Anda di halaman 1dari 13

KALOR DAN TEMPERATUR

A. Pengertian Kalor dan Temperatur


Temperatur kita kenal sebagai ukuran panas atau dinginnya suatu benda.
Secara lebih tepat, temperatur merupakan ukuran energi kinetik molekuler
internal rata-rata sebuah benda (Tipler, 1998 : 560). Sedangkan menurut
Hamid (2007 : 19), temperatur merupakan besaran yang dimiliki bersama
oleh dua sistem yang berada dalam keaadaan setimbang termal.
Pada awalnya kalor dianggap sebagai zat alir (fluida) tanpa bobot dan
tidak dapat dilihat. Kalor timbul jika tidak ada bahan yang dibakar. Kalor
dapat berpindah dari benda yang satu ke benda yang lainnya dengan cara
konduksi, konveksi, dan radiasi.
Pengalaman Count Rumford dan Sir James Prescott Joule dalam
pengeboran laras meriam dan percobaan-percobaannya dapat disimpulkan
bahwa energi mekanik terus-menerus berubah wujudnya menjadi kalor. Ini
berarti ada kesetaraan antara energi mekanik dengan kalor. Dalam
percobaannya Joule menemukan, bahwa 4,186 Joule setara dengan 1 kalori.
Jadi 1 Kal = 4,186 Joule (Hamid, 2007 : 4).
Apabila sebuah zat diberikan ataupun melepaskan kalor, maka ada dua
hal yang mungkin terjadi, yakni zat tersebut akan mengalami perubahan
temperatur atau hal lain yang mungkin terjadi adalah zat tersebut akan
mengalami perubahan wujud (fase). Apabila kalor tersebut hanya digunakan
untuk perubahan temperatur saja, maka kalor tersebut biasa dikenal dengan
kalor sensible (sensible heat), sedangkan jika kalor tersebut digunakan untuk
mengubah wujud (fase) zat, maka kalor itu biasa disebut dengan kalor laten
(latent heat) (Nofrizal, 2008 : 3).
Kalor dapat berpindah karena adanya perbedaan suhu. Kalor pada suatu
benda dapat berpindah dari suatu benda yang suhunya tinggi ke benda lain
yang suhunya rendah. Fenomena perpindahan kalor ini dapat dengan mudah
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, misalnya pada saat memasak, api yang
mengenai bagian dasar panci akan menyebar ke seluruh bagian permukaan
panci dan bahan makanan yang ada di dalamnya. Contoh lainnya yaitu kalor
(panas) matahari yang sampai ke permukaan bumi.
Ada tiga cara terjadinya perpindahan kalor, yaitu melalui cara konduksi,
cara konveksi, dan cara radiasi.
1. Konduksi
Konduksi, atau disebut juga hantaran, merupakan salah satu cara
perpindahan kalor melalui suatu perantara zat tanpa disertai perpindahan
bagian-bagian dari zat itu. Misalnya, ketika kita memanaskan logam pada

apriliaerlita.wordpress.com
salah satu ujungnya, maka lambat laun ujung lainnya akan menjadi panas
karena adanya perpindahan kalor melalui logam tersebut. Contohnya,
apabila seseorang memasak dengan menggunakan panci, maka api dari
kompor akan memanaskan bagian dasar panci terlebih dahulu sebelum
kemudian seluruh permukaan badan panci menjadi panas.
2. Konveksi
Konveksi merupakan salah satu cara perpindahan kalor melalui suatu
zat disertai oleh perpindahan zat tersebut. Perpindahan kalor secara
konveksi hanya terjadi pada zat cair dan gas (fluida). Misalnya, ketika air
dipanaskan maka bagian air yang panas akan berkurang massa jenisnya,
sehingga akan naik ke permukaan. Tempat air panas tersebut akan
digantikan oleh air dingin yang juga akan mengalami hal serupa dengan
air panas sebelumnya. Proses seperti ini terus berulang hingga akhirnya
seluruh bagian air menjadi panas.

