Anda di halaman 1dari 83

REFERAT

*Kepaniteraan Klinik Senior/ G1A219040/ 31 Agustus 2019


** Pembimbing/ dr. M. Rizal Syafiie,Sp.B KBD

Tractus Gastrointestinal, Peritoneal Cavity, and Retroperitoneum

Ulfadiya putri, S.Ked*

dr. M. Rizal Syafiie,Sp.B KBD**

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU BEDAH
RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019

i
REFRAT
“Tractus Gastrointestinal, Peritoneal Cavity, and

Retroperitoneum”

Oleh :
Ulfadiya putri
G1A219040

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU BEDAH
RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019

Jambi, 31 Agustus 2019


DOSEN PEMBIMBING

dr. M. Rizal Syafiie,Sp.B KBD

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
referat yang berjudul “CT-SCAN ABDOMEN Tractus Gastrointestinal,
Peritoneal Cavity, and Retroperitoneum” sebagai kelengkapan persyaratan
dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Bedah Rumah Sakit Raden
Mattaher Provinsi Jambi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. M. Rizal Syafiie,Sp.B KBD
yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis
selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Bedah Rumah Sakit Raden
Mattaher Provinsi Jambi.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan guna
kesempurnaan referat ini, sehingga dapat bermanfaat bagi penulis dan para
pembaca.

Jambi, 31 Agustus
2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ...................................................................................................... i


Halaman Pengesahan ............................................................................................ ii
Kata Pengantar ...................................................................................................... iii
Daftar Isi .............................................................................................................. iv

BAB I Pendahuluan ............................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang 1

BAB II Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 2


2.1 CT- SCAN .................................................................................................. 3
2.2 Contoh Kasus CT-SCAN ABDOMEN ..................................................... 8

BAB III Kesimpulan ............................................................................................


3.1 Kesimpulan .................................................................................................

Daftar Pustaka .......................................................................................................

iv
BAB I
PENDAHULUAN

CT Scan (computed tomography scan) adalah proses penggunaan komputer untuk

memperoleh gambaran tiga-dimensional dari ribuan gambar x-ray dua-dimensional. CT

Scan dapat menghasilkan gambar-gambar yang sangat akurat dari objek-objek di dalam

tubuh seperti tulang, organ, dan pembuluh darah. Gambar-gambar ini sangat berguna

dalam mendiagnosa berbagai penyakit, seperti kanker, penyakit jantung, stroke, kelainan

organ reproduktif, dan kelainan gastrointestinal.

Mesin CT Scan berbentuk pipa dengan tempat pasien berbaring di

tengahnya. Pemroses citra (scanner) sendiri terdapat dalam frame pipa tersebut.

Saat mesin bekerja, pipa pemroses citra itu berputar sambil menembakkan sinar

rontgen ke arah pasien dari berbagai sudut. Untuk setiap putaran, sekitar 1.000

gambar bagian dalam pasien diambil. Gambar-gambar ini kemudian di-compile

oleh komputer sehingga menghasilkan gambar cross-sectional bagian dalam

tubuh pasien yang dapat digunakan dalam menganalisa dan mendiagnosa pasien.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 CT- SCAN

CT Scan (computed tomography scan) adalah proses penggunaan


komputer untuk memperoleh gambaran tiga-dimensional dari ribuan gambar x-ray
dua-dimensional. CT Scan dapat menghasilkan gambar-gambar yang sangat
akurat dari objek-objek di dalam tubuh seperti tulang, organ, dan pembuluh darah.
Gambar-gambar ini sangat berguna dalam mendiagnosa berbagai penyakit, seperti
kanker, penyakit jantung, stroke, kelainan organ reproduktif, dan kelainan
gastrointestinal. Citra yang dihasilkan CT Scan jauh lebih detail dibanding citra
yang diperoleh x-ray biasa.1,2,3,4

Gambar 1. Mesin CT scan

Mesin CT Scan berbentuk pipa dengan tempat pasien berbaring di


tengahnya. Pemroses citra (scanner) sendiri terdapat dalam frame pipa tersebut.
Saat mesin bekerja, pipa pemroses citra itu berputar sambil menembakkan sinar

2
rontgen ke arah pasien dari berbagai sudut. Untuk setiap putaran, sekitar 1.000
gambar bagian dalam pasien diambil. Gambar-gambar ini kemudian di-compile
oleh komputer sehingga menghasilkan gambar cross-sectional bagian dalam
tubuh pasien yang dapat digunakan dalam menganalisa dan mendiagnosa pasien.
Prinsip dasar CT scan mirip dengan perangkat radiografi yang sudah lebih
umum dikenal. Kedua perangkat ini sama-sama memanfaatkan intensitas radiasi
terusan setelah melewati suatu obyek untuk membentuk citra/gambar. Perbedaan
antara keduanya adalah pada teknik yang digunakan untuk memperoleh citra dan
pada citra yang dihasilkan. Tidak seperti citra yang dihasilkan dari teknik
radiografi, informasi citra yang ditampilkan oleh CT scan tidak overlap (tumpang
tindih) sehingga dapat memperoleh citra yang dapat diamati tidak hanya pada
bidang tegak lurus berkas sinar (seperti pada foto rontgen), citra CT scan dapat
menampilkan informasi tampang lintang obyek yang diinspeksi. Oleh karena itu,
citra ini dapat memberikan sebaran kerapatan struktur internal obyek sehingga
citra yang dihasilkan oleh CT scan lebih mudah dianalisis daripada citra yang
dihasilkan oleh teknik radiografi konvensional.
CT Scanner menggunakan penyinaran khusus yang dihubungkan dengan
komputer berdaya tinggi yang berfungsi memproses hasil scan untuk memperoleh
gambaran panampang-lintang dari badan. Pasien dibaringkan diatas suatu meja
khusus yang secara perlahan – lahan dipindahkan ke dalam cincin CT Scan.
Scanner berputar mengelilingi pasien pada saat pengambilan sinar rontgen. Waktu
yang digunakan sampai seluruh proses scanning ini selesai berkisar dari 45 menit
sampai 1 jam, tergantung pada jenis CT scan yang digunakan( waktu ini termasuk
waktu check-in nya).
Proses scanning ini tidak menimbulkan rasa sakit . Sebelum dilakukan
scanning pada pasien, pasien disarankan tidak makan atau meminum cairan
tertentu selama 4 jam sebelum proses scanning. Bagaimanapun, tergantung pada
jenis prosedur, adapula prosedur scanning yang mengharuskan pasien untuk
meminum suatu material cairan kontras yang mana digunakan untuk melakukan
proses scanning khususnya untuk daerah perut.

3
CT Scan memiliki beberapa kelebihan dibanding x-ray biasa: citra yang
diperoleh CT Scan beresolusi lebih tinggi, sinar rontgen dalam CT Scan dapat
difokuskan pada satu organ atau objek saja, dan citra perolehan CT Scan
menunjukkan posisi suatu objek relatif terhadap objek-objek di sekitarnya
sehingga dokter dapat mengetahui posisi objek itu secara tepat dan akurat.
Kelebihan-kelebihan tersebut telah membuat CT Scan menjadi proses radiografis
medis yang paling sering direkomendasikan oleh dokter dan, dalam banyak kasus,
telah menggantikan proses x-ray biasa secara total.

Sistem CT Scan1,2,3,4
Peralatan sistem CT Scan terdiri atas tiga bagian, yaitu:
1. Sistem Pemroses Citra
2. Sistem Komputer dan Kendali
3. Stasiun Operasi dan Stasiun Pengamat

Gambar 2. Blok Diagram Sistem CT Scan

Sistem Pemroses Citra (Scanner)


Sistem pemroses citra terdapat dalam frame pipa dari mesin dan
merupakan bagian sistem yang langsung berhadapan dengan objek/pasien.
Scanner terdiri atas sumber sinar-x, collimator, detektor, dan bagian akuisisi data.
Diagram blok dari scanner mesin CT Scan dapat dilihat pada Gambar 2.

4
Gambar 3. Diagram Blok scanner (pemroses citra) CT Scan

Sumber sinar-x (x-ray tube dalam gambar di atas) menembakkan sinar-x


ke arah pasien. Collimator adalah penghalang sinar radiasi dan berfungsi
memfokuskan sinar-x yang ditembakkan oleh x-ray tube pada satu slice
(potongan) saja. Detektor radiasi biasanya berupa detektor ionisasi gas. Jika
tabung pada detektor ditembus oleh radiasa maka akan terjadi ionisasi gas-gas di
dalamnya. Ionisasi tersebut menimbulkan arus listrik pada keluaran detektor yang
sebanding dengan intensitas sinar radiasi yang mengenai receiver detektor.
Keluaran detektor kemudian dikirim ke bagian akuisisi data yang berfungsi
mengubah besaran-besaran listrik dari detektor menjadi sinyal analog yang
kemudian akan melalui konversi Analog-to-Digital. Hasil pengkonversian A/D itu
dikirim ke bagian komputer dan kendali untuk di-compile oleh komputer.

Sistem Komputer dan Kendali1,2,3,4


Bagian komputer bertanggung jawab atas rekonstruksi gambar dan sistem
kendali seluruh sistem CT Scan. Sistem Komputer dan Kendali ini terdiri atas
prosesor, sistem I/O, dan hard disk.
Processor atau CPU (unit pemroses pusat) mempunyai fungsi untuk
membaca dan menginterprestasikan instruksi, melakukan penghitungan, dan
menyimpan hasil-hasil dalam memory. CPU yang digunakan mempunyai bus data
16,32 atau 64 bit. Tipe komputer yang digunakan bisa mikro komputer dan bisa

5
mini komputer, namun harus memenuhi unjuk kerja dan kebutuhan sistem CT
Scanner. Harddisk mempunyai fungsi untuk menyimpan data dan software.

Stasiun Operator dan Stasiun Pengamat


CT Scanner pada umumnya dilengkapi dengan dua buah monitor dan
keyboard. Masing-masing sebagai operator station dan viewer station dan
keduanya mempunyai tugas yang berbeda. Operation Station mempunyai fungsi
sebagai operator kontrol untuk mengontrol beberapa parameter scan seperti
tegangan anoda, waktu scan dan besarnya arus filamen. Sedangkan viewer station
mempunyai fungsi untuk memanipulasi sistem pemroses citra. Bagian ini
mempunyai sistem kontrol yang dihubungkan dengan sistem keluaran seperti hard
copy film, magnetic tape, dan paper print out. Dari bagian ini dapat dilakukan
pekerjaan untuk menganalisa hasil scanning.
Contoh Citra yang Diperoleh CT Scanner

Gambar 4. Gambar axial dan 3D dari tenggorokan manusia

6
Gambar 5. Hasil scan kepala pasien

Gambar 6. Tummor di ginjal pasien

7
2.2 CONTOH KASUS

Case 77
Clinical presentation
Dysphagia
Radiologic fendings
Barium esophagram shows a smooth, linear indentation with regular
margins over the posterio wall of the middle third of the
esophagus with mid proximal dilatation of the cervical
esophagus (fig. 77.1) magnetic resonance angiography
(MRA) images (figs.772, 77.3) show an aberrant right
subclavian artery (ARSA) arising from the left aortic
arch. Causing an impression in the posterior wall of the
esophagus.
Diagnosis
Aberrant right subclavian artery
Differential diagnosis
Double aortic arch
Esophageal spasm
Extrinstic compression of the esophagus from nonesophageal tumors
(retrosternal extension of the thyroid) or
lymphadenopathy
Discussion
Background
The origin of the subclavian artery from the proximal descending
aorta is referred to as an aberrant subclavian artery. A
left aortic arch with an arsa is the most common
congenital anomaly of the aortic arch; the second most
common variant is a right-sided aortic arch with an
aberrant left subclavian artery (ALSA). The left

8
ligamentum arteriosum can form a vascular ring.
Causing tracheal ccompression, and is associated more
commonly with ALSA and right aortic arch.
Kommerell diverticulum is a bulbous dilatation at the
origin of the subclavian artery measuring more than
double the diameter of the distal part of the artery. It is
more commonly associated with a right aortic arch and
an ALSA. A midline descending aorta is in an abnormal
location anterior to the vertebral bodies and is associated
with a right aortic arch with ALSA.
Both ARSA and ALSA run posterior to the esophagus.
Levels of tracheal compression are different for both
varians.
Clinical findings
ARSA presents in adults with dysphagia more commonly thair airway
symptoms. ALSA presnts with
Breathing difficulties due to the airway compression and dysphagia in
children. Older patients can present with shoulder pain,
neck pain, or thromboembolic disease of the extremities.

Complications

Complications include esophageal obstruction, tracheal


compression,thromboembolic disease, and, rarely,
arteriesophageal fistula.

Etiology
Embryologically the subclavius artery is derived from the seventh
intersegmental artery; a developmental anomaly leads to
aberrant subclavian arteries.

9
Imaging findings
Barium esophagram shows smooth indentation over the posterior wall
of the middle third of the esophagus.
Angiography, computed tomography scan, and MRA can all be used
to show the subclavian artery crossing posterior to the
esophagus. Additional information about the presence,
size and complications of kommerell diverticulum can be
obtained on cross-sectional studies.
Esophagoscopy shows a pulsatile extrinsic compression of the
esophagus.

