Anda di halaman 1dari 17

DI SUSUN

:
ANGELIA EKANINGTYAS
17101105080
BRIGITA MICHELLE LUNTUNGAN
17101105041
GABRIELLA MILLENIA RUNTU
17101103016
TRISKA LAMBA
17101102014
VITRAIL GLORIA NANCY MAIRI
17101106020
YOSEP RUDOL PARINDING
17101101015
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur, penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus, atas berkat dan
anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah Pendidikan
Agama Katolik dengan judul “Manusia“.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Pendidikan Agama Katolik dan mengajak serta menambah wawasan pembaca
untuk mengetahui lebih dalam tentang manusia, khususnya sejarah tentang manusia dari
berbagai macam pandangan, baik menurut para ahli, maupun menurut kitab suci.

Penulis menyadari, bahwa makalah ini masih terbatas dan jauh dari kata
sempurna, karenanya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat membangun, untuk perbaikan pembuatan makalah selanjutnya. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Manado, 20 Agustus 2017

Penyusun,
DAFTAR ISI

Hal.

KATA PENGANTAR ..............................................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................

A. Latar Belakang Masalah .........................................................................


B. Rumusan Masalah ..................................................................................
C. Tujuan .....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................

A. Pengertian Manusia .................................................................................


B. Asal – Usul Manusia ..............................................................................
C. Tujuan Manusia Berada di Dunia ...........................................................
D. Pandangan Tentang Manusia dalam Kebudayaan Ibrani .......................

BAB III PENUTUP ..................................................................................................

A. Kesimpulan .............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Diantara sekian banyak penemuan manusia dlam bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi yang semakin canggih, masih ada satu permasalahan yang hingga
kini belum mampu dijawab dan dijabarkan oleh manusia secara eksak dan ilmiah.
Masalah itu ialah maslah asal-usul manusia. Banyak ahli ilmu pengetahuan
mendukung teori evolidu yang mengatakan bahwa manusia berasal dari bentuk
maupun kemampuan yang sederhana kemudian mengalami evolusi dan kemudian
menjadi manusa seperti sekarang ini. Hal ini biperjuat dengan adanya penemuan-
penemuan ilmiah berupa fosil-fosil seperti jenis Phiteccanthropus dan
Meghanthropus.
Di lain pihak, bnyak ahli agama yang menetang adanya proses evolusi
manusia tersebut. Hal ini didasarkan pada berita-berita dan informasi yang terdapat
pada Kitab Suci masing-masing agama yang mengatakan bahwa manusia pertama
adalah Adam. Sehingga sangat penting untuk memahami bagaimana asal-usul
manusia yang sebenarnya.
Manusia pada dasarnya adalah makhluk budaya yang harus membudayakan
dirinya. Manusia sebagai makhluk budaya mampu melepaskan diri dari ikatan
dorongan nalurinya serta mampu memguasai alam sekitarnya dengan alat
pengetahuan yang dimikinya. Hal ini berbeda dengan binatang sebagai makhluk
hidup yang sama-sama makhluk alamiah dengan manusia dia tidak dapat
melepaskan dari ikatan dorongan nalurinya dan terikat erat oleh alam sekitarnya.
Manusia diciptakan oleh Tuhan, berasal dari debu tanah, dan diberi nafas
kehidupan, sehingga manusia menjadi makhluk yang paling sempurna dari
makhluk lainnya yang diciptakan oleh Tuhan. Oleh karena itu, manusia patut
bersyukur atas karunia yang telah diberikan oleh Tuhan.
Gereja Katolik percaya bahwa seluruh umat manusia diturunkan dari Adam
dan Hawa, “Magisterium Gereja Katolik mengajarkan tentang dosa asal, yang
berasal dari dosa yang dilakukan oleh seorang Adam [manusia pertama], dan yang
diturunkan kepada semua orang….” (Paus Pius XII, Humani Generis 37). Artinya,
Gereja Katolik mengajarkan monogenism dan menolak polygenism; sebab kita
percaya bahwa semua manusia diturunkan dari sepasang manusia pertama, yaitu
Adam dan Hawa

B. RUMUSAN MASALAH
1. Siapakah manusia?
2. Darimana manusia berasal?
3. Untuk apa manusia berada di dunia?
4. Pandangan tentang manusia dalam kebudayaan Ibrani.

