BAB I
LATAR BELAKANG
Setelah upaya memanfaatkan potensi sungai asahan yang mengalir dari Danau
Toba di Provinsi Sumatera Utara untuk menghasilkan tenaga listrik mengalami kegagalan
pada masa Pemerintahan Hindia Belanda, Pemerintah Republik Indonesia bertekad
mewujudkan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di sungai tersebut.
Tekat ini semakin kuat ketika tahun 1972 pemerintah menerima dari Nippon
Koei, sebuah perusahaan konsultan Jepang laporan tentang study kelayakan proyek
PLTA dan Aluminium Asahan, laporan tersebut menyatakan bahwa PLTA layak untuk
dibangun dengan sebuah peleburan aluminium sebagai pemakai utama dari listrik yang
dihasilkanya.
Pada tanggal 7 juli 1975 di tokyo, setelah melalui perundingan-perundingan yang
panjang dan dengan bantuan ekonomi dari Pemerintah Jepang untuk proyek ini,
pemerintah Republik Indonesia dan 12 perusahaan penanaman modal Jepang
menandatangani Perjanjian Induk untuk PLTA dan Pabrik Peleburan Aluminium Asahan
yang kemudian dikenal dengan sebutan Proyek Asahan. Kedua Belas Perusahaan
Penanaman Modal Jepang tersebut adalah Sumitomo Chemical Company Ltd., Sumitomo
Shoji Kaisha Ltd. Nippon Light Metal Company Ltd., C Itoh & Co., Ltd., Nisso Iwai Co.,
Ltd., Nichimen Co., Ltd., Showa Denko K.K., Marubeni Corporation, Mitsubishi
Chemical Industries Ltd., Mitsubishi Corporation, Mitsui Aluminium Co., Ltd., Mitsui &
Co., Ltd.
Selanjutnya untuk penyerahan modal pada perusahaan yang akan didirikan di
Jakarta Kedua Belas Perusahaan Penanaman Modal tersebut bersama Pemerintah Jepang
membentuk sebuah nama Nippon Asahan Aluminium Co, Ltd (NAA) yang
berkedudukan di Tokyo pada tanggal 25 Nopember 1975.
1
Modul Pelatihan OJT Reduksi
Pada tanggal 6 Januari 1976, PT. Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), sebuah
perusahaan kerja sama antara Pemerintah Republik Indonesia dan didirikan di Jakarta.
Inalum adalah perusahaan yang membangun dan mengoperasikan Proyek Asahan, sesuai
dengan Master Agreement. Perbandingan saham saat itu antara Pemerintah Republik
Indonesia dengan Nippon Asahan Aluminium Co., Ltd, pada saat perusahaan didirika
adalah 10% dengan 90%. Pada bulan Oktober 1978 perbandingan tersebut menjadi 25%
dengan 75% dan sejak Juni 1987 menjadi 41,13% dengan 58,87%. Dan sejak 10 Februari
1998 menjadi 41,12% dengan 58,88%.
Untuk melaksanakan ketentuan dalam Master Agreement, Pemerintah Indonesia
mengeluarkan SK Presiden No.5/1976 yang melandasi terbentuknya Otorita
Pengembangan Proyek Asahan sebagai wakil Pemerintahan yang bertanggung jawab atas
lancarnya pembangunan dan pengembangan Proyek Asahan. Inalum dapat dicatat sebagai
pelopor dan perusahaan pertama di Indonesia yang bergerak dalam bidang Industri
Peleburan aluminium dengan investasi sebesar 411 milyar Yen.
Secara de facto, perubahan status Inalum dari PMA menjadi BUMN terjadi pada
1 November 2013 sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam perjanjian induk.
Pemutusan kontrak antara Pemerintah Indonesia dengan Konsorsium Perusahaan asal
Jepang berlangsung pada 9 Desember 2013, dan secara de jure inalum resmi menjadi
BUMN pada 19 Desember 2013 setelah Pemerintah Indonesia mengambil alih saham
yang dimiliki pihak konsorsium. PT Inalum (Persero) resmi menjadi BUMN ke-141 pada
21 April 2014 sesua dengan Peraturan Pemerintah No.26 tahun 2014.
2
Modul Pelatihan OJT Reduksi
2. MISI
a. Menjalankan Operasi Peleburan Aluminium terpadu yang menguntungkan,
aman dan ramah lingkungan untuk meningkatkan nilai bagi pemnagku
kepentingan.
b. Memberikan sumbangsih kepada pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional
melalui kegiatan operasional dan pengembangan usaha berkesinambungan.
c. Berpartisipasi dalam memberdayakan masyarakyat dan linkungan sekitar
melalui program CSR dan PKBL yang tepat sasaran.
d. Meningkatkan kompetensi SDM secara terencana dan bekesinambungan untuk
kelancaran operasional dan pengembangan industri aluminium.
3. NILAI “PROSPEKTIF”
a. Profesional : kami bekerja secara profesional dengan menerapkan praktik
bisnis terbaik.
b. Pengembangan : Kami tumbuh menjadi besar melalui pengembangan yang
berkesinambungan.
c. Kerjasama : Kami tangguh melampaui harapan melalui kerjasama yang sinergi
d. Tanggung jawab : Kami bertanggungjawab untuk memberikan kontribusi
terbaik.
e. Integritas : Kami menjalankan bisnis dengan integritas.
f. Faedah : Kami berusaha menjalankan bisnis yang menguntungkan untuk
kesejahteraan.
3
Modul Pelatihan OJT Reduksi
BAB II
OPERASI DI DEPARTEMENT
SMELTER REDUCTION AND CASTING PROSES
Sejak tanggal 1 April 2005 Smelter Reduction Department (SRD) berubah nama
menjadi Smelter Reduction and Casting Department (SRC). SRC merupakan departemen
yang menangani proses peleburan alumina menjadi aluminium cair di gedung Reduksi
(Reduction Plant) dan dari aluminium cair menjadi ingot di gedung Casting (Casting
Plant). SRC berada di bawah kendali Divisi Produksi, namun tugas dan tanggung jawab
yang ada di gedung reduksi ini meliputi :
1. Pengoperasian pot reduksi.
2. Pendukung pengoperasian pot, perawatan pot, gedung dan peralatan operasi reduksi.
3. Pencetakan aluminium cair menjadi ingot.
SRC dikepalai oleh seorang Senior Manager dan terdiri dari tiga seksi yang masing-
masing dikepalai oleh seorang Manager yaitu :
1. Smelter Reduction Operation (SRO)
2. Smelter Reduction Preparation (SRP)
3. Smelter Casting (SCA)
A. Seksi SRO
SRO terdiri dari 2 subseksi yaitu :
1. Pot Operasi (PL. 1, 2 dan 3 ), tugas dan tanggung jawab subseksi ini adalah :
a. Memproduksi aluminium cair dari tiap potline.
