Anda di halaman 1dari 22

PERKOPERASIAN

“TATA CARA PENDIRIAN KOPERASI”

OLEH:

1. APRIAANI WULANDARI (17053005)


2. DEBY JUWITA ANGGRAINI (17053007)
3. DELVIA SAFITRI (17053008)

DOSEN PEMBIMBING: Jean Elikal Marna, S.pd,M.pd.E

PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGRI PADANG

2018
Kata pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “TATA CARA PENDIRIAN KOPERASI “
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang
Perkoperasian.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.

Padang 4 Maret , 2018

kelompok 2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang


Koperasi sebagai lembaga di mana orang-orang yang memiliki kepentingan relatif homogen,
berhimpun untuk meningkatkan kesejahteraannya. Dalam pelaksanaan kegiatannya, koperasi dilandasi
oleh nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang mencirikannya sebagai lembaga ekonomi yang sarat dengan
nilai etika bisnis. Nilai-nilai yang terkandung dalam koperasi, seperti menolong diri sendiri (self help),
percaya pada diri sendiri (self reliance), dan kebersamaan (cooperation) akan melahirkan efek
sinergis. Efek ini akan menjadi suatu kekuatan yang sangat ampuh bagi koperasi untuk mampu
bersaing dengan para pelaku ekonomi lainnya. Konsepsi demikian mendudukkan koperasi sebagai
badan usah yang cukup strategis bagi anggotanya dalam mencapai tujuan-tujuan ekonomis yang pada
gilirannya berdampak pada masyarakat secara luas. Pada era Orde Baru (Orba), pembangunan
koperasi sangat signifikan. Diwarnai oleh kesuksesan gerakan para petani di pedesaan yang tergabung
dalam Koperasi Unit Desa (KUD).
Koperasi tampil sebagai lokomotif perekonomian desa, antara lain dalam penyaluran sarana
produksi pertanian (saprotan), prosesing hasil pertanian hingga kegiatan pemasaran ke Bulog dan
pasaran umum. Selain itu, koperasi juga telah mulai aktif dalam bidang usaha peternakan, perikanan,
jasa distribusi/konsumen, dan simpan pinjam/perkreditan. Kegiatan koperasi tersebut sudah diterima
keberadaannya oleh masyarakat sebagai gerakan ekonomi rakyat dalam mewujudkan masyarakat yang
maju, adil, dan makmur. Berdasarkan fenomena yang terjadi selama ini, sudah banyak jumlah koperasi
yang berdiri utamanya di pedesaan. Misalnya, KUD dan Kopersi Simpan Pinjam (KSP) yang mampu
memposisikan diri sebagai lembaga dalam program pengadaan pangan nasional serta pengelolaan dan
penyaluran keuangan kepada masyarakat. Pendirian koperasi di desa umumnya disambut baik oleh
warga dengan harapan dapat meningkatkan perekonomian desa. Menurut data statistik perkoprasian
20071 menunjukkan bahwa tahun 2006 jumlah koperasi mencapai 141.326 unit meningkat sebesar
4,71% dari tahun 2005 sejumlah 134.963 unit (www.depkop.go.id). Kondisi ini menggambarkan
keberadaan koperasi setidaknya diharapkan mampu menumbuhkan posisi tawar (bergaining position)
rakyat terhadap pasar.
1.2 perumusan masalah
1. bagaimana tahap pendirian koperasi
2. bagaimana cara persyaratan pembentukan koperasi
3. bagaimana langkah-langkah koperasi
1.3 tujuan
1. mengetahui tahap pendirian koperasi
2. mengetahui cara persyaratan pembentukkan koperasi
3. mengetahui langkah-langkah koperas

TATA CARA PENDIRIAN KOPERASI

Suatu koperasi hanya dapat didirikan bila memenuhi persyaratan dalam mendirikan koperasi.
Syarat-syarat pembentukan koperasi berdasarkan Keputusan Menteri Negara Koperasi Dan
Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 104.1/Kep/M.Kukm/X/2002
Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembentukan, Pengesahan Akta Pendirian Dan Perubahan
Anggaran Dasar Koperasi, adalah sebagai berikut :

a. Koperasi primer dibentuk dan didirikan oleh sekurang-kurangnya dua puluh orang yang
mempunyai kegiatan dan kepentingan ekonomi yang sama;
b. Pendiri koperasi primer sebagaimana tersebut pada huruf a adalah Warga Negara
Indonesia, cakap secara hukum dan maupun melakukan perbuatan hukum;
c. Usaha yang akan dilaksanakan oleh koperasi harus layak secara ekonomi, dikelola secara
efisien dan mampu memberikan manfaat ekonomi yang nyata bagi anggota
d. Modal sendiri harus cukup tersedia untuk mendukung kegiatan usaha yang akan
dilaksanakan oleh koperasi;
e. Memiliki tenaga terampil dan mampu untuk mengelola koperasi Prosedur Pendirian
Koperasi.

Prosedur Pendirian
Menurut UU Nomor 25 Tahun 1992
Koperasi adalah Badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi
dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.

Koperasi Primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang seorang.

Koperasi Sekunder adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan koperasi.

1.1 TAHAPAN PENDIRIAN KOPERASI

Pengertian dari tahapan pendirian koperasi ialah kelompok masyarakat yang mempunyai kepentingan
ekonomi dan usaha yang sama hal ini merupakan langkah awal terbentuknya suatu koperasi.

Tahap-tahap :

Tahap awal pendirian koperasi


1. Ada kelompok orang-orang yang mempunyai kepentingan yang sama

2. Memiliki suatu tujuan yang sama untuk memperoleh kemudahan dalam usaha dan
meningkatkan kesejateraan umum

3. Ada calon anggota sekurang-kurangnya 20 orang yang berada dalam wilayah kerja yang
tidak terlalu jauh antara satu anggota dengan anggota lainya

4. Adanya seorang tokoh yang mampu menjadi pelopor pendirian koperasi

Tahap persiapan pendirian koperasi

1. Ada prakasa/tokoh dan pelopor pendiri koperasi dan keinginan yang kuat dari masyarakat
calon anggota yang direalisasikan dalam bentuk panitia pembentukan pendiri koperasi

2. Mempersiapkan konsep dasar anggaran dasar koperasi, contoh konsep anggaran dasar dapat
diminta dari departemen koperasi di daerah setempat.