Treatment
Surgical intervention is considered in symtomatic patiens and patiens
complicated disease. Surgical resection and
reanastomosis with revascularization of the vertebral and
subclavian arteries are available

Prognosis
The prognosis depends on the presentation of disease. Generally, the
prognosis is good in uncomplicated patients without
debility in whom surgical treatment is successful without
life-threatening complications. Subclavian steal
syndrome can be a possible complication in surgically
treated patients.

PEARL
Aberrant subclavian arteries should be considered in the presence of a
smooth, linear identation over the posterior wall of the
esophagus.

PITFALL

10
Posterior indentation over the esophageal wall is also caused by
double aortic arch, benign or malignant tumors of the
esophagus, nonersophageal tumors such as thyroid
neoplasms with retrosternal extension, and vertebral
spurs.

CASE 78

Clinical Presentation

A 63-year-old man complains of epigastrlc pin chronic fatigue, and


weight loss.

Fig. 78.1 (A.B) Contrast - enhanced CT inages demonstrate


circumferential thickening of the gastric antrum with
associaled gastne e distention and lymphadenopathy.

Radiologic findings
Contrast - enhanced computed tomography (CT) images (Fig. 78.1)
demonstrate circumferential thicken ing of the gastric
antrum with associated gastric distention and
lymphadenopathy.

Diagnosis
Gastric mucosa-associated lymphoid tissue (MALT) lymphoma

Differential Diagnosis
Gastritis/gastric ulcer .
Gastric metastases
Gastric carcinoma

11
Discussion
Background
The stomach represents the most common primary site of extranodal
lymphomas in the gastrointesti- nal (GI) tract (65-75%),
although these tumors account for only 2 to 5% of gastric
primary malignan- cies. However, the relative frequency
of gastric lymphoma, unlike that of carcinoma, has
increased as a result of the acquired immunodeficiency
syndrome (ADS epidemic Lymphomas typically occur in
patients ages 50 to 60 years and show no evidencee of
sex predilection Chronc sastritis caused by Helicobacter
pylori plays a major ole in the development of lynphoid
tissue (MALT which is thought to be the precursor of
gastric MALT Iymphomas. At histology MALT
lymphomas can be clas sified into two types: lowgrade
(50-72 of cases) and high grade, which probably results
from the transformation of low-grade lymphomas.

Clinical Findings
Clinical presentation is usually nonspecitic. Patients may experience
symtoms mimicking gastritis or peptic ulcer disease,
such as epigastric pain and dyspepsia. Other symtoms,
such as low-grade fever, chronic fatigue. weight loss and
anema. Have been reported

Complications
Patients may experiance GI bleeding due to tumor ulceration or
obstruction. Rarely, perforation may occur.

Etiology

12
The etiology is still controversial. Several studies have demonstrated
the high frequency of H. pylori infection in patients
affected by gastric lymphoma; furthermore, some of
these neoplasms may regress after the eradication of H.
pylori. Several cytogenetic abnormalities have been
demonstrated the most common being trisomy 3 and
11:18 transiocation

Imaging Findings
Double-contrast upper GI examination demonstrates a wide spectrum
of radiologic findings, especially in cases of low-grade
lymphomas: multiple erosions and ulcers either shallow
or deep associated with converging thickened gastric
folds represent the most common finding in both Gastric
lymphonmas, particularly high-grade lymphomas, may
appear as large masses with or without ulcers. Other
fluorascopic imaging findings include round or oval
mucosal nodules of variable size and prominent areae
gastricae. However, differentiation of MALT lymphomas
from gastritis or gastric adenocarcinoma is extremely
challenging by imaging despite the presence of these
typical findings

Multidetector CT has been increasingly performed for the detection of


primary gastric malignancies because of its multiplanar
capabilities: appropriate distention of the gastric lumen
(oral administration of water prior to scanning) is
recommended to improve the assesment of the gastric
mucosa. The typical ct patterns of gastric lymphomas
include diffuse thickening of The wall (> 50% involved),
segmented thickening, and a localized polypoid mass

13
These tumors commonly extend throught the pyloric region into the
duodenum, whereas gastric carcinoma tends to spread to
the gastroesophageal junction. Patients with gastric
lymphomas, unlike those with carcinomas, often present
with multiple, bulky lymph nodes usuallly extending
below the renal hilum. Another major key point in the
differential diagnosis is the degree of the wall thickening,
which is more prominent in lymphomas (average value 5
cm). The enhancement pattern of lymphomas is usually
variable and therefore nonspecific for the diagnosis of
these tumors

Treadment
Eradication of H. pylori represents the first line of therapy according
to the central role played by this bacterium in the
pathogenesis of lymphomas. Eitther chemotherapy or
monoclonal antibody therapy (rituxinab: anti-C20
monoclonal antibody) is used in case of failure of
antibiotic treatment or in those neoplasms not associated
with H. pylori infection.
Surgery has a limited role due to the efficacy of medical treatment

Prognosis
The prognoSis depends on the histologic grade: low - grade lymphomas have a
favorable prognosis as they may even regress after antibiotic
therapy

Pearl

14
Marked gastric wall thickening, especially when associated with bulky
lymphadenopathy, should place lymphoma high in the differential
diagnosis

PITFALL
Gastric lymphomas may present overlapping radiologic findings with chronic
gastritis (ulcers, erosions, and fold thickening) and gastric
adenocarcinoma(bulky intraluminal masses) Underdistention of
the stomach at CT may simulate thickening.

CASE 79
Clinical Presentation
A 28 year-old man complaits of epigastric pain, anoresia. and weight
loss.
Fig.79.1 (A.B) Axial contrast-enhanced CT images of the abdomen
show mild enhanicement and diffuse increased thid neis
of the gastsic walls; these findings are suspicious for
gastric neoplasm, although an inflammatory process
cannot be excluded. Multiple hypodense cystic lesions
are seen in the liver and both kidneys.
Radiologic Findings
Axial contrast-enhanced computed tomography (CT) images of the
abdomen (Fig. 79.1) demonstrate mild and diffuse
thickening of the gastric walls. The images from the
upper gastrointestinal (GI) series (Fig. 79.2) demonstrate
abnormal and persistent narrowing of the distal stomach.
Diagnosis
Gastric adenocarcinoma
Differential Diagnosis
Gastric metastases

15
Gastritis
Gastric mucosa-associated lymphoid tissue lymphoma
Gastric Crohn disease
Caustic ingestion
Gastric tuberculosis
Discussion
Background
Gastric carcinoma is a deadly disease, with decreasing incidence in
the past 50 years in North America and Western Europe
owing to the earlier identification at imaging and
endoscopy. Currently, the incidence of gastric carcinoma
is extremely variable worldwide, with the highest
number of cases in Japan, China, Rusia and Eastern
Europe (>30 cases per 100.000); men are usually 2 times
more commonly affected than women, with a peak
incidence in those ages of 50 to 70 years.
differend histologic types have been described:
adenocarcinomas (intestinal and diffuse types) account
for almost 95% of case, and lymphomas,
leiomyosarcomas, carcinoids, and sarcomas for the
remaining 5%. Adenocarcinomas have been classified
into four different subtypes ; papillary, tubular mucinous
and signet ring. Almost 30% of gastric malignancies
arise from the antrum, 30% from the body, and 40%
from the fundus and cardia region
Clinical Findings
Chinical presentation mostly depends on the disease stage: patients
may be asymptumatic (early stage) or may present with
bleeding epigastric, pain, anorexia, weight loss, nausea,
vomiting, and upper GI (hematemesis melena, occult
blood in stools)

16
Complications
In advanced stages, liver metastases may cause hepatomegaly and
jaundice; less common sites for metastases include the
lung, adrenal glands, and kidneys (Krukenberg tumors)
Etiology
Several dietary and environmental factors have been identified:
dietary nitrates, certain ffoods (salted fish and meat,
smoked foods), hypochlorhydria resulting from drugs or
previous surgery, cigarette smooking, and Helicabacter
pylori infection. In particular, patients with H. pylori
gastritis are 3 to 6 , times more likely to develop gastric
cancer. Other precancerous conditions include Ménétrier
disease, adenomatous gastric polyps, partial gastrectomy,
and pernicious anemia
imaging findings
Endoscopy is currently considered the diagnostic procedure of first
choice in patients with suspected gastric malignancies.
Barium studies, either with single or double contrast. have been
performed extensively for the detection of gastric
tumors, although their overall sensitivity is somewhat
lower than endoscopy.
High spatial resolution magnetic resonance imaging, used in in vitro
experimental studies, is a promising imaging modality
for the assessment of the depth of gastric tumor invasion
because of its accuracy in depicting the Distant layers of
the gastric wall.
Treatment
Complete resection of the tumor and adjacent lymph nodes is
considered the only curative treatment, although a
surgical procedure may be associated with several late

17
complications, including dumping syndrome, vitamin
B12 deficiency, and reflux esophagitis; some selected
neoplasms may benefit from endoscopic mucosal
resection.
Chemotherapy is administered in patients with systemic metastatic
disease
Prognosis
Gastric cancer presents a dismal prognosis, with overall 5-year
survival rates < 20%; however, early gastric cancers are
potentially curable, with a mean 5-year survival rate of almost
90% . Hence prompt diagnosis of these tumors is mandatory
Pearl
Distention of the gastric lumen with a negative contrast medium (water, air)
may improve the detection of small superficial gastrice lesions.

CASE 80
Clinical Presentation
A 77 year old man presents with abuluminal pain
Fig. (80.1) Contrast-enhanced CT scan show a lobulated,
heterogeneously enhancing mass arising from the
proximal stomach (arrow).
Radiologic Findings
An abdominal computed tomography (CT) scan (Fig. 80.1) shows a
large, lobulated, heterogeneously enhancing mass arising
from the proximal stomach.
Diagnosis
Gastrointestinal stromal tumor (GIST)
Differential Diagnosis
Gastric adenocarcinoma
Leiomyoma/leiomyosarcoma
Schwannoma/neurofibroma

18
Metastasis
Discussion
Background
GISTS are the most common mesenchymal tumags arising from the
gastrointestinal (GI) tract wall. Nevertheless, they are
uncommon, accounting far only 1 to 3% of all GI
neoplasms, and usually patients >50 years of age without
any gender predilection. These tumors are also reported
to occur in 10 to 25% of patients affected by
neurofibromatosis 1. Previously mistake for smooth and
neural tumors, GISTS show distinctive genetic and
histologic features. They can occur anywhere from the
rectum to the esophagus, the stomach being the most
common located site of origin: they can also be located
in the mesentery omentum, and retroperitoneum.
Clinical Findings

The clinical presentation relies on the location, size, and pattern of


growth of the tumor and is mainly characterized by
abdominal pain or distention, anemia or melena, or
bowel obstruction.

Complications

Malignant GIST can be aggressive and spread to the liver,


retroperitoneum. and mesentery, and less frequently to
the bones, lungs, and lymph nodes. Intraluminal GISTs
can cause bowel obstruction.

Etiology

GISTs have distinctive immunohistochemical properties, the most


important being the expression of KIT (CD1I7), a
tyrosine kinase growth factor receptor, which promotes
the growth of mesenchymal neoplastic cells.

Imaging Findings

19
Although tumor expression of the KIT receptor is needed for a
definitive diagnosis of GIST, imaging, especially CT,
has proved to be instrumental. GISTs are usually seen as
exophytic, heterogeneously enhancing, rarely calcified
masses arising from the GI tract wall. Most of them,
especially larger ones, show heterogeneous density due
to the presence of intratumoral necrosis (Fig. 80.2),
hemorrhagic foci, and cystic degeneration.

Treatment

Surgical removal is recommended, but despite complete resection, the


recurrence rate is high, especially in the setting of less
well differentiated lesions.
New drugs targeting the growth factor receptor KIT appear promising,
but so far they have been used only for unresectable
tumors.

Prognosis
- Recent advancements in therapy have increased the
average survival rate, especially in malignant
nonmetastatic GISTs.

Fig. 80.2 Contrast-enhanced CT in a different patient shows a large


heterogeneous mass arising from the stomach. Multiple
hepatic cysts are present.

CASE 81

Clinical Presentation

A middle-aged man presents for evaluation of long-standing


dysphagia with episodic periods of more intense
discomfort.

Fig. 81.1 (A) Contrast-enhanced axial CT image


demonstrates a large hiatal hernia. The distal esophagus
is midline, and the gastroesophageal (GE) junction as
well as a portion of the stomach is located within the
intrathoracic hernia. (B) Overhead radiograph and (C)
spot fluoroscopic image from an upper gastrointestinal
series show a large hiatal hernia. The radiograph
illustrates that the Uconcave greater curvature of the
gastric body is located
cephalad to the “convex” lesser curvature, the GE

20
junction and pylorus. The GE junction and pylorus
maintain their normal relationship.