Contoh proses konveksi


3. Radiasi
Radiasi atau pancaran merupakan cara perpindahan kalor tanpa
perpindahan zat perantara. Misalnya pancaran sinar matahari. Panas dari
matahari dapat sampai ke bumi, walaupun jarak antara bumi dan
matahari sangat jauh dan diantara bumi dan matahari terdapat ruang
hampa.

Kapasitas Kalor, Kalor Jenis, dan Kalor Laten pada kalor :


1. Kapasitas Kalor
Banyaknya kalor (Q) yang diperlukan untuk menaikkan suhu suatu
zat sebanding dengan perubahan temperatur (∆T) zat tersebut.
Perbandingan antara kalor dan perubahan temperatur disebut sebagai
kapasitas kalor yang biasanya disingkat dengan huruf C. Kapasitas kalor
dapat didefinisikan sebagai banyaknya energi yang dalam hal ini adalah

apriliaerlita.wordpress.com
kalor panas yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur suatu zat
tertentu. Maka dari itu kapasitas kalor memiliki satuan Joule/Kelvin.

2. Kalor Jenis
Kalor jenis suatu zat didefinisikan sebagai banyaknya kalor yang
diperlukan untuk menaikkan suhu 1 kg zat sebesar 1°C atau 1 K. Atau
dengan kata lain, banyaknya kalor (Q) yang diperlukan untuk menaikkan
suhu suatu zat sebanding dengan perubahan temperatur (∆T) dan massa
(m) zat tersebut. Maka dari itu kalor jenis memiliki satuan J/kg.K . Secara
matematis hubungan tersebut dinyatakan sebagai berikut.

3. Kalor Laten
Kalor laten merupakan kalor yang diperlukan oleh suatu berubah
wujud. Kalor laten biasanya disimbolkan dengan L. Besar kalor laten
tergantung dari jenis zat, sehingga kalor laten tiap zat berbeda-beda.
Contohnya ketika merebus air maka dibutuhkan kalor laten untuk
mengubah air menjadi uap air. Besarnya kalor yang diperlukan pada
perubahan wujud suatu benda dinyatakan sebagai berikut :

Nilai kalor laten zat juga bergantung dari proses perubahan wujud
yang terjadi. Pada saat benda melebur, maka kalor laten yang digunakan
adalah kalor laten lebur yang biasanya disebut kalor lebur atau kalor
beku. Pada saat benda menguap, maka kalor laten yang digunakan adalah
kalor laten didih yang biasanya disebut kalor didih atau kalor uap.

B. Kesetimbangan Termal / Hukum ke Nol Termodinamika


Pernyataan hukum ke Nol Termodinamika “Jika dua benda berada
dalam kesetimbangan termal, maka ketiga benda itu berada dalam
kesetimbangan termal satu sama lain” (Tipler, 1998 : 561).
3

apriliaerlita.wordpress.com
Kesetimbangan termal dicapai ketika dua sistem dalam termal kontak
dengan masing-masing berhenti untuk memperoleh net perubahan energi. Ini
berarti bahwa jika dua sistem dalam kesetimbangan termal, suhu mereka
sama. Kesetimbangan termal terjadi ketika suatu sistem termal mokroskopik
yang teramati telah berhenti untuk perubahan waktu. Misalnya kita
mendekatkan sebatang tembaga hingga bersentuhan dengan batang besi
dingin. Batang tembaga akan sedikit menyusut, yang menyatakan bahwa
bidang itu mengalami pendinginan, sedangkan batang besi yang sedikit
memuai, yang menyatakan bahwa bidang besi itu mengalami pemanasan.
Kedua batang itu dikatakan berada dalam kontak termal. Pada akhirnya
proses ini terhenti, artinya tak satu batangpun berubah panjangnya. Bila hal
ini terjadi, kedua batang itu dikatakan saling berada dalam kesetimbangan
termal.

Kesetimbangan Termal / Hukum ke Nol Termodinamika


(Young, Hugh D. Sears and Zemansky, 2008 : 552)

Dengan kalimat lain kesetimbangan termal atau hukum ke nol


termodinamika dapat dinyatakan sebagai berikut. Apabila sistem A berada
dalam keadaan setimbang termal dengan sistem B dan sistem A juga dalam
keadaan setimbang termal dengan sistem C, maka sistem B juga berada dalam
keadaan setimbang termal dengan sistem C.

C. Anomali Air
Pada umumnya hampir setiap zat cair akan memuai bila dipanaskan, dan
akan menyusut bila didinginkan. Tetapi tidak demikian halnya dengan air.
Pada suhu 0°C hingga 4°C, air menunjukkan perilaku yang berbeda, dimana
bila dipanaskan maka volumenya akan menyusut (berkurang) dan bila
didinginkan maka volumenya akan mengembang (memuai). Hal yang
bertentangan dengan sifat pemuaian ini dinamakan anomali air. Jadi, bila air
dipanaskan dari mulai suhu 0 °C hingga 4 °C volumenya akan berkurang, dan
pada suhu lebih dari 4 °C volumenya akan bertambah.

apriliaerlita.wordpress.com
Volume 1 g air pada tekanan atmosfer versus temperatur. Volume minimum,
yang sesuai dengan kerapatan maksimum, terjadi pada 40C
(Young, Hugh D. Sears and Zemansky, 2008 : 560)

D. Skala dan Jenis Termometer


1. Skala Termometer
Penetapan skala pada termometer diawali dengan pemilihan dua
titik tetap, yaitu titik lebur es sebagai titik tetap bawah dan titik didih air
sebagai titik tetap atas. Kedua titik tetap tersebut diberi angka, kemudian
dibagi-bagi dalam beberapa skala yang disebut derajat. Berdasarkan
prinsip inilah dibuat skala Celcius (C), skala Reamur (R), skala
Fahrenheit (F), skala Kelvin (K), dan Rankine(Rn) (Suliyanah, 2008 :
28).
 Skala Celcius (C)
Titik lebur es diberi angka 0, sedangkan titik didih air diberi angka
100. Daerah antara kedua titik tetap ini dibagi dalam skala 100.
 Skala Reamur (R)
Titik es diberi angka 0, sedangkan titik didih air diberi angka 80.
Daerah antara kedua titik ini dibagi dalam 80 skala.
 Termometer Fahrenheit (F)
Titik es diberi angka 32, sedangkan titik didih air diberi angka 212.
Daerah antara kedua titik tetap ini dibagi dalam 180 skala.
 Termometer Kelvin (K)
Titik es diberi angka 273, sedangkan titik didih air diberi angka 373.
Daerah antara kedua titik dibagi dalam 100 skala.
 Termometer Rankine (Rn)
Titik es diberi angka 492, sedangkan titik didih air diberi angka 672.

apriliaerlita.wordpress.com
Hubungan skala suhu Celcius, Reamur, Fahrenheit, Kelvin dan Rankine
sebagai berikut (Suliyanah, 2008 : 28) :

Hubungan antara Kelvin, Celcius, dan Fahrenheit


(Young, Hugh D. Sears and Zemansky, 2008 : 556)

2. Jenis Termometer
o Termometer Zat Cair dalam Gelas
Termometer zat cair dalam gelas disebut juga termometer cairan.
Cairan yang paling banyak dipakai untuk mengisi tabung termometer
adalah air raksa. Selain air raksa, dapat juga digunakan cairan alkohol
untuk mengisi tabung termometer (Suliyanah, 2008 : 19-20).

o Termometer Gas Volume Tetap


Bila gas dipanaskan dalam ruang tertutup (volume dibuat tetap),
maka tekanannya akan bertambah. Perubahan tekanan ini
dimanfaatkan untuk mengukur suhu pada termometer gas volume
tetap.

