Anda di halaman 1dari 14

KOLABORASI BAHASA DAN MUSIK DALAM PRODUKSI TEATER

MUSIKAL DI INDONESIA

RANTI RACHMAWANTI
SEKOLAH TINGGI MUSIK BANDUNG (STiMB)
Email: ranti02@gmail.com

ABSTRAK
Bahasa dan musik merupakan dua hal yang saling berkaitan satu sama lain. Di
dalam bahasa terdapat unsur musikal, seperti halnya di dalam musik yang tersusun
dari unsur-unsur bahasa. Musik sering digunakan sebagai media untuk
mempermudah bahasa untuk menyampaikan makna yang terkandung di dalamnya,
dan bahasa digunakan untuk memperjelas makna lantunan nada-nada yang
dimainkan oleh musik. Kolaborasi bahasa dan musik di dunia seni sastra dapat
muncul dalam berbagai bentuk, salah satunya adalah teater. Dalam arti khusus,
teater dapat dikatakan sebagai drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang
diceritakan di atas pentas, disaksikan oleh penonton, dengan media percakapan,
gerak dan laku, dengan atau tanpa setting, didasarkan atas naskah yang tertulis
(hasil dari seni sastra), dengan atau tanpa musik, nyanyian dan tarian. Pementasan
karya sastra dalam bentuk teater dapat dikatakan sebagai pencapaian tinggi
(overlap) dari sebuah apresiasi berbahasa, karena hampir seluruh unsur bahasa dan
sastra digunakan dalam memproduksi sebuah teater. Perkembangan teater di
Indonesia saat ini meningkat cukup pesat. Terlihat dari banyaknya pertunjukan-
pertunjukan teater yang diselenggarakan, termasuk dalam bentuk teater musikal.
Pementasan teater musikal di Indonesia masih jarang dilakukan. Hal ini
dikarenakan proses produksi teater musikal membutuhkan kemampuan yang
tinggi dalam berbahasa dan juga musikalitas (sense of music) yang baik, minimal
mengolah vokal dan atau bernyanyi. Kemampuan berbahasa yang dimaksud adalah
tingkat pemahaman berbahasa Indonesia, kemudian diimplementasikan dalam
pembuatan naskah, skenario, dan pendeklamasian dalam bentuk monolog ataupun
dialog. Kemampuan dan pengetahuan musik diperlukan sebagai pendukung untuk
menginterpretasikan naskah dan skenario dari teater yang akan dipentaskan dalam
bentuk nyanyian dan lagu, sehingga maksud dan makna dari cerita tetap dapat
tersampaikan seutuhnya. Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat dikatakan bahwa
dalam memproduksi sebuah pementasan teater musikal, diperlukan kolaborasi
antara kemapanan berbahasa dan musikalitas yang baik.

Kata Kunci: Musikalitas, Bahasa Indonesia, Teater


2

PENDAHULUAN

Dunia kesusastraan memiliki beragam bentuk karya sastra yang dapat


diklasifikasikan menjadi tiga bentuk yaitu puisi, prosa, dan drama. Ketiga bentuk
karya sastra tersebut masing-masing memiliki struktur, fungsi, karakteristik, dan
peran yang berbeda, terutama pada karya sastra dalam bentuk drama atau teater.
Pementasan karya sastra dalam bentuk teater dapat dikatakan sebagai pencapaian
tinggi (overlap) dari sebuah apresiasi berbahasa. Hal ini dapat dipahami karena
hampir seluruh unsur dan teknik bahasa dan sastra digunakan dalam memproduksi
sebuah teater.

