-
langkah tersebut meliputi:

A. Analisis Manajemen

Dari beberapa teknik analisis manajemen, dalam hal ini teknik yang dipilih
adalah teknik analisa SWOT (strength, weakness, opportunity, treats). Analisis ini
memberikan gambaran yang cukup tentang kondisi internal dan eksternal sekolah.
Dari hasil analisa SWOT, diambil strategi SO (strength – opportunity) dalam
pemecahan masalah. Strategi ini dipilih karena dianggap sebagai strategi yang
paling jitu, mengkombinasikan potensi di internal sekolah dipadukan dengan
potensi dari eksternal sekolah. Analisa manajemen dilaksanakan dengan
melibatkan para pimpinan sekolah yaitu Kepala Sekolah dan para Wakil Kepala
Sekolah dalam rapat pimpinan sekolah. Dari analisa tersebut dihasilkan
rekomendasi program.
Tabel 3.1 Matrik SWOT untuk Pengembangan Kepribadian Peserta Didik
Faktor Strength Weakness
Internal  Konsep SIT dari JSIT  Pemahaman SDM
 SDM terbina  Kedisiplinan SDM
 Fullday school 5 hari kerja  Ruang terbatas
Eksternal  Anggaran  Image sekolah mahal
Opportunity Strategi SO Strategi WO
 Harapan Optimalisasi jam efektif dalam Melaksanakan PKB
masyarakat sistem fullday school untuk untuk guru termasuk UP
 Komitmen pendidikan karakter sesuai grading terkait layanan
orang tua konsep SIT dan bersinergi prima
 Pendidikan dengan orang tua
orang tua
Threats Strategi ST Strategi WT
Kesibukan orang tua Sosialisasi konsep SIT kepada Optimalisasi media
Pengaruh media orang tua serta mengadakan sekolah untuk
parenting class komunikasi dan edukasi
kepada orang tua

10
Dari analisa di atas diperoleh rekomendasi untuk optimalisasi jam efektif
dalam fullday school. Rekomendasi ditindaklanjuti dengan menyusun program
yang sesuai yaitu merancang aktivitas peserta didik dari pagi ketika hadir di
sekolah sampai sore ketika pulang, serta sinerginya dengan orang tua peserta
didik.

B. Penyusunan Program
Rekomendasi program selanjutnya digodok oleh tim terkait menjadi
program. Dalam hal ini sebagai leading sector adalah Waka Kesiswaan bersama
timnya. Tercakup dalam tim kesiswaan diantaranya adalah Tim Bina Pribadi
Islami (BPI). Tim BPI bertugas mem-breakdown Standar Kompetensi Lulusan
(SKL-JSIT) ke dalam rincian SKL dan indikatornya. Selanjutnya rancangan
aktivitas disusun dalam bentuk rundown sebagai berikut:
Tabel 3.2 Rundown harian
Senin - Kamis
06.45 – 07.35 Upacara/senam, Dhuha, majelis pagi, hafalan Qur’an
pagi
07.35 – 08.45 Belajar
08.45 - 08.50 Mengulang hafalan Al Qur’an
08.50 – 10.00 Belajar
10.00 – 10.15 Snack time, mengulang hafalan, istirahat
10.15 – 12.00 Belajar
12.00 – 12.50 Sholat Zhuhur, makan, istirahat, mengulang hafalan
12.50 – 14.35 Belajar
14.35 – 14.45 Mengulang hafalan + Muhasabah
Jum’at
06.45 – 07.35 Sholat Dhuha, majelis pagi, hafalan Qur’an pagi
07.35 – 09.55 Belajar
09.55 – 10.15 Snack time, mengulang hafalan dan market day,
istirahat
10.15 – 11.25 Belajar
11.25 – 12.50 Sholat Jum’at, makan, istirahat, mengulang hafalan
12.50 – 14.35 Belajar
14.35 – 14.45 Mengulang hafalan + muhasabah

Tim BPI selanjutnya menyusun tema-tema pengembangan karakter yang


akan diantarkan dalam majelis pagi. Tema-tema tersebut disusun cukup detail

11
dengan kisi-kisi materi, target, serta perangkat pendukung yang diperlukan.
Rincian tema-tema majelis pagi terlampir.

C. Perumusan Petunjuk Pelaksanaan


Perumusan petunjuk pelaksanaan dilakukan oleh tim BPI petunjuk
pelaksanaan disusun dengan tujuan untuk memastikan setiap aktivitas dalam
rundown harian terlaksana secara efektif dan mencapai tujuannya. Juklak
rundown harian terlampir.

D. Pelaksanaan Program
Sebagai ujung tombak pelaksanaan program adalah para wali kelas dan
wakil wali kelas. Dalam beberapa aktivitas yang sifatnya massal seperti
pelaksanaan ibadah di masjid, guru piket berperan maksimal. Wali kelas dan
wakil wali kelas bersinergi dengan orang tua peserta didik untuk rundown yang
dilaksanakan di rumah.
Pelaksanaan program dapat dideskripsikan sebagai berikut:
 Setelah bel pertama berbunyi, siswa kelas I sampai kelas III menuju kelas
masing-masing. Wali kelas atau guru pendamping membimbing siswa untuk
melaksanakan sholat dhuha 2 raka’at. Sementara siswa kelas IV sampai kelas
VI melaksanakan sholat dhuha di masjid. Selesai sholat dhuha siswa
dibimbing untuk berdzikir dan berdoa.
 Selepas berdoa dhuha, dilaksanakan majelis pagi di kelas masing-masing.
Guru kelas memberikan arahan-arahan tentang adab-adab Islami sampai pukul
07.20 selanjutnya guru mencontohkan bacaan ayat-ayat Al Qur’an yang akan
dihafal hari tersebut dan diikuti oleh para siswa berulang-ulang sampai pukul
07.35 WIB. Selanjutnya siswa mempersiapkan pembelajaran jam pertama.
 Setelah belajar 2 jam pelajaran disediakan waktu jeda selama 5 menit
dialokasikan untuk mengulang hafalan yang telah dicontohkan pada majelis
pagi serta melakukan ice breaking. Waktu jeda juga bisa dimanfaatan oleh
siswa untuk minum atau menunaikan hajat ke kamar kecil.
 Pukul 10.00 sampai pukul 10.15 dialokasikan untuk istirahat. Sebelum
istirahat keluar, siswa dibimbing untuk mengulang hafalan Al Qur’an terlebih

