Anda di halaman 1dari 5

HARI GIZI NASIONAL 2017: AYO MAKAN SAYUR DAN BUAH

SETIAP HARI
DIPUBLIKASIKAN PADA : RABU, 25 JANUARI 2017 00:00:00, DIBACA : 34.920 KALI Jakarta, 25 Januari 2017

Pilar pertama program Indonesia Sehat adalah upaya mengubah pola pikir masyarakat
agar memiliki paradigma sehat. Penerapan paradigma sehat dilaksanakan melalui dua
upaya, yakni melalui Pendekatan Keluarga dan karena sektor kesehatan tidak mampu
bekerja sendiri, maka dilaksanakan pula upaya lintas sektor melalui Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS). Tahun ini, GERMAS berfokus pada tiga aktifitas
utama, yaitu: memeriksa kesehatan secara rutin, melakukan aktivitas fisik, dan
mengkonsumsi sayur dan buah.

Guna mendukung GERMAS, Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek,
Sp.M(K) mengajak masyarakat untuk mulai membiasakan diri mengkonsumsi sayur dan
buah setiap hari.

Saya ingin mengajak masyarakat untuk mengonsumsi beragam sayuran dan buah
nusantara, yang ada dan banyak tersedia di daerah lokal, ujar Menkes pada
peringatan Hari Gizi Nasional (HGN) 2017 di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta
Selatan (25/1). Peringatan HGN 2017 mengangkat tema Peningkatan Konsumsi Sayur
dan Buah Nusantara Menuju Masyarakat Hidup Sehat dengan slogan Ayo Makan Sayur
dan Buah Setiap Hari.

Hasil penelitian riset kesehatan dasar (Riskesdas, 2010) menyatakan masih banyak
penduduk yang tidak cukup mengonsumsi sayuran dan buah-buahan. Data (Riskesdas,
2013) menyebutkan sebanyak 93,5% penduduk usia > 10 tahun mengkonsumsi sayuran
dan buah-buahan di bawah anjuran. Padahal, konsumsi sayuran dan buah-buahan
merupakan salah satu bagian penting dalam mewujudkan Gizi Seimbang.

Sayuran dan buah-buahan merupakan sumber berbagai vitamin, mineral, dan serat
pangan. Sebagian vitamin, mineral yang terkandung dalam sayuran dan buah-buahan
berperan sebagai antioksidan atau penangkal senyawa jahat dalam tubuh. Berbeda
dengan sayuran, buah-buahan juga menyediakan karbohidrat terutama berupa
fruktosa dan glukosa. Sayur tertentu juga menyediakan karbohidrat, seperti wortel dan
kentang sayur. Sementara buah tertentu juga menyediakan lemak tidak jenuh seperti
buah alpukat dan buah merah.

Berbagai kajian menunjukkan bahwa konsumsi sayuran dan buah-buahan yang cukup
turut berperan dalam menjaga kenormalan tekanan darah, kadar gula dan kolesterol
darah. Konsumsi sayur dan buah yang cukup juga menurunkan risiko sulit buang air
besar (BAB/sembelit) dan kegemukan. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi sayuran
dan buah-buahan yang cukup turut berperan dalam pencegahan penyakit tidak
menular kronik. Konsumsi sayuran dan buah-buahan yang cukup merupakan salah satu
indikator sederhana gizi seimbang.