b. Mengatur kinerja dan meningkatkat performance masing-masing pot.
c. Mengontrol mutu aluminium cair di tiap potline.
d. Menjaga dan meningkatkan safety dan kondisi lingkungan kerja
4
Modul Pelatihan OJT Reduksi
2. Technical Support Operation, tugas dan tanggung jawab subseksi ini adalah:
a. Memberikan dukungan teknis ke pot operasi setiap potline
b. Operasi Start-up dan menangani perbaikan cover pot.
c. Mengukur tinggi metal, tinggi bath dan metal clear.
d. Mengukur temperatur bath
e. Mengambil sampel metal dan bath
f. Mengukur parameter untuk deteksi awal keabnormalan pot.
g. Menaikkan Anode Busbar dan menganalisa hasil dari kenaikan tersebut
h. Mengawasi dan mengontrol safety dan lingkungan kerja di lapangan.
i. Memasukkan data procom dan HRMS, korespondensi Seksi dan filling dokumen.
j. Memperbaiki hal-hal kecil fasilitas pot. Penanggulangan dan pemeriksaan
keabnormalan pot.
B. Seksi SRP
SRP terdiri dari 4 sub seksi yaitu :
1. Procom & Service, tugas dan tanggung jawab subseksi ini adalah :
a. Mengoperasikan dan meningkatkan sistem kontrol proses pot.
b. Membuat rencana produksi tahunan dan bulanan.
c. Memelihara dan menangani permasalahan sistem kontrol proses baik software
maupun peripheralnya.
d. Manajemen data dan laporan - laporan.
e. Mempersiapkan dan mendistribusikan peralatan keselamatan kerja, sanitasi, ATK,
dan kebutuhan harian karyawan dan tamu di gedung Reduksi.
f. Menangani administrasi dan korespondensi departemen dan seksi.
g. Melatih karyawan baru dan mahasiswa OJT.
h. Pengarsipan data pribadi karyawan.
i. Mengoperasikan peralatan photocopy.
j. Menyalurkan slip gaji, rembushment, dokumen khusus dan pembayaran lainnya
5
Modul Pelatihan OJT Reduksi
2. Cathode Paste/Cathode Fastening (CP/CF dan LCS), tugas dan tanggung jawab
subseksi ini adalah :
a. Mengoperasikan SBM untuk pemolesan collector bar.
b. Menangkai collector bar dan cathode block untuk selanjutnya dipasang ke pot.
c. Melaksanakan pekerjaan pot lining (bottom and sidewall) dan ramming pada
pekerjaan pot rekonstruksi..
d. Merencanakan dan mengontrol penggunaan material pot rekonstruksi dan
perbaikan dapur Casting.
e. Membuat jadwal Pot Rekonstruksi setiap bulan.
f. Membersihkan metal ladle, bath ladle dan coke ladle.
g. Pengawasan konstruksi ladel jika diperlukan
h. Merencanakan dan mengontrol material kontruksi ladel.
i. Mengatasi ladle trouble.
4. Gas Cleaning & Transportasi, tugas dan tanggung jawab subseksi ini adalah :
a. Mendistribusikan alumina ke pot di gedung reduksi
b. Mengontrol ukuran partikel alumina.
c. Mengoperasikan Dry Scrubbing System (DSS).
d. Mengoperasikan Bath Material Mixing Center (BMMC).
e. Mendistribusikan anoda ke SRO.
6
Modul Pelatihan OJT Reduksi
f. Memasok campuran alumina dan return crust ke pot hopper, soda abu, kriolit dan
aluminium florida.
g. Membersihkan limbah material untuk didaur ulang (recycle).
7
Modul Pelatihan OJT Reduksi
alumina dan dibersihkan lalu dibuang melalui cerobong gas cleaning system. Aluminium
cair (molten) yang dihasilkan pada tungku kemudian dibawa ke Casting Shop
menggunakan Metal Transport Car (MTC). Di casting shop aluminium cair dimasukkan
ke holding furnace, lalu dituang ke casting machine untuk dicetak menjadi ingot
aluminium dengan berat masing-masing ingot berkisar 22,7 kg (50 lbs).
8
Modul Pelatihan OJT Reduksi
Pada proses kalsinasi akan dihasilkan jenis alumina sandy jika operasi
berlangsung pada temperatur rendah dan jenis alumina floury untuk operasi pada
temperatur tinggi. PT. INALUM tidak menghasilkan alumina sendiri tetapi
diperoleh dari negara lain terutama dari Australia.
Spesifikasi alumina yang diperlukan untuk peleburan aluminium seperti pada
tabel 2.1.
2. Anoda Karbon
Anoda karbon berfungsi sebagai reduktor dalam proses elektrolisis alumina.
Anoda karbon diproduksi pada pabrik karbon (carbon plant). Komposisi karbon
terdiri dari 60% kokas minyak, 15% hard pitch, dan 20% butt (puntung anoda).
Sifat-sifat anoda karbon yang dipakai adalah sebagai berikut:
1. Tahan terhadap perubahan panas (heat shock) sehingga sulit retak saat
beroperasi pada temperatur tinggi.
2. Angka muai panas yang rendah agar anoda sulit terlepas dari tangkai anoda
pada temperatur tinggi.
3. Konduktivitas panas tinggi agar segera mencapai temperatur tinggi pada
proses pemanasan (baking).