3. Setelah bahan-bahan dipersiapkan, panitia pendirian koperasi mengundang calon anggota


sekelompok orangnya sekurang kurangnya 20 orang, para penjabat pemerintah setempat
dan kepala kantor koperasi setempat. Dalam undangan tersebut sudah ditentukan tempat,
waktu rapat, dan susunan acara rapat.

Pelaksanaan Rapat Pendirian Koperasi

Dalam pelaksanaan rapat pendirian koperasi, minimal harus membahas agenda sebagai berikut:

1. Latar belakang pendirian koperasi

2. Maksud dan tujuan pendirian koperasi

3. Meminta persetujuan pendirian koperasi kepada peserta rapat

4. Perumusan dan penjelasan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Koperasi. Dalam
anggaran dasar sekurang kurangnya membuat hal-hal, seperti daftar nama pendiri, nama
dan tempat kedudukan, maksud dan tujuan bidang usaha, ketentuan menganai keanggotaan,
rapat anggota, pengelolaan, permodalan, jangka waktu berdirinya, pembagian sisa hasil
usaha, dan mengenai sanksi-sanksi.

5. Penetapan orang-orang yang menandatangani akta pendirian koperasi

6. Pemilihan dan pengangkatan pengurus dan pengawas koperasi

Tahap pelaporan dan pengajuan badan hukum koperasi

Setelah rapat pendirian koperasi selesai, penggurus yang terpilih mempunyai kewajiban untuk
menindaklanjuti hasil keputusan rapat dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Membuat buku daftar anggota dan buku daftar pengurus


2. Membuat laporan secara tertulis tentang rapat pendirian koperasi kepada pemerintah
setempat

3. Membuat dan mengajukan permohonan pengakuan badan hukum koperasi kepada kantor
departemen koperasi setempat, biasanya berada di ibu kota kabupaten/kotamadya. Surat
permohonan tersebut harus sebagai berikut:

 Akta pendirian koperasi (rangkap 2).

 Petikan berita acara rapat pembentukan koperasi yang memuat jumlah peserta rapat, jumlah
anggata dan nama yang diberi kuasa untuk menandatangani akta badan hukum koperasi.

 Neraca awal koperasi.

2.2 RINCIAN PERSYARATAN PEMBENTUKAN KOPERASI

Menurut UU No. 25 Tahun 1992, tentang perkoperasian Bab IV pasal 6 sampai dengan 8, berikut
merupakan rincian syarat pembentukan koperasi :

 RINCIAN PERSYARATAN PEMBENTUKAN KOPERASI

1. Persyaratan pembentukan koperasi didasarkan atas bentuk koperasi yang akan di bentuk (
koperasi primer atau sekunder )

2. Pembentukan koperasi primer memerlukan minimal 20 orang pengguna , sedangkan


keanggotaan koperasi sekunder adalah badan hukum koperasi minimal 3 koperasi

3. Koperasi yang dibentuk harus berkedudukan di wilayah Negara Republik Indonesia

4. Pembentukan koperasi dilakukan dengan akta pendirian yang memuat anggaran dasar

5. Anggaran Dasar Koperasi minimal harus memuat beberapa hal yaitu :

 Daftar nama pendiri

 Nama dan tempat kedudukan

 Maksud dan tujuan serta bidang usaha yang akan dilakukan

 Ketentuan mengenai keanggotaan

 Ketentuan mengenai rapat anggota

 Ketentuan mengenai pengelolaan

 Ketentuan mengenai permodalan

 Ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya

 Ketentuan mengenai pembagian sisa hasil usaha

 Ketentuan mengenai sanksi

2.3 LANGKAH-LANGKAH MENDIRIKAN KOPERASI


Pada saat kita mau mendirikian koperasi, yang harus diperhatikan ialah langkah-langkahnya,
Langkah-langkah dalam mendirikan koperasi harus sesuai dengan “ Pedoman Tata Cara Mendirikan
Koperasi ” yang dikeluarkan oleh Departemen Koperasi. Pedoman yang dimaksud ialah sebagai
berikut :

a. Dasar Pembentukan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembentukan koperasi adalah sebagai berikut:

 Orang-orang yang mendirikan dan ingin menjadi anggota koperasi harus mempunyai
kegiatan atau kepentingan ekonomi yang sama

 Usaha yang dilakukan koperasi harus layak secara ekonomi

 Modal sendiri harus sudah tersedia karena untuk mendukung kegiatan usaha yang akan
dilaksanakan, tanpa menutup kemungkinan memperoleh bantuan, fasilitas dan pinjaman dari
pihak luar

 Kepengurusan dan mamajement harus disesuaikan dengan kegiataan usaha yang akan
dilaksanakan agar tercapai efisiensi dalam pengelolaan koperasi.

b. Persiapan Pembentukan Koperasi

Setelah kita sudah mengetahui hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam pembentukan
koperasi, kita juga harus tau persiapan apa saja yang perlu dilakukan dalam pendirian koperasi,
berikut persiapannya :

 Orang-orang yang bermaksud mendirikan koperasi terlebih dahulu harus mendapatkan


penerangan dan penyuluhan yang seluas-luasnya dari Pejabat Departemen Koperasi agar
memperoleh pengertian dan kejelasan mengenai maksud dan tujuan pendirian koperasi

 Disamping hal itu, sebaiknya dilakukan pendidikan dan latihan terlebih dahulu bagi sebagian
atau seluruh peminat yang akan mendirikan koperasi tersebut.

 Setelah dirasa cukup pengertian dan landasan dengan keyakinan dan kesadaran mereka ,
tanpa adanya paksaan utau hanya ikut-ikutan saja, maka mereka dapat mengadakan rapat
pembentukan.

c. Rapat Pembentukan

Selanjutnya perlu dilakukan rapat pembentukan dengan ketentuan sebagai berikut :

 Rapat pembentukan dihadiri oleh peminat-peminat tersebut di atas paling sedikit 20 orang
dan dipimpin oleh salah seorang antara mereka yang hadir
 Karena pentingnya rapat pembentukan ini, seharusnya mengundang Pejabat Departemen
Koperasi setempat untuk membantu kelancaran jalannya rapat, serta memberikan berbagai
petunjuk, penjelasan dan dorongan agar maksud dan tujuan pendirian koperasi trecapai.

