OLEH:
Kelompok 1:
Dosen Pengampu:
NIDN: 2003099101
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
menghindari tumpang tindihnya suatu meteri pembelajaran maka
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Teori Piaget?
2. Apa Penjelasan Piaget Mengenai Kognitif Anak?
3. Apa Implikasi Teori Piaget?
4. Apa Keterkaitan Teori Piaget dengan Pembelajaran Tematik?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar Mengetahui Sejarah Teori Piaget
2. Agar Mengetahui Penjelasan Piaget Mengenai Kognitif Anak
3. Untuk Mengetahui Implikasi Teori Piaget
4. Untuk Mengetahui Keterkaitan Teori Piaget dengan Pembelajaran Tematik
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Menambah Referensi bagi pemakalah pada mata kuliah Pembelajaran
Tematik MI/SD.
2. Bagi Guru
Memberi kemudahan kepada guru dalam kegiatan pembelajaran tertata
dengan teori pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Teori Piaget
Jean piaget lahir pada tanggal 9 agustus 1898 di Neuchatel, Swiss. Ayahnya
adalah seorang ahli sejarah dengan spesialisasi abad pertengahan. Ibunya adalah
seorang yang dinamis, inteligents dan taqwa. Ia sangat tertarik pada alam dan
senang mengamati burung-burung, ikan dan binatang lainnya yang hidup di
alam bebas, sehingga pada akhirnya ia tertarik pada pelajaran biologi di
sekolah. Semenjak umur 10 tahun ia sudah minciptakan karangan pertamanya
tentang burung “Pipit Albino” pada majalah ilmu pengetahuan alam. Pada umur
15 tahun ia menolak tawaran sebagai kurator koleksi Molusca di muesum ipa,
di geneva karena ingin menyelesaikan sekolah menengahnya. Pada tahun 1916 ,
piaget menyelesaikan sarjanya di bidang biologi di universitas neuchatel. Pada
usia 21 tahun ia telah menyelesaikan disertasi tentang molusca dan meraih gelar
Ph.D. Setelah menyelesaikan pendidikan formal, piaget memutuskan untuk
mendalami psikologi di Zurich. Pada tahun 1919, ia meninggalkan zurich dan
pergi ke paris. Selama 2 tahun ia tinggal di universitas sorbonne, belajar
psikologi, klinis, logika serta epistemologi. Pendalamannya tentang filsafat
meyakinkannya bahwa perlunya pemikiran spekulasi murni dilengkapi dengan
pendekatan ilmu pengetahuan yang faktual. Pada tahun 1920, piaget bekerja
sama dengan Dr. Theopile Simon di laboratorium binet di paris dengan tugas
mengembangkan tes penalaran yang kemudian diujikan.
Dari beberapa pengalaman tersebut piaget mendapatkan 3 pemikiran penting
yang mempengaruhi cara berfikirnya di kemudian hari. Pertama, piaget lebih
tertarik pada anak-anak yang jawabannya salah daripada jawabannya benar.
Waktu bertanya kepada anak-anak, ia menemukan bahwa anak-anak yang sama
umurnya kerap mempunyai kesalahan yang sama. Umurnya yang berbeda
mempunyai kesalahan, jawaban yang berbeda pula. Maka, piaget
menyimpulkan bahwa anak yang lebih dewasa bukan hanya menjadi lebih
pandai daripada yang lebih muda, melainkan pemikiran anak yang lebih dewasa
3
berbeda secara kualitatif dengan anak yang lebih muda. Disini, paget melihat
bahwa anak yang berbeda umurnya menggunakan cara berfikit yang berbeda.
Inilah yang mempengaruhi pandangan piaget mengenai tahap-tahap
perkembangan piaget. Kedua, Piaget menemukan suatu metode yang berbeda
untuk mempelajari intelegensi. Ia menolak standarisasi test karena pendekatan
ini terlalu kaku. Anak dapat menjawab keliru jika tidak menangkap pertanyaan,
oleh karena itu, ia mencari metode yang kurang terstruktur yang dapat
memberikan lebih banyak kebebasan untuk bertanya kepada anak. Ia
menggunakan pengalamannya bekerja psikologi klinis dan memodifikasi teknik
wawancara psikiatri untuk dicocokkan dalam mempelajari pemikiran anak.
