Anda di halaman 1dari 53

BAB 1 PENDAHULUAN 1.

Laut
1.1 Definisi Paleontologi - Litoral =0–5m - Batyal = 200 –
Paleontologi berasal dari kata : Paleo berarti masa lampau/kuno , 2000 m
Onthos berarti Kehidupan, dan Logos berarti Ilmu Jadi paleontologi - Epineritik = 5 – 50 m - Abyssal = 2000 –
adalah Ilmu yang mempelajari kehidupan masa lampau (Study 5000 m
tentang fosil ) - Neritik = 50 – 200 m - Hadal = > 5000 m
Paleontologi terbagi dua cabang yaitu: Paleobotani (tumbuhan) dan
Paleozoologi (hewan)

1.2 Cara Hidup Makhluk Hidup


1. Mutualisme
Merupakan Hubungan dengan makhluk lain saling menguntungkan
2. Parasitisme
Merupakan Hubungan dengan makhluk lain dimana yang satu untung
dan yang lain rugi

1.3 Tempat Hidup / Lingkungan Hidup Gambar 1. Lingkungan laut (L.S.F. 1991)
1.3.1 Tempat Hidup
1. Benthos (Di dasar laut) 2. Darat (Sungai, Danau, dll)
- Secyl = menempel pada benda mati & tidak berpindah- 3. Transisi (Air Payau)
pindah
- Vagyl = di dasar laut & berpindah-pindah 1.4 FOSIL
2. Pelagos (Melayang-layang) 1.4.1 Pengertian fosil
- Planktonik = bergerak pasif mengikuti arus Fosil merupakan Jejak / sisa kehidupan baik langsung / tidak langsung
- Nektonik = bergerak aktif di permukaan terawetkan dalam lapisan kulit bumi, terjadi secara alami dan mempunyai
1.3.2 Lingkungan Hidup umur geologi ( > 500.000 tahun )

1
Fosil dalam “Paleontologi” terbagi menjadi 2 jenis, yaitu : serangga yang tersimpan dalam amber atau getah tumbuhan. Semua
- Fosil Makro/besar (Macrofossil) ini biasa saja berupa asli binatang yang tersimpan
Dapat dilihat dengan mata biasa (megaskopis)
- Fosil Mikro/kecil (Microfossil)
Hanya dapat dilihat dengan bantuan alat mikroskop (mikroskopis)
Dilihat dari asal kata fosil, Fosil berasal dari bahasa latin, yaitu Fossilis,
yang berarti menggali dan/ sesuatu yang diambil dari dalam tanah/batuan,
sedangkan

Fosilisasi merupakan semua proses yang melibatkan penimbunan hewan


atau tumbuhan dalam sedimen, yang terakumulasi & mengalami
pengawetan seluruh maupun sebagian tubuhnya serta pada jejak-jejaknya

1.4.2 Jenis Fosil


1. Organisme itu sendiri
Tipe pertama ini adalah binatangnya itu sendiri yang
terawetkan/tersimpan. Dapat beruba tulangnya, daun-nya,
cangkangnya, dan hampir semua yang tersimpan ini adalah bagian dari
tubuhnya yang “keras”.

Dapat juga berupa binatangnya yang secara lengkap (utuh) tersipan.


misalnya Fosil Mammoth yang terawetkan karena es, ataupun
serangga yang terjebak dalam amber (getah tumbuhan).

Petrified wood atau fosil kayu dan juga mammoths yang terbekukan,
and juga mungkin anda pernah lihat dalam filem berupa binatang
Gambar contoh fosil mikro

2
2. Sisa-sisa Aktifitasnya 1.4.3 Sistem Pengawetan Fosil
Secara mudah pembentukan fosil ini dapat melalui beberapa jalan,
antara lain seperti yang terlihat dibawah ini. Fosil sisa aktifitasnya
sering juga disebut dengan Trace Fosil (Fosil jejak), karena yang
terlihat hanyalah sisa-sisa aktifitasnya. Jadi ada kemungkinan fosil itu
bukan bagian dari tubuh binatang atau tumbuhan itu sendiri.

Penyimpanan atau pengawetan fosil cangkang ini dapat berupa


cetakan. Namun cetakan tersebut dapat pula berupa cetakan bagian
dalam (internal mould) dicirikan bentuk permukaan yang halus, atau
Gambar diatas menunjukkan bagaimana sebuah cangkang dapat
external mould dengan ciri permukaan yang kasar. Keduanya bukan
terekam. Pada gambar paling atas menunjukkan sebuah cangkang dan
binatangnya yang tersiman, tetapi hanyalah cetakan dari binatang atau
potongan dari sebuah cangkang doble (bivalve) dipotong melintang
organisme itu

Gambar: fosil berupa jejak

3
Penggantian seluruh bagian fosil dengan mineral lain
5. Dehydrasi/Leaching/Pelarutan
6. Mold/Depression
Fosil berongga dan terisi mineral lempung

7. Trail, Track, Burrow


Gambar : gambar yang menunjukan jejak fosil
Trail = Cetakan/jejak-jejak kehidupan binatang purba
1.4.4 Syarat Terbentuknya Fosil yang
1. Mempunyai bagian yang keras menimbulkan kenampakan yang lebih halus
2. Segera terhindar dari proses-proses kimia (oksidasi & reduksi) Track = Sama dengan trail, namun ukurannya lebih
3. Tidak menjadi mangsa binatang lain besar
4. Terendapkan pada batuan yang berbutir halus (agar tidak larut ) Burrow = Lubang-lubang tempat tinggal yang ditinggalkan
5. Terawetkan dalam batuan sedimen binatang purba
6. Terawetkan dalam waktu geologi (minimal 500.000 tahun)
1.4.6 Keterdapatan Fosil
1.4.5 Proses yang Mempengaruhi Terbentuknya Fosil 1. Batuan Beku
1. Histometabasis Pada batuan beku tidak akan dijumpai fosil karena batuan beku
Penggantian sebagian tubuh fosil tumbuhan dengan pengisian terbentuk dari hasil pembekuan magma, sehingga tidak mungkin
mineral lain (contoh : silika) dimana fosil tersebut diendapkan terhadap fosil.
2. Permineralisasi
Histometabasis pada binatang
3. Rekristalisasi
Berubahnya seluruh/sebagian tubuh fosil akibat P & T yang tinggi,
sehingga molekul-molekul dari tubuh fosil (non-kristalin) akan
mengikat agregat tubuh fosil itu sendiri menjadi kristalin
4. Replacement/Mineralisasi/Petrifikasi

4
Gambar 8. Dari batuan sedimen, hewan-hewan dapat tersimpan .
dengan baik
Terutama pada batuan sedimen yang berbutir halus

Gambar 6. Fosil Tidak Akan Terbentuk Pada Batuan Beku


3. Batuan Metamorf
2. Batuan Sedimen Pada batuan metamorf, masih mungkin dijumpai, namun sedikit
Batuan sedimen sangat baik untuk pengendapan organisme, shg sekali & umumnya fosil tersebut telah hancur bahkan telah hilang
akan banyak terkandung fosil di dalam batuan sedimen tersebut oleh proses metamorfisme