 Rapat membicarakan hal-hal yang berkaitan dengn pembentukan koperasi adalah sebagi
berikut:

1. Tujuan pendirian koperasi

2. Usaha yang hendak dijalankan

3. Penerimaan dan persyaratan keanggotaan dan kepengurusan

4. Penyusunan anggaran dasar

5. Menetapkan modal awal yang terdiri dari simpangan-simpangan

6. Pemilihan pengurus dan Badan Pemeriksa Koperasi

 Penyusunan AD/ART koperasi seharusnya selalu memperhatikan dan berpegang teguh pada
ketentuan-ketentuan yang ada. Beberapa hal yang harus dimuat dalam anggaran dasar (AD),
yaitu :

1. Nama pekerjaan, disertai dengan tempat tinggal para pendiri

2. Nama lengkap dan nama singkatan koperasi

3. Tempat kedudukan koperasi dan daerah kerjanya

4. Maksud dan tujuan koperasi

5. Jenis dan kegiatan usaha yang akan dilakukan

6. Syarat-syarat keanggotaan dan kepengurusan

7. Ketentuan-ketentuan mengenai hak , kewajiban, dan tugas anggota dan para pelaksana
lainnya

8. Ketentuan-ketentuan mengenai rapat-rapat anggota dan pengurus

9. Ketentuan-ketentuan mengenai simpangan-simpangan sisa hasil usaha, tangguhan anggota/


koperasi dan sisa kekayaan apabila koperasi di bubarkan

10. Lain-lainnya sesuai pembicaraan dalam rapat pembentukan dimaksud.

 Rapat harus menyepakati keputusan mengenai pembentukan keperasi lonsep AD/ART ,


modal awal, rencana kerja, serta pemilihan pengurus.

d. Penggajian Permohonan untuk Mendapatkan Pengesahan Hak Badan Hukum Koperasi

Setelah itu, Untuk mendapatkan pengesahan badan hukum koperasi, langkah-langkah yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut:

 Para pendiri mengajukan mengajukan permintaan pengesahan badan hukum kepada Kantor
Departemen Koperasi dan pengusaha kecil dan menengah

 Permintaan pengesahan tersebut diajukan dengan lampiran sebagai berikut:


1. Dua rangkap akte pendirian, satu diantaranya bermaterai cukup

2. Berita acara rapat pembentukan

3. Surat bukti penyetoran modal sekurang-kurangnya sebesar simpangan pokok, surat bukti
penyetoran modal dapat berupa surat keterangan yang di buat pendiri koperasi dan harus
menggabarkan jumlah sebenarnya dengan menunjukan salinan pembayaran simpanan pokok
dan atau simpangan wajib.

 Disamping itu pengurus harus telah menyediakan mengisi buku daftar anggota dan buku
pengurus yang merupakan bukti sahnya keanggotaan dan kepengurusan orang-orang yang
tercantum, yang telah ditangdatangani

 Selain menerima surat permohonan tersebut, pejabat koperasi setempat segera memberikan
surat tanda penerimaan yang telah ditandatangani dan diberi tanggal, kepada
pendiri/koperasi yang bersangkutan,

 Apabila surat permohonan yang diajukan tidak dilengkapi dengan lampiran-lampiran yang
diperlukan, atau meskipun lampirannya lengkap akan tetapi tidak sempurna seperti yang
telah ditentukan, maka pejabat koperasi berhak untuk memberikan surat tanda penerimaan
dan pengiriman kembali surat permohonan tersebut untuk diajukan kembali setelah
dilengkapi atau disempurnakan dengan lampiran-lampiran yang diperlukan atau pengisian
yang sempurna.

e. Pendaftaran Koperasi Sebagai Badan Hukum

 Setelah Surat tanda Penerimaan diberikan kepada koperasi yang bersangkutan, maka pejabat
koperasi harus meninjau koperasi selambat – lambatnya 2 bulan sejak tanggal penerimaan
permohonan tadi. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui secara langsung apakah
syarat pembentukan pendirian koperasi telah terpenuhi sesuai maksud dan tujuan atau tidak
seperti yang telah disebutkan dalam anggaran dasar koperasi.

 Atas dasar penelitian tersebut, maka Pejabat setempat bisa mengambil keputusan berupa
meyetujui pembentukan koperasi, atau menunda / menolak pembentukan dan pemberian
badan hokum koperasi

 Jika ternyata memenuhi standar, maka pejabat akan meneruskan surat permohonan dari
koperasi yang bersangkutan (ditambah rekomendasi pejabat beserta surat persetujuannya)
kepada Pejabat yang berwenang untuk memberikan badan hukum koperasi.

 Kepala Kantor Depertemen Koperasi dan PKM akan melakukan penelitian terhadap anggaran
dasar Koperasi tersebut, terutama mengenai keanggotaan, permodalan dan kepengurusan.

 Materi tersebut tidak boleh bertentangan terhadap Undang – Undang No. 25 tahun 1992

f. Pengesahan Akte Pendirian


 Dalam waktu selambat – lambatnya 3 bulan sejak surat penerimaan, Pejabat harus
memberikan jawaban pengesahannya

 Apabila pejabat yang berwenang untuk memberikan pengesahan badan hukum koperasi
merasa keberatan, maka pendiri koperasi ahrus mengajukan banding selambat – lambatnya 3
bulan setelah surat penerimaan penolakan. Menteri harus memberikan keputusan akhir
selambat – lambatnya 3 bulan setelah menerima surat banding tersebut. Keputusan menteri
akan menjadi keputusan akhir.

 Buku Daftar Umum serta Akta – akta yang disimpan dalam kantor pejabat, dapat dilihat
secara cuma – Cuma oleh masyarakat umum. Sedangkan salinan atau petikan akta /
Anggaran Dasar koperasi dapat diperoleh oleh yang bersangkutan dengan mengganti biaya
salinan dan harus dilegalisasi oleh Pejabat Koperasi yang bersangkutan.

 Badan hukum yang diperoleh memungkinkan koperasi untuk melaksanakan segala tindakan
hukum termasuk hal pemilikan atas tanah dan bangunan, sebagai diatur dalam perundang –
undangan tentang agraria, serta melakukan usaha – usaha yang meliputi seluruh bidang
ekonomi.

 Surat – surat yang diperlukan dalam rangka permohonan mendapatkan Badan Hukum
Koperasi tersedia pada kantor koperasi setempat.

DASAR PEMBENTUKAN KOPERASI

Dasar-dasar pendirian Koperasi Indonesia mencakup beberapa hal yaitu:

 Undang-undang Dasar 1945, Pasal 33, Ayat (1) beserta penjelasannya

 Undang-undang (UU) RI No. 79 tahun 1958, sebagai usaha penyempurnaan undang-undang


sebelumnya, yaitu Undang-Undang No. 179 tahun 1949 yang hanya mengatur mengenai
pendiri, pengarahan, dan cara kerja koperasi. Menurut undang-undang tersebut pemerintah
bersifat pasif, hanya sebagai pendaftar dan penasehat. Jadi, pemerintah kurang mempunyai
peran dalam pertumbuhan koperasi. Dengan Undang-Undang No. 79 tahun 1958, pemerintah
lebih aktif dalam membina dan menumbuhkan koperasi, sehingga perkembangan koperasi
semakin membaik. Namun, dipandang dari segi perekonomian nasional belum memadai.
Dengan kembalinya kepada Undang-Undang Dasar 1945, dikeluarkanlah Peraturan
Pemerintah (PP) No. 60 tahun 1959, yang lebih banyak memberikan peran pada pemerintah
dalam membina pertumbuhan koperasi, seperti:

1. Menumbuhkan koperasi dalam segala sektor perekonomian.

2. Meningkatkan pengawasan dan bimbingan pada koperasi.

3. Memberikan bantuan berupa bimbingan dan permodalan kepada koperasi, dan

4. Memberikan pengesahan badan hukum kepada koperasi.


 Undang-Undang RI No. 14 tahun 1965. Dengan undang-undang ini, pertumbuhan koperasi
tidak sesuai dengan harapan karena koperasi menjadi alat politik, bukan sebagai alat untuk
memperbaiki perekonomian rakyat.

 Undang-undang No. 12 tahun 1967. Undang-undang tersebut merupakan pelaksanaan


ketepatan MPRS No. XXIII/MPRS/1966. Ketetapan itu berisi pembaruan di bidang
perekonomian dan pembangunan, sehingga perlu diikuti dengan pembaruan perkoperasian
dengan jalan kembali kepada fungsi semula, yaitu alat perjuangan ekonomi untuk
mempertinggi kesejahteraan rakyat. Undang-undang ini telah diganti oleh Undang-undang
No. 25 tahun 1992 pada tanggal 21 Oktober 1992.

PERSIAPAN PEMBENTUKAN KOPERASI

Di dalam pembentukan koperasi, ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan baik secara
yuridis yang menyangkut peraturan perundang-undangan, maupun menyangkut masalah teknis
perkoperasian, seperti : pengertian koperasi, tujuan koperasi, dan hal-hal lain yang harus
dipersiapkan oleh pemrakarsa.

Menurut ketentuan Undang-Undang Perkoperasian, untuk mendirikan koperasi, harus dipenuhi


persyaratan, yaitu sebagai berikut :

1. Untuk mendirikan Koperasi Primer sekurang-kurangnya beranggotakan 20 orang yang


mempunyai kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi. Sedangkan untuk Koperasi
Sekunder sekurang-kurangnya dibentuk oleh 3 Badan Hukum Koperasi. Hal ini dimaksudkan
untuk menjaga kelayakan usaha koperasi yang akan dibentuk,

2. Usaha yang dijalankan tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan atau kesusilaan,

3. Adanya akte pendirian yang memuat Anggaran Dasar dan,

4. Memiliki tempat kedudukan yang jelas.

BADAN HUKUM KOPERASI

Koperasi Berlandaskan Hukum

Koperasi berbentuk Badan Hukum sesuai dengan Undang-Undang No.12 tahun 1967 yang merupakan
organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum
koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama, berdasarkan asas
kekeluargaan. Kinerja koperasi khusus mengenai perhimpunan, koperasi harus bekerja berdasarkan
ketentuan undang-undang umum mengenai organisasi usaha (perseorangan, persekutuan, dsb) serta
hukum dagang dan hukum pajak.
ANGGARAN DASAR RUMAH TANGGA
KOPERASI .................
BAB I
NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 1
1) Koperasi ini bernama Koperasi .................
2) Koperasi ................. berkedudukan di (alamat koperasi)

BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
1) Koperasi ................. bertujuanmewujudkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya berdasar azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
2) Ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat
yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

BAB III
BIDANG USAHA
Pasal 3
Koperasi melaksanakan kegiatan usaha, yaitu :
a) Perdagangan & Industri
b) Jasa
c) Agrobisnis
d) Transportasi
e) Pertambangan
f) Asuransi
g) Peternakan
h) Perikanan
i) Kehutanan
j) Perumahan
k) Telekomunikasi
l) Pariwisata
m) Energi
n) Media

BAB IV
KEANGGOTAAN
Pasal 4
(1) Anggota Koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa
(2) Keanggotaan Koperasi tidak dapat dipindahtangankan

Pasal 5
Syaratmenjadi anggota Koperasi ini adalah Warga Negara Republik Indonesia yang
memenuhi ketentuansebagai berikut :
a. Mempunyai kemampuan penuh untuk melakukan tindakan hukum (dewasa, tidak dalam
perwalian, dsb.);
b. Telah menyatakan kesanggupan tertulis untuk melunasi simpanan pokok dan simpanan wajib
sebagaimana yang dimaksudkan dalam pasal 28 ayat (1) dan (2) anggaran dasar ini;
c. Telah menyetujui isi anggaran dasar dan peraturan-peraturan perkoperasian yang berlaku