12
dahulu serta makan kudapan. Wali kelas dan wakil wali kelas membimbing
peserta didik terkait adab makan secara islami yaitu cuci tangan terlebih
dahulu, berdoa, makan dalam posisi tubuh duduk, makan menggunakan
tangan kanan, serta adab terkait interaksi dengan teman saat makan.
 Pukul 10.15 siswa kembali belajar di kelas sampai pukul 12.00. selanjutnya
jadwal istirahat siang. Sebelum istirahat keluar siswa dibimbing lagi untuk
mengulang hafalan pagi lalu makan siang. Selepas makan siang siswa istirahat
sampai pukul 12.20. Selanjutnya siswa melaksanakan sholat dzuhur
berjamaah. Untuk kelas I sampai kelas III sholat dilaksanakan di kelas
dibimbing oleh wali kelas atau wakil wali kelas. Sedangkan kelas IV sampai
kelas VI, sholat dzuhur berjamaah dilaksanakan di masjid dipimpin oleh salah
satu guru piket.
 Pukul 12.50 siswa kembali masuk kelas untuk pembelajaran berikutnya. Pukul
14.35 pembelajaran selesai. Selama 10 menit setelah itu guru memimpin
muhasabah. Pesan-pesan pada majelis pagi dikuatkan kembali sekaligus
memberikan pesan-pesan untuk aktivitas di rumah dan esok hari. Jika ada
konflik hal-hal yang tidak berjalan sesuai harapan pada hari tersebut
diklarifikasi pada waktu muhasabah. Terakhir mengulang hafalan dan doa
pulang sekolah.

E. Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara periodik oleh Waka Kesiswaan, dengan
memeriksa instrumen-instrumen terkait, yaitu jurnal majelis pagi dan Kartu
Menuju Prestasi Hebatku. Evaluasi juga dilakukan dengan menganalisa
kesesuaian pelaksanaan program dengan pencapaian target secara umum.

F. Tindak Lanjut
Hasil evaluasi ditindaklanjuti dengan berbagai kegiatan, disesuaikan
dengan hasil evaluasi itu sendiri, berupa hasil positif atau negatif. Dalam hal
khusus dan sifatnya personal terutama pencapaian yang jauh dari harapan, wali
kelas dan wakil wali kelas berkomunikasi secara langsung dengan orang tua
peserta didik.

13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Fullday School
SDIT Al Mumtaz menerapkan fullday school. Kegiatan sekolah dimulai
pukul 06.45 sampai pukul 14.45 WIB. Waktu belajar yang panjang cukup untuk
mengantarkan muatan kurikulum yang padat karena mengkombinasikan
kurikulum dari pemerintah dan JSIT Indonesia juga memberikan pengalaman
belajar peserta didik dalam lingkungan kondusif yang didesain bernafaskan Islam.
Dengan pengkondisian ini dimungkinkan pembiasaan perilaku dan sikap Islami
serta pembentuk berbagai kultur positif dapat dilakukan lebih intensif.
Dalam keseluruhan kegiatan dari pagi sampai pulang sekolah dalam
rundown harian SDIT Al Mumtaz ini terdapat banyak strategi pembentukan
karakter. Rundown harian, seperti namanya merupakan kegiatan yang dilakukan
berulang-ulang setiap hari, 5 hari dalam sepekan. Tentu ini menjadi upaya
pembentukan karakter melalui pembiasaan (habituating) yang intensif.
Sebagaimana disampaikan oleh Abdullah Nasih Ulwan (2012:516), lima perkara
terkait pembentukan karakter dalam pendidikan Islam, yaitu (1) keteladanan
(modelling), (2) pembiasaan (habituating), (3) nasihat, (4) perhatian dan
pengawasan, serta (5) reward and punishment.
Aktivitas pembiasaan ibadah (sholat dhuha, dzuhur berjamaah, sholat
rawatib, tilawah dan hafalan Al Qur’an) merupakan upaya pembentukan karakter
religius dan karakter disiplin. Peserta didik diberikan pembiasaan untuk sholat
fardhu tepat waktu dan berjamaah. Sementara sholat dhuha dan rawatib
merupakan pembiasaan untuk rajin melaksanakan ibadah sunnah. Tilawah Al
Qur’an dan menghafalnya merupakan pembiasaan untuk senantiasa berinteraksi
dengan pedoman hidupnya sebagai seorang muslim yang juga merupakan aktifitas
ibadah. Aktifitas ini dapat juga merupakan bagian dari implementasi gerakan
literasi.
Majelis pagi dan muhasabah merupakan upaya pembentukan karakter
melalui strategi nasehat/pelajaran. Strategi ini sangat tepat digunakan untuk
memberikan pengetahuan moral (moral knowing) dan perasaan moral (moral