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pegertian manusia
2. Untuk mengetahui asal-usul manusia menurut pandangan agama dan para ahli
3. Untuk mengetahui tujuan manusia berada di dunia menurut pandangan agama
Katolik
4. Untuk mengetahui pandangan manusia dalam kebudayaan Ibrani
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MANUSIA

Gereja Katolik mengajarkan bahwa manusia diciptakan menurut gambaran


Allah, yang artinya adalah: 1) manusia dapat mengenal dan mengasihi Penciptanya;
2) manusia adalah seorang pribadi, bukan hanya ‘sesuatu’, 3) manusia diciptakan
untuk menguasai alam dan melayani Tuhan yang telah menciptakan segala sesuatu
untuknya, 4) misteri tentang manusia hanya dapat dipahami dengan mengacu
kepada misteri Sang Sabda yang menjelma menjadi manusia, 5) umat manusia
merupakan satu kesatuan, karena mempunyai asal yang sama yaitu Allah, 6) maka
semua manusia adalah saudara dan saudari di dalam Tuhan; 7) manusia merupakan
mahluk rohani, walaupun ia mempunyai tubuh jasmani.
Beberapa pengertian manusia menurut para ahli :
a. Paula J. C. & Janet W. K.
Manusia merupakan makhluk yang terbuka, bebad memilih makna di dalam
setiap situasi, mengemban tanggung jawab atas setiap keputusan, serta turut
menysusn pola hubungan antar sesama dan unggul multidimensional dengan
berbagai kemungkinan.
b. Omar Mohmmad Al-Toumi Al-Syaibany
Manusia adalah makhluk yang mulia. Manusia merupakan makhluk yang
mampu berpikir, dan manusia merupakan 3 dimensi (yang terdiri dari badan,
ruh, dan kemapuan berpikir/akal). Manusia dalam proses tumbuh kembangnya
dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor keturunan dan faktor lingkungan.
c. Abineno J. I
Manusia adalah “tubuh yang dilengkapi dengan jiwa/berjiwa” dan bukan “jiwa
abadi yang berada ataupun yang terbungkus di dalam sebuah tubuh/ badan yang
fana/tidak nyata”.
d. I Wayan Watra
Manusia merupakan makhluk yang dinamis yang menganut trias dinamika yaitu
cipta, karsa, dan rasa.

B. ASAL – USUL MANUSIA


a. Asal-usul Manusia Menurut Agama Katolik
Gereja - berdasarkan amanat Kitab Suci - membeberkan beberapa
ajaran iman yang berhubungan dengan Adam dan Hawa. Adam dan Hawa
adalah manusia pertama yang diciptakan Allah dan ditempatkan di taman
Firdaus. Keduanya diakui sebagai pasangan suami-isteri pertama yang
menurunkan segenap umat manusia. Mereka adalah leluhur umat manusia.
Kecuali itu, Gereja mengajarkan bahwa dosa yang mencekam seluruh umat
manusia hingga kini diwariskan oleh Adam dan Hawa. Yesus Kristus, Putera
Allah, menjelma menjadi manusia untuk menyelamatkan manusia dari belenggu
dosa yang diwariskan Adam dan Hawa. Oleh Adam, dosa masuk ke dalam
dunia, tetapi oleh Yesus Kristus, Adam Kedua, manusia diselamatkan dari
belenggu dosa.
Dalam perjanjian Lama kata Adam (yang berhubungan dengan kata
adama: 'yang dari tanah') kadang-kadang berarti 'manusia yang diciptakan
Allah' (Kej 4:25; 5:1,3-5; 1 Taw 1:1; Tob 8:6; Sir 49:16). Tetapi pada dasarnya
Adam berarti 'manusia', 'manusia pada umumnya' (bdk. Kej 1:26-27; Ayb 14:1;
Mzm 8:5; 104:14 dst.). Melalui penyusunan cerita Firdaus, Adam dipandang
sebagai 'seorang laki-laki' (Kej 2-4), dan dipakai sebagai 'nama pribadi manusia
yang pertama' (Kej 4:25-5: 5). Dalam Perjanjian Baru, disamping beberapa ayat
yang menggambarkan pribadi Adam sebagai moyang semua manusia (Luk
3:38; Yud 14; Kis 17:26), atau pun makna perkawinan Kristen (Kej 2:24; Mat
19:46; Ef 5:31), pribadi Adam disoroti dalam hubungannya dengan Yesus
Kristus. Sedangkan Hawa, adalah perempuan pertama. Ia diciptakan Tuhan dari
tulang rusuk Adam. Nama Hawa dikaitkan dengan kata kerja Ibrani 'haya' yang
berarti 'hidup': "(perempuan) yang hidup, ibu orang-orang hidup."
Menurut iman-kepercayaan kita, Adam dan Hawa diciptakan Allah
menurut citra-Nya. Adam diciptakan dari debu tanah, sedangkan Hawa
diciptakan dari sebuah tulang rusuk Adam. Tuhan mencintai mereka melebihi
semua ciptaan lainnya. Tuhan mencita-citakan agar mereka hidup berbahagia
bersama-Nya, saling mencintai dan mencintai Tuhan. Panggilan untuk hidup di
dalam cinta diwujudkan dengan terciptanya manusia sebagai pasangan, pria dan
wanita. Tuhan menciptakan Hawa sebagai pendamping dan pelengkap yang
sejajar bagi Adam. Alkitab menggambarkan kesejajaran itu dengan cerita
penciptaan Hawa dari tulang rusuk Adam: "Ketika Adam tidur, Tuhan
mengambil salah satu rusuknya dan menutup tempat itu dengan daging. Lalu
Tuhan membentuk rusuk itu menjadi seorang wanita." (bdk Kej 2:21-23)
Tulang rusuk terletak di bagian tengah tubuh. Hal itu berarti Hawa sederajat
dengan Adam dalam hal martabat sebagai rnanusia, meskipun secara hakiki
keduanya berbeda satu sama lain. Pasangan manusia pertama ini sangat
berbahagia karenanya sehati sejiwa dan erat dengan Tuhan. Mereka kudus dan
karenanya tiada rasa malu di antara mereka, sekalipun mereka telanjang. Tetapi
Alkitab selanjutnya menggambarkan bahwa keduanya kemudian melanggar
perintah Allah, yaitu memakan buah 'pohon pengetahuan baik dan jahat', karena
godaan setan. Mereka berdosa: 'dosa ingin menjadi serupa dan sederajat dengan
Allah, Penciptanya'. Mereka ingin menjadi mahatahu seperti Allah.
Ketidak taatan mereka itulah akhirnya membawa dosa dan maut bagi
semua manusia di kemudian hari. Meskipun demikian cintakasih Allah kepada
mereka tidak pernah sirna oleh kedosaan mereka. Cintakasih Allah ternyata
jauh melebihi kejahatan dosa manusia. Hal ini tampak di dalam janji Allah
untuk mengutus seorang penyelamat yang akan lahir dari seorang wanita.
Dalam pribadi Yesus Kristus, yang lahir dari perawan Maria, janji Allah itu
terpenuhi. Dengan demikian, kecongkakan dan kekurang percayaan Hawa yang
melahirkan malapetaka kematian dihapus oleh kepercayaan, ketaatan dan
kerendahan hati Perawan Maria. Melalui Maria dan Puteranya Yesus Kristus,
jalan kepada Allah yang terputus oleh dosa Adam dan Hawa ditemukan
kembali.
Di sinilah terlihat nilai positif dari 'dosa manusia pertama', yaitu bahwa
dosa Adam dan Hawa ternyata mendatangkan anugerah terbesar Allah kepada
umat manusia, yakni 'pengutusan Yesus Kristus' sebagai Penebus dosa manusia.
'Dosa Adam' menjadi 'felix culpa' (dosa yang membahagiakan) karena,
mendatangkan Yesus Kristus - Adam Kedua. Oleh perbuatan Adam (pertama)
dosa masuk ke dalam dunia, tetapi oleh perbuatan Yesus Kristus, Adam Kedua,
keselamatan datang ke dalam dunia. Adam diciptakan untuk mempersiapkan
kedatangan 'Adam Sejati', yaitu Yesus Kristus, Penebus dunia.
Dengan demikian, kisah Adam dan Hawa juga terjadi seperti adanya,
yaitu bahwa ada sepasang manusia yang diciptakan Allah, dengan jiwa manusia
yang diciptakan langsung oleh Allah. Kitab Suci mengatakan bahwa tubuh
manusia dibentuk dari material yang sudah ada (debu tanah) namun jiwanya
langsung dihembuskan oleh Tuhan. Dengan demikian, seandainya dapat
dibuktikan bahwa ada mahluk lain yang konon menyerupai manusia (tapi bukan
manusia) dan berevolusi menjadi semakin mirip dengan manusia, yang ada
sebelum manusia Adam dan Hawa, hal itu tetap tidak menyalahi interpretasi
dari Kitab Kejadian (dalam hal ini jika perikop tersebut diartikan secara
allegoris. Namun untuk mengatakan demikian, tentu harus ada buktinya terlebih
dahulu secara ilmiah bahwa memang terjadi proses evolusi tersebut. Kitab
Kejadian mencatat tubuh manusia diciptakan dari materi yang sudah ada -dalam
hal ini debu tanah, namun pada saat penciptaan Adam dan Hawa, Allah
mengubah materi/ tubuh yang sudah ada tersebut menjadi tubuh yang layak
untuk menerima jiwa manusia. Sedangkan jiwa manusia diciptakan langsung
oleh Tuhan dari ketiadaan.

b. Asal – Usul Manusia menurut Toeri Sains


Teori yang pertama dapat dikenal dari Aristotle (384-322M) yang
disebut sebagai teori Abiogenesis atau Generasio Spontanea. Menurut teori ini
sumua yang hidup muncul secar terus menerus dari yang mati atau materi.
Namun teori ini diragui oleh Lazardo Spanlazani, Frencesco Redi (dari Itali)
dan Louise Pasteur (dari Perancis), berhasil membuktikan bahwa makhluk
hidup tidak dari materi yang mati. Semenjak itu pada tahun 1860, telah muncul
teori baru yang menyatakan bahwa semua makhluk yang hidup berasal dari
yang hidup sebelumnya (omne vivum ex vivo).
Setelah itu muncul teori evolusi baru yang dipelopori oleh seorang ahli
zoologi bernama Charles Robert Darwin (1809-1882). Pada hakikatnya
merupakan kelanjutan sahaja dari teori “omne vivum ex vivo”. Dalam teorinya
ia mengatakan : “Suatu benda (bahan) mengalami perubahan dari yang tidak
sempurna menuju kepada kesempurnaan”. Kemudian ia memperluas teorinya
ini hingga sampai kepada asal-usul manusia.
Manurut Darwin manusia sekarang ini adalah hasi yang paing sempurna
dari perkembangan tersebut secara teratur oleh hukum-hukum mekanik seperti
halnya tumbuhan dan hewan. Kemudian lahirlah suatu pengertian bahwa
manusia yang ada sekarang ini merupakan hasil evolusi dari kera-kera besar
(manusia kera berjalan tegak) selama bertahun-tahun dan telah mencapai bentu
yang paling sempurna.
Tetapi dalam hal ini Darwin sendiri kebingungan karena ada beberapa
jenis tumbuhan yang tidak mengalami evolusi dan tetap dalam keadaan seperti
semula.
Hal ini merupakan kelemahan teori yang dikemukakan oleh Darwin.
Karena tidak ada titik temua antara teori yang ada dengan kenyataan. Sebagi
contoh, para ahli zoologi sangat akrab dengan suatu species yang bernama
panchronic yang tetap sama sepanjang masa.
Di dalam teorinya, Darwin berpendapat bahwa manusia bearasal dari
perkembangna makhluk sejenis kera yang sederhana kemudian berkembang
menjadi hewan kera tingkat tinggi sampai akhirnya menjadi manusia. Namun
banyak juga ahli yang mengatakan bahwa teori yang dianggap ilmiah itu
ternyata tidak mutlak karena antara teori dengan kenyataan tidak dapat
dibuktikan.
Teori Darwin ini lambat laun digugurkan oleh para ilmuan-ilmuan
modern yang disebabkan karena kegagalan Darwin dalam menjelaskan
mekanisme trandormasi gen dari DNA kera menjadi manusia. Hal ini dapat
dilihat melalui diagran yang dibuat oleh Washburn (1960). Persoalan jika benar
manusia berasal dari kera mengapa manusia tidak berubah menjadi kera dan
begitu juga sebaliknya. Oleh sebab itu, manusia dan kera berbeda dan teori ini
tidak relevan.

C. TUJUAN MANUSIA BERADA DI DUNIA

Pertanyaan, “Jadi untuk apa saya hidup di dunia ini?” sesungguhnya


merupakan suatu refleksi seseorang kepada dirinya sendiri untuk menemukan
makna dan tujuan hidup. Cepat atau lambat setiap manusia umumnya akan bertanya
seperti ini di dalam hatinya. Ini adalah sesuatu yang umum, karena sebenarnya
Tuhan sendiri yang menanamkan dalam diri setiap orang untuk mempertanyakan
tujuan akhir hidup yang akan dicapainya. Tuhan yang menciptakan kita,
menanamkan di dalam hati kita kerinduan hati untuk kembali kepada-Nya,
darimana kita berasal, dan tujuan akhir tempat kita berpulang.
Tuhan menginginkan semua manusia hidup berbahagia. Maka semua
manusia umumnya mencari kebahagiaan, dan ini adalah sesuatu yang normal.
Namun sayangnya, sering kali definisi kita tentang kebahagiaan, berbeda dengan
definisi kebahagiaan menurut Tuhan. Pengertian kebahagiaan menurut Tuhan,
diajarkan oleh Kristus di dalam Delapan Sabda Bahagia (lih. Mat 5).
Katekismus Gereja Katolik kemudian mengajarkan:
a. KGK 1718 Sabda bahagia sesuai dengan kerinduan kodrati akan kebahagiaan.
Kerinduan ini berasal dari Allah. Ia telah meletakkannya di dalam hati
manusia, supaya menarik mereka kepada diri-Nya, karena hanya Allah dapat
memenuhinya:
“Pastilah kita semua hendak hidup bahagia, dan dalam umat manusia tidak ada
seorang pun yang tidak setuju dengan rumus ini, malahan sebelum ia selesai
diucapkan” (Agustinus, Mor. eccl. 1,3,4).
“Dengan cara mana aku mencari Engkau, ya Tuhan? Karena kalau aku mencari
Engkau, Allahku, aku mencari kehidupan bahagia. Aku hendak mencari
Engkau, supaya jiwaku hidup. Karena tubuhku hidup dalam jiwaku, dan jiwaku
hidup dalam Engkau” (Agustinus, Confession. 10,29).
“Allah sendiri memuaskan” (Tomas Aquinas, Symb. 1).
b. Dalam pelajaran Katekismus untuk anak- anak, diajarkan demikian
(diterjemahkan dari Baltimore Catechism, dijelaskan oleh Father Bennet C.P,
New York: Catholic Book Publishing Corp, 1964) p. 12-13):
Mengapa Allah menciptakan kita?
Allah menciptakan kita untuk menujukkan kebaikan-Nya dan untuk
membagikan kepada kita kebahagiaan kekal-Nya di surga.
Apa yang harus kita lakukan agar memperoleh kebahagiaan kekal di surga?
Untuk memperoleh kebahagiaan kekal di surga kita harus mengenal, mengasihi
dan melayani Allah di dunia.
Dari siapa kita dapat mengenal, mengasihi dan melayani Allah?
Kita dapat belajar untuk mengenal, mengasihi dan melayani Allah, dari Tuhan
Yesus Kristus, Allah Putera, yang mengajar kita melalui Gereja Katolik.
Walaupun ini adalah pelajaran tentang iman Katolik untuk anak- anak, namun
ada banyak orang dewasa yang tidak mengetahuinya. Bahwa sebenarnya,
Tuhan menghendaki agar kita hidup bahagia, dan jalan untuk hidup bahagia itu
sebenarnya diajarkan-Nya melalui Sabda-Nya, yang dijelaskan dengan setia
oleh Gereja yang didirikan-Nya, yaitu Gereja Katolik. Maka sekarang terserah
kepada kita, bagaimana menyikapi tawaran Allah itu: Maukah kita mengikuti
ajaran Kristus tentang kebahagiaan itu, ataukah kita mau mengikuti pengertian
kita sendiri tentang kebahagiaan.
Kristuslah jalan, kebenaran dan hidup yang akan menghantar kita kepada Allah
Bapa (Yoh 14:6) di mana kita akan menemukan kebahagiaan kita yang
sempurna. Allah yang menjanjikan pengharapan ini adalah Allah yang setia
(Ibr 10:23). Maka, jika kita mencari KerajaanNya dan kebenaran-Nya di dunia
ini, maka Tuhan akan setia mencukupkan kebutuhan kita, “maka semuanya itu
akan ditambahkan kepadamu.” (Mat 6:33). Dengan kata lain, kebahagiaan di
duniapun akan Tuhan berikan.
Sekarang pertanyaannya memang terpulang kepada kita, sudahkah kita mencari
Kerajaan Allah dan kebenaran- Nya? Sudahkah kita melaksanakan hukum
Tuhan yang terutama, yaitu mengasihi Tuhan dan sesama kita? Sudahkah kita
meresapkan Sabda Bahagia ini: miskin dan rendah hati di hadapan Allah,
berbesar hati dalam kesusahan, lemah lembut, lapar dan haus akan kebenaran,
murah hati, hidup kudus, membawa damai, rela dianiaya demi kebenaran?
(Mat 5: 3-10). Sudahkah kita sadari bahwa kita semua, baik awam maupun
religius, dipanggil untuk hidup kudus? Seruan untuk hidup kudus ini
merupakan pesan utama dari Konsili Vatikan II, 1962-1965, yang sangat
relevan pada jaman ini. Dengan berdoa , kita dapat meresapkan makna
kebahagiaan yang diajarkan oleh Tuhan Yesus, dan dengan demikian kita
dapat menemukan makna kehidupan kita yang sesungguhnya di dunia ini;
sambil menantikan penggenapannya yang sempurna di surga kelak. Teladan ini
secara jelas kita lihat dalam kehidupan para orang kudus, seperti Bunda Teresa
dari Kalkuta, Yohanes Don Bosco, Fransiskus dari Asisi, Theresia (Therese)
dari Liseux, dst. Dengan cara yang kecil dan sederhana kita melayani Tuhan,
yaitu dengan setia menjalani panggilan Tuhan dalam hidup kita, demi kasih
kita kepada Tuhan yang menciptakan kita maka kita memperoleh kebahagiaan
yang sesungguhnya.

D. PANDANGAN TENTANG MANUSIA DALAM KEBUDAYAAN IBRANI

Secara umum dapat dikatakan bahwa pandangan Ibrani tentang manusia


bersifat sintetis (merupakan sintesa). Antropologi Ibrani tidak mengenal pembagian
atas jiwa dan badan seperti yang biasa digunakan dalam antropologi Yunani (para
filsuf Yunani, yang kemudian mempengaruhi juga beberapa filsuf Kristen spt.
Agustinus, dll, berpandangan bahwa jiwa dan badan manusia adalah dua unsur
yang berbeda, jiwa terpenjara dalam badan manusia dan pada saat kematian, jiwa
mengalami pembebasan dari penjara badan). Semua istilah penting yang digunakan
dalam antropologi Ibrani bertolak dari suatu kenyataan konkret, dari salah satu
organ dalam tubuh manusia dan melihat di dalamnya suatu aspek penting manusia
seluruhnya. Untuk memahami pandangan Ibrani tersebut, perlu melihat dan
memahami beberapa istilah dalam antropologinya, yang menggambar-kan
pandangannya tentang manusia.
a. Nafesy (nefesy):
Antropologi Ibrani menyebut manusia dengan istilah Nefesy. Istilah
nefesy memiliki beberapa pengertian:
1. Arti asli nefesy adalah leher, kerongkongan.
2. Bertolak dari arti asli ini, nefesy juga berarti nafas, hidup, nyawa
(pengertian hidup di sini bukan hidup dalam arti abstrak, tetapi hidup
dalam suatu tubuh, dalam suatu mahluk atau dengan kata lain mahluk
hidup). Nefesy juga dipakai untuk manusia yang merindukan atau
membutuhkan sesuatu, baik jasmani-biologis (seperti makanan dan
minuman) maupun psikologis-spiritual (misalnya merindukan
kebahagiaan, bahkan merindukan Allah – Mzr 42:2).
3. Nefesy juga berarti pribadi, individu, mahluk. Dalam pengertian ini, bukan
manusia mempunyai nefesy tetapi manusia adalah nefesy.
b. Ruah:
Istilah antropologi Ibrani yang kedua adalah ruah, yang mirip artinya
dengan nefesy.
1. Arti asli ruah adalah angin, (dan juga) nafas.
2. Ruah juga berarti budi dan makna. Di sini, istilah ruah menekankan
dan menggam-barkan hubungan dinamis antara Allah dan manusia.
Dalam pengertian ini, ruah dipakai untuk manusia (orang) yang
digerakkan oleh Allah untuk suatu tugas khusus dalam sejarah
keselamatan.
3. Masih dalam kaitan dengan pengertian kedua di atas, ruah pada
umumnya meng-gambarkan manusia, sejauh dia dinamis, penuh kemauan
dan berinisiatif.

c. Basar:

Istilah ketiga yang penting adalah basar.

1. Basar dalam bahasa sehari-hari berarti daging, dalam arti yang konkret,
dibedakan dari tulang, misalnya.
2. Namun kata ini juga dipakai untuk menyebut keseluruhan manusia (maka
di sini, bukan manusia mempunyai basar, tetapi manusia adalah basar.
Dalam konteks ini, manusia disebut basar, dalam pengertian dia mahluk
lemah dan fana, yang hidupnya akan berlalu, khususnya berhadapan
dengan Allah.
3. Basar juga mempunyai arti lain yang penting, yakni keluarga (saudara),
kekerabatan. Maka bagi orang Ibrani, yang lebih ditekankan adalah
manusia sebagai ens sociale, sebagai mahluk sosial.

d. Leb atau Lebab

Leb atau Lebab menunjuk kepada salah satu organ sentral dalam tubuh
manusia. Maka tidak mudah tentu untuk menunjuk organ mana dalam diri
manusia, yang dapat menerjemahkan kata ini dalam bahasa Indonesia.

1. Dalam sebuah pengertian yang lebih umum dan figuratif, leb atau lebab
lebih cocok untuk diterjemahkan dengan pengertian kata hati dalam
bahasa Indonesia. Karena pengertian kata hati dalam bahasa Indonesia
lebih figuratif, merujuk kepada inti pribadi manusia, dan menggambarkan
fungsi sentral dalam hidup manusia (tidak merujuk pada salah satu organ
tubuh saja). Leb atau lebab adalah manusia yang berakal budi, manusia
yang mempunyai pengertian dan kebijaksanaan. Leb atau Lebab adalah
manusia yang berpikir dan selanjutnya juga yang membuat keputusan.
Jadi, leb atau lebab ini menyebut manusia, sejauh ia berakal budi
(berpikir) dan berkehendak (membuat pertimbangan) dalam mengambil
keputusan.
2. Secara antropologis, leb atau lebab ini menyebut manusia yang emosional
(bergembira dan bersusah).

Demikianlah, pandangan orang Ibrani tentang manusia yang bersifat


sintetis, di mana manusia dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh, yang unsur-
unsur dalam dirinya tidak dapat dibagi-bagi dan bisa berdiri sendiri.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Manusia adalah hasil ciptaan Allah (Kejadian 1:26-27; 2:7) Manusia


bukanlah “pletikan” Allah, jelmaan dari sebagian diri Allah, bukan pula
anak dalam arti biologis yang keluar dari diri Allah. Manusia adalah mahluk
yang riil ada, hasil karya dari tangan agung Sang Khalik. Untuk ini harus
dicamkan bahwa manusia bagaimanapun berbeda dengan Allah. Allah
adalah khalik dan manusia adalah hasil karyaNya. Manusia merupakan
makhluk ciptaan Allah yang sempurna yang memiliki akal dan mampu
berpikir, dan miliki tubuh jasmani yang fana atau tidak kekal.
2. Gereja - berdasarkan amanat Kitab Suci - membeberkan beberapa ajaran
iman yang berhubungan dengan Adam dan Hawa. Adam dan Hawa adalah
manusia pertama yang diciptakan Allah dan ditempatkan di taman Firdaus.
Keduanya diakui sebagai pasangan suami-isteri pertama yang menurunkan
segenap umat manusia. Mereka adalah leluhur umat manusia. Menurut
iman-kepercayaan kita, Adam dan Hawa diciptakan Allah menurut citra-
Nya. Adam diciptakan dari debu tanah, sedangkan Hawa diciptakan dari
sebuah tulang rusuk Adam.
3. Tujuan manusia berada di dunia ini adalah untuk melihat kebaikan kasih
Allah dan untuk mendapatkan kebahagiaan kekal-Nya di surga.
DAFTAR PUSTAKA

http://faustinaabi82.blogspot.com/2016/10/makalah-hakekat-manusia-menurut.html

http://pengertiandefinisi.com/pengertian-manusia-menurut-para-ahli/

http://googleweblight.com/?lite_url=http://bebibandel.blogspot.com/2010/02/makalah-

asal-usul-manusia.html

https://pondokrefleksi.wordpress.com/2014/03/09/martabat-manusia-menurut-

pandangan-kristiani/

Anda mungkin juga menyukai