Tujuan metode klinis ini adalah untuk mengikuti jalan pemikiran anak sendiri
tanpa memaksakan sesuatu arah tertentu pada anak. Dengan demikian, ia dapat
mengorek pemikiran anak secara lebih mendalam. Metode inilah yang
dikembangkan Piaget dalam studinya tentang perkembangan kognitif anak.
Ketiga, Piaget berpikir bahwa pemikiran logika abstrak mungkin relevan untuk
memahami pemikiran anak. Ia mengamati bahwa anak yang belum berumur 11
tahun tidak dapat memecahkan persoalan operasi logika yang dasar. Ia juga
mengamati bahwa proses pemikiran membentuk suatu struktur yang terintegrasi
yang sifat-sifat dasarnya dapat dijelaskan dalam trem-trem logika. Menurut
Piaget, operasi-operasi logika yang ada dalam pemikiran deduksi berkaitan
dengan struktur mental tertentu dalam diri anak. Ia mencoba untu menemukan
bagaimana pemikiran sangat berkaitan dengan logika. Ciri pemikiran deduksi
logis (abstrak dan hipotetis) ini menjadi salah satu ukuran tertinggi Piaget
dalam tahap-tahap perkembangan kognitif anak.1
Secara umum teori belajar menurut Piaget terdiri dari unsur yang berupa
fase-fase yaitu asimilasi, akomodasi, dan organisasi. Dalam teori belajar Piaget,
pengetahuan awal yang dimiliki oleh siswa dikaitkan dengan pengetahuan baru yang
diperoleh oleh siswa.
1
Paul Suparno, Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget,
(Kanisius:Yogyakarta,2001),hlm.13-14.
4
Teori Piaget menyatakan bahwa belajar berkaitan dengan pembentukan dan
perkembangan skema . Skema adalah suatu struktur mental atau struktur kognitif yang
dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan
sekitarnya.dalam proses belajar ada beberapa siswa yang memiliki kesulitan dan salah
satu kesulitan belajar yang dialami siswa diskalkulia(math difficulty). Diskalkulia adalah
kesulitan belajar menyebabkan anak menjadi tidak . Proses yang menyebabkan
terjadinya perubahan skemata tersebut dengan adaptasi. Proses terbentuknya adaptasi ini
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan
proses kognitif yang dengannya seseorang mengitegrasikan stimulus yang dapat berupa
persepsi, konsep, hukum, prinsip ataupun pengalaman baru ke dalam skema yang sudah
ada di dalam pikirannya. Akomodasi dapat berupa pembentukan skema baru yang dapat
cocok dengan cirri-ciri rangsangan yang ada atau memodifikasi skema yang telah ada
sehingga cocok.. Kedua proses tersebut apabila berlangsung secara terus –menerus akan
membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru akan menjadi seimbang. Dengan cara
seperti itu anak secara bertahap dapat membangun pengetahuan melalui interaksi dengan
lingkungan sekitarnya. Dengan kata lain, proses belajar dapat berlangsung jika terjadi
proses pengolahan data yang aktif dipihak pembelajar. Pengolahan data yang aktif
merupakan aktivitas lanjutan dari kegiatan mencari infornasi dan dilanjutkan dengan
kegiatan penemuan.2
2
Andi Prastowo, Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Peserta Didik Melalui Pembelajaran
Tematik, Vol.1, https://www.researchgate.net/profile/Andi_Prastowo/publication/322571926-
_PEMENUHAN_KEBUTUHAN_PSIKOLOGIS_PESERTA_DIDIK_SDMI_MELALUI_PE
MBELAJARAN_TEMATIK-TERPADU/links/5ab081720f7e9b4897c1dfee/PEMENUHAN-
TEMATIK-TERPADU.pdf, diakses pada agustus 2014,hlm.6.