14
feeling). Aktivitas pembiasaan menguatkan upaya ini sehingga meningkat menjadi
perilaku (moral action). Agar lebih terarah, disusun tema-tema majelis pagi
sepanjang tahun.
Proses pembelajaran menjadi aktivitas dominan dalam rundown harian.
Salah satu strategi yang ditempuh untuk memperkuat penanaman nilai karakter
religius melalui pembelajaran adalah dengan integrasi nilai-nilai Islam dalam
pembelajaran tematik terpadu dengan strategi ISHADIE. ISHADIE adalah
akronim dari Istilah, Sejarah, Hikmah, Aplikasi, Dalil, Ilustrasi, dan Eliminasi
(Zaenuri, 2019: 73). Dengan strategi ISHADIE, pembelajaran diintegrasi dengan
nilai-nilai islami berupa penggunaan nama-nama dan istilah yang Islami, sejarah
Islam, hikmah yang tersirat, penerapan konsep, dalil dari Al Qur’an dan hadits
Nabi, penggunaan ilustrasi, serta eliminasi konten yang tidak Islami. JSIT juga
menetapkan standar proses yang harus diterapkan dalam pembelajaran, yaitu
model pembelajaran T-E-R-P-A-D-U (telaah, eksplorasi, rumuskan,
presentasikan, aplikasikan, duniawi, ukhrawi). Maka dalam kegiatan belajar
sehari, peserta didik mendapatkan stimulus pada ranah sikap, pengetahuan, dan
keterampilan secara lengkap dengan celupan warna Islami.
Rundown harian di sekolah ini disinergikan dengan aktivitas di rumah
yang dilakukan bersama orang tua. Sebagai alat monitoring disiapkan instrumen
yang disebut Kartu Menuju Prestasi Hebatku, yang harus dipantau setiap hari.
Kartu ini berisi catatan amal-amal sholeh yang dilakukan oleh peserta didik di
rumah. Dalam hal ini desain pendidikan karakter di rumah diselaraskan dengan
program di sekolah.

B. Hasil Program
Pelaksanaan rundown harian SDIT Al Mumtaz telah memasuki masa tiga
tahun. Setiap tahun dilakukan evaluasi dan perbaikan-perbaikan yang dirasa perlu
dengan memperhatikan rekomendasi hasil evaluasi. Dari hasil evaluasi terakhir
(semester genap) tahun 2018-2019 diperoleh gambaran pencapaian karakter
religus peserta didik yang terlihat dari aktivitas ibadah (sholat fardhu, sholat
sunnah, dzikir, doa, puasa, sholat tahajjud, tilawah dan tahfizh Al Qur’an) serta
penerapan adab-adab Islami dalam aktifitas sehari-hari.

15
Pencapaian tersebut dikategorikan dalam 3 tingkatan kualitas, yaitu
konsisten (K), terbiasa (tB), dan perlu bimbingan (PB). Memenuhi kriteria
“terbiasa” dan “konsisten” berarti menunjukkan keberhasilan, sedangkan jika hasil
berada pada “perlu bimbingan” berarti belum berhasil. Besaran target dibuat
progressif sesuai jenjang kelas. Target semakin tinggi pada kelas tinggi. Target
umum adalah peserta didik kelas IV, V, dan VI secara progressif menunjukkan
kesiapan mereka memasuki akil baligh dalam konsep pendidikan Islam.
Hasil evaluasi terakhir tersaji dalam tabel berikut:
Tabel 4.1. Pencapaian Karakter Religius Semester Genap 2018-2019
No Level kelas Target Capaian
1 Kelas I 60% 75%
2 Kelas II 65% 68%
3 Kelas III 70% 86%
4 Kelas IV 75% 62%
5 Kelas V 80% 85%
6 Kelas VI 85% 85%
Data terlampir*)
Pencapaian ini secara umum cukup baik bahwa sebagian besar tercapai di
atas target kecuali pada level kelas IV. Pencapaian kelas IV pada tahun ini cukup
jauh dari target. Faktor penyebab yang diidentifikasi diantaranya bahwa kelas IV
adalah transisi menuju kemandiriannya. Sebelumnya, pada kelas I sampai kelas
III, wali kelas dan wakil wali kelas standby di kelas selama jam efektif dan mulai
kelas IV sampai kelas VI, hanya ada satu guru yang standby di kelas. Wali kelas
dan wakil wali kelas bergantian mengampu kelas dalam melaksanakan rundown
harian.
Pencapaian hafalan Al Qur’an secara umum menunjukkan peningkatan
namun belum terevaluasi secara detail. Peningkatan terbesar dicapai pada kelas V,
dari target hafalan dua surah pada juz 29 (Al Muzzammil dan Al Mulk), dapat
dicapai empat surah dari juz 29 (Al Muzzammil, Al mulk, Al Qiyamah, dan Al
Insan). Pencapaian terendah pada kelas III dengan hanya 30% peserta didik yang
menyelesaikan hafalan juz 30.

16
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Rundown harian yang dilaksanakan di SDIT Al Mumtaz didesain sebagai
upaya membentukan kepribadian Islami pada peserta didik. Kegiatan rutin yang
berulang-ulang merupakan bentuk pembiasaan yang lama-lama akan membentuk
perilaku yang permanen. Tentu pembiasaan tidak akan bisa berjalan sendiri, harus
disinergikan dengan strategi lain yaitu keteladanan, serta pemberian
nasehat/pelajaran, reward/punishmen.
Rundown harian menjadi lebih terasa jika diterapkan pada sekolah yang
menerapkan fullday school. Rundown harian juga harus disinergikan dengan
aktivitas di rumah dan dikoordinasikan oleh wali kelas dengan orang tua peserta
didik.