Perkembangan teater di Indonesia saat ini meningkat cukup pesat, terlihat


dari mulai banyaknya pementasan teater yang rutin diselenggarakan. Jumlah
komunitas teater pun semakin bertambah. Tercatat jumlah pementasan teater di kota
Bandung pada bulan Agustus 2016 sebanyak 137 pertunjukan (sumber: Iman
Herdiana, merdeka.com). Pertunjukan teater di tanah air pun semakin beragam,
salah satunnya adalah pertunjukan “teater musikal” yang saat ini sering
dipentaskan. Musikal Laskar Pelangi merupakan satu di antara pementasan teater
musikal hasil adaptasi dari film Laskar Pelangi oleh Mira Lesmana sebagai
produser, dan Erwin Gutawa sebagai penata musik. Pementasannya telah meraih
sukses dan mendapat respon positif dari masyarakat, sekaligus menjadi bukti bahwa
Indonesia mampu memproduksi sebuah pertunjukan teater musikal dengan bahasa
nasionalnya secara apik.

Fenomena ini menjadi indikator bahwa dunia sastra Indonesia terus


berproses dan berprogres dalam menjaga eksistensi bahasa Indonesia melalui teater,
sebagaimana diungkapkan oleh Asrul Sani (1979) bahwa film dan teater adalah alat
yang baik untuk penyebaran bahasa Indonesia. Dalam teater sangat berlaku pemeo
yang berkata,”bahasa menunjukkan bangsa”. Bangsa tidak saja dalam pengertian
bangsa tapi juga derajat, kedudukan sosial, kemuliaan sifat dan sebagainya. Teater
mampu mengakomodasi dan mengoptimalkan fungsi bahasa Indonesia secara
verbal dan non verbal

Memproduksi sebuah pertunjukan teater tidak semudah membalikkan


telapak tangan. Teater adalah drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang
3

diceritakan di atas pentas, disaksikan oleh penonton, dengan media percakapan,


gerak dan laku, dengan atau tanpa latar, didasarkan atas naskah yang tertulis hasil
dari seni sastra. Kompleksitas produksi sebuah teater sangat tinggi, karena
melibatkan berbagai aspek kebahasaan yang memerlukan pemahaman, pengolahan
dan penguasaan mendalam dari pelaku yang terlibat. Penulisan naskah, pemilihan
aktor/aktris, kepiawaian sutradara dalam menginterpretasikan naskah, setting dan
artisitik, adalah unsur yang membentuk sebuah produksi teater.

Kompleksitas pementasan teater bertambah tingkatannya ketika


memproduksi sebuah teater musikal yang di didalamnya terdapat aspek
kemampuan khusus selain kemahiran berbahasa, seperti bernyanyi dan menari, juga
unsur utama yakni musik, sebagai bagian dari kesatuan pertunjukan. Artinya musik
tidak hanya sebagai pengiring atau bunyi latar tiap adegan, tetapi menjadi bagian
dari adegan, bahkan dialog. Kesesuaian antara interpretasi seorang sutradara dan
penata musik menjadi faktor utama dalam produksi teater musikal. Hal ini
membutuhkan sebuah kolaborasi antara unsur kebahasaan dalam teater dengan
unsur musik yang digunakan.

Bahasa dan musik merupakan dua hal yang saling berkaitan satu sama lain,
sebagaimana Adorno (2002: 113) menuliskan “Music resembles a language.
Expressions such as musical idiom, musical intonation, are not simply Metaphors”.
Di dalam bahasa terdapat unsur musikal, seperti halnya di dalam musik yang
tersusun dari unsur-unsur bahasa. Musik sering digunakan sebagai media untuk
mempermudah bahasa untuk menyampaikan makna yang terkandung di dalamnya,
dan bahasa digunakan untuk memperjelas makna lantunan nada-nada yang
dimainkan oleh musik.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional memiliki keunikan dan
kecanggihan tersendiri, sebagaimana diungkapkan oleh Rosidi (2009: 14) bahwa
“Bahasa Indonesia yang kita punya memiliki kemampuan untuk menyampaikan
pemikiran yang betapa rumitnya, termasuk ilmu yang betapa tingginya, dan
perasaan yang betapa halusnya sekalipun”. Di dunia teater, khususnya teater
musikal, bahasa Indonesia berperan penting dalam menyampaikan makna yang
terkandung di dalam naskah yang dipentaskan secara musikal, sehingga dapat
dipahami dan dinikmati oleh penonton.
4

