BAB II
KAJIAN PUSTAKA
3
4
2. Aspek Hukum
a. Peraturan pemerintah Republik Indonesia No.1
tahun 1981 tanggal 3 februari 1981: Tentang
Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia
untuk pendirian perusahaan perseroan (Persero) di
bidang Industri Kereta Api.
b. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor: 195/KMK.011/1981, tanggal 8 April 1981:
Tentang Penetapan Modal Perusahaan Perseroan
(persero) PT Industi Kereta Api.
c. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor: 196/KMK.011/1981, tanggal 8 April 1981:
Tentang Pengangkatan Anggota-anggota Direksi
Perusahaan Perseroan (Persero) PT Industri Kereta
Api.
d. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor: 197/KMK.011/1981, tanggal 8 April 1981:
Tentang Pengangkatan Anggota-anggota Dewan
Komisaris Perusahaan Perseroan (Persero) PT
Industri Kereta Api.
e. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor: 250/KMK.011/1981, tanggal 29 April 1981:
Tentang tambahan Anggota dewan Komisaris
5
3. Kondisi Awal
Kondisi awal pada pendirian PT. INKA adalah
penggunaan segala fasilitas yang ada di Balai Yasa PJKA
Madiun yang didirikan pada tahun 1884 (bertugas dalam
pemeliharaan lokomotif uap) dan gudang PJKA Madiun
sebagai fasilitas dasar untuk kegiatan PT. INKA.
8. Sistem Produksi
a. Bagian Perencanaan dan Pengendalian Produksi
Bagian ini mengerjakan:
1) Merencanakan jumlah dan jenis produk
2) Mempersiapkan jadwal produksi
3) Memonitor pelaksanaan produksi
d. Bagian Pemesinan
Bagian ini mengerjakan proses machining seperti;
bubut, milling, scraping dan drilling untuk single part
yang di butuhkan. Selain itu mengerjakan proses
machining untuk pengerjaan bogie.
e. Bagian Pengecatan
Ada beberapa proses dalam pengecatan, yaitu:
1) Grid blasting
Berfungsi untuk membersihkan gerbong
dari karat dengan menyemprotkan pasir besi
kepermukaan gerbong.
2) Pengecatan awal
Cat dasar untuk melindungi/manahan
beban dari cat yang berikutnya.
3) Bitominous
Bitominous berfungsi untuk peredam getran
dan mencegah timbulnya karat.
4) Pendempulan
10
g. Bagian Interior
Mengerjakan proses akhir produksi, yaitu
pemasangan dinding, kursi, instalasi listrik, lampu,
pintu, jendela, lavatory.
j. Tes dinamik
Pengetesan yang dilakukan dengan cara
menjalankan rangkaian gerbong dan lokomotif kereta
api untuk mengetahui kelayakan jalan dari kereta
api.
k. Machine
PT. INKA mempunyai berbagai macam mesin
otomatis yang berbasis komputer diantaranya
sebagai berikut:
1) Mesin CNC milling
2) Laser cutting (pemotong plat)
3) CNC Plasma cutting
4) Hidraulic Shear (pemotong plat)
5) Mesin bending
6) Spot welding
7) Mesin sekrap
8) CNC Lathe
9) Band SAW
12
l. Sistem Pemeliharaan
Pemeliharaan (Maintance) merupakan kegiatan yang
dilakukan secara rutin dalam PT. INKA sebagai satu
cara menjaga reabilitas PT. INKA. Maintenance di PT.
INKA dibagi menjadi 2 macam, yakni
1) Plan (preventive maintenance dan over houl)
Preventive Maintance dilakukan pada mesin-
mesin yang ada di PT. INKA secara rutin dan
terencana. Outage/overhoul dilakukan secara berkala,
biasanya selama selang waktu 4 tahunan. Dalam
Outage/overhoul perawatan dilakukan dengan
melepas seluruh komponen pada mesin dan
melakukan inspeksi baik pengukuran ataupun
pengujian.
2) Unplan (Breakdown)
Pemeliharaan yang tidak terencana dilakukan
pada mesin setelah mesin mengalami kegagalan
dan menuntut dilakukanya perbaikan.
n. Sistem Utilitas
Sistem utilitas PT. INKA adalah sebagai berikut :
1) Waste Water Plan sebagai tempat pengolah air
limbah yang berasal dari penggunaan air dari
kamar mandi.
2) Sistem sirkulasi udara (Air Conditioning) sebagai
penunjang aktifitas karyawan dan sebagai
pelindung komponen elektronik.
3) Penyediaan perlengkapan keselamatan kerja.
4) Penyediaan Crane sebagai pendukung operasional
5) Forklift (Heavy Equipment) digunakan sebagai
penunjang proses produksi.
6) Sepeda ontel sebagai alat transportasi di lingkup
area pabrik.
7) Tambangan di gunakan sebagai jembatan untuk
memindah gerbong.
14
Gambar 2.8 Traction rod dan damper pada bogie KRL/ KRD
(sumberhttp://www.hitachirail.com/products/rolling_stock/shin
kansen/feature09.html)
2. Metoda Pengefraisan
Berdasarkan pada mesin frais terdapat metoda
pengefraisan yaitu climb mill dan conventional milling.
Adapun metoda pengefraisan pada mesin frais tersebut
adalah:
a. Climb Mill
Merupakan cara pengefraisan dimana putaran cutter
searah dengan gerakan benda kerja. Gaya potong
menarik benda kerja ke dalam cutter sehingga faktor
kerusakan pahat akan lebih besar. Hanya mesin yang
mempunyai alat pengukur keregangan diperbolehkan
memakai metode pemotongan ini.
b. Conventional Milling
Merupakan pengefraisan dimana putaran cutter
berlawanan arah dengan gerakan benda kerja,
pemotongan ini dimulai dengan beram yang tipis dan
metode ini digunakan untuk semua jenis mesin frais.
c. Kecepatan Potong dan Pemakanan
Keberhasilan pemotongan dengan mesin frais
dipengaruhi oleh kemampuan pemotongan alat
potong dan mesin. Kemampuan pemotongan tersebut
menyangkut kecepatan potong dan pemakanan.
Kecepatan potong pada mesin frais dapat
didefenisikan sebagai panjangnya bram yang terpotong
oleh satu mata potong pisau frais dalam satu menit.
Kecepatan potong untuk tiap-tiap bahan tidak sama.
27