9
Modul Pelatihan OJT Reduksi
10
Modul Pelatihan OJT Reduksi
11
Modul Pelatihan OJT Reduksi
12
Modul Pelatihan OJT Reduksi
bath Anode
Side block
Molten alumunium
Cathode bar
Cathode Block
13
Modul Pelatihan OJT Reduksi
1. Baking (Preheating)
Baking adalah pemanasan permukaan blok katoda secara bertahap, tujuannya
menghindari thermal shock yang mungkin terjadi bila pot yang masih dingin tiba-
tiba dioperasikan pada temperatur tinggi. Secara umum ada dua metoda proses
baking yang digunakan saat ini, yaitu :
a. Reduction Cell Electrical Bake-out atau Resistance Preheating atau Coke Bed
Preheating
Dalam prosesnya, metoda ini diterapkan terhadap pot yang telah
direkonstruksi sebagian atau penuh (partial or full reconstruction) tanpa ada
sisa bath dan metal beku di dalam pot tersebut. Pemanggangan dilakukan
dengan menggunakan arus listrik dan shunt resistor dan berlangsung sampai
distribusi temperatur pada permukaan katoda mencapai ± 800-900 oC (±
selama 72 jam, tergantung dimensi pot dan kuat arus yang dipakai). Selain itu
metoda ini juga menggunakan coke (kokas) sebagai media penghantar
arus/panas dari anoda ke katoda dan sebagai isolasi terhadap oksidasi.
b. Reduction Cell Fuel Bake-out atau Fuel Fired Baking atau Thermal
Preheating
Metoda kedua ini adalah metoda baking yang menggunakan minyak atau gas
LPG sebagai bahan bakar dan dilengkapi dengan burner (semacam nozzle
untuk menginjeksikan nyala api/panas ke dalam pot). Gas Baking System
termasuk ke dalam kelompok metoda ini dan menggunakan gas LPG sebagai
bahan bakar di dalam prosesnya.
14
Modul Pelatihan OJT Reduksi
hasilnya cukup memuaskan apabila ditinjau dari segi distribusi temperatur pada
permukaan lining pot.
PT INALUM dari awal pengoperasiannya menggunakan metoda electric baking
untuk proses pemanggangan pot. Sejak tanggal 23~26 April 2002 dilakukan uji
coba metoda gas baking dengan hasil yang cukup memuaskan. Hingga saat ini,
PT INALUM menggunakan electric dan gas baking system untuk pemanggangan
pot. Pemilihan metoda baking tergantung pada ketersediaan energi listrik dan
LPG. Gas baking system yang dilakukan PT INALUM saat ini bertujuan untuk
mempersiapkan suatu sistem restart up pot cut-out (menghidupkan kembali pot
yang sudah mati) yang cepat, aman, dan biaya rendah dalam mengantisipasi
gangguan terhadap arus listrik untuk jangka waktu yang lama, dimana sejumlah
besar pot harus di-cut-out (dimatikan).
2. Start-up
Setelah operasi baking yang berlangsung selama 72 jam (3 hari) atau pada akhir
masa operasi baking, temperatur blok katoda sekitar 750 0C dan siap untuk start-
up. Metode start-up dibagi atas dua bagian beradasarkan jenis pemanggangan
awal (preheating) pot, yaitu:
a) Metode Start up untuk Gas Baking
1. Gas LPG dimatikan kemudian burner yang ada di dalam pot dikeluarkan.
2. Cover yang ada disekeliling pot dibuka, kemudian arus diturunkan sampai
130 KA.
3. Serbuk kriolit ditaburkan di sekeliling dinding pot, hal ini dilakukan agar
panas tidak banyak yang hilang.
4. Dimasukkan bath cair (ladle pertama dan kedua) sebanyak ± 10 ton
kemudian Pasak Hubung Singkat (PHS) dicabut, diatur posisi busbar
anoda sehingga terjadi funken atau Anode Effect (AE) dan arus dinaikkan
kembali hingga normal.
5. Dimasukkan alumina ke dalam pot.
15
Modul Pelatihan OJT Reduksi
16
Modul Pelatihan OJT Reduksi
3. Transisi
Transisi adalah masa peralihan dari start-up menuju operasi normal. Selama
transisi, komposisi bath, tinggi metal dan tinggi bath, harus dijaga sesuai dengan
standarnya. Pada masa transisi ini, terjadi pembentukan kerak samping yang
berguna sebagai pelindung dinding samping dari serangan bath yang korosif. Pada
akhir masa transisi, heat balance di dalam pot diharapkan sudah stabil. Meskipun
masa transisi hanya berlangsung 35 hari pengaruhnya terhadap umur dan
kestabilan pot cukup besar.
4. Operasi Normal
Saat memasuki operasi normal kondisi pot diharapkan sudah stabil. Pekerjaan-
pekerjaan utama yang biasa dilakukan antara lain:
a) Penggantian anoda dan penaikan busbar anoda.
Anoda di dalam pot berjumlah 18 buah, dengan masa pakai tiap anoda 28 hari.
Agar tegangan pot tetap stabil, penggantian anoda harus diatur, tiap harinya 1
anoda yang boleh diganti. Untuk anoda pojok (A, H dan J atau 18, 1 dan 9), 1
hari berikutnya tidak ada penggantian anoda.
Busbar anoda adalah batangan aluminium penghantar listrik, tempat
menjepitkan rod anoda. Busbar anoda dapat bergerak turun naik
menggerakkan seluruh anoda. Karena dilakukan metal tapping setiap 4 shift,
maka busbar anoda akan turun. Secara berkala (± 14 hari sekali) busbar anoda
17
Modul Pelatihan OJT Reduksi
harus dinaikkan pada posisinya semula. Pada saat ini penggantian anoda dan
penaikan busbar ini dilakukan dengan bantuan ACC.
10 11 12 13 14 15 16 17 18
Q C E G I K M O A
D T
H L N P R B D F J
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Gambar 2.2. Nomor Anoda Dari Tap ke Duct
Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Anoda A - B C D E - F G - H - I -
Hari 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Anoda J - K L M N - O P - Q - R -
c) Pemasukan material
AlF3 merupakan aditif yang dimasukkan setiap hari, untuk mengimbangi
penguapan gas fluorida dan menjaga komposisi bath tetap stabil. Fungsi
utamanya menurunkan temperatur liquidus bath, sehingga pot bisa
18
Modul Pelatihan OJT Reduksi
f) Pengukuran parameter
1. Pengukuran tinggi bath (s) dan tinggi metal (m) dan metal clear (mc)
Tinggi bath, metal dan metal clear diukur setelah pengisaman metal (metal
tapping) dan dilakukan oleh shift berikutnya.
Standar tinggi bath cair (s) rata-rata saat ini 21.5 cm. Bila tinggi bath cair
(s) ≥ 24 cm, maka bath cair (s) harus dikeluarkan (ditimba manual dengan
kereta bath) dan sebaliknya bila tinggi tinggi bath cair (s) ≤ 17 cm,
masukkan bath cair.
Sedangkan untuk standar tinggi metal cair (m) saat ini adalah 25 cm.