Semakin matang buah yang mengandung karbohidrat semakin tinggi kandungan


fruktosa dan glukosanya, yang dicirikan oleh rasa yang semakin manis. Dalam budaya
makan masyarakat perkotaaan Indonesia saat ini, semakin dikenal minuman jus
bergula. Dalam segelas jus buah bergula mengandung 150-300 kalori, sekitar
separuhnya berasal dari gula yang ditambahkan. Oleh karena itu konsumsi buah yang
terlalu matang dan minuman jus bergula perlu dibatasi agar turut mengendalikan kadar
gula darah.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) secara umum menganjurkan konsumsi sayuran dan
buah-buahan untuk hidup sehat sejumlah 400 gram per orang per hari, yang terdiri dari
250 gram sayur (setara dengan 2 porsi atau 2 gelas sayur setelah dimasak dan ditiriskan)
dan 150 gram buah, (setara dengan 3 buah pisang ambon ukuran sedang atau 1
potong pepaya ukuran sedang atau 3 buah jeruk ukuran sedang). Bagi masyarakat
Indonesia terutama balita dan anak usia sekolah dianjurkan untuk mengkonsumsi
sayuran dan buah-buahan 300-400 gram per orang per hari dan bagi remaja dan
orang dewasa sebanyak 400-600 gram per orang per hari. Sekitar dua-pertiga dari
jumlah anjuran konsumsi tersebut adalah porsi sayur.

Dalam mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari sebenarnya kita perlu mengikuti
Pedoman Gizi Seimbang sesuai Permenkes No. 41 Tahun 2014.

Sebanyak 3-4 porsi sayur dan 2-3 porsi buah setiap hari atau setengah bagian piring
berisi buah dan sayur (lebih banyak sayuran) setiap kali makan, tandas Menkes.

Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian
Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes
melalui hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan
alamat email kontak[at]kemkes[dot]go[dot]id.
Sehat Berawal dari Piring Makanku
Dipublikasikan Pada : Senin, 30 Oktober 2017 00:00:00, Dibaca : 19.345 KaliJakarta, 30 Oktober 2017

Istilah ''you are what you eat'' sudah cukup banyak didengar masyarakat. Namun
makna dari istilah tersebut perlu diresapi dan diinternalisasi oleh setiap individu bahwa
zat-zat yang terkandung di dalam makanan dan minuman yang kita konsumsi
membawa pengaruh terhadap sistem tubuh. Maka tidak salah bila dikatakan bahwa
asupan makanan menentukan kesehatan.

Makan bukan untuk sekadar kenyang, tetapi perlu memenuhi kebutuhan nutrisi dan
menjaga kesehatan tubuh. Karena itu, masyarakat hendaknya mengetahui apa itu
piring makanku yang dapat menjadi acuan bagi kita setiap kali makan.

Piring sajian sebaiknya diisi dengan asupan karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral
seimbang. Hal ini dikarenakan tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung
semua jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Untuk itu, konsumsilah pangan yang
beragam.

Dalam satu porsi sajian, sayur-sayuran dan buah-buahan memiliki porsi paling banyak,
yakni separuh bagian piring setiap makan (satu kali sajian).

Sementara itu, separuh bagian priring lainnya dapat diisi dengan makanan pokok yang
bisanya mengandung karbohidrat dan lauk-pauk yang banyak mengandung protein
(porsi protein harus lebih banyak dibanding karbohidrat).

Jadikan Ikan Sebagai Sumber Protein Utama

Protein sangat penting karena peranannya sebagai sumber energi, zat pembangun
tubuh, bahkan berfungsi juga dalam mekanisme pertahanan tubuh.

Menteri Kesehatan RI, Nila Farid Moeloek menyatakan bahwa saat ini dibutuhkan
perubahan mindset masyarakat untuk tidak selalu berpikir daging merah sebagai
sumber protein. Menkes mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara kelautan
yang sangat kaya akan jenis ikan yang beraneka ragam. Perairan yang sedemikian luas
tentu mengandung kekayaan protein hewani yang tinggi dan dibutuhkan oleh
masyarakat. Karena itu, Menkes mengajak masyarakat untuk menjadikan ikan sebagai
sumber protein yang utama bagi keluarga Indonesia.

''Seharusnya ikan jadi makanan utama bagi masyarakat kita, karena (ikan) memiliki
protein tinggi bila dimasak dengan benar'', tutur Menkes dalam salah satu rangkaian
kegiatan Festival Ikan dan Lomba Masak Ikan Nusantara ''Menuju Istana'' yang
bertempat di Kantor Staf Presiden di Jakarta Pusat, Senin siang (3/6).

