Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

“MENGURAIKAN STUDI”

Dosen pengampu:

H. Rabbul Izzatin, MM

Oleh:

Rizky Pranando (1920203016)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala, yang dengan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Manajemen sumber daya manusia
yang berjudul “menguraikan studi” Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, pembawa umat minazhulumati ilannur. Sebagaimana dalam
peribahasa bahwa “tak ada gading yang tak retak” dalam penyusunan makalah ini pun kami
menyadari masih banyak sekali kekurangannya, maka dari itu kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan penyusunan dimasa yang akan datang sangat kami harapkan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan senantiasa membawa kemudahan bagi
kita dalam belajar untuk meraih prestasi yang kita inginkan.

Palembang, Senin 16 Mei 2022

Penulis

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam era kemajuan informasi dan teknologi, siswa semakin tertekan dan
terintimidasi oleh perkembangan dunia akan tetapi belum tentu dimbangi dengan
perkembangan karakter dan mental yang mantap. Seorang Guru Bimbingan dan
Konseling atau Konselor mempunyai tugas yaitu membantu siswa untuk mengatasi
permasalahan dan hambatan dan dalam perkembangan siswa.
Setiap siswa sebenarnya mempunyai masalah dan sangat variatif.
Permasalahan yang dihadapi siswa dapat bersifat pribadi, sosial, belajar, atau karier.
Oleh karena keterbatasan kematangan siswa dalam mengenali dan memahami
hambatan dan permasalahan yang dihadapi siswa, maka konselor – pihak yang
berkompeten – perlu memberikan intervensi. Apabila siswa tidak mendapatkan
intervensi, siswa mendapatkan permasalahan yang cukup berat untuk dipecahkan.
Konselor sekolah senantiasa diharapkan untuk mengetahui keadaan dan kondisi
siswanya secara mendalam.
Untuk mengetahui kondisi dan keadaan siswa banyak metode dan pendekatan
yang dapat digunakan, salah satu metode yang dapat digunakan yaitu studi kasus
(Case Study). Dalam perkembangannya, oleh karena kompleksitas permasalahan yang
dihadapi siswa dan semakin majunya pengembangan teknik-teknik pendukung –
seperti hanya teknik pengumpulan data, teknik identifikasi masalah, analisis,
interpretasi, dan treatment – metode studi kasus terus diperbarui.
Studi kasus akan mempermudah konselor sekolah untuk membantu
memahami kondisi siswa seobyektif mungkin dan sangat mendalam. Membedah
permasalahan dan hambatan yang dialami siswa sampai ke akar permasalahan, dan
akhirnya konselor dapat menentukan skala prioritas penanganan dan pemecahan
masalah bagi siswa tersebut.

B. Rumusan masalah
1. Apa itu studi kasus?
2. Bagaimana tujuan dan sasaran dari studi kasus?
3. Bagaimana langkah-langkah memahami kasus?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Studi kasus
1. Pengertian studi kasus
Studi kasus yang di kenal tertua adalah suatu catatan tentang penempatan anak
yang diperkirakan di buat kira-kira pada tahun 4000 SM. Salah satu
perkembangan yang paling penting dari metode studi kasus adalah dalam
lapangan hukum. Studi kasus dimulai di hardvard school kirs-kirs tahun 1970
sebagai suatu alat untuk melatih siswa-siswa untuk memikirkan tentang prinsip-
prinsip yang fundamentil.
Kamus Psikologi (Kartono dan Gulo, 2000) menyebutkan 2 (dua) pengertian
tentang Studi kasus (Case Study). pertama Studi kasus merupakan suatu penelitian
(penyelidikan) intensif, mencakup semua informasi relevan terhadap seorang atau
beberapa orang biasanya berkenaan dengan satu gejala psikologis tunggal. Kedua
studi kasus merupakan informasi-informasi historis atau biografis tentang seorang
individu, seringkali mencakup pengalamannya dalam terapi. Terdapat istilah yang
berkaitan dengan case study yaitu case history atau disebut riwayat kasus, sejarah
kasus. Case history merupakan data yang terimpun yang merekonstruksikan masa
lampau seorang individu, dengan tujuan agar orang dapat memahami
kesulitankesulitannya yang sekarang . serta menolongnya dalam usaha
penyesuaian diri (adjustment).
Menurut Depdikbud menjelaskan bahwa “studi kasus adalah suatu studi atau
analisa yang komprehensif dengan menggunakan berbagai teknik, bahan dan alat
mengenai gejala atau ciri-ciri karakteristik berbagai jenis masalah atau tingkah
laku menyimpang baik individu maupun kelompok”.
Menurut Wibowo menjelaskan bahwa “studi kasus adalah
suatu teknik untuk mempelajari keadaan dan perkembangan seseorang secara
mendalam dengan tujuan untuk mencapai penyesuaian diri yang lebih baik”. 1

