Percobaan 7 Energy Losses in Pipe
Percobaan 7 Energy Losses in Pipe
PERCOBAAN 7
ENERGY LOSSES IN PIPE
DISUSUN OLEH
KELOMPOK VIII
2018
ABSTRAK
Energy loses in pipe adalah kerugian energi yang diakibatkan oleh suatu faktor dalam
air melalui pipa. Salah satu penyebab energy losses ini adalah desain dari sistem perpipaan
tersebut. Fluida yang mengalir didalam perpipaan akan mengalami gesekan sehingga akan
menimbulkan kehilangan energi (energy losses). Berbagai industri kimia menerapkan analisis
energy losses in pipe pada sistem perpipaan untuk mengetahui besarnya kerugian yang terjadi pada
aliran. Contohnya di industri adalah pada perancangan sistem perpipaan pada pabrik.
Tujuan percobaan ini adalah mempelajari headloss yang ditimbulkan oleh friksi dalam
aliran air melalui pipa serta menentukan friction factor yang terjadi pada kecepatan aliran tertentu
dan pada kedua jenis aliran, laminar dan turbulen. Percobaan dilakukan pada kecepatan alir rendah
dan kecepatan alir tinggi. Prosedur dimulai dengan Setting-Up Alat, Pengambilan data percobaan
dengan kondisi flow control valve bukaan ¾, 1¼, 1¾ dan 2¼ untuk kecepatan alir rendah maupun
kecepatan aliran tinggi. Data percobaan yang didapatkan akan digunakan untuk menghitung nilai
headloss dan friction factor pada aliran dalam pipa.
Hasil dari percobaan didapat kecepatan alir rendah maupun tinggi secara umum nilai
headloss semakin besar dengan bertambahnya kecepatan aliran. Pada kecepatan alir tinggi, friction
factor yang didapat lebih kecil dan headloss yang ditimbulkan lebih besar dari kecepatan alir
rendah. Nilai headloss pada percobaan kecepatan aliran tinggi berturut-turut sebesar 0,0497 m;
0,0756 m; 0,0931 m dan 0,1043 m. Sedangkan pada kecepatan aliran rendah nilai headloss
berturut-turut sebesar 0,0441 m; 0,0665 m; 0,0791 m dan 0,0931 m.
VII-1
PERCOBAAN 7
ENERGY LOSSES IN PIPE
7.1 PENDAHULUAN
VII-1
praktikan dapat menentukan friction factor dalam air melalui pipa sehingga dapat
mengaplikasikan dalam dunia industri.
VII-2
VII-3
(a)
(b)
Gambar 7.1 (a) Aliran Laminar (b) Aliran Turbulen (Utomo,1984)
Misalkan ada bidang padat yang berbatasan dengan cairan, umpannya sebuah
mistar yang sebagian dicelupkan dalam air. Andaikan bahwa mula-mula tidak ada
gerakan, pada suatu waktu bidang digerakkan dengan kecepatan yang tetap ().
Maka akan terlihat bahwa mula-mula bagian dari cairan yang menempel pada
bidang akan bergerak, akan tetapi kemudian bagian-bagian cairan yang nanti akan
bergerak searah dengan arah gerakan bidang. Molekul-molekul cairan yang tidak
VII-4
langsung bersentuhan dengan bidang padat itu, bergerak dengan kecepatan yang
lebih kecil dari , makin jauh dari bidang maka semakin kecil kecepatannya.
Bidang padat dapat memindahkan momentum, mv ke arah tegak lurus pada arah
kecepatan . Ke arah perpindahan momentum itu (tegak lurus arah ) terdapat
suatu perubahan dalam besarnya kecepatan (Utomo, 1984).
Manometer adalah suatu piranti yang sangat penting yang
fungsinya ialah mengukur perbedaan tekanan. Pada gambar 7.3
diperlihatkan bentuk manometer yang paling sederhana.