B. Saran
Keberhasilan program pendidikan karakter melalui pembiasaan dengan
rundown harian sangat tergantung pada konsistensi para wali kelas melaksanakan
program tersebut. Selain itu juga monitoring yang rutin dan tindak lanjut yang
tepat. Karenanya pengisian jurnal rundown harian harus dilakukan secara disiplin.
Wali kelas dan wakil wali kelas memegang peran sangat penting untuk
mensukseskan program ini. Karenanya guru harus memiliki pemahaman yang
baik terhadap konsep sekolah Islam Terpadu dari JSIT yang diimplementasikan
oleh sekolah. Upgrading SDM perlu dilaksanakan secara kontinue sebagai bentuk
pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) bagi seluruh guru.

17
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid dan Dian Handayani. 2013. Pendidikan Karakter Perspektif Islam.
Bandung : Remaja Rosda Karya.

Abdullah Nasih Ulwan. 2012. Tarbiyatul Aulad fil Islam. Terjemahan. Solo. Insan
Kamil.

Ajat Sudrajat. 2011. Mengapa Pendidikan Karakter?. Jurnal Pendidikan Karakter


No. 1 tahun I 2011.

Benjamin S. Bloom.1956. Taxonomy of Educational Objective. London. Longman


Group Ltd.

David Osher. 2010. How Can We Improve School Discipline? Educational


Researcher Journal. Vol. 39. No. 1 January-February 2010.

Sayyid Quthb. 2004. Tafsir fii Zhilalil Qur’an Jilid 22. Terjemahan: Jakarta:
Gema Insani Press.

Sri Utami, 2015. Implementation of Integrated Thematic Learning With Humility:


Proceeding The 2015 International Seminar on Education. Bengkulu,
Indonesia: State Faculty of Teacher Training and Education Indonesia, and

Thomas Lickona. 1997. The Teacher’s Role in Character Education. Journal of


Education Volume 179, Number 2. Online. Tersedia:
www.fasper.bg.ac.rs/nastavnici/Matejic_DJ_Zorica/.../214302.pdf .
Diakses 17 Oktober 2015.

Thomas Lickona. 2014. Pendidikan Karakter dalam Pengelolaan Kelas Sekolah.


Terjemahan. Bantul. Kreasi Wacana Offset.

Thomas Lickona. 2014. Educating for Character. Pendidikan Karakter; Penduan


Lengkap Mendidik Siswa menjadi Pintar dan Baik. Terjemahan. Lita S.
Bandung: Nusa Media

Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.


Kemendiknas RI.

Zaenuri. 2019. Internalisasi Nilai-Nilai Karakter melalui Pembelajaran Tematik


Terpadu di SDIT Al Mumtaz Pontianak. Tesis. Tidak diterbitkan.
Pontianak: Universitas Tanjungpura

18
LAMPIRAN-LAMPIRAN

19
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SDIT

NO INDIKATOR
A. Memiliki Aqidah yang Lurus
1 Menghafal, memahami dan mengimani rukun iman dan rukun islam
2 Menghafal, memahami asmaul husna
3 Terbiasa hanya taku pada Alloh dan tidak takut pada setan
4 Terbiasa mengucapkan kalimat thoyibah dalam kehidupan
5 Memahami dan berlatih ikhlas dalam beramal
B. Melakukan Ibadah yang Benar
1 Mampu ber-wudhu dengan benar
2 Mampu adzan dan iqomah
3 Terbiasa shalat 5 waktu dengan tertib
4 Bersemangat dalam shalat jamaah
5 Membiasakan diri shalat sunah rawatib
6 Mengenal dan berlatih shalat Qiyamul Lail
7 Membiasakan diri ber-dzikir kepada Allah
8 Mampu membaca Al Quran dengan tartil
9 Mampu khatam Al Quran 1 kali
10 Melatih dan membiasakan diri puasa di bulan Ramadhan
Mengenalkan syaum sunah dalam menghadapi agenda penting di sekolah seperti
11
UN dan Ujian Sekolah
12 Mengenalkan malam ‘itikaf
13 Melaksanakan zakat fitrah
14 Membiasakan berinfak
15 Membiasakan niat dalam ibadah karena Allah
16 Terbiasa menyebarkan dan menjawab salam
17 Terbiasa menbaca Al Matsurot dan wirid ba’da shalat
18 Menjaga diri dari dosa-dosa kecil
19 Membiasakan diri membantu orang yang terkena musibah
20 Membiasakan diri menutup aurat
21 Berdoa dalam setiap aktivitas
22 Belajar melakukan manasik haji
23 Belajar amar ma’ruf nahi mungkar
C. Berkepribadian Matang dan Berakhlak Mulia
1 Mengenal konsep diri dengan benar
Mengenal dan berlatih bersikap percaya diri yang berlandaskan kepada nilai-
2
nilai kebenaran
Mampu mengenal, mengungkapkan dan menyelesaikan masalah yang sedang
3
dihadapi sesuai perkembangannya
Mampu menunjukkan sikap inisiatif, mandiri dan pekerja keras dalam kehidupan
4
sehari-hari
5 Belajar dan berlatih menunjukkan rasa malu untuk berbuat kesalahan / dosa
6 Belajar dan berlatih bersikap tawadhu dan menghormati orang lain
Belajar dan berlatih bersikap pemberani dalam menyampaikan nilai-nilai
7
kebenaran
8 Belajar dan berlatih bersikap qonaah dalam kehidupan sehari – hari
9 Belajar dan berlatih menepati janjinya kepada orang lain
10 Belajar dan berlatih berpikir positif kepada orang lain
11 Belajar dan berlatih memperhatikan adab berbicara kepada orang lain

20
12 Belajar dan berlatih tidak menyebut-nyebut kekurangan orang lain
13 Belajar dan berlatih menyambung tali persaudaraan (shilaturrohim)
14 Belajar dan berlatih menjenguk dan mendoakan orang yang terkena musibah
15 Berbakti kepada orang tua dan peduli kepada keluarga
16 Belajar dan berlatih memuliakan tamu
17 Belajar dan berlatih senyum, salam , dan sapa (3S) terhadap orang lain
18 Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat
19 Belajar dan berlatih dalam menerima kritik dan koreksi dari orang lain
20 Belajar dan berlatih menghargai perbedaaan dan berempati kepada orang lain
Belajar dan berlatih menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan
21
golongan sosial ekonomi dalam kehiduppan berbangsa dan bernegara
22 Menjaga fasilitas umum
23 Membiasakan sikap hidup ramah lingkungan ( go green )
Menjadi Pribadi yang Bersungguh-sungguh, Disiplin dan Mampu Menahan
D.
Nafsunya
1 Membiasakan diri hadir di sekolah tepat waktu
2 Membiasakan diri menghargai aturan yang ada
Membiasakan diri belajar dengan baik dan memanfaatkan waktu dengan
3
maksimal
4 Gemar membaca, menulis dan bercerita
5 Rajin membaca buku
6 Menyukai berita edukasi
7 Membiasakan diri mengunjungi perpustakaan
8 Belajar mengungkapkan ide/ gagasan dan wawasan
9 Membiasakan hidup rapi dan teratur serta mampu menjaga barang miliknya
10 Mengenal kebutuhan hidup (primer, skunder dan tersier)
11 Membiasakan diri untuk menjaga anggota badan dari perbuatan buruk
Menjauhi tontonan dan hiburan yang kurang bermanfaat serta permainan yang
12
mengandung unsur judi
13 Mengenal pengertian riba dan bahayanya
14 Menahan diri dari berhutang kecuali darurat
15 Menjaga adab pergaulan lawan jenis dalam islam
16 Belajar mengendalikan emosi
17 Belajar berteman dan mengenal lingkungan sekitar
18 Mengajak teman dan keluarga berbuat kebaikan
Memiliki Kemampuan Membaca, Menghafal, dan Memahami Al Quran
E.
dengan Baik
1 Mampu membaca Al Quran dengan memperhatikan kaidah ilmu tajwid
2 Menghafal Al Quran juz 30 dan ayat pilihan
3 Khatam Al Quran 3 kali
4 Membaca terjemahan Al Quran juz 30
Belajar mengaitkan Al Quran dengan realitas kehidupan sesuai dengan tahap
5
perkembangan
F. Memiliki Wawasan yang Luas
1. Dalam bidang keagamaan
1 Mengahafal 40 penggalan hadits arba’in.
2 Mengenal siroh nabawiyah dan Nabi yang bergelar ulul azmi
5 Mempelajari 6 siroh sahabat yang dijamin masuk surga
6 Mempelajari siroh Khulafaur Rosyidin
7 Mengenal ilmuwan muslim

21
8 Mengenal tokoh pejuang muslim Indonesia
10 Mengenalkan konsep kepemimpinan
11 Mengenalkan fiqh ibadah, thaharoh, shalat dan puasa
G. Memiliki Keterampilan Hidup ( life skill )
1. Kesehatan dan kebugaran
Memahami dan mengonsumsi makanan dan minuman yang halal serta baik dan
1
menjauhi yang haram
2 Membiasakan makan- makanan yang berlebel halal dan tidak kadaluarsa
3 Membiasakan diri makan secukupnya
4 Membiasakan diri makan dan minum sesuai sunnah
5 Makan sesuai waktu-waktunya
6 Mampu menyajikan makanan secara mandiri
7 Membersihkan peralatan makan dan tempatnya
8 Mengenalkan ciri-ciri badan sehat
9 Mengenal bahaya rokok, minum-minuman keras dan narkoba serta menjauhinya
10 Menjaga kebersihan lingkungan
11 Mengenal dasar-dasar medis dan P3K
12 Mengenal fungsi dan cara merawat tubuh dan menjaga penampilan
13 Membiasakan diri tidur lebih awal dan bangun sebelum fajar
14 Membiasakan berolah raga secara teratur
15 Mengenal olahraga renang
16 Mengenal gerakan-gerakan dasar beladiri
2. Life skill dan jiwa wirausaha
1 Mampu melayani diri sendiri
2 Belajar menyelesaikan tugas tanpa bantuan orang
3 Mampu mengelola uang saku harian dengan baik
4 Mengenal potensi diri
5 Belajar jual beli yang menguntungkan
6 Membangun jiwa entrepreneurship
7 Gemar menabung
8 Berlatih menghasilkan uang dari usaha sendiri
9 Mengenalkan produksi dalam negeri
10 Belajar mengungkapkan ide/ gagasan dan wawasan
11 Belajar mempresentasikan hasil pembelajaran

22
SOP RUNDOWN HARIAN

1. Pembiasaan pagi dimulai dengan ibadah. Bel pertama dibunyikan pukul


06.50 wib dengan kode bel panjang 3x. Siswa kelas 1-3 dipersilakan
berwudhu kemudian berbaris di depan kelas. Setelah rapi dipersilakan
masuk kelas dan sholat dhuha. Sementara siswa kelas 4-6 dipersilakan
melaksanakan sholat dhuha secara mandiri di masjid, diawasi oleh guru
piket. Anak-anak diingatkan untuk sholat dhuha dengan tertib dan
tumakninah . Selesai sholat dan doa, siswa segera bersiap di depan kelas.
Untuk kelas 4-6 perlu disiapkan instrumen mutabaah yang diisi secara
mandiri oleh siswa.