Naskah yang dipentaskan dalam sebuah teater musikal umumnya adalah


karya sastra Indonesia, yang bentuknya dapat berupa syair, monolog, dialog, puisi,
bahkan skenario film. Namun demikian, kendala yang sering dihadapi oleh pelaku
yang terlibat adalah ketika mengkolaborasikan hasil interpretasi sutradara dan
pemain, dengan musik yang dibuat. Hal ini dapat terjadi karena belum adanya
“kesepakatan” antara sutradara dan penata musik. Biasanya, musik menjadi proses
akhir ketika adegan, latar dan alur dari naskah yang akan dipentaskan sudah
mendekati selesai, sehingga muncul berbagai ketidaksesuaian yang bisa
mengurangi esensi dari karya yang dipentaskan. Oleh karena itu, perlu adanya
pemahaman terhadap elemen penyusun produksi teater musikal. Artinya, penulis
naskah, sutradara, aktor/ aktris yang menguasai aspek kebahasaan dan
kesastraan harus memiliki kemampuan untuk mengerti aspek-aspek musikal
yang diperlukan. Sebaliknya, musisi dan penata musik yang terlibat pun harus
mengetahui aspek kebahasaan yang digunakan selama proses teater
berlangsung.
Makalah ini merupakan hasil penelitian lapangan yang membahas produksi
teater musikal di Indonesia, khususnya tentang kolaborasi antara bahasa Indonesia
yang digunakan dalam naskah teater, dengan musik dan lagu yang menjadi bagian
penting sebagai kesatuan utuh dalam pementasan. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk memberikan pengetahuan, pemahaman dan penjelasan lengkap mengenai
kolaborasi bahasa Indonesia dengan musik dalam pertunjukan teater musikal.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif
melalui proses berpikir deduktif - induktif. Metode kualitatif dianggap sesuai dan
relevan dalam penelitian ini karena data yang digunakan bersifat empiris dan
temuan yang dihasilkan tidak diperoleh melalui prosedur statistik dan bentuk
perhitungan lainnya. Sebagai penunjang metode, pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan etnografi dan interdisipliner antara musikologi serta sastra
(teater). Pengambilan data dilakukan dengan observasi dan studi literatur yang
relevan dengan kajian yang diteliti.
5

TINJAUAN PUSTAKA

Referensi yang digunakan sebagai landasan teori dalam menganalisis data


penelitian ini disesuaikan dengan kebutuhan dan pendekatan dari kajian yang
diteliti. Berikut ini adalah uraian teori yang digunakan dalam menganalisis data
kajian yang diteliti.

Musikalitas
Musikalitas seringkali dipadankan dengan bakat atau kemampuan
bermusik, tetapi sesungguhnya memiliki makna dan sifat yang lain. Bakat musik
sering dikatakan sebagai “klop”-nya proses musikal, sementara musikalitas bisa
dikatakan sebagai “bakat yang terus diolah”, sehingga menjadi sebuah kepekaan
(sense) yang terukur dan disadari penuh oleh yang bersangkutan. Musikalitas pada
dasarnya dimiliki oleh setiap individu, hanya saja tidak semua menyadari bahwa
dirinya memiliki kemampuan tersebut. Seorang musisi bisa saja memiliki
kemampuan dan keahlian bermain musik, tetapi ia belum tentu memiliki
musikalitas yang baik.

Representasi dari musikalitas tidak hanya mengenai ketrampilan motorik


atau berhubungan dengan pelaku musik yang aktif seperti musisi, melainkan
pendengar/awam pun bisa memiliki sense of music ini dari kemampuannya
mendengarkan musik secara baik (receiver), dan mengerti cara sebuah musik harus
dimanfaatkan untuk tujuan yang sesuai konteksnya. Dalcroze (Saitz, 2005: 419)
menjelaskan bahwa:

Musicality in has two main components, receptivity and creativity.


Musical receptivity is ones ability to receive, comprehend, be sensitive to,
and have a working knowledge of musical concepts like rhythm, tempo,
phrasing, and even mood. Musical creativity (or musical artistry) is the
ability to connect with accompanying music, interpret it, or phrase and add
movement dynamics that relate to music even in the absence of
accompaniment, in a way that is unique or interesting

Kolaborasi
Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk
menggambarkan suatu hubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu.
6

Pengertian kolaborasi yang dikemukakan oleh para ahli memiliki sudut pandang
beragam, namun intinya adalah yaitu kebersamaan, kerja sama, berbagi tugas,
kesetaraan, dan tanggung jawab. Dalam konteks lain, kolaborasi juga dapat di
katakan sebagai “Cooperation” (kooperasi), “co-working” (bekerja bersama),
“teamwork” (kerja kelompok), “join effort” (upaya bersama), “mutual assistance”
(saling membantu), bahkan diartikan sebagai “gotong-royong” (Brown, 2002: 9).

Kolaborasi dalam bidang seni biasanya diartikan sebagai suatu usaha


menggabungkan atau mengasimilasi beberapa konsep musik yang berlainan, seperti
penggabungan antara seni tradisi dan seni modern, seperti memasukkan elemen
musik tradisi Indonesia ke dalam musik modern (barat), atau sebaliknya.
Kolaborasi seni pada dasarnya adalah pekerjaan mempertemukan dua atau lebih
fihak: manusia/seniman dan atau kesenian, kebudayaan, bangsa dan negara
(Supanggah, 2002: 56).

Setiap personal dalam proses berkolaborasi (dari dua belah pihak) memiliki
kebebasan dalam mengungkapkan ekspresinya, sehingga kadang-kadang
kesepakatan kerja sama itu tidak ditentukan oleh format yang dirancang secara
khusus, akan tetapi masing-masing pihak boleh menentukan peranannya secara
“bebas” sesuai dengan ukuran keindahan mereka. Unsur improvisasi, toleransi (dari
dua belah pihak), dan penonjolan dari masing-masing karakter musikal adalah hal
yang mewarnai karya kolaborasi.

Herdini (2001: 62) menjelaskan, dampak dari kolaborasi adalah muncul


karya-karya kolaborasi yang dapat dikategorikan sebagai “persenyawaan”,
“dialog”, dan “penempelan”. Persenyawaan adalah perpaduan antara dua karakter
yang berbeda, yang sangat berhubungan sebagai suatu jalinan komposisi yang utuh.
Dalam arti, bila salah satu karakter hilang, maka jalinan struktur komposisi tidak
bermakna lagi. Dialogis adalah jalinan komposisi yang diisi oleh dua karakter yang
saling berganti peranan (bersahutan). Sedangkan yang dimaksud dengan tempelan
adalah jalinan struktur komposisi yang dibangun oleh satu karakter, kemudian diisi
dengan karakter lainnya, dalam arti, bila karakter yang lain itu dihilangkan, tidak
akan mengurangi makna struktur komposisi sebelumnya.
7

Teater
Teater berasal dari bahasa Inggris theater atau theatre, bahasa
Perancis théâtre dan dari bahasa Yunani theatron (θέατρον). Secara etimologis,
kata “teater” dapat diartikan sebagai tempat atau gedung pertunjukan. Sedangkan
secara istilah kata teater diartikan sebagai segala hal yang dipertunjukkan di atas
pentas untuk konsumsi penikmat. Istilah teater pun dapat diartikan menjadi dua,
yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas. Teater dalam arti sempit
dideskripsikan sebagai sebuah drama (perjalanan hidup seseorang yang
dipertunjukkan di atas pentas, disaksikan banyak orang dan berdasarkan
atas naskah yang tertulis). Sedangkan dalam arti luas, teater adalah segala adegan
peran yang dipertunjukkan di depan orang banyak, seperti ketoprak, ludruk,
wayang, sintren, janger, mamanda, dagelan, sulap, akrobat, dan lain sebagainya.

Peranan seni teater telah mengalami pergeseran seiring dengan


berkembangnya teknologi. Seni teater tidak hanya dijadikan sebagai sarana upacara
maupun hiburan, namun juga sebagai sarana pendidikan.
Sebagai seni, teater tidak hanya menjadi konsumsi masyarakat sebagai hiburan
semata, namun juga berperan dalam membentuk nilai afektif masyarakat. Adapun
beberapa fungsi seni teater, diantaranya meliputi: (1) Teater sebagai sarana upacara;
(2) Teater sebagai media ekspesi; (3) Teater sebagai media hiburan; dan (4) Teater
sebagai media pendidikan.
Unsur-unsur yang terdapat dalam seni teater dibedakan menjadi dua, yaitu:
Unsur internal merupakan unsur yang menyangkut tentang bagaimana
keberlangsungan pementasan suatu teater, meliputi: naskah, sutradara, pemain,
properti dan pentas. Unsur eksternal adalah unsur yang mengurus segala sesuatu
yang berkaitan dengan hal-hal yang dibutuhkan dalam sebuah pementasan. Unsur
eksternal diantaranya, yaitu: staf produksi, tim artistik dan stage crew.
Musik dalam teater
Musik pada pertunjukan teater berfungsi sebagai “penguat” sebuah cerita
yang terdapat pada naskah. Terdapat beberapa fungsi tentang tentang peranan
musik sebagai ilustrasi pada pertunjukan teater, yaitu: (1) Musik pembuka/
overture; yang berfungsi memberitahukan bahwa pertunjukan akan dimulai; (2)
Musik penutup; (3) Musik pergantian babak; (4) Musik Ilustrasi; (5) Musik Sound
8

Track; (6) Musik tema; (7) Musik penokohan; (8) Musik aksentuasi; (9) Musik
latar; dan (10) musik pelebur emosi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kolaborasi Bahasa dan Musik dalam Produksi Teater Musikal


Produksi teater musikal pada dasarnya sama dengan produksi teater pada
umumnya, akan tetapi melibatkan unsur lain yakni musik sebagai bagian dari
kesatuan pertunjukan. Artinya musik tidak hanya sebagai pengiring atau bunyi latar
tiap adegan, tetapi menjadi bagian dari adegan, bahkan dialog.

Naskah

Artistik Sutradara

Teater
Musikal
Penata
Musisi musik/
composer

Aktor/
Aktris

Bagan 1. Unsur Produksi Teater Musikal

Kompleksitas sebuah teater musikal berada di tingkatan tinggi, karena unsur


yang terlibat pun lebih banyak dan luas skalanya. Teater musikal mengedepankan
tiga unsur yakni musik, tari dan seni peran. Kualitas pemainnya tidak hanya dinilai
pada penghayatan karakter melalui untaian kalimat yang diucapkan, tetapi juga
melalui keharmonisan musik dan gerak tari. Artinya musik dan tari tidak hanya
sebagai pengiring atau bunyi latar tiap adegan, tetapi menjadi bagian dari adegan,
bahkan dialog. Kesesuaian antara interpretasi seorang sutradara dan penata musik
menjadi faktor utama dalam produksi teater musikal. Hal ini membutuhkan sebuah
kolaborasi antara unsur kebahasaan dalam teater dengan unsur musik yang
digunakan.
Kolaborasi dapat berarti persenyawaan, artinya unsur kebahasaan dalam
teater menjadi kesatuan yang saling berkaitan satu sama lain dengan musik.
9

Kolaborasi unsur bahasa dan musik dalam sebuah produksi teater musikal terjadi di
setiap unsur-unsur penyusun teater. Namun demikian, bentuk kolaborasi utama
antara bahasa dan musik berada di wilayah naskah dan lakon, serta pemain
(aktor/aktris).

Naskah Teater Musikal


Naskah teater musikal sedikit berbeda dengan naskah teater pada umumnya.
Di dalam naskah teater musikal, komposisi premis yang tertulis di dalamnya dibuat
dan disesuaikan dengan kebutuhan musikal. Artinya, terdapat beberapa monolog
dan dialog yang ditulis untuk dinyanyikan. Di dalam naskah pun tertulis dengan
jelas plot-plot musik menjadi bagian dari dialog atau sebatas musik latar saja.
Sebagai contoh, berikut ini adalah penggalan dialog yang terdapat dalam naskah
film dan teater musikal Laskar Pelangi:
Dialog dalam film:
a. Dialog ( part 1, menit: 48.50)

Ikal dan Lintang pergi ke toko Sinar Harapan untuk membeli kapur
Ikal : Kong, kami disuruh ambil kapur oleh Bu Mus
Penjual kapur : Aling ,kapur SD Muhammadiyah
Ikal masuk ke dalam ruangan, dan kapur pun muncul beserta jari jemari
indah yang membuatnya terpesona. Kemudian Ikal keluar dengan perasaan
berbunga-bunga sambil membawa kapur.

Dialog dalam naskah teater musikal:

Segmen 5
{ Ikal , Lintang , Aling , }
[tiba di toko Sinar Harapan]

Ikal : cantik sekali Jari Jari nya ..ya Allah , baru kali ini aku
melihat Jari secantik itu ,,
Lintang : Jari Jari apa maksud kamu Ikal ,, Kamu sudah gila yaah ,
masa kamu suka sama Jari Jari ?
Ikal : Jari Jari Cantik … Aku Jatuh Cintaaaaaaaaaaaaaaa

“ JARI JARI CANTIK “


apakah ini gerangan yang sedang ku rasakan
dunia seperti berputar, badanku bergetar
seperti ada kupu-kupu menari dalam perutku
10

siapakah engkau gerangan putri dari kayangan


jemarimu begitu cantik, hatiku tergelitik
seperti ada kupu-kupu menari dalam dadaku
aku mendengar suara berdenting, aling aling oh aling
mengalun bergantian merdu, aling aling oh aling
melagukan indah namamu
sudikah kau genggam tangan putri dari kayangan
jemarimu begitu indah, membuat hati gundah
seperti ingin mengubah seribu lagu untukmu
aku mendengar suara berdenting, aling aling oh aling
mengalun bergantian merdu, aling aling oh aling
melagukan indah namamu
dalam tidur kan ku panggil namamu
(Sumber: Miles Film & EG Production, 2010)

Berdasarkan contoh di atas dapat diketahui bahwa dalam sebuah naskah


teater musikal, dialog menjadi lebih kompleks karena harus mampu membuat
visualisasi latar dan karakter tokoh yang diperankan dalam bentuk nyanyian.
Pembagian adegan dalam teater musikal terdiri dari beberapa segmen dalam satu
babak, dan disetiap segmen terdapat dialog dan nyanyian yang dipentaskan.
Artinya, naskah sebuah teater musikal dapat disesuaikan antara unsur bahasa dan
musiknya tanpa menghilangkan makna, tetapi menambah kuat karakter dari makna
yang disampaikan

Interpretasi Sutradara dan Kreativitas Penata Musik

Naskah teater musikal membutuhkan interpretasi mendalam seorang


sutradara dan kreativitas dari penata musik. Interpretasi sutradara diperlukan untuk
menentukan casting aktor/aktris, latar, gerak laku, teknik pentas dan aspek teatrikal
lainnya. Sutradara bebas berimajinasi untuk menterjemahkan naskah dalam bentuk
lakon yang dipentaskan. Sedangkan penata musik dituntut untuk membuat dialog
menjadi “nyanyian” serta membuat berbagai improvisasi untuk memperkuat makna
yang disampaikan. Contoh sederhana dapat dilihat dari penggalan segmen Musikal
Laskar Pelangi berikut:

Segmen 7
{ Bu Muslimah , Pak Harfan }
[keesokkan harinya di kantor]
Bu Mus : Pak , ayo kita pulang ,,, Pak , Pak Harfan , Pak Harfan , Pak …
Astaghfirullah . Innalilahi Wainnailaihi Raajiun .. *nangis*
11

“ HILANGNYA HARAPAN “
ku tak percaya, aku merasa tak percaya
dia telah pergi tinggalkan ku sendiri
ku tak berdaya, aku merasa tak berdaya
mengapa cobaan datang tiada henti
Ooo Tuhanku.. cobaanmu kali ini
terlalu berat bebanku
tak mungkin bisa ku tanggung sendiri
Ooo tuhanku.. mengapa kau lakukan ini
aku tak sekuat setegar yang engkau kira
ku tak bisa sendiri
kini bagaimana ?
Aku kini harus melangkah
tanpa orang yang menjadi sinar jalanku
Ooo Tuhanku.. cobaanmu kali ini
terlalu berat bebanku
tak mungkin bisa kutanggung sendiri
Ooo Tuhanku.. mengapa kau lakukan ini
aku tak sekuat setegar yang engkau kira
ku tak bisa sendiri
ku takkan mampu sendiri
ku takkan mampu sendiri

(Sumber: Miles Film & EG Production, 2010)

Interpretasi sutradara terhadap penggalan segmen di atas adalah membuat


karakter dan tokoh Bu Mus muncul sebagai seseorang yang telah kehilangan sosok
penting di hidupnya. Artinya sutradara memiliki kebebasan untuk menentukan
gerakan, latar, dan pendeklamasian dialog sesuai dengan interpretasinya.
Sedangkan penata musik berperan dalam membuat dialog tersebut menjadi sebuah
nyayian yang bernuansa sedih, sakit, dan memilukan. Hasil interpretasi sutradara
dan penata musik inilah yang menjadi acuan bagi para pemain yang terlibat dalam
produksi teater musikal.

Proses interpretasi naskah oleh sutradara dan penata musik adalah bentuk
kolaborasi antara bahasa dan musik. Masing-masing pihak memiliki “kebebasan”
dalam mengungkapkan ekspresinya, akan tetapi kebebasan ekspresi tersebut
menghasilkan suatu “kesepakatan” dari keduabelah pihak yang terlibat. Hal ini
sejalan dengan pernyataan Herdini (2001: 62) bahwa kolaborasi mampu
menghasilkan karya dalam bentuk persenyawaan, dialog, dan penempelan.
12

Persenyawaan bahasa dan musik dalam teater musikal ditentukan oleh


“kesepakatan” antara sutradara dengan penata musik.

Aktor/ Aktris dalam Teater Musikal


Elemen berikutnya yang “menghidupkan” sebuah pertunjukan teater adalah
aktor/ aktris yang terlibat di dalamnya. Mereka adalah orang yang memahami dan
menguasai seni peran, bahasa dan sastra. Hal ini mengindikasikan bahwa
kemampuan berbahasa dan berakting seorang aktor/aktris teater telah terukur dan
teruji kualitasnya. Kemampuan akting dan berbahasa yang tinggi merupakan syarat
utama dari seorang aktor/aktris teater. Ketika terlibat dalam pertunjukan teater
musikal, kemampuan tersebut harus ditambah dengan teknik bernyanyi ataupun
menari.
Kondisi ini menjadi perhatian khusus bagi seorang produser, sutradara dan
penata musik dalam menentukan pemeran tokoh dalam naskah, karena tidak semua
aktor/aktris yang mendalami seni peran memiliki kemampuan tersebut. Contohnya,
dalam Musikal Laskar Pelangi pun tokoh utama banyak diperankan oleh penyanyi
dibandingkan aktor/aktris teater, sehingga proses latihannya memerlukan sesi
khusus seni peran dan penguasaan bahasa agar mampu mencapai target yang
diinginkan.
Penjelasan di atas mengindikasikan bahwa seorang aktor/aktris teater
musikal dituntut untuk mampu bernyanyi dan juga menari, tetapi di satu sisi harus
tetap menyampaikan dialog secara jelas dan lugas. Beberapa aspek penting yang
harus diperhatikan oleh setiap aktor/aktris dalam produksi teater musikal yaitu:
Pertama, memiliki pengetahuan tentang kesanggupan kata. Maksud dari
kesanggupan kata ini adalah seorang aktor/aktris memiliki pengetahuan tentang
hubungan antara suara dengan gerak mulut; suara dengan irama; dan hubungan
suara dengan perasaan. Kedua, melatih kemampuan seni peran yang memadai, dan
mampu berakting secara musikal (bernyanyi atau menari). Ketiga, musikalitas,
yaitu melatih kemampuan musikalnya dengan cara banyak mendengarkan referensi
musik/lagu/nyayian serta mempelajari pengetahuan umum tentang musik dan tari,
terutama dalam ritmik dan melodi.
13

Kemampuan
Berbahasa

Aktor/aktris
teater
musikal

Seni
Musikalitas
peran

Bagan 2. Kemampuan Aktor/Aktris dalam Teater Musikal

Ketiga aspek di atas merupakan syarat penting bagi seorang aktor/aktris


yang terlibat dalam produksi teater musikal, karena perwujudan dari isi naskah yang
dipentaskan serta persenyawaannya dengan musik ditentukan oleh kemampuan
aktor/aktris di atas pentas. Artinya, keberhasilan kolaborasi antara bahasa dan
musik dalam teater musikal ditentukan oleh kualitas kemampuan aktor/aktris dalam
pementasan.

SIMPULAN
Proses produksi teater musikal membutuhkan kemapanan berbahasa dan
musikalitas yang baik dari setiap unsur penyusunnya. Kesepakatan dan toleransi
antar unsur teater musikal menjadi kerangka dalam berproses, sehingga dapat
dikatakan teater musikal adalah kolaborasi bahasa dan musik sebagai hasil
persenyawaan dari dua karakter berbeda dalam satu kesatuan.
14

PUSTAKA ACUAN
Adorno, Theodore. 2002. Essay on Music. Los Angeles: University of California
Press.
Dewojati, Cahyaninrum. 2010. Drama: Sejarah, Teori, dan Penerapannya.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Herdini, Heri. 2001. Wacana Musik Kolaborasi: Dialektika Antara Kebebasan
Berekspresi Dan Kebutuhan Kultural. Jurnal Seni STSI
Bandung, No 19/2001.
Jervis Brown, Ian. 2002. Kolaborasi: Permasalahannya dan Prospek..
Dialog ArtSummit Indonesia III. Jurnal Seni Pertunjukan
Indonesia, TH,XI-2001-2002: 9.
Rosidi, Ajip. 2009. Bahasa Indonesia Bahasa Kita. Bandung: Pustaka Jaya.
Supanggah, Rahayu. 2002. Kolaborasi dan Prospek Masalhnya. Kasus Gamelan
Jawa. Menimbang Praktek Pertukaran Budaya:
Kolaborasi, Misi, Sumber, & Kesempatan. Dialog
Art Summit Indonesia III. Jurnal Seni Pertunjukan
Indonesia, TH,XI-2001-2002: 49.
Seitz, Jay. A. 2005. Dalcroze, The Body, Movement and Musicality. Psycology of
Music Journal. 2005 Vol. 33, page. 419. DOI:
10.1177/0305735605056155

Anda mungkin juga menyukai