Pasal 6
Setiap anggota mempunyai kewajiban :
a. Mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Keputusan-keputusan Rapat
Anggota;
b. Membayar Simpanan Pokok, Simpanan Wajib dan simpanan lainnya yang diputuskan oleh
Rapat Anggota;
c. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh Koperasi;
d. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasarkan azas kekeluargaan
e. Menanggung kerugian sesuai dengan ketentuan pasal 32 ayat (1) Anggaran Dasar ini

Pasal 7
Setiap anggota mempunyai hak :
a. Menghadiri, menyatakan pendapat dan memberikan suara dalam Rapat Anggota
b. Memilih dan/atau dipilih menjadi anggota Pengurus atau Pengawas
c. Meminta diadakannya Rapat Anggota menurut ketentuan pasal 14 Anggaran Dasar ini
d. Mengemukakan pendapat dan saran kepada Pengurus di luar Rapat Anggota baik diminta
maupun tidak diminta
e. Mendapatkan pelayanan yang sama antara sesama anggota
f. Meminta keterangan mengenai perkembangan koperasi
g. Mendapat bagian SHU sesuai dengan jasa usaha masing-masing anggota terhadap Koperasi
h. Mendapat bagian sisa hasil Penyelesaian

Pasal 8
Keanggotaan Koperasi mulai berlaku dan hanya dapat dibuktikan dengan catatan dalam
daftar anggota

Pasal 9
Seseorang yang akan masuk menjadi anggota Koperasidiluaranggotapendiri, harus :
a. Mengajukan surat permintaan sebagai anggotakepada Pengurus;
b. Bilamana Pengurus menolak permintaan dimaksud pada huruf a, maka yang berkepentingan
dapat minta pertimbangan Rapat Anggota berikutnya;

Pasal 10
Keanggotaan berakhir, bilamana anggota :
a. meninggal dunia;
b. minta berhenti atas permintaan sendiri;
c. diberhentikan oleh Pengurus karena tidak memenuhi lagi syarat keanggotaan;
d. diberhentikan oleh Pengurus karena tidak mengindahkan kewajiban sebagai anggota, atau
berbuat sesuatu yang merugikan Koperasi

Pasal 11
1) Berakhirnya keanggotaan mulai berlaku dan hanya dapat dibuktikan dengan catatan dalam
Buku Daftar Anggota
2) Permintaan berhenti sebagai anggota harus diajukan secara tertulis kepada Pengurus
3) Seseorang yang diberhentikan oleh Pengurus dapat meminta pertimbangan dalam Rapat
Anggota berikutnya
Pasal 12
1) Selain anggota dimaksud dalam pasal 4, Koperasi dapat menerima Anggota Luar Biasa
dengan persyaratan sebagai berikut:

a. di setujui keanggotaanya oleh Rapat Pengurus Anggota pendiri Koperasi


b. bersedia membayar simpanan pokok
2) Keanggotaan Luar Biasa tidak dapat dipindah tangankan.
3) Anggota Luar Biasa mempunyai hak :
a. memperoleh pelayanan usaha;
b. mengajukan pendapat, saran dan usul untuk perbaikan dan kemajuan Koperasi tetapi tidak
mempunyai hak suara dalam rapat Anggota.
c. memperoleh bagian Sisa Hasil Usaha
4) Anggota Luar Biasa mempunyai kewajiban :
a. mematuhi ketentuan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan keputusan-keputusan
Rapat Anggota;
b. membayar simpanan pokok;
c. memelihara nama baik dan kebersamaan dalam Koperasi;
d. menanggung kerugian usaha Koperasi secara terbatas maksimal sebesar simpanan pokok

Pasal 13
1) Keanggotaan Luar Biasa berakhir, apabila :
a. Meninggal dunia;
b .Koperasi yang bersangkutan bubar atau dibubarkan oleh Pemerintah;
c. berhenti atas permintaan sendiri;
d. diberhentikan oleh Pengurus karena tidak mengindahkan kewajiban sebagai Anggota Luar
Biasa, atau berbuat sesuatu yang merugikan Koperasi .
2) Berakhirnya keanggotaan luar biasa mulai berlaku dan hanya dapat dibuktikan dengan
catatan dalam Buku Daftar Anggota Luar Biasa.
3) Permintaan berhenti sebagai Anggota Luar Biasa harus mengajukan secara tertulis kepada
Pengurus.
4) Anggota Luar Biasa yang diberhentikan oleh Pengurus dapat meminta pertimbangan secara
tertulis dalam Rapat Anggota berikutnya.

BAB V
RAPAT ANGGOTA
Pasal 14
1) apat Anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi.
2) Rapat Anggota menetapkan :
a. Anggaran dasar;
b. Kebijaksanaan umum di bidang organisasi, manajemen dan usaha koperasi;
c. Pemilihan, pengangkatan dan pemberhentian pengurus dan pengawas;
d. Rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi;
e. Pengesahan pertanggungjawaban pengurus dan pengawas dalam pelaksanaan tugasnya, serta
pengesahan laporan keuangan;
f. Pembagian sisa hasil usaha;
g. Penggabungan, peleburan, pembagian, dan pembubaran koperasi.

3) Rapat Anggota dilakukan/dilaksanakan sekurang-kurangnya sekali dalam 1 (satu) tahun.


4) Rapat Anggota Tahunan (RAT) dilaksanakan paling lambat tanggal 31 Maret tahun
berikutnya setelah tutup tahun buku (per 31 Desember)

Pasal 15
Rapat Anggota sah jika dihadiri lebih dari setengah jumlah anggota Koperasi;
1) Apabila kuorum sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak tercapai, maka Rapat Anggota ditunda
untuk waktu paling lama 7 hari;
2) Apabila pada rapat kedua sebagaimana dimaksud ayat (2) kuorum tetap belum tercapai,
maka rapat dapat dilangsungkan dan keputusannya sah serta mengikat bagi semua anggota

Pasal16
3) Dalam Rapat Anggota Koperasi tiap anggota mempunyai hak suara yang sama yaitu
satu anggota satu suara.
4) Keputusan dalam Rapat Anggota diambil berdasarkan musyawarah untuk
mendapatkan mufakat, dalam hal tidak tercapai kata mufakat maka keputusan
diambil berdasarkan suara terbanyak dari jumlah anggota yang hadir.
5) Semua keputusan Rapat Anggota Koperasi harus dibuat dalam Berita Acara
Keputusan Rapat Anggota yang ditanda tangani oleh pimpinan rapat dan disahkan
oleh rapat anggota.

Pasal 17
Selain Rapat Anggota Tahunan, Koperasi dapat mengadakan Rapat Anggota yang diadakan
secara khusus untuk membahas rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja
Koperasi yang diselenggarakan paling lambat 15 (lima belas) hari sebelum tahun buku
berikutnya berjalan.

Pasal 18
1) Rapat Anggota Luar Biasa diadakan apabila keadaan mengharuskan adanya keputusan
segera yang wewenangnya ada pada Rapat Anggota
2) Rapat Anggota Luar Biasa dapat diselenggarakan atas kehendak :
a. Pengurus;
b. Pengawas;
c. atas permintaan tertulis minimal 1/10 jumlah anggota

Pasal 19
Untuk mengubah Anggaran Dasar harus diadakan Rapat Anggota yang diadakan khusus
untuk mengubah anggaran dasar tersebut, yang harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya 3/4
dari jumlah anggota Koperasi dan keputusannya harus disetujui oleh sekurang-kurangnya 3/4
dari jumlah
anggotayang hadir

Pasal 20
Untuk membubarkan Koperasi harus diadakan Rapat Anggota yang diadakan khusus untuk
pembubaran koperasi tersebut, yang harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah
anggota Koperasi dan keputusannya harus disetujui oleh sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah
anggota yang hadir
BAB VI
PENGURUS
Pasal 21

Syarat-syarat Pengurus adalah antara lain :


1) Tidak menjadi/ menjabat sebagai Pengurus Koperasi lain (Koperasi Primer).
2) Cakap dan memiliki kemampuan serta pengetahuan tentang perkoperasian.
3) Amanah dan memiliki jiwa kepemimpinan serta berkepribadian menarik.
4) Dapat dan mampu bekerjasama dengan sesama pengurus lainnya, dengan
pengawas, pengelola dan atau pihak lainnya.
5) Terpilih dalam fourom Rapat Anggota dan mendapat persetujuan/ disyahkan oleh
pimpinan Rapat dalam Rapat Anggota.
6) Mempunyai komitmen yang kuat untuk kemajuan koperasi dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan kepada anggotanya.
7) Sehat jasmani dan rohani.
8) Untuk kesinambungan kegiatan dan pengelolaan usaha koperasi, disaat
pergantian kepengurusan pengurus lama dipilih kembali minimal 1 (satu) orang.

Pasal 22

Tata cara pemilihan Pengurus Koperasi diatur berdasarkan keputusan Rapat Anggota
Tahunan .
BAB VII
PENGAWAS
Pasal 23
1) Susunan Pengawas Koperasi sesuai dengan kebutuhan organisasi dan usaha
Koperasi.
2) Susunan pengawas Koperasi berjumlah 2 (tiga) orang yang terdiri dari :
a. Ketua
b. Anggota

3) Masa jabatan Pengawas Koperasi selama 3 (tiga) tahun, dan dapat dipilih kembali.
4) Pengawas mendapatkan imbalan jasa sesuai dengan tugas pengawasannya pada tiap-tiap
periode yang ditetapkan, besarnya berdasarkan Rencana Kerja (RK) dan Rencana Anggaran
Pendapatan dan Biaya (RAPB) Koperasi.
5) Dalam pelaksanaan tugasnya Pengawas Koperasi menyampaikan laporan hasil
pengawasannya atas kegiatan dan asset/ keuangan Koperasi secara tertulis setiap triwulan
kontinu dan konsisten.
6) Bilamana periode jabatan Pengawas telah habis, maka untuk pemilihan pengawas
periode berikutnya baik sistem pemilihan, kriteria mengacu pada pasal 14.

BAB VIII
PENGELOLA USAHA
Pasal 24
1) Koperasi dapat mengangkat manajer/Pengelola usaha/kepala bagian dan karyawan
sesuai dengan kebutuhan organisasi dan usaha koperasi.
2) Manager/ Pengelola usaha/kepala bagian dan karyawan diangkat melalui Surat
Keputusan Pengurus Koperasi dan dilaporkan pada Rapat Anggota.
3) Dalam pelaksanaannya Manajer/ Pengelola usaha/kepala bagian dan
4) karyawan secara priodik dan kontinyo baik diminta ataupun tidak diminta
melaporkan tugas dan tanggung jawab penuh kepada pengurus Koperasi.
5) Manajer/ Pengelola usaha/kepala bagian dan karyawan berhak mendapatkan Gaji,
tunjangan atau imbalan lainnya sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku
di Koperasi.
6) Untuk jabatan Manajer/ Pengelola usaha/kepala bagian masa kerja, hak dan
kewajibannya dibuatkan kontrak kerjanya dengan mengacu peraturan/ ketentuan
yang berlaku serta kebutuhan dan kemampuan Koperasi.
7) Kontrak kerja untuk jabatan Manajer/ Pengelola usaha/kepala bagian dibuat secara
tertulis diatas kertas bermaterai dan ditanda tangani oleh pengurus atas nama
Koperasi, dan pejabat yang bersangkutan.
8) Dalam kontrak kerja diatur hal-hal yang berkenaan dengan antara lain :
a. Gaji, dan atau Imbalan jasa lainnya.
b. Jangka waktu berlakunya kontrak kerja.
c. Hak dan kewajibannya.
d. Konsekwensi pelanggaran isi kontrak.
e. Dalam hal perpanjangan kontrak kerja minimal 3 (tiga) bulan sebelumberakhirnya
masa kontrak telah dibuat kesepakatan baru.

BAB IX
DEWAN PENASEHAT
Pasal 25
1) Apabila diperlukan, Pengurus dapat mengangkat Dewan Penasehat;
2) Anggota Dewan Penasehat adalah tokoh masyarakat yang mempunyai kewibawaan atau
keahlian sesuai kepentingan Koperasi;
3) Dewan Penasehat bertugas memberi saran/anjuran pada Pengurus untuk kemajuan Koperasi
baik diminta maupun tidak diminta;
BAB X
PEMBUKUAN KOPERASI
Pasal 26
1) Tahun buku Koperasi mulai dari tanggal 1 (satu) Januari sampai dengan 31 (tiga puluh satu)
Desember.
2) Untuk pertama kalinya buku Koperasi dimulai pada tanggal ditetapkannya Anggaran Dasar
ini.
3) Koperasi wajib menyelenggarakan pembukuan sesuai Prinsip Akuntansi Indonesia dan
Standar Khusus Akuntansi.

BAB XI
MODAL KOPERASI
Pasal 27
1) Saat pendiriannya modal Koperasi sebesar ………………..berasal dari simpanan pokok,
simpanan wajib, dan hibah
2) Modal sendiri Koperasi berasal dari :
a simpanan pokok;
b simpanan wajib;
c dana cadangan;
d hibah;
3) Untuk memperbesar usahanya, Koperasi dapat memperoleh modal pinjaman yang tidak
merugikan Koperasi berupa pinjaman dari :
a anggota;
b koperasi lain dan atau anggotanya;
c bank dan lembaga keuangan lainnya;
d penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya;
e sumber lain yang sah
4) Koperasi dapat melakukan pemupukan modal yang berasal dari modal Penyertaan
BAB XII
SIMPANAN ANGGOTA
Pasal 28
1) Setiap anggota harus membayar Simpanan Pokok atas namanya kepada Koperasi sebesar Rp
................ yang dibayar sekaligus atau ………kali angsuran
2) Setiap anggota diwajibkan untuk membayar Simpanan Wajib atas namanya kepada Koperasi
yang besarnya ditetapkan dalam Anggaran Rumah tangga atau Peraturan Khusus
3) Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib tidak dapat diambil kembali selama masih menjadi
anggota Koperasi;
4) Pada waktu keanggotaan diakhiri, Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib merupakan suatu
tagihan atas Koperasi sebesar jumlahnya secara kumulatif, jika perlu dikurangi dengan bagian
tanggungan kerugian;
5) Setiap anggota digiatkan untuk menyimpan dalam bentuk atau jenis lainnya atas dasar
keputusan Rapat Anggota
BAB XIII
SISA HASIL USAHA
Pasal 29
1) Sisa Hasil Usaha Koperasi merupakan pendapatan Koperasi yang diperoleh dalam satu tahun
buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam
tahun buku yang bersangkutan
2) Sisa Hasil Usaha Koperasi yang diperoleh dibagikan untuk :
a cadangan;
b anggota sesuai transaksi dan simpanannya;
c pendidikan anggota dan karyawan;
d insentif untuk Pengurus dan Pengawas;
e insentif untuk Manajer dan karyawan;
f sosial dan pembangunan daerah kerja
3) Pembagian dan presentase sebagaimana dimaksud ayat (2) ditentukan dan diputuskan sesuai
dengan Keputusan Rapat Anggota

Pasal 30
Bagian Sisa Hasil Usaha untuk anggota dapat diberikan secara langsung atau dimasukkan
dalam simpanan anggota yang bersangkutan

Pasal 31
Dana cadangan dipergunakan untuk pemupukan modal dan menutup kerugian Koperasi

BAB XIV
TANGGUNGAN ANGGOTA
Pasal 32
1) Bilamana Koperasi dibubarkan dan pada penyelesaiannya ternyata bahwa kekayaan Koperasi
tidak mencukupi untuk melunasi segala perjanjian dan kewajibannya, maka sekalian anggota
diwajibkan menanggung kerugian masing-masing terbatas pada Simpanan Pokok dan
Simpanan Wajib yang seharusnya telah dibayar oleh anggota yang bersangkutan pada
Koperasi, serta modal penyertaan yang dimilikinya
2) Kerugian yang diderita oleh Koperasi pada akhir suatu tahun buku ditutup dengan dana
cadangan
3) Bilamana kerugian tersebut dalam ayat (2) tidak terpenuhi maka Rapat Anggota dapat
memutuskan untuk membebankan bagian kerugian yang belum terpenuhi ditutup atau
diperhitungkan dengan SHU tahun-tahun yang akan datang
BAB XV
PEMBUBARAN DAN PENYELESAIAN
Pasal 33
(1) Pembubaran Koperasi dapat dilaksanakan berdasarkan :
a. keputusan Rapat Anggota;
b. keputusan Pemerintah
(2) Pembubaran Koperasi oleh Rapat Anggota didasarkan pada :
a. atas permintaan anggota secara tertulis sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah anggota;
b. koperasi tidak lagi mempunyai kegiatan
(3) Pembubaran Koperasi oleh Pemerintah didasarkan pada :
a. adanya bukti-bukti bahwa Koperasi tersebut tidak memenuhi ketentuan undang-undang
perkoperasian;
b. kegiatannya bertentangan dengan ketertiban umum atau kesusilaan;
c. kelangsungan hidupnya tidak dapat diharapkan lagi

Pasal 34
2) Untuk kepentingan pihak ketiga dan para anggota Koperasi, terhadap pembubaran Koperasi
dilakukan penyelesaian pembubaran yang selanjutnya disebut penyelesaian
3) Penyelesaian dilakukan oleh penyelesai pembubaran yang selanjutnya disebut Penyelesai
4) Selama dalam proses penyelesaian, Koperasi tersebut tetap ada dengan sebutan Koperasi
Dalam Penyelesaian

Pasal 35
1) Dalam hal Koperasi hendak dibubarkan berdasarkan keputusan Rapat Anggota maka
Penyelesai ditunjuk oleh Rapat Anggota terdiri dari unsur anggota, Pengurus, Pengawas, dan
pihak lain yang dianggap perlu dan bertanggung jawab kepada kuasa Rapat Anggota
2) Dalam hal Koperasi hendak dibubarkan berdasarkan keputusan Pemerintah maka Penyelesai
ditunjuk oleh Pemerintah dan bertanggung jawab kepada Pemerintah
3) Penyelesai mempunyai hak, wewenang dan kewajiban :
a) melakukan segala perbuatan hukum untuk dan atas nama Koperasi Dalam Penyelesaian;
b) mengumpulkan segala keterangan yang diperlukan;
c) memanggil Pengurus, anggota dan bekas anggota tertentu yang diperlukan, baik sendiri-
sendiri maupun bersama-sama;
d) memperoleh, menggunakan dan memeriksa segala catatan dan arsip Koperasi; menetapkan
dan melaksanakan segala kewajiban pembayaran yang didahulukan dari hutang lainnya;
e) menggunakan sisa kekayaan Koperasi untuk menyelesaikan kewajiban Koperasi;
f) membagikan sisa hasil penyelesaian kepada anggota;
g) membuat berita acara penyelesaian dan menyampaikan kepada Rapat Anggota
4) Pengurus Koperasi menyampaikan keputusan pembubaran Koperasi oleh Anggota kepada
Pemerintah, sesuai ketentuan yang berlaku
5) Pembayaran biaya penyelesaian didahulukan dari pada pembayaran kewajiban lainnya

Pasal 36
1) Seluruh anggota wajib menanggung kerugian yang timbul pada saat pembubaran Koperasi
sesuai ketentuan pasal 33 ayat (1) Anggaran Dasar ini—
2) Anggota yang telah keluar sebelum Koperasi dibubarkan wajib menanggung kerugian,
apabila kerugian tersebut terjadi selama anggota yang bersangkutan masih menjadi anggota
Koperasi dan keluarnya sebagai anggota belum lewat jangka waktu 6 (enam) bulan

BAB X VI
KESEJAHTERAAN / SOSIAL
Pasal 37
1) Koperasi mengupayakan bantuan/tunjangan atau imbalan jasa kepada anggota,
Pengurus, Pengawas dan Manager/ karyawan antara lain seperti :
a. Jasa anggota koperasi.
b. Bingkisan/ paket.
c. Bantuanantuan pengobatan kesehatan dan atau santunan kepada anggota yang
meninggal dunia, dan yang mengalami musibah.
2) Besarnya jasa, bingkisan dan santunan pada tersebut diatas akan ditetapkan dalam
rapat pengurus dan disampaikan ke dalam Rapat Anggota untuk mendapatkan
pengesahan.

BAB XVII
SANKSI
Pasal 38
Anggota Koperasi yang melanggar ketentuan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga
maupun peraturan lain yang berlaku di Koperasi dikenakan sanksi sesuai dengan
peraturan yang berlaku.

Pasal 39
1) Anggota maupun anggota luar biasa yang mencemarkan nama baik dan merugikan
Koperasi serta tidak mengindahkan kewajibannya sebagai anggota/melalaikan
kewajibannya dalam membayar simpanan dan piutangnya sesuai dengan keputusan
Rapat Anggota, maka kepada anggota yang bersangkutan diberikan peringatan /
teguran.
2) Bilamana pada kurun waktu selanjutnya peringatan/ teguran tersebut tidak
diindahkan maka yang bersangkutan dapat diberhentikan oleh pengurus dan
selanjutnya keputusan dimaksud akan dilakukan pembahasan (disetujui atau ditolak)
pada forum Rapat Anggota berikutnya.
3) Simpanan pokok dan simpanan wajib dan simpanan lain/jasa lainnya dari anggota
yang diberhentikan dikembalikan setelah anggota tersebut menyelesaikan kewajiban
utang piutangnya.

Pasal 40
Pengurus, pengawas maupun pengelola/karyawan Koperasi yang melakukan pelanggaran atau
penyalahgunaan wewenang atas tugas dan tanggung jawab yang dibebankan
kepadanya dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku dan untuk selanjutnya
dapat dipecat dari jabatannya berdasarkan hasil keputusan Rapat Anggota.

Pasal 41
1) Pengurus,pengawas maupun pengelola Koperasi yang dengan sengaja dan atau
karena kelalaiannya melakukan perbuatan yang menimbulkan kerugian Koperasi
dikenakan sanksi ganti rugi sebesar kerugian yang disebabkan oleh masing-masing
pengurus, pengawas maupun pengelola yang bersangkutan.
2) Apabila tersebut pada ayat 1 diatas tidak mendapat tanggapan untuk membayar
ganti rugi maka kepada yang bersangkutan berdasarkan hasil keputusan rapat
anggota dapat diajukan kepengadilan baik perkara pidana maupun perdata.

BAB XVIII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 42
Ketentuan yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan diatur dengan
peraturan khusus atau peraturan lainnya atas persetujuan Rapat Anggota.

BAB XIX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 43
1) Anggaran Rumah Tangga Koperasi ini disetujui/ disahkan oleh Rapat Anggota/ Rapat
Anggota Tahunan Koperasi.
Anggaran Dasar ini berlaku sejak tanggal disahkan/ ditetapkan untuk dapat dijadikan
pedoman kerja dalam menjalankan kegiatan Koperasi.

BAB III.
PENUTUPAN

3.1. Kesimpulan

Koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan,


yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota; dengan bekerja sama secara
kekeluargaan menjalankan usaha. UU No. 25 Tahun 1992 Pasal 6 dijelaskan tentang minimal
orang/koperasi untuk membuat suatu koperasi, UU No. 25 Tahun 1992 pasal 7 ayat 2 dijelaskan
bahwa yang dimaksud dengan tempat kedudukan adalah alamat tetap kantor koperasi, UU No.25
Tahun 1992 pasal 8 dijelaskan tentang daftar nama pendiri, ketentuan keanggotaan, pengelolaan,
permodalan, rapat anggota, sanksi, pembagian SHU.
Daftar Pustaka

- Firdaus, Muhammad dan Agus Edhi Susanto.2002.Perkoperasian Sejarah, Teori &


Praktek.Jakarta: Ghalia Indonesia
- Sitio, Arifin dan Halomoan Tamba.2001.Koperasi Teori dan Praktik.Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai