Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

Manusia Makhluk Beriman yang Berakal Budi

Untuk Mata Kuliah:


MPKT Agama Kristen 2
HOME GROUP 3
Aurellia Surya (1806133944)
Carlos Daniel (1806193312)
Desy Natalia (1806196043)
Felita Hokyrus (1806143226)
Georgina Elizabeth Cornelia (1806143245)
Ronggur Hizkia A (1806198004)
Joshua Oscar (1806198263)
Natasha Rudiady (1806208535)

UNIVERSITAS INDONESIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

2019
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 4

BAB II ISI .............................................................................................................. 5

Dominasi Sains terhadap Agama ........................................................................ 5

Dominasi Agama terhadap Sains ........................................................................ 7

Manusia Insan yang Berbudaya .......................................................................... 9

Manusia sebagai Gambar dan Rupa Allah ........................................................ 12

Iman dan Ilmu Pengetahuan .............................................................................. 13

Iman dan Teknologi ........................................................................................... 16

Bakat dan Kreativitas ........................................................................................ 17

Iman dan Sastra ................................................................................................. 19

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA ....................................... 22Error! Bookmark not defined.

2
KATA PENGANTAR
Pertama, kami ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada Tuhan Yang
Maha Esa karena sudah melimpahkan rahmatnya untuk membuat makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah MPKT Agama Kristen dengan judul
“Manusia Makhluk Beriman dan Berakal Budi”.
Kami juga ingin berterima kasih pada banyak pihak yang sudah mendukung
dalam pembuatan makalah ini, baik dalam memberikan doa, saran, kritik, dan
harapan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami selaku anggota - anggota kelompok siap menerima berbagai
macam saran dan kritik dari pembaca. Kami berharap makalah ini dapat menjadi
manfaat bagi pembaca maupun bukan pembaca.

3
BAB I

PENDAHULUAN

Jika kita memperhatikan urut-urutan / ordo penciptaan, kita akan mendapati


bahwa manusia diciptakan pada hari keenam, hari terakhir dari 6 hari penciptaan
oleh Allah. Kej 1:27,31 – (27) Maka Allah menciptakan manusia itu menurut
gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan
diciptakan-Nya mereka. (31) Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu,
sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.
Jika kita membaca sejak ayat 24 maka terlihat bahwa manusia bukan satu-
satunya yang diciptakan pada hari keenam. Pada hari yang sama Allah juga
menciptakan segala binatang. Kej 1:24-25 – (24) Berfirmanlah Allah: "Hendaklah
bumi mengeluarkan segala jenis makhluk yang hidup, ternak dan binatang melata
dan segala jenis binatang liar." Dan jadilah demikian. (25) Allah menjadikan
segala jenis binatang liar dan segala jenis ternak dan segala jenis binatang melata
di muka bumi. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
Hanya penciptaan manusia baru dilakukan setelah penciptaan binatang-
binatang ini. Jadi manusia diciptakan paling akhir di hari terakhir dari rangkaian 6
hari penciptaan. Hal ini seharusnya membuat kita bertanya. Mengapa Allah
menciptakan manusia paling akhir dari seluruh rangkaian penciptaan-Nya? Apakah
ini kebetulan ataukah ada maksud tertentu dari Tuhan? Ingat bahwa Allah bukanlah
manusia yang sering membuat sesuatu tanpa tujuan. Apalagi bahwa di akhir dari
penciptaan manusia itu dikatakan bahwa “Allah melihat segala yang dijadikan-Nya
itu, sungguh amat baik”. (Kej 1:31).
Allah mencipta manusia dengan kemuliaan dan hormat yang tertinggi,
sehingga Ia mencipta manusia terakhir. Terakhir, karena segala sesuatu yang dicipta
sebelumnya, dipersiapkan untuk manusia. Terakhir, untuk manusia dapat
menikmati dan menguasai semua itu. Pikiran ini bagaikan seorang ibu hamil yang
segera mempersiapkan ranjang kecil dan pakaian kecil untuk bayinya.

4
BAB II

ISI

Dominasi Sains terhadap Agama

Menurut KBBI agama adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah
yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya
Agama mengatur perilaku, tentang tindakan yang merupakan kepatuhan terhadap
perintah Tuhan, tempat-tempat suci, dan kitab suci. Praktik agama juga dapat
mencakup ritual, khotbah, peringatan atau pemujaan tuhan, pengorbanan, festival,
pesta, trance, inisiasi, jasa penguburan, layanan pernikahan, meditasi, doa, musik,
seni, tari, masyarakat layanan atau aspek lain dari kebudayaan manusia.

Agama Kristen mempercayai bahwa Yesus Kristus merupakan penebus


dosa manusia. Yesus merupakan Allah yang rela merendahkan diri-Nya dan
mengambil rupa seorang hamba untuk dapat menebus manusia dari Hutang akibat
dosa. Sains adalah ilmu pengetahuan pada umumnya; pengetahuan sistematis
tentang alam dan dunia fisik, termasuk di dalamnya. Sifat dan prinsip-prinsip yang
mengatur alam semesta kita, dunia kita, dan diri kita sendiri. ilmu pengetahuan
alam; pengetahuan sistematis yang diperoleh dari sesuatu observasi, penelitian, dan
uji coba yang mengarah pada penentuan sifat dasar atau prinsip sesuatu yang dapat
diselidiki dan dipelajari.

Melalui ilmu pengetahuan memiliki pengetahuan yang berkembang. Kita


dapat menciptakan berbagai macam alat transportasi . Kita bisa memanfaatkan
sungai, memprediksi badai, dan menggunakan kekuatan atom. Dengan telepon kita
dapat berbicara dengan hampir siapa pun di dunia. Kita bisa melihat apapun di
planet ini melalui satelit, bahkan bisa melihat permukaan bulan dan Mars. Kita tidak
lagi harus mengolah tanah dengan susah payah, tidak perlu menunggu hujan supaya
mengairi tanah, tidak perlu mengikuti siklus alam, dan tidak perlu khawatir karena
semua penyakit dapat diobati.

5
Dalam Agama Kristen, Alkitab mengajarkan banyak hal mengenai larangan
larangan yang boleh dan tidak boleh di lakukan manusia, proses pembentukan
bumi, Hal – hal yang terjadi namun belum manusia ketahui bagaimana proses
terjadinya. Sementara Sains menguji hal-hal yang manusia belum ketahui tersebut
secara ilmiah dan sistematik, agar tercipta teori logis yang dapat diterima oleh nalar
manusia. Sebagai contoh:

(Yesaya 40:22) Dia yang bertakhta di atas bulatan bumi yang penduduknya seperti
belalang; Dia yang membentangkan langit seperti kain dan memasangnya seperti
kemah kediaman! – Jika dicermati ayat ini menjelaskan bahwa bentuk bumi adalah
bulat, meski saat ayat ini ditulis belum ada manusia yang mengetahui bentuk asli
bumi.

(Ayub 26:8) Ia membungkus air di dalam awan-Nya, namun awan itu tidak robek.
(Ayub 36:27-28) Ia menarik ke atas titik-titik air, dan memekatkan kabut menjadi
hujan, yang dicurahkan oleh mendung, dan disiramkan ke atas banyak manusia.
(Pengkhotbah 1:6-7) Angin bertiup ke selatan, lalu berputar ke utara, terus-
menerus ia berputar, dan dalam putarannya angin itu kembali. Semua sungai
mengalir ke laut, tetapi laut tidak juga menjadi penuh; ke mana sungai mengalir, ke
situ sungai mengalir selalu. – Meski waktu itu manusia belum mengerti bagaimana
hujan dapat turun, Allah telah memberi petunjuk pada manusia mengenai Siklus
Hidrologi.

(Imamat pasal 12-14) - Dasar dari kesehatan, kebersihan dan penyakit

Sains menjelaskan pekerjaan yang dilakukan Tuhan melalui konsep – konsep


sistematis, yang berdasarkan logika dan mudah untuk diterima oleh nalar manusia.
Manusia tidak mengikuti apa kata Alkitab secara buta, tetapi mengerti dengan
sungguh kenapa Allah memberi Larangan Kepada Manusia.

6
Dominasi Agama terhadap Sains

Agama dan sains adalah dua hal yang berbeda dan perbedaan itu harus
diketahui dari berbagai sisinya,jangan malah agama disamakan dan disejajarkan
dengan sains sehingga harus menjadi institusi yang klaim kebenarannya harus
diukurkan pada otoritas penilaian berdasar metodologi empirisme sebagaimana
juga sains,sehingga hal hal yang tidak memiliki bukti empirik lantas ditolak
langsung sebagai kebenaran.padahal keberadaan alam akhirat-konsep balasan
sorga-neraka bukan untuk dilihat dan didekati dengan pendekatan empirik tetapi
untuk dilihat dan didekati oleh cara berfikir rasional,misal : bila didunia ini ada
kebaikan-kejahatan dan tidak semua perbuatan salah-jahat manusia bisa dihukum
di dunia maka mana yang lebih rasional dalam arti lain juga : adil,adanya konsep
balasan atau tidak adanya

Di Barat, tempat kekristenan berasal, untuk berabad-abad lamanya,


khususnya abad Pertengahan agama mendominasi ilmu pengetahuan atau sains.
Teologi yang menjadi acuan kekristenan telah ditempatkannya sebagai ukuran
kebenaran untuk segala hal, bukan hanya untuk soal iman dan etika. Tragisnya,
ketika Galileo Galilei mengemukakan temuan ilmu pengetahuannya bahwa bukan
matahari yang beredar dari timur ke barat, melainkan bumilah yang beredar
mengelilingi matahari. Gereja sebagai pemegang otoritas kebenaran ajaran teologi
menjatuhkan hukuman mati kepadanya, karena penemuannya dianggap
bertentangan dengan deskripsi Alkitab yang ditafsirkan secara literal, tanpa
memperhatikan konteks budaya ketika Alkitab ditulis. Alkitab ditulis dalam
konteks masyarakat agraris dan masih sederhana, dan deskripsinya tentang
fenomena alam adalah berdasarkan pengamatan semata-mata. Beberapa abad
kemudian gereja mengakui bahwa hukuman terhadap Galileo alilei adalah suatu
kekeliruan, dan gereja telah meminta maaf atas hal itu.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah berjalan dengan


demikian cepat. Sementara itu, pemahaman yang terkait dengan pengembangan
teknologi yang mendasarkan pada keimanan berjalan lebih lambat. Para ilmuwan
7
berargumentasi bahwa semua penelitian dilakukan dengan langkah yang dapat
dipertanggungjawabkan, sebaliknya para agamawan lebih sibuk membicarakan
persoalan akhirat dan pesan-pesan moral. Tidak heran jika selalu terjadi benturan
antara ilmu pengetahuan dan agama.

Kaum agamawan memerlukan etika dalam arti, memakai akal budi dan daya
pikirnya untuk memecahkan masalah bagaimana harus hidup kalau ia mau menjadi
baik. Orang beragama diharapkan menggunakan anugerah Sang Pencipta, yaitu
akal budi. Jangan sampai akal budi dikesampingkan dari agama. Oleh karena itu
kaum agamawan yang diharapkan betul-betul memakai rasio dan memahami ilmu
pengetahuan serta kemajuan teknologi.

Untuk orang Kristen, ilmu pengetahuan hanyalah serangkaian langkah


untuk mengkategorikan, menemukan, dan memanfaatkan pengetahuan atas alam
oleh Yang Maha Kuasa, Sang Pencipta, Sang Mahatahu. Sains bukanlah jawaban
akhir atas segala sesuatu, tetapi hanya salah satu cara bagi manusia untuk
memuliakan Tuhan. Hal ini karena Tuhan adalah pencipta semua yang ada. Dia
menyembunyikan banyak pengetahuan dari kemuliaan-Nya yang tidak terbatas di
alam di mana kita berada.

Pada kenyataannya kita memang tidak bisa mencampuradukkan pola pikir


sains dengan agama. Terdapat perbedaan cara pikir agama dengan sains. Agama
memang mengajarkan untuk menjalani agama dengan penuh keyakinan. Sedangkan
sebaliknya dalam sains, skeptisme dan keragu-raguan justru menjadi acuan untuk
terus maju, mencari dan memecahkan rahasia alam. Para penganut Kristiani perlu
menjaga agar ilmu pengetahuan tidak sampai merebut otoritas Tuhan. Jika anda
seorang Kristen, perlu diingat bahwa Tuhan adalah Yang memiliki Otoritas dan
bahwa Dia (yang menciptakan?) alam ini. (Kita) Manusia berada di dunia untuk-
Nya, agar memuliakan Dia dan menikmati Dia selamanya (1 Kor. 1:9). Tidak ada
Tuhan, tapi satu (Yesaya 44:6,8)

8
Manusia Insan yang Berbudaya

Dari kedudukan, potensi, dan otoritas yang Tuhan berikan kepada manusia,
ada tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan manusia. Ia harus melakukan
penelitian di darat, laut, dan udara untuk mengetahui kekayaan dan manfaat yang
terkandung di dalamnya. Manusia harus dapat mengolah tanah, menanam,
menyiram, dan menata tumbuh-tumbuhan dengan baik. Begitu puka manusia harus
merawat dan melestarikan alam ini supaya tidak rusak, apalagi punah. Manusia
mendapat tugas dan panggilan untuk berbudaya. Tugas melakukan kebudayaan
harus dilakukan bersama-sama dengan orang-orang lain di dalam kelompok-
kelompok masyarakat. Kebudayaan bukan merupakan milik individual, melainkan
milik bersama suatu kelompok masyarakat, suku, dan bangsa (Kobong, 2004:17).

Kebudayaan sudah ada sejak zaman purbakala. Setiap orang hidup di dalam
suatu kebudayaan yang sesuai dengan zamannya. Kebudayaan berkaitan dengan
agama, keyakinan, nilai-nilai, norma-norma, adat istiadat, perilaku, gaya hidup,
pakaian, makanan, pekerjaan, kebiasaan, benda-benda yang digunakan, bentuk-
bentuk bangunan, lembaga-lembaga kemasyarakatan, bahasa, seni, dan sebagainya.

Koentjaraningrat, sebagaimana dikutip A.A. Sitompoel dalam bukunya


Manusia dan Budaya, melihat tiga aspek yang penting dalam kebudayaan, yaitu
yang ideal, seperti ide, nilai, norma, aturan-aturan. Aspek ini dapat memberi arah,
fungsi, pengawasan kepada anggota masyarakat, sehingga hal itu dapat
menciptakan suatu kebiasaan atau aksi (mores adat). Di dalam adat itu terkandung
nilai-nilai yang lurus. Aspek kedua merupakan perilaku manusia yang diatur oleh
sistem yang sesuai bagi semua anggota masyarakatnya. Aspek ketiga ialah hasil
karya manusia itu sendiri, seperti seni lukis, seni ukir, seni tari, seni musik, dan
sebagainya (Sitompoel, 2000:99).

Di dalam kebudayaan tampak perpaduan antara manusia, alam, bakat, adat


istiadat, kebiasaan, pandangan hidup, nilai-nilai, norma, perilaku, ilmu
pengetahuan, teknologi, dan hasil karya. Kebudayaan bersifat historis yang diturun
temurunkan dari generasi yang satu kepada yang berikutnya. Kebudayaan
9
berkembang terus mengikuti perkembangan zaman serta ilmu pengetahuan dan
teknologi yang ada.

Ada banyak bagian di dalam Alkitab yang memperlihatkan tujuan


kebudayaan. Mazmur 19:1-15 mengemukakan bagaimana alam menyaksikan
kemuliaan Allah dan memberikan imbauan untuk menghormati Tuhan dan
perintah-perintah-Nya. Mazmur 33 berisi pujj-pujian kepada Allah dengan
nyanyian, sorak sorai, kecapi, dan gambus sepuluh tali. Juga Mazmur 147, 148, 149
berisi ajakan untuk memuji Tuhan dengan nyanyian, tarian, dan alat musik bahkan
di dalam Mazmur 150 digambarkan ibarat sebuah orkestra yang besar, untuk
mengajak segala yang bernapas memuji Tuhan.

Alkitab juga menyaksikan bahwa tujuan kebudayaan adalah menyatakan


kasih kepada Allah dan sesama manusia sebagaimana dinyatakan di dalam Hukum
Kasih. Allah menghendaki agar kebudayaan mencerminkan ketaatan manusia
kepada-Nya. Nyatalah bahwa tujuan kebudayaan harus memperhitungkan
kedaulatan Allah dalam seluruh aspek kehidupan. Jadi, semua potensi yang dipakai
untuk menggali, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi maupun
keterampilan di bidang seni harus digunakan untuk kemuliaan nama Tuhan,
menjadi berkat bagi sesama manusia, serta tetap menjaga kelestarian alam.

Kehendak bebas yang diberikan Allah kepada manusia disalahgunakan oleh


manusia sendiri dengan melanggar perintah-perintah-Nya (Kej. 3:1-7). Itulah awal
pemberontakan dan dosa manusia kepada Allah, sehingga merusak hubungan
manusia dengan Allah dan sesama manusia, serta alam semesta juga. Dengan
sendirinya dosa itu yang telah mencemarkan seluruh aspek kehidupan manusia,
juga mencemarkan kebudayaannya. Pada satu pihak kebudayaan makin
berkembang (Kej. 4:17—26), namun di pihak lain kebudayaan tidak dipakai untuk
memuliakan nama Tuhan dan kebaikan bagi sesamanya, melainkan untuk
memegahkan diri dan membalas dendam (Kej. 4:1-16; 6, 11:4-9). Manusia dikuasai
pikiran yang jahat, kejam, sombong, licik, serakah, dengki, dan oleh karena itu

10
perilaku mereka menjadi sangat buruk. Begitulah pencemaran kebudayaan
berlangsung terus hingga saat ini.

Penemuan-penemuan baru dalam ilmu pengetahuan dan teknologi


digunakan untuk menghasilkan karya-karya yang menghancurkan sesama manusia
dan lingkungan alam. Ilmu pengetahuan lebih diagungkan daripada Tuhan dan
perintah-perintah-Nya. Uang alias Mammon, yang seharusnya menjadi alat bagi
manusia, malah menjadi 'tuan'

Kebudayaan yang tercemar oleh dosa perlu dipulihkan. Tuhan Yesus sudah
memberikan jalan bagi pemulihannya, yakni dengan Dia mati di atas kayu salib,
memikul dosa segenap umat manusia, dan bangkit dari kematian. Kematian dan
kebangkitan Tuhan Yesus bukan hanya memulihkan manusia, melainkan juga
kebudayaan di mana manusia hidup di dalamnya. Di dalam Kristus, manusia yang
diciptakan menurut gambar Allah, yang rusak karena dosa, dipulihkan. Dengan
demikian manusia mengalami perubahan dan pembaruan di dalam pikiran,
keyakinan, nilai-nilai, sikap, dan perilaku. Hal itu juga akan membawa perubahan
pada kebudayaan.

Perubahan nilai, sikap, dan budaya tentu haruslah mengarah kepada


kehendak Allah supaya kebudayaan yang dibangun manusia itu menghormati dan
memuliakan nama-Nya. Hal itu berarti bahwa nilai-nilai, sikap, perilaku, dan
berbagai karya yang dihasilkan melalui kebudayaan harus menghargai,
menghormati eksistensi Tuhan serta menciptakan kesejahteraan bagi umat manusia.
Nyatalah bahwa panggilan bagi pemulihan kebudayaan bersumber pada hidup baru
di dalam Tuhan Yesus Kristus. Dengan menjalani hidup baru di dalam Kristus,
manusia dan kebudayaannya menjadi garam dan terang bagi dunia di sekitarnya
(Mat. 5). Dengan demikian, kebudayaan bukan hanya dipulihkan melainkan juga
dikuduskan bagi Tuhan.

11
Manusia Sebagai Gambar dan Rupa Allah

Persamaan rupa dengan Allah, yang dirujuk di Kejadian 1:26, adalah fakta
besar yang membedakan manusia dari ciptaan lainnya. Manusia merupakan ciptaan
yang memiliki kemampuan berpikir, merasa dan berkehendak, dengan disertai
kecakapan kehidupan dan pertumbuhan moral. Lebih jauh dikatakan, sejak semula,
manusia tidak sekadar memiliki kecakapan untuk kehidupan moral, tetapi juga
kecondongan moralnya yang membuatnya mengasihi Allah, mencintai kebenaran,
dan membenci kejahatan. Peristiwa kejatuhan dalam dosa mengubah hal ini.
Manusia masih tetap satu pribadi dan masih memiliki kecakapan atas kebenaran,
tetapi rohnya begitu berubah sampai-sampai dia takut dan tidak mempercayai
Allah, dan dalam tingkat yang lebih besar atau bahkan kurang besar, menyukai
kejahatan dan membenci kebaikan. Yesus datang untuk menghapuskan malapetaka
ini dan memulihkan kita agar secara moral kita menjadi sama dengan Allah.

Pada hari terakhir dari penciptaan, Allah berkata, “Baiklah Kita menjadikan
manusia menurut gambar dan rupa Kita” (Kejadian 1:26). Dengan demikian, Allah
mengakhiri pekerjaanNya dengan satu “sentuhan pribadi.” Allah membentuk
manusia dari debu tanah dan memberinya hidup dengan menghembuskan nafasNya
sendiri (Kejadian 2:7). Dengan demikian, manusia memiliki keunikan dibanding
dengan ciptaan-ciptaan lainnya, yaitu memiliki bagian materi (tubuh) dan non-
materi (jiwa/roh).

Memiliki “gambar” atau “rupa” Allah, dalam pengertian yang paling


sederhana, berarti manusia dibuat menyerupai Allah. Gambar Allah menunjuk pada
bagian non-material dari manusia. Hal ini membedakan manusia dari binatang dan
memampukan manusia mengemban “kekuasaan,” sebagaimana direncanakan Allah
(Kejadian 1:28), dan memampukan manusia berkomunikasi dengan PenciptaNya.
Secara mental, manusia diciptakan sebagai makhluk yang rasional dan berkehendak
– dengan kata lain, manusia dapat menggunakan pikirannya dan bisa memilih. Ini
adalah refleksi dari akal budi dan kebebasan Allah. Setiap kali seseorang
menciptakan mesin, menulis sebuah buku, melukis pemandangan, menikmati

12
simponi, menjumlahkan hitungan, atau menamai binatang peliharaan, dia
menyatakan fakta bahwa ia diciptakan menurut gambar Allah.

Secara moral, manusia diciptakan dalam kebenaran dan kepolosan yang


sempurna, suatu refleksi dari kesucian Allah. Allah melihat semua yang
diciptakanNya (termasuk manusia) dan mengatakan, “sangat baik” (Kejadian 1:31).

Secara sosial, manusia diciptakan untuk bersekutu. Hal ini mencerminkan


ketritunggalan Allah dan kasihNya. Di taman Eden, relasi manusia yang terutama
itu dengan Allah (Kejadian 3:8 menyiratkan persekutuan dengan Allah), dan Allah
menciptakan perempuan pertama karena "tidak baik, kalau manusia itu seorang diri
saja” (Kejadian 2:18).

Karena diciptakan menurut gambar Allah, Adam memiliki kebebasan untuk


memilih. Meskipun dia diberikan pribadi yang suci, Adam memilih berdosa dan
memberontak melawan PenciptaNya. Dengan berbuat demikian, dia mencemarkan
gambar Allah yang ada dalam diriNya, dan mewariskan keserupaan yang rusak itu
pada semua keturunannya, termasuk kita (Roma 5:12).

Saat ini, kita masih memiliki gambar Allah (Yakobus 3:9), namun harus
menanggung bekas-bekas dosa. Secara mental, moral, sosial dan fisik, kita
memperlihatkan efek-efek dari dosa. Kabar baiknya, ketika Allah menebus
seseorang, Dia mulai memulihkan gambar Allah yang asli itu, menciptakan
“manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran
dan kekudusan yang sesungguhnya” (Efesus 4:24; lihat pula Kolose 3:10).

Iman dan Ilmu Pengetahuan

Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari
segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibrani 11:1). Ayat ini mengimplikasikan, iman
merupakan sebuah konstruksi. Iman menduduki tempat paling mendasar,
mendalam sekali didalam diri seseorang. Keselamatan diperoleh manusia hanya
melalui percaya dan beriman kepada Tuhan Yesus Kristus. Iman adalah percaya.
Iman adalah karunia Allah, yang dikerjakan di dalam hati oleh Roh Kudus, yang
13
menghidupkan dan memandu semua kemampuan kita menuju satu tujuan. Kita
harus berdoa untuk memiliki iman, dan supaya iman kita bertumbuh. Iman kita juga
akan diperkuat dengan selalu mengingat janji-janji Kristus yang berulangkali
diucapkan bahwa doa-doa kita kepada Bapa, dalam nama-Nya, pasti akan dijawab
kalau kita memintanya dengan iman, dan percaya sewaktu kita memintanya.

Iman adalah pekerjaan jiwa yang dengannya kita merasa pasti akan
keberadaan dan kebenaran dari sesuatu yang tidak ada di depan kita, atau tidak
tampak.bagi indera manusia. Setiap orang menilai iman secara berbeda, yang akan
dirasanya sukar bahkan tidak mungkin untuk menunjukkannya dengan cara-cara
yang tampak. Ini merupakan hal mempraktikan iman - latihan sukarela - yang
memampukan kita untuk bertambah dalam mempercayai kebenaran-kebenaran
besar yang Allah berkenan nyatakan. Paulus menyatakan "Sebab hidup kami ini
adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat" (II Kor. 5:7). Yesus sendiri
berfirman (Yoh. 20:29), "Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun
percaya". Dengan demikian, sementara mempercayai apa yang kita lihat dan
pahami akan mendatangkan manfaat, percaya pada apa yang tidak terlihat dan
hanya dipahami secara samar-samar mendatangkan manfaat yang lebih besar.

