SKRIPSI
OLEH
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.4 Tujuan
Tujuan penelitian secara umum adalah untuk membantu penyandang buta
warna dengan membangun sebuah sistem aplikasi yang dapat dijalankan pada
perangkat bergerak. Ada pula tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penilitian
tersebut yaitu untuk m,endesain antarmuka pengguna yang efektif dan menarik,
3
c. Desain Sistem
Pada tahap ini dilakukan perancangan program, membuat desain aplikasi tes
buta warna tersebut.
d. Uji Coba
Melakukan pengujian program, menangani dan memperbaiki kesalahan yang
ada pada aplikasi tes buta warna tersebut agar dapat berjalan dengan baik.
e. Dokumentasi
Pada tahap ini dilakukan pembuatan laporan mulai dari studi literatur sampai
dengan implementasi, serta penarikan kesimpulan dan saran. Pada tahap ini
juga ada dicatat apa saja yang menjadi kelemahan dan kelebihan dalam aplikasi
tes buta warna.
BAB I PENDAHULUAN
Menguraikan bagaimana pendahuluan yang berisikan tentang gambaran
umum yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, identifikasi masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
LANDASAN TEORI
6
7
memiliki tiga sel cones yang lengkap, namun terjadi kelainan atau
kerusakan terhadap salah satu dari tiga sel reseptor warna yang terdapat
pada mata. Pasien buta warna dapat melihat berbagai warna akan tetapi
dengan interpretasi berbeda daripada mata normal, jenis gangguan
pengelihatan warna anomalous trichromacy yang paling sering ditemukan
adalah: (Prasetyono 2013, h. 12)
a. Protanomaly adalah jenis gangguan anomalous trichromacy yang
diakibatkan karena adanya kelainan terhadap long- avelength (red)
pigment, sehingga menyebabkan rendahnya sensitifitas terhadap
gelombang cahaya merah. Penderita buta warna protanomaly akan
mengalami penglihatan yang buram terhadap warna spektrum merah,
di mana hal ini mengakibatkan penderita dapat salah membedakan
warna merah dan hitam. (Prasetyono 2013, h. 12)
b. Deuteranomaly Deuteranomaly disebabkan oleh kelainan pada bentuk
pigmen middlewavelength (green). Penderita deuteranomaly tidak
mampu melihat perbedaan kecil pada nilai hue dalam area spektrum
warna merah, orange, kuning dan hijau. Penderita salah dalam
menafsirkan hue (tingkat kepekatan warna) dalam region warna
tersebut karena hue-nya lebih mendekati. (Prasetyono 2013, hh. 12-
13)
2. Monochromacy Monochromacy adalah keadaan di mana mata manusia
hanya memiliki satu sel pigmen cones atau bisa juga diakibatkan tidak
berfungsinya semua sel cones. Jenis-jenis dari monochromacy akan
dijelaskan sebagai berikut:
a. Rod monochromacy (typical) Rod monochromacy (typical)
merupakan jenis buta warna yang sangat jarang terjadi. Jenis buta
warna ini disebabkan karena ketidakmampuan mata dalam
membedakan warna sebagai akibat dari tidak berfungsinya semua
cones retina. Penderita rod monochromacy tidak mampu dalam
membedakan warna sehingga penderita hanya mampu melihat hitam,
putih dan abu-abu. (Kusuma, 2013, h 14)
10
merupakan tes yang paling banyak digunakan dan baku emas dalam identifikasi
secara cepat defisiensi warna merah-hijau.
