Pengungkapan Dan Transparansi
Pengungkapan Dan Transparansi
A. Latar Belakang
Prinsip transparansi mengharuskan informasi tersedia dan dapat langsung diakses oleh pihak-
pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut. Prinsip pengungkapan dan
transparansi menyatakan bahwa perusahaan harus mengungkapkan semua informasi material
mengenai perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Beberapa informasi material tersebut
antara lain kondisi keuangan, struktur kepemilikan, transaksi pihak berelasi, dan tata kelola
perusahaan. Laporan keuangan perusahaan harus di audit oleh auditor eksternal yang
independen dan kompeten, serta media komunikasi harus memberikan akses informasi yang
relevan yang sama, tepat waktu, dan efisien dari sisi biaya untuk semua pemangku
kepentingan.
Terdapat dua jenis pengungkapan, yaitu pengungkapan wajib dan pengungkapan sukarela.
Regulator mrnrtapkan pengungkapan wajib apa saja yang harus dilakukan perusahaan.
Peraturan Bapepam- LK mengharuskan perusahaan publik untuk menyampaikan laporan
keuangan tengah tahunan dan tahunan (X.K.2), serta menyampaikan laporan tahunan
(X.K.6). Bursa efek indonesia juga mengatur kewajiban perusahaan tercatat untuk
menyampaikan laporan keuangan interim ( Peraturan No I-E). Perusahaan secara sukarela
juga dapat melakukan pengungkapan sukarela, melebihi pengungkapan wajib yang
diharuskan regulator. Yang perlu diungkapkan adalah yang material yaitu informasi yang jika
tidak diungkapkan atau disajikan secara tidak wajar akan mempengaruhi pengambilan
keputusan ekonomis oleh pengguna informasi.
B. Kebijakan Pengungkapan
Menurut OECD (2004) pengungkapan harus termasuk, namun tidak terbatas pada, informasi
material terkait :
2. Tujuan perusahaan
4. Kebijakan remunerasi untuk anggota dewan komisaris dan direksi dan informasi
mengenai anggota dewan termasuk kualifikasinya, proses seleksi, jabatan direktur dan
komisaris perusahaan yang lain dan apakah mereka independen
8. Struktur dan kebijakan tata kelola, terutama kode atau kebijakan tata kelola yang ada
dan proses implementasinya.
Berdasarkan undang-undang PT No.40 tahun 2007 dan UU pasar modal, perusahaan terdaftar
harus membuat dan menyerahkan laporan keuangan yang disusun berdasarkan standar
akuntansi keuangan. Laporan keuangan tersebut terdiri dari laporan posisi keuangan (
neraca), Laporan laba rugi komperhensif, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan
catatan atas laporan keuangan. Didalam laporan keuangan juga terdapat pengungkapan
mengenai struktur kepemilikan perusahaan laporan keuangan auditan dapat diperoleh dari
perusahaan dan diwebsite bursa efek indonesia.
Indonesia telah melakukan konvergensi terhadap IFRS, yang resmi dicanangkan pada tahun
2008, dengan target pencapaian tahun 2012. Saat ini mayoritas PSAK sudah merupakan hasil
konvergensi dengan IFRS, walaupun semuanya belum IFRS versi terakhir.
D. Saluran Komunikasi
Saluran yang digunakan perusahaan untuk mendiseminasi informasi harus memberikan akses
yang adil, tepat waktu, dan efisien bagi pengguna informasi. Salurtan untuk komunikasi dapat
bernilai sama pentingnya dengan isi informasi itu sendiri. Internet dan teknologi informasi
lain dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan desimenasi informasi karena informasi
diinternet dapat diakses dengan mudah dan tepat waktu kepada siapapun yang mempunyai
akses ke internet. Peraturan Bapepam-LK X.K.6 mengharuskan perusahaan publik untuk
menyediakan soft copy laporan keuangan mereka di website perusahaan. Pengumuman yang
disampaikan perusahaan ke bursa efek indonesia akan ditampilkan dalam website, termasuk
laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan publik.
Kerangka tata kelola perusahaan harus dilengkapi dengan pendekatan efektif yang
menyediakan dan mendorong analisis, broker, agen pemeringkat, dan pihak lain untuk
melakukan analisis atau memberikan nasihat yang relevan untuk investor, yang bebas dari
konflik kepentingan yang dapat mempengaruhi integritas analisi atau nasihat pihak- pihak
tersebut.
Selain diperlukan auditor ekternal yang kompeten dan independen, dan juga untuk
memfasilitasi diseminasi informasi yang tepat waktu, diperlukan langkah-langkah untuk
memastikan integritas dari profesi dan aktivitas pihak-pihak yang melakukan analisis dan
memberikan saran ke pasar. Pihak-pihak perantara tersebut memerankan peranan penting
dalam mendorong dewan untuk mengikuti praktik tata kelola perusahaan yang baik.
Masalah akan timbul jika pihak-pihak perantara tersebut memiliki konflik kepentingan yang
dapat mempengaruhi kepentingan mereka.konflik tersebut dapat terjadi jika pihak yang
memberikan masukan ke perusahaan juga ingin memberikan jasa lain ke perusahaan, atau
jika mereka memiliki kepentingan material diperusahaan atau di perusahaaan pesaing.
Salah satu solusi dari permasalahan tersebut adalah keharusan pengungkapan penuh atas
konflik kepentingan dan bagaimana entitas perantara mengelola konflik tersebut. Salah satu
aspek pengungkapan yang penting adalah bagaimana entitas merancang insentif untuk
karyawannya untuk mengeliminasi potensi konflik kepentingan, sehingga investor dapat
menilai rasio yang ada dan kemungkina bias yang timbul.
Perusahaan harus melaporkan praktek tata kelola perusahaannya, bahkan di sejumlah negara
pengungkapan tersebut telah diwajibkan sebagai bagian dari pelaporan berkala. Di beberapa
negara, perusahaan diwajibkan untuk mengimplementasikan praktek tata kelola perusahaan,
atau memerlukan pengesahan oleh otoritas pasar modal terhadap kewajiban pelaporan dengan
dasar kriteria ”memenuhi atau perlu penjelasan”. Informasi yang harus diungkapkan oleh
Perseroan meliputi pengungkapan yang tidak terbatas pada visi, misi, sasaran usaha , strategi,
kondisi keuangan, susunan dan kompensasi Direksi dan Dewan Komisaris, Pemegang Saham
mayoritas, kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan Dewan Komisaris beserta
keluarganya dalam Perseroan dan Perusahaan lainnya, sistem manajemen risiko, sistem
pengawasan dan pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta tingkat kepatuhan
dalam penerapannya, dan kejadian-kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi
Perseroan secara proporsional.
Prinsip OECD kelima (V), terdapat enam sub-bagian dari pembahasan mengenai
pengungkapan dan transparansi ini. Berikut adalah uraian dan penjelasannya.
c) Audit tahunan harus dilakukan oleh auditor independen, kompeten dan berkualitas dalam
rangka memberikan jaminan eksternal dan obyektif kepada pengurus dan pemegang
saham bahwa laporan keuangan cukup mewakili posisi keuangan dan kinerja perusahaan
dalam semua hal yang material.
e) Media penyebaran informasi harus memberikan akses informasi yang relevan bagi
pengguna secara sama (equal), tepat waktu, dan biaya yang efisien.
f) Kerangka tata kelola perusahaan harus mengarah dan mendorong terciptanya ketentuan
mengenai analisa atau saran dari analis, pedagang perantara efek, pemeringkat dan pihak
lainnya yang relevan dengan keputusan investor, tidak mengandung benturan kepentingan
yang material yang mungkin mempengaruhi integritas analisa atau saran yang diberikan..
Untuk meningkatkan implementasi tata kelola yang baik di Emiten dan Perusahaan Publik,
pendekatan “comply or explain” dapat digunakan. Pelaksanaan Pedoman Umum Good
Corporate Governance oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia baik perusahaan terbuka
(Emiten/Perusahaan Publik) maupun perusahaan tertutup pada dasarnya bersifat comply and
explain. Di mana perusahaan diharapkan menerapkan seluruh aspek Pedoman Good
Corporate Governance ini. Apabila belum seluruh aspek pedoman ini dilaksanakan maka
perusahaan harus mengungkapkan aspek yang belum dilaksanakan tersebut beserta alasannya
dalam laporan tahunan. Namun demikian mengingat Pedoman ini hanya merupakan acuan
sedangkan pelaksanaannya diatur lebih lanjut oleh otoritas masing-masing industri maka
penerapan ini bersifat voluntary dan tidak terdapat sanksi hukum apabila perusahaan tidak
menerapkan pedoman ini. Penerapan pendekatan ini akan meningkatkan fleksibilitas
implementasi ketentuan dibandingkan bila ketentuan tersebut diwajibkan melalui peraturan.
Sistem tata kelola perusahaan yang efektif memungkinkan perusahaan mencapai tingkat
kepatuhan dan kinerja yang sesuai ekspektasi pemegang saham dan pemangku kepentingan.
Oleh karena itu, diperlukan pengendalian internal yang efektif dan manajemen resiko dalam
proses bisnis normal dan juga proses tata kelola perusahaan, dan kedua hal tersebut
membentuk kerangka akuntabilitas dan pelaporan reguler ke pemegang saham (HK
CPA,2005)
Pengendalian internal sangat penting untuk memastikan keberhasilan operasi perusahaan dan
berjalannya operasi sehari-hari perusahaan, serta membantu perusahaan mencapai tujuan
usahanya. Cakupan pengendalian intern sangat luas, yaitu termasuk semua pengendalian yang
terkait proses strategis, tata kelola, dan manajemen, yang mencakup semua aktivitas dan
operasi perusahaan. Tidak hanya terbatas pada aspek keuangan dan pelaporan semata.
Cakupannya juga bukan hanya semata aspek kepatuhan, tetapi juga aspek kinerja perusahaan.
Pengendalian internal (COSO, 2013) adalah proses, yang dipengaruhi oleh dewan,
manajemen, dan personel lain diperusahaan, yang dirancang untuk memberikan keyakinan
memadai terkait pencapain tujuan berikut :
Kerangaka pengendalian internal COSO (2013) menyebutkan tiga kategori tujuan yang
terkait dengan aspek pengendalian internal yang berbeda-beda, yaitu tujuan operasi, tujuan
pelaporan, dan tujuan kepatuhan.
Pengendalian Internal terdiri dari 5 komponene yang terintegrasi yaitu (COSO, 2013):
1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan Pengendalian adalah kumpulan standar, proses dan struktur yang memberikan
dasar untuk menjalankan pengendalian internal dalam perusahaan. Direksi dan Dewa
Komisaris adalah pihak yang bertanggung jawab untuk memberikan contoh (sering disebut
istilah tone at the spot) pentingnya pengendalian internal bagi seluruh karyawan di
perusahaan. Lingkungan pengendalian terdiri atas nilai integritas dan etika organisasi,
parameter yang memungkinkan Dewan Komisaris untuk menjalankan fungsi pengawasannya,
dan mempertahankan orang – orang yang kompeten, serta ukuran, insentif dan imbalan
kenerja yang sesuai untuk mendorong akuntabilitas atas kinerja.
2. Penilaian Risisko
Penilaian resiko adalah proses dinamis dan interatif untuk mengidentifikasi dan menilai risiko
dari pencapaian tujuan perusahaan. Penilaian risiko merupakan dasar untuk menentukan
bagaimana mengelola risiko. Sebelum melakukan penilaian risiko, perusahaan perlu
menetapkan tujuan perusahaan, yang kemudian dikaitkan dengan berbagai tingkat yang ada
di perusahaan terkait dengan operasi, pelapor dan kepatuhan. Manajemen menetapkan tujuan
tersebut dengan cukup jelas yang memungkinkan mereka unutk mengidentifikasi dan
menganalisis risiko dari tujuan tersebut. Penilaian risiko juga mengharuskan manajemen
untuk mengidentifikasi dan menganalisis risiko dari tujuan tersebut. Penilaian risiko juga
mengharuskan manajemen mempertimbangkan pengaruh dari kemungkinan perusahaan yang
etrjadi dalam lingkungan ekternal dan perubahan dalam model bisnis perusahaan yang dapat
menyebabkan pengendalian internal menjadi tidak efektif.
3. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian dalam tindakan yang dilakukan berdasarkan kebijakan dan prosedur
untuk memastikan arahan manajemen untuk memitigasi risiko untuk mencapai tujuan telah
dijalankan. Aktivitas tersebut dilakukan di tiap tingkat dalam perusahaan, dalam setiap proses
bisnis. Beberapa aktivitas tersebut antara lain otoritas dan persetujuan, varifikasi, rekosiliasi,
dan penitian kinerja bisnis. Dalam aktivitas pengendalian diperlukan adanya pemisahaan
tugas, yang apabila tidak dimungkinkan maka perlu diganti dengan aktivitas pengendalian
yang lain.
4. Komunikasi
5. Aktivitas Monitoring
Monitoring adalah evaluasi untuk menilai apakah tiap elemen dari pengendalian internal
sudah ditetapkan berfungsi sebagaimana seharusnya. Evaluasi terus menerus diterapkan
dalam proses bisnis yang berbagai tingkat di perushaan akan memberikan informasi yang
tepat waktu. Evaluasi terpisah yang dilakukan secara periodik dapat dilakukan secara periodic
dapat dilakukan sesuai kebutuhan. Temuan dari monitoring akan dievaluasi terhadap kriteria
yang ditetapkan regulator, badan yang menetapkan standar yang diakui, atau Direksi dan
Dewan Komisaris. Setiap defisiensi dikomuniskasikan ke Direksi dan dewan Komisaris.
Berikut adalah beberapa peran akuntansi professional terkait prinsip pengungkapan dan
transparansi :
c) Auditor internal secara berkala melakukan pengujian atas pengendalian internal serta
melaporkan hasilnya kepada Direksi dan Dewan Komisaris (juga Komite Audit). Auditor
internal membantu Direksi dalam memperkuat dan meningkatkan pengendalian internal.
Auditor internal memberikan saran/masukan unutk memeperbaiki proses mengidentifikasikan
risiko dan manajemen risiko.
Pada saat world Bank (2010) melakukan studi belum ada aturan mengenai kewajiban
pengungkapan pemegang saham ultimat, sehingga salah astu kelemahan yang disebutkan
oleh Bank Dunia adalah belum adanya kewajiban tersebut. Namun pada tahun 2012,
Bapepam-LK telah merevisi peraturan X.K.6 yang mewajibkan perusahaan untuk
mengungkapkan mengenai pemegang saham ultimat tersebut.
Hasil studi World Bank (2010) memberikan beberapa rekomendasi terkait pengungkapan dan
transparansi, yaitu:
1) Regulasi yang lebih baik terkait pengungkapan kepemilikan dan pengungkapan non
keuangan lainnya.
Rata – rata skor untuk kategori ini relative yang paling tinggi dibandingkan skor di kategori
lain karena beberapa praktik pengungkapan telah diwajibkan oleh Bapepam-LK atau BEI.
Rata- rata skor ini adalah 53,7 pada tahun 2012 dan 63,5 pada tahun 2013, dengan skor
maksimum 85,0 dan skor minimum 19,5 untuk tahun 2012 dan 90,0 dan 33,3 untuk tahun
2013. Beberapa pengungkapan yang diwajibkan antara lain, indicator kinerja keuangan,
transaksi pihak berelasi (nama pihak-pihak berelasi, sifat, dan nilai transaksi pihak berelasi)..
laporan keuanagn interim, dan laporan keuangan auditan. Laporan keuangan auditan harus
dipublikasi dalam waktu 90 hari sejak tanggal tutup buku serta harus ada pernyataan Direksi
yang menyatakan kewajaran laporan keuangan. Berikut adalah beberapa area yang masih
perlu ditingkatkan dalam katagori ini :
d) Sebagian besar perusahaan public juga tidak mengungkapkan audit fee dan non-audit
fees yang dibayarkan kepada KAP yang mengaudit perusahaan mereka.
b) Kualitas laporan tahunan yaitu terkait pengungkapan risiko utama, tujuan peruahaan,
indicator kinerja kuangan dan non keuangan, kebijakan dividen, kebijakan whistle-blowing,
informasi mengenai direktur dan komisaris (biografi, pelatihan yang diikuti, jumlah rapat,
jumlah kehadiran dalam rapat remunarasi), pernyatan mengenai kepatuhan terhadap CG Code
(Comply or Explain)
e) Pengungkapan audit fee dan non audit fee serta apakah besaran non-audit fee lebih
besar daripada audit fee (jika ya nilainya nol)
g) Informasi yang terdapat dalam website apakah mencakup informasi yang lengkap dan
terkini. Informasi tersebut adalah laporan tahunan dan laporan keuangan, anggaran dasar,
panggilan RUPS, operasi bisnis perusahaan, struktur pemegang saham, struktur grup bisnis
perusahaan, maeri yang disampaikan ke analis dan media.
h) Penerbitan laporan keuangan dan laporan tahuanan secara tepat waktu serta pernyataan
kewajaran laporan keuangan tahuanan oleh Direksi.
a) Bonus jika perusahaan mengumumkan laporan keuangan dalam waktu kurang dari 60
hari dan jika perusahaan pengungkapkan rincian remunerasi Presiden Direktur.
b) Penalti jika perusahaan menerima opini audit selain opini wajar tanpa pengecualian,
serta jika perusahaan merevisi laporan keuangan selain karena alasan perubahan kebijakan
akuntansi.