1
Hermi rahmawati, Mencermati Masalah Keterampilan Melaksanakan Studi Kasus Wujud Kinerja
Konselor Sekolah,(surabaya: Unesa Uneversity Press: Surabaya, 2005), hlm. 15-16

2
Berdasarkan kedua pendapat tersebut maka penulis menyimpulkan
bahwa studi kasus adalah suatu teknik yang mempelajari keadaan seseorang
secara detail dan mendalam, baik fisik maupun psikisnya. Selanjutnya dapat
meningkatkan perkembangan dan upaya untuk membantu individu, sehingga
mampu menyesuaikan diri dengan baik dengan lingkungannya.
Studi kasus merupakan teknik mengadakan persiapan konseling yang
memakai ciri-ciri yaitu mengumpulkan data yang lengkap, bersifat rahasia, terus
menerus secara ilmiah, dan data diperoleh dari beberapa pihak.

2. Tujuan Studi kasus


Studi Kasus diadakan untuk memahami siswa sebagai individu dalam
keunikannya dan dalam keseluruhannya. Kemudian dari pemahaman dari siswa
yang mendalam, konselor dapat membantu siswa untuk mencapai penyesuaian
yang lebih baik. Dengan penyesuian pada diri sendiri serta lingkungannya,
sehingga siswa dapat menghadapi permasalahan dan hambatan hidupnya, dan
tercipta keselarasan dan kebahagiaan bagi siswa tersebut.
Studi kasus merupakan teknik untuk mengentaskan permasalahan siswa
melalui pendekatan yang mendalam dan melalui tahap-tahap pengamatan dan
penelitian yang digunakan untuk mengetahui penyebab permasalahan yang
dialami siswa.
Menurut Winkel “tujuan studi kasus adalah untuk memahami individu secara
mendalam tentang perkembangan individu dalam penyesuaian dengan
lingkungan.”
Menurut Suryabrata “tujuan studi kasus adalah untuk
mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi
lingkungan, individu, kelompok, lembaga, dan masyarakat.” Berdasarkan uraian
diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa tujuan studi kasus adalah ntuk
memahami individu secara mendalam guna membantu individu mencapai
penyesuaian yang lebih baik.

3. Sasaran Studi kasus


Sasaran studi kasus adalah individu yang menunjukan gejala atau masalah
yang serius sehingga memerlukan bantuan yang serius pula. Yang biasanya dipilih
menjadi sasaran bagi suatu studi kasus adalah murid yang menjadi suatu problem

3
(problem case); jadi seorang murid membutuhkan bantuan untuk menyesuaikan
diri dengan lebih baik, asal murid itu dalam keadaan sehat rohani/ tidak
mengalami gangguan mental

4. Ciri-Ciri Kasus
Kasus merupakan suatu permasalahan yang dihadapi oleh konseli atau
klien. Sebuah kasus harus segera diselesaikan agar siswa atau konseli dapat
melakukan kegiatan belajar dengan baik dan menyelesaikan tugas-tugas
sekolahnya.
Menurut Eddy Herdarno ciri-ciri kasus dalam bimbingan konseling disekolah
meliputi:
a. Merupakan adanya peristiwa atau kejadian yang dipandang sebagai suatu
masalah yang cukup serius yang dialami siswa secara perorangan maupun
kelompok.
b. Masalah tersebut masih dalam wilayah lingkungan atau ruang lingkup
bimbingan dan konseling disekolah.
c. Tidak terselesaikannya masalah tersebut secara tepat atau sehat akan
menimbulkan kerugian, misalnya kegoncangan jiwa kronis, jatuhnya pribadi,
maupun merugikan pihak lain.
d. Pada umumnya perlu mendapatkan bantuan dalam proses penyelesaiannya,
dalam hal ini diperlukan model penanganan secara khusus oleh petugas yang
kompeten dan berwenang.2
Ciri-ciri khusus pada kutipan diatas pada dasarnya menunjukkan
bahwa masalah yang dihadapi siswa cukup serius sehingga dapat menghambat
perkembangan pribadinya atau orang lain. Agar dapat menyelesaikan tugas-
tugas sekolah lainnya, permasalahan mereka perlu ditelaah secara mendalam
agar dapat mengatasinya.

5. Langkah-langkah memahami kasus


Untuk mengetahui keadaan dan kondisi siswa yang bermasalah atau tidak
kita harus melakukan beberapa pendekatan supaya mengetahui siswa tersebut
bermasalah atau tidak. Selain itu untuk memahami sebuah kasus yang dihadapi

2
Febrianto nugroho, studi kasus sekolah, (surakarta: UNS Press, 2009), Hlm. 32

4
oleh siswa dibutuhkan beberapa langkah-langkah, agar hasilnya bisa akurat dan
objektif didalam mengidentifikasi suatu permasalahan.
Menurut Depdikbud Dirjen Dikdas dan Umum langkahlangkah dalam
pelaksanaan studi kasus adalah sebagai berikut:

1. Mengenali gejala.

2. Membuat suatu deskripsi kasus secara obyektif, sederhana, dan jelas.

3. Mempelajari lebih lanjut aspek yang ditemukan untuk menentukan jenis


masalahnya.

4. Jenis masalah yang sudah dikelompokkan, dijabarkan dengan cara


menyumbang ide-ide yang lebih rinci.

5. Membuat perkiraan kemungkinan penyebab masalah.

6. Membuat perkiraan kemungkinan akibat yang timbul dan jenis bantuanyang


diberikan baik bantuan langsung guru pembimbing atau perlu konferensi
kasus atau alih tangan kasus (referal case).

7. Kerangka berpikir untuk menentukan langkah-langkah menangani dan


mengungkap kasus.

8. Perkiraan penyebab masalah itu membantu untuk mempelajari jenis informasi


yang dikumpulkan dalam teknik atau alat yang digunakan dalam
mengumpulkan informasi atau data.

9. Langkah pengumpulan data terutama melihat jenis informasi atau data yang
diperlukan seperti antara lain kemampuan akademik, sikap, bakat, dan minat,
baik melalui teknik tes maupun teknik non tes.

Langkah-langkah dalam mengungkap kasus sesuai dengan kutipan diatas,


maka pemahaman terhadap suatu kasus perlu dilakukan secara menyeluruh,

5
mendalam, dan obyektif. Menyeluruh artinya meliputi semua jenis informasi yang
diperlukan, baik kemampuan akademik, keadaan sosial, psikologis, termasuk
bakat, minat, keadaan keluarga maupun keadaan fisik. Informasi itu dipelajari
melaui berbagai cara termasuk wawancara, kunjungan rumah, observasi, dan
catatan komulatif. Penjelajahan jenis informasi melalui cara tersebut bukan saja
menambah wawasan yang lebih luas, melainkan juga pemahaman semakin
mendalam, dan tentunya informasi atau data yang terkumpul itu haruslah akurat
dan obyektif.

6. Data-data dalam studi kasus


Data yang dikumpulkan dalam studi kasus ini ialah antara lain:
a. Identifikasi diri, sepert nama, kelamin, tanggal lahir, alamat nomor pokok dan
sebagainya.

b. Latar belakang keluarga, yang meliputi data mengenai: besarnya keluarga,


status sosial keluarga, pekerjaan orang tua, keadaan saudara-saudaranya, situasi di
rumah, bantuan orang tua dan sebagainya.

c. Keadaan kesehatan dan perkembangan jasmani, yang meliputi keterangan


tentang ciri-ciri jasmani, penyakit yang di derita dan sebagainya.

d. .Latar belakang pendidikan, seperti hasil belajar, pengalaman pendidikan,


kegagalan dalam pendidikan, minat belajar, cita-cita pendidikan dan sebagainya.

e. Kemampuan dasar, seperti kecerdasan, bakat, minat,sikap dan sebagainya.

f. Tingkah laku sosial, meliputi latar belakang pergaulan, kelompoknya, sikapnya


terhadap orang lain, peranan dalam kelompoknya dan sebagainya 3

3
Ahmad yudishtira, studi kasus pendidikan, (jakarta: CV Graha Abadi, 2013), hlm. 54

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
studi kasus adalah suatu teknik yang mempelajari keadaan seseorang
secara detail dan mendalam, baik fisik maupun psikisnya. Selanjutnya dapat
meningkatkan perkembangan dan upaya untuk membantu individu, sehingga
mampu menyesuaikan diri dengan baik dengan lingkungannya.
Studi kasus merupakan teknik mengadakan persiapan konseling yang
memakai ciri-ciri yaitu mengumpulkan data yang lengkap, bersifat rahasia,
terus menerus secara ilmiah, dan data diperoleh dari beberapa pihak.
Langkah-langkah dalam mengungkap kasus pemahaman terhadap suatu
kasus perlu dilakukan secara menyeluruh, mendalam, dan obyektif.
Menyeluruh artinya meliputi semua jenis informasi yangdiperlukan, baik
kemampuan akademik, keadaan sosial, psikologis, termasuk bakat, minat,
keadaan keluarga maupun keadaan fisik. Informasi itu dipelajari
melaui berbagai cara termasuk wawancara, kunjungan rumah, observasi, dan
catatan komulatif. Penjelajahan jenis informasi melalui cara tersebut bukan
saja menambah wawasan yang lebih luas, melainkan juga pemahaman
semakin mendalam, dan tentunya informasi atau data yang terkumpul itu
haruslah akurat dan obyektif.

7
DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, febrianto. 2009. studi kasus sekolah. surakarta: UNS Press.


Rahmawati, hermi. 2005. Mencermati Masalah Keterampilan Melaksanakan Studi Kasus
Wujud Kinerja Konselor Sekolah. surabaya: Unesa Uneversity Press: Surabaya.

Yudishtira, ahmad. 2013. studi kasus pendidikan. jakarta: CV Graha Abadi.

Anda mungkin juga menyukai