2. Majelis pagi
 Bel ke-dua dibunyikan pukul 07.10 dengan kode bel panjang 2 kali
pertanda majelis pagi dimulai.
 Kegiatan pembuka di pagi hari yang bertujuan untuk pembiasaan dan
pengkondisian siswa. Majelis pagi dimulai dengan doa sebelum
belajar. Dalam kegiatan Majelis Pagi guru dapat bertanya tentang
kondisi siswa, melakukan evaluasi ibadah yaumiyah yang dilakukan
di rumah, menanamkan adab dan karakter positif, tilawah bersama,
murojaah hafalan atau menambah hafalan sesuai target semester, dan
memberikan motivasi harian. Hal penting hafalan pagi, ayat yang baru
mulai dihafal, talaqi bacaan harus benar sehingga pengulangan pada
saat jeda dan hafalan siang, guru tinggal memberikan stimulus. Anak-
anak bisa jalan sendiri hafalannya.
 Khusus kelas 1, hafalan pagi include dalam sholat dhuha.
 Pembiasaan adalah sesuatu yang secara sengaja dilakukan berulang-
ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Perilaku yang menjadi
kebiasaan mempunyai ciri: relatif menetap dan pada umumnya tidak
memerlukan pertimbangan pemikiran. Yang dibiasakan adalah
perilaku terpuji terkait sikap religius dan sikap sosial serta
implementasi tata tertib sekolah, 5 kultur positif, 7K, dan 8S.
 Kegiatan Majelis Pagi dipimpin oleh wali kelas.
Khusus hari Senin.
 Majelis pagi hari senin bisa dilaksanakan dalam bentuk upacara/apel
pagi. Susunan upacara dimodifikasi menjadi lebih singkat, diambil
acara primernya saja. Upacara dalam format lengkap dapat
dilaksanakan pada hari besar, misal HUT RI, hardiknas, hari guru,
milad SDIT, dll. Upacara dapat dilaksanakan 2 pekan sekali atau
bahkan sebulan sekali. Peserta upacara minimal kelas 3 sampai kelas
5.

23
 Kegiatan senin pagi lainnya yang dapat dilaksanakan adalah senam.
Peserta senam bisa dipergilirkan.
 Pelaksanaan upacara dan senam dikoordinir oleh tim bidang
kesiswaan melibatkan seluruh guru piket senin.

3. Hafalan masa jeda


 Jeda dari mata pelajaran, hafalan pagi diulang. Jika blm hafal bisa
dengan membaca beberapa kali dengan rentang ayat pada hafalan
pagi.
 Waktu 5 menit juga bisa dilengkapi dengan ice breaking, brain gym,
atau memberi kesempatan untuk minum.

4. Hamais (hafalan, makan, istirahat)


 Pengulangan hafalan dilakukan setelah mengakhiri jam pelajaran ke-4,
sebelum snack time.
 Saat snack time selalu ingatkan anak-anak tentang adab makannya.
Bisa berupa penjelasan hadits, kisah, maupun hikmah yang
terkandung dalam sunnah terkait makan. Perlu juga diperhatikan
aspek sosialnya.

5. Maisha
 Makan siang dilakukan di dalam kelas masing-masing dengan rapi.
Pembiasaan adab dan keterampilan terkait makan perlu terus dipantau
dan ditindak lanjuti. Misal yang masih berceceran, yang biasa tdk
habis, yang terlalu lambat, dll.
 Setelah itu anak-anak dipersilakan istirahat. Anak-anak kelas 4-6
dimobilisasi ke masjid untuk sholat dzuhur berjamaah pada pukul
12.15. pembagian tempat wudhu diperjelas. Kelas 4 dan 6 ikhwan-
akhwat wudhu di tempat wudhu gedung baru. Kelas 5 ikhwan wudhu
di depan kelas 1, akhwat kelas 5 di dapur.
 Anak-anak diingatkan masuk masjid dengan tertib, meletakkan sendal
dan sepatu dengan rapi, selanjutnya doa masuk masjid. Guru piket
mengkoordinir sholat dzuhur berjamaah. Anak-anak distimulasi untuk
sholat sunnah dan murajaah jika waktunya memungkinkan. Setelah
sholat dilanjutkan dengan dzikir dan sholat sunnah ba’diyyah.
 Salah satu guru piket ikhwan menjadi imam sholat dzuhur.

6. Muhasabah
Bisa diisi dengan refleksi kegiatan seharian dari pagi. Mengingatkan
kembali komitmen-komitmen yang telah dibuat, memotivasi pencapaian

24
target, menyelesaikan konflik, mengingatkan tugas/PR, serta merancang
hari esoknya. Ditambahkan dengan menguatkan hafalan.

Catatan khusus:
 Setiap pergantian aktifitas dalam rundown ditandai dengan isyarat
bunyi bel sebagai berikut:
Waktu Kode bunyi bel Aktivitas berikutnya
O6.50 3 x panjang Wudhu dan sholat dhuha
07.10 2 x panjang Mulai majelis pagi
08.35 2 x panjang Hafalan masa jeda
08.45 1 x panjang masukPelajaran berikutnya
09.55 2 x panjang Hamais
10.10 3 x panjang Masuk Pelajaran berikutnya
11.55 2 x panjang Maisha
12.45 3 x panjang Masuk pelajaran berikutnya
13.55 1 x panjang Muhasabah kelas awal
14.05 2 x panjang Kelas awal pulang
14.30 1 x panjang Muhasabah kelas tinggi
14.40 3 x panjang Kelas tinggi pulang
Catatan: setiap pergantian jam pelajaran bunyi bel 1 kali panjang.

 Khusus hari jum’at, anak-anak perlu selalu diingatkan adab


amaliah jumatnya, tertib di masjid saat jum’atan, tidak bermain
atau ngobrol. Anak-anak kelas 4-6 ikhwan sudah dimobilisasi ke
masjid 10 menit sebelum tiba waktu dzuhur. Untuk akhwat
dipersilakan makan, sholat dzuhur dan agenda keputrian saat
ikhwan jumatan. Kelas 1-3 disilakan makan, sholat dzuhur dan
agenda character building di kelas masing-masing sampai jum’atan
selesai. Kelas 1-3 serta akhwat kelas 4-6 tidak dikeluarkan dari
kelas sebelum jumatan selesai.
 Anak-anak boleh atau tidak boleh makan siang sebelum sebelum
jum’atan disesuaikan dengan pergesaran jadwal waktu sholat. Jika
waktu dzuhur tiba setelah pukul 11.45, anak-anak boleh makan
terlebih dahulu. Sebaliknya jika waktu dzuhur sebelum pukul
11.45, anak-anak makan setelah sholat jumat.
 Perlu diingatkan dengan tegas, anak-anak tidak diperkenankan
menggunakan kaos oblong dan celana jean di sekolah.
 Anak-anak yang melaksanakan sholat ashar di sekolah perlu
dikondisikan untuk meletakkan tas dengan rapi di teras masjid
bagian belakang. Sarpras bisa membuatkan rambu maupun
fasilitas.

25
 Anak-anak juga perlu dikondisikan menjaga kebersihan masjid,
tidak makan/minum di masjid. Sering ditemukan sampah, ceceran
makanan, saus, maupun minuman tumpah di masjid.

26
Tema Majelis Pagi
Bulan: Maret

NO TEMA INDIKATOR KISI-KISI SUMBER PEMBIASAAN TARGET PERANGKAT PENDUKUNG


siswa dapat
Ayat dan hadist
mengetahui
tentang Dzikir
pentingnya Dzikir
siswa dapat Kelas 1-2: Melafalkan
Adab-adab
mengetahui adab- Siswa terbiasa wirid ba'da sholat,
dalam berdzikir Al -quran,
adab dzikir membaca Al- Kelas 3-4 : Melafalkan form amal
hadist,cerita
siswa termotivasi Keutamaan Ma'tsurah dan wirid ba'da sholat dan yaumi,form
sahabat & display &
1 DZIKIR berdzikir setelah dzikir setelah wirid ba'da sholat membaca Al-Ma'tsurah, evaluasi ibadah
buku reward kelas
sholat dengan tertib sholat secara tertib Kelas 5-6: Melafalkan siswa di masjid
kumpulan
siswa termotivasi Keutamaan dengan wirid ba'da sholat dan oleh guru piket
adab islam
membaca Al- membaca al- kesadaran sendiri membaca Al-Ma'tsurah
Ma'tsurah ma’tsurah minimal 1x/pekan
Kisah seseorang
yang senantiasa
berdzikir
Siswa dapat
mengetahui Adab menuntut
pentingnya menuntut ilmu
Siswa kelas 1 dan 2
ilmu
mengetahui adab-adab
Siswa dapat belajar Al -quran,
Adab kepada Siswa terbiasa belajar, Kelas 3 dan 4
dengan tertib dan hadist,cerita form amal
ADAB- pemberi ilmu berlajar dengan menerapkan adab-adab
tenang sahabat & yaumi,form display &
2 ADAB tertib dan belajar di kelas, kelas 5
Ketika guru masuk buku pengamatan reward kelas
BELAJAR bersungguh dan 6 terbiasa belajar
kelas siswa dapat kumpulan wali kelas
sungguh bersungguh-sungguh
duduk rapi di adab islam
Keutamaan dengan mengunakan
kursinya masing-
menuntut ilmu adab-adab belajar
masing dan sudah
siap dengan
perlengkapannya

1
siswa tidak
Ayat Al-Qur’an
memotong
dan hadist
pembicaraan guru,
tentang ilmu
ketika menjelaskan
siswa tidak
Kedudukan
mengobrol ketika
orang yang
guru sedang
berilmu
menjelaskan
siswa dapat Manfaat
menujukan sikap menuntut ilmu
sopan santun di di dunia dan di
dalam kelas akhirat
siswa dapat Kisah imam
menujukan adab syafi'i dalam
bertanya ( maaf menuntut ilmu
ustadz apakah ananda
Kisah imam
boleh ijin ke
ahmad dalam
belakang )
menuntut ilmu
Kisah para
sahabat dalam
menuntut ilmu
Cita-citaku
Motivasi anak
yang sukses
Kisah Al-Bert
Einsten

2
Bulan April

NO TEMA INDIKATOR KISI-KISI SUMBER PEMBIASAAN TARGET PERANGKAT PENDUKUNG


Siswa dapat Contoh-contoh
mengetahui adab perbuatan buruk yang
bergaul dalam islam dilakukan
Siswa mampu
Anjuran menghindari
mengendalikan
perbuatan buruk
emosi
Siswa mampu
Larangan berkata
menjaga anggota
buruk/kotor dan
badan dari perbuatan
mencaci
buruk
Siswa mengetahui Siswa kelas 1-3
adab pergaulan Ajakan berbuat baik mampu
dengan lawan jenis kepada binatang Al -quran, mengunakan adab-
(kelas 4-6) hadist,cerita Siswa mampu adab bergaul kepada
ADAB Saling menyayangi sahabat & menggunakan sesama, Kelas 4-6 form amal display &
1 antar sesama
BERGAUL buku adab-adab dalam mampu yaumi reward kelas
Menghafal penggalan kumpulan bergaul menggunakan adab-
hadist saling adab islam adab dalam bergaul
menyayangi dengan sesama jenis
Hadist tentang jangan dan berlainan jenis
marah
Pentingnya
mengendalikan emosi
Cara mengendalikan
marah dengan
berwudhu
Akibat dari tidak dapat
menegndalikan emosi
Pentingnya menjaga
adab pergaulan lawan

3
jenis

Batas-batas pergaulan
lawan jenis
Menjaga adab-adab
bergaul dengan lawan
jenis
Balasan kepada orang
yang menjaga adab
pergaulan
Siswa mengetahui
Fasilitas umum yang
pentingnya fasilitas
ada di sekolah
umum
Siswa mengetahui
Pentingnya menjaga
cara menjaga
fasilitas umum Al -quran,
fasilitas umum
Siswa termotivasi hadist,cerita Siswa mampu form amal
Menjaga Akibat tidak menjaga
menjaga fasilitas sahabat & Terbiasa menjaga menjaga dan yaumi,form display &
2 Fasilitas fasilitas umum
umum buku fasilitas umum merawat fasilitas pengamatan reward kelas
umum
Cara menjaga fasilitas kumpulan umum wali kelas
umum adab islam
Kedisiplinan negara
lain dalam menjaga
fasilitas

4
Bulan Mei

NO TEMA INDIKATOR KISI-KISI SUMBER PEMBIASAAN TARGET PERANGKAT PENDUKUNG


Siswa mengetahui
Adab berbicara terhadap
adab-adab dalam
Orang yang lebih tua
berbicara
Siswa dapat berbica
lemah lembut dan Adab berbicara kepada Al -quran,
sopan sesuai ajaran yang lebih muda Siswa mampu
hadist,cerita Terbiasa
rasulullah menggunakan
ADAB sahabat & menggunakan form amal display &
1 Larangan berbicara kotor adab-adab
BERGAUL buku adab-adab dalam yaumi reward kelas
dan mencela dalam
kumpulan berbicara
Anjuran berbicara lemah berbicara
adab islam
lembut
Cara rasulullah berbicara
Kisah sahabat tentang adab
berbicara
Siswa lebih
semangat dalam Evaluasi sholat fardhu
beribadah
Siswa mengerjakan
Ajakan memperbanyak Al -quran,
ibadah-ibadah
tilawah hadist,cerita Siswa mampu form amal
sunnah
Ibadah Siswa bersemangat sahabat & Terbiasa menjaga menjaga dan yaumi,form display &
2
Sunnah menyambut Ajakan memperbanyak buku fasilitas umum merawat pengamatan reward kelas
datangnya sholat sunnah kumpulan fasilitas umum wali kelas
Ramadhan adab islam
Keistimewaan ramadhan
Persiapan ramadahan

5
KARTU MENUJU PRESTASI HEBATKU
NAMA : BULAN : JANUARI 2019
KELAS : 6
TANGGAL TOT
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
ASPEK IBADAH
Terbiasa shalat 5 waktu dengan tertib,
tuma'ninah dan dengan kesadaran
Shalat Subuh
1 Shalat Dzuhur
Shalat Ashar
Shalat Maghrib
Shalat Isya'
2 Shalat sunnah rawatib
3 Shalat sunah Dhuha setiap hari
4 Shalat Qiyamul Lail (min. 1x/ pekan)
5 Tilawah Al-Qur'an (minimal 6 hlm/ hari)
Berdzikir dan membaca doa untuk
6
kedua orang tua setelah shalat fardhu
7 Membaca Al-Ma'tsurat seminggu sekali
8 Menghafal Qur'an
9 Muroja'ah hafalan
10 Syaum sunnah
11 Berinfak (infaq jum'at)
12 Berdoa dalam setiap aktivitas
13 Selalu menjaga adab saat di masjid
Makan minum dengan duduk dan
14
menggunakan tangan kanan
ASPEK SOSIAL
1 Mengucapkan dan menjawab salam
Berbicara dengan sopan, lemah lembut
2
dan tidak kasar kepada orang lain
3 Patuh & hormat pd orang tua dan guru
4 Membantu orang tua di rumah
5 Belajar setiap hari di rumah
6 Mengajak teman berbuat baik
7 Membuang sampah pada tempatnya
8 Menjaga interaksi ikhwan dan akhwat
1
Orang Tua, Wali Kelas,
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
1

Anda mungkin juga menyukai