Ada banyak hal di alam semesta ini yang kita percayai, tanpa harus kita
pahami sepenuhnya; kita percaya karena kita mendapatkan buktinya dari orang lain,
meskipun bukan dari panca indera kita sendiri. Iman yang begitu saja percaya pada
apa yang bisa ia lihat, pahami, jelaskan dan tunjukkan sama sekali bukan iman.
"Tidak seorang pun melihat Allah", akan tetapi semua orang percaya kepada Allah.
Hal-hal dalam dunia rohani tidak dapat ditunjukkan melalui perantara-perantara
materiil, melainkan hanya bisa melalui perantara-perantara rohani. Menggunakan
iman akan meningkatkan kerohanian kita, memampukan kita memahami berbagai
hal yang tanpa latihan semacam ini tidak akan terpahami. Paulus mengatakan bagi
orang Yunani terpelajar yang skeptis Injil adalah "kebodohan". Kebanggaan akan
kepandaian adalah salah satu penghalang terbesar terhadap pertumbuhan rohani.

14
Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk
menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai
segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-
rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup
pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Pengertian
Ilmu Pengetahuan lainnya adalah suatu sistem berbagai pengetahuan yang
didapatkankan dari hasil pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan secara teliti
dengan menggunakan suatu metode tertentu.

Jadi, ilmu adalah segala proses kegiatan terhadap suatu keadaan dengan cara
menggunakan alat, prosedur, cara, metode, sehingga menghasilkan pengetahuan
baru bagi manusia itu sendiri. Ilmu adalah pengetahuan yang sudah dikelompokkan,
disistematisasi, dan diinterpretasikan sehingga menghasilkan suatu kebenaran
objektif serta sudah diuji kebenarannya secara ilmiah. Mudahnya, ilmu adalah
kegiatan berpikir untuk mendapatkan pengetahuan yang benar atau secara
sederhana ilmu bertujuan mendapatkan kebenaran.

Terdapat hubungan antara iman dan ilmu pengetahuan karena sebagai umat
Kristen kita juga harus mengikuti era perkembangan salah satunya ilmu
pengetahuan yang tumbuh semakin cepat disetiap waktunya. Perkembangan ilmu
pengetahuan ditandai dengan berkembangnya teknologi yang semakin canggih dan
semakin memudahkan kita untuk melakukan aktivitas dan mengenal prinsip gereja
terhadap politik. Tuhan tidak pernah membatasi terlebih melarang untuk manusia
mengembangkan ilmu pengetahuan, bahkan Tuhan telah memberikan karunia
kepada manusia untuk bertalenta untuk dikembangkan untuk berkarya. (Mat 25:14-
30).
Hubungan iman Kristen dengan ilmu pengetahuan yang mengajarkan kita
bahwa ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kita sehari-hari
yang pada faktanya merupakan akal budi yang diberikan oleh Allah terhadap umat
manusia. Maka dengan akal budi yang diberikan maka haruslah dikembangkan dan
dilaksanaan sesuai dengan mandat Allah.

15
Iman dan Teknologi
Sebagai umat Kristen kita juga harus mengikuti era perkembangan zaman,
salah satunya ilmu pengetahuan yang tumbuh semakin cepat disetiap waktunya.
Perkembangan ilmu pengetahuan ditandai dengan berkembangnya teknologi yang
semakin canggih dan semakin memudahkan kita untuk melakukan aktivitas dan
mengenal prinsip gereja terhadap politik. Tuhan tidak pernah membatasi terlebih
melarang untuk manusia mengembangkan ilmu pengetahuan, bahkan Tuhan telah
memberikan karunia kepada manusia untuk bertalenta untuk dikembangkan untuk
berkarya. (Mat 25:14-30)

Teknologi merupakan berkat yang diberi Tuhan untuk kita, walaupun


terkadang disalahgunakan oleh manusia dan menimbulkan dosa. Maka dari itu
teknologi harus dibuat untuk membantu menjalani hidup dan melewati cobaan
hidup yang dirasakan oleh manusia. Ilmu pengetahuan bukanah tujuan melainkan
sebuah alat untuk kita dapat mencapai tujuan kita yang tentunya tetap pada jalan
Yesus sesuai dengan sejarah agama kristen. Kita tidak boleh dikuasai oleh
teknologi, melainkan kita yang harus menguasai teknologi agar tetap sesuai dengan
tujuan. Penting untuk membangun kehidupan atas suatu dasar yang kokoh,
sehingga manusia tidak terhanyut dengan pengaruh negatif teknologi modern
(Lukas 6:48).
Perkembangan teknologi dan informasi memiliki dampak positif yaitu
adanya informasi yang tersebar dengan cepat dan dapat berkomunikasi jarak jauh
dengan waktu yang sama. Selain itu, kita dapat mencari informasi dengan cepat dan
tepat dan yang terpenting sekarang, dengan teknologi kita dibantu dengan
melakukan transaksi dengan cepat secara online. Dampak negatifnya adalah adanya
kebebihan informasi dan hilangnya privasi orang karena dengan teknologi semua
bisa di akses.
Sebagai umat Kristen, kita harus mengingat bahwa sumber dari teknologi
adalah Allah. Alkitab mengatakan “Baiklah orang bijak mendengar dan menambah
ilmu dan baiklah orang yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan
(Amsal 1:5). Dari ayat ini kita bisa lihat bahwa Allah sebenarnya menghendaki kita

16
manusia untuk terus mengembangkan diri, menambah ilmu dan pengertian. Hal ini
berarti bahwa kita tidak perlu menjauhi teknologi tapi justru terus
mengembangkannya menjadi lebih baik lagi.
Sesuai dengan apa yang tertulus dalam ayat diatas, jelas bahwa Tuhan
memerintahkan manusia untuk mengembangkan Ilmu pengetahuan yang ada dalam
dirinya dan mencari bahan pertimbangan agar manusia menjadi lebih bijak dan
pengetian dan menjadi tujuan hidup orang kristen. Tuhan juga memerintahkan
manusia untuk menguasai dunia, dan untuk menaklukannya pasti membutuhkan
pengetahuan serta teknologi.

Bakat dan Kreativitas

Bakat merupakan kapasitas yang ada dalam diri seseorang ,yang mencakup
segala faktor yang ada pada diri suatu individu yang sudah dimiliki sejak lahir dan
kemudian menumbuhkan perkembangan keahlian, keterampilan dan kecakapan
tertentu , serta saat melakukan suatu tugas juga dipengaruhi oleh latihan yang sudah
pernah dijalaninya. Bakat memiliki sifat laten potensial, sehingga masih kharus
ditumbuhkan dengan cara dikembangkan lebih dalam lagi.Secara umum bakat
dibagi menjadi 2 yaitu bakat umum dan bakat khusus. Pada mulanya semua
individu diciptakan memiliki keunikan pada pribadi individu, salah satu keunikan
individu tersebut adalah bakat, baik bakat umum yang dimiliki semua orang ,
maupu bakat khusus yang dapat dikembangkan lagi.

Kreativitas merupakan kemampuan menciptakan suatu yang baru, dapat


berupa gagasan maupun suatu karya yang nyata,setiap individu memiliki daya
kreativitasnya masing-masing , sama seperti bakat , kreativitas merupakan
pemberian Allah agar kita serupa dengan dia. Kreativitas merupakan alat bagi kita
untuk menghasilkan suatu gagasan ataupun karya yang indah dan berguna , serta
hendaknya dapat digunakan untuk memuliakan, nama Tuhan, menjunjung tinggi
harkat dan martabat kemanusiaan, serta mempedulikan lingkungan. Seperti yang
kita ketahui , bahwa kreativitas menghasilkan banyak karya nyata diantaranya
berupa Seni Musik, Seni Tari, Seni Rupa, Seni Sastra ,dan Seni Teater.
17
Seni musik merupakan karya seni yang menggunakan nada dan bunyi
sebagai suatu keindahan dengan cara mengatur irama , harmoni serta melodi dari
bunyi tersebut sehingga menghasilkan sesuatu yang indah untuk didengar . Secara
umum music dibagi menjadi 2 yaitu music instrumental dan music non instrumental
yang lebih sering kita dengar sebagai vocal. Seni music ini dihasilkan dari gabungan
antara bakat dan kreativitas manusia , sehingga menghasilkan banya melodi, alat
musik , serta beragam genre music yang merupakan gagasan dari kreativitas
manusia. Musik dapat dijadikan menjadi ekspresi manusia terhadap rasa emosinya
seprti bahagia, sedih ,senang, marah maupun ekpresi lainnya , selain sebagai ekpresi
emosi manusia, music juga dapat menyatakan iman kita seperti: , rasa syukur,
kesedihan, dan penyesalan kita kepada Tuhan. Selain itu musil juga dapat
digunakan untuk menjadi sarana kita dapat lebih dekat lagi dengan Allah, dan
menyatakan kasih Allah kepada manusia.

Seni tari merupakan seni yang tercipta melalui ekpresi manusia yang
disalurkan dengan gerakan tubuh manusia yang menimbulkan suatu keindahan,
yang memberi suatu pesan dengan perasaan gerak tari tersebut. Pada umumnya
setiap gerakan tari selain mengandung keindahan memiliki pesan emosi dari
gerakan yang dibawa oleh seorang penari , bisa emosi bahagia, semangat, rasa
optimis, kasih , maupun kesedihan dan kedukaan. Dalam seni tari ini dapat
digunakan untuk memuliakan Tuhan namun perlu dikaji lebih dalam lagi apakah
gerakan keindahan yang terdapat dalam seni tari tersebut setara dengan pesan emosi
yang ingin diberikan atau lebih menonjolkan keindahan gerak tubuh , sehingga seni
tari perlu memperhatikan norma dan etika serta nilai sosial yang berlaku di daerah
tersebut.

Seni rupa merupakan seni yang tercipta melalui karya nyata dari suatu
kreativitas yang terkandung emosi dari manusia yang dapat dirasakan secara visual,
seni ini secara umum terbagi menjadi 2 yaitu seni rupa 2 dimensi yang berupa
lukisan dan seni rupa 3 dimensi yang biasanya berupa patung ataupun karya seni
yang fungsional.Karya seni ini juga merupakan sarana penyaluran emosi kita yang
dapat dirasakan oleh orang lain, selain itu karya seni rupa juga dapat menjadi sarana
18
dalam menyatakan kasih-Nya dengan cara melukiskan semua keindahan karya
ciptaannya.

Iman dan Sastra

Sastra dalam perspektif Kristen terdiri dari 3 hal penting yaitu : Kata-kata itu
penting, dan Makna kata dalam sastra,. Pertama, Kata-kata itu penting. Kata-kata
sangat diperlukan dalam berkomunikasi dan berekspresi, berbagi pengalaman dan
juga pengetahuan. Kata-kata tidak hanya diucapkan secara lisan namun juga dalam
bentuk tulisan yang indah dan berguna. Kedua, Makna kata dalam sastra. Makna
tersebut berdasarkan pemilihan kata yang kita buat dalam membuat suatu tulisan.
Pengibaratan, ilustrasi, imajinasi, dan lain-lain dapat bermakna memuliakan nama
Tuhan jika kita menulisnya mengaitkan dengan berbagai nilai moral.

Sastra juga sebagai ekspresi iman. Sastra dapat juga menyatakan kasih,
kebesaran, kuasa, dan kebaikan Tuhan kepada para pembaca kita. Selain itu, sastra
juga menjadi sarana bersaksi tentang perbuatan dan kebaikan Tuhan dalam hidup
kita. Alkitab juga merupakan sastra yang ditulis oleh para nabi yang mendapat
anugerah dari Tuhan untuk menulis segala perbuatan Tuhan. Bentuk sastranya
sendiri adalah prosa dan puisi.

Lewat tulisan, kita dapat menyampaikan cerita tentang kebaikan dan


perbuatan ajaib yang Tuhan berikan dalam hidup kita dengan gaya bahasa yang
indah dan memiliki nilai kesusastraan. Sastra juga menjadi sarana pelayanan kita
pada Tuhan yaitu Pelayanan Literatur. Melalui Alkitab kita dapat belajar menyusun
karya-karya tulis indah terlebih lagi bagaimana beriman kepada Tuhan. Dengan
demikian, orang yang membaca Alkitab tidak hanya membaca karya tulis indah tapi
juga mengalami perjumpaan dengan Allah.

Namun, sudah minim karya sastra Kristen yang kita jumpai. Kita bisa turut
ambil bagian dalam membuat terobosan baru dalam bidang sastra demi
berkembangnya sastra Kristen di Indonesia. Ada beberapa cara yang dapat kita
lakukan untuk mengembangkan dan memperluas eksistensi karya sastra Kristen di
tengah-tengah karya sastra Indonesia lainnya. Misalnya, membuat lomba karya
19
sastra Kristen, Membangkitkan pelayanan literatur gereja, membuat program
diskusi karya sastra rohani, membuat program talkshow seputar pelayanan literatur
dan karya sastra, memberi ruang di warta jemaat untuk informasi literatur Kristen,
membuat komunitas penulis Kristen, dan lain-lain.

Cara-cara ini diharapkan mampu memperluas eksistensi karya Kristen di


Indonesia untuk semakin dipedulikan dan diakui serta dikembangkan. Selain itu
dengan menulis literatur, kita juga bisa memotivasi orang percaya lainnya untuk
menulis karya juga yang berkualitas dan efektif dalam pemberitaan Firman Tuhan.
Dalam 2 Timotius 3 : 16 “ Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang
bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki
kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran”. Marilah kita giatkan
kembali pelayanan literatur kita demi perkembangan pelayanan pemberitaan Injil
melalui media tulisan.

20
BAB III

PENUTUP

Manusia dalam perjalanan hidupnya setiap hari secara langsung maupun


secara tidak langsung tentu menyadari dirinya sebagai pribadi yang bebas. Dasar
dari hal tersebut karena manusia memiliki akal budi yang dapat mengatasi seluruh
ruang dan waktu secara tak terbatas yang terbuka terhadap dunia realitas dirinya.
Kiranya kita selalu ingat 2 hal ini yakni kita tidak boleh menganggap diri sebagai
Allah, kita tidak boleh menggantikan Allah, kita tidak boleh bersikap seolah-olah
kita adalah Allah. Dan kita harus berjuang untuk hidup seperti Allah sebagaimana
yang diajarkan Firman Tuhan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Betakore, Joel., Naray, Cheryl. 2017. Buku Ajar MPK Agama Kristen.
Depok. Indonesia

pelitaku.sabda.org/memperluas_eksistensi_karya_sastra_kristen

journals.ums.ac.id

https://carm.org/kekristenan-dan-ilmu-pengetahuan

https://jagad.id/pengertian-bakat-macam-jenis-dan-contoh-bakat/.

https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-seni.html

https://www.academia.edu/8970142/Manusia

http://repository.unwira.ac.id/4992/4/

22

Anda mungkin juga menyukai