Gambar 9. Kemungkinan kecil fosil terdapat pada batuan metamorf


Gambar : lingkungan sedimen

5
BAB 2 2.1.2 Fosil Mikro
TEKNIK PENGAMATAN Karena fosil mikro mempunyai ukuran yang sangat kecil, sehingga
pengamatan di lapangan sulit dilakukan, sehingga pengamatan di
2.1 Pengamatan Lapangan lapangan lebih di fokuskan kepada deskripsi batuan di lapangan yang
2.1.1 Fosil Makro meliputi : warna batuan, tekstur batuan, struktur batuan serta
Karena fosil makro mempunyai ukuran yang besar, maka dalam komposisinya secara megaskopis. Selanjutnya adalah pencatatan secara
pengamatannya tergantung dari kekerasan batuan tempat fosil makro lengkap lokasi tempat & sampel batuannya, meliputi : hari, tanggal, nomer
tersebut berada. Penyajian fosil makro relatif lebih mudah dibandingkan sampel, nama batuan dll.
fosil mikro karena dalam penyajiannya dilakukan secara mudah dengan
pengambilan fosil yang terekam lalu dibersihkan, setelah itu dapat 2.2 Pengamatan Laboratorium
langsung dideskripsi secara megaskopis beserta batuan tempat fosil Pengamatan di laboratorium dilakukan untuk analisa fosil secara detail
tersebut berada yang tidak dapat dilakukan di lapangan. Pengamatan di laboratorium ini
terutama adalah dari fosil-fosil mikro dengan menggunakan bantuan alat
Apabila kesulitan dalam deskripsi di lapangan, maka dilakukan
mikroskop. Adapaun tahap-tahap pengamatan di laboratorium akan
dokumentasi yang baik, meliputi : sampel batuan, tempat pengambilan,
dijelaskan selanjutnya
no. sampel, dll. Setelah itu, dibawa di laboratorium untuk dianalisis lebih
lanjut

Gambar 10. Contoh fosil-fosil makro yang terdapat di lapangan


Eoglobigerina operta

6
2.3 Teknik Dokumentasi 2. Kualitas Sampel
Berikut merupakan tahap-tahap dalam pengambilan sampel batuan yang Pengambilan sampel batuan untuk analisis mikropaleontologi harus
mengandung fosil mikro, yaitu : memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Sampling  Bersih, sebelum mengambil sampel harus dibersihkan dari semua
Sampling adalah pengambilan sampel batuan di lapangan untuk kepingan pengotor
dianalisis kandungan mikrofaunanya. Fosil mikro yang terdapat dalam  Representatif dan Komplit, harus dipisahkan dengan jelas
batuan mempunyai bahan pembentuk cangkang dan morfologi yang antara sampel batuan yang mewakili suatu sisipan atau suatu
berbeda, namun hampir seluruh mikrofosil mempunyai satu sifat fisik lapisan batuan. Ambil sekitar 300-500 gram (hand specimen)
yang sama, yaitu ukurannya yang sangat kecil dan kadang sangat sampel batuan yang sudah dibersihkan.
mudah hancur, sehingga perlu perlakuan khusus dalam  Pasti, apabila sampel terkemas dengan baik dalam suatu
pengambilannya. Sangat diperlukan ketelitian serta perhatian dalam kemasan kedap air yang ditandai dengan tulisan tahan air, yang
pengambilan sampel, memisahkan dari material lain, lalu mencakup segala hal keterangan tentang sampel tersebut seperti
menyimpannya di tempat yang aman dan terlindung dari kerusakan nomer sampel, lokasi, jenis batuan dan waktu pengambilan, maka
secara kimiawi dan fisika hasil analisis sampel pasti akan bermanfaat.

Beberapa prosedur sampling pada berbagai sekuen sedimentasi dapat Ketidak hati-hatian kita dalam memperlakukan sampel batuan akan

dilakukan, seperti : berakibat fatal dalam paleontologi maupun stratigrafi apabila tercampur

a. Spot Sampling, dengan interval tertentu merupakan metode baur, terkontaminasi ataupun hilang.

terbaik untuk penampang yang tebal dengan jenis litologi yang 3. Jenis Sample

seragam, seperti pada lapisan batugamping. Pada metode ini Jenis sampel disini ada 2 macam, yaitu :

dapat ditambahkan channel sample (sampel paritan) sepanjang  Sampel permukaan, sampel yang diambil langsung dari

kurang lebih 30 cm pada setiap interval 1,5 meter. pengamatan singkapan di lapangan. Lokasi & posisi stratigrafinya

b. Channel sample, dapat dilakukan pada penampangg lintasan dapat diplot pada peta.

yang pendek 3 – 5 m, pada litologi yang seragam atau pada  Sampel bawah permukaan, sampel yang diambil dari suatu
perselingan batuan dan dilakukan setiap perubahan unit litologi. pemboran.

7
Dari cara pengambilannya, sampel bawah permukaan dapat 1. Cawan tempat contoh batuan
dipisahkan menjadi: 2. Jarum
 Inti bore (core), seluruh bagian lapisan pada kedalaman tertentu 3. Lem unuk merekatkan fosil
diambil secara utuh. 4. Tempat fosil
 Sampel hancuran (ditch-cutting), lapisan pada kedalaman 5. Mikroskop & alat penerang
tertentu dihancurkan dan dipompa keluar, kemudian ditampung.
 Sampel sisi bor (side-well core), diambil dari sisi-sisi dinding bor 2.4.1 Fosil Makro
dari lapisan pada kedalaman tertentu. Karena fosil mikro terdapat dalam masa batuan, sehingga dalam
2.4 Alat dan Bahan penyajian fosilnya harus dipisahkan dari masa batuan yang ada.
Peralatan yang digunakan dalam pengambilan sampel, antara lain : Penyajian fosil mikro meliputi tahap-tahap:
1. Palu geologi a. Proses Penguraian batuan, meliputi : Penguraian batuan
2. Kompas geologi (fisika/kimia), pengayakan & pengeringan
3. Plastik/tempat sampel b. Proses Pemisahan Fosil
4. Buku catatan lapangan c. Determinasi Fosil
5. Alat tulis
6. HCl 0,1 N 2.5 Proses Penguraian Batuan
7. Peta lokasi pengambilan sampel 1. Proses penguraian secara fisik
Cara ini digunakan terutama untuk batuan sedimen yang belum begitu
Sedangkan peralatan lain guna menyajikan fosil, antara lain : kompak dan dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu :
1. Wadah sampel  Batuan sedimen ditumbuk dengan palu karet sampai menjadi
2. Larutan H2O2 pecahan-pecahan dengan diameter 3-6 mm
3. Mesin pengayak
 Pecahan-pecahan batuan direndam dalam air
4. Ayakan menurut skala Mesh
 Kemudian direas-remas dalam air
5. Tempat sampel yang telah dibersihkan
 Diaduk dengan mesin aduk atau alat pengaduk yang bersih
6. Alat pengering / oven
 Dipanaskan selama 5-10 menit

Dan untuk memisahkan fosil, peralatan yang diperlukan antara lain :  Didinginkan

8
Umumnya batuan sedimen yang belum begitu kompak, apabila Pengayakan dapat dilakukan dengan cara basah dan cara kering :
mengalami proses-proses tersebut akan terurai. a. Cara kering
 Keringkan seluruh contoh batuan yang telah terurai
2. Proses penguraian secara kimia  Masukkan kedalam ayakan paling atas dari unit ayakan yang telah
Bahan-bahan larutan kimia yang biasa digunakan dalam penguraian tersusun baik sesuai denagn keperluan
batuan sedimen antara lain : asam asetat, asam nitrat dan hydrogen  Mesin kocok dijalankan selama + 10 menit
piroksida. Penggunaan larutan kimia sangat tergantung dari macam  Contoh batuan yang tertinggal di tiap-tiap ayakan ditimbang dan
butir pembentuk batuan dan jenis semen. Oleh sebab itu, sebelum dimasukkan dalam botol/plastik contoh batuan
dilakukan penguraian batuan tersebut perlu diteliti jenis butirannya, b. Cara basah
masa dasar dan semen. Hal ini dikerjakan dengan seksama agar fosil Cara ini pada prinsipnya sama dengan cara kering, tetapi pada
mikro yang terkandung didalamnya tidak rusak atau ikut larut bersama umumnya menggunakan ayakan yang kecil. Pengayakan dilakukan
zat pelarut yang digunakan dalam air sehingga contoh batuan yang diperoleh masih harus
Contoh : dikeringkan terlebih dahulu
Batulempung dan Lanau
Penguraian batuan dilakukan dengan menggunakan larutan Hydrogen Proses Pemisahan Fosil
Pyroksida (H2O2). Fosil-fosil dipisahkan dari butiran lainnya dengan menggunakan jarum.
3. Proses Pengayakan Untuk menjaga agar fosil yang telah dipisahkan tidak hilang, maka fosil
Dasar proses pengayakan adalah bahwa fosil-fosil dan butiran lain perlu disimpan di tempat yang aman. Setelah selesai pemisahan fosil,
hasil penguraian terbagi menjadi berbagai kelompok berdasarkan penelitian terhadap masing-masing fosil dilakukan.
ukuran butirnya masing-masing yang ditentukan oleh besar lubang.
Namun, perlu diperhatikan bahwa tidak semua butiran mempunyai
bentuk bulat, tetapi ada juga yang panjang yang hanya bisa lolos
dalam kedudukan vertikal. Oleh karena itu, pengayakan harus
digoyang sehingga dengan demikian berarti bahwa yang dimaksudkan
dengan besar butir adalah diameter yang kecil / terkecil