Metode Ishihara ditemukan oleh Dr. Shinobu Ishihara. Tes Ishihara terdiri
dari serangkaian lingkaran yang terdiri dari titik-titik berwarna kecil, yang disebut
plate Ishihara. Metode Ishihara merupakan metode yang digunakan oleh para
medis untuk menentukan dengan cepat adanya kelainan buta warna pada
seseorang. (ed.Widianingsih 2010, h. 37)
Citra Ishihara terdiri dari banyak plate dimana setiap plate memiliki objek
berupa angka maupun alur tertentu, warna objek (object color), dan warna latar
(background color) yang berbeda. Plate pada citra Ishihara memiliki interpretasi
yang berbeda-beda antara mata normal dan penderita gangguan pengelihatan
warna. Citra Ishihara yang digunakan lebih dominan menggunakan warna merah
dan hijau, sehingga hanya dapat digunakan untuk mengetahui gangguan
penglihatan warna parsial terhadap warna merah-hijau. Gangguan penglihatan
pada warna biru-kuning akan sulit untuk diketahui dengan menggunakan tes
Ishihara ini, dikarenakan citra Ishihara yang digunakan hanya sedikit
menggunakan warna biru dan kuning. Kelemahan dari penerapan Metode Ishihara
adalah sifatnya yang statis, sehingga adanya kemungkinan bahwa objek pada plate
Ishihara dapat dihafal oleh pasien. Hasil pemeriksaan dari tes Ishihara dapat
menunjukan pasien sebagai mata normal dan tidak normal atau menderita
gangguan penglihatan warna. (Kasuma 2013, h. 35)
Inteprestasi hasil pemeriksaan gangguan penglihatan warna ditentukan dari
bisa atau tidaknya seseorang (pasien) dalam membaca objek angka yang tertera
pada plate atau menghubungkan objek garis dari setiap plate Ishihara. Buku
Ishihara telah memiliki aturan khusus sebagai pedoman penilaiaan yang akan
dijelaskan sebagai berikut: (Ishihara Shinbou 1994)
1. Plate 1 : Setiap orang, baik orang mata normal dan gangguan penglihatan
warna dapat membaca angka 12.
2. Plate 2 : Orang normal dapat membaca Plate 2 dengan angka 8. Penderita
buta warna merah-hijau membacanya sebagai angka 3. Penderita buta warna
total tidak dapat membaca satu angkapun pada Plate 2.
13
3. Plate 3 : Orang normal dapat membaca Plate 3 dengan angka 29. Penderita
buta warna merah-hijau membaca Plate 3 dengan angka sebagai 70. Penderita
buta warna total tidak dapat membaca satu angkapun.
4. Plate 4 : Orang normal dapat membaca Plate 4 dengan angka 5 sedangkan
untuk Penderita buta warna merah-hijau sebagai 2. Penderita buta warna total
total tidak dapat membaca satu angkapun.
5. Plate 5 : Orang mata normal dapat membaca Plate 4 dengan angka 3,
sedangkan untuk buta warna merah-hijau membaca sebagai angka 5. Buta
warna total tidak dapat membaca angka pada plate tersebut.
6. Plate 6 : Orang mata normal membaca sebagai angka 15. Buta warna merah-
hijau membaca sebagai angka 17. Buta warna total tidak dapat membaca
angka tersebut.
7. Plate 7 : Orang mata normal membaca sebagai angka 74. Buta warna merah-
hijau membaca sebagai angka 21. Buta warna total tidak dapat membaca satu
angkapun.
8. Plate 8-Plate 9 : Orang mata normal dapat membaca sebagai angka 6 pada
Plate 8 dan angka 45 pada Plate 9, sedangkan gangguan penglihatan warna
merahhijau dan gangguan penglihatan warna total tidak dapat membaca satu
angkapun pda kedua plate tersebut.
9. Plate 10 : Pengelihatan mata normal akan membaca sebagai angka 5,
sedangkan pengelihatan buta warna merah hijau dan buta warna total tidak
dapat membaca satu angkapun.
10. Plate 11-Plate 12 : Pengelihatan mata normal akan membaca sebagai angka 7
pada Plate 12 dan angka 16 pada Plate 12, sedangkan pengelihatan buta
warna merah hijau dan buta warna total tidak dapat membaca satu angkapun.
11. Plate 13-Plate 15 : Gangguan penglihatan warna merah-hijau dapat membaca
plate tersebut sebagai angka 73 pada Plate 13, angka 5 pada Plate 14 dan
angka 45 pada Plate 15. Gangguan penglihatan warna total dan orang mata
normal tidak dapat membaca satu angkapun.
12. Plate 16 : Orang mata normal dan penderita buta warna merah-hijau ringan
melihat angka 26 tapi protanopia dan protanomalia kuat akan membaca angka
6 saja, dan deuteranopia dan deuteranomalia kuat membaca angka 2 saja.
14
13. Plate 17 : Pengelihatan mata normal dan penderita buta warna merah-hijau
ringan melihat angka 42 tapi protanopia dan protanomalia kuat akan
membaca sebagai angka 2 saja, dan deuteranopia dan kuat deuteranomalia
membaca sebagai angka 4 saja. (Ishihara Shinobu 2009)
no 14 dan 15. Tanda “x” menunjukan bahwa plates tidak dapat terbaca oleh
penderita tersebut. (Prasetyo 2013, h. 34)
Bagian paling atas pada notasi Class digunakan sebagai nama kelas, dan
secara opsional juga digunakan stereotype-nya. Bagian tengah digunakan
untuk menyimpan atribut, dan bagian paling bawah digunakan menyimpan
operasi.
1. Menentukan Kelas
Cara yang baik untuk menemukan kelas-kelas adalah mulai dari
memperhatikan aliran kejadian (flow of event) dari suatu use case.
Perhatikan kata benda didalam aliran kejadian, mungkin merupakan salah
satu dari empat hal berikut :
a) Actor
b) Kelas
c) Atribut dari kelas
d) Ekspresi, bukan actor, bukan kelas, dan bukan atribut.
Nama kelas tidak menggunakan spasi. Ini dilakukan karena alasan praktis,
dimana beberapa bahasa pemrograman tidak membolehkan adanya spasi. Hal
lainnya yang perlu diperhatikan adalah bahwa nama kelas hendaknya pendek,
cukup untuk menjelaskan apa yang akan kelas lakukan.
Jadi penamaan kelas sangat tergantung pada organisasi kita. Jika kita
mempunyai kelas yang digunakan dalam organisasi yang bersangkutan, tetapi
yang jelas bahwa hal tersebut harus konsisten digunakan untuk keseluruhan kelas-
kelas yang dibuatnya.
4. Visibilitas kelas
Pilihan visibilitas menentukan dapat tidaknya sebuah kelas dilihat dari luar
paket. Ada 3 pilihan visibilitas untuk sebuah kelas yaitu :
a. Public
Menyatakan bahwa sebuah kelas dapat dilihat dari kelas-kelas lainnya dalam
system.
b. Protected atau private
Menyatakan bahwa sebuah kelas dapat dilihat dari kelas-kelas
majemuk(nested), friends, atau dari kelas itu sendiri.
25
5. Multiplicity kelas
Multiplicity memberikan gambaran ebuah instant yang akan ditampung dalam
kelas. Misalnya, dalam kelas pegawai, kita mungkin mempunyai beberapa instant,
satu untuk Ani, satu untuk Ina, satu untuk Nana dan seterusnya. Sehingga
Multiplicity untuk kelas pegawai diset n. Pada kelas control, Multiplicity diset 1,
karena pada saat aplikasi berjalan hanya satu kelas, beberapa jenis Multiplicity
kelas.
c. Atribut
Atribut memberikan informasi lebih rinci tentang jenis entitas. Atribut
memiliki struktur internal berupa tipe data.
2.5 Pengujian
Pengujian adalah proses yang bertujuan untuk memastikan apakah semua
fungsi sistem bekerja dengan baik dan mencari kesalahan yang mungkin terjadi
pada sistem.
Tujuan dari pengujian adalah untuk mendeteksi:
a. Kesalahan bahasa (language error), kesalahan yang diakibatkan oleh penulisan
dalam penulisan sintaks.
b. Kesalahan waktu proses (runtime error), kesalahan yang terjadi ketika
program dijalankan. Kesalahan ini akan menyebabkan proses program terhenti
sebelum waktunya untuk berhenti.
c. Kesalahan logika (logical error), kesalahan yang disebabkan oleh
logikaprogram yang dibuat. Kesalahan ini sulit ditemukan karena tidak ada
pemberitahuan letak kesalahannya.
2.5.1 Pengujian White Box
White box testing adalah pengujian yang didasarkan pada pengecekan
terhadap detail perancangan, menggunakan struktur kontrol dari desain program
secara procedural untuk membagi pengujian ke dalam beberapa kasus
pengujian. Secara sekilas dapat diambil kesimpulan white box testing
merupakan petunjuk untuk mendapatkan program yang benar secara 100%.
Sistem akan
menolak akses
Mengosongkan login dan
semua isian data Nama: - menampilkan
1 Sesuai
login, lalu langsung Kata sandi: pesan “Mohon Valid
. harapan
mengklik tombol - isi dulu nama
‘Masuk’. admin dan kata
sandi”
Sistem akan
Hanya mengisi data menolak akses
nama admin dan Nama: login dan
mengosongkan
2 admin menampilkan Sesuai
Valid
. data kata sandi, lalu Kata sandi: pesan “Mohon harapan
langsung mengklik - isi dulu salah
tombol ‘Masuk’. satu data yang
masih kosong”
30
Sistem akan
Hanya mengisi data
menolak akses
kata sandi dan
login dan
mengosongkan Nama: -
3 menampilkan Sesuai
data nama admin, Kata sandi: Valid
. pesan “Mohon harapan
lalu langsung 123
isi dulu salah
mengklik tombol
satu data yang
‘Masuk’.
masih kosong”
Sistem akan
menolak akses
login dan
Menginputkan
menampilkan
dengan kondisi Nama:
pesan “Nama
salah satu data mimin
4 pengguna atau Sesuai
benar dan satu lagi (salah). Valid
. kata sandi harapan
salah, lalu langsung Kata sandi:
salah! Silakan
mengklik tombol 123 (benar).
ulangi dengan
‘Masuk’.
data yang
benar”
Sistem akan
menolak akses
Menginputkan
login dan
sintaks SQL Nama: ‘ OR
menampilkan
Injection
5 pada ’1′=’1 Sesuai
pesan “Nama Valid
. kedua data login, Kata sandi: harapan
pengguna atau
lalu mengklik ‘ OR ’1′=’1
kata sandi
tombol ‘Masuk’.
salah! Silakan
ulangi dengan
31
data yang
benar”
Sistem
menerima
Menginputkan data Nama: akses login dan
login
6 yang benar, admin kemudian Sesuai
Valid
. lalu mengklik Kata sandi: langsung harapan
tombol ‘Masuk’. 123 menampilkan
form
pakar/admin.
2.7 Eclipse
Para developer Android menggunakan Eclipse sebagai Integrated
Development Environment (IDE). IDE merupakan program komputer yang
memiliki beberapa fasilitas yang diperlukan dalam proses pembangunan
perangkat lunak. Eclipse merupakan IDE terpopuler dikalangan
developerAndroid, karena Eclipse memiliki Android plug-in yang lengkap untuk
mengembangkan aplikasi Android. Eclipse dapat digunakan secara bebas untuk
merancang dan mengembangkan sebuah aplikasi Android. Eclipse juga mendapat
dukungan langsung dari Google untuk menjadi IDE pengembangan Android,
membuat projek Android dimana source software langsung dari situs resminya
Google, misalnya membuat sebuah aplikasi GIS yang menggunakan API Google.
(ed. Suryawibawa 2014, hh. 30-31)
2.8 Android
Sub bab ini akan menjelaskan teori mengenai pengertian Android, versi
Android, keunggulan Android, dan komponen Android:
2.8.1 Sistem Operasi Android
Android adalah sistem operasi untuk smartphone yang berbasis Linux.
Android bersifat open platform bagi para developer sehingga dapat
menciptakan aplikasi mereka sendiri yang akan ditanamkan pada sistem
operasi Android.
Android dirilis pertama kali pada tanggal 5 November 2007, Android
bersama Open Handset Alliance menyatakan mendukung pengembangan
standar terbuka pada perangkat seluler. Google juga merilis kode–kode
Android di bawah lisensi Apache, sebuah lisensi perangkat lunak dan standar
terbuka perangkat seluler. Sistem operasi Android memiliki 2 jenis distributor,
33
pertama yang mendapat dukungan penuh dari Google atau Google Mail
Services (GMS) dan kedua adalah yang benar-benar bebas distribusinya tanpa
dukungan langsung Google atau dikenal sebagai Open Handset Distribution
(OHD). Fitur dan spesifikasi terkini dari sistem operasi Android adalah
framework aplikasi, dalvik virtual machine, browser terintegrasi, grafik yang
dioptimasi, SQLLite, media support, telepon GSM, Bluetooth, EDGE, 3G,
WIFI, GPS, kompas, dan lingkungan pengembangan yang sangat kaya.
Perangkat selular memiliki berbagai macam sistem operasi, diantaranya
sistem operasi Mobile Linux, Microsoft Windsos Mobile, iPhone, Symbian,
dan sistem operasi lainnya yang ada di awal produksi sistem operasi, namun
diantara sistem operasi yang ada belum mendukung standar dan penerbitan API
yang dapat dimanfaatkan secara keseluruhan dan dengan biaya yang murah.
Tahun 2005, Google mengakuisisi perusahaan Android Inc, untuk
memulai pengembangan platform Android. Tahun 2007, sekelompok
pemimpin industri bersama-sama membentuk aliansi perangkat open source.
Tujuan aliansi ini adalah untuk berinovasi dengan cepat untuk memenuhi
kebutuhan para konsumen dengan lebih baik, dengan produk awal yang
diluncurkan adalah sistem operasi Android. Android dirancang untuk melayani
kebutuhan operator telekomunikasi,manufaktur handset, dan para developer
aplikasi. Perkembangan Android versi 1.6 berhasil untuk diluncurkan dan
memiliki tanggapan yang baik dari konsumen, sehingga OHA berkomitmen
untuk membuat Android open source dengan lisensi Apache versi 2.0.
Android pertama kali diluncurkan padaNovember 2007 dan
smartphonepertama yang menggunakan sistem operasi Android adalah T-
Mobile. Tahun 2014 sistem operasi Android sudah memiliki beberapa versi
yang telah diluncurkan, diantaranya versi 1.5 dirilis pada 30 April 2009 diberi
nama Cupcake, versi 1.6 dirilis pada 15 September 2009 diberi nama Donut,
dan versi 2.0 dirilis pada 26 Oktober 2009 diberi nama Éclair, Android versi
2.2 (Froyo: Frozen Yoghurt), Android versi 2.3 (Gingerbread), Android versi
3.0/3.1 (Honeycomb), Android versi 4.0 (ICS: Ice Cream Sandwich), Android
versi 4.1 (Jelly Bean), dan versi terbaru Android versi 4.4 (Kitkat).
(ed.Suryawibawa 2014, hh. 28-30)
34
Edition, Linux Mobile (LiM0) dan lainnya. Android adalah yang pertama
menggabungkan hal seperti berikut:
a. Open Source, pada developer memiliki kebebasan dalam pengembangan
aplikasi Android tanpa dikenakan biaya terhadap sistem. Para
developermenyukai hal ini karena dapat membangun platform yang sesuai
keinginkan tanpa harus memikirkan pengeluaran dalam bentuk biaya royalti.
Para developer software menyukai Android karena dapat digunakan di
perangkat manapun dan tanpa terikat oleh segala vendor, ha ini dikarenakan
seluruh vendor dapat mengembangkan atau menerapkan sistem operasi
Android.
b. Arsitektur komponen dasar Android terinspirasi dari teknologi internet
Mash-up. Bagian dalam dari sebuah aplikasi dapat digunakan oleh aplikasi
lainnya, bahkan dapat diganti dengan mengunakan komponen lain yang
sesuai dengan aplikasi yang akan dikembangkan.
c. Memiliki dukungan service yang luas, sistem operasi Android memiliki
berbagai macam layanan baik untuk para developer maupun user biasa,
karena Android mendukung beberapa aplikasi seperti database SQL,
penggunaan layanan pencarian lokasi, browser dan penggunaan peta.
d. Portabilitas, aplikasi yang tertanam pada sistem operasi Android dapat
digunakan pada perangkat saat ini maupun yang akan datang. Sistem operasi
Android dirancang menggunakan bahasa pemrograman Java dan dieksekusi
oleh mesin virtual Dalvik, sehingga kode program portabel antara ARM,
X86 dan arsitektur lainnya. Dukungan input-an seperti penggunaan layar
sentuh, resolusi layar, keyboard, dan trackball dapat disesuaikan dengan
program.
e. Siklus hidup aplikasi diatur secara otomatis, setiap program terjaga antara
satu sama lain oleh berbagai lapisan keamanan, sehingga kerja sistem
menjadi lebih stabil. Pengguna tak perlu cemas dalam menggunakan
aplikasi pada perangkat yang memori nya terbatas.
f. Memiliki grafis terbaik, dengan adanya dukungan 2D grafis dan animasi 3D
menggunakan OpenGL, memungkinkan para developer untuk membuat
sebuah aplikasi maupun gam e yang berbeda. (ed.Agustina 2012).
36