2. Pengukuran keasaman bath dan kandungan CaF2.
Keasaman bath dinyatakan dengan kelebihan kandungan AlF3 di dalam
bath, satuannya persen AlF3. Untuk CaF2 satuannya persen CaF2.
Pengukuran kedua parameter ini dilakukan dua kali per minggu.
3. Pengukuran kemurnian metal (kadar silica dan Fe)
Pengukuran kemurnian metal setiap pot dilakukan dua kali per minggu.
Sedangkan untuk metal yang akan ditapping, kemurnian metal dihitung di
bagian casting sebagai TPM (Total Produk Managemen) untuk setiap pot.
19
Modul Pelatihan OJT Reduksi
20
Modul Pelatihan OJT Reduksi
Potensial listrik 1,53 volt pada suhu operasi. Gas HF juga dapat terbentuk melalui
reaksi:
HF
AlF3 Al203
AlF3
21
Modul Pelatihan OJT Reduksi
Reaksi Anodik
Dalam proses elektrolisis reaksi yang dapat terjadi pada anoda adalah:
Jika potensial sel elektrolisis lebih besar dari 1,02 volt maka reaksi yang dapat
terjadi adalah:
Reaksi Katodik
Reaksi yang dapat terjadi di sekitar katoda adalah dekomposisi ion AlF4- dari
kriolit menjadi ion Al3+ dan F- :
AlF4- Al3+ + 4F-
reaksi Al3+ ;
Al3+ + 3 e Al (l)
22
Modul Pelatihan OJT Reduksi
Reaksi ini berlangsung pada temperatur sekitar 977C, beda potensial 1,18 volt.
Mekanisme reaksi yang paling sering terjadi adalah reduksi Al2O3 secara
langsung dengan reaksi :
Reaksi di atas adalah reaksi utama, reaksi ini tidak mengabaikan fakta bahwa Na
mengendap pada katoda.
Al3+
Gaya Magnetik
Adanya arus searah dan medan magnetik yang timbul oleh susunan pot akan
menimbulkan gaya magnetik. Gaya magnetik tersebut akan menimbulkan pergerakan dan
konversi aluminium cair di dalam pot.
23
Modul Pelatihan OJT Reduksi
(gaya magnetik)
F B (medan magnetik)
kerak
I (arus listrik)
arus
Blok katoda
Intensitas gaya magnetik ditentukan oleh distribusi metal pada katoda dan
komponen arus horizontal pada katoda. Untuk menghilangkan komponen arus horizontal
adalah dengan membuat kerak samping.
Gambar 2.6 Pengaruh kerak samping pada arah aliran arus (a) tanpa kerak samping
(b) dengan kerak samping
24
Modul Pelatihan OJT Reduksi
Temperatur operasi yang tinggi mempercepat laju reaksi kabut metal dengan
CO2 :
2Al + 3 CO2 → Al2O3 + 3 CO.
Hal ini menurunkan viskositas bath dan meningkatkan turbulensi aliran bath.
2. Jika sel dioperasikan pada jarak interpolar yang dekat maka transfer kabut
metal dari katoda ke anoda meningkat.
3. Komposisi bath
Elektrolit yang banyak mengandung sodium fluorida akan meningkatkan CE
karena bath seperti ini biasanya mengandung AlF3, LiF, MgF2 dan CaF2
adalah aditif yang dapat menaikkan CE. Konsentrasi AlF3 yang kecil pada
bath akan menurunkan CE.
4. Rapat arus (current density)
Rapat arus yang tinggi akan menaikkan CE, karena kuantitas metal
(aluminium) hilang yang terlarut ke bath tidak meningkat secara proporsional
terhadap rapat arus. Persamaan empirik untuk menghitung efisiensi arus
adalah :
=k d .m
; dengan : = efisiensi arus (%)
m = jarak anoda - katoda (cm)
d = rapat arus (A/cm2)
k = konstanta
k = 0,698 : bath kelebihan AlF3
0,550 : bath netral AlF3 bath
0,388 : bath kelebihan NaF
Konsumsi Energi
Proses elektrolisis ini mengikuti hukum Faraday, yaitu 96.500 coulomb
menghasilkan 9 gram aluminium.
Produksi aluminium mengikuti persamaan :
25
Modul Pelatihan OJT Reduksi
P = 0,3354 . I . .10-5
dengan P = produksi aluminium (kg)
I = arus listrik (A)
H = waktu (jam)
= efisiensi arus (%)
W = I . V . H . 10-3
dengan W = energi yang dibutuhkan (kWh)
V = voltase operasi pot (volt)
26
Modul Pelatihan OJT Reduksi
Anoda
Kejadian seperti ini disebut dengan efek anoda yaitu terhambatnya aliran arus dari
anoda ke katoda. Efek anoda (funken) akan mengakibatkan peningkatan tegangan
permukaan pada anoda atau lapisan elektrolit berada pada kerapatan arus kritis. Selain itu
kekentalan juga mempengaruhi terjadinya efek anoda karena gelembung gas pada anoda
sulit bergerak ke luar. Kekentalan yang tinggi terjadi karena rendahnya temperatur
operasi.
Kondisi pot bersifat dinamis dan bisa berubah setiap saat karena dipengarui oleh
beberapa faktor, diantaranya; temperatur, keasaman bath, tegangan pot, jarak anoda-
katoda (Anode-Chatode Distance), tinggi metal dan bath dalam pot maka dibuatlah
sistem agar pot stabil. Juga, agar pot dapat dianalisa dan diprediksi keadaannya
diperlukan sistem pencatatan. Oleh karenanya dibuatlah sistem kontrol proses yang
disebut dengan ‘Process Computer (Procom)’.
27
Modul Pelatihan OJT Reduksi
INALUM LAN
LEVEL-1 Network
PL-1 PCU (88 units) PL-2 PCU (88 units) PL-3 PCU (88 units) Simulator PCU (1 unit)
28
Modul Pelatihan OJT Reduksi
a. Kendali voltase
Voltase pot yang didapat dari sensor voltase secara matematis dianalisa dan
dievaluasi dengan memperhitungkan kondisi pot untuk menghasilkan tindakan
terhadap pot antara lain:
1) Kendali jarak anoda-katoda atau ACD (Anode-Cathode Distance),
menggerakkan beam untuk menjaga voltase tetap di dalm control band di
sekitar set point voltase yang ditentukan lewat parameter. Lebar control
band diset cukup lebar untuk menghindari variasi kecil konduktivitas bath
yang menyebabkan perubahan posisi beam yang tidak diinginkan.
