Anda di halaman 1dari 6

KRIOTERAPI

Krioterapi adalah sebuah prosedur medis yang digunakan untuk menangani berbagai
jenis tumor, baik tumor jinak (nonkanker), prakanker, atau ganas (kanker), yang
terletak di permukaan maupun di organ dalam tubuh. Prosedur ini menggunakan
cairan khusus yang dapat membekukan dan membunuh sel tumor.
Proses pemberian cairan khusus tersebut dapat dengan menyemprot atau menyeka,
tergantung lokasi dan ukuran tumor. Pasien harus terlebih dahulu berkonsultasi dengan
dokter, karena terdapat beberapa kondisi yang tidak memungkinkan pasien melakukan
krioterapi.
Ada pula prosedur sejenis yang disebut whole body cryotherapy (WBC) atau krioterapi
menyeluruh. Krioterapi menyeluruh ini dipercaya dapat menangani asma, rheumatoid
arthritis,hingga mengurangi berat badan. Namun, belum ada penelitian yang memaparkan
dengan jelas efektivitas krioterapi menyeluruh.

Indikasi Krioterapi
Krioterapi digunakan untuk mengatasi berbagai jenis tumor, mulai dari tumor jinak
(nonkanker), prakanker, hingga ganas (kanker). Pertimbangan untuk dilakukan krioterapi
akan dinilai oleh dokter, tergantung dari jenis dan keparahan tumor. Beberapa kondisi yang
dapat ditangani dengan krioterapi meliputi:

 Retinoblasma.
 Karsinoma sel basal.
 Karsinoma sel skuamosa.
 Kanker prostat.
 Solar keratosis, yakni lesi kasar dan bersisik yang disebabkan oleh paparan matahari
selama bertahun-tahun dan umumnya terdapat di wajah, bibir, atau telinga.

Krioterapi juga dapat digunakan untuk menangani tumor yang terdapat di tulang.
Penanganan tumor pada tulang menggunakan krioterapi risikonya lebih rendah dalam hal
menyebabkan kerusakan sendi atau amputasi, jika dibandingkan penanganan dengan
pembedahan.
Dokter juga dapat menggunakan krioterapi sebagai metode penangan terhadap kondisi lain
yang tidak tertera di atas. Sebelum menjalani krioterapi, pastikan untuk mendiskusikannya
dahulu dengan dokter terkait manfaat dan risiko yang akan didapat.
Peringatan
Terdapat beberapa kondisi yang tidak memungkinkan seseorang untuk melakukan
krioterapi, yaitu:

 Alergi terhadap dingin.


 Penyakit Raynaud.
 Cryoglobulinemia, yaitu kondisi di mana terdapat zat cryoglobulin dalam darah yang
dapat menyebabkan peradagan, umumnya pada ginjal atau kulit.

Krioterapi dapat menimbulkan efek samping yang berbeda-beda, tergantung lokasi dan
ukuran tumor. Misalnya, pada pasien yang menderita tumor atau kanker prostat, efek
samping prosedur krioterapi dapat berupa impotensi atau hilangnya fungsi seksual.
Krioterapi pada ibu hamil atau menyusui harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan
dokter. Dokter akan mempertimbangkan perbandingan manfaat dan risikonya terhadap
kandungan dan janin, guna menentukan perlu atau tidaknya dilakukan krioterapi.
Beritahukan juga kepada dokter apabila terdapat riwayat alergi terhadap anestesi atau
sedang menggunakan obat-obatan lain, termasuk suplemen dan produk herba.

Persiapan Krioterapi
Persiapan yang perlu dilakukan sebelum menjalani prosedur krioterapi dapat berbeda-beda,
tergantung kondisi yang akan ditangani. Namun secara umum, krioterapi hanya
membutuhkan persiapan yang sederhana.
Untuk penanganan organ dalam, seperti prostat, dokter akan meminta pasien untuk terlebih
dahulu berpuasa selama 12 jam. Pasien juga dianjurkan untuk mengajak keluarga atau
kerabat untuk menemani dan mengantar pulang setelah prosedur berlangsung.

Pra pengobatan
Tindakan Krioterapi

Prosedur Krioterapi
Prosedur krioterapi berbeda-beda, tergantung lokasi dan ukuran tumor. Apabila krioterapi
digunakan untuk menangani tumor pada kulit, maka penanganan akan dilakukan dengan
menyemprot atau menyeka tumor menggunakan cairan khusus yang mengandung nitrogen.
Cairan tersebut berfungsi untuk membekukan dan membunuh sel-sel tumor.
Untuk menangani tumor yang terdapat di organ dalam, dokter akan memberikan obat
biusterlebih dahulu pada pasien, baik lokal maupun total. Pemberian obat bius atau anestesi
bertujuan untuk menghilangkan rasa sakit ketika dokter membuat sayatan atau lubang yang
menjadi jalur masuk alat yang digunakan dalam prosedur ini.
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemindaian guna mencari tahu lokasi dan ukuran
tumor. Setelah ukuran dan lokasi tumor diketahui, dokter akan membuat sayatan atau
lubang yang digunakan untuk jalur masuk cryoprobe. Cryoprobe adalah alat khusus berupa
tabung kecil untuk menyemprotkan cairan nitrogen, yang berfungsi membunuh sel tumor.
Proses penyemprotan cairan umumnya dilakukan lebih dari sekali, dan dapat berlangsung
dalam beberapa menit atau jam, tergantung kondisi yang ditangani.
Endoskopi juga sering digunakan sebagai prosedur pendukung dalam krioterapi, untuk
mempermudah dokter melihat kondisi organ yang tengah ditangani.
Tindakan Krioterapi

• Langkah 1 Katakan pada ibu, spekulum akan dimasukkan dan ibu mungkin
merasa sedikit ada tekanan.

• langkah 2 Dengan lembut masukkan spekulum seluruhnya sampai terasa tertahan


dan perlahan buka bilah (blades) untuk melihat serviks. Atur spekulum hingga
seluruh serviks dapat terlihat. (Jika sulit dilakukan jika serviks besar, atau terlalu
anterior atau posterior. Kapas swab, spatula atau korentang yang bersih perlu
digunakan untuk mendorong serviks ke atas atau ke bawah secara perlahan agar
dapat terlihat).

• Langkah 3 Jika serviks dapat terlihat seluruhnya, kunci bilah spekulum dalam
posisi terbuka. Dengan demikian salah satu tangan petugas dapat bergerak bebas.
Jika menggunakan sarung tangan terluar, celupkan tangan tersebut ke dalam larutan
klorin 0.5% kemudian lepaskan sarung tangan dari dalam ke luar. Jika sarung tangan
akan dibuang, letakkan ke dalam wadah tahan bocor atau kantung plastik. Jika
sarung tangan bedah akan dipakai ulang, rendam sarung tangan tersebut dalam
larutan klorin 0.5% selama 10 menit untuk dekontaminasi.

• Langkah 4 Gerakkan lampu/senter sehingga serviks dapat terlihat jelas.

• Langkah 5 Gunakan kapas swab untuk menghilangkan cairan/darah/mukosa.


Identifikasi ostium servikalis, SSK, lokasi dan besarnya lesi. Jika perlu, oleskan
asam asetat sehingga lesi dapat terlihat.

• Langkah 6 Tes alat krio, caranya arahkan probe ke langit-langit. Tekan tombol
freeze (beku) selama 1 detik kemudian tekan tombol defrost selama 1 detik untuk
mengeluarkan gas dari tabung besi tipis. Catatan: Katakan pada pasien bahwa dia
akan mendengar suara dari unit krioterapi seperti pada tes alat krio yang baru saja
dicoba.

• Langkah 7 Kencangkan kriotip dengan lapisan pelindung (sleeve) ke ujung probe.


Kencangkan dengan tangan saja. Jangan menggunakan alat apapun untuk
mengencangkan kriotip ke probe. Catatan: Jika kriotip tidak mau menempel pada
probe dengan benar, periksa apakah tab sleeve sudah masuk ke dalam slot pada
kriotip dengan benar.

• Langkah 8 Tempelkan kriotip pada serviks, pastikan nipple (pucuk) berada di


tengah dan ditempatkan secara merata pada (Gambar 7-5). Catatan: Mungkin perlu
menggunakan spatula berbahan kayu untuk mendorong jaringan ikat yang menjorok
dari antara bilah (blade) spekulum. Cara lain, sebelum memasukkan spekulum,
kondom bisa dipasang pada kedua bilah (blades) dan ujung kondom dipotong. Ketika
spekulum dimasukkan dan blades dibuka, kondom tersebut akan mencegah dinding
vagina agar tidak menjorok diantara celah blades.

• Langkah 9 Pegang kriogun tegak lurus pada permukaan serviks. Tekan tombol
freeze untuk mulai proses pembekuan. Pasang timer selama 3 menit. Perhatikan
saat terbentuk bola es pada dan disekitar cryotip.

• Langkah10 Gunakan teknik “freeze-clear-freeze”. Setelah 15 detik freeze, tekan


tombol defrost < 1 detik. Ulang tekan tombol freeze 15 detik lagi, dan defrost < 1
detik, totalnya selama 3 menit proses pembekuan. Catatan: Jika mungkin, secara
langsung katakan “clear” tiap 15 detik.

• Langkah10 .... Penjelasan ulang Gunakan teknik “freeze-clear-freeze”. Setelah 15


detik, tekan tombol defrost tidak lebih dari 1 detik. Segera tekan tombol freeze lagi.
Tekan tombol defrost tiap 15 detik selama 3 menit proses pembekuan. Catatan: Jika
mungkin, secara langsung katakan “clear” tiap 15 detik. Catatan: Ketika CO2
digunakan sebagai bahan pendingin, penting untuk menggunakan “teknik freeze-
clear-freeze” ini selama keseluruhan waktu pembekuan. Akan mencegah alat
krioterapi agar tidak tersumbat es pada saat tindakan berlangsung. Jika petugas
menunggu selama lebih dari 15 detik untuk menekan tombol defrost, nantinya alat
tersebut dapat tersumbat pada saat tindakan berlangsung. Jika alat menjadi
tersumbat, ikuti langkah-langkah untuk membersihkan es (lihat Lampiran D).
• Langkah 11 Setelah 3 menit pembekuan, kriotip akan menempel pada serviks
karena gumpalan es yang terjadi. Jangan menarik kriotip secara paksa. Tunggu
sampai mencair (defrost) dan alat tersebut terlepas dari serviks dengan sendirinya.
(Biasanya perlu waktu kurang dari 30 detik.)

• Langkah 12 Tunggu 5 menit kemudian ulangi prosedur pembekuan dengan


menggunakan teknik freeze-clear-freeze. Mungkin waktu pembekuan perlu ditambah
sampai 5 menit jika bola es tidak melewati 4 mm di luar batas lateral probe (Figure
7-6). Gambar 7-6. Proses Pembekuan dengan Alat Krioterapi. Tunggu 5 menit
kemudian ulangi prosedur pembekuan dengan menggunakan teknik freeze-clear-
freeze. Mungkin waktu pembekuan perlu ditambah sampai 5 menit jika bola es tidak
melewati 4 mm di luar batas lateral probe. Catatan: Selama tindakan krioterapi,
tabung akan menjadi dingin. Selain itu, pengukur tekanan akan menunjukkan
penurunan tekanan. Tetapi, jika pengukur tekanan menunjukkan angka di bawah 50
kg/cm2, hentikan tindakan krioterapi. Tunggu sampai suhu tabung kembali ke suhu
ruang dan tekanan gas naik di atas 50 kg/cm2. Butiran es putih juga dapat keluar
dari tempat pembuangan (exhaust port).

• Langkah13 Di akhir tindakan, periksa serviks secara hati-hati, pastikan telah


terbentuk “bola es” yang putih, keras, benar-benar beku. Jika tidak, ulangi langkah 9
– 11 minimal sekali dengan menambah tekanan pada serviks.

• Langkah 14 Setelah tindakan, tutup katup tabung utama.

• Langkah 15 Periksa, terjadi pendarahan ? Jika ada pendarahan, tekan area


pendarahan dengan kapas swab bersih.

• Langkah 16 Lepaskan spekulum dan taruh ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit untuk dekontaminasi

Setelah Krioterapi

Segera setelah
Setelah 4 bulan
cryotherapy

Anjuran yang perlu diikuti pasca prosedur dapat berbeda-beda. Pada pasien dengan tumor
di permukaan tubuh, biasanya diperbolehkan untuk pulang setelah prosedur selesai.
Namun, pada pasien dengan tumor di organ dalam, dokter akan menganjurkan rawat inap
hingga kondisi pulih. Selama rawat inap, dokter akan melakukan perawatan serta
pengawasan langsung, guna memulihkan kondisi pasien pasca krioterapi.
Lama pemulihan kondisi juga berbeda-beda. Tumor pada kulit umumnya pulih dalam 4-6
minggu. Namun jika tumor berukuran besar, waktu pemulihan dapat berlangsung hingga 14
minggu. Guna membantu pemulihan, dokter akan menganjurkan pasien untuk:

 Menjaga kebersihan luka. Jaga kebersihan bekas luka dengan mencucinya secara
hati-hati menggunakan air dan sabun.
 Perban. Perban digunakan untuk melindungi bekas luka dari debu atau kotoran lain.
Perban harus diganti secara rutin, terutama ketika terlihat kotor atau basah.
 Obat. Dokter juga dapat meresepkan antibiotik ataupun kortikosteroid. Antibiotik
diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi, dan kortikosteroid diberikan guna
mengurangi kemerahan, nyeri, dan pembengkakan pada bekas luka.

Risiko Krioterapi
Walaupun dianggap berisiko lebih kecil jika dibandingkan dengan pengobatan kanker
lainnya, misalnya kemoterapi, krioterapi tetap berisiko menimbulkan efek samping. Efek
samping yang terjadi dapat berbeda pada tiap orang, tergantung lokasi dan ukuran tumor
yang ditangani. Beberapa efek samping krioterapi meliputi:

 Rusaknya jaringan organ atau sel yang sehat.


 Infeksi pada bekas luka.
 Disfungsi seksual.
 Nyeri.
 Kulit melepuh.
 Bisul.
 Perdarahan.
 Alopecia atau botak.
 Hipopigmentasi.

Krioterapi dapat juga menimbulkan berbagai efek samping lainnya. Akan lebih baik apabila
pasien melakukan pemeriksaan rutin ke dokter, agar kondisinya dapat dipantau secara
menyeluruh.

Asuhan Pasca Pengobatan

Klasifikasi Via Penjelasan Tindakan yang dianjurkan

Tes VIA negatif SSK terlihat Mengulang tes VIA setelah 3


Tidak ada acetowhite epitelium (WE) tahun (jika tes negatif, tiap 5
tahun)

Persisten a Obati kembali dengan krioterapi


Tes VIA positif , tetapi lesi kurang dari
75% permukaan serviks

Berkembang Tes VIA positif dengan lesi lebih besar


dari sebelum diobati atau menutupi lebih
dari 75% permukaan serviks

Rujukan lain Lesi persisten yang perlu pengobatan


dengan krioterapi, tetapi pasien meminta
rujukan untuk metode pengobatan yang
berbeda

Anda mungkin juga menyukai