apriliaerlita.wordpress.com
Bahan, konstruksi, dan ukuran termometer ini berbeda-beda
diberbagai biro dan lembaga yang tersebar di seluruh dunia tempat
alat ini digunakan dan bergantung pada sifat gas serta kisaran daerah
suhu yang akan diukur. Gas yang biasa digunakan adalah gas hidrogen
atau helium.
Gas dimasukkan dalam tabung B (biasanya terbuat dari platina atau
lakur platina) yang dihubungkan oleh pipa kapiler dengan kolom air
raksa M. Volume gas dipertahankan tetap dengan mengatur tinggi
kolom air raksa M sampai permukaan
air raksa menyentuh ujung jarum penunjuk dalam ruang di atas M
yang dikenal sebagai ruang buntu. Kolom air raksa M diatur dengan
menaikkan atau menurunkan tandon. Perbedaan tinggi h antara kedua
kolom air raksa M dan M’ diukur ketika tabung B dikelilingi oleh
sistem yang suhunya akan diukur dan ketika dikelilingi oleh air pada
titik tripelnya. Pengukuran suhu pada termometer gas volume tetap
dirumuskan (Suliyanah, 2008 : 20-21) :
( )

o Pirometer
Pirometer khusus untuk mengukur suhu yang sangat tinggi,
misalnya suhu cairan logam di pabrik pengelolaan logam. Di dunia
industri, selain pirometer hambatan, dikenal juga yang disebut
pirometer optik (optical pyrometer). Pirometer optik terdiri atas
sebuah teleskop T. Di dalam tabung teleskop ini ada filter F dari gelas
merah dan sebuah lampu listrik L berukuran kecil.

apriliaerlita.wordpress.com
Jika pirometer diarahkan ke api suatu tungku, pengamat dapat
melihat melalui teleskop, filamen lampu yang gelap dengan latar
belakang api tungku yang terang.
Filamen lampu ini dihubungkan dengan baterai B dan reostat R.
Dengan cara memutar tombol reostat, arus di dalam filamen lampu L
dapat diatur sedemikian rupa sehingga terang cahaya lampu L dapat
ditambah berangsur-angsur sampai terang filamen sama dengan terang
latar belakangnya, yaitu api tungku yang terang, berfungsi sebagai
obyek yang akan diukur suhunya. Pengukuran suhu pada pirometer
optik dirumuskan sebagai berikut (Suliyanah, 2008 : 22-23) :
( )

o Termocopel
Bila dua logam yang berbeda jenisnya (terutama berbeda
pemuaiannya) disentuhkan, maka saat suhu berubah timbul gaya gerak
listrik (ggl). Besarnya ggl yang timbul bergantung pada selisih suhu
kedua titik sambung dan jenis pasangan logam.

Besarnya ggl yang terjadi dimanfaatkan untuk pengukuran suhu


pada termokopel, yang susunannya dapat dilihat pada gambar di
bawah ini

Elektromotansi termal diukur dengan potensiometer yang harus


diletakkan jauh dari sistem yang suhunya akan diukur. Sambungan
patokan diletakkan dekat dengan sambungan uji dan terdiri dari dua
hubungan ke kawat tembaga yang dipertahankan pada suhu lebur es.
Sambungan patokan terdiri atas dua hubungan yang satu
8

apriliaerlita.wordpress.com
menghubungkan A dengan tembaga dan yang satu lagi
menghubungkan B dengan tembaga. Kedua hubungan itu dibuat
konstan pada suhu yang disebut suhu patokan. Sifat termometrik pada
termometer ini adalah gaya gerak listrik (ggl) yang dapat diukur
dengan potensiometer.
Besaran ini dikaliberasi dengan mengukur elektromotansi termal
pada berbagai suhu yang diketahui, dengan sambungan patokan dijaga
tetap pada suhu 0oC. Kisaran daerah suhu yang diukur suatu
termokopel bergantung pada bahan yang digunakan. Termokopel
platina, 10%rodium/platina berkisar antara 0oC sampai 1600oC.
Yang sering dipakai adalah termokopel yang salah satu
hubungannya terbuat dari platina murni dan yang satu lagi 90%
platina dan 10% radium. Keuntungan termokopel terletak pada
cepatnya mencapai kesetimbangan termal dengan sistem yang akan
diukur suhunya. Jadi termokopel dapat mengikuti perubahan suhu
dengan cepat tetapi tidak begitu cermat seperti termometer hambatan
platina. Pengukuran suhu pada termokopel dirumuskan sebagai
berikut (Suliyanah, 2008 : 23-25) :
( )