2) Deteksi dan koreksi gangguan (noise), noise pot dapat dideteksi
berdasarkan ketidak stabilan voltase pot. Ketika voltase melampaui nilai
yang ditentukan, PCU berusaha menjaga efisiensi arus dan menstabilkan
pot dengan menaikkan set pot voltase kendali ACD berdasarkan nilai yang
terkait noise. Proses ini berulang hingga nilai koreksi maksimum tercapai.
Situasi noise dan koreksi maksimum noise akan memicu alarm.
3) Pengontrolan pengambilan metal, voltase pada saat proses pengambilan
metal dipantau dan dijaga agar voltase pot berada di dalam control band
voltase pengambilan metal. Ketika jumlah metal yang ditentukan telah
berhasil diambil PCU akan memberikan sinyal untuk operator akan
menghentikan proses pengambilan metal.
4) Penentuan konsentasi alumina: mendeteksi kenaikan pseudo-resistance
karakteristik yang terjadi seiring penurunan konsentrasi alumina dan
mengirimkan informasi kepada sistem kendali pemasukan alumina.
b. Kendali Pemasukan Alumina
Setelah menentukan kebutuhan alumina berdasarkan berbagai parameter,
seperti Anode Effect, konduktifitas, penggantian anode, perubahan arus dan
lan-lain, PCU akan menggerakkan mtor untuk membuka gate alumina yang
ada disetiap pot.
c. Anode Effect
PCU mendeteksi awal dan akhir dari AE, ‘Anode Effect’ atau disebut juga
dengan funken, menghitung durasi maksimum voltase AE dan energi yang
29
Modul Pelatihan OJT Reduksi
30
Modul Pelatihan OJT Reduksi
31
Modul Pelatihan OJT Reduksi
Perangkat Keras
Level-1: Pot Control Unit (PCU) atau Bluebox. Spesifikasi umum dari PCU antara
lain:
1. Mikrokontroler: Motorola MC68360 (25 MHz)
2. Memory: 2 x 2 MB Flash ROM + 2 x 2 MB SRAM + 2 x 64 KB FRAM
3. Digital Input: 24 kanal
4. Digital Output: 24 kanal
5. Analog Input: 3 kanal (1 untuk voltase dan 2 untuk posisi beam)
6. Frequency Input: 1 kanal
7. Antarmuka komunikasi: RS-485 dengan protokol BITBUS
32
Modul Pelatihan OJT Reduksi
Level-2: Server yang digunakan untuk Sistem Supervisi adalah sistem cluster berbasis
Intel Itanium dan platform OpenVMS. Adapun spesifikasi secara umum adalah:
1. Anggota Cluster: 2 unit server identik
2. Mode Cluster: Fail-Over (saling menggantikan apabila salah satu mengalami
kegagalan operasi)
3. Penyimpanan Jaringan: HP MSA 1000 / Kapasitas terpasang: 4 x 36 GB (2 x
RAID 0, saling menggantikan jika salah satu gagal)
Server:
1. Merek / Model Server : HP / Integrity rx2620
2. Mikroprosesor: Intel Itanium 1x 1.66 GHz
3. Memori: 2 GB
4. Hard Disk: 1 x 36 GB SCSI
5. Antar-muka jaringan: 1 x Dual Gigabit Ethernet
6. Tape Backup : 1 x SDLT
7. Sistem Operasi: OpenVMS 8.3
8. Bahasa pemrograman: FORTRAN, C
33
Modul Pelatihan OJT Reduksi
Workstation:
1. Merek / Model Server : HP Compaq / DC7700
2. Mikroprosesor: 1 x Intel Core 2 Duo E6600 2.4 GHz
3. Memori: 2 GB
4. Hard Disk: 1 x 250 GB SATA
5. Antar-muka jaringan: 1 x Dual Gigabit Ethernet
6. Sistem Operasi: Windows XP
7. Aplikasi Perkantoran: MS Office 2007 Basic
34
Modul Pelatihan OJT Reduksi
Perangkat Periferal
Selain ketiga perangkat utama, terdapat perangkat-perangkat peripheral yang
mendukung operasi dan kendali proses:
1. Data logger: merupakan alat perekam data genggam (handheld) yang
digunakan oleh personil yang mengukur Bath Temperature dan ketinggian
metal. Alat ini berada di setiap stasiun dan kantor Reduksi.
35
Modul Pelatihan OJT Reduksi
36
Modul Pelatihan OJT Reduksi
II.7. TRANSPORTASI
37
Modul Pelatihan OJT Reduksi
3. Rand crust yaitu kerak yang berasal dari sisi samping pot yang jatuh saat
penggantian anoda dan kerak yang berasal dari pembongkaran pot. Rand
crust dikumpul dan dikirim ke Rodding untuk di crushing dan dikembalikan
ke pot dalam bentuk return crust melalui belt conveyor masuk silo S-53.
4. Fallen anode yaitu sompelan (pecahan) anoda yang dikeluarkan dari pot
saat penggantian anoda. Fallen anode dan carbon dust dikumpulkan untuk
diminta pembuangannya melalui seksi SMB.
5. Ladle dross yaitu kerak yang masih mengandung metal aluminium dari hasil
pembersihan ladel. Sebelumnya dipisahkan antara dross dan metal beku.
Dross yang telah dibersihkan dikumpulkan LCS lalu diambil oleh TRP
untuk dibawa ke Rodding sebagai bahan campuran return crust.
6. Debu alumina yaitu debu yang disapu dan dikumpulkan oleh sweeper car
dari lantai Gedung Reduksi diangkut untuk dimasukkan ke dalam pot.
II.8. MAINTENANCE
Fungsi maintenance di dalam SRD ditangani oleh SRP dengan tugas pokok :
1. Sebagai pintu/jembatan hubungan dengan seksi lain seperti SMT, SMO, SSW,
SWH, SMP, dll.
2. Mengontrol dan menyediakan peralatan yang handal untuk keperluan operasi
setiap waktu
38
Modul Pelatihan OJT Reduksi
2. Pot Maintenance
Grup Pot Maintenance ini masih dibagi lagi menjadi bagian-bagian lain yang
mengerjakan tanggungjawab khusus, antara lain :
a. Pot Maintenance
Tugasnya antara lain:
1) Mengkoordinasikan perbaikan pot dengan seksi terkait seperti SRO
dan SMT.
2) Mensuplai peralatan operasi sesuai kebutuhan, biasanya 1x dalam
seminggu.
3) Pengiriman alat operasi ke workshop dan mengambilnya setelah
selesai diperbaiki, biasanya 2x sebulan.
4) Membuat rencana tahunan alat-alat operasi.
b. Utility
Tugasnya antar lain :
1) Melakukan pengecekan gas LPG di tempat pemanasan ladel LP1
dan LP2 setiap minggu satu kali.
2) Melakukan manual drain terhadap udara basah
3) Merequest perbaikan gedung
c. Inventory
Tugasnya antara lain :
1) Mengatur sistem pergudangan peralatan
2) Merequest dan mengambil peralatan ke SWH.
3) Mendistribusikan peralatan di gedung reduksi.
4) Membuat laporan bulanan pemakaian peralatan di gedung reduksi
3. Vehicle Maintenance
Tugasnya antara lain :
1) Mengatur distribusi kendaraan Forklift ke masing-masing sub seksi di
gedung reduksi.
2) Melakukan perbaikan-perbaikan kecil seperti mengganti ban, mengganti
baterai.
39
Modul Pelatihan OJT Reduksi
3) Mengirim kendaraan operasi yang rusak atau ban-ban yang rusak ke SSW
dan mengambil kembali setelah selesai diperbaiki.
40
Modul Pelatihan OJT Reduksi
9. Motoruc
Motoruc berfungsi untuk membawa sampel metal serta barang-barang kecil
untuk keperluan operasi pot.
10. Mobil penyapu ( Sweeper Car / SW )
Mobil penyapu digunakan untuk membersihkan debu-debu yang tersebar
pada lantai gedung peleburan.
11. Sepeda
Kendaraan yang digunakan dari stasiun ke kantor atau sebaliknya.
41
Modul Pelatihan OJT Reduksi
42
Modul Pelatihan OJT Reduksi
43
Modul Pelatihan OJT Reduksi
secara khusus dari bahan Kao wool dan dilapisi dengan wire mesh yang
disebut fine flex. Pendinginan ini berlangsung selama 8 jam.
44
Modul Pelatihan OJT Reduksi
45
Modul Pelatihan OJT Reduksi
46
Modul Pelatihan OJT Reduksi
47
Modul Pelatihan OJT Reduksi
Tidak semua pot cut akan direkonstruksi secara keseluruhan (full repair).
Beberapa diantaranya dilakukan rekonstruksi sebagian (partial repair) dengan syarat-
syarat sebagai berikut:
a. Umur pot ≤ 2500 hari.
b. Jumlah kolektor bar yang putus ≤ 1 buah.
c. Kolektor bar cooling ≤ 1 buah.
d. Direkomendasikan oleh Manajer Pot Operasi yang bersangkutan
e. Kelengkungan maksimm 100 mm.
f. Kesompelan (tambal kolektor bar) maksimum ukuran 200x200 mm
maksimum 2 lokasi yang berbeda.
Perbaikan pot partial untuk mempersiapkan secepatnya pot cut out untuk dapat
distart up kembali tanpa mengganti lapisan brick dasar dan katoda blok. P/R partial pada
bagian katoda biasanya menggunakan bahan yang merupakan bahan hasil recycle dari
bahan yang tak terpakai dari hasil pembongkaran katoda blok yang direkonstruksi secara
total atau katoda blok yang reject. Blok yang reject atau sisa ini kemudian di hancurkan
di Rodding Plant untuk dibuat sebagai bahan menambal kerusakan yang terjadi pada
katoda blok. Sedangkan untuk firebricks, side blocks dan ramming paste yang mengalami
kerusakan kecil maka akan direkonstruksi dengan mengganti bagian yang rusak tersebut
dengan bagian yang baru.
Urutan kegiatannya adalah:
a. Setting sidewall brick.
Penggantian sidewall brick adalah pada lokasi yang rusak, akan diganti
dengan brick yang baru maupun yang bekas (kondisi masih bisa digunakan).
b. Setting rand block.
Setting rand block juga menggunakan campuran block yang baru (jika
kerusakan rand block melebihi 150 mm) dan yang bekas (kondisi masih bisa
digunakan).
c. Penempelan permukaan katoda blok (pacthing).
Permukaan katoda blok dibersihkan dahulu dari bath beku dan material
lainnya. Pada saat pembersihan dilakukan pengamatan dan terhadap tinggi
48
Modul Pelatihan OJT Reduksi
49
Modul Pelatihan OJT Reduksi
50
Modul Pelatihan OJT Reduksi
Klasifikasi jenis ladle di atas dapat dilihat pada tabel 2.5 di bawah ini :
51
Modul Pelatihan OJT Reduksi
Gas cleaning adalah fasilitas tungku reduksi yang berfungsi untuk menangkap gas
HF yang berasal dari proses elektrolisa dan mereaksikannya kembali dengan alumina
membentuk reacted alumina sebagai bahan baku utama.
52
Modul Pelatihan OJT Reduksi
53
Modul Pelatihan OJT Reduksi
BAB III
SEKSI PENUANGAN
(SMELTER CASTING SECTION – SCA)
Smelter Casting Section (SCA) merupakan seksi akhir pada proses peleburan
(smelter) aluminium. SCA berada dibawah tanggung jawab Departemen reduction and
casting. Tugas dari seksi penuangan adalah mencetak aluminium cair (molten) menjadi
aluminium batangan (ingot) yang berkualitas. Saat ini Casting plant mencetak molten
menjadi ingot sebanyak 700 ton/hari. Agar kinerja casting berjalan dengan baik, maka
diperlukan 5M yaitu: Man Power, Machine, Material, Methode and Money. Keseluruhan
bagian ini akan dibahas kecuali Money.
54
Modul Pelatihan OJT Reduksi
b. Service
Subseksi ini berperan dalam membantu kelancaran operasi pencetakan
aluminium di SCA, hal-hal tersebut meliputi:
1.) Menangani dokumen ISO dan urusan umum.
2.) Mengatur jadwal operasional di seksi SCA.
3.) Mengumpulkan, memasukkan dan menganalisa data seluruh operasi
di SCA dan Human Resources Management System (HRMS).
4.) Pengurusan hal-hal yang berkaitan dengan personalia di SCA seperti
absensi, distribusi gaji dan hal-hal terkait lainnya.
5.) Pelatihan karyawan baru dan mahasiswa kerja praktek (OJT).
55
Modul Pelatihan OJT Reduksi
56
Modul Pelatihan OJT Reduksi
57
Modul Pelatihan OJT Reduksi
Bricks yang digunakan pada dapur atau furnace memiliki kualitas yang
baik. Bricks tersebut harus memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Sifat mekanik tinggi (tahan terhadap deformasi dan temperatur yang
sangat tinggi)
2) Pemuaiannya minimal pada saat pemanasan yang tinggi.
3) Tidak mempengaruhi sifat-sifat atau kandungan aluminium itu sendiri.
b. Unit Mesin Pencetak (Casting Mechine Unit)
Mesin ini merupakan unit mesin untuk mencetak ingot dengan berat
perbatang 50lb atau 22,7 ± 1,5kg, dari tipe conveyor datar dan memakai
pendingin air tak langsung yang tujuannya untuk mencetak ingot dari
aluminium cair yang telah dituang kedalam cetakan (mould). Casting
Mechine ini terdiri atas beberapa bagian yaitu:
1) Lounder, satu unit masing-masing dapur yang berfungsi sebagai
tempat aliran aluminium cair yang dituang dari furnace.
2) Pouring device, 1 unit untuk 2 buah furnace. Pouring ini berfungsi
sebagai tempat dituangnya aluminium cair dari dapur melalui lounder
tadi.
3) Cetakan (mould), berjumlah 146 buah pada tiap 1unit Casting Mechine
yang dihubungkan satu sama lain.
4) Marking device, merupakan alat untuk memberi penomoran pada ingot
yang telah beku, nomor ini disebut dengan atau no lot.
5) Hummering device,alat ini berfungsi sebagai perenggang permukaan
antara ingot dan cetakan, agar mudah terlepas dari cetakan.
6) Returnning Roller and Ingot Pusher, berupa batangan penahan agar
ingot tidak langsung lepas dari cetakan pada saat mould berputar balik
diujung conveyor.
7) Receiving Arm, yaitu lengan penerima ingot yang dioper oleh ingot
pusher tadi yang akan dilanjutkan ke mesin penyusun.
8) Water jacket, yaitu tempat dimana air pendingin yang bersirkulasi
dibawah cetakan.
c. Mesin Penyusun (Stacking Mechine)
58
Modul Pelatihan OJT Reduksi
59
Modul Pelatihan OJT Reduksi
d. Crane
1) Crane overhead 20T
Crane overhead adalah crane yang berjalan di atas rel. Biasanya
digunakan dalam rangka perbaikan dapur dan bermacam-macam
peralatan lainnya. Pergerakan yang bisa dilakukan pengangkatan,
gerak melintang, dan gerak memanjang diperlengkapi masing-masing
oleh sebuah motor yang dikontrol dengan switch gantung dari bawah.
2) Crane hoist 10 T
Crane ini digantung pada batang propile I yang memanjang dan
digunakan untuk memiringkan (mengangkat) ladle. Gerakan
pengangkatan dan gerakan memanjang dilakukan oleh masing-masing
motor dengan pengoperasiannya dilakukan dari bawah melalui switch
gantung.
3) Crane overhead 1 T
Crane ini adalah crane memanjang overhead dan digunakan untuk
mengangkut peralatan. Setiap pergerakan pengangkatan, melintang
dan memanjang dilakukan oleh masing-masing motor dan
dioperasikan dari bawah melalui switch gantung
4) Alat pengikat ingot (Combination strapping tool atau CST)
Beberapa batang ingot 50 lb atau 22,7 ± 1,5 kg dihasilkan dari mesin
pencetak harus disusun dan dibentuk menjadi satu tumpukan sesuai
dengan ketentuan yang ada. Alat pengikat ini digunakan untuk
mengikat setiap tumpukan dari ingot dengan bantuan jib crane.
5) Mesin penimbang
a. Timbangan truk 40 T
Timbangan ini dipasang pada bagian luar dari pabrik penuangan
dan digunakan untuk menimbang truk MTC pembawa metal.
Dengan kata lain, digunakan untuk menimbang truk bersama
aluminium cair atau truk tanpa muatan. Oleh karena itu berat
cairan aluminium yang dibawa dari tungku-tungku reduksi di
pabrik peleburan ke pabrik penuangan dapat diketahui.
60
Modul Pelatihan OJT Reduksi
b. Timbangan panggung 2 T
Timbangan ini dipasang di dalam pabrik penuangan, digunakan
untuk menimbang susunan ingot 50 lb, dan bahan-bahan dasar
yang digunakan untuk keperluan pabrik penuangan
61
Modul Pelatihan OJT Reduksi
penuangan. Air yang telah dipakai pada setiap peralatan didinginkan oleh menara
pendingin dan selanjutnya dialirkan kembali keperalatan yang membutuhkannya.
Tetapi, air pendingin bekas dari LPG tidak dipakai kembali.
Air industri di alirkan ke mesin pencetak dan unit-unit hidrolik untuk dapur
pelebur dan penampung kemudian dikeluarkan kembali pada temperatur tinggi
pada fasilitas tersebut. Peralatan (perlengkapan) menara pendingin digunakan
untuk mendinginkan air panas (yang telah dipakai) kemudian disirkulasikan
kembali untuk pemakaiannya selanjutnya.
5. Forklift
Kendaraan untuk pengangkat , Ingot dross spearing, dan skimming off dross
6. MTC (metal transport car)
MTC adalah kendaraan pengangkut aluminium cair dari tungku reduksi ke seksi
penuangan.
Transport pendukung:
a. Sweeper : pembersih debu (2 unit).
b. Small Truck : pembawa sampel dan peralatan sampel (2 unit).
62
Modul Pelatihan OJT Reduksi
63
Modul Pelatihan OJT Reduksi
1) NaCl : 45 %
2) KCl : 30 %
3) Na2SiF6 : 10 %
4) NaF : 15 %
Tujuan dari pemberian flux ke dalam furnace yang telah berisi molten
adalah:
1) Untuk menarik gas-gas yang terlarut dalam molten.
2) Untuk mengikat zat-zat pengotor (impurities) yang terdapat di dalam
Furnace yang dapat membuat kualitas ingot menjadi kotor dan kusam.
Adapun fungsi dari masing-masing komponen flux adalah :
1) NaCl dan KCl berfungsi untuk menghilangkan gas-gas yang terlarut
dalam molten, khususnya H2
Reaksi : NaCl -> Na+ + Cl- , KCl -> K+ + Cl-
Didalam furnace terdapat gas H2 yang terionisasi. Ion-ion tersebut
bereaksi :
H+ + Cl- -> HCl
Na2SiF6 berfungsi untuk melepaskan molten yang
terjebak dalam gumulan atau gumpalan dross.
Reaksi : Na2SiF6 -> 2 NaF + SiF6 , 3SiF6 -> 4 AlF3 +
3Si
ALF3 larut dalam cairan aluminium.
NaF berfungsi untuk mengikat inklusi AL2O3 dalam
molten membentuk dross.
Reaksi : 2AlO3 + 4NaF -> 3NaAlO2 + NaAlF4
Al2O3 + 6NaF -> 2AlF3 + 2AlF3 + 3Na2O
b) Pengadukan (Stirring)
Pengadukan (stirring) merupakan proses pengadukan molten di dalam furnace
setelah dimasukkan flux dengan menggunakan alat pengaduk dross ( dross
scratcher).
Tujuan dari pengadukan sebagai berikut :
1) Menyempurnakan reaksi flux dengan molten
64
Modul Pelatihan OJT Reduksi
65
Modul Pelatihan OJT Reduksi
Pada proses ini digunakan flux jenis 516 dengan kandungan senyawa yang
ada didalamnya, yaitu:
a) NaNo3 : 60%
b) NaCl : 30%
c) Na2SiF6 : 10%
Adapun tujuan dari dross treatment flux adalah untuk mempertahankan
atau menaikkan temperatur dross tersebut sehingga molten yeng terikut
dalam dross tetap cair. Perbandingan antara flux dengan dross yaitu 0,11
kg flux untuk setiap ton dross yang dihasilkan.
2) Dross yang telah ditaburi dengan flux tersebut kemudian ditimbang. Hal
ini bertujuan untuk mengetahui berapa banyak dross yang diperoleh pada
saat skimming off.
3) Kemudian crucible iron yang berisikan dross dibawakan ke DPE ( Dross
Processing Equipment) dengan menggunakan forklift. Di DPE ini dross
yang ada dalam crucible iron diaduk menggunakan impeller selama lebih
kurang 4 menit. Proses pengadukan yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi
menyebabkan molten jatuh ke posisi pinggir dari cruicible iron. Kemudian
lubang pada crucible iron ditonjok dengan inside impeller kemudian
molten jatuh kebawah dan ditampung oleh cawan penampung. Pada proses
ini tidak terbentuk senyawa lain atau ikatan senyawa, tetapi hanya berupa
reaksi yang menghasilkan panas saja sehingga molten terpisah dari dross
yang sudah berupa debu.
4) Molten yang didalam cawan penampung disebut dengan recovery metal.
Pada proses peleburan selanjutnya, recovery metal ini dimasukkan
kedalam Furnace untuk dileburkan kembali selanjutnya dicetak.
5) Setelah proses di DPE, dross dibawa ke dross colling room. Di dalam
dross cooling room ini, dross disebarkan untuk didinginkan. Tujuannya
yaitu untuk mengambil material yang masih memiliki kandungan
aluminium yang disebut dengan pick up scrap. Sama halnya dengan
recovery metal, scrap juga dilebur kembali bersama-sama dengan dengan
molten didalam Furnace.
66
Modul Pelatihan OJT Reduksi
67
Modul Pelatihan OJT Reduksi
1. Operasi pencetakan
Aluminium yang telah melalui proses analisa Fe (TPM) dari SQA harus
dipastikan sesuai dengan schedule yang dibuat, dan jika terjadi kenaikan Fe 0,10
maka harus dilakukan emergency. Sebelum dilakukan penuangan dan pencetakan
maka harus dipastikan dulu temperatur actual 720oC supaya kemungkinan trouble
ingot lengket dapat diperkecil. Sebelum dilakukannya operasi pencetakan,
Terlebih dahulu dilakukan persiapan dan pengecekan peralatan seperti
pengecekan casting conveyor, peralatan casting, safety serta peralatan pendukung
lainnya. Sebelum peralatan digunakan harus dipanaskan dahulu dan dipastikan
terbebas dari air, karena jika air terperangkap dibawah molten maka air tersebut
akan menjadi gas bertekanan tinggi dan menimbulkan ledakan.
Setelah semua persiapan pencetakan selesai maka dapur mulai dimiringkan untuk
menuangkan molten melalui tap hole dan disalurkan oleh lounder ke pouring
device. Dari pouring device, molten dituangkan perlahan kedalam mould oleh
seorang operator yang juga bertugas membersihkan permukaan aluminium dari
scum secara manual. Scum ini terbentuk karena kontak lansung permukaan
aluminium cair tersebut dengan udara bebas yang suhunya berbeda jauh sehingga
terjadi reaksi oksidasi. Selanjutnya aluminium tersebut mengalami pendinginan
tak langsung oleh water jacket yang mengalir pada bagian bawah cetakan, disini
suhu aluminium dibawah titik lebur. Pada aluminium yang telah mengeras ini
dilakukan pemberian nomor lot, dengan alat marking device yang bergerak secara
otomatis. Lalu dilakukan hammering, yakni pemukulan permukaan ingot agar
ingot tersebut terlepas dari mould. Di ujung conveyor ini terdapat alat returnning
roller yang berfungsi untuk menahan ingot yang telah terlepas dari mould agar
tidak jatuh bebas, pada bagian bawah ingot ditahan oleh ingot pusher, selanjutnya
ingot tersebut diterima oleh receiving arm dan diteruskan ke stacking conveyor.
2. Operasi pendinginan dan penyusunan ingot
Ingot yang telah diterima dari receiving arm, selanjutnya berjalan di atas chain
conveyor yang selanjutnya dilakukan operasi pendinginan secara langsung oleh
68
Modul Pelatihan OJT Reduksi
69
Modul Pelatihan OJT Reduksi
marking dan painting sesuai dengan grade-nya. Proses marking disini yaitu penulisan
nomor lot, nomor tumpukan, dan berat tumpukan. Tumpukan ingot yang telah di-marking
pada cooling yard diangkut ke-bundling house yaitu tempat untuk mengikat tumpukan
ingot dengan menggunakan alat CST (Combination Strapping Band). Tumpukan
diletakan diatas ingot base, dan kemudian diikat menggunakan pita baja yang
dikombinasikan dengan seal kemudian diikat kuat oleh CST. CST ini terpasang pada jib
crane berjalan. Satu tumpukan ingot diikat kuat dengan 3 ikatan, dengan panjang
strapping band yang terpakai ± 3,5 m. Selanjutnya dilakukan pengecekan secara visual di
bundling house sebelum dibawa ke-storage yard.
70