Andaikan bahwa bagian yang diarsir pada tabung U itu diisi
dengan zat cair A, yang densitasnya ialah ρA, dan bahwa lengan
tabung U diatas zat cair itu diisi dengan fluida B yang
densitasnya ialah ρB. Fluida B tidak dapat bercampur dengan zat
cair A dan lebih ringan dari A (tidak serapat A); biasanya, fluida B
ini ialah gas seperti udara atau nitrogen.
faktor-faktor lain, misalnya waktu, disebut fluida tak-Newton. Contoh cairan tak-
Newton adalah pasta, aspal cair, dan sebagainya (Utomo, 1984).
Friksi merupakan kerugian energi mekanik, sehingga
tekanan downstream berkurang. Persamaan friction factor:
64
f= ; Re < 2100
ℜ
……(7.1)
sebagai:
f =θ ( NRe ) Re <2100
……(7.2)
Dimana fungsionalnya akan bergantung pada efek relative pada
mekanisme molekular dan turbulen. Beberapa persamaan f tidak
menyatakan perbedaan dalam keseluruhan. Faktor friksi disini
adalah:
(−∆ P ) D
f= ; Re 2100
2 v −2 L ρ
……(7.3)
0,5
f =0,0056+ 0,32 ; R< 2100
NRe
……(7.4)
umum digunakan ialah baja karbon-rendah yang dibuat menjadi pipa yang dikenal
dengan nama pipa besi hitam (black-iron pipe). Pipa besi tempa (wrought iron)
dan besi cor juga banyak digunakan untuk tujuan-tujuan khusus (McCabe dkk,
1999).
Istilah kinematik berkenaan dengan deskripsi kuantitatif dari pergerakan
fluida atau deformasi. Laju deformasi bergantung pada distribusi dari kecepatan
dalam fluida. Kecepatan fluida (v) merupakan kuantitas vektor, dengan tiga
komponen kartesian vx, vy dan vz. Vektor kecepatan fluida merupakan fungsi dari
posisi dan waktu. Aliran steady adalah salah satu contoh dari kecepatan fluida
yang bergantung pada waktu, sedangkan aliran unsteady merupakan kecepatan
fluida yang bervariasi terhadap waktu (Perry, 1997).
Kondisi aliran dibedakan menjadi dua yaitu aliran laminar dan aliran
turbulen. Aliran laminar ditandai dengan garis-garis aliran yang tidak saling
memotong, sedang turbulen garis alirannya saling memotong (Maryono dkk,
2003) Tegangan geser dan juga fluks momentum dapat dibagi menjadi dua jenis,
satu jenis tegangan geser itu ditimbulkan oleh suku kecepatan yang searah dengan
arah alir aliran dan disebut tegangan geser aliran laminar. Selain tegangan geser
aliran laminar itu ada lagi tegangan geser yang ditimbulkan oleh suku kecepatan
ke kedua arah sumbu yang lain. Tegangan geser ini disebut tegangan geser aliran
bergolak. Unutk memperoleh fungsi penyebaran kecepatan dalam aliran bergolak
tidak dapat ditempuh dengan jalan analisa lengkap, akan tetapi terpaksa digunakan
juga persamaan hasil percobaan. Dari hasil analisa dapat diperoleh penyebaran
kecepatan untuk aliran laminar dalam pipa:
2
Vz r
V z , max
= 1- ( )
R
………(7.5)
Untuk aliran bergolak dalam pipa maka hasil percobaan telah didapat penyebaran
kecepatan secara kasar yang berlaku hanya untuk bilangan Reynolds antara
10.000 dan 100.000:
VII-8
1
Vz r
V z , max
= ( 1−
R ) 7
………(7.6)
Gambar 7.3 Penyebaran Kecepatan Aliran Laminar dan Bergolak (Utomo, 1984)
7.3 METODOLOGI PERCOBAAN
Deskripsi Alat :
Keterangan:
1. Air bleed screw
2. Pressure tapping (H.P)
3. Test section
4. Mercury manometer
5. Pressure water manometer
6. Pressure tapping (L.P)
7. Flow control valve
8. Adjustable feet
9. Inlet pipe to constant head
tank
10. Inlet pipe to test section
11.Pipe clips
12. Constant head tank
13. Air inlet/outlet valve
14. Air pump
15. Flexible outlet pipe from
head tank overflow
VII-9
VII-10
7.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah air.
7.3.3.1.2Pengambilan Data
1. Flow control valve dibuka pada bukaan ¼, 1¼, 2¼ dan 3¼.
2. Headloss yang tertera pada manometer dibaca.
3. Volume dan temperature fluida yang tertampung dalam gelas ukur selama 10
detik diukur.
4. Percobaan diulangi sebanyak 3 kali untuk masing-masing bukaan.
7.3.3.1.3Pengambilan Data
1. Flow control valve dibuka pada bukaan ¼, 1¼, 2¼ dan 3¼.
2. Headloss yang tertera pada manometer dibaca.
3. Volume dan temperature fluida yang tertampung dalam gelas ukur selama 10
detik diukur.
VII-11
VII-10
Tabel 7. 2 Hasil Pengamatan Kecepatan Aliran Rendah
Bukaan
No flow Volume 1 Volume 2 Volume 3 Volume avg Waktu Temperatur h0 h1 h2
. control (m3) (m3) (m3) (m3) (s) (oC) (m) (m) (m)
valve
1. ¾ 2,1x10-5 2,1x10-5 2,1x10-5 2,1x10-5 10 29 0,371 0,399 0,342
2. 1¼ 3,2x10-5 3,2x10-5 3,1x10-5 3,16x10-5 10 29 0,371 0,409 0,333
3. 1¾ 3,8x10-5 3,7x10-5 3,8x10-5 3,76x10-5 10 29 0,371 0,412 0,325
4. 2¼ 4,4x10-5 4,5x10-5 4,4x10-5 4,43x10-5 10 29 0,371 0,425 0,315
VII-12
Tabel 7.4 Hasil Perhitungan Kecepatan Alir Rendah
No. Bukaan Test Pipe (m) Volume Time to Temp. Kinematic h0 h1 h2 Headloss,
Length, Diameter, avg, of Viscosity, ∆hf
collect,
L d V water, ν (m) (m) (m)
(s) (m)
(m) (m) (m3) (0C) (m2/s)
1. ¾ 0,5 0,003 2,1x10-5 10 29 8,1800x10-7 0,371 0,399 0,342 0,044
2. 1¼ 0,5 0,003 3,16x10-5 10 29 8,1800x10-7 0,371 0,409 0,333 0,0665
3. 1¾ 0,5 0,003 3,76x10 -5
10 29 8,1800x10 -7 0,371 0,412 0,325 0,0791
4. 2¼ 0,5 0,003 4,43x10-5 10 29 8,1800x10-7 0,371 0,425 0,315 0,0931
VII-13
VII-16
7.4.2 Pembahasan
Headloss merupakan hilangnya energi mekanik persatuan massa fluida.
Sedangkan friction factor adalah fungsi kekasaran relatif dari dinding pipa bagian
dalam yang tergantung dari jenis bahan pipa yang digunakan serta merupakan
fungsi turbulensi aliran yang dinyatakan sebagai Reynolds number. Reynolds
number dapat berhubungan langsung dengan headloss atau kerugian energi yang
diakibatkan oleh friksi dalam aliran melalui pipa. Headloss yang timbul pada
aliran suatu fluida dalam pipa dapat dapat disebabkan oleh ketidakberaturan
saluran ukuran dan bentuk seperti debit fluida tersebut. Pada percobaan ini,
kecepatan aliran tinggi yaitu aliran yang sumber airnya berasal dari pompa
sehingga menghasilkan debit dan volume aliran yang lebih besar. Sedangkan
kecepatan aliran rendah yaitu aliran yang sumber airnya berasal dari reservoir.
Maka dari itu, kecepatan dari aliran rendah debitnya tidak terlalu besar. Hal ini
dapat ditunjukkan dengan meningkatnya Reynolds number. Semakin besar debit
aliran fluida maka tekanan akan semakin besar.
Berdasarkan hasil perhitungan, pada kecepatan aliran tinggi maupun
rendah dapat dibuat grafik hubungan antara velocity () dan headloss (hf) yang
dapat dilihat pada Gambar 7.3 sebagai berikut:
0.12
0.1
0.08
Headloss (m)
0.06
Tinggi
0.04 Rendah
0.02
0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8
Velocity (m/s)
Gam
bar 7.5 Hubungan Headloss (hf) dan Velocity () pada Kecepatan Aliran
Tinggi dan Kecepatan Aliran Rendah
VII-17
f .L.V2
∆ hf = ...(7.7)
D .2 . g
0.07
0.06
Friction Factor (f)
0.05
0.04
Tinggi
0.03
Rendah
0.02
0.01
0
1000 1200 1400 1600 1800 2000 2200 2400 2600 2800
Reynolds Number (Re)
Gambar 7.6 Hubungan Friction factor (f) dengan Reynolds number (NRe) pada
Kecepatan Aliran Tinggi dan Kecepatan Aliran Rendah
64
F= ...(7.8)
NRe
adalah kekasaran relatif pipa dan Reynolds number. Berdasarkan grafik yang
didapat, maka dapat dikatakan hasil percobaan sudah sesuai dengan teori
Reynolds yang menyatakan bahwa semakin besar Reynolds number maka friction
factor akan semakin kecil.
VII-20
7.5 PENUTUP
7.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah nilai dari
headloss pada bukaan ¾, 1¼, 1¾ dan 2¼ masing-masing pada kecepatan aliran
tinggi adalah 0,0497 m; 0,0756 m; 0,0931 m dan 0,1043 m. Sedangkan pada
kecepatan aliran rendah adalah 0,0441 m; 0,0665 m; 0,0791 m dan 0,0931 m.
Nilai friction factor pada bukaan ¾, 1¼, 1¾ dan 2¼ masing-masing pada
kecepatan aliran tinggi adalah 0,0521; 00,0342; 0,0278 dan 0,1043. Sedangkan
pada kecepatan aliran rendah adalah 0,0587; 0,0389; 0,0327 dan 0,0278.
7.5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada percobaan ini adalah dengan manambah
variasi bukaan flow control valve menjadi 3½, 4, 4½ dan 5 agar dapat
membandingkan data hasil percobaan menggunakan bukaan valve maksimal (5)
dengan bukaan valve lainnya pada alat percobaan energy loses in pipe.
DAFTAR PUSTAKA
DP-VII-1
DAFTAR NOTASI
DN-VII-1
LAMPIRAN PERHITUNGAN
c. Flowrate (Qt)
V 0,00002533
Qt= =
t 10
m3
¿ 2,3667 x 10−6
s
d. Velocity (v)
Diketahui: d test pie= 0,003 m
m3
4 ( 2,3667 x 10−6 )
4 ( Qt ) s
v= =
π d2 3,14 ( 0,003 m )2
m
¿ 0,3350
s
LP-VII-1
Diketahui: T= 29 oC
Kinematic viskosity (V)= 0,818x10-6 m2/s
LP-VII-2
LP-VII-3
m
0,3350
.0,003 m
v.d s
ℜ= =
V m2
0,818 x 10−6
s
¿ 1228,5501
g. Headloss
2
m
∆ hf =
F . I .V 2
=
(
0,0521.0,5 m. 0,3350
s )
2. g . d m
2.9,8 .0,003 m
s
¿ 0,0497 m
Hasil Perhitungan pada bukaan 1¼, 2¼ dan 3¼ dapat dilihat pada Tabel 7.3
¿ ( 399−342 ) . 10−3 m
−3
¿ 57 x 10 m
LP-VII-4
c. Flowrate (Qt)
V 2,1 x 10−5 m3
Qt= =
t 10
m3
¿ 2,1 x 10−6
s
d. Velocity (v)
Diketahui: d test pie= 0,003 m
3
m
4 (2,1 x 10−6 )
4 ( Qt ) s
v= 2
=
πd 3,14 ( 0,003 m )2
m
¿ 0,2972
s
g. Headloss
2
m
∆ hf =
2
F . I .V
=
(
0,0587.0,5 m. 0,2972
s )
2. g . d m
2.9,8 .0,003 m
s
¿ 0,0441 m
LP-VII-5
Hasil Perhitungan pada bukaan 1¼, 2¼ dan 3¼ dapat dilihat pada Tabel 7.4