5
semua adalah pakar teori tahap karena mereka sama-sama mempunyai keyakinan bahwa
tahap-tahap perkembangan yang jelas dapat diidentifikasi dan dijelaskan. Namun,
kesepakatan ini tidak berlanjut hingga ke penjelasan rinci teori mereka yang sangat
berbeda jumlah tahap dan penjelasannya. Dan juga masing-masing pakar teori tersebut
terpusat pada aspek perkembangan yang berbeda (misalnya kognisi, sosioemosi,
kepribadian, moral).
Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padanannya knowing, berarti
mengetahui. Dalam arti yang luas cognitive (kognisi) ialah perolehan, penataan, dan
penggunaan pengetahuan. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi
popular sebagai salah satu domain atau wilayah / ranah psikologis manusia yang meliputi
setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan
informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan keyakinan. Ranah kejiwaaan yang
berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan)
yang bertalian dengan ranah rasa. Jadi perkembangan kognisi adalah perubahan bertahap
dan teratur yang menyebabkan proses mental menjadi semakin rumit dan canggih. 3
Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang menjelasakan
bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan dengan objek dan kejadian-kejadian
sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciridan fungsi dari objek-objek seperti
mainan, perabot, dan makanan serta objek-objek sosial seperti diri, orangtua, dan teman.
Bagaimana cara anak mengelompokkan objek-objek untuk mengetahui persamaan-
persamaan dan perbedaan-perbedaannya, untuk memahami penyebab terjadinya
perubahan dalam objek-objek dan perisiwa-peristiwa dan untuk membentuk perkiraan
tentang objek-objek dan peristiwa tersebut.
3
Syah Muhibbin, Pengembangan kongnitif Jean piaget dan peningkatan belajar Anak,
Vol.6,https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://jurnalki.uinsby.ac.id/
index.php/jurnalki/article/view/
38/32&ved=2ahUKEwjk97Lpp8vkAhWZXisKHVNiDQwQFjABegQIBBAB&usg=AOvVa
w1GA0fmC-CltuDNjH0oB_gI, diakses pada tahun 2015, hlm.97-98.
6
nilai pribadi dan sosial. Selain itu perilaku dan nilai-nilainya diharapkan anak menjadi
sumber bagi penemuan berikutnya.4
Dengan demikian kognisi ini sangat penting, sebab kognisi merupakan tempat
proses diawalinya pengetahuan yang masuk dalam diri seseorang yang melalui
berbagai proses. Menurut Jean Piaget, proses belajar harus disesuaikan dengan
4
Maulana Arafat Lubis dan Nashran Azizan, Pembelajaran Tematik SD/MI, (Samudra Biru:
Yogyakarta, 2019), hlm.37
7
tahap perkembangan kognitif yang dilalui, sebab konsep berpikir anak-anak
dengan remaja maupun dewasa itu berbeda, jadi strategi yang digunakan oleh
guru harus disesuaikan dengan tingkat berpikirnya.
Dalam islam akal sangat dijunjung tinggi, akan tetapi akal dan pikiran
manusia sangat terbatas, hal ini berpengaruh pada pengetahuan yang diperoleh
juga akan terbatas. Sehingga dengan pengetahuan yang terbatas manusia akan
sulit memecahkan segala permasalahan yang ada.
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh, Katakanlah: “Roh itu termasuk
urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”.
Maka dari hal itu, kognisi perlu arahan dan perlu dikembangkan dengan
berbagai hal seperti melalui pendidikan dan lain sebagainya agar pengetahuan
semakin luas dan mendalam.5
5
Imalatur Raihah, Skripsi:Implikasi Teori Kognitif Jean Piaget,(Yogyakarta:UIN Sunan
Kalijaga,2009), hlm.14.
8
menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam
proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung
dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang
dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-
konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang
telah dipahaminya.Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan
konsep belajar sambil melakukan sesuatu. Oleh karena itu, guru perlu mengemas
atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan
belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur
konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar
mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan
memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan
pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena
sesuai dengan tahap perkembangan siswa yang masih melihat segala sesuatu
sebagai satu keutuhan.
Menurut Jean Piaget menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri
dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori
perkembangan kognitif). Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif
yang disebut schemata yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai
hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya.Pemahaman
tentang objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan
objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran) dan akomodasi (proses
memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek). Kedua
proses tersebut jika berlangsung terus menerus akan membuat pengetahuan
lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan cara seperti itu secara
bertahap anak dapat membangun pengetahuan melalui interaksi dengan
lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut, maka perilaku belajar anak
sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungannya.
Kedua hal tersebut tidak mungkin dipisahkan karena memang proses belajar
9
terjadi dalam konteks interaksi diri anak dengan lingkungannya. Anak usia
sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret. Pada rentang usia tersebut
anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut: (1) Mulai
memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain
secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak, (2) Mulai berpikir
secara operasional,(3)Mempergunakan cara berpikir operasional untuk
mengklasifikasikan benda-benda, (4) Membentuk dan mempergunakan
keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan
hubungan sebab akibat, dan (5) Memahami konsep substansi, volume zat
cair,panjang, lebar, luas, dan berat.
10
anak usia 7 –12 Tahun. Tugas ini juga yang melekat sebagai fungsi kompetensi
pedagogik yang harusnya selalu dimiliki,dihayati, dipahami, serta
diimplementasikan guru dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab profesi
guru SD. Guru sebagai designer, yang bertugas merancang dan merencanakan
pembelajaran, serta mempersiapkan berbagai hal yang terkait dengan
pembelajaran. Persiapan pembelajaran sering disebut juga Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), yang pengembangannya dilakukan berdasarkan analisis
kebutuhan, karateristik siswa, karakteristik kelas, serta factor penunjang
lainnya. Guru sebagai demonstrator,senantiasa dituntut untuk menguasai
menguasai materi pembelajaran dan mengembangkan kemampuan dalam
bidang ilmu yang dimilikinya, karena hal ini akan sangat menentukan hasil
belajar yang akan dicapai siswa.
11
tematik. ada beberapa kebijakan yang relevan diambil kepala sekolah dalam
membantu kelancaran implementasi pembelajaran tematik, yaitu: a)
Memprogramkan perubahan kurikulum sebagai bagian integral dari program
sekolah secara keseluruhan. b) Menganggarkan biaya operasional untuk
ketersediaan media dan sumber pembelajaran sebagai bagian dari anggaran
sekolah. c) Meningkatkan mutu dan kualitas guru, serta fasilitator agar dapat
bekerja secara professional (meningkatkan profesionalisme guru).
d)Menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk kepentingan
pembelajaran. e) Menjalin kerjasama yang baik dengan unsur-unsur terkait
secara resmi dalam kaitannya dengan implementasi pembelajaran tematik.6
6
Rizki Ananda dan Fadhilaturrahmi, Analisis kemampuan guru sekolah dasar dalam
implementasi pembelajaran tematik,Vol.2,
https://media.neliti.com/media/publications/278052-analisis-kemampuan-guru-sekolah-dasar-
da-22b0319f.pdf, diakses pada oktober 2018, hlm, 18-19
12
DAFTAR PUSTAKA
Lubis, Maulana Arafat dan Nashran Azizan, Pembelajaran Tematik SD/MI, (Samudra
Biru: Yogyakarta, 2019)
Muhibbin, Syah, Pengembangan kongnitif Jean piaget dan peningkatan belajar Anak,
Vol.6,https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://
jurnalki.uinsby.ac.id/index.php/jurnalki/article/view/
38/32&ved=2ahUKEwjk97Lpp8vkAhWZXisKHVNiDQwQFjABegQIBBAB&
usg=AOvVaw1GA0fmC-CltuDNjH0oB_gI
13
PETA KONSEP
14