Rumah Sakit Syariah - Kelompok 3 Fixx
Rumah Sakit Syariah - Kelompok 3 Fixx
Dosen Pengampu :
Robiatul Auliyah, S.E., M.SA
Nama Kelompok :
1. Reni Munawaroh (170221100001)
2. Ziana Yustika Fitri (170221100098)
3. A’an Dwi Amrulloh (170221100103)
4. Hafifatul Masruroh (170221100108)
Pada 24-25 Maret 2017 lalu telah ditetapkan standar dan instrumen
sertifikasi rumah sakit (RS) syariah. Sertifikasi itu ditetapkan Majelis Upaya
Kesehatan Islam Seluruh Indonesia (MUKISI), sebagai wadah yang menghimpun
penyelenggara sarana kesehatan Islam, bersama Dewan Syariah Nasional (DSN)
Majelis Ulama Indonesia (MUI). Standar sertifikasi rumah sakit syariah merupakan
kado istimewa bagi bangsa Indonesia. Pasalnya, standar yang ditetapkan DSN MUI
itu yang pertama di dunia. Negara-negara di Timur Tengah pun, yang jadi pusat
kajian Islam, belum pernah mengeluarkan fatwa dan standar tentang pelayanan
kesehatan berbasis syariah. Saat ini sudah ada sekitar 10 rumah sakit yang mendapat
label syariah, kesepuluh rumah sakit itu adalah RS Islam Sultan Agung, Semarang,
RS Nur Hidayah Bantul, Yogyakarta, RS PKU Muhammadiyah, Wonosobo, RS
Islam Sari Asih Ar Rahman, Tangerangn, RS Sari Asih Ciledug, Tangerang, RS
Sari Asih Sangiang, Tangerang, RS Muhammadiyah, Lamongan, RS Awal Sehat,
Wonogiri, RS Islam Yogyakarta PDHI, Yogyakarta, RS PKU Muhammadiyah,
Yogyakarta.
a. Hadis Nabi saw. riwayat Imam al-Tirmidzi dan Ibnu Majah: Dari Amr bin Auf
al Muzani bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Shulh (penyelesaian sengketa
melalui musyawarah untuk mufakat) dapat dilakukan di antara kaum muslimin
kecuali sulh yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram;
dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram. "
b. Hadis Nabi riwayat Muslim dari Nu'man bin Basyir: "Perumpamaan orang
beriman dalam kasih sayang mereka, saling mengasihi dan saling mencintai
bagaikan satu tubuh; jikalau satu bagian menderita sakit, maka bagian lain akan
turut merasakan susah tidur dan demam. "
c. Hadis Nabi saw. riwayat Ibnu Majah dari 'Ubadah bin al-Shamit r.a., riwayat
Ahmad dari Ibnu 'Abbas r.a., riwayat Malik dari bapaknya Yahya al-Mazini
r.a., dan riwayat aI-Hakim dan al-Daruquthni dari Abu Sa'id al-Khudriy r.a.:
"Tidak boleh membahayakan/merugikan orang lain dan tidak boleh (pula)
membalas bahaya (kerugian yang ditimbulkan oleh orang lain) dengan bahaya
(perbuatan yang merugikannya). "
d. Hadis Nabi saw. riwayat lbn Hibban dari bapaknya Ja'far bin Amr r.a., riwayat
al-Tirmidzi dan al-Baihaqi dari Anas bin Malik r.a. : "Seseorang bertanya
kepada Rasulullah saw. terkait untanya, apakah saya (boleh) membiarkan
(tidak mengikat) unta saya kemudian bertawakkal (kepada Allah)? Rasulullah
saw. bersabda: "Ikatlah untamu dan bertawakallah (kepada Allah). "
e. Hadis Nabi saw. riwayat 'Abd ar-Razzaq: Dari Abi Sa'id ra., sesungguhnya
"Barang siapa mempekerjakan upahnya. "
f. Hadis Nabi saw. riwayat Ibn Majah: Rasulullah saw. bersabda: pekerja,
beritahukanlah Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra., ia berkata, Rasulullah saw.
bersabda: "Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering."
g. Hadis Nabi saw. riwayat Riwayat Abu Dawud, al-Tirmidzi, al-Nasa'i, Ibn
Majah, Ahmad, Ibn Hibban, al-Hakim, al-Baihaqi, al-Humaidi, al-Thabrani,
lbn Abi Syaibah, al-Bazzar, Ibn Abi 'Asim, al-Diya' al-Muqaddasi, Abu al-
Qasim Ibn Basyran, dan Abu Zur'ah al-'Iraqi: Dari Usamah Ibn Syuraik bahwa
dia berkata: "Seseorang datang dan bertanya: 'Wahai Rasulallah, apakah kita
(harus) berobat?' Beliau saw. bersabda: 'Iya benar, karena sesungguhnya Allah
tidaklah menurunkan suatu penyakit kecuali Dia pun menurunkan penawarnya.
(Penawar tersebut) diketahui oleh orang yang tahu, dan tidak diketahui oleh
orang yang tidak tahu '."
h. Lafadz hadis yang lain, riwayat lbn Majah, Abu Dawud, dan al-Tirmidzi yang
juga mensahihkannya): Dalam redaksi yang lain disebutkan bahwa seseorang
bertanya: "Wahai Rasulallah, apakah kita (harus) berobat?" Beliau saw.
menjawab: "Iya benar. Wahai hamba-hamba Allah, berobatlah kalian, karena
sesungguhnya Allah tidaklah meletakkan suatu penyakit kecuali Dia letakkan
pula penawarnya atau obatnya, kecuali satu penyakit". Para sahabat pun
bertanya: "Wahai Rasulallah, apakah yang satu penyakit itu?" Beliau
menjawab: "Tua renta". dalam redaksi yang lain: kecuali "Syam", yaitu
kematian.
i. Hadis riwayat Muslim, al-Nasa'i, Ahmad, ai-Hakim, lbn Hibban, AI-Baihaqi,
Abu Ya'la, al-Thahawi, al-Khathib ai-Baghdadi, Abu Zur'ah al-'Iraqi,
Muhammad Tbn Ishaq Ibn Mandah, dan Taj al-Din al-Subki: Dari Jabir, bahwa
Nabi saw. bersabda: "Bagi setiap penyakit ada obatnya. Apabila suatu obat
cocok untuk suatu penyakit, maka orang itupun sembuh dengan seizin Allah
Ta 'ala".
I. Hadis riwayat Imam Ahmad, lbn Majah, dan al-Tirmidzi: Dari Abu Khuzamah
yang bertanya: "Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang ruqyah
yang kami lakukan, dan obat-obatan yang kami gunakan, serta pelindung yang
kami pakai, Apakah hal itu dapat menolak ketentuan (qadar) Allah?" Beliau
saw .. pun menjawab: "Semua (yang engkau sebutkan itu) tbagian dari qadar
Allah".
j. J. Hadis riwayat Imam Ahmad, Muslim, Abu Dawud, Ibn Majah, Ibn Hibban,
dan al-Tirmidzi: Dari Wa'il ibn Hujr al-Hadhrami, Thariq ibn Suwaid al-Ju'fi
bertanya kepada Nabi saw .. tentang khamr, maka Rasulullah saw. melarang
(untuk menggunakannya). Thariq berkata: "Aku menggunakannya hanya
sebagai obat", Nabi saw. Pun menjawab: "Sesungguhnya khamr bukan obat,
tetapi penyakit",
k. Hadis Nabi saw. riwayat Abu Dawud: Dari Abu al-Darda', Rasulullah saw.
bersabda: "Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya, dan
Dia menjadikan setiap penyakit ada obatnya, maka berobatlah, dan janganlah
kalian berobat dengan yang haram",
I. Hadis riwayat Imam al-Bukhari, al-Tirmidzi, Ahmad, al-Darimi, al-Baihaqi,
lbn Hibban, al-Humaidi, Abu Dawud al-Thayalisi, 'Abd al-Razzaq, Ibn al-
Jarud, Abu Va"la, al-Thahawi, al-Daruquthni, dan al-Baghawi: Ibn Mas'ud
berkata tentang benda yang memabukkan: "Sesungguhnya Allah tidak
menjadikan kesembuhan penyakit kalian pada sesuatu yang diharamkan ".
l. Hadis riwayat Muslim, Abu Dawud, al-Nasa'i, Ibn Majah, al-Tirmidhi, dan
Imam Ahmad: Dari Abu Hurairah, "Rasulullah saw. melarang berobat dengan
benda yang menjijikkan (al-khabits), yaitu yang dapat mematikan (al-summ)".
m. Riwayat al-Bukhari: Al-Zuhri berpendapat tentang air kencing unta: "Kaum
muslimin telah menggunakan air kencing unta sebagai obat, dan mereka pun
memandangnya sebagai hal yang biasa'',
n. Hadis riwayat Imam Ahmad, al-Nasa'i, dan al-Thabrani: "Sesungguhnya Allah
memberikan pahala pada setiap perbuatan, bahkan hingga suapan seorang
hamba ke dalam mulutnya'',
o. Hadis riwayat al-Bukhari, Abu Dawud, al-Tirmidzi, al-Nasa'i, Malik, al-
Daruquthni, al-Thabrani, dari Said ibn Zaid: "Pohon yang ditanam pada tanah
orang lain tanpa izin tidak menghasilkan sesuatu hak apapun "
p. Hadis riwayat Thabrani, Abu Ya'la, al-Thabrani, al-Baihaqi, Ibn 'Adi, dan Abu
Nu'aim: "Sesungguhnya Allah menyukai seseorang yang mengerjakan sesuatu
dengan cermat. "
3. Kaidah fikih :
"Pada dasarnya, segala bentuk muamalat diperbolehkan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya atau meniadakan kebolehannya ".
"Kemudaratan harus dihilangkan. "
"Keadaan darurat (menyebabkan) dibolehkannya (hal-hal) yang terlarang. "
"Keperluan (akan sesuatu) dapat menempati posisi (setara dengan) darurat. "
4. Aqwal ulama:
1. Akad antara Rumah Sakit dengan Tenaga Kesehatan adalah akad Ijarah atas
jasa pelayanan kesehatan; Rumah Sakit sebagai pengguna jasa (Musta 'jir),
dan Tenaga Kesehatan sebagai pemberi jasa (Ajir),
2. Akad antara Rumah Sakit dengan Pasien adalah akad ijarah; Rumah Sakit
sebagai pemberi jasa (Ajir), dan Pasien sebagai pengguna jasa (Musta 'jir),
dalam upaya pengobatan penyakit yang dialami pasien.
3. Akad antara Rumah Sakit dengan Pemasok Alat Kesehatan dan Pemasok Alat
Laboratorium (selanjutnya disebut Pemasok) dapat berupa:
a. Akad bai '; rumah sakit sebagai pembeli (musytari), dan pemasok obat
sebagai penjual (ba'i'), baik secara tunai (naqdan), angsuran (taqsith),
maupun tangguh (ta Jil); atau
b. Akad wakalah bi al-ujrah; Rumah Sakit sebagai wakil, dan pemasok obat
sebagai pemberi kuasa (muwakkil) untuk menjual obat kepada pasien.
1. Dalam hal para pihak menggunakan akad ijarah, maka berlaku ketentuan
dan syarat akad ijarah yang terdapat dalam fatwa DSN-MUl Nomor
09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah.
2. Dalam hal para pihak menggunakan akad jual-beli, maka berlaku ketentuan
dan syarat akad jual-beli yang terdapat dalam fatwa DSN-MUI Nomor
04/DSN-MUIIIV/2000 tentang Murabahah.
3. Dalam hal para pihak menggunakan akad al-Ijarah Muntahiyyah bi al-
Tamlik, maka berlaku ketentuan dan syarat akad Ijarah Muntahiyyah bi al-
Tamlik yang terdapat dalam fatwa DSN-MUI Nomor 27IDSN-
MUIIIII12002 tentang al-ljarah al-Muntahiyyah bi al-Tamlik.
4. Dalam hal para pihak menggunakan akad Musyarakah Mutanaqishah, maka
berlaku ketentuan dan syarat akad Musyarakah Mutanaqishah yang terdapat
dalam fatwa DSN-MUI Nomor 73/DSN-MUIIXII2008 tentang Musyarakah
Mutanaqishah.
5. Dalam hal para pihak menggunakan akad mudharabah, maka berlaku
ketentuan dan syarat akad mudharabah yang terdapat dalam fatwa DSN-
MUI Nomor 07/DSN-MUIIIV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah
(Qiradh).
6. Dalam hal para pihak menggunakan akad Wakalah bi al-Ujrah, maka
berlaku ketentuan dan syarat akad Wakalah bi al-Ujrah yang terdapat dalam
substansi fatwa DSN-MUI Nomor IO/DSN-MUI/IV12000 tentang
Wakalah, dan fatwa DSN-MUI Nomor 52/DSN-MUTlIII12006 tentang
Akad Wakalah bil Ujrah pada Asuransi dan Reasuransi Syariah.
Adapun aspek akreditasi syariah yang dilakukan terhadap rumah sakit meliputi:
Aspek Administrasi dan manajemen rumah sakit (SDM, keuangan, pemasaran,
stratejik, organisasi dll), Aspek Logistik rumah sakit (bahan farmasi, makanan,
bahan habis pakai dll), Aspek Pelayanan Kesehatan (layanan medis dan layanan
penunjang medis) dan Arsitektur serta desain interior rumah sakit
Misi :
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang selamat
menyelamatkan dijiwai semangat Mencintai Allah
Menyayangi Sesama.
2. Menyelenggarakan pelayanan pendidikan dalam
rangka membangun generasi khaira ummah.
3. Membangun peradaban Islam menuju masyarakat
sehat sejahtera yang dirahmati Allah.
Rumah Sakit Sultan Agung didirikan pada tanggal 17 Agustus 1971. Rumah
Sakit yang terletak di Jl. Raya Kaligawe KM.4 dan berdekatan dengan pusat
pertumbuhan industri ( LIK & Terboyo Industri Park ), RSI SA memulai
pengabdiannya dengan pelayanan poliklinik umum, Kesehatan Ibu dan Anak untuk
warga sekitar dua tahun berikutnya diresmikan sebagai Rumah Sakit Umum pada
tanggal 23 Oktober 1973 dengan SK dari Menteri kesehatan nomor I 024/Yan
Kes/I.O.75 tertanggal 23 Oktober 1975 diresmikan sebagai RS Tipe C (RS Tipe
Madya).
RSI Sultan Agung dengan menjadi rumah sakit (rs) pertama di Indonesia.
Kepastian itu disampaikan Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) DR
H. Anwar Abbas, MM M.Ag ketika menyerahkan menyerahkan sertifikat
penetapan RS Syariah dari DSN MUI kepada Dirut RSI Sultan Agung, dr H
Masyhudi, AM, M.Kes dalam ceremony "Tasyakuran penetapan RSI Sultan Agung
sebagai RS Syariah.
"Bisa jadi, RSI Sultan Agung menjadi rumah sakit pertama di dunia untuk
konsep pelayanan kesehatan berbasis Syariah. Kita juga mendorong rumah sakit di
Indonesia yang memakai nama Islam segera melakukan sertifikasi Syariah"
tuturnya. Dalam ceremony itu juga dihadiri perwakilan MUI Jawa Tengah, ketua
Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung, H. Hasan Thoha, MBA, rs mitra RSI Sultan
Agung, perwakilan beberapa rektor universitas dsb.
MUI, lanjutnya, akan memotivasi RS-terutama dengan identitas Islam-untuk segera
melakukan pengajuan penilaian sertifikasi syariah kepada DSN- MUI. Dirut RSI
Sultan Agung, dr H Masyhudi, AM, M.Kes, dalam kesempatan yang sama
memaparkan untuk menjadi rs syariah ini membutuhkan waktu dan proses
setidaknya 2 tahun. "Ada 51 persyaratan standar serta 173 elemen penilaian.
Misalnya, terkait dengan keuangan di rs syariah ini juga harus ada akad syariah,
seperti ijarah, mudharabah, serta murabahah. RS Syariah juga bukan hanya rs Islam
saja. Namun rs milik pemerintah pun juga tidak tertutup kemungkinan bisa menjadi
RS Syariah" katanya.
Kemudian, lanjut dr Masyhudi, terkait dengan pelayanan pasien di RSI
Sultan Agung, sudahmenerapkan prinsip Islam. Misalnya pemasangan kateter
sesuai gender, himbauan pemakaian hijab bagi pasien perempua ketika akan divisite
dokter laki-laki. “Bahkan laundry juga diharuskan menggunakan prinsipg syariah
dan masih banyak elemen lain,” jelasnya. RSI Sultan Agung untuk kedua kalinya
meraih Sertifikat Halal Instalasi Gizi RSI Sultan Agung dan Sertifikat Status Sistem
Jaminan Halal. Sertifikat itu diserahkan oleh ketua Lembaga Pengkajian Pangan,
Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) Jawa
Tengah, Prof DR Ahmad Rofiq , MA
Fasilitas pelayanan RS Sultan Agung Semarang
Instalasi Laboratorium RSI Sultan Agung
Panel Demam
Tujuan : Membantu mengetahui penyebab demam seperti :
Demam Typhoid
Demam Berdarah
Malaria
Infeksi Saluran Kemih dsb
Hematologi Rutin
Urin Rutin
IGM Salmonella
Anti Dengue IgG lgM
Malaria (Sediaan Apus Darah Tepi)
Jenis Pemeriksaan :
Analisa Sperma
Testosteron
LH
FSH dll
Jenis Pemeriksaan
CEA
PSA (Tumor Prostat)
Pap Smear (Tumor Leher Rahim)
AFP (Tumor Hati)
Dan pertanda tumor lain
Unit laboratorium yang berfungsi sebagai :
1. Pemeriksaan HBS Ag
2. Alat pemeriksaan Herman (T3, T4 dan TSH)
3. Alat pemeriksaan HIV
4. Alat pemeriksaan virus Rubella
5. Alat pemeriksaan Toksoplasma
6. Alat pemeriksaan Tumor
Jenis Pemeriksaan :
T3
FT 4
TSH s
Instalasi Farmasi
Jenis pelayanan farmasi klinik di Rumah Sakit menurut standar pelayanan
kefarmasian Permenkes 58 tahun 2014:
1. Pengkajian dan pelayanan Resep
2. Penelusuran riwayat penggunaan Obat
3. Rekonsiliasi Obat
4. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
5. Konseling
6. Visite
7. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
8. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
9. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
10. Dispensing sediaan steril
11. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)
12. Handling cytostatic
KARAKTERISTIK
ISLAMI/SYARIAH NON SYARIAH
BISNIS
Azaz Aqidah Islami Sekuler
Motivasi Dunia-Akhirat Duniawi
Benefit Profit
Orientasi Keberlangsungan Pertumbuhan
Kebarokahan Keberlangsungan
Tinggi dewi reward
Etos Kerja Tinggi karena ibadah
duniawi
Maju Maju
Produktif Produktif
Sikap Mental
Demi keimanan dan Demi aktualisasi diri dan
ketaqwaan uang
Keahlian Demi pengabdian Demi reward
Amanah Menghalalkan segala cara
Operasional
Sidiq
Modal Halal Apapun OK
Keuangan Sistem Syariah Modern
Marketing Syariah Marketing Semua cara
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rumah Sakit Syariah adalah rumah sakit yang seluruh aktivitasnya
berdasarkan pada Maqashid al-Syariah al-Islamiyah (tujuan diadakannya
syariah) yaitu seperti penjagaan agama, jiwa, keturunan, akal dan penjagaan
harta. Rumah sakit dengan label syariah memiliki tanggung jawab yang lebih,
karena tidak hanya sekedar memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.
Namun, pelayanan kesehatan yang diberikan dengan upaya untuk menjaga
akidah, ibadah, dan serta muamalah sesuai dengan nilai-nilai islam,
Rumah sakit syariah beroperasi dengan mengadopsi standar-standar syariah
yang telah disertifikasi oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI). Dengan terbitnya Rumah sakit syariah maka DSN-MUI
menerbitkan pedoman penyelenggara rumah sakit berdasarkan prinsip syariah
yakni (No. 107/DSN-MUI/X/106)
Akad-akad atau transaksi yang digunakan oleh Rumah Sakit Syariah denan
para pemangku kepentingan adalah Akad Ijarah, Ijarah muntahiyah bil al-
tamlik, ba’i, mudharabah, musyarakah, dan wakalah bil ujrah
3.2 Saran
Penulis mengharapkan adanya penelitian lebih lanjut terkait Rumah sakit
syariah dan diharapkan kepada para pembaca makalah untuk memberikan
saran kepada penulis untuk perbaikan penulisan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ayuningtyas & Fazriyah. (2008) Analisis Potensi Pasar dan Atribut Pelayanan RSI
Depok. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. Vol. 3 (No. 1). Hlm. 17-22
Risetkita.id. (2018). Konsep Syariah yang Dibawa Ke Rumah Sakit: Inikah yang
Dibutuhkan Masyarakat? dalam http://risetkita.id/2018/05/13/konsep-
syariah-yang-dibawa-ke-rumah-sakit-inikah-yang-dibutuhkan-
masyarakat/2/
Rumah Sakit Sultan Agung Semarang, 2019, Profil Rumah Sakit Sultan Agung
Semarang, diakses 19 Agustus 2019 dalam http: www.rsisultanagung.co.id/