Anda di halaman 1dari 10

VAKSIN

Vaksin adalah senyawa antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan


aktif dan meningkatkan imunitas tubuh terhadap suatu penyakit sehingga tubuh dapat segera
membuat antibodi yang di kemudian hari dapat mencegah atau kebal dari penyakit tersebut.
Pada tahun 1877 Louis Pasteur membuat suatu vaksin, menggunakan kuman hidup yang
telah dilemahkan. Vaksin ini dimaksudkan untuk vaksinasi cowpox dan smallpox. Pada
tahun 1881 mulai dibuat vaksin anthrax, menyusul pembuatan vaksin rabies tahun
1885.Vaksin merupakan produk biologis (bakteri, virus,toxoid) yang dilemahkan/dimatikan
atau rekombinan sehingga dapat menimbulkan kekebalan specific secara aktif terhadap
penyakit tertentu.
Penggolongan jenis Vaksin berdasarkan asal gen

1. Bibit penyakit yang dilemahkan (live attenuated)

Merupakan kuman atau virus hidup yang telah dilemahkan,contohnya seperti :

 Virus : Polio (OPV), Campak, Yellow Fever


 Bakteri: BCG

2. Bibit penyakit yang dimatikan (inactivated)

Merupakan kuman atau virus ataupun suatu komponen yang dibuat menjadi tidak aktif,
contohnya seperti :

 Virus : IPV (Inactivated Polio Vaccin, Rabies


 Bakteri : Pertusis

Jenis – jenis Vaksin

BCG Polio
DPT-HB-Hib Campak
TT Hepatitis B
DT Td

Penggolongan berdasarkan senstivitas terhadap suhu

1. Tidak Tahan Beku (Freeze Sensitive)

Merupakan golongan vaksin yang akan rusak terhadap suhu dingin <00C (beku). Contohnya
seperti Hepatitis B, DPT, DPT/HB-Hib ,DT, TT.

2. Tidak Tahan Panas (Heat Sensitive)


Merupakan golongan vaksin yang akan rusak terhadap paparan panas yang berlebih (>340C).
Contohnya seperti BCG, Polio, Campak.

Masa Simpan Vaksin

VAKSIN SUHU UMUR VAKSIN


PENYIMPANAN
Hepatitis B 26 Bulan
DPT/HB-Hib 2 Tahun
FS DPT +20C s/d +80C 2 Tahun
DT 2 Tahun
TT 2 Tahun
BCG +20C s/d +80C 1 Tahun
-150C s/d -250C
POLIO +20C s/d +80C 6 Bulan
(mampu bertahan 2 Tahun
selama 6 bulan)
-150C s/d -250C
HS
(Vaksin polio oral
yang belum terbuka
dan dapat bertahan
selama 2 tahun)
CAMPAK +20C s/d +80C 2 Tahun
-150C s/d -250C
Pelarut BCG
+20C s/d suhu kamar 4 Tahun
Pelarut Campak

Kerusakan Vaksin Terhadap Suhu


VAKSIN SUHU BERTAHAN
Hepatitis B -0,50C Max ½ jam
Dpthb-Hib, TT, DT -50C s/d – 10 0C Max 1,5-2 jam
FS
DPTHB-Hib 14 hari
Hepatitis B dan TT Beberapa 0 0C di atas 30 hari
Polio suhu kamar (<340C) 2 hari
HS
Campak dan BCG 7 hari

Indikator Perubahan Vaksin

1. Perubahan warna berdasarkan pH


Perubahan warna pada vaksin merupakan indikator kestabilan vaksin. Seperti vaksin
polio yang harus berwarna orange. Bila warnanya berubah menjadi pucat atau
kemerahan berarti pH nya telah berubah sehingga tidak stabil dan tidak boleh
digunakan.

2. Vaccin Vial Monitor (VVM)

Menilai vaksin apakah sudah pernah terpapar suhu diatas yang diperbolehkan. Caranya
membandingkan warna kotak dengan lingkaran disekitarnya.
VVM A : warna kotak masih putih dari lingkaran sekitar
VVM B : warna vaksin berubah lebih gelap tapi masih lebih terang dari lingkaran sekitar
VVM C : warna vaksin sama gelapnya dengan lingkarang sekitar
VVM D : warna vaksin lebih gelap dari lingkaran sekitar

VVM A :bila belum kadaluwarsa, boleh digunakan


VVM B : bila belum kadaluwarsa, SEGERA gunakan vaksin
VVM C dan D : JANGAN digunakan, segera lapor pimpinan

Macam- Macam Alat Penggukur Suhu

1. Termometer
Gambar Termometer Muller
Alat Pengukur Suhu tanpa Menggunakan Sensor

2. Freeze Watch

Freeze watch merupakan alat pemantau untuk paparan suhu dingin, dimana tidak dapat
memantau paparan suhu panas. Bila freeze watch ini terpapar pada suhu < 0C selama 1
jam maka latar belakang yang ada di dalam berubah menjadi biru

3. Freeze Tag

Freeze tag merupakan alat pemantau paparan suhu dingin, tidak dapat memantau paparan
suhu panas. Digerakkan dengan baterai 1,5 volt dan bertahan selama 5 tahun. Bila freeze tag
ini terpapar pada suhu < 0C selama 1 jam maka tanda rumput () atau pada monitor berubah
menjadi tanda silang (X)

Penyimpanan Vaksin

Penyimpanan vaksin membutuhkan suatu perhatian khusus karena vaksin merupakan sediaan
biologis yang rentan terhadap perubahan temperatur lingkungan. Berikut macam-macam alat
penyimpanan vaksin :

RCW 42 EK FCW 20 EK RCW 50 EK TCW 2000

(PIS E3/22-M) (PIS E3/73-M) (PIS E3/91-M) (PIS E3/111-M)

Vestfrost MK 144 Vestfrost MK 204 Dovline

(PIS E3/57-M) (PIS E3/81-M) (PIS E3/110-M)

Cold Box merupakan penyimpanan sementara dimana digunakan untuk pengiriman atau
membawa vaksin dari pabrik ke provinsi dan ke kabupaten.

Vaccine Carrier merupakan penyimpanan vaksin untuk mengirim atau membawa vaksin dari
puskesmas ke posyandu.

Menurut Petunjuk Pelaksanaan Program Imunisasi, Depkes RI, 1992, sarana


penyimpanan vaksin di setiap tingkat administrasi berbeda. Di tingkat pusat, sarana penyimpan
vaksin adalah kamar dingin/cold room. Ruangan ini seluruh dindingnya diisolasi untuk
menghindarkan panas masuk ke dalam ruangan. Ada 2 kamar dingin yaitu dengan suhu +2o C
sampai +8o C dan suhu -20o C sampai -25o C. Sarana ini dilengkapi dengan generator cadangan
untuk mengatasi putusnya aliran listrik. Di tingkat provinsi vaksin disimpan pada kamar dingin
dengan suhu -20o C sampai -25o C, di tingkat kabupaten sarana penyimpanan vaksin
menggunakan lemari es dan freezer. Cara penyimpanan untuk vaksin sangat penting karena
menyangkut potensi dan daya antigennya. Beberapa faktor yang mempengaruhi penyimpanan
vaksin adalah antara lain suhu, sinar matahari dan kelembaban.

Proses dalam pengelolaan vaksin adalah semua kegiatan pengelolaan vaksin mulai dari
permintaan vaksin, penerimaan atau pengambilan, penyimpanan sampai dengan pemakaian
vaksin.

a. Permintaan vaksin.

Permintaan kebutuhan vaksin didasarkan pada jumlah sasaran yang akan diimunisasi
dengan mempertimbangkan kapasitas tempat penyimpanan vaksin. Permintaan vaksin di
semua tingkatan dilakukan pada saat stock vaksin telah mencapai stock minimum oleh karena
itu setiap permintaan vaksin harus mencantumkan sisa stock yang ada.

b. Penerimaan atau pengambilan Vaksin.

Hal yang perlu di perhatikan dalam penerimaan vaksin yaitu:

1. melakukan pengecekan kelengkapan administrasi.


2. mengecek jenis dan jumlah vaksin dan dicocokkam dengan surat pemesanan
(SP)/SBBK.
3. Melakukan pengecekan kualitas vaksin dengan memperhatikan status VVM, Freeze tag
atau freeze watch.

Pengambilan vaksin harus menggunakan peralatan rantai vaksin yang sudah ditentukan,
Misalnya cold box atau vaccine carrier atau termos. Sebelum memasukan vaksin ke dalam alat
pembawa, petugas harus memeriksa indikator vaksin (VVM) kecuali vaksin BCG. Vaksin yang
boleh digunakan hanya bila indikator VVM A atau B di simpan dalam LE, sedangkan bila
VVM pada tingkat C atau D, vaksin tidak diterima karena tidak dapat digunakan lagi
penyimpanannya tidak perlu disimpan dalam LE. Dibuat pengajuan penggantian dan membuat
berita acara kerusakan vaksin. Selanjutnya ke dalam vaccine carrier dimasukan kotak cair
dingin (cool pack) dan di bagian tengah diletakan termometer. Vaccine carrier yang telah berisi
vaksin, selama perjalanan tidak boleh terkena matahari langsung.

b. Penyimpanan Vaksin.
Agar vaksin tetap mempunyai potensi yang baik sewaktu diberikan kepada sasaran maka
vaksin harus disimpan pada suhu tertentu dengan lama penyimpanan yang telah ditentukan di
masing-masing tingkatan administrasi.

Cara penyimpanan untuk vaksin sangat penting karena menyangkut potensi dan daya
antigennya. Dibawah ini merupakan gambaran tentang lama penyimpanan vaksin disetiap
tingkatan:

Tabel . Lama penyimpanan vaksin di setiap tingkatan

Sumber : World Health Organization, User’s handbook for vaccine cold room 0r freeze room,
2002.

Untuk melakukan pemantauan suhu rantai dingin (cold chain) vaksin maka digunakan
pemantau suhu. Pada kamar dingin (cold room) alat pemantau suhu berupa lampu alarm yang
akan menyala bila suhu di dalamnya melampaui suhu yang ditetapkan. Untuk memantau suhu
lemari es selain menggunakan termometer yang terletak pada dinding luar lemari es juga
menggunakan termometer yang diletakkan dalam lemari es. Agar vaksin tetap mempunyai
potensi yang baik sewaktu diberikan kepada sasaran maka vaksin harus disimpan pada suhu
tertentu dengan lama penyimpanan yang telah ditentukan di masing¬-masing tingkatan
administrasi. Untuk menjaga rantai dingin vaksin yang disimpan pada lemari es di Puskesmas,
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Pengaturan dan penataan vaksin di dalam lemari es


2. Pengontrolan suhu lemari es dengan penempatan termometer di dalam lemari di tempat yang
benar dan pencatatan suhu pada kartu suhu atau grafik suhu sebanyak dua kali sehari pada pagi
dan siang hari

3. Pencatatan data vaksin di buku catatan vaksin meliputi tanggal diterima atau dikeluarkan,
nomor batch, tanggal kadaluarsa, jumlah diterima atau dikeluarkan dan jumlah sisa yang ada.

Susunan vaksin dalam lemari es harus diperhatikan karena suhu dingin dari lemari es/freezer
diterima vaksin secara konduksi.

Sumber : World Health Organization, User’s handbook for vaccine, 2002.

NARKOTIKA

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 35 tahun
2009)

SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotik dan Psikotropik) merupakan aplikasi yang


dikembangkajn dan dikelola oleh Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian, Ditjen
Binfar dan Alkes, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Aplikasi SIPNAP ini merupakan bentuk fasilitas pemerintah kepada sarana pelayanan
kesehatan agar lebih mudah melakukan kewajibannya dalam melakukan pelaporan
penggunaan narkotika dan psikotropika, kemudian pemerintah akan lebih mudah memantau
distribusi narkotika dan psikotropika di sarana resmi untuk melihat ketersediaanya di lapangan
serta rantai distribusinya. Untuk mengakses aplikasi ini dapat mengunjungi
situs www.sipnap.kemkes.go.id, pada situs tersebut terdapat buku panduan pada fitur bantuan.
Buku panduan ini membantu pengguna agar dapat memahami cara penginputan sehingga dapat
dilakukan atau mengakses sendiri tanpa perlu menunggu adanya sosialisasi.

DP

Warihwati Rinansita. Menjamin Kualitas Vaksin dengan Managemen Ratai Dingin. Fakultas
Kedokteran UGM, Yogyakarta.

World Health Organization–Unicef. Inisiatif Pengelolaan Penyimpanan Vaksin, Modul 1: 10


Kriteria umum pengelolaan penyimpanan vaksin yang efektif, 2003.
World Health Organization ,Thermostability of Vaccines, 1998 24. World Health Organization,
VVM for All. www.WHO.Int/VaccinesAccess/Vacman/VVM/vvmmainpage.Htm

Anda mungkin juga menyukai