Radiologic Findings
Contrast-enhanced axial computed tomography (CT)
image demonstrates a large hiatal hernia (Fig.81.1A).
The distal esophagus is midline, and the
gastroesophageal (GE) junction as well as a portion of
the stomach is located within the intrathoracic hernia. An
overhead radiograph and spot fluoroscopic image (Fig.
81.1B,C) from an upper gastrointestinal (GI) series show
a large hiatal hernia. The radiograph

Diagnosis
Organoaxial gastric volvulus in a large hiatal hernia
Differential Diagnosis
Sliding hiatal hernia
Paraesophageal hernia
Large intra-abdominal mass with superior displacement of the
stomach
Discussion
Background
Gastric volvulus represents abnormal torsion of the stomnach, usually
> 180 degrees. If the greater curvature rotates superior to
the lesser curvature along the long axis of the stomach.
This is termed an organoaxial volvulus and accounts for
-60% of gastric volvulus case. If the antrum and pylorus
rotate. Anterosuperior to the fundus and GE junction,
this is termed a mesenteroaxial volvulus, representing -
30% of volvulus cases. The volvulus is also classified
with respect to the diaphragm: supradiaphragmatic (two
thirds) or subdiaphragmatic / intraperitoneal (one third)
Clinical Findings
In cases of chronic volvulus, patients typically present with
nonspecific abdominal complaints, including vague
abdominal or chest pain early satiety or fullness
dysphagia, or dyspnea. Chronic volvulus may be noted

21
incidentally on chest radiographs or an upper GI series or
esophagram. Acute volvulus demonstrates more dramatic
presentations, including severe pain, an inability to
ingest liquids or solids or pass, an enteric tube, gastric
outlet obstruction, and peritonitis when there is gastric
ischemia or perforation Purportedly diagnostic of acute
obstructing volvulus, the classic Borchardt triad
describes severe constant chest or epigastric pain, nausea
with inability to vomit, and difficulty passing a
nasogastric tube.

Complications
Organoaxial volvulus can be complicated by strangulation in-5 to 20%
of cases secondary to twisting of the left gastric artery
and occlusion of venous drainage. Ischemia in
mesenteroaxial volvulus is rare. Any type of gastric
volvulus can be associated with gastric outlet
obstruction. Obstruction with strangulation is usually
seen only in cases of acute volvulus. Mortality ranges
from < 10% for chronic cases to > 40% for acute
volvulus
Etiology
Organoaxial volvulus is usually seen in adults and is associated with a
diaphragmatic defect in 50% of cases, including hiatal
hernia, paraesophageal hernia, eventration, and
diaphragmatc rupture. This defect allows for abnormal
movement of the gastric body into the thorax with
resultant o this way, the majority of organoaxial volvulus
in this way, the majority of organoaxial volvuls case also
represent the supradiaphragmatic variety in comparison,

22
mesenteroaxial volvuli are over whelmingly
subdiaphragmatic and most often seen in children.
Thought to be de to abnormal laxity of the suspensory
ligaments of the stomach, mesenteroaxial volvulus can
be also be associated with a “wandering” ectopic spleen
Treatment
Acute gastric volvulus is initially treated with attemted nasogastric
tube decompression.
Surgical repair is indicated for all cases of volvulus and involves
untwisting of the volvulus, return of the stomach to a
subdiaphragmatic position, gastropexy in an anatomical
position, and repair of any predisposing diaphragmatic
defect. Surgical access may be via thoracotomy,
laparatomy, or peritoneal laparscopy.
Prognosis
Following successful repair with gastropexy, the risk of recurent
gastric volvulus is low and is related to failure of
gastropexy and adequancy of repair of any known
diaphragmatic defect

PEARL
Acute gastric valvulus is a surgical emergency because of the
moderate risk of ischemic strangulation and gastric outlet
obstruction and requires diaphragmatic repair of both the
gastric torsion and any defect
PITFALLS
Chronic volvulus can be intermittent, and the upper GI series may
only demonstrate hiatal or araesophageal hernia during
an asymptomatic period

CASE 82

23
Clinical Presentation

A 42-year-old man presents with postprandial epigastric discomfort.

Fig. 82.1 Ultrasound image shows


a well-defined cystic structure with
a gut signature in continuity with
the lateral duodenal wall and the
lumen of the vertical part of the
duodenum. The lumen and the wall
of the lesion are contiguous with the
lateral wall of the second part of the
duodenum.

Radiologic Findings

Upper abdominal ultrasound shows a well-demarcated hypoechoic


structure (Fig. 82.1) in close proximity to the second
portion of the duodenum. The structure has a gut
signature on ultrasound with alternating hyper- and
hypoechoic layers in the wall.

Diagnosis

Duodenal diverticulum arising from the lateral wall of the duodenum

Differential Diagnosis

Postbulbar duodenal ulcer


Pancreatic pseudocyst
Cystic pancreatic tumor
Duodenal duplication

Discussion

Background

The duodenum is the second most common site for diverticula


formation after the large bowel. The incidence of
duodenal diverticula is 5 to 15g on barium examinations,
20 to 25% at autopsy. The peak incidence of duodenal
diverticula is found in the 5th to 6th decades of life. They
typically arise from the medial wall of the second and

24
third pacts ot the duodenum within 2 cm of the a Vat
Intraluminal dundenal divecticula are sare Deticua a
Large in size and ane Iess cummn iv ula can alo be
classified as pimary o secondary (due to postbullar uloy
ampula o tend to be Lateral wall from the medial wall of
the second and third parts of the duodenum within 2 cm
of the ampulla of vater. Intraluminal duodenal diverticula
are rare. Diverticula arising from the lateral wall tend to
be larger in size and are less common. Diverticula can
also be classified as primary or secondary (due to
postbulbar ulcer)

Clinical Findings
Asympromatic
Abdominal discomfort
Pain in the epigastric ar umbilical region
Central abdominal pain radiating to the back
Jaundice in the case of compression of the biliary channels
Pain and fever in cases of diverticulitis

Complications
Diverticulitis
perforation
Pancreatitis secondary to perforation
Bleeding
Obstructive jaundice due to compression of the biliary channels
Cholangitis
Failure of endoscopic retrograde cholangiopancreatography if the
common bile duct drains into the diverticula
Increased incidence of cholelithiasis
Neoplastic change

25
Bezoar formation

Etiology
Primary diverticula are thought to arise because of the presence of a
weakened wall in the duodenum at the vessel's entry site.
biliary ductal entry sites, muscular weakness in the wall,
or heterotopic pancreatic tissue.

Imaging Findings
. On an upper gastrointestinal series with barium, the diverticula are
seen as typical outpouchings arising drom the duodenum
without any distortion of mucosal folds, which changes
their configuration with time (fig82.2). delayed retention
of barium in the diverticula is a diagnostic finding.
Intraluminal diverticula appear as intraluminal
projections of barium-filled linear structures with
surrounding lucency, giving a “typical wind sock”
appearance
Ultrasound demonstrates a clear fluid- or food-containing structure
with the presence of gas in the nondependent portion of
the lesian. The wall of the duodenal diverticula typically
shows the multilayered gut signature on ultrasound. Use
of real-time ultrasound imaging helps, and diverticula
can be better demonstratted after the ingestion of large
quantities of fluids
CT shows gas-containing diverticula (Fig. 82.3) In cases where gas s
absent, diverticula can be confused with cystic
neoplasms, pseudocysts, or abscess. In such cases,
repest scans may demonstrate the presence of gas within
the structure.

26
Fig. 82.2 Upper gastrointestinal series image in a different patient
shows the presence of diverticula arising from the medial
wall of the second and third parts of the duodenum
(arrows).

Fig. 82.3 Axial contrast-enhanced CT image in a 63-year- old man


shows the presence of a gas-filled diverticulum arising
from the lateral wall of the third part of the duodenum
(arrow).

T2-weighted magnetic resonance images show a hyperintense fluid-


containing structure and
hypointense gas within the nondependent portion of the
lesion.

Treatment

Conservative treatment is preferred in asymptomatic primary


duodenal diverticular disease without any complications.
The patient can be advised to adopt a position that favors
diverticular emptying. Surgical treatment in symptomatic
primary diverticular disease is undertaken only in
patients with complications and persistent symptoms
despite conservative management. In patients with
secondary disease because of an ulcer, the treatment of
the ulcer by medications and surgery is recommended.

Prognosis

The prognosis for primary duodenal diverticular disease is excellent


with lesser incidence of complications. In patients with
secondary diverticula due to a postbulbar ulcer who are
treated, the prognosis is good; however, the rates of
complications are higher.

PEARL
The presence of gas and continuity with the duodenum
help to differentiate duodenal diverticula from other
pathologies.

PITFALL
Duodenal diverticula filled with fluid can be mistaken

27
for cystic neoplasms from the head of the pancreas, in
which case barium examination should be considered.

CASE 83

Clinical Presentation

A 57-year-old man presents with abdominal pain and discomfort.


Physical examination reveals a palpable mass in the
anterior abdominal wall, in the midabdomen.

Fig. 83.1 (A,B) Axial CT image show small bowel loops herniating
through the abdominal wall and surrounded by arim of
soft tissue density with stranding, consistent with mild
inflammation. There is mild distention of the small
bowelproximally to the herniated loops.

Radiologic Findings

Axial computed tomography (CT) images (Figs. 83.1) show small


bowel loops herniating through the abdominal wall and
surrounded by a rim of soft tissue density with stranding,
consistent with mild inflammation. There is mild
distention of the small bowel proximally to the herniated
loops.

Diagnosis

Abdominal wall hernia

Differential Diagnosis

Abdominal wall tumors (desmoid, lymphoma, hemangiomas, lipoma,


metastases, etc.)
Rectus sheath hematomas (posttraumatic, associated with
coagulopathy)
Enlarged lymph nodes (infections, lymphomas, etc.)
Enlarged, prominent vessels (as seen in cirrhotic patients with portal
venous shunts)
Undescended testis
Abdominal wall endometriosis

Fig. 83.2 An axial contrast-enhanced CT image through


the pelvis demonstrates a direct left inguinal hernia.

28
Small
bowel loops are present along the left spermatic cord.
Neither inflammatory changes nor signs of strangulation

Fig. 83.3 Axial contrast-enhanced CT image shows a left


ventral hernia containing small bowel loops and
mesentery.
are present.

Discussion

Background

A hernia is commonly defined as the protrusion of any viscus from its


proper cavity into a saclike structure formed by the same
membrane with which the cavity is usually lined.
Different types of hernias have been described according
to their anatomical distribution, the most frequent in both
men and women being inguinal hernias (direct Fig. 83.2
and indirect). Others include

Femoral hernia: occurs medial to the femoral vein and posterior to the
inguinal ligament: com monly right-sided
Ventral hernia:
a. Midline defects: umbilical, paraumbilical, epigastric, and
hypogastric hernias. Umbilical is the most common type,
usually occurring in women (risk factors: obesity,
multiple pregnancies, ascites, intra-abdominal masses)
b. Lateral defects—spigelian hernia (Fig. 83.3): occurs
along the lateral aspect of the rectus muscle through the
hiatus semilunaris
Posterior defects—lumbar hernia: occurs either through defects in the
superior (Grynfeltt) (Fig.83.4) or inferior (Petit) lumbar
triangle

Fig. 83.4 (A.B) Lumbar hernia of Grynfeilt seen on CT (arrow). Note


that this hernia contains a portion ofGerota fascia. The
contents of these hernias can be confused with a
lipomatous tumor.

29
Fig. 83.5 Axial CT image of the pelvis shows a herni
ated bowel loop in the left obturator fossa (arrow).

Obturator hernia: occurs through the obturator foramen, usually in


elderly multiparous women (Fig. 83.5)
lncisional hernia: represents a delayed complication of abdominal
surgery

Abdominal wall hernias are very common, with more than 500,000
operations performed in the United States every year.
Unfortunately, surgical repair is associated with a high
rate of complications (up to 20%), such as recurrence,
fluid collections, and infection of prosthetic materials.
The clinical diagnosis may be difficult in cases of
obesity or abdominal scarring from a previous surgery:
hence imaging plays a central role in recognizing this
pathologic entity and decreasing the morbidity associated
with complications.

Clinical Findings

Clinical presentation depends on the anatomical location and severity


of abdominal hernias. Patient presentation can range
from vague abdominal tenderness and discomfort with a
palpable abnormality to a bowel obstruction.

Complications

Major complications include strangulation (Fig. 83.6) and


incarceration (Figs. 83.1), both leading to bowel
obstruction or perforation in case of missed or delayed
diagnosis. Incarceration refers to those hernias that
cannot be manually reduced because of progressive
narrowing of the neck of the hernia sac. Strangulation
refers to ischemia of the protruded organ due to impaired
blood supply. Other, less frequent complications include
herniation of other organs, either solid (liver, kidneys) or
nonsolid (stomach, bladder).

Fig. 83.6 Axial contrast-enhanced CT image shows a ventral


hernia in the left lower quadrant, which contains a loop
of
descending colon. There is a small amount of fluid in the
her
nia sac. The bowel within the colon demonstrates mild
wall

30
thickening. The colon distal to the hernia is
underdistended.
These findings are consistent with strangulation.

CASE 90
Clinical Presentation
A 72 year-old woman presents with abdominal distention, fullness,
and pain in the right iliac fossa
Fig. 90.1 (A) Axial contrast-enhanced CT image shows the presence
of a cystic lesion with thick walls in the right illac fossa
with surrounding fat stranding and free fluid. (B) Axial
contrast-enhanced CT image of the liver in the same
patient thows scalloping of the liver margins and ascites
with peritoneal thickening
Radiologic Findings
Contrast computed tomography (CT) images show the presence of a
cystic lesion in the right lower quadrant with ascites and
scalloping of the liver margins (Fig. 90.1)
Diagnosis
Malignant mucocele of the appendix with pseudomyxoma peritonei
Differential Diagnosis
Abscess
Normal fluid-filled ileal loop
Tuberculous ascites
Peritoneal metastases
Malignant ascites
Ovarian cystic lesions
Bowel perforation
Peritoneal mesothelioma
Meckel diverticulitis with perforation
Discussion
Background

31
Mucocele of the appendix is the accumulation of mucus with luminal
distention of the appendix. The reported incidence is 0.2
to 0.5% of appendectomies, It can be benign or
malignant. The variety results from occlusion of the
appendiceal luminal opening into the cecum from a
phlebo-lith or impacted feces. A malignant mucocele
results from mucin-secreting adenocarcinoma of the
appendix. Either a benign or a malignant mucocele can
result in the development of pseudomyxoma peritonei on
rupture.
Clinical Findings
Chronic pain in the abdomen
Abdominal distention
Mass in the right iliac fossa
Intermittent colicky pain due to intussusception
Vomiting
Complications
Rupture of the mucocele
Development of pseudomyxoma peritonei
Intestinal obstruction
Intussusception
Etiology
Obliteration of appendiceal lumen from any cause
Imaging Findings
On ultrasound, the mucocele may appear as a thin-walled cystic mass
in the right iliac fossa, attached to the cecum, filled with
diffuse internal echoes in the dependent portion with or
with- with out septa and polypoidal luminal projections,
and with posterior acoustic enhancement. The pres- ence
of a solid mass within the nondependent portions of the
lesion indicates the possibility of adenocarcinoma.

32
Similar findings are seen with CT, with the mucocele
appearing as a low-attenu- ating structure in the right
lower abdomen.
Calcifications within an unruptured mucocele can be curvilinear or
plaquelike and can be appreciated on plain radiographs
of the (Fig. 90.2) The size of the lesion varies, with
lesions measuring up to 15 cm reported in the literature.
A ruptured mucocele show fluid-density ascites with
internal echoes and fixed bowel loops. In patients with
the development of pseudomyxoma peritonei, diffuse
coarse internal echoes within the ascitic fluid can be seen
with scattered calcifications and scalloping on the
peritoneal surfaces of the abdominal organs. Multiple
solid translucent globules of uniform size that calcify in
the course of time and shift with movement are
pathognomonic of the myxoglobulosis variant of a
mucocele.
The presence of mucinous nodules within the remnant umbilical vein
is a feature that the nondependent portions of the lesion
indicates the possibility of with lesions mucocele shows
fluid-density ascites with the development of
pseudomyxoma Multiple solid trans- differentiate
pseudomyxoma peritonei from ascites.

Fig. 90.2 Asial contrast - enhanced CT image in a different patient


reveals a cystic lesion with thick walls in the right illiac
fossa. The lesion shows the presence of calcifications in
its wall
Treatment
Surgical resection of the appendix is the treatment of choice for an
unruptured mucocele of the appendix. In patients with a

33
ruptured mucocele with the development of
pseudomyxoma perito nei, wide peritoneal stripping is
done for cytoreductive surgery, followed by heated
intraoperative intraperitoneal chemotherapy with
mitomycin C, doxorubicin, and fluorouracil (5-FU)
Systemic chemotherapeutic agents can be used in resistant discase
and recurrent disease.
Prognosis
Patients with an unruptured mucocele of the appendix have an excellet
prognosis. Patients with pseudomyxoma peritonei and
mucinous adenocarcinoma have a worse prognosis with
treatment resistant disease, higher mortality, and
posttreatment complications
PEARLS
A cystic oblong mass in the right iliac fossa should include mucocele
in the differentia
Scalloping of the peritoneal l surfaces of abdominal organs represents
pseudomyxoma peritonei
PITFALL
between benign Imaging cannot always differentiate appendix and
pseudomyxoma peritonei. and malignant causes of
mucocele of the

CASE 91

Clinical Presentation

A 74-year-old man presents with lower abdominal pain and


discomfort associated with a recent change in bowel
habits.

34
Fig. 91.1 An axial contrast-enhanced CT image shows dif
fuse diverticulosis, most significant in the sigmoid colon,
with evidence of related mild muscular hypertrophy. No
pericolonic inflammatory changes are noticed.

Radiologic Findings
An axial contrast-enhanced computed tomography (CT) image (Fig.
91.1) shows diffuse diverticulosis, most significant in the
sigmoid colon, with evidence of related mild muscular
hypertrophy. Nopericolonic inflammatory changes are
noticed.

Diagnosis

Diverticulosis

Differential Diagnosis

Inflammatory bowel disease (Crohn disease and ulcerative colitis)

Colonic carcinoma

Small bowel diverticulosis

Discussion
Background

Diverticula are outpouchings of the intestinal walls, involving either


all the layers (true diverticula) or just the mucosal and
submucosal layers (false diverticula). Diverticular
disease has been described anywhere in the
gastrointestinal (GI) tract but is most frequently present
in the sigmoid colon (95—98%) due to the higher
segmental intraluminal pressures. These diverticula
usually form through weaker points of the colonic walls,
which represent the natural openings for the vasa recta
and other nutrient vessels.

35
Fig. 91.2 (A.B) Axial contrast-enhanced CT images show diffuse
bowel wall thickening of the sigmoid colon with
surrounding inflammatory mesenteric fat stranding.
These findings are consistent with severe diverticulitis.

Clinical Findings

Diverticulosjs is a common, usually asymptomatic condition. Patients


with multiple diverticula may present with different
symptoms according to their location; clinical
presentation most frequently includes left lower
abdominal pain, nausea, and changes in bowel habits,
including diarrhea, constipation, and tenesmus.

Complications

Major complications include GI bleeding (melena, hematochezia) and


diverticulitis due to occlusion of the neck of a
diverticulum by stool, inflammation, or ingested
material, causing subsequent micro perforation of a
diverticulum and associated pericolic inflammation (Fig.
91.2). Inflammation may resolve or progress, causing
abscess formation, fistulas (to local structures, e.g., the
bladder, uterus, or vagina), abdominal obstruction, or
free perforation.

Etiology

Diverticulosis is related to the low-fiber/high-fat diet typical of


industrialized countries leading to abnormal peristalsis,
intestinal dyskinesia, and increased intraluminal
pressures, Its incidence increases with age; in fact.
colonic diverticular disease is uncommon in people
younger than 40 years. Genetics may play a predisposing
role, as left-sided diverticula are usually described in
Caucasian populations, whereas right-sided diverticula
are typically seen in persons of Asian descent.

Imaging Findings

Water-soluble contrast enemas represent a safe but somewhat


outmoded imaging study for diverticulosis.

On CT, diverticula appear as multiple, air-filled outpouchings of the


intestinal walls ranging in size from 2 to 3 mm to 2 cm
(giant diverticula have been reported but are rare) and

36
usually located in the sigmoid colon: the affected
intestinal segment may have thickened walls due to
muscular hypertrophy. CT is also useful to evaluate the
complications of diverticular disease, such as acute
diverticulitis (wall thickening and pericolic fat
stranding), abscesses (fluid collections with peripheral
enhancing rims), and perforation (extraluminal free air).
Colovesicular fistulas are suggested by the presence of
gas in the bladder or focal bladder wall thickening ¡n
close proximity to the affected segment of the bowel
with loss of dividing fat planes.

CASE 99

Clinical presentation
Nonspesific abdominal pain

Fig. 99.1 Upper gastrointestinal series shows an outpouching (arrow)


arising from the gastric fundus.

Radiologic Findings
Upper gastrointestinal (GI) series shows an outpouching arising from
the gastric fundus (Fig. 99.1).

Diagnosis

Gastric fundal diverticulurn

Differential Diagnosis
Cystic adrenal, renal, or pancreatic lesions
• Necrotic lesions or abscess in cases where air—fluid levels are
present
• Duplication cysts

Discussion

Background

Fundal diverticula are the most common gastric diverticula arising


from the cardiofundic region. They are congenital and
usually seen on the posterior wall of the stomach. These
are true diverticula and contain all layers of the stomach

37
wall: they are variable in size, ranging from 1 to 10 cm.

Fig. 99.2 Axial CT image of the upper abdomen shows a


contrast-filled fundal diverticulum (arrow).

Clinical Findings
Patients are often asymptomatic Some patients may present with
intermittent pain, worse when supine.

Complications
Usually these are asymptomatic; however, cases of bleeding and
ulcerations exist. Patients may present with pain and
abdominal discomfort If diverticu are large, impaired
emptying may occur. Additionally, the condition may
lead to excessive workup due to misinterpretation of a
diverticulum as an adrenal mass.

Imaging Findings

Lateral view of a barium swallow and upper GI studies may


demonstrate an Outpouching on the posterior aspect of
the gastric cardia, with a characteristic finding of a
fundal diverticulum
Computed tomography may show a collection of contrast material
arising from the posterior aspect of the gastric fundus. ¡t
usually projects in the retroperitoneal cavity.
Occasionally, when poorly opacifje with oral contrast, a
fundal diverticujum may mimic an adrenal mass and is
considered in the differential for an adrenal pseudomass
(Fig. 99.2).

Treatment and Prognosis

• Treatment is conservative and expectant.

PEARL

Classic appearance on barium studies

Pitffal
When poirly dioles with oral Congrast pr id collapsed, Hattrick fundal
Diverticula mau mimik adrenal lesions

38
CASE 103

Clinical Presentation

A 73-year-old woman presents with abdominal discomfort and flank


pain.

Fig. 103.1 Coronal reformatted contrast-enhanced CT


image show a heterogeneous, ill-defined mass in the left
perinephric region surrounding the left kidney. The
lesion
shows areas of fat density and foci of calcifications
adjacent
to the left kidney.

Radiologic Findings

Coronal reformatted, contrast-enhanced computed tomography (CT)


image shows a heterogeneous, ill-defined mass in the left
perinephric region surrounding the left kidney. The
lesion shows areas of fat density and foci of
calcifications adjacent to the left kidney (Fig. 103.1).

Diagnosis

Dedifferentiated retroperitoneal liposarcoma

Differential Diagnosis

Malignant fibrous histiocytoma


Retroperitoneal lymphoma
Metastases
Retroperitoneal dermoid
Infection (rare)

Discussion
Background

Liposarcoma is the second most common type of soft tissue sarcoma


in adults and is most commonly seen in the 5th decade of
life.

Clinical Findings

39
Abdominal fullness
Flank pain
Vomiting
Abnormal renal function tests in patients with renal invasion
Hematuria

Complications
Invasion of adjacent organs, mainly kidneys
Metastases (very rare)

Etiology
Unknown

Imaging Findings

On imaging, a retroperitoneal, large, ill-defined, heterogeneous, fat-


containing mass with involvement of adjacent organs
and bridging across the fascial planes is seen. Tumors are
almost always large in size at presentation, and patients
usually present with nonspecific symptoms.
CT may show calcifications that are commonly nodular in
configuration.
Involvement of adjacent organs, mesenteric vessels, and renal vessels
is common and should be carefully assessed at imaging.
Contiguity with an adjacent organ remains an important
issue for complete assessment because tumors tend to
invade adjacent organs without any direct evidence of
involvement on imaging.
The presence of fat on CT and magnetic resonance imaging (MRI)
helps in diagnosing the condition; however, macroscopic
fat is not always present in liposarcomas (Fig. 103.2).

Fig. 103.2 Axial contrast-enhanced CT image in a differ


ent patient shows a hypoattenuating lesion with a thick
enhancing capsule. The lesion is posterior to the kidney,
compressing and displacing the kidney anteriorly. Because
no discrete focus of macroscopic fat was seen, it was dii
ficult to diagnose this lesion as liposarcoma; however, the
lesion was found to be dedifferentiated liposarcoma on sur
gical pathology.

Treatment
Surgical resection of the tumor is the treatment of choice in patients
without metastases. Contiguity with the kidneys
necessitates nephrectomy in adittion to resection of the
primary neoplasm

40
Prognosis
The prognosis is worse in patients with renal involvement and
vascular encasement of the aorta and o/r inferior vena
cava. However, in patients with surgically resectable
liposarcoma without adjacent organ involvement, the
prognosis remains excellent after treatment, althought
long - tern Followup up imaging is important to deret
recurrence

Pearl
Large, ill-defined, heterogenous, fat-density retroperitoneal lesion

Pitfall

Lesions that do not demonstratif macroscopic far on MRI and fat


density on CT candit be differentiated drop Outher
retroperitoneal Sarcomatous lesions, neccesitating a
biopsy

CASE 108

Clinical Presentation

A 60-year-old woman presents with abdominal discomfort.

Fig. 108.1 Axial CT image with oral and intravenous contrast


demonstrates a hazy appearance to the mesentery with
small mesenteric lymph nodes.

Radiologic Findings

Axial computed tomography (Ci) image with oral and intravenous


contrast (Fig. 108.1) demonstrates a hazy appearance to
the mesentery with small mesenteric lymph nodes.

Diagnosis

Misty mesentery

Differential Diagnosis

Mesenteric panniculitis

41
Malignancy, specifically non-Hodgkin lymphoma

Inflammation due to processes such as inflammatory bowel disease


and pancreatitis

Infection

Mesenteric edema/lymphedema

Trauma and hemorrhage

Discussion

Background

The term misty mesentery refers to increased cr attenuation of the


mesenteric fat caused by infiltration with fluid,
inflammatory cells, tumor, or fibrosis.

Clinical FIndings
Clinical FIndings may be nonspecific or secondary to the underlying
condition. FIndings may be incidental in an asymtomatic
patients imaged for Outher respons.

Etiologi
The increased CT attenuatiob may be the result of the mesentric fat
by a barier of causes. Depending on the underlying
condition. Cause include fluid as mesenteric edema dus
to hypoalbuminemic states, cirhosis, inferior vena cava
obstruction, budd-chiari syndrome, or lymphatic
obstruction: hemorrhage; or imflamatory cell as in
mesenteric paniculitis, tumor cell, and fibrosis.

Imaging findings
Minta mesenteric regresi to nonspesific increased CT attenuation of
the mesenteric fat.

Treatment
Close followup with CT is recommended to search for occult
malignancy. Followup examinations may demonstratif
resolution of the imflamatory condition. In cases of
persistent misty mesentery with unknown Cause, biopsy
may be necessary for definitipe diagnosis.

Prognosis

42
The prognosis depends on the underlying condition

PEARL
Misty mesentery refers to increased CT attenuation of the
mesenteric fat and is a nonspecific finding that may
occur in a variety of Clinical situations

Pitfall
Failure to recognize misty mesentery on CT may luas to a delay in
diagnosis and treatment of infiltrating neoplastic
conditions

Translate B. Indonesia

Case 77
Temuan radiologis
Barium esophagram menunjukkan indentasi linear yang halus dengan
margin teratur di atas dinding posterio sepertiga tengah
esofagus dengan dilatasi proksimal pertengahan esofagus
serviks (gambar 77.1) gambar magnetic resonance
angiography (MRA) (gambar.772, 77.3) menunjukkan arteri
subklavia kanan menyimpang (ARSA) yang timbul dari
lengkung aorta kiri. Menyebabkan kesan di dinding posterior
kerongkongan.

43
Diagnosis
Aberrant right subclavian artery
Differential diagnosis
Double Archus aorta
Dosamu esophageal
Tekanan ekstrinsik pada esofagus yang disebabkan nonesophageal tumor
atau lymphadenopathy
Discussion
Background
Asal usul arteri subklavia dari aorta descending proksimal disebut sebagai
arteri subklavia yang menyimpang. Lengkungan aorta kiri
dengan arsa adalah anomali kongenital yang paling umum
dari lengkung aorta; varian kedua yang paling umum adalah
lengkungan aorta sisi kanan dengan arteri subklavia kiri
menyimpang (ALSA). Ligamentum arteriosum kiri dapat
membentuk cincin pembuluh darah. Menyebabkan kompresi
trakea, dan lebih sering dikaitkan dengan ALSA
Kommerell diverticulum adalah dilatasi bulbous pada asal
arteri subklavia yang berukuran lebih dari dua kali lipat
diameter bagian distal arteri. Ini lebih sering dikaitkan
dengan lengkungan aorta kanan dan ALSA. Aorta desendens
garis tengah berada di lokasi abnormal anterior tubuh
vertebra dan dikaitkan dengan lengkung aorta kanan dengan
ALSA.
Baik ARSA dan ALSA berjalan di posterior ke kerongkongan.
Tingkat kompresi trakea berbeda untuk kedua varian.
Temuan klinis
ARSA muncul pada orang dewasa dengan gejala disfagia yang lebih umum.
ALSA setuju dengan
Kesulitan bernapas karena kompresi jalan napas dan disfagia pada anak-
anak. Pasien yang lebih tua dapat mengalami nyeri bahu,
nyeri leher, atau penyakit tromboemboli pada ekstremitas.

44
Komplikasi

Komplikasi meliputi obstruksi esofagus, kompresi trakea, penyakit


tromboemboli, dan, jarang, fistula arteriesofageal.

Etiologi
Secara embriologis, arteri subclavius berasal dari arteri intersegmental
ketujuh; anomali perkembangan mengarah ke arteri
subklavia yang menyimpang.

Temuan pencitraan
Barium esophagram menunjukkan lekukan yang halus di atas dinding
posterior sepertiga tengah esofagus.
Angiografi, pemindaian tomografi terkomputasi, dan MRA semuanya dapat
digunakan untuk menunjukkan arteri subklavia yang
melintasi posterior ke esofagus. Informasi tambahan tentang
keberadaan, ukuran dan komplikasi divertikulum kommerell
dapat diperoleh pada studi cross-sectional. Esofagoskopi
menunjukkan kompresi ekstrinsik pulsatil pada esofagus.

Pengobatan
Intervensi bedah dipertimbangkan pada pasien dengan gejala simptomatik
dan pasien dengan penyakit yang rumit. Reseksi bedah dan
reanastomosis dengan revaskularisasi arteri vertebralis dan
subklavia tersedia

Prognosis
Prognosis tergantung pada presentasi penyakit. Secara umum,
prognosisnya baik pada pasien tanpa komplikasi tanpa
kelemahan di mana perawatan bedah berhasil tanpa

45
komplikasi yang mengancam jiwa. Sindrom mencuri
subklavia dapat menjadi kemungkinan komplikasi pada
pasien yang diobati dengan pembedahan.

CASE 78

Presentasi klinis

Seorang pria berusia 63 tahun mengeluhkan kelelahan kronis, dan


penurunan berat badan.

Gambar 78.1 (A.B) Kontras - inage CT yang ditingkatkan menunjukkan


penebalan melingkar antrum lambung dengan distensi
lambung yang berhubungan dan limfadenopati.

Temuan radiologis
Gambar Contrast-Enhanced Computed Tomography (CT) (Gbr. 78.1)
menunjukkan penebalan melingkar antrum lambung dengan
distensi lambung dan limfadenopati yang terkait.

Diagnosis
Gastric mucosa-associated lymphoid tissue (MALT) lymphoma

Differential Diagnosis
Gastritis/gastric ulcer .
Gastric metastases
Gastric carcinoma

Temuan klinis

46
Presentasi klinis biasanya tidak spesifik. Pasien mungkin mengalami gejala
yang menyerupai gastritis atau penyakit tukak lambung,
seperti nyeri epigastrium dan dispepsia. Gejala-gejala lain,
seperti demam ringan, kelelahan kronis. penurunan berat
badan dan anema. Telah dilaporkan.

Komplikasi
Pasien mungkin mengalami perdarahan saluran cerna karena ulserasi atau
obstruksi tumor. Jarang, perforasi dapat terjadi.

Etiologi
Etiologinya masih kontroversial. Beberapa penelitian telah menunjukkan
frekuensi tinggi infeksi H. pylori pada pasien yang terkena
limfoma lambung; lebih jauh lagi, beberapa neoplasma ini
dapat mengalami kemunduran setelah eradikasi H. pylori.
Beberapa kelainan sitogenetik telah menunjukkan translokasi
trisomi 3 dan 11:18 yang paling umum

Temuan Pencitraan
Pemeriksaan GI kontras ganda menunjukkan spektrum luas dari temuan
radiologis, terutama dalam kasus limfoma tingkat rendah:
erosi dan ulkus multipel baik yang dangkal atau dalam yang
terkait dengan konvergensi lipatan lambung yang menebal
merupakan temuan yang paling umum di kedua limfonma
lambung, terutama yang tinggi. limfoma tingkat, dapat
tampak sebagai massa besar dengan atau tanpa borok.
Temuan pencitraan fluorascopic lainnya termasuk nodul
mukosa bulat atau oval dengan ukuran variabel dan gastricae
areae yang menonjol. Namun, diferensiasi limfoma MALT
dari gastritis atau adenokarsinoma lambung sangat
menantang dengan pencitraan meskipun adanya temuan
khas ini

47
Multidetektor CT telah semakin banyak dilakukan untuk mendeteksi
keganasan lambung primer karena kemampuan
multiplanarnya: distensi lumen lambung yang tepat
(pemberian air oral sebelum pemindaian) direkomendasikan
untuk meningkatkan penilaian mukosa lambung. Pola ct khas
limfoma lambung meliputi penebalan difus dinding (> 50%
terlibat), penebalan tersegmentasi, dan massa polipoid
terlokalisasi.

Tumor ini umumnya meluas melalui wilayah pilorus ke duodenum, sedangkan


karsinoma lambung cenderung menyebar ke persimpangan
gastroesofageal. Pasien dengan limfoma lambung, tidak seperti orang-
orang dengan karsinoma, sering hadir dengan banyak, kelenjar getah
bening yang besar biasanya memanjang di bawah hilus ginjal. Poin
kunci utama lain dalam diagnosis diferensial adalah derajat penebalan
dinding, yang lebih menonjol pada limfoma (nilai rata-rata 5 cm). Pola
peningkatan limfoma biasanya bervariasi dan karenanya tidak spesifik
untuk diagnosis tumor ini

Terapi
Pemberantasan H. pylori merupakan terapi lini pertama menurut peran sentral yang
dimainkan oleh bakteri ini dalam patogenesis limfoma. Kemoterapi
yang lebih baik atau terapi antibodi monoklonal (rituxinab: antibodi
monoklonal anti-C20) digunakan dalam kasus kegagalan pengobatan
antibiotik atau pada neoplasma yang tidak berhubungan dengan infeksi
H. pylori.
Pembedahan memiliki peran terbatas karena kemanjuran perawatan medis

Prognosa

48
PrognoSis tergantung pada tingkat histologis: limfoma tingkat rendah memiliki
prognosis yang menguntungkan karena bahkan dapat mengalami
kemunduran setelah terapi antibiotik.

CASE 79
Presentasi klinis
Seorang pria berusia 28 tahun memuji rasa sakit epigastrium, anoresia.
dan penurunan berat badan.
Gambar.79.1 (A.B) Gambar CT dengan kontras aksial pada abdomen
menunjukkan peningkatan ringan dan peningkatan difusnya
neis dari dinding gastus; Temuan ini mencurigakan untuk
neoplasma lambung, meskipun proses inflamasi tidak dapat
dikecualikan. Lesi kistik hipodense multipel terlihat di hati
dan kedua ginjal.

Temuan Radiologis
Gambar-gambar computed tomography (CT) yang diperbesar dengan
kontras aksial (Gambar 79.1) menunjukkan penebalan
dinding lambung yang ringan dan difus. Gambar-gambar dari
seri gastrointestinal atas (GI) (Gbr. 79.2) menunjukkan
penyempitan perut distal yang abnormal dan persisten.

Diagnosis
Gastric adenocarcinoma
Differential Diagnosis
Gastric metastases
Gastritis
Gastric mucosa-associated lymphoid tissue lymphoma
Gastric Crohn disease
Caustic ingestion

49
Gastric tuberculosis
Diskusi
Latar Belakang
Karsinoma lambung adalah penyakit yang
mematikan, dengan penurunan kejadian dalam 50 tahun
terakhir di Amerika Utara dan Eropa Barat karena identifikasi
sebelumnya pada pencitraan dan endoskopi. Saat ini,
kejadian karsinoma lambung sangat bervariasi di seluruh
dunia, dengan jumlah kasus tertinggi di Jepang, Cina, Rusia
dan Eropa Timur (> 30 kasus per 100.000); pria biasanya 2
kali lebih sering terkena daripada wanita, dengan insiden
puncak pada usia 50 hingga 70 tahun.
tipe histologis differend telah dijelaskan:
adenokarsinoma (tipe usus dan difus) menyumbang hampir
95% dari kasus, dan limfoma, leiomyosarcomas, karsinoid,
dan sarkoma untuk 5% sisanya. Adenokarsinoma telah
diklasifikasikan menjadi empat subtipe yang berbeda;
papillary, tubular mucinous dan cincin meterai. Hampir 30%
keganasan lambung timbul dari antrum, 30% dari tubuh, dan
40% dari daerah fundus dan kardia
Temuan klinis
Presentasi Chinical sebagian besar tergantung pada stadium penyakit:
pasien mungkin asimptumatik (stadium awal) atau mungkin
datang dengan perdarahan epigastrik, nyeri, anoreksia,
penurunan berat badan, mual, muntah, dan GI atas
(hematemesis melena, darah samar dalam feses)
Komplikasi
Pada stadium lanjut, metastasis hati dapat menyebabkan hepatomegali
dan ikterus; situs yang kurang umum untuk metastasis
termasuk paru-paru, kelenjar adrenalin, dan ginjal (tumor
Krukenberg)
Etiologi

50
Beberapa faktor makanan dan lingkungan telah diidentifikasi: nitrat
makanan, makanan tertentu (ikan asin dan daging, makanan
asap), hipoklorhidria yang dihasilkan dari obat-obatan atau
pembedahan sebelumnya, merokok, dan infeksi Helicabacter
pylori. Secara khusus, pasien dengan gastritis H. pylori
adalah 3 sampai 6, kali lebih mungkin untuk mengembangkan
kanker lambung. Kondisi prakanker lainnya termasuk
penyakit Ménétrier, polip lambung adenomatosa,
gastrektomi parsial, dan anemia pernisiosa

temuan pencitraan
Endoskopi saat ini dianggap sebagai prosedur diagnostik pilihan pertama
pada pasien dengan dugaan keganasan lambung.
Studi barium, baik dengan kontras tunggal atau ganda. telah dilakukan
secara luas untuk mendeteksi tumor lambung, meskipun
sensitivitas keseluruhannya agak lebih rendah daripada
endoskopi.
Pencitraan resonansi magnetik resolusi spasial tinggi, yang digunakan
dalam studi eksperimental in vitro, adalah modalitas
pencitraan yang menjanjikan untuk penilaian kedalaman
invasi tumor lambung karena akurasinya dalam
menggambarkan lapisan yang jauh dari dinding lambung.
Pengobatan
Reseksi lengkap tumor dan kelenjar getah bening yang berdekatan
dianggap sebagai satu-satunya pengobatan kuratif, meskipun
prosedur bedah dapat dikaitkan dengan beberapa komplikasi
akhir, termasuk sindrom dumping, defisiensi vitamin B12, dan
refluks esofagitis; beberapa neoplasma yang dipilih mungkin
mendapat manfaat dari reseksi mukosa endoskopi.
Kemoterapi diberikan pada pasien dengan penyakit metastasis sistemik
Prognosa

51
Kanker lambung menyajikan prognosis yang buruk, dengan tingkat
kelangsungan hidup 5 tahun secara keseluruhan <20%; Namun, kanker
lambung dini berpotensi disembuhkan, dengan tingkat kelangsungan
hidup 5 tahun rata-rata hampir 90%. Oleh karena itu diagnosis segera
dari tumor ini adalah wajib

CASE 80
Presentasi klinis
Seorang pria berusia 77 tahun mengalami sakit perut
Gambar. (80.1) CT scan yang ditingkatkan kontras menunjukkan massa
berlobulasi, heterogen yang muncul dari perut proksimal
(panah).
Temuan Radiologis
Pemindaian computed tomography (CT) abdominal (Gbr. 80.1)
menunjukkan massa yang besar, berlobulasi, dan heterogen
yang timbul dari perut proksimal.
Diagnosis
Gastrointestinal stromal tumor (GIST)
Differential Diagnosis
Gastric adenocarcinoma
Leiomyoma/leiomyosarcoma
Schwannoma/neurofibroma
Metastasis

Diskusi
Latar Belakang
GIS adalah tumag mesenchymal paling umum yang timbul dari dinding
saluran gastrointestinal (GI). Namun demikian, mereka
jarang, terhitung hanya 1 sampai 3% dari semua neoplasma
GI, dan biasanya pasien> 50 tahun tanpa kecenderungan jenis
kelamin. Tumor ini juga dilaporkan terjadi pada 10 hingga

52
25% pasien yang terkena neurofibromatosis 1. Sebelumnya
kesalahan untuk tumor halus dan saraf, GISTS menunjukkan
fitur genetik dan histologis yang berbeda. Mereka dapat
terjadi di mana saja dari rektum ke kerongkongan, lambung
menjadi lokasi asal yang paling umum: mereka juga dapat
ditemukan di omentum mesenterium, dan retroperitoneum.

Temuan klinis

Presentasi klinis bergantung pada lokasi, ukuran, dan pola pertumbuhan


tumor dan terutama ditandai oleh nyeri perut atau distensi,
anemia atau melena, atau obstruksi usus.

Komplikasi

GIST ganas dapat menjadi agresif dan menyebar ke hati,


retroperitoneum. dan mesenterium, dan lebih jarang ke
tulang, paru-paru, dan kelenjar getah bening. GIST
intraluminal dapat menyebabkan obstruksi usus.

Etiologi

GIST memiliki sifat imunohistokimia yang khas, yang paling penting adalah
ekspresi KIT (CD1I7), reseptor faktor pertumbuhan tirosin
kinase, yang mempromosikan pertumbuhan sel-sel
neoplastik mesenkim.

Temuan Pencitraan

Meskipun ekspresi tumor dari reseptor KIT diperlukan untuk diagnosis pasti
GIST, pencitraan, terutama CT, telah terbukti berperan. GISTs
biasanya dilihat sebagai massa exophytic, penambah
heterogen, jarang terkalsifikasi yang timbul dari dinding
saluran GI. Sebagian besar dari mereka, terutama yang lebih
besar, menunjukkan kepadatan yang heterogen karena
adanya nekrosis intratumoral (Gambar 80.2), fokus
hemoragik, dan degenerasi kistik.

Pengobatan

53
Operasi pengangkatan direkomendasikan, tetapi meskipun reseksi lengkap,
tingkat kekambuhan tinggi, terutama dalam pengaturan lesi
yang kurang terdiferensiasi dengan baik.
Obat baru yang menargetkan reseptor faktor pertumbuhan KIT tampak
menjanjikan, tetapi sejauh ini mereka hanya digunakan untuk
tumor yang tidak dapat dioperasi.

Prognosa
- Kemajuan terbaru dalam terapi telah meningkatkan tingkat kelangsungan
hidup rata-rata, terutama pada GIST nonmetastatik ganas.

Gambar. 80.2 CT kontras ditingkatkan pada pasien yang berbeda


menunjukkan massa heterogen besar yang timbul dari perut.
Beberapa kista hati hadir.

CASE 81

Presentasi klinis

Seorang pria paruh baya hadir untuk evaluasi disfagia lama dengan
periode episodik ketidaknyamanan yang lebih intens.

Gambar 81.1 (A) Gambar CT aksial kontras ditingkatkan


menunjukkan hernia hiatal besar. Esofagus distal adalah
garis tengah, dan sambungan gastroesofageal (GE) serta
sebagian lambung terletak di dalam hernia intrathoraks.
(B) Overhead radiograph dan (C) tempat gambar
fluoroskopi dari seri gastrointestinal bagian atas
menunjukkan hernia hiatal besar. Radiografi
menggambarkan bahwa lekukan tubuh lambung yang
lebih besar terletak di lambung
cephalad ke kelengkungan "cembung" yang lebih rendah,
persimpangan GE dan pilorus. Persimpangan GE dan
pilorus mempertahankan hubungan normal mereka.

54
Temuan Radiologis
Gambar CT (CT) aksial kontras ditingkatkan menunjukkan hernia
hiatal besar (Gbr.81.1A). Esofagus distal adalah garis
tengah, dan sambungan gastroesofageal (GE) serta
sebagian lambung terletak di dalam hernia intrathoraks.
Gambar radiografi overhead dan spot fluoroskopi
(Gambar 81.1B, C) dari seri saluran cerna bagian atas
(GI) menunjukkan hernia hiatal yang besar. Radiograf

Diagnosis
Organoaxial gastric volvulus in a large hiatal hernia
Differential Diagnosis
Sliding hiatal hernia
Paraesophageal hernia
Large intra-abdominal mass with superior displacement of the
stomach

Diskusi
Latar Belakang
Volvulus lambung merupakan torsi abnormal stomnach, biasanya> 180
derajat. Jika kelengkungan yang lebih besar berputar lebih
baik dari kelengkungan yang lebih rendah di sepanjang
sumbu panjang perut. Ini disebut volvulus organoaxial dan
menyumbang -60% dari kasus volvulus lambung. Jika antrum
dan pilorus diputar. Anterosuperior ke fundus dan GE
persimpangan, ini disebut volvulus mesenteroaxial, mewakili
-30% dari kasus volvulus. Volvulus juga diklasifikasikan
sehubungan dengan diafragma: supradiaphragmatic (dua
pertiga) atau subdiaphragmatic / intraperitoneal (sepertiga)

Temuan klinis
Dalam kasus volvulus kronis, pasien biasanya datang dengan keluhan perut
yang tidak spesifik, termasuk sakit perut atau dada yang tidak
jelas rasa kenyang dini atau disfagia penuh, atau dispnea.
Volvulus kronis dapat dicatat secara kebetulan pada
radiografi dada atau seri GI atas atau esofagram. Volvulus

55
akut menunjukkan presentasi yang lebih dramatis, termasuk
rasa sakit yang hebat, ketidakmampuan untuk menelan
cairan atau padatan atau lewat, tabung enterik, obstruksi
saluran keluar lambung, dan peritonitis ketika ada iskemia
atau perforasi lambung. Diagnosis diagnostik dari volvulus
penghambat akut, dijelaskan oleh triad klasik Borchardt triad.
dada konstan yang parah atau nyeri epigastrium, mual
dengan ketidakmampuan untuk muntah, dan kesulitan
melewati tabung nasogastrik.
Komplikasi
Volvulus organoaxial dapat menjadi rumit dengan mencekik di-5 sampai
20% dari kasus sekunder karena memutar arteri lambung kiri
dan oklusi drainase vena. Iskemia pada volvulus
mesenteroaxial jarang terjadi. Semua jenis volvulus lambung
dapat dikaitkan dengan obstruksi saluran keluar lambung.
Obstruksi dengan strangulasi biasanya hanya terlihat pada
kasus volvulus akut. Angka kematian berkisar dari <10%
untuk kasus kronis hingga> 40% untuk volvulus akut

Etiologi
Volvulus organoaxial biasanya terlihat pada orang dewasa dan dikaitkan
dengan defek diafragma pada 50% kasus, termasuk hernia
hiatal, hernia paraesofageal, kejadian, dan ruptur
diafragmatik. Cacat ini memungkinkan untuk pergerakan
abnormal tubuh lambung ke dalam toraks dengan akibat dari
cara ini, sebagian besar volvulus organoaxial dengan cara ini,
sebagian besar kasus volvul organoaxial juga mewakili variasi
supradiafragmatik dalam perbandingan, volvuli
mesenteroaxial berakhir dengan subdiaphragmatik dan
sebagian besar sering terlihat pada anak-anak. Dianggap
sebagai kelonggaran abnormal ligamen suspensori lambung,

56
volvulus mesenteroaxial juga dapat dikaitkan dengan limpa
ektopik "berkeliaran"

Pengobatan
Volvulus lambung akut awalnya diobati dengan dekompresi tabung
nasogastrik yang berat.
Perbaikan bedah diindikasikan untuk semua kasus volvulus dan melibatkan
pelepasan volvulus, kembalinya perut ke posisi
subdiaphragmatik, gastropeksi dalam posisi anatomi, dan
perbaikan setiap cacat diafragma predisposisi. Akses bedah
dapat melalui torakotomi, laparatomi, atau laparscopy
peritoneal.
Prognosa
Setelah perbaikan yang berhasil dengan gastropeksi, risiko volvulus
lambung rekuren rendah dan terkait dengan kegagalan
gastropeksi dan kecukupan perbaikan dari setiap cacat
diafragma yang diketahui.

KASUS 82

Presentasi klinis

Seorang pria berusia 42 tahun mengalami ketidaknyamanan


epigastrik postprandial.

Gbr. 82.1 Gambar ultrasonik menunjukkan


struktur kistik yang didefinisikan dengan baik
tanda tangan kontinuitas dengan
dinding duodenum lateral dan
lumen bagian vertikal
usus duabelas jari. Lumen dan dinding
lesi berdekatan dengan
dinding lateral bagian kedua
usus duabelas jari.

Temuan Radiologis

57
Ultrasonografi perut bagian atas menunjukkan struktur hypoechoic
yang berbatas tegas (Gbr. 82.1) yang berdekatan dengan
bagian kedua duodenum. Struktur ini memiliki ciri khas
usus pada USG dengan lapisan hiper dan hypoechoic
bergantian di dinding.

Diagnosis

Duodenal diverticulum arising from the lateral wall of the duodenum

Differential Diagnosis

Postbulbar duodenal ulcer


Pancreatic pseudocyst
Cystic pancreatic tumor
Duodenal duplication

Diskusi

Latar Belakang

Duodenum adalah situs kedua yang paling umum untuk pembentukan


divertikula setelah usus besar. Insidensi duodenal diverticula
adalah 5 sampai 15g pada pemeriksaan barium, 20 hingga
25% saat otopsi. Insidensi puncak duodenal diverticula
ditemukan pada dekade ke-5 hingga ke-6 kehidupan. Mereka
biasanya muncul dari dinding medial pakta kedua dan ketiga
duodenum dalam waktu 2 cm dari Vat divecticula
intraluminal adalah sare Deticua a Large in size dan ane Iess
cummn iv ula juga dapat digolongkan sebagai pimary
sekunder (karena ampula uloy postbullar cenderung dinding
lateral dari dinding medial duodenum bagian kedua dan
ketiga dalam 2 cm dari ampula vater. Divertikula duodenum
intraluminal jarang terjadi. Divertikula yang timbul dari
dinding lateral cenderung lebih besar dalam ukuran dan
kurang umum. Divertikula juga dapat diklasifikasikan sebagai
primer atau sekunder (karena ulkus postbulbar)

58
Temuan klinis
Asimpromatik
Ketidaknyamanan perut
Nyeri pada regio aromatik umbilical epigastrium
Nyeri perut bagian tengah menjalar ke punggung
Ikterus dalam kasus kompresi saluran empedu
Nyeri dan demam pada kasus divertikulitis

Komplikasi
Divertikulitis
perforasi
Pankreatitis sekunder akibat perforasi
Berdarah
Ikterus obstruktif akibat kompresi saluran empedu
Kolangitis
Kegagalan endoskopi retrograde kolangiopancreatography jika saluran
empedu mengalir ke divertikula
Peningkatan kejadian kolelitiasis
Perubahan neoplastik
Formasi bezoar

Etiologi
Divertikula primer diduga timbul karena adanya dinding yang melemah di
duodenum di lokasi masuknya kapal. situs entri duktus bilier,
kelemahan otot di dinding, atau jaringan pankreas
heterotopik.

Temuan Pencitraan
. Pada seri gastrointestinal bagian atas dengan barium, divertikula
dianggap sebagai outpouching khas yang timbul dari
duodenum tanpa distorsi lipatan mukosa, yang mengubah
konfigurasi mereka dengan waktu (gambar 82.2). retensi

59
barium yang tertunda di divertikula adalah temuan
diagnostik. Divertikula intraluminal muncul sebagai proyeksi
intraluminal dari struktur linier yang diisi barium dengan
lucency di sekitarnya, memberikan penampilan "tipikal wind
sock"
Ultrasonografi menunjukkan struktur yang mengandung cairan atau
makanan yang bening dengan adanya gas di bagian lesian
yang tidak tergantung. Dinding divertikula duodenum
biasanya menunjukkan tanda tangan usus berlapis-lapis pada
ultrasonografi. Penggunaan pencitraan ultrasound real-time
membantu, dan divertikula dapat diperagakan dengan lebih
baik setelah menelan sejumlah besar cairan
CT menunjukkan divertikula yang mengandung gas (Gbr. 82.3) Dalam kasus
di mana gas tidak ada, divertikula dapat dikacaukan dengan
neoplasma kistik, pseudokista, atau abses. Dalam kasus
seperti itu, scan ulang dapat menunjukkan keberadaan gas
dalam struktur.

Gambar 82.2 Gambar seri saluran cerna bagian atas pada pasien yang
berbeda menunjukkan adanya divertikula yang timbul
dari dinding medial bagian kedua dan ketiga duodenum
(panah).

Gambar. 82.3 Gambar CT dengan kontras yang ditingkatkan pada


pria 63 tahun menunjukkan adanya divertikulum berisi
gas yang timbul dari dinding lateral bagian ketiga
duodenum (panah).

Gambar resonansi magnetik T2 menunjukkan struktur yang


mengandung cairan dan
gas hypointense dalam bagian lesi yang tidak tergantung.

Pengobatan

Perawatan konservatif lebih disukai pada penyakit divertikular


duodenal primer asimptomatik tanpa komplikasi. Pasien
dapat disarankan untuk mengambil posisi yang
mendukung pengosongan divertikular. Pengobatan
bedah pada penyakit divertikular primer simtomatik
dilakukan hanya pada pasien dengan komplikasi dan
gejala persisten meskipun manajemen konservatif. Pada
pasien dengan penyakit sekunder karena ulkus,
pengobatan ulkus dengan obat dan pembedahan
dianjurkan.

Prognosa

60
Prognosis untuk penyakit divertikular duodenum primer sangat baik
dengan insidensi komplikasi yang lebih sedikit. Pada
pasien dengan divertikula sekunder akibat ulkus
postbulbar yang dirawat, prognosisnya baik; Namun,
tingkat komplikasi lebih tinggi.

CASE 83

Presentasi klinis

Seorang pria 57 tahun datang dengan sakit perut dan


ketidaknyamanan. Pemeriksaan fisik menunjukkan
massa teraba di dinding perut anterior, di midabdomen.

Gambar. 83.1 (A, B) Gambar aksial CT menunjukkan loop usus kecil


herniasi melalui dinding perut dan dikelilingi oleh arim
kepadatan jaringan lunak dengan stranding, konsisten
dengan peradangan ringan. Ada sedikit distensi usus
halus hingga mendekati herniasi loop.

Temuan Radiologis

Gambar-gambar aksial computed tomography (CT) (Gambar 83.1)


menunjukkan loop usus kecil herniasi melalui dinding
perut dan dikelilingi oleh tepi kepadatan jaringan lunak
dengan stranding, konsisten dengan peradangan ringan.
Ada sedikit distensi usus kecil proksimal ke loop hernia.

Diagnosis

Abdominal wall hernia

Differential Diagnosis

Abdominal wall tumors (desmoid, lymphoma, hemangiomas, lipoma,


metastases, etc.)
Rectus sheath hematomas (posttraumatic, associated with
coagulopathy)
Enlarged lymph nodes (infections, lymphomas, etc.)
Enlarged, prominent vessels (as seen in cirrhotic patients with portal
venous shunts)
Undescended testis
Abdominal wall endometriosis

61
Fig. 83.2An axial contrast-enhanced CT image through
the pelvis demonstrates a direct left inguinal hernia.
Small
bowel loops are present along the left spermatic cord.
Neither inflammatory changes nor signs of strangulation

Fig. 83.3 Axial contrast-enhanced CT image shows a left


ventral hernia containing small bowel loops and
mesentery.
are present.

Diskusi

Latar Belakang

Hernia biasanya didefinisikan sebagai penonjolan dari setiap viskus dari


rongga yang tepat ke dalam struktur seperti kantung yang
dibentuk oleh membran yang sama dengan tempat rongga
biasanya dilapisi. Berbagai jenis hernia telah dideskripsikan
berdasarkan distribusi anatominya, yang paling sering pada
pria dan wanita adalah hernia inguinalis (Gambar langsung
83.2 dan tidak langsung). Lainnya termasuk

Hernia femoralis: terjadi medialis ke vena femoralis dan posterior ke


ligamentum inguinalis: com monly sisi kanan
Hernia ventral:
Sebuah. Cacat garis tengah: hernia umbilikalis, paraumbilikalis, epigastrik,
dan hipogastrik. Umbilical adalah jenis yang paling umum,
biasanya terjadi pada wanita (faktor risiko: obesitas,
kehamilan ganda, asites, massa intra-abdominal)
b. Defek lateral — hernia spigelia (Gbr. 83.3): terjadi di sepanjang aspek
lateral otot rektus melalui hiatus semilunaris
Cacat posterior — hernia lumbar: terjadi baik melalui defek pada superior
(Grynfeltt) (Gbr.83.4) atau segitiga lumbar inferior (Petit)

Gambar. 83.4 (A.B) Hernia Lumbar dari Grynfeilt terlihat pada CT (panah).
Perhatikan bahwa hernia ini mengandung sebagian
dariGerota fascia. Isi hernia ini dapat dikacaukan dengan
tumor lipomatosa.

Gambar. 83.5 Gambar CT aksial dari pelvis menunjukkan herni


ated bowel loop di fossa obturator kiri (panah).

62
Hernia obturator: terjadi melalui foramen obturator, biasanya pada wanita
multipara lanjut usia (Gambar 83.5)
Hernia internasional: merupakan komplikasi bedah abdomen yang
tertunda

Hernia dinding perut sangat umum, dengan lebih dari 500.000 operasi
dilakukan di Amerika Serikat setiap tahun. Sayangnya,
perbaikan bedah dikaitkan dengan tingkat komplikasi yang
tinggi (hingga 20%), seperti kekambuhan, pengumpulan
cairan, dan infeksi bahan prostetik. Diagnosis klinis mungkin
sulit pada kasus obesitas atau jaringan parut abdomen akibat
pembedahan sebelumnya: karenanya pencitraan memainkan
peran sentral dalam mengenali entitas patologis ini dan
mengurangi morbiditas yang terkait dengan komplikasi.

Temuan klinis

Presentasi klinis tergantung pada lokasi anatomi dan tingkat keparahan


hernia perut. Presentasi pasien dapat berkisar dari nyeri
perut yang tidak jelas dan ketidaknyamanan dengan kelainan
teraba sampai obstruksi usus.

Komplikasi

Komplikasi mayor termasuk strangulasi (Gambar 83.6) dan penahanan


(Gambar 83.1), keduanya mengarah ke obstruksi usus atau
perforasi jika diagnosis tidak dijawab atau ditunda.
Penahanan mengacu pada hernia yang tidak dapat dikurangi
secara manual karena penyempitan progresif leher kantung
hernia. Strangulasi mengacu pada iskemia organ yang
menonjol karena gangguan pasokan darah. Lainnya,
komplikasi yang kurang sering termasuk herniasi organ lain,
baik padat (hati, ginjal) atau nonsolid (lambung, kandung
kemih).

Gambar. 83.6 Gambar CT dengan kontras aksial menunjukkan ventral


hernia di kuadran kiri bawah, yang berisi lingkaran
turun kolon. Ada sedikit cairan dalam dirinya
kantung nia. Usus di dalam usus besar menunjukkan dinding ringan
penebalan. Kolon distal ke hernia kurang diperhatikan.
Temuan ini konsisten dengan pencekikan.

CASE 90
Presentasi klinis

63
Seorang wanita 72 tahun datang dengan perut kembung, kenyang, dan
nyeri di fossa iliaka kanan
Gambar. 90.1 (A) Gambar CT dengan kontras aksial menunjukkan adanya
lesi kistik dengan dinding tebal di fossa illac kanan dengan
lapisan lemak di sekitarnya dan cairan bebas. (B) Gambar CT
dengan kontras aksial yang ditingkatkan dari hati pada pasien
yang sama menunjukkan scalloping margin hati dan asites
dengan penebalan peritoneum
Temuan Radiologis
Gambar Contrasted Computed Tomography (CT) menunjukkan adanya lesi
kistik di kuadran kanan bawah dengan asites dan scalloping
margin hati (Gambar 90.1)
Diagnosis
Malignant mucocele of the appendix with pseudomyxoma peritonei
Differential Diagnosis
Abscess
Normal fluid-filled ileal loop
Tuberculous ascites
Peritoneal metastases
Malignant ascites
Ovarian cystic lesions
Bowel perforation
Peritoneal mesothelioma
Meckel diverticulitis with perforation

Diskusi
Latar Belakang
Mukokel pada apendiks adalah akumulasi lendir dengan distensi luminal
apendiks. Kejadian yang dilaporkan adalah 0,2 hingga 0,5%
dari appendektomi, bisa jinak atau ganas. Variasi hasil dari
oklusi pembukaan luminal appendiceal ke dalam sekum dari

64
phlebo-lith atau tinja yang terkena dampak. Mukokel ganas
dihasilkan dari adenokarsinoma yang mensekresi mukus pada
apendiks. Mukokel jinak atau ganas dapat menyebabkan
pseudomixoma peritonei pecah.

Temuan klinis
Nyeri kronis di perut
Distensi perut
Massa di fossa iliaka kanan
Nyeri kolik intermiten karena intususepsi
Muntah

Komplikasi
Pecahnya mukokel
Perkembangan pseudomyxoma peritonei
Obstruksi usus
Intususepsi

Etiologi
Penghapusan lumen usus buntu dari sebab apa pun

Temuan Pencitraan
Pada USG, mukokel dapat muncul sebagai massa kistik berdinding tipis di
fossa iliaka kanan, melekat pada sekum, diisi dengan gema
internal difus di bagian dependen dengan atau tanpa septa
dan proyeksi luminal polipoidal, dan dengan akustik
posterior. peningkatan. Kehadiran massa padat dalam
bagian lesi yang tidak tergantung menunjukkan kemungkinan
adenokarsinoma. Temuan serupa terlihat dengan CT, dengan
mucocele muncul sebagai struktur dengan atensi rendah di
perut kanan bawah.

65
Kalsifikasi dalam mukokel yang tidak pecah dapat berbentuk lengkung atau
seperti plaquel dan dapat dihargai pada foto polos dari
(Gambar. 90.2) Ukuran lesi bervariasi, dengan lesi berukuran
hingga 15 cm dilaporkan dalam literatur. Sebuah mucocele
yang pecah menunjukkan ascites densitas cairan dengan
gema internal dan loop usus yang tetap. Pada pasien dengan
perkembangan pseudomyxoma peritonei, gema internal
kasar difus dalam cairan asites dapat dilihat dengan kalsifikasi
yang tersebar dan scalloping pada permukaan peritoneum
organ perut. Beberapa globula padat yang bening dengan
ukuran seragam yang mengalami kalsifikasi dalam perjalanan
waktu dan bergeser dengan gerakan adalah patognomonik
dari varian myxoglobulosis dari mukokel.
Adanya nodul lendir dalam vena umbilikalis yang tersisa merupakan
gambaran bahwa bagian yang tidak tergantung dari lesi
menunjukkan kemungkinan dengan lesi mukokel
menunjukkan asites densitas cairan dengan perkembangan
pseudomixoma.

Gambar. 90.2 Asial kontras - gambar CT yang ditingkatkan pada pasien


yang berbeda mengungkapkan lesi kistik dengan dinding
tebal di fossa illiac kanan. Lesi menunjukkan adanya
kalsifikasi di dindingnya
Pengobatan
Reseksi apendiks dengan pembedahan adalah pengobatan pilihan untuk
mukokel usus yang tidak rusak. Pada pasien dengan
mucocele yang pecah dengan perkembangan pseudomyxoma
perito nei, pengupasan peritoneum yang luas dilakukan
untuk operasi sitoreduktif, diikuti dengan kemoterapi
intraperitoneal intraoperatif yang dipanaskan dengan
mitomycin C, doxorubicin, dan fluorouracil (5-FU)

66
Agen kemoterapi sistemik dapat digunakan dalam discase resisten dan
penyakit berulang.
Prognosa
Pasien dengan mukokel usus yang tidak mengalami kerusakan memiliki
prognosis excellet. Pasien dengan pseudomyxoma peritonei
dan adenokarsinoma mucinous memiliki prognosis yang lebih
buruk dengan penyakit yang resisten terhadap pengobatan,
mortalitas yang lebih tinggi, dan komplikasi pasca perawatan

CASE 91

Presentasi klinis

Seorang pria berusia 74 tahun mengalami sakit perut bagian bawah dan
ketidaknyamanan terkait dengan perubahan kebiasaan buang
air besar baru-baru ini.

Gbr. 91.1 Gambar CT dengan kontras kontras yang ditingkatkan


menunjukkan perbedaan
diverticulosis sekering, paling signifikan di usus sigmoid,
dengan bukti terkait hipertrofi otot ringan. Tidak
perubahan inflamasi pericolonic diperhatikan.

Temuan Radiologis
Gambar computed tomography (CT) kontras ditingkatkan (Gbr. 91.1)
menunjukkan divertikulosis difus, paling signifikan pada kolon
sigmoid, dengan bukti terkait hipertrofi otot ringan.
Perubahan inflamasi noperikolonik diperhatikan.

Diagnosis

Diverticulosis

Differential Diagnosis

Inflammatory bowel disease (Crohn disease and ulcerative colitis)

Colonic carcinoma

67
Small bowel diverticulosis

Diskusi
Latar Belakang

Divertikula adalah kantung dinding usus, yang melibatkan semua lapisan


(divertikula sejati) atau hanya lapisan mukosa dan
submukosa (divertikula palsu). Penyakit divertikular telah
dideskripsikan di mana saja pada saluran gastrointestinal (GI)
tetapi paling sering ditemukan pada kolon sigmoid (95-98%)
karena tekanan intraluminal segmental yang lebih tinggi.
Divertikula ini biasanya terbentuk melalui titik yang lebih
lemah dari dinding kolon, yang mewakili bukaan alami untuk
vasa recta dan pembuluh nutrisi lainnya.

Gambar. 91.2 (A.B) Gambar CT dengan kontras yang ditingkatkan aksial


menunjukkan penebalan dinding usus difus dari kolon
sigmoid dengan pembengkakan lemak mesenterika inflamasi
di sekitarnya. Temuan ini konsisten dengan divertikulitis
berat.

Clinical Findings

Diverticulosjs adalah kondisi umum, biasanya tanpa gejala. Pasien


dengan beberapa divertikula dapat datang dengan gejala
yang berbeda sesuai dengan lokasi mereka; presentasi
klinis yang paling sering mencakup nyeri perut kiri
bawah, mual, dan perubahan kebiasaan buang air besar,
termasuk diare, sembelit, dan tenesmus.

Komplikasi

Komplikasi utama termasuk perdarahan saluran cerna (melena,


hematochezia) dan divertikulitis karena penyumbatan
leher divertikulum oleh tinja, peradangan, atau bahan
yang tertelan, menyebabkan perforasi mikro selanjutnya
dari divertikulum dan peradangan perikolik yang terkait
(Gbr. 91.2). Peradangan dapat mereda atau berkembang,
menyebabkan pembentukan abses, fistula (ke struktur

68
lokal, mis., Kandung kemih, uterus, atau vagina),
obstruksi perut, atau perforasi gratis.

Etiologi

Divertikulosis berhubungan dengan diet rendah serat / tinggi lemak


khas negara-negara industri yang menyebabkan
peristaltik abnormal, diskinesia usus, dan peningkatan
tekanan intraluminal, Insidensinya meningkat dengan
bertambahnya usia; faktanya. penyakit divertikular
kolon jarang terjadi pada orang yang lebih muda dari 40
tahun. Genetika dapat memainkan peran predisposisi,
karena divertikula sisi kiri biasanya dijelaskan pada
populasi Kaukasia, sedangkan divertikula sisi kanan
biasanya terlihat pada orang keturunan Asia.

Temuan Pencitraan
Enema kontras yang larut dalam air merupakan studi pencitraan yang
aman tetapi agak ketinggalan zaman untuk
divertikulosis.

Pada CT, diverticula muncul sebagai beberapa, outpouchings berisi


udara dari dinding usus mulai dari ukuran 2 sampai 3
mm hingga 2 cm (diverticula raksasa telah dilaporkan
tetapi jarang terjadi) dan biasanya terletak di kolon
sigmoid: segmen usus yang terkena mungkin memiliki
dinding menebal karena hipertrofi otot. CT juga berguna
untuk mengevaluasi komplikasi penyakit divertikular,
seperti divertikulitis akut (penebalan dinding dan
penipisan lemak perikolik), abses (pengumpulan cairan
dengan pelek penambah perifer), dan perforasi (udara
bebas ekstraluminal). Fistula colovesicular disarankan
oleh adanya gas dalam kandung kemih atau penebalan
dinding kandung kemih dekat dengan segmen yang
terkena dari usus dengan hilangnya membagi pesawat

69
lemak.

CASE 99

Presentasi klinis
Nyeri perut nonspesifik

Gbr. 99.1 Seri saluran cerna bagian atas menunjukkan kantung keluar
(panah) yang timbul dari fundus lambung.

Temuan Radiologis
Seri saluran cerna bagian atas (GI) menunjukkan kantung keluar yang
timbul dari fundus lambung (Gbr. 99.1).

Diagnosis

Gastric fundal diverticulurn

Differential Diagnosis
Cystic adrenal, renal, or pancreatic lesions
• Necrotic lesions or abscess in cases where air—fluid levels are
present
• Duplication cysts

Diskusi

Latar Belakang

Divertikula fundus adalah divertikula lambung yang paling sering


timbul dari daerah kardiofundik. Mereka bawaan dan
biasanya terlihat di dinding posterior lambung. Ini
adalah divertikula sejati dan mengandung semua lapisan
dinding lambung: ukurannya bervariasi, mulai dari 1
hingga 10 cm.

Gambar 99.2 Gambar CT aksial dari perut bagian atas menunjukkan a


divertikulum funda kontras (panah).

Temuan klinis
Pasien seringkali asimptomatik. Beberapa pasien mungkin mengalami
nyeri intermiten, lebih buruk saat telentang.

Komplikasi

70
Biasanya ini tidak menunjukkan gejala; Namun, ada kasus
perdarahan dan ulserasi. Pasien mungkin mengalami
nyeri dan ketidaknyamanan perut. Jika diverticu besar,
pengosongan yang terganggu dapat terjadi. Selain itu,
kondisi ini dapat menyebabkan pemeriksaan berlebihan
karena salah tafsir divertikulum sebagai massa adrenal.

Temuan Pencitraan

Pandangan lateral dari menelan barium dan studi GI atas dapat


menunjukkan Outpouching pada aspek posterior kardia
lambung, dengan temuan karakteristik divertikulum
fundus.
Computed tomography dapat menunjukkan koleksi bahan kontras
yang timbul dari aspek posterior fundus lambung.
Biasanya proyek di rongga retroperitoneal. Kadang-
kadang, ketika opacifje buruk dengan kontras oral,
diverticujum fundus dapat meniru massa adrenal dan
dianggap dalam diferensial untuk pseudomass adrenal
(Gambar 99.2).

Pengobatan dan Prognosis

• Pengobatan konservatif dan hamil.

CASE 103

Presentasi klinis

Seorang wanita 73 tahun datang dengan ketidaknyamanan perut dan


nyeri pinggang.

Gambar. 103.1 CT yang diformat ulang dengan kontras yang


ditingkatkan
gambar menunjukkan massa heterogen, tidak jelas di sebelah kiri
daerah perinefrik yang mengelilingi ginjal kiri. Lesi
menunjukkan area kepadatan lemak dan fokus kalsifikasi yang
berdekatan
ke ginjal kiri.

Temuan Radiologis

Gambar Coronary Reformatted, Computed-Enhanced Computed


Tomography (CT) menunjukkan massa heterogen yang

71
tidak terdefinisikan dengan jelas di daerah perinefrik kiri
yang mengelilingi ginjal kiri. Lesi menunjukkan area
dengan kepadatan lemak dan fokus kalsifikasi yang
berdekatan dengan ginjal kiri (Gambar 103.1).

Diagnosis

Dedifferentiated retroperitoneal liposarcoma

Differential Diagnosis

Malignant fibrous histiocytoma


Retroperitoneal lymphoma
Metastases
Retroperitoneal dermoid
Infection (rare)

Diskusi
Latar Belakang

Liposarkoma adalah jenis sarkoma jaringan lunak kedua yang paling


umum pada orang dewasa dan paling sering terlihat pada
dekade ke-5 kehidupan.

Temuan klinis

Kepenuhan perut
Nyeri sisi
Muntah
Tes fungsi ginjal abnormal pada pasien dengan invasi ginjal
Hematuria

Komplikasi
Invasi organ yang berdekatan, terutama ginjal
Metastasis (sangat jarang)

Etiologi
Tidak dikenal

Temuan Pencitraan

72
Pada pencitraan, terlihat massa retroperitoneal, besar, tidak jelas,
heterogen, dan mengandung lemak dengan keterlibatan
organ yang berdekatan dan menjembatani seluruh
bidang fasia. Tumor hampir selalu berukuran besar
pada presentasi, dan pasien biasanya hadir dengan
gejala nonspesifik.
CT dapat menunjukkan kalsifikasi yang biasanya nodular dalam
konfigurasi.
Keterlibatan organ yang berdekatan, pembuluh mesenterika, dan
pembuluh ginjal adalah umum dan harus dinilai dengan
hati-hati saat pencitraan. Persentuhan dengan organ
yang berdekatan tetap menjadi masalah penting untuk
penilaian lengkap karena tumor cenderung menyerang
organ yang berdekatan tanpa bukti langsung
keterlibatan pada pencitraan.
Kehadiran lemak pada CT dan magnetic resonance imaging (MRI)
membantu dalam mendiagnosis kondisi; namun, lemak
makroskopik tidak selalu ada pada liposarkoma (Gambar
103.2).

Gambar 103.2 Gambar CT dengan kontras aksial yang ditingkatkan


dalam berbeda
Ent pasien menunjukkan lesi hypoattenuating dengan tebal
meningkatkan kapsul. Lesi posterior ke ginjal,
mengompresi dan menggeser ginjal ke depan. Karena
tidak ada fokus yang jelas dari lemak makroskopik yang terlihat, itu
adalah dii
sulit untuk mendiagnosis lesi ini sebagai liposarkoma; namun
demikian
lesi ditemukan menjadi liposarkoma berdiferensiasi pada sur
patologi gical.

Pengobatan
Reseksi bedah tumor adalah pengobatan pilihan pada pasien tanpa
metastasis. Kedekatan dengan ginjal memerlukan
nefrektomi sebagai tambahan untuk reseksi neoplasma
primer

Prognosa
Prognosisnya lebih buruk pada pasien dengan keterlibatan ginjal dan
pembuluh darah aorta dan o / r inferior vena cava.
Namun, pada pasien dengan liposarkoma yang dapat
direseksi dengan pembedahan tanpa keterlibatan organ
yang berdekatan, prognosisnya tetap sangat baik

73
setelah perawatan, walaupun pencitraan lanjutan
sangat penting untuk menghilangkan kekambuhan.

CASE 108

Presentasi klinis

Seorang wanita 60 tahun mengalami ketidaknyamanan perut.

Gambar. 108.1 Gambar CT aksial dengan kontras oral dan intravena


menunjukkan penampilan kabur ke mesenterium dengan
kelenjar getah bening mesenterika kecil.

Temuan Radiologis

Gambar computed tomography (Ci) aksial dengan kontras oral dan


intravena (Gambar 108.1) menunjukkan penampilan
kabur ke mesenterium dengan kelenjar getah bening
mesenterika kecil.

Diagnosis

Misty mesentery

Differential Diagnosis

Mesenteric panniculitis

Malignancy, specifically non-Hodgkin lymphoma

Inflammation due to processes such as inflammatory bowel disease


and pancreatitis

Infection

Mesenteric edema/lymphedema

Trauma and hemorrhage

Diskusi

Latar Belakang

74
Istilah mesentery berkabut mengacu pada peningkatan atenuasi lemak
lemak mesenterika yang disebabkan oleh infiltrasi dengan
cairan, sel-sel inflamasi, tumor, atau fibrosis.

Temuan Klinis
Temuan klinis mungkin tidak spesifik atau sekunder terhadap kondisi yang
mendasarinya. Temuan mungkin insidental pada pasien
asimtomatik yang dicitrakan untuk respons Outher.

Etiologi
Peningkatan attenuatiob CT mungkin merupakan hasil dari lemak
mesentrik oleh penyebab yang lebih buruk. Tergantung pada
kondisi yang mendasarinya. Penyebabnya termasuk cairan
sebagai edema mesenterika hingga keadaan
hipoalbuminemia, sirosis, obstruksi vena kava inferior,
sindrom budd-chiari, atau obstruksi limfatik: perdarahan;
atau sel imflamatory seperti pada paniculitis mesenterika, sel
tumor, dan fibrosis.

Temuan pencitraan
Regresi mesenterika minta terhadap peningkatan CT atenuasi lemak
nonspesifik.

Pengobatan
Tutup tindak lanjut dengan CT dianjurkan untuk mencari keganasan gaib.
Pemeriksaan lanjutan dapat menunjukkan resolusi kondisi
imflamatory. Dalam kasus mesenterium berkabut persisten
dengan Penyebab yang tidak diketahui, biopsi mungkin
diperlukan untuk diagnosis definitipe.

Prognosa
Prognosis tergantung pada kondisi yang mendasarinya

75
76
BAB III
KESIMPULAN

77
CT Scan dapat menghasilkan gambar-gambar yang sangat akurat dari objek-objek di

dalam tubuh seperti tulang, organ, dan pembuluh darah. Gambar-gambar ini sangat

berguna dalam Proses mengakkan diagnosa berbagai penyakit, seperti kanker, penyakit

jantung, stroke, kelainan organ reproduktif, dan kelainan gastrointestinal.

78
DAFTAR PUSTAKA
1. Primamedika – Radiology.http://www.primamedika.com/radiology.htm
2. Elektro Indonesia – 3D CT
Scan.http://www.elektroindonesia.com/elektro/no3d.html
3. X-ray computed tomography (CT
Scan).http://en.wikipedia.org/wiki/Computed_tomography
4. NN, Alat Radiologi IV. Akademi Teknik Elektromedik

79

Anda mungkin juga menyukai