Secara umum komposisi protein hewani pada ikan sebenarnya tidak terlalu berbeda
kandungannya dengan protein hewani lainnya. Namun, ikan dikatakan lebih
menyehatkan karena lemak yang terkandung di dalam ikan bukan merupakan lemak
jenuh. Sebagai salah satu sumber protein hewani, ikan mengandung asam lemak tak
jenuh (omega, yodium, selenium, fluorida, zat besi, magnesium, zink, taurin, serta
coenzyme Q10). Selain itu, kandungan omega 3 pada ikan jauh lebih tinggi dibanding
sumber protein hewani seperti daging sapi dan ayam.

Lebih sehat ikan, karena (mengandung) bukan lemak jahat kalau bahasa awamnya.
Ikan memiliki kandungan DHA, sementara daging sapi atau ayam tidak ada. Selain itu,
ikan itu semuanya halal, dapat dikonsumsi semua usia, tambah Menkes.

Batasi Konsumsi Gula, Garam, dan Lemak

Dalam setiap sajian, masyarakat juga sebaiknya memperhatikan kandungan gula,


garam dan lemak. Batasan konsumsi gula, garam, dan lemak yang disarankan
Kementerian Kesehatan per orang per hari adalah: Gula tidak lebih dari 50 gr (4 sendok
makan); Garam tidak melebihi 2000 mg natrium/sodium atau 5 gr (1 sendok teh), dan
untuk lemak hanya 67 gr (5 sendok makan minyak). Untuk memudahkan mengingat
rumusannya adalah G4 G1 L5.

Gula merupakan salah satu sumber energi yang dibutuhkan manusia. Namun, jika
berlebihan, gula dapat menyebabkan obesitas dan memicu diabetes tipe 2. Di dalam
buah-buahan segar terdapat gula alami, sehingga sebenarnya tambahan gula tidak
dibutuhkan lagi.

Sementara itu, garam mengandung natrium dan sodium. Garam dalam jumlah sedikit
dibutuhkan untuk mengatur kandungan air dalam tubuh. Jika berlebihan, garam dapat
menyebabkan hipertensi hingga stroke. Sedangkan lemak, juga diperlukan dalam
tubuh sebagai cadangan energi. Lemak berlebih dapat meningkatkan risiko penyakit
jantung hingga kanker. Lemak dapat berbentuk padat dan cair (minyak). Lemak pun
banyak ditemui pada makanan yang digoreng.

EAT Asia Pasific Food Forum

Pengenalan sumber protein dan zat gizi lainnya, bahkan hingga penanganan masalah
pangan secara luas akan dibahas secara serius oleh para pengambil kebijakan
(stakeholders) se-Asia Pasifik dalam EAT Asia Pacific Food Forum (APFF) 2017 pada 30-31
Oktober 2017 di Jakarta.

Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Kesehatan RI bekerjasama dengan


EAT dalam menyelenggarakan kegiatan tersebut. Hal ini didasari atas semangat
Presiden RI Joko Widodo yang bercita-cita besar dalam hal ketahanan pangan dan
peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia, terutama dari pemenuhan gizi
anak bangsa.

Lebih dari 500 perwakilan pemerintahan, peneliti, inovator, pelaku bisnis, akademisi dan
anggota masyarakat akan terlibat dalam forum ini. Pembicara kelas dunia juga akan
memaparkan sejumlah topik mulai dari perubahan pola konsumsi makanan, ketahanan
sistem pangan, sampai topik yang lebih praktis seperti menu bernutrisi untuk masa
depan yang lebih sehat. Selain pemimpin pemerintahan dan menteri dari berbagai
negara, juga mengajak berbagai praktisi untuk berbagi pengalaman.

Sejumlah menteri dalam Kabinet Kerja akan menjadi pembicara, yaitu Menteri
Kesehatan RI Nila Farid Moeloek, Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menko PMK Puan
Maharani. Beberapa nama pejabat lainnya ikut memberikan solusi pangan bersama
organisasi penggagas forum ini, EAT Foundation.

Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian
Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui
nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan
alamat email kontak[at]kemkes[dot]go[dot]id.

Anda mungkin juga menyukai