o Termometer Hambatan Listrik


Hambatan listrik dari logam akan bertambah apabila suhu logam
naik. Sifat ini yang dipakai sebagai dasar kerja thermometer hambatan
listrik. Jika termometer hambatan listrik berbentuk kawat halus yang
panjang, biasanya kawat itu dililitkan pada kerangka tipis untuk
menghindari regangan berlebihan ketika kawat mengerut pada waktu
dingin.
Dalam keadaan khusus, kawat itu dapat dililitkan pada atau
dimasukkan dalam bahan yang suhunya akan diukur. Dalam kisaran
suhu rendah, termometer hambatan sering kali terdiri atas hambatan
radio dan terbuat dari komposisi karbon dan kristal germanium yang
didoping dengan arsenik dan dimasukkan dalam kapsul tertutup berisi
helium.
Termometer ini dapat ditempelkan pada permukaan zat yang
suhunya akan diukur atau diletakkan dalam lubang yang digurdi untuk
maksud itu. Biasanya hambatan diukur dengan mempertahankan arus
tetap yang besarnya diketahui dalam termometer itu dan mengukur
beda potensial kedua ujung hambat dengan pertolongan potensiometer
yang sangat peka. Rangkaian yang sering dipakai untuk maksud itu
ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

apriliaerlita.wordpress.com
Arus dibuat tetap dengan cara mengatur hambatan geser sehingga
beda potensial kedua ujung hambat baku yang terpasang seri dengan
termometer, seperti terlihat pada potensiometer pemonitor, tetap sama.
Termometer hambatan platina dapat dipakai untuk pekerjaan yang
sangat cermat dalam kisaran antara -253oC sampai 1200oC.
Pengukuran suhu pada termometer hambatan listrik dirumuskan
sebagai berikut (Suliyanah, 2008 : 25-26) :
( )

E. Prinsip Pemuaian Zat


Salah satu sifat zat pada umumnya adalah mengalami perubahan
dimensi/ukuran (panjang, luas, dan volume) jika dikenai perubahan suhu. Jika
suatu zat diberi kalor/panas, maka zat tersebut mengalami :
 Perubahan suhu (mengalami kenaikan suhu)
 Perubahan wujud/fase
 Pemuaian/ekspansi (mengalami pertambahan ukuran)
Besarnya pertambahan ukuran/dimensi benda ditentukan oleh :
 Jenis benda ukuran benda mula-mula
 Jumlah kalor yang diberikan
Benda padat, cair, maupun gas semuanya terdiri dari partikel-partikel
atau molekul-molekul yang senantiasa bergerak dan saling tarik-menarik satu
sama lain. Kenaikan temperatur/suhu menyebabkan jarak rata-rata antara
atom-atom bertambah sehingga menyebabkan benda berekspansi/memuai.
Jelasnya, ketika benda dipanaskan, gerak molekul-molekul bertambah cepat
sehingga molekul-molekul akan terdorong saling menjauhi dan akibatnya
volume benda bertambah besar. Pada keadaan ini dinyatakan bahwa benda
tersebut mengalami pemuaian (berekspansi).

10

apriliaerlita.wordpress.com
Model pergerakan molekul dalam benda padat, cair, dan gas
(Young, Hugh D. Sears and Zemansky, 2008 : 557)

Jika benda didinginkan, maka gerak molekul menjadi lambat sehingga


gaya tarik menarik antar molekul mengecil dan akibatnya volume benda
menyusut. Pada keadaan ini dinyatakan bahwa benda mengalami penyusutan.
Jadi semua benda, baik padat, cair, maupun gas pada umumnya
berekspansi/memuai jika dipanaskan dan menyusut jika didinginkan, kecuali
air pada suhu antara 0oC - 4oC, justru menyusut jika suhu dinaikkan. Contoh
zat lainnya yang menyusut jika dipanaskan adalah bismut dan parafin.
Perubahan ukuran benda karena kenaikan suhu biasanya tidak besar
kadang-kadang tidak dapat diamati terutama pada zat padat, namun akibatnya
dapat dirasakan. Sebagai contoh, rel-rel kereta api pada siang hari yang panas
akan melengkung karena pemuaian apabila pemasangannya tidak benar,
dalam hal ini rel-rel itu tidak diberi peluang untuk memuai atau ekspansi.
Semestinya di antara sambungan rel-rel kereta api dibuat celah agar pada
siang hari yang panas bila terjadi pemuaian, rel tidak melengkung. Kadang-
kadang celah telah dibuat, namun rel masih mungkin memanjang dan
menutupi celah sehingga batang rel-rel kereta api melengkung. Untuk
mengatasi hal itu, dibuat lubang-lubang baut berbentuk lonjong.
1. Pemuaian Panjang
Beberapa zat padat seperti besi, aluminium, dan tembaga ternyata
mengalami pemuaian yang berbeda ketika dipanaskan. Batang
aluminium dan batang besi yang panjangnya sama, ketika dipanaskan
dengan kenaikkan suhu yang sama, aluminium memuai lebih dari dua
kali pemuaian besi. Perbedaan sifat muai berbagai zat ditentukan oleh
koefisien muai panjang dari masing-masing zat itu sendiri.

11

apriliaerlita.wordpress.com
Pemuaian panjang
(Young, Hugh D. Sears and Zemansky, 2008 : 557)

Koefisien muai panjang (α) didefinisikan sebagai perbandingan


antara pertambahan panjang zat (∆L) dengan panjangnya semula (Lo),
untuk setiap kenaikkan suhu sebesar satu satuan suhu (∆T).

( )

2. Pemuaian Luas
Benda padat yang berbentuk bidang seperti pelat-pelat besi atau
lembaran kaca, lebih tepat ditinjau muai luasnya atau muai bidangnya
Pemuaian luas berbagai zat bergantung pada koefisien muai luasnya.

Koefisien muai luas suatu zat (ß) adalah perbandingan antara


pertambahan luas zat (∆A) dengan luas semula (Ao), untuk setiap
kenaikkan suhu sebesar satu satuan suhu (∆T).

( )
3. Pemuaian Gas/Volume
Benda padat yang berbentuk ruang seperti kubus besi, lebih tepat
ditinjau muai volumenya. Pemuaian volume berbagai zat bergantung
pada koefisien muai volumenya.
Koefisien muai volume suatu zat (γ) adalah perbandingan antara
pertambahan volume zat (∆V) dengan volume semula (Vo), untuk setiap
kenaikkan suhu sebesar satu satuan suhu (∆T).

( )

12

apriliaerlita.wordpress.com
DAFTAR PUSTAKA

Hamid, Ahmad Abu. 2007. Diktat Kuliah :Kalor dan Termodinamika.Yogyakarta


: FMIPA UNY.
Harmoko, Adhi. ____. PPT : Termodinamika I. Depok : Fisika UI.
Nofrizal. 2008. Perancangan Thermal dan Elektrikal. Depok : FT UI.
Suliyanah. 2004. Suhu dan Kalor. Jakarta : Depdiknas.
Tippler, Paul A.1998. FISIKA untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Erlangga.
Young, Hugh D. Sears and Zemansky. 2008. University Physics : with Modern
Physics – 13th Edition.

13

apriliaerlita.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai