Anda di halaman 1dari 5

Epistaksis

dr. Nur Mei

Epistaksis adalah keluarnya darah dari hidung


Klasifikasi :
- Letak
- Sebab
- Umur

1. Epistaksis menurut tempat


Anterior : plexus kiesellbach
Superior : arteri etmoidalis anterior
Inferior : arteri palatina mayor
Posterior : arteri sphenopalatina

2. Epistaksis menurut sebab


a. LOKAL

 Fraktur : fraktur hidung/ manipulasi (korek-korek hidung)


 Infeksi :
▪ Virus : influenza, measles (virus campak)
▪ Diphtheria
▪ Lupus vulgaris, Leprae
▪ Parasit
▪ Fungal/jamur

 Idiopatik
▪ Wegener’s granulomatosis : peradangan pada pembuluh darah seluruh tubuh
(vaskulitis generalisata) yang disebabkan karena
autoimun

▪ Osler-weber-rendau’s : penyakit keturunan, disebut juga dengan penyakit


syndrome hemoragik herediter telangiectasia (HHT). Anak-
anak yang mewarisi penyakit ini pembuluh
darahnya tampak merah-keunguan (telangiectasia)
dan mudah mengalami perdarahan. Gejala nya
berupa sering mimisan pada anak, darah pada
tinja, sesak nafas, batuk darah.
▪ Atrophic Rhinitis : penyakit infeksi hidung kronik yang ditandai dengan adanya
atrofi progresif pada mukosa dam tulang konka dan
pembentukan krusta. Salah satu gejalanya adalah epistaksis
dan hidung terasa kering

 Neoplasma di hidung, sinus paranasal, nasofaring

 Sebab lain :

▪ Krista septum nasi : penonjolan septum


▪ Corpus alineum/ benda asing di hidung

b. SISTEMIK
▪ Hipertensi : tekanan darah tinggi  pompa kuat  mudah perdarahan  epistaksis
▪ Stenosis mitral : penyempitan pada katup mitral yang mengakibatkan obstruksi
aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri
▪ Cirrhosis : kerusakan hepar jangka panjang/kronis yang menyebabkan luka pada
hati, salah satu gejalanya adalah muntah darah
▪ Koagulopati : gangguan pembekuan darah/ perdarahan yang berlebihan
▪ Anemia aplastik : ketika tubuh berhenti memproduksi cukup sel darah baru maka
anemia aplastik timbul akibat kekurangan satu/lebih jenis sel darah dengan salah satu
gejalanya kulit pucat, mimisan dan gusi berdarah
▪ Purpura : kelainan autoimun yang berdampak kepada trombosit (platelet), kondisi
ini menyebabkan mudah terjadi memar/ruam berwarna merah-keunguan atau
berdarah dan terjadi secara berlebihan karena rendahnya jumlah trombosit. Salah
satu gejalanya adalah perdarahan dari hidung/mimisan.
▪ Leukemia : keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang yang ditandai
adanya peningkatan sel darah putih (leukosit) sehingga menekan produksi eritrosit
dan trombosit. Beberapa gejalanya berupa anemia (kurangnya eritrosit) dan
perdarahan (kurangnya trombosit) serta sering dijumpai memar pada tubuh.
▪ Keganasan : meningkatnya vaskularisasi  rentan perdarahan
▪ Endometriosis : radang yang terkait dengan hormon estradiol/estrogen berupa
pertumbuhan endometrium yang disertai perambatan pembuluh darah dengan
jaringan dari lapisan dalam dinding rahim ini tumbuh di luar rongga rahim. Gejalanya
berupa sakit yang luar biasa dan perdarahan yang berlebihan saat menstruasi.
▪ Nefritis : peradangan pada ginjal oleh infeksi atau akibat autoimun hingga melukai
ginjal. Salah satu gejalanya berupa adanya darah pada urin (hematuria)
▪ Typhoid : demam tifus menyebabkan kepala pusing yang disertai dengan sakit perut
karena serangan bakteri pada limpa dan hati. Pada tingkat yang parah gejala bisa
berupa mimisan

c. UMUR

▪ Anak : > karena benda asing, manipulasi hidung dan difteri hidung
▪ Dewasa : > karena trauma dan idiopatik
▪ Umur pertengahan : > karena tumor
▪ Umur tua : > karena hipertensi

EPISTAKSIS ANTERIOR
→ biasanya dari plexus kiesellbach

Gejala klinis : ▪ perdarahan dari salah satu sisi hidung (jarang keduanya)
▪ tidak terasa adanya post nasal drip (tetesan dari hidung ke tenggorok ke
orofaring)
▪ darah berwarna merah segar/terang
Penatalaksanaan : LABORATORIUM
 darah lengkap (Hb, leukosit, trombosit, dll)
 Fungsi perdarahan : bleeding time (BT), clotting time (CT), protrombin
time (PT), activated partial thromboplastin time (APTT), platelets
TERAPI
 First aid : terapi awal, miss : menekan cuping hidung
 Definitive treatment : dengan tampon dan sejenisnya
 Prevention of recurrences : mencegah kekambuhan dengan beberapa
obat

1. Terapi awal
>> Posisi pasien : tegak, sedikit membungkuk untuk mencegah darah mengalir ke posterior
dan masuk ke tenggorok sampai lambung yang akan menyebabkan mual dan muntah
darah + cairan lambung

>> tekan cuping hidung, bernafas lewat mulut terbuka


2. Terapi definitive
>> dengan vasoconstrictor spray / xyclocaine (anesthetic agents)
>> bersihkan bekuan darah
>> gunakan tampon anterior
>> kauter (semacam laser pembakar) untuk menghentikan perdarahan :

▪ Kimia : silver nitrat stick, chromic acid bead


▪ Elektrik : dengan penggunaan salep dan jangan mengeluarkan udara lewat hidung

EPISTAKSIS POSTERIOR
 biasanya dari cabang arteri sphenopalatina
 perdarahan terjadi di bagian posterior konka media / bagian posterior superior cavum nasi

Gelaja Klinis : ▪ mual : karena ada post nasal drip masuk ke tenggorok sampai ke lambung
▪ hematemesis : muntah berdarah dalam bentuk bekuan atau gumpalan atau cairan
berwarna merah cerah
▪ anemia : karena perdarahan yang banyak
▪ hemoptisis / : Batuk berdarah
melena
▪ tidak terdapat sumber perdarahan di bagian anterior dengan rinoskopi anterior
▪ post nasal drip beruba darah dengan spatel lidah
▪ darah berwarna merah gelap

Penatalaksanaan : • rinoskopi anterior untuk melihat sumber perdarahan (jika di anterior akan
terlihat)
• ukur darah yang hilang  laboratorium
• infus kristaloid / koloid, transfusi
• pasang tampon yang diberi campuran 4% xyclocaine & 1:100 adrenalin
• gunakan vasokonstriktor spray / xyclocaine (anesthetic agents)
• bersihkan bekuan darah (suction)
• tampon posterior (Belloq/ foley cateter)
• antibiotik profilaksis & koagulan
• rawat inap dan monitoring
• konsul sp.THT

Komplikasi

 Infeksi : rinitis, sinusitis, abses/hematom septum


 hidung tersumbat
 nekrosis akibat tekanan tampon yang yang terlalu kuat bisa menyebabkan perforasi septum
 toxic shock sydrome  diberi antibiotik profilaksis

Terapi lain
• Ligasi (pengikatan) pembuluh darah yang robek pada a. Maxillaris, a. Etmoidalis, a. Carotis
eksterna

• Embolisasi  dengan penempatan kateter kecil di pembuluh darah dan suntikan partikel untuk
memblokir aliran darah

• Injeksi 2% lignocaine dan adrenalin pada foramen palatina mayor

Anda mungkin juga menyukai