9
3. Langsung mendeterminasi fosil yang belum dikenal tersebut
dengan mempelajari ciri-ciri morfologinya
4. Kombinasi 1,2 dan 3
5. Morfologi fosil yang dideterminasi masing-masing fosil berbeda,
karena hal ini tergantung dari jenis fosil dan karakteristik morfologi
tubuhnya baik fosil makro & mikro

Determinasi Fosil Makro


Determinasi fosil makro, meliputi hal-hal :
1. Sketsa/gambar fosil = ….
2. Nomor peraga = ….
3. Phylum = ….
Keterangan: 4. Class = ….

a. Saringan dengan 30 – 80 – 5. Order = ….


100 mesh 6. Family = ….
b. Wadah pengamatan
mikrofosil 7. Genus = ….
c. Jarum pengutik 8. Spesies = ….
d. Slide karton (model Jerman
40 x 25 mm)
e. Slide karton (model Determinasi Fosil Mikro
internasional, 75 x 25 mm)
Determinasi fosil mikro, dengan menggunakan mikroskop, hal-hal yang
Determinasi Fosil diamati :
Metode determinasi fosil, dapat dilakukan dengan cara : 1. Sketsa/gambar fosil = ….
1. Membandingkan dengan koleksi fosil yang ada 2. Nomor peraga = ….
2. Menyamakan fosil, yang belum dikenal dengan gambar-gambar 3. Jenis Fosil = ….
yang ada di leteratur/publikasi 4. Susunan Kamar = ….
5. Bentuk Kamar = ….

10
6. Sutur = …. BAB 3
7. Komposisi = …. TAKSONOMI
8. Jumlah Kamar = ….
9. Jumlah Putaran Kamar = …. 3.1 Pengertian Taksonomi
10. Aperture = …. Taksonomi berasal dari bahasa Yunani, Taxon (kehidupan), Nomen
11. Hiasan = …. (Nama), Jadi Taksonomi dapat diartikan Tata cara penggolongan
12. Nama Fosil = …. penamaan kehidupan dari tingkat yang paling tinggi ke tempat yang paling
rendah.

Kingdom – Phylum – Class – Order – Family – Genus – Spesies –


Varietas

Jumlah tertentu dan pasti tidak jumlah sangat banyak


Tidak banyak perubahan mungkin bertambah

3.2 Tata Cara Penamaan


1. Penamaan Family
Diikuti oleh akhiran idae
Contoh : Miliolidae (ditulis huruf tegak)
2. Penamaan Genus
Terdiri dari 1 suku kata & diawali huruf besar, ditulis
miring/digarisbawahi
Contoh : Globorotalia atau Globorotalia
3. Penamaan Spesies
Nama genus + 1 suku kata (ada 2 suku kata)

11
Kata yang pertama ditulis huruf besar & kata kedua ditulis huruf
kecil
Contoh : Globorotalia tumida atau Globorotalia tumida 3.4 Fosil Indeks
4. Penamaan Sub-spesies Merupakan Fosil yang dipakai dalam penentuan umur relatif suatu lapisan
Nama spesie + 1 suku kata (ada 3 suku kata) batuan
Contoh : Globorotalian tumida flexuosa 3.4.1 Biocoenose
Kumpulan fosil yang tempat hidupnya relatif sama dengan
Untuk nama spesies & sub-spesies : dapat diikuti nama
tempat sedimentasinya
tempat/orang pertama yang menemukan,
3.4.2 Thanaticoenose
Contoh : Nummulites Djogdjakartae, Lepidocyclina subandri
Kumpulan fosil yang tempat hidupnya berbeda dan telah
3.3 Fungsi Fosil
tertransport
1. Fossil index ; secara akurat memberikan umur realtif suatu
batuan
2. Paleoclimatology ; mengetahui iklim purba (zaman lampau)
3. Paleoceanography ; mengetahui tempat kehidupan masa lalu
4. Biostratigraphy; mengetahu secara rinci zonasi/stratigrafi
kehidupan
5. Evolusi kehidupan (urut-urutan perkembangan kehidupan suatu
spesies)
6. Paleobathymetric ; mengetahui kedalaman suatu sedimentasi
7. Paleoenvironment; mengetahui lingkungan kehidupan masa
lampau
8. Tectonic indication ; dapat mengetahui indikasi perubahan
tektonisme selama sejarah kehidupan
9. Oil Deposite Indicator ; indikasi terdapatnya potensi Minyak
Bumi (HC)

12
Tabel Skala Geologi Perkembangan Evolusi Sepanjang
“Proterozoic”

Gambar 12. Tabel Skala Geologi

13
Perkembangan Evolusi Sepanjang
Zaman Cambrian - Ordovisian

Gambar . Trilobit Jaman Cambrian

14
Gambar 12. Graptolit & Asosiasi Zaman Ordovisian
(a.)Climacograptus, (b.) Isotelus,(c.) Diplograptus, (d.)Streptelasma

15
16
17
18
BAB 4 Parasit : Di dalam tubuh hewan lain
Di Alam : Lingkungan Air (asin, payau) dan Lingkungan Darat (air
PHYLUM PROTOZOA
tawar)
4.1 Phylum Protozoa 4.3.2 Cara Hidup
Phylum Protozoa berasal dari kata Protos (bersel satu) dan Zoon Secara koloni & ada pula soliter
(kehidupan). Jadi Phylum Protozoa dapat di artikan Kehidupan bersel 4.3.3 Makanan
satu. Ciri-ciri : Umur pendek, tapi pertumbuhan cepat. Morfologi : Unsur-unsur organik
Tubuhnya terdiri dari 1 inti & 1 plasma 4.3.4 Perkembangbiakan
o Sexual
Dalam beberapa anggota keluarganya, pada tubuhnya terdapat bagian
o Asexual
keras yang berfungsi sebagai pelindung, disebut Test atau Cangkang
4.3.5 Alat Gerak
Golongan ini dijumpai sebagai fosil.
Bergerak dengan menggunakan, antara lain:
1. Pseudopodia (kaki semu)
4.2 Ciri-ciri / Sifat khas Phylum Protozoa
2. Flagella (cambuk)
1. Monoseluler
3. Ciliata (rambut)
2. Belum memiliki bagian sistem organik
3. Dapat hidup di segala habitat
1 2 3
4. Jumlah individu jauh lebih banyak dari Phylum lainnya
5. Ukuran tubuh dari 1- 2 mm atau lebih kecil, tetapi ada juga yang
berukuran + 75 mm
6. Memiliki pergantian generasi di dalam perkembangannya
7. Golongan tumbuhan & binatang
8. Hidup secara soliter dan beberapa secara koloni
Gambar 13. Alat Gerak Protozoa

4.3 Tempat Hidup, Cara Hidup, Makanan, Perkembangan, Alat Gerak,


4.3.6 Fungsi
dan Fungsi Phylum Protozoa
4.3.1 Tempat Hidup

19
Fungsi dari phylum ini adalah untuk menentukan lingkungan  Ordo Dinoflagellata
sedimentasi  Ordo Rhizomastigina
 Ordo Protomonadina
4.4 Klasifikasi Protozoa  Ordo Hypermastigina
4.4.1 Kelas Sarcodina, terdiri dari 7 Ordo, yaitu :
 Ordo Protomixa 4.4.3.Kelas Sporozoa ;
 Ordo Mycetozoa Hidup parasit & tidak mempunyai bagian yang keras
 Ordo Amoebina
4.4.4.Kelas Ciliata ;
 Ordo Testacea
Hidup parasit seperti sporozoa & tidak juga mempunyai bagian yang
 Ordo Foraminifera
keras, bergerak dengan bulu getar (ciliata)
 Ordo Heliozoa
 Ordo Radiolaria 4.4.5.Kelas Suctoria :
Hidup parasit & tidak mempunyai bagian yang keras
Golongan Sarcodina ini dicirikan dengan menggunakan kaki semu
(pseudopodia) sebagai alat geraknya dan memiliki sifat berdinding keras
(ada yang tidak). Dari 7 Ordo ini, hanya Foraminifera, Heliozoa dan
4.5 Ordo Foraminifera
Radiolaria yang mempunyai bagian yang keras (Test), sehingga dapat
Dari phylum protozoa, khususnya foraminifera sangat penting dalam
menjadi fosil
geologi karena memiliki bagian yang keras dengan ciri masiing-masing
4.4.2 Kelas Mastigopora (Jarang dijumpai sebagai fosil), terdiri dari 10
foram, antara lain:
Ordo,
4.5.1 Planktonik (mengambang),
yaitu :
Ciri-ciri :
 Ordo Chrysomonadina
 Susunan kamar trochospiral
 Ordo Cryptomonadina
 Bentuk test bulat
 Ordo Pyromonadina
 Komposisi test Hyaline
 Ordo Englenoidina
 Ordo Chloromonadina

20
Foraminifera planktonik jumlah genusnya sedikit, tetapi jumlah spesiesnya  Komposisi test adalah aglutine dan aranaceous
banyak. Plankton pada umumnya hidup mengambang di permukaan laut
Fosil foraminifera benthonik sering dipakai untuk penentuan lingkungan
dan fosil plankton ini dapat digunakan untuk memecahkan masalah-
pengendapan, sedangkan fosil foram benthonik besar dipakai untuk
masalah geologi, antara lain :
penentuan umur. Fosil benthonik ini sangat berharga untuk penentuan
 Sebagai fosil petunjuk
lingkungan purba.
 Korelasi
Foraminifera yang dapat dipakai sebagai lingkungan laut secara umum
 Penentuan lingkungan pengendapan
adalah :
Foram plankton tidak selalu hidup di permukaan laut, tetapi pada
 Pada kedalaman 0 – 5 m, dengan temperatur 0-27 derajat celcius,
kedalaman tertentu ;
banyak dijumpai genus-genus Elphidium, Potalia,
 Hidup antara 30 – 50 meter
Quingueloculina, Eggerella, Ammobaculites dan bentuk-bentuk
 Hidup antara 50 – 100 meter
lain yang dinding cangkangnya dibuat dari pasiran.
 Hidup pada kedalaman 300 meter
 Pada kedalaman 15 – 90 m (3-16º C), dijumpai genus Cilicides,
 Hidup pada kedalaman 1000 meter
Proteonina, Ephidium, Cuttulina, Bulimina, Quingueloculina

Ada golongan foraminifera plankton yang selalu menyesuaikan diri dan Triloculina.
terhadap temperatur, sehingga pada waktu siang hari hidupnya hampir di  Pada kedalaman 90 – 300 m (9-13oC), dijumpai genus Gandryna,
dasar laut, sedangkan di malam hari hidup di permukaan air laut. Sebagai Robulus, Nonion, Virgulina, Cyroidina, Discorbis, Eponides
contoh adalah Globigerina pachyderma di Laut Atlantik Utara hidup pada dan Textularia.
kedalaman 30 sampai 50 meter, sedangkan di Laut Atlantik Tengah hidup  Pada kedalaman 300 – 1000 m (5-8º C), dijumpai Listellera,
pada kedalaman 200 sampai 300 meter Bulimina, Nonion, Angulogerina, Uvigerina, Bolivina dan
Valvulina
4.5.2 Benthonik (di dasar laut),
Ciri-ciri :
 Susunan kamar planispiral
 Bentuk test pipih

21
 Protoculum, kamar utama pada cangkang foraminifera.
 Septa, sekat-sekat yang memisahkan antar kamar.
 Suture, suatu bidang yang memisahkan antar 2 kamar yang
berdekatan.
 Aperture, lubang utama pada cangkang foraminiferra yang
berfungsi sebagai mulut atau juga jalan keluarnya protoplasma

C D A C

D
B

Gambar 14. Skema Kehidupan & Kelimpahan Foraminifera di Laut


B A

C
4.6 Morfologi Foraminifera
Bentuk luar foraminifera, jika diamati dibawah mikroskop dapat D
menunjukkan beberapa kenampakan yang bermacam-macam dari
C
cangkang foraminifera, meliputi :
B
 Dinding, lapisan terluar dari cangkang foraminifera yang berfungsi D
melindungi bagian dalam tubuhnya. Dapat terbuat dari zat-zat
organik yang dihasilkan sendiri atau dari material asing yang
diambil dari sekelilingnya. A
 Kamar, bagian dalam foraminifera dimana protoplasma berada. B

22
Keterangan :
A : Proloculus
B : Kamar
C : Aperture
D : Suture
E : Umbilicus

Orbulina universa Globigerinoides rubery


Orbulina universa Globigerinoides rubery

Osangularia insigna secunda Elphidium macellum


Osangularia insigna secunda Elphidium macellum

Bolivina lepida
Globorotalia menardii

Chrysalogonium californiensis Hantkenina alabamensis


Chrysalogonium californiensia Hantkenina alabamensis

23
Cristellaria kemperi
Globigerinoides sacculifer

Vaginulina bernardi Nodogenerina tappani

Eoglobigerina operta ------------

Bolivina exilicostata

Nonionella opima Lagena striata


Gambar 14. Contoh Fosil Foraminifera

Vaginulinopsis mexicana kerni

Heterohelix pulchra
24
Helicolepidina of nortoni
Alveolina sp Nummulites sp Discocylina marginata
4.7 Ordo Radiolaria
Radiolaria merupakan salah satu kelompok yang sangat menarik untuk
dipelajari dari Phylum Protozoa. Kehidupan radiolaria berada pada daerah
pelagic atau laut dalam dan hidup dalam endoskeleton yang komplek.
Tubuh radiolaria terbentuk dari silika dengan bentuk yang sering dijumpai
berupa bentuk simetri membulat dan sangat indah. Penggambaran dari
radiolaria yang terkenal telah dibuat oleh Ernst Haeckel (berkebangsaan
jerman) dan dipublikasikan dalam buku Die Radiolarien (Berlin, 1862)
serta koleksi-koleksi dari fosil ini oleh Ernst Haeckel dibuat dalam Report
on the Radiolaria pada tahun 1873-1876

Gambar 15. Fosil Foraminifera besar

25
4.8 Morfologi Ordo Radiolaria

Radiolaria juga merupakan


salah satu dari jenis planktonik
dan pertama kali muncul sejak
zaman Pra-Kambrian serta
merupakan salah satu jenis
oraganisme yang pertama kali
muncul. Radiolaria termasuk
Actinomma sp Triactoma hexeris
dari organisme jenis uniceluler Actinomma sp Triactoma hexeris
dan memiliki cangkang
dengan komposisi dari silika.
Radiolaria hidup pada
lingkungan marine atau laut
dan hidup dengan baik secara individual maupun secara koloni.

Secara formal, radiolaria termasuk dari Phylum Protozoa, Subphylum


Sarcodina, Klas Actinopoda, subklas radiolaria. Radiolaria terdiri dari 2
ordo besar, yaitu Phaedaria dan Polycystina. Phaedaria merupakan jenis
Pterocanium praetaxum
radiolarian yang memiliki cangkang dari silica yang bercampur dengan Lamprocyclas maritalisPterocanium praetaxum
Lamprocyclas maritalis
material organic, artinya tidak murni berkomposisi silica, sedangkan
Polycystina merupakan jenis radiolaria yang memiliki cangkang dengan
komposisi cangkang dari silika murni (umumnua opal). Jenis Polycystina
ini yang sangat banyak terekam dalam batuan karena komposisi
cangkangnya yang berupa silika murni. Polycystina terbagi 2 sub-order,
yaitu Spumellaria dan Nassellaria

26
BAB 5
PHYLUM PORIFERA

5.1 Phylum Porifera


Porifera (merupakan bahasa latin: porus = pori, fer = membawa) atau
spons adalah hewan multiseluler yang paling sederhana. Jadi Porifera
merupakan Binatang bersel banyak (multiselluler) yang sederhana
Acanthoicircus tympanum Halesiumtriacanthum
riacanthum dibanding phylum lainnya.
Acanthoicircus tympanum Halesium
Tubuh foraminifera sudah tdp pembagian tugas kehidupan (diferensiasi),
Gambar 16. Contoh Fosil Radiolaria hal ini mencirikan organisme tsb mempunyai tingkat yang lebih tinggi dari
phylum Protozoa.

Hidup secara benthos sessil pada lingkungan aquatik dan secara koloni.
Porifera hidup secara heterotrof. Makanannya adalah bakteri dan
plankton. Makanan yang masuk ke tubuhnya dalam bentuk cairan
sehingga porifera disebut juga sebagai pemakan cairan. Habitat porifera
umumnya di laut.

5.2 Perkembangbiakan Porifera


1. Sexual
Sel jantan & betina dibentuk dalam mesenchyne & membentuk
embryo, emberyo >> spongocoel >> larva >> individu dewasa
2. Asexual
Gambar 17. Radiolaria Masa Kini
Secara vegetative atau dikenal dengan budding (bertunas) >>
koloni
Gambar 17. Radiolaria Masa Kini

27
5.3 Tubuh Porifera 5.4.2 Bagian-bagian tubuh Porifera
 Bagian tubuh phylum ini, secara sederhana dapat digambarkan 1. Dasar
seperti vas atau pot bunga dengan bagian atasnya yang terbuka 2. Stem/tangkai
dan menambatkan diri pada bagian dasar 3. Ectoderm (lapisan luar) yang keras, terhadap spine/node
 Dinding tubuhnya berlubang-lubang oleh banyak canal (saluran) 4. Mesinchyne (cairan), berfungsi sebagai darah
yang membuka keluar sebagai ostia. 5. Bulu getar, untuk menggerakkan air keluar melalui osculum &
 Saluran-saluran membuka kedalam sebuah ruang tengah yang sebaliknya
disebut Spongocoel, dimana ia membuka keluar lewat osculum 6. Canal : saluran air masuk ke dalam tubuh
pada bagian atas organisme tersebut 7. Spongecoel : rongga dalam tubuh, terjadi proses Oamose

 Air masuk melalui saluran, lewat kedalam spongocoel dan 8. Osculum : lubang yang berfungsi sebagai anus

meninggalkan lewat osculum. 9. Endoderm (Gastrodermis) : sebagai perut & alat pernafasan

 Pada saluran terdapat flagel yang berfungsi untuk menggerakkan 10. Spicule : terdapat di dalam Mesinchyne, merupakan masa pejal

air agar dapat masuk kedalam spongocoel yang berfungsi sebagai penguat & bersifat :
 Calcareous : CaCO3 (putih)
5.4 Jenis & Bagian-bagian dari tubuh Porifera  Opaque Silica : H2Si3O7 (kuning kehitaman)
5.4.1 Jenis tubuh Porifera

28
5.6 Spiculae Porifera
Berdasarkan tipe saluran air, terbagi menjadi :
1. Tipe Asconoid
Merupakan bentuk tipe saluran yang paling sederhana
2. Tipe Synconoid
Bentuk tipe ke-2 ini sudah lebih kompleks dibandingkan tipe
Asconoid
3. Tipe Leuconoid
Merupakan bentuk yang paling kompleks

Gambar 18. Bagian-bagian tubuh Porifera

5.5 Mekanisme Kehidupan Porifera


1. Akibat getaran Ciliata/bulu getar : Air yang mengandung O 2 &
larutan makanan masuk melalui Canal
2. Di dalam spongocoel terjadi proses Osmose
3. Sisa makanan dikeluarkan melalui osculum
4. Sari makanan & O2 disalurkan ke seluruh tubuh melalui
Mesinchyn

Berdasarkan bentuknya, Spiculae yang berfungsi sebagai penguat


tubuh terbagi menjadi: Gambar 19. Spiculae Porifera

a. Monaxon : bentuk 1 arah


b. Triasen : bentuk 3 arah
c. Tetraxon : bentuk 4 arah

29
5.7 Klasifikasi Phylum Porifera
1. Kelas Calcarea
 Ordo Homocoela
 Ordo Heterocoela
2. Kelas Hexactinellida
 Ordo Lyssacina
 Ordo Dictyonina
3. Kelas Demospongia
 Ordo Tertractinellida
 Ordo Monaxonida
 Ordo Keratosa
4. Kelas Pleospongia
 Sub-klas Monocyatha
 Sub-klas Archaeocyatha
 Sub-klas Acanthocyatha
 Sub-klas Uranocyatha

Klasifikasi diatas didasarkan atas sifat (terutama bentuk) dan komposisi


dari materi penyusun kerangka. Materi penyusun kerangka ini dalam
bentuk hidup maupun sebagai fosil, sedikitnya dipengaruhi oleh
lingkungan dan cara pertumbuhannya.

Gambar 20. Porifera saat ini

30
 Fosil ini penting untuk penentuan lingkungan sedimentasi batuan
yang mengandungnya. Contoh : Keratosa dan Calcarea dijumpai
pada laut dangkal (kurang dari 450 m)

Gambar 21. Contoh Fosil Porifera

Gambar 22. Golongan Demospongea yang telah memfosil

Gambar 23. Fosil-fosil Porifera yang telah terekam dalam kurun waktu
5.8 Kegunaan fosil Porifera
geologi
 Hampir keseluruhan organisme porifera ini hidup di laut, kecuali
family Spongillidae yang hidup di air tawar
 Umumnya mempunyai kisaran umur panjang, sebagian pendek,
seperti Gyrtyocoelia (penting untuk Paleozoik)

31
BAB 6 6.3 Polyp & Medusa
PHYLUM COELENTERATA Polyp merupakan bentuk seperti tabung & membuka keatas, sebagian
mulut dikelilingi oleh tentakel dan bagian bawahnya tertutup,
6.1 Phylum Coelenterata menambatkan diri pada dasar (benthos secyl) & kerangkanya bersifat
Coelenterata berasal dari kata Kailos/Hollow berarti cekung dan Calcareous. Mempunyai bagian yang keras, dsb sebagai
Enteron/Intestine yang berarti dalam. Jadi Colenterata merupakan Hewan Eksoskeleton/Hydrotheca, sedangkan
yang mempunyai cekungan (berlekuk) pada bagian dalamnya dan disebut Medusa bentuknya seperti payung dengan tentakel yang menggantung
semacam kantong yang terlapiskan endoderm. Perkembangbiakan secara sepanjang tepi dengan mulut terdapat pada bagian akhir manubrium.
Sexual dan Asexual Terdapat Gonad, yang berfungsi sebagai penghasil sel-sel reproduksi.
Hidup berenang secara nektonik & planktonik. Dijumpai 2 macam Canal
6.2 Ciri-ciri Coelenterata (Circular (berjumlah satu) & Radial (berjumlah empat & kelipatannya)
1. Bentuk simetri radial/biradial, dengan satu lubang yang berfungsi
sebagai mulut (dikelilingi oleh tentakel)
2. Termasuk fauna invertebrata (tidak bertulang belakang)
3. Dinding tubuh terdiri dari :
 Epidermis (ektoderm) = lapisan luar
 Endodermis (Gastroderm) = lapisan dalam
3. Mulut langsung berhubungan dengan rongga
Gastrovasekuler>>enteron
4. Sistem saraf terletak disepanjang dinding tubuhnya
5. Disekitar mulut tdp tentakel yang berfungsi sebagai anus
6. Mempunyai 2 bentuk :
 Polyp : kerangka zat tanduk/karbonat Gambar 24. Fisiografi bentuk Polyp & Medusa

 Medusa : tidak mempunyai bagian yang keras,


dijumpai
7. Hidup secara koloni dan soliter, terutama dalam bentuk Secyl

32
6.4 Perkembangbiakan
1. Sexual (pada Medusa)
Gonad menghasilkan sel jantan & sel betina (hermprodit). Sel
jantan dikeluarkan melalui mulut, berenang masuk ke individu lain
yang sama spesiesnya melalui mulut.

Sel jantan & betina akan membentuk zygot, lalu membentuk larva
bercilia, berenang melalui mulut menjadi individu baru

Pada Polyp, Gastrodermis menghasilkan sel jantan & sel betina

2. Asexual (hanya pada Polyp)


 Fision : bagian keras membelah menjadi 2 bagian, tetapi Gambar 25. Skema Perkembangbiakan pada Colenterata
masih saling menempel 6.5 Klasifikasi Phylum Coelenterata
 Rejuvenencens : bagian keras membelah jadi 2 bagian 1. Kelas Hydrozoa
dimana masing-masing menjadi individu baru  Ordo Hydroida
 Budding : pada dinding tubuhnya bisa mengadakan tunas  Ordo Hydrocotallina
baru, kecuali pada bagian yang ada sengatnya, biasanya  Ordo Trachylina
disekitar mulut.  Ordo Siphonophora
2. Kelas Stomatoporoidae
3. Kelas Scypozoa
 Ordo Stauromedusae
 Ordo Cubomedusae
 Ordo Coronata
 Ordo Discomedusae
 Ordo Trachylina

33
4. Kelas Anthozoa BAB 7
 Sub-kelas Alcyonaria Phylum Brachiopoda
 Sub-kelas Zoantharia
 Sub-kelas Tetracorallia 7.1 Phylum Brachiopoda

 Sub-kelas Tabulata Berasal dari bahasa latin, Bracchium : lengan (arm), Poda : kaki

 Sub-kelas Schizocorallia (foot). Jadi Brachiopoda merupakan suatu kesatuan tubuh yang
difungsikan sebagai kaki & lengan. Phylum ini merupakan salah satu
Dasar klasifikasi diatas, yaitu : phylum kecil dari benthic invertebrates. Hingga saat ini terdapat sekitar
1. Hubungan Phylogenetic 300 spesies dari phylum ini yang mampu bertahan & sekitar 30.000
2. Sifat bagian tubuh yang lunak fosilnya telah dinamai.
3. Perputaran hidup (Life Cycle)
4. Struktur & kenampakan eksoskeleton 7.2 Kehidupan Phylum Brachiopoda
5. Bagian dalam struktur kerangka 1. Hidup di air laut (benthos secyl)
2. Ada yang hidup di air tawar, namun sangat jarang

6.6 Peranan dalam Geologi 3. Mampu hidup pada kedalaman hingga 5.600 m secara benthos

Coelenterata merupakan penciri kehidupan terumbu karang di laut, secyl

sehingga kehadirannya sangat membantu dalam penentuan umur dan 4. Genus Lingula hanya hidup pada daerah tropis/hangat dengan

terutama lingkungan pengendapannya (lingkungan laut/marine) kedalaman maksimal 40 m


5. Hingga saat ini diketahui memiliki sekitar 300 spesies dari
Brachiopoda
6. Brachiopoda modern memiliki ukuran cangkang rata-rata dari 5
mm hingga 8 cm
7. Kehadiran rekaman kehidupannya sangat terkait dengan proses
Bioconose & Thanathoconose

Gambar 26. Contoh Fosil Coelenterata

34
7.3 Klasifikasi Phylum Brachiopoda 7.4 Morfologi Brachiopoda
1. Klas Articulata/Pygocaulina
Cangkang atas & bawah (valve) dihubungkan dengan otot dan
terdapat selaput & gigi
2. Klas Articulata/Pygocaulina
Cangkang atas & bawah (valve) tidak dihubungkan dengan otot
dan terdapat socket dan gigi yang dihubungkan dengan selaput
pengikat

Gambar 27. Morfologi Brachiopoda

7.5 Bagian Dalam Tubuh Brachiopoda

Klas Articulata/Pygocaulin Klas Articulata/Pygocaulina

Gambar 28. Bagian Dalam Tubuh Brachiopoda

35
7.6 Valve Brachiopoda 7.6.1 Perkembangan Valve Brachiopoda

Gambar 29. Valve brachiopoda

Gambar 30. Perkembangan Valve

36
7.6.2 Berbagai bentuk Valve brachiopoda  Order Spiriferida (Ordovician-Jurassic)
 Order Terebratulida (Devonian-Recent)

7.8 Fosil Brachiopoda & Kegunaannya dalam Geologi


7.8.1 Fosil Brachiopoda
Kegunaan fosil Brachiopoda ini yaitu sangat baik untuk fosil indeks (index
fossils) untuk strata pada suatu wilayah yang luas. Contoh fosil dari
phylum Brachiopoda ini :

Gambar 31. Berbagai bentuk Valve brachiopoda

7.7 Rekaman Phylum Brachiopoda Dalam Kurun Waktu Geologi

Phylum Brachiopoda (Cambrian-Recent)


1. Class Inarticulata (Cambrian-Recent)
2. Class Articulata (Cambrian-Recent)
 Order Orthida (Cambrian-Permian)
 Order Strophomenida (Ordovician-Jurassic)
 Order Pentamerida (Cambrian-Devonian)
 Order Rhynchonellida (Ordovician-Recent) Gambar 32. Fosil Brachiopoda

37
BAB 8
Phylum Mollusca

8.1 Phylum Mollusca


merupakan binatang kelompok invertebrata, yang diwakili lebih dari
150.000 yang hidup & ribuan yang telah menjadi fosil. Mollusca telah
menyebar pada setiap tempat hidup air dan telah hidup hingga ke darat,
merupakan jenis yang paling sukses hidup dari phylum lainnya sepanjang
waktu geologi & dipercaya sebagai penentu untuk fosil indeks. Mollusca
Neospirifer condor, from Bolivia. The A Devonian spiriferid Muncul sejak zaman Kambrium hingga sekarang. Saat ini diperkirakan
specimen is 7 cm across brachiopod from Ohio which
ada 75 ribu jenis, serta 35 ribu jenis dalam bentuk fosil
served as a host substrate for
a colony of hederellids. The
specimen is 5 cm wide

7.8.2 Kegunaan Fosil Brachiopoda dalam Geologi


Brachiopoda dari Klas Inarticulata ; Genus Lingula merupakan penciri dari
jenis brachiopoda yang paling tua, yaitu Lower Cambrian. Jenis ini
ditemukan pada batuan Lower Cambrian dengan kisaran umur 550 juta
tahun yang lalu. Secara garis besar, jenis Phylum Brachiopoda ini
merupakan hewan-hewan yang hidup pada Masa Paleozoikum, sehingga
kehadirannya sangat penting untuk penentuan umur batuan sebagai Index
Fossils

Gambar 33. Peta Konsep Mollusca

38
8.2 Sifat Umum Phylum Mollusca 5. Klas Cephalopoda : lazim pada batuan Paleozoik, sangat
melimpah pada Mesozoik
1. Mempunyai bagian tubuh yang lunak dengan dilapisi oleh bagian
kulit yang keras
2. Merupakan golongan hewan yang tidak bertulang belakang 8.4 Jenis-jenis Mollusca
3. Mempunyai daya adaptasi yang tinggi
4. Hidup pada air asin, payau hingga air tawar
5. Muncul dari Zaman Kambrium hingga sekarang
6. Tubuh Mollusca terdiri dari kaki, massa viseral, dan mantel
7. Ukuran dan bentuk tubuh Mollusca sangat bervariasi

8.3 Klasifikasi Phylum Mollusca


1. Kelas Amphineura
2. Kelas Scaphopoda
3. Kelas Pelecypoda
4. Kelas Gastropoda
5. Kelas Chepalopoda

Dasar klasifikasi diatas , yaitu pada kaki dan bagian-bagian lunak.


1. Klas Amphineura : fosil jarang terdapat (umur : Kambrium-
sekarang)
2. Klas Scaphopoda : fosil jarang dalam batuan yang lebih tua dari
Mesozoik
3. Klas Pelecypoda :masuk dalam banyak genus & spesies, hidup
dari Ordovisium bawah sampai sekarang
4. Klas Gastropoda : fosil melimpah dan terekam luas dari Kambrium
– sekarang Gambar 34. Jenis-jenis Mollusca

39
8.4.1 Klas Amphineura 8.4.2 Klas Scaphopoda
Hewan Mollusca kelas Amphineura ini hidup di laut dekat pantai atau di Dentalium vulgare adalah salah satu contoh kelas Scaphopoda. Jika Anda
pantai. Tubuhnya bilateral simetri, dengan kaki di bagian perut (ventral) berjalan-jalan di pantai, hati-hati dengan cangkang jenis Scaphopoda ini.
memanjang. Ruang mantel dengan permukaan dorsal, tertutup oleh 8 Karena biasanya hewan ini tumbuh di batu atau benda laut lainnya yang
papan berkapur, sedangkan permukaan lateral mengandung banyak berbaris menyerupai taring
insang
Dentalium vulgare hidup di laut dalam pasir atau lumpur. Hewan ini juga
Hewan ini bersifat hermafrodit (berkelamin dua), fertilisasi eksternal memiliki cangkok yang berbentuk silinder yang kedua ujungnya terbuka.
(pertemuan sel teur dan sperma terjadi di luar tubuh). Contohnya Panjang tubuhnya sekitar 2,5 s.d 5 cm. Dekat mulut terdapat tentakel
Cryptochiton sp atau kiton. Hewan ini juga mempunyai fase larva trokoper. kontraktif bersilia, yaitu alat peraba. Fungsinya untuk menangkap
mikroflora dan mikrofauna. Sirkulasi air untuk pernafasan digerakkan oleh
gerakan kaki dan silia, sementara itu pertukaran gas terjadi di mantel.
Hewan ini mempunyai kelamin terpisah.

Bagian Tubuh Scaphopoda

Gambar 35. Amphineura Masa Kini

Gambar 36. Bentuk Tubuh Amphineura


Gambar 37. Bagian Tubuh Scaphopoda

40
Klasifikasi Pelecypoda didasarkan pada bagian tubuh tertentu, yaitu
insang, susunan gigi dan otot penutup kelopaknya. Bentuk gigi yang
sederhana telah dijumpai pada zaman Ordovisium & terjadi evolusi gigi
hingga menjadi dua susun
Bagian Tubuh Pelecypoda

Gambar 38. Fosil Scaphopoda

Gambar 39. Bagian Tubuh Pelecypoda

8.4.3 Klas Pelecypoda Bagian Dalam Tubuh Pelecypoda


Berasal dari bahasa Yunani, dari kata Pelekys: kapak kecil dan Pous: kaki.
Jadi Pelecypoda merupakan Binatang yang mempunyai kaki yang mirip
kapak kecil
Disebut juga Lamellibranchia ( lempeng kecil )

Binatang dari Phylum ini memilki insang, test dari kulit kerang (bivalve)
dimana dua valve ini dihubungkan dengan sistem engsel yang terdiri dari
gigi & socket. Bagian dalam test ini dilapisi oleh membrant yang tipis
dimana kearah posteior kulit mantel dapat membentuk saluran-saluran.

Pada umumnya, Pelecypoda yang hidup di lumpur mempunyai siphon


Gambar 40. Bagian Dalam Tubuh Pelecypoda
yang lebih besar dibandingkan yang hidup di laut.

41
Daur Hidup Pelecypoda 3. Ordo Eulamellibranchiata
Mempunyai anterior muscle scar yang lebih kecil dari posterior
muscle scar, tetapi umumnya sama besar dimana gigi dan
susunan giginya tidak sama besar

Ukuran & Hiasan Valve

Nuculana elenensis Malletia cumingii


(Sowerby, 1833) (Hanley, 1860)
12 mm 15 mm
Gambar 41. Daur Hidup Pelecypoda

Klasifikasi Pelecypoda

1. Ordo Taksodonta
Neilonella dubia
Mempunyai kisaran umur Ordovisium-Resen, mempunyai gigi
(Prashad, 1932 )
yang hampir sama besar dan berjumlah 35 buah Nucula semiornata
6 mm
(Orbigny, 1846)
2. Ordo Anisomyaria
5 mm
Mempunyai kisaran umur Ordovisium-Resen. Mempunyai dua
muscle scar, dimana muscle scar bagian belakang (posterior)
lebih besar dari anterior, serta mempunyai gigi dan socket dua
buah

42
Solemya togata
(Poli, 1795) Lopha cristagalli Neotrigonia bednalli
44 mm Mytilus californianus (Linnaeus, 1758) (Verco, 1907)
(Conrad, 1837) 9 cm 5 cm
Mytilus californianus 100 mm.
(Conrad, 1837) 100 mm.
Mytilus californianus (Conrad,
1837) 100 mm.

Chama lazarus Myllita deshayesi


Arca navicularis (Linnaeus, 1758) (Orbigny & Récluz, 1850)
Glycymeris glycymeris 56 mm
(Bruguière, 1789) (Linnaeus, 1758) 9.0 mm
27 mm 55 mm

Tridacna (Tridacna) gigas


Corculum laevigatum ( Linnaeus, 1758 )
Pinctada margaritifera (Lightfoot, 1786) up to 1.5 meters in length
Chlamys senatoria nobilis 36 mm 333kg in weight
(Linnaeus, 1758)
(Reeve, 1852)
200 - 250 mm
7.5 cm

43
javanica), siput laut (Fissurella sp), dan siput perantara fasciolosis
(Lemnaea trunculata).

Ciri-ciri Gastropoda
Merupakan klas yang terbesar dari Phylum Mollusca, dengan ciri-ciri :
 Hidup di air laut & air payau
Glossus humanus Gastrochaena cuneiformis
(Spengler, 1783)  Rumahnya terdiri dari satu test yang terputar (terpilin) memanjang
(Linnaeus, 1758)
9 cm 15 mm melalui satu sumbu
 Tubuhnya terdiri dari kepala, kaki dan alat pencernaan
 Kepala dilengkapi dengan alat pengunyah yang disebut rongga
mantel (berfungsi sebagai insang pada air laut & berfungsi
sebagai paru-paru pada lingkungan darat
 Test terdiri dari zat gampingan dan terputar secara spiral melalui
satu garis lurus (putaran involut & evolut)
Cardiomya alcocki
Pholadidea melanura (Smith, 1884)11 mm.  Arah putaran test gastropoda terdiri dari Dextral (searah jarum
(Sowerby, 1834) VERY RARE ribbed shell, deep
40 mm water (1000 meters) jam) & Sinistral (berlawanan putaran jarum jam)

8.4.4 Klas Gastropoda

Gastropoda berasal dari kata, Gaster : perut dan podos : kaki. Jadi
Gastropoda adalah hewan yang bertubuh lunak, berjalan dengan perut
yang dalam hal ini disebut kaki. Gastropoda adalah hewan hemafrodit,
tetapi tidak mampu melakukan autofertilisasi. Beberapa contoh
Gastropoda adalah bekicot (Achatina fulica), siput air tawar (Lemnaea

44
Bagian Tubuh Gastropoda o Ordo Pteropoda

o Ordo Acoela

4. Subclass Pulmonata

o Ordo Basommatophora

o Ordo Stylommatophora

Gastropoda Masa Kini

Gambar 42. Bagian Tubuh Gastropoda

Klasifikasi Gastropoda

1. Subclass Protogastropoda

o Ordo Cynostraca

o Ordo Cochliostracea

2. Subclass Prosobranchia

o Ordo Archaeogastropoda

o Ordo Mesogastropoda

o Ordo Neogastropoda

3. Subclass Opisthobranchia
Gambar 43. Gastropoda Masa Kini
o Ordo Pleurocoela

45
Fosil Gastropoda

46
4. Jenjang Cirebon (Pliosen Bawah)
Dicirikan Oleh : Turritella angulata ac
5. Jenjang Sunda (Pliosen Atas)
Dicirikan Oleh : Terebra insulinidae
6. Jenjang Banten (Pleistosen Bawah)
Dicirikan Oleh : Clavus malingpingensis

8.4.5 Klas Cephalopoda


Cephalopoda, berasal dari kata, cephale : kepala dan podos : kaki. Jadi
Cephalopoda adalah Mollusca yang berkaki di kepala. Contoh dari Klas ini
yaitu Cumi-cumi dan sotong yang memiliki 10 tentakel yang terdiri dari 2
tentakel panjang dan 8 tentakel lebih pendek
Gambar 44. Fosil Gastropoda dilihat dari Ventral & Dorsal
Bagian Tubuh Cephalopoda
Kepentingan Dalam Geologi Khususnya Stratigrafi

Gastropoda berkembang cukup baik di daerah tropis. Beberapa spesies


akan mencirikan lapisan tertentu.

Ostingh, seorang ahli paleontologi telah berhasil menyusun stratigrafi


Neogen P. Jawa yang didasarkan atas fosil indeks gastropoda

1. Jenjang Rembang (Miosen Bawah)


Dicirikan oleh : Turritella subulata
2. Jenjang Preanger (Miosen Tengah)
Dicirikan Oleh : Turritella angulata, Siphocyprea caput viperae
3. Jenjang Cirodeng (Miosen Atas) Gambar 45. Bagian Tubuh Cephalopoda
Dicirikan Oleh : Turritella angulata cr

47
BAB 9
Phylum Arthropoda

9.1 Phylum Arthropoda


Arthropoda adalah Phylum yang paling besar dalam dunia hewan dan
mencakup serangga, laba-laba,udang, lipan dan hewan mirip lainnya.
Arthropoda adalah nama lain hewan berbuku-buku. Arthropoda biasa
ditemukan di :
Gambar 46. Contoh Fhylum Cephalopoda  laut
 air tawar
 darat
 lingkungan udara,
 serta termasuk berbagai bentuk simbiotis dan parasit

9.2 Ciri-ciri Phylum Arthropoda


 Tubuh beruas-ruas terdiri atas kepala (caput), dada (toraks) dan
perut (abdomen)
 Bentuk tubuh bilateral simetris, triploblastik, terlindung oleh rangka
luar dari kitin
 Alat pencernaan sempurna, pada mulut terdapat rahang lateral
yang beradap- tasi untuk mengunyah dan mengisap. Anus
terdapat di bagian ujung tubuh.
 Sistem peredaran darah terbuka dengan jantung terletak di
daerah dorsal (punggung) rongga tubuh
 Sistempernafasan:
Arthropoda yang hidup di air bernafas dengan insang, sedangkan

48
yang hidup di darat bernafas dengan paru-paru buku atau 9.4 Klasifikasi Phylum Arthropoda
permukaan kulit dan trakea
1. Subphylum Trilobitomorpha
 Sistem saraf berupa tangga tali. Ganglion otak berhubungan
 Trilobita - trilobites (punah)
dengan alat indera
 Arthropoda memiliki alat indera seperti antena yang berfungsi 2. Subphylum Chelicerata
sebagai alat peraba, mata tunggal (ocellus) dan mata majemuk  Arachnida
(facet), organ pendengaran (pada insecta) dan statocyst (alat  Merostomata
keseimbangan) pada Curstacea  Pycnogonida
 Alat eksresi berupa coxal atau kelenjar hijau, saluran Malpighi
3. Subphylum Myriapoda
 Alat reproduksi, biasanya terpisah. Fertilisasi kebanyakan internal
(di dalam tubuh)  Chilopoda
 Diplopoda

9.3 Perubahan & Perkembangan Kehidupan  Pauropoda


 Symphyla
4. Subphylum Hexapoda
 Insecta
 Order Diplura
 Order Collembola
 Order Protura

5. Subphylum Crustacea
 Brachiopoda
 Remipedia
Gambar Contoh Perkembangan Kepala dari insecta  Cephelocarida
 Maxillopoda
 Ostracoda

49
 Malacostraca Ciri-ciri :
 Memiliki 2 bagian tubuh, yaitu : cephalothorax, abdomen
9.5 Beberapa Klas dari Arthropoda  Tidak memiliki anttena
Beberapa contoh Klas Arthropoda yang sangat umum dijumpai :
 Bagian mulut telah berkembang membentuk taring, contohnya
 Klas Arachnida ; laba-laba
Termasuk laba-laba (spiders), kalajengking (scorpians), serta
kutu. Mereka memiliki 6 pasang kaki untuk berjalan 9.5.2 Klas Crustacea
 Klas Crustacea ; termasuk lobster, shrimp, crabs, barnacles, and daphnia. Mereka memiliki
Termasuk lobster, shrimp, crabs, barnacles, and daphnia. Mereka 2 bagian antena dan biasanya memiliki 5 pasang kaki untuk berjalan.
memiliki 2 bagian antena dan biasanya memiliki 5 pasang kaki Hingga kini terdapat sekitar 44.000 jenis yang tersebar di dunia
untuk berjalan
 Klas Chilopoda ; Ciri-ciri :
Merupakan jenis kelabang & memiilki satu kaki dalam tiap segmen  Tubuh terdiri dari dua bagian utama
tubuhnya, bergerak cepat dan bersifat karnivora  Terdapat dua pasang antena di bagian kepala
 Klas Diplopoda ;  Memiliki 5 pasang kaki atau lebih
Merupakan jenis dari kelabang kecil dan umumnya memiliki dua  Hidup pada daerah aquatik, sedikit pada daerah terestrial
kaki tiap segmen tubuhnya. Mereka bergerak lambat, namun
beberapa spesiesnya dapat mempunyai bentuk tubuh yang besar
9.6 Kehidupan Arthropoda Masa Kini
 Klas Insecta ;
Termasuk kupu-kupu, belalang, serangga, semut dll

9.5.1 Klas Arachnida


Termasuk dalam klas ini adalah Laba-laba, Kalajengking, kutu dll.
Tubuhnya memiliki 6 pasang kaki, hingga kini dikenal hingga 65.000
Centipede, Klas Milipede, Klas
spesies yang ada di dunia Lobster, Klas
Chilopoda Diplopoda
Crustacea

50
Spider, Klas Moth, Klas Insecta
Arachnida

9.7 Fosil Arthopoda

Fosil Trilobita dalam batuan sedimen

Fosil Trilobita dalam setangan tubuh yang utuh

51
9.8 Peranan Fosil Arthropoda Rekaman Kehidupan Arthropoda
dalam Kurun Waktu Geologi
Fosil dari Phylum Arthropoda ini sangat khas hidup pada zaman dan
lingkungan tertentu, sehingga kehadirannya dalam batuan sangat
membantu untuk penentuan umur dan lingkungan pengendapan

Sebagai contoh :
Fosil Trilobita, yang merupakan hewan penciri dari zaman Kambrium
Trilobita Zaman Kambrium

52
53

Anda mungkin juga menyukai