Anda di halaman 1dari 15

Dalam era kemajuan informasi dan teknologi, siswa semakin tertekan dan terintimidasi oleh

perkembangan dunia akan tetapi belum tentu dimbangi dengan perkembangan karakter dan mental
yang mantap.

Seorang Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor mempunyai tugas yaitu membantu siswa untuk
mengatasi permasalahan dan hambatan dan dalam perkembangan siswa.

Setiap siswa sebenarnya mempunyai masalah dan sangat variatif. Permasalahan yang dihadapi siswa
dapat bersifat pribadi, sosial, belajar, atau karier. Oleh karena keterbatasan kematangan siswa dalam
mengenali dan memahami hambatan dan permasalahan yang dihadapi siswa, maka konselor – pihak
yang berkompeten – perlu memberikan intervensi. Apabila siswa tidak mendapatkan intervensi, siswa
mendapatkan permasalahan yang cukup berat untuk dipecahkan. Konselor sekolah senantiasa
diharapkan untuk mengetahui keadaan dan kondisi siswanya secara mendalam.

Untuk mengetahui kondisi dan keadaan siswa banyak metode dan pendekatan yang dapat digunakan,
salah satu metode yang dapat digunakan yaitu studi kasus (Case Study). Dalam perkembangannya, oleh
karena kompleksitas permasalahan yang dihadapi siswa dan semakin majunya pengembangan teknik-
teknik pendukung – seperti hanya teknik pengumpulan data, teknik identifikasi masalah, analisis,
interpretasi, dan treatment – metode studi kasus terus diperbarui.

Studi kasus akan mempermudah konselor sekolah untuk membantu memahami kondisi siswa seobyektif
mungkin dan sangat mendalam. Membedah permasalahan dan hambatan yang dialami siswa sampai ke
akar permasalahan, dan akhirnya konselor dapat menentukan skala prioritas penanganan dan
pemecahan masalah bagi siswa tersebut.

Pengertian Studi Kasus

Kamus Psikologi (Kartono dan Gulo, 2000) menyebutkan 2 (dua) pengertian tentang Studi kasus (Case
Study) pertama Studi kasus merupakan suatu penelitian (penyelidikan) intensif, mencakup semua
informasi relevan terhadap seorang atau beberapa orang biasanya berkenaan dengan satu gejala
psikologis tunggal. Kedua studi kasus merupakan informasi-informasi historis atau biografis tentang
seorang individu, seringkali mencakup pengalamannya dalam terapi. Terdapat istilah yang berkaitan
dengan case study yaitu case history atau disebut riwayat kasus, sejarah kasus. Case history merupakan
data yang terimpun yang merekonstruksikan masa lampau seorang individu, dengan tujuan agar orang
dapat memahami kesulitan-kesulitannya yang sekarang . serta menolongnya dalam usaha penyesuaian
diri (adjustment) (Kartini dan Gulo, 2000).

Berikut ini definisi studi kasus dari beberapa pakar dalam Psikologi dan Bimbingan Konseling, yaitu ;

Studi kasus adalah suatu teknik mempelajari seorang individu secara mendalam untuk membantu
memperoleh penyesuaian diri yang lebih baik. (I.Djumhur, 1985).

Studi kasus adalah suatu metode untuk mempelajari keadaan dan perkembangan seorang murid secara
mendalam dengan tujuan membantu murid untuk mencapai penyesuaian yang lebih baik (WS. Winkel,
1995).

Studi kasus adalah metode pengumpulan data yang bersifat integrative dan komprehensif. Integrative
artinya menggunakan berbagai teknik pendekatan dan bersifat komprehensif yaitu data yang
dikumpulkan meliputi seluruh aspek pribadi individu secara lengkap (Dewa Ketut Sukardi, 1983).

Studi kasus merupakan teknik yang paling tepat digunakan dalam pelayanan bimbingan dan konseling
karena sifatnya yang komprehensif dan menyeluruh. Studi kasus menggunakan hasil dari bermacam-
macam teknik dan alat untuk mengenal siswa sebaik mungkin, merakit dan mengkoordinasikan data
yang bermanfaat yang dikumpulkan melalui berbagai alat. Data itu meliputi studi yang hati-hati dan
interpretasi data yang berhubungan dan bertalian dengan perkembangan dan problema serta
rekomendasi yang tepat.

Jadi berdasarkan pembahasan di atas dapat dikatakan bahwa studi kasus adalah suatu studi atau analisa
komprehensif dengan menggunakan berbagai teknik. Bahan dan alat mengenai gejala atau ciri-
ciri/karakteristik berbagai jenis masalah atau tingkah laku menyimpang, baik individu maupun kelompok.
Analisa itu mencakup aspek-aspek kasus seperti jenis, keluasan dan kedalaman permasalahannya, latar
belakang masalah (diagnosis) dan latar depan (prognosis), lingkungan dan kondisi individu/kelompok dan
upaya memotivasi terungkapnya masalah kepada guru pembimbing (konselor) sebagai orang yang
mengkaji kasus. Data yang telah didapatkan oleh konselor kemudian dinvertaris dan diolah sedemikian
rupa hingga mudah untuk diinterpretasi masalah dan hambatan individu dalam penyesuaiannya.
Tujuan Studi Kasus

Studi Kasus diadakan untuk memahami siswa sebagai individu dalam keunikannya dan dalam
keseluruhannya. Kemudian dari pemahaman dari siswa yang mendalam, konselor dapat membantu
siswa untuk mencapai penyesuaian yang lebih baik. Dengan penyesuian pada diri sendiri serta
lingkungannya, sehingga siswa dapat menghadapi permasalahan dan hambatan hidupnya, dan tercipta
keselarasan dan kebahagiaan bagi siswa tersebut.

Sasaran Studi kasus

Sasaran studi kasus adalah individu yang menunjukan gejala atau masalah yang serius, sehingga
memerlukan bantuan yang serius pula. Yang biasanya dipilih menjadi sasaran bagi suatu studi kasus
adalah murid yang menjadi suatu problem (problem case); jadi seorang murid membutuhkan bantuan
untuk menyesuaikan diri dengan lebih baik, asal murid itu dalam keadaan sehat rohani/ tidak mengalami
gangguan mental.

A. Latar Belakang

Setiap siswa mempunyai masalah yang sangat variatif. Permasalahan yang dihadapi siswa dapat
dapatbersifat pribadi, sosial, belajar, atau karier. Oleh karena keterbatasan kematangan siswa dalam
mengenali dan memahami hambatan dan permasalahan yang dihadapi siswa, maka konselor sebagai
pihak yang berkompeten perlu memberikan intervensi. Apabila siswa tidak mendapatkan intervensi,
siswa mendapatkan permasalahan yang cukup berat untuk dipecahkan.Konselor sekolah senantiasa
diharapkan untuk mengetahui keadaan dan kondisi siswanya secara mendalam serta membantu siswa
untuk mengatasi permasalahan dan hambatan dalam perkembangannya. Sebelum melakukan proses
konseling, sebaiknya konselor mengetahui kondisi dan keadaan siswa. Konseling baru dapat diberikan
dengan baik apabila data mengenai individu yang akan di konseling sudah diperoleh. Ada banyak metode
dan pendekatan yang dapat digunakan, salah satu metode yang dapat digunakan yaitu studi kasus (Case
Study). Metode ini merupakan integrasi dari data yang diperoleh dengan metode-metode lain. Dengan
metode studi kasus ini pembimbing bisa mendapatkan tinjauan yang mendalam. Studi kasus akan
mempermudah konselor sekolah untuk membantu memahami kondisi siswa seobyektif mungkin dan
sangat mendalam. Membedah permasalahan dan hambatan yang dialami siswa sampai ke akar
permasalahan, dan akhirnya konselor dapat menentukan skala prioritas penanganan dan pemecahan
masalah bagi siswa tersebut.
B. Pengertian Studi

Kasus Kamus Psikologi (Kartono dan Gulo, 2000) menyebutkan dua pengertian tentang Studi kasus (Case
Study) yaitu:

1. Studi kasus merupakan suatu penelitian (penyelidikan) intensif, mencakup semua informasi relevan
terhadap seorang atau beberapa orang biasanya berkenaan dengan satu gejala psikologis tunggal.

2. Studi kasus merupakan informasi-informasi historis atau biografis tentang seorang individu, seringkali
mencakup pengalamannya dalam terapi. Terdapat istilah yang berkaitan dengan case study yaitu case
history atau disebut riwayat kasus, sejarah kasus. Case history merupakan data yang terimpun yang
merekonstruksikan masa lampau seorang individu, dengan tujuan agar orang dapat memahami
kesulitan-kesulitannya yang sekarang serta menolongnya dalam usaha penyesuaian diri (adjustment)
(Kartono dan Gulo, 2000).

Berikut ini definisi studi kasus dari beberapa pakar dalam Psikologi dan Bimbingan Konseling, yaitu: Studi
kasus adalah suatu teknik mempelajari seorang individu secara mendalam untuk membantu
memperoleh penyesuaian diri yang lebih baik. (I.Djumhur, 1985). Studi kasus adalah suatu metode untuk
mempelajari keadaan dan perkembangan seorang murid secara mendalam dengan tujuan membantu
murid untuk mencapai penyesuaian yang lebih baik. (WS. Winkel, 1995). Studi kasus adalah metode
pengumpulan data yang bersifat integratif dan komprehensif. Integratif artinya menggunakan berbagai
teknik pendekatan dan bersifat komprehensif yaitu data yang dikumpulkan meliputi seluruh aspek
pribadi individu secara lengkap. (Dewa Ketut Sukardi, 1983). Studi kasus (case study) adalah suatau
metode untuk menyelidiki atau mempelajri sesuatu kejadian mengenai perseorangan (riwayat hidup).
(Bimo Walgito, 2004) Jadi berdasarkan pembahasan di atas dapat dikatakan bahwa studi kasus adalah
suatu studi atau analisa komprehensif dengan menggunakan berbagai teknik. Bahan dan alat mengenai
gejala, ciri-ciri, karakteristik berbagai jenis masalah atau tingkah laku menyimpang, baik individu maupun
kelompok. Analisa itu mencakup aspek-aspek kasus seperti jenis, keluasan dan kedalaman
permasalahannya, latar belakang masalah (diagnosis) dan latar depan (prognosis), lingkungan dan
kondisi individu atau kelompok dan upaya memotivasi terungkapnya masalah kepada guru pembimbing
(konselor) sebagai orang yang mengkaji kasus. Data yang telah didapatkan oleh konselor kemudian
dinvertaris dan diolah sedemikian rupa hingga mudah untuk diinterpretasi masalah dan hambatan
individu dalam penyesuaiannya.
C. Tujuan

Tujuan pelaksanaan studi kasus yaitu agar:

1. Konselor dapat mengenal diripribadi klien yang dianggap mempunyai


masalahsecaraluasdanmendalam.

2. Konselor dapat memahami dan menetapkan faktor-faktor penyebab permasalahan yang dihadapi
klien.

3. Konselor dapat menentukan jenis layanan yang tepat sesuai dengan permasalahan klien

4. Konselor dapat membantu siswa untuk mencapai penyesuaian yang lebih baik.

5. Siswa dapat menghadapi permasalahan dan hambatan hidupnya, dan tercipta keselarasan dan
kebahagiaan bagi siswa tersebut.

D. Fungsi Studi Kasus

Fungsi studi kasus dalam layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalahsebagai alat yang digunakan
dalam usaha Konselor melakukan pemahaman terhadap individu yang mengalami suatu permasalahan
atau mengalami kasus tertentu.

E. Sasaran Studi Kasus

Klien yang memerlukan studi kasus adalah klien-klien yang menunjukan gejala yang mengalami kesulitan
atau masalah yang serius sehingga memerlukan bantuan yang serius pula. Biasanya yang dipilih menjadi
sasaran suatu studi kasus adalah klien yang menjadi suatu problem (problem case). Jadi seorang klien
membutuhkan bantuan untuk menyesuaikan diri dengan lebih baik, dengan syarat klien dalam keadaan
sehat rohani atau tidak mengalami gangguan mental.

F. Data yang Dikumpulkan dalam Studi Kasus

Studi kasus merupakan teknik yang digunakan untuk memperoleh pemahaman diri klien yang dijadikan
sebagai kasus. Dalam pelaksanaan studi kasus konselor harus mencari data yang berkaitan dengan diri
klien.

Data yang dikumpulkan dalam studi kasus antara lain:

a. Data identitas (data pengenal);

b. Tanda-tanda atau gejala yang nampak;

c. Data sekitar klien:

1) Latar belakang keluarga (familiy bacground), antara lain: – Lingkungan rumah – Bagaimana hubungan
anggota keluarga – Status ekonominya – Disiplin dalam rumah – Bagaimana sikap oang tua terhadap
anak dan sebaliknya

2) Latar belakang jasmani dan kesehatan anak, antara lain: – Kesehatan anak pada umumnya – Keadaan
physical defect – Keadaan alat indera pada umumnya

3) Data mengenai segi pendidikannya: – Records di sekolah – Kemajuan dan kemunduran di sekolah

4) Social behavior dan minatnya, antara lain: – Hobi – Hubungan sosial – Kepercayaan kepada diri sediri –
Inisiatif
5) Tes data, antara lain: – Perhatian – Bakat – Achievement d. Interpretasi dari data dan diagnosis
(kesimpulan);

e. Langkah-langkah yang akan diambil dalam pemberian konseling.

G. Ciri-ciri Studi Kasus

Studi kasus memiliki ciri-ciri:

1. Mengumpulkan data yang lengkap. Studi kasus memerlukan data yang komprehensif dari setiap aspek
kehidupan siswa. Data yang lengkap sangat menentukan identifikasi dan analisis masalah. Apabila data
tidak lengkap dan terjadi kesalahan dalam identifikasi dan analisis masalah maka besar kemungkinan
terjadi salah penanganan (treatment) dan bahkan terjadi mal praktik.

2. Bersifat rahasia. Sesuai dengan kode etik BK, asas kerahasiaan juga berlaku dalam studi kasus. Asas
kerahasiaan sangat penting untuk menjaga kepercayaan siswa. Disisi lain sangat mungkin informasi yang
dipeoleh belum pasti kebenarannya, maka sangat berbahaya apabila informasi itu tersebar dan timbul
salah persepsi kepada individu tersebut dari berbagai pihak. Dalam hal ini konselor hendaknya hanya
memberitahu pihak-pihak yang perlu mengetahui keadaan siswa yang sebenarnya.

3. Dilakukan secara terus-menerus (continue). Studi kasus merupakan proses memahami perkembangan
siswa, maka perlu dilakukan pemahaman secara terus-menerus sehingga terbentuk gambaran individu
yang objektif dalam berbagai segi kehidupan individu yang berpengaruh pada masalah yang dihadapinya.

4. Pengumpulan data dilakukan secara ilmiah. Studi kasus harus bisa dipertanggung jawabkan secara
rasional dan objektif. Maka pengumpulan data juga harus dilakukan secara ilmiah dengan mengacu
kaidah-kaidah yang rasional dan dapat dipertanggung jawabkan kebenaran dan validitasnya.

5. Data yang diperoleh dari berbagai pihak. Data yang dikumpulkan dalam studi kasus haruslah relevan
dengan permasalahan yang dialami siswa. Pengumpulan data tentang siswa yang bermasalah di
dapatkan dari berbagai pihak yang berhubungan dengan siswa tersebut. Untuk memilih pihak sumber
informasai perlu mengingat hubungan orang tersebut apakah dekat atau mempengaruhi dalam
permasalah siswa, mempunyai informasi yang dapat dipertanggung jawabkan, rumor atau kabar burung,
mempunyai informasi yang relevan dengan permasalahan individu.

H. Pelaksanaan Studi Kasus

Pelaksanaan studi kasus oleh konselor harus berdasar pada prosedur atau langkah-langkah yang ada.
Secara garis besar langkah-langkah studi kasus sebagai berikut:

1. Instrumen atau Metode Pengumpulan Data dalam Studi Kasus Terdapat banyak metode yang dapat
dipakai dalam mengumpulkan data untuk kepentingan identifikasi masalah siswa, yaitu:

a. Kartu pribadi

b. Angket

c. Wawancara

d. Kunjungan Rumah(Home Visit)

e. Buku rapor

f. Testing

g. Rating scale
h. Autoboigrafi

i. Sosiometri

j. Studi dokumentasi

k. Daftar cek masalah (DCM)

Dalam penggunaan alat-alat tersebut ditentukan prioritas teknik yang dapat dipakai secara efektif dan
efisien.

2. Data yang dikumpulkan dalam studi kasus

a. Identitas diri

b. Latar belakang keluarga

c. Lingkungan hidup (sosial ekonomi)

d. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan

e. Riwayat kesehatan

f. Testing dalam berbagai bidang

g. Riwayat pendidikan sekolah


h. Kesusilaan dari pihak keyakinan hidup

i. Riwayat pelanggaran hidup

j. Pergaulan dengan teman-teman.

3. Cara pelaksanaan studi kasus

a. Perencanaan. Dalam perencanaan terdapat langkah-langkah sebagai berikut, yaitu:

1) Mengenali gejala. Pertama-tama mengamati adanya suatu gejala, gejala itu mungkin ditemukan atau
diperoleh dengan beberapa cara:

a) Guru pembimbing menemui sendiri gejala pada siswa yang memiliki masalah

b) Guru mata pelajaran memberikan informasi

c) Adanya siswa yang bermasalah kepada guru pembimbing

d) Wali kelas meminta bantuan guru pembimbing untuk menangani seorang siswa yang bermasalah
berdasarkan informasi yang diterimanya dari pihak lain, seperti siswa, para guru, ataupun pihak tata
usaha.

2) Membuat deskripsi kasus. Setelah gejala itu dipahami oleh guru pembimbing, kemudian dibuatkan
suatu deskripsi kasusnya secara objektif, sederhana, tetapi cukup jelas.
3) Setelah deskripsinya dibuat, dipelajari lebih lanjut aspek ataupun bidang-bidang masalah yang
mungkin dapat ditemukan dalam deskripsi itu. Kemudian ditentukan jenis masalahnya, apakah
menyangkut masalah pribadi, sosial, belajar atau karir.

4) Jenis masalah yang telah dikelompokkan itu dijabarkan dengan cara mengembnagkan ide-ide atau
konsep-konsep menjadi lebih rinci, agar lebih mudah memahami permasalahannya.

5) Adanya jabaran masalah yang lebih terinci dapat membantu guru pembimbing untuk membuat
perkiraan kemungkianan sumber penyebab masalah.

6) Perkiraan kemungkinaan sumber penyebab membantu mengetahui jenis informasi yang dikumpulkan,
sumber informasi yang perlu dikumpulkan, dan teknik atau alat yang digunakan dalam mengumpulkan
informasi.

b. Pengumpulan data. Terdapat beberapa teknik dalam pengumpulan data, tetapi yang lebih sering
digunakan dalam studi kasus adalah observasi, wawancara, dan analisis dokumentasi. Setelah data
terkumpul konselor dapat mulai mengorgansasi dan mengklasifikasi data menjadi bagian-bagian yang
dapat dikelola.

c. Penggunaan dan pengolahan data. Penggunaan dan pengolahan data merupakan usaha pengolahan
data untuk merangkum, menggolongkan, dan menghubungkan data yang diperoleh dalam tahap
pengumpulan data. Dengan demikian dapat menunjukkan keseluruhan gambaran tentang diri anak,
rumusan ini bersifat ringkas dan padat.

d. Sintesa dan interpretasi data Setelah mengolah data selanjutnya data studi kasus diinterpretasikan
dengan case conference antara petugas yang melakukan studi kasus, dalam case conference terlibat
beberapa petugas khusus yang mempelajari setipa kasus dari individu yang bermasalah. Rumusan ini
dilakukan melalui pengambilan atau pengambilan kesimpulan yang logis.

e. Membuat perencanaan pelaksanaan pertolongan (treatment) Merupakan langkah yang ditempuh


untuk menetapkan teknik atau bantuan yang diberikan kepada siswa yang bermasalah serta
memprediksi kemungkinan yang akan timbul oleh siswa sehubungan dengan masalah yang sedang
dialami. Berdasarkan hasil case conference disusun suatu rekomendasi yang berwujud saran-saran,
treatment (perlakuan) yang perlu dilakukan dan selanjutnya secara terus menerus diikuti dan dicatat
setiap perubahan atau perkembangan yang terjadi pada siswa yang bersangkutan.

f. Evaluasi dan tindaklanjut (follow up) Kegiatan ini dilakukan setelah melakukan treatment atau
membuat perencanaan pelaksanaan pertolongan. Untuk tindak lanjut bisa dilakukan oleh pengajar
sendiri, guru BK, ataupun dirujuk dan di alihtangankan kepada pihak lain yang lebih berkompeten
maupun dari oarang tua siswa itu sendiri.

KONSEP STUDI KASUS

Asal usul studi kasus

Salah satu perkembangan yang paling penting dari metode studi kasus ialah dalam lapangan hukum.
Studi kasus dimulai kira–kira tahun 1970 sebagai suatu alat untuk melatih siswa–siswa untuk memikirkan
tentang prinsip–prinsip yang fundamental. Sekarang studi kasus merupakan suatu metode dasar/basic
metode baik dalam psikologi maupun dalam psikiatris.

Studi kasus dalam rangka pelayanan bimbingan merupakan metode untuk mempelajari keadaan dan
perkembangan seorang siswa secara lengkap dan mendalam. Dengan tujuan memahami individualitas
siswa dengan baik dan membantunya perkembangan selanjutnya. Studi kasus mengandung pula analisis
terhadap hubungan antara data yang terkumpul, disertai interpretasi dan rekomendasi tentang tindak
lanjut (follow-up).

Definisi Studi Kasus

Studi kasus merupakan metode pengumpulan data secara komprehensif yang meliputi aspek fisik dan
psikologis individu, dengan tujuan memperoleh pemahaman secara mendalam baik fisik maupun
psikisnya. Selanjutnya dapat meningkatkan perkembangan dan upaya untuk membantu individu,
sehingga mampu menyesuaikan diri dengan baik di lingkungannya.

Batasan studi kasus meliputi: (1) sasaran penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa, latar, dan
dokumen; (2) sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu totalitas sesuai dengan
latar atau konteksnya masing-masing dengan maksud untuk memahami berbagai kaitan yang ada di
antara variabel-variabelnya.

Karakteristik studi kasus

Kasus merupakan suatu permasalahan yang dihadapi oleh konseli atau klien. Sebuah kasus harus segera
diselesaikan agar siswa atau konseli dapat melakukan kegiatan belajar dengan baik dan menyelesaikan
tugas-tugas sekolahnya. karakteristik kasus dalam bimbingan konseling di sekolah meliputi:
a. Adanya peristiwa atau kejadian yang dipandang sebagai suatu masalah yang cukup serius yang
dialami siswa secara perorangan maupun kelompok.

b. Masalah tersebut masih dalam wilayah lingkungan atau ruang lingkup bimbingan dan konseling
di sekolah.

c. Tidak terselesaikannya masalah tersebut secara tepat atau sehat akan menimbulkan kerugian,
misalnya kegoncangan jiwa kronis, jatuhnya pribadi, maupun merugikan pihak lain.

d. Pada umumnya perlu mendapatkan bantuan dalam proses penyelesaiannya, dalam hal ini
diperlukan model penanganan secara khusus oleh petugas yang kompeten dan berwenang.

Studi kasus memiliki ciri–ciri antara lain: mengumpulkan data yang lengkap, bersifat rahasia, terus
menerus (kontinue) secara ilmiah dan diperoleh dari berbagai pihak. Berbagai ciri-ciri tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:

a. Data yang lengkap, bukan berarti data yang banyak, karena data yang banyak belum tentu
lengkap.

b. Bersifat rahasia, maksudnya data atau keterangan yang diperoleh tentang individu harus dijaga
kerahasiaannya.

c. Berlangsung secara terus menerus, maksudnya di dalam memahami dan menolong individu
harus dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan, jangan sampai berhenti sebelum
memperoleh pemahaman dan dapat memberikan bantuan sampai kasusnya terselesaikan.

d. Secara ilmiah, maksudnya konselor dalam memahami kasus berdasarkan data dan diperoleh
secara ilmiah.

e. Data diperoleh dari berbagai pihak, maksudnya data yang dibutuhkan konselor untuk
membantu individu diperoleh dari berbaga sumber yang diperkirakan dapat memberikan informasi
tentang diri individu. Sumber data tersebut seperti kartu pribadi, wawancara informasi, otobiografi, data
hasil testing, arsip catatan kesehatan, wali kelas, guru-guru, petugas bimbingan yang lain, dan orang-
orang lain yang sudah lama mengenal siswa.

Data yang dikumpulkan dalam studi kasus ini ialah, antara lain: 1) identifikasi diri, seperti nama, kelamin,
tanggal lahir, alamat, nomor pokok, dan sebagainya. 2) latar belakang keluarga, yang meliputi data
mengenai besarnya keluarga, status sosial keluarga, pekerjaan orang tua, keadaan saudara–saudaranya,
situasi di rumah, bantuan orang tua, dan lain sebagainya. 3) keadaan kesehatan dan perkembangan
jasmani, yang meliputi keterangan tentang ciri–ciri jasmani, penyakit yang diderita dan sebagainya. 4)
latar belakang pendidikan, seperti hasil belajar, pengalaman pendidikan, kegagalan dalam pendidikan,
minat belajar, cita–cita pendidikan dan sebagainya. 5) kemampuan dasar, seperti kecerdasan, bakat,
minat, sikap, dan sebagainya. 6) tingkah laku sosial, latar belakang pergaulan, sikapnya terhadap orang
lain, peranan dalam kelompok dan hal lainnya.

Tujuan Studi Kasus

Studi kasus merupakan teknik untuk mengentaskan permasalahan siswa melalui pendekatan yang
mendalam dan melalui tahap-tahap pengamatan dan penelitian yang digunakan untuk mengetahui
penyebab permasalahan yang dialami siswa. Tujuan studi kasus di sekolah adalah untuk mencapai dan
mendapatkan pemahaman mengenai individu secara mendalam sehingga dapat dibuat program
bantuan guna membantu individu mencapai penyesuaian yang lebih baik. Tujuan studi kasus dapat
dibedakan menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

a. Tujuan Umum

Secara umum tujuan studi kasus bertujuan untuk: 1) memperoleh gambaran yang jelas tentang keadaan
pribadi siswa yang dianggap mempunyai masalah belajar, 2) untuk mengetahui penyebab-penyebab dan
menerapkan jenis dan sifat kasulitan belajar serta latar belakang timbulnya masalah yang dihadapi siswa
kasus, dan 3) untuk memberi bekal pengalaman kepada calon guru agar lebih peka terhadap
permasalahan yang dihadapi siswa dan mampu memecahkannya.

b. Tujuan Khusus

Secara khusus pelaksanan studi kasus bertujuan untuk: 1) memberikan bimbingan dan penyuluhan bagi
siswa yang mempunyai masalah, 2) membantu siswa menyesuaikan diri dengan lingkungan, dan 3)
membantu siswa memecahkan masalah dan mengembangkan potensi belajar siswa secara optimal.

Jenis-jenis Studi Kasus

Terdapat lima jenis studi kasus, yaitu:

1. Studi kasus observasi, mengutamakan teknik pengumpulan datanya melalul observasi peran-
serta atau pelibatan (participant observation), sedangkan fokus studinya pada suatu organisasi tertentu..
Bagian-bagian organisasi yang menjadi fokus studinya antara lain: (a) suatu tempat tertentu di dalam
sekolah; (b) satu kelompok siswa; (c) kegiatan sekolah.

2. Studi kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu orang dengan maksud
mengumpulkan narasi orang pertama dengan kepemilikan sejarah yang khas. Wawancara sejarah hidup
biasanya mengungkap konsep karir, pengabdian hidup seseorang, dan lahir hingga sekarang, masa
remaja, sekolah, topik persahabatan dan topik tertentu lainnya.
3. Studi kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus kemasyarakatan (community
study) yang dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga atau masyarakat sekitar (komunitas).

4. Studi kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba menganalisis situasi terhadap
peristiwa atau kejadian tertentu. Misalnya terjadinya pengeluaran siswa pada sekolah tertentu, maka
haruslah dipelajari dari sudut pandang semua pihak yang terkait, mulai dari siswa itu sendiri, teman-
temannya, orang tuanya, kepala sekolah, guru dan mungkin tokoh kunci lainnya.

5. Mikroethnografi, merupakan jenis studi kasus yang dilakukan pada unit organisasi yang sangat
kecil, seperti suatu bagian sebuah ruang kelas atau suatu kegiatan organisasi yang sangat spesifik pada
anak-anak yang sedang belajar menggambar.

Kelemahan dan Kelebihan Studi Kasus

1. Kelebihan Studi Kasus

Studi kasus mampu mengungkapkan hal-hal yang spesifik, unik dan hal-hal yang amat mendetail yang
tidak dapat diungkap oleh studi yang lain. Studi kasus mampu mengungkap makna di balik fenomena
dalam kondisi apa adanya atau natural. Studi kasus tidak sekedar memberi laporan faktual, tetapi juga
memberi nuansa, suasana kebatinan dan pikiran-pikiran yang berkembang dalam kasus yang menjadi
bahan studi yang tidak dapat ditangkap oleh penelitian kuantitatif yang sangat ketat.

2. Kelemahan Studi Kasus

Dari kacamata penelitian kualitatif, studi kasus dipersoalkan dari segi validitas, reliabilitas dan
generalisasi. Namun studi kasus yang sifatnya unik dan kualitatif tidak dapat diukur dengan parameter
yang digunakan dalam penelitian kuantitatif, yang bertujuan untuk mencari generalisasi.

Manfaat Studi Kasus

Manfaat studi kasus dalam layanan bimbingan siswa di sekolah adalah merupakan suatu upaya dalam
membantu siswa yang bermasalah supaya dapat memahami kemampuan dirinya dan lingkungan dalam
usaha untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Selain itu juga, dapat berguna untuk siswa agar
mengetahui keadaan diri sendiri dan bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai