Laut
1.1 Definisi Paleontologi - Litoral =0–5m - Batyal = 200 –
Paleontologi berasal dari kata : Paleo berarti masa lampau/kuno , 2000 m
Onthos berarti Kehidupan, dan Logos berarti Ilmu Jadi paleontologi - Epineritik = 5 – 50 m - Abyssal = 2000 –
adalah Ilmu yang mempelajari kehidupan masa lampau (Study 5000 m
tentang fosil ) - Neritik = 50 – 200 m - Hadal = > 5000 m
Paleontologi terbagi dua cabang yaitu: Paleobotani (tumbuhan) dan
Paleozoologi (hewan)
1.3 Tempat Hidup / Lingkungan Hidup Gambar 1. Lingkungan laut (L.S.F. 1991)
1.3.1 Tempat Hidup
1. Benthos (Di dasar laut) 2. Darat (Sungai, Danau, dll)
- Secyl = menempel pada benda mati & tidak berpindah- 3. Transisi (Air Payau)
pindah
- Vagyl = di dasar laut & berpindah-pindah 1.4 FOSIL
2. Pelagos (Melayang-layang) 1.4.1 Pengertian fosil
- Planktonik = bergerak pasif mengikuti arus Fosil merupakan Jejak / sisa kehidupan baik langsung / tidak langsung
- Nektonik = bergerak aktif di permukaan terawetkan dalam lapisan kulit bumi, terjadi secara alami dan mempunyai
1.3.2 Lingkungan Hidup umur geologi ( > 500.000 tahun )
1
Fosil dalam “Paleontologi” terbagi menjadi 2 jenis, yaitu : serangga yang tersimpan dalam amber atau getah tumbuhan. Semua
- Fosil Makro/besar (Macrofossil) ini biasa saja berupa asli binatang yang tersimpan
Dapat dilihat dengan mata biasa (megaskopis)
- Fosil Mikro/kecil (Microfossil)
Hanya dapat dilihat dengan bantuan alat mikroskop (mikroskopis)
Dilihat dari asal kata fosil, Fosil berasal dari bahasa latin, yaitu Fossilis,
yang berarti menggali dan/ sesuatu yang diambil dari dalam tanah/batuan,
sedangkan
Petrified wood atau fosil kayu dan juga mammoths yang terbekukan,
and juga mungkin anda pernah lihat dalam filem berupa binatang
Gambar contoh fosil mikro
2
2. Sisa-sisa Aktifitasnya 1.4.3 Sistem Pengawetan Fosil
Secara mudah pembentukan fosil ini dapat melalui beberapa jalan,
antara lain seperti yang terlihat dibawah ini. Fosil sisa aktifitasnya
sering juga disebut dengan Trace Fosil (Fosil jejak), karena yang
terlihat hanyalah sisa-sisa aktifitasnya. Jadi ada kemungkinan fosil itu
bukan bagian dari tubuh binatang atau tumbuhan itu sendiri.
3
Penggantian seluruh bagian fosil dengan mineral lain
5. Dehydrasi/Leaching/Pelarutan
6. Mold/Depression
Fosil berongga dan terisi mineral lempung
4
Gambar 8. Dari batuan sedimen, hewan-hewan dapat tersimpan .
dengan baik
Terutama pada batuan sedimen yang berbutir halus
5
BAB 2 2.1.2 Fosil Mikro
TEKNIK PENGAMATAN Karena fosil mikro mempunyai ukuran yang sangat kecil, sehingga
pengamatan di lapangan sulit dilakukan, sehingga pengamatan di
2.1 Pengamatan Lapangan lapangan lebih di fokuskan kepada deskripsi batuan di lapangan yang
2.1.1 Fosil Makro meliputi : warna batuan, tekstur batuan, struktur batuan serta
Karena fosil makro mempunyai ukuran yang besar, maka dalam komposisinya secara megaskopis. Selanjutnya adalah pencatatan secara
pengamatannya tergantung dari kekerasan batuan tempat fosil makro lengkap lokasi tempat & sampel batuannya, meliputi : hari, tanggal, nomer
tersebut berada. Penyajian fosil makro relatif lebih mudah dibandingkan sampel, nama batuan dll.
fosil mikro karena dalam penyajiannya dilakukan secara mudah dengan
pengambilan fosil yang terekam lalu dibersihkan, setelah itu dapat 2.2 Pengamatan Laboratorium
langsung dideskripsi secara megaskopis beserta batuan tempat fosil Pengamatan di laboratorium dilakukan untuk analisa fosil secara detail
tersebut berada yang tidak dapat dilakukan di lapangan. Pengamatan di laboratorium ini
terutama adalah dari fosil-fosil mikro dengan menggunakan bantuan alat
Apabila kesulitan dalam deskripsi di lapangan, maka dilakukan
mikroskop. Adapaun tahap-tahap pengamatan di laboratorium akan
dokumentasi yang baik, meliputi : sampel batuan, tempat pengambilan,
dijelaskan selanjutnya
no. sampel, dll. Setelah itu, dibawa di laboratorium untuk dianalisis lebih
lanjut
6
2.3 Teknik Dokumentasi 2. Kualitas Sampel
Berikut merupakan tahap-tahap dalam pengambilan sampel batuan yang Pengambilan sampel batuan untuk analisis mikropaleontologi harus
mengandung fosil mikro, yaitu : memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Sampling Bersih, sebelum mengambil sampel harus dibersihkan dari semua
Sampling adalah pengambilan sampel batuan di lapangan untuk kepingan pengotor
dianalisis kandungan mikrofaunanya. Fosil mikro yang terdapat dalam Representatif dan Komplit, harus dipisahkan dengan jelas
batuan mempunyai bahan pembentuk cangkang dan morfologi yang antara sampel batuan yang mewakili suatu sisipan atau suatu
berbeda, namun hampir seluruh mikrofosil mempunyai satu sifat fisik lapisan batuan. Ambil sekitar 300-500 gram (hand specimen)
yang sama, yaitu ukurannya yang sangat kecil dan kadang sangat sampel batuan yang sudah dibersihkan.
mudah hancur, sehingga perlu perlakuan khusus dalam Pasti, apabila sampel terkemas dengan baik dalam suatu
pengambilannya. Sangat diperlukan ketelitian serta perhatian dalam kemasan kedap air yang ditandai dengan tulisan tahan air, yang
pengambilan sampel, memisahkan dari material lain, lalu mencakup segala hal keterangan tentang sampel tersebut seperti
menyimpannya di tempat yang aman dan terlindung dari kerusakan nomer sampel, lokasi, jenis batuan dan waktu pengambilan, maka
secara kimiawi dan fisika hasil analisis sampel pasti akan bermanfaat.
Beberapa prosedur sampling pada berbagai sekuen sedimentasi dapat Ketidak hati-hatian kita dalam memperlakukan sampel batuan akan
dilakukan, seperti : berakibat fatal dalam paleontologi maupun stratigrafi apabila tercampur
a. Spot Sampling, dengan interval tertentu merupakan metode baur, terkontaminasi ataupun hilang.
terbaik untuk penampang yang tebal dengan jenis litologi yang 3. Jenis Sample
seragam, seperti pada lapisan batugamping. Pada metode ini Jenis sampel disini ada 2 macam, yaitu :
dapat ditambahkan channel sample (sampel paritan) sepanjang Sampel permukaan, sampel yang diambil langsung dari
kurang lebih 30 cm pada setiap interval 1,5 meter. pengamatan singkapan di lapangan. Lokasi & posisi stratigrafinya
b. Channel sample, dapat dilakukan pada penampangg lintasan dapat diplot pada peta.
yang pendek 3 – 5 m, pada litologi yang seragam atau pada Sampel bawah permukaan, sampel yang diambil dari suatu
perselingan batuan dan dilakukan setiap perubahan unit litologi. pemboran.
7
Dari cara pengambilannya, sampel bawah permukaan dapat 1. Cawan tempat contoh batuan
dipisahkan menjadi: 2. Jarum
Inti bore (core), seluruh bagian lapisan pada kedalaman tertentu 3. Lem unuk merekatkan fosil
diambil secara utuh. 4. Tempat fosil
Sampel hancuran (ditch-cutting), lapisan pada kedalaman 5. Mikroskop & alat penerang
tertentu dihancurkan dan dipompa keluar, kemudian ditampung.
Sampel sisi bor (side-well core), diambil dari sisi-sisi dinding bor 2.4.1 Fosil Makro
dari lapisan pada kedalaman tertentu. Karena fosil mikro terdapat dalam masa batuan, sehingga dalam
2.4 Alat dan Bahan penyajian fosilnya harus dipisahkan dari masa batuan yang ada.
Peralatan yang digunakan dalam pengambilan sampel, antara lain : Penyajian fosil mikro meliputi tahap-tahap:
1. Palu geologi a. Proses Penguraian batuan, meliputi : Penguraian batuan
2. Kompas geologi (fisika/kimia), pengayakan & pengeringan
3. Plastik/tempat sampel b. Proses Pemisahan Fosil
4. Buku catatan lapangan c. Determinasi Fosil
5. Alat tulis
6. HCl 0,1 N 2.5 Proses Penguraian Batuan
7. Peta lokasi pengambilan sampel 1. Proses penguraian secara fisik
Cara ini digunakan terutama untuk batuan sedimen yang belum begitu
Sedangkan peralatan lain guna menyajikan fosil, antara lain : kompak dan dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu :
1. Wadah sampel Batuan sedimen ditumbuk dengan palu karet sampai menjadi
2. Larutan H2O2 pecahan-pecahan dengan diameter 3-6 mm
3. Mesin pengayak
Pecahan-pecahan batuan direndam dalam air
4. Ayakan menurut skala Mesh
Kemudian direas-remas dalam air
5. Tempat sampel yang telah dibersihkan
Diaduk dengan mesin aduk atau alat pengaduk yang bersih
6. Alat pengering / oven
Dipanaskan selama 5-10 menit
Dan untuk memisahkan fosil, peralatan yang diperlukan antara lain : Didinginkan
8
Umumnya batuan sedimen yang belum begitu kompak, apabila Pengayakan dapat dilakukan dengan cara basah dan cara kering :
mengalami proses-proses tersebut akan terurai. a. Cara kering
Keringkan seluruh contoh batuan yang telah terurai
2. Proses penguraian secara kimia Masukkan kedalam ayakan paling atas dari unit ayakan yang telah
Bahan-bahan larutan kimia yang biasa digunakan dalam penguraian tersusun baik sesuai denagn keperluan
batuan sedimen antara lain : asam asetat, asam nitrat dan hydrogen Mesin kocok dijalankan selama + 10 menit
piroksida. Penggunaan larutan kimia sangat tergantung dari macam Contoh batuan yang tertinggal di tiap-tiap ayakan ditimbang dan
butir pembentuk batuan dan jenis semen. Oleh sebab itu, sebelum dimasukkan dalam botol/plastik contoh batuan
dilakukan penguraian batuan tersebut perlu diteliti jenis butirannya, b. Cara basah
masa dasar dan semen. Hal ini dikerjakan dengan seksama agar fosil Cara ini pada prinsipnya sama dengan cara kering, tetapi pada
mikro yang terkandung didalamnya tidak rusak atau ikut larut bersama umumnya menggunakan ayakan yang kecil. Pengayakan dilakukan
zat pelarut yang digunakan dalam air sehingga contoh batuan yang diperoleh masih harus
Contoh : dikeringkan terlebih dahulu
Batulempung dan Lanau
Penguraian batuan dilakukan dengan menggunakan larutan Hydrogen Proses Pemisahan Fosil
Pyroksida (H2O2). Fosil-fosil dipisahkan dari butiran lainnya dengan menggunakan jarum.
3. Proses Pengayakan Untuk menjaga agar fosil yang telah dipisahkan tidak hilang, maka fosil
Dasar proses pengayakan adalah bahwa fosil-fosil dan butiran lain perlu disimpan di tempat yang aman. Setelah selesai pemisahan fosil,
hasil penguraian terbagi menjadi berbagai kelompok berdasarkan penelitian terhadap masing-masing fosil dilakukan.
ukuran butirnya masing-masing yang ditentukan oleh besar lubang.
Namun, perlu diperhatikan bahwa tidak semua butiran mempunyai
bentuk bulat, tetapi ada juga yang panjang yang hanya bisa lolos
dalam kedudukan vertikal. Oleh karena itu, pengayakan harus
digoyang sehingga dengan demikian berarti bahwa yang dimaksudkan
dengan besar butir adalah diameter yang kecil / terkecil
9
3. Langsung mendeterminasi fosil yang belum dikenal tersebut
dengan mempelajari ciri-ciri morfologinya
4. Kombinasi 1,2 dan 3
5. Morfologi fosil yang dideterminasi masing-masing fosil berbeda,
karena hal ini tergantung dari jenis fosil dan karakteristik morfologi
tubuhnya baik fosil makro & mikro
10
6. Sutur = …. BAB 3
7. Komposisi = …. TAKSONOMI
8. Jumlah Kamar = ….
9. Jumlah Putaran Kamar = …. 3.1 Pengertian Taksonomi
10. Aperture = …. Taksonomi berasal dari bahasa Yunani, Taxon (kehidupan), Nomen
11. Hiasan = …. (Nama), Jadi Taksonomi dapat diartikan Tata cara penggolongan
12. Nama Fosil = …. penamaan kehidupan dari tingkat yang paling tinggi ke tempat yang paling
rendah.
11
Kata yang pertama ditulis huruf besar & kata kedua ditulis huruf
kecil
Contoh : Globorotalia tumida atau Globorotalia tumida 3.4 Fosil Indeks
4. Penamaan Sub-spesies Merupakan Fosil yang dipakai dalam penentuan umur relatif suatu lapisan
Nama spesie + 1 suku kata (ada 3 suku kata) batuan
Contoh : Globorotalian tumida flexuosa 3.4.1 Biocoenose
Kumpulan fosil yang tempat hidupnya relatif sama dengan
Untuk nama spesies & sub-spesies : dapat diikuti nama
tempat sedimentasinya
tempat/orang pertama yang menemukan,
3.4.2 Thanaticoenose
Contoh : Nummulites Djogdjakartae, Lepidocyclina subandri
Kumpulan fosil yang tempat hidupnya berbeda dan telah
3.3 Fungsi Fosil
tertransport
1. Fossil index ; secara akurat memberikan umur realtif suatu
batuan
2. Paleoclimatology ; mengetahui iklim purba (zaman lampau)
3. Paleoceanography ; mengetahui tempat kehidupan masa lalu
4. Biostratigraphy; mengetahu secara rinci zonasi/stratigrafi
kehidupan
5. Evolusi kehidupan (urut-urutan perkembangan kehidupan suatu
spesies)
6. Paleobathymetric ; mengetahui kedalaman suatu sedimentasi
7. Paleoenvironment; mengetahui lingkungan kehidupan masa
lampau
8. Tectonic indication ; dapat mengetahui indikasi perubahan
tektonisme selama sejarah kehidupan
9. Oil Deposite Indicator ; indikasi terdapatnya potensi Minyak
Bumi (HC)
12
Tabel Skala Geologi Perkembangan Evolusi Sepanjang
“Proterozoic”
13
Perkembangan Evolusi Sepanjang
Zaman Cambrian - Ordovisian
14
Gambar 12. Graptolit & Asosiasi Zaman Ordovisian
(a.)Climacograptus, (b.) Isotelus,(c.) Diplograptus, (d.)Streptelasma
15
16
17
18
BAB 4 Parasit : Di dalam tubuh hewan lain
Di Alam : Lingkungan Air (asin, payau) dan Lingkungan Darat (air
PHYLUM PROTOZOA
tawar)
4.1 Phylum Protozoa 4.3.2 Cara Hidup
Phylum Protozoa berasal dari kata Protos (bersel satu) dan Zoon Secara koloni & ada pula soliter
(kehidupan). Jadi Phylum Protozoa dapat di artikan Kehidupan bersel 4.3.3 Makanan
satu. Ciri-ciri : Umur pendek, tapi pertumbuhan cepat. Morfologi : Unsur-unsur organik
Tubuhnya terdiri dari 1 inti & 1 plasma 4.3.4 Perkembangbiakan
o Sexual
Dalam beberapa anggota keluarganya, pada tubuhnya terdapat bagian
o Asexual
keras yang berfungsi sebagai pelindung, disebut Test atau Cangkang
4.3.5 Alat Gerak
Golongan ini dijumpai sebagai fosil.
Bergerak dengan menggunakan, antara lain:
1. Pseudopodia (kaki semu)
4.2 Ciri-ciri / Sifat khas Phylum Protozoa
2. Flagella (cambuk)
1. Monoseluler
3. Ciliata (rambut)
2. Belum memiliki bagian sistem organik
3. Dapat hidup di segala habitat
1 2 3
4. Jumlah individu jauh lebih banyak dari Phylum lainnya
5. Ukuran tubuh dari 1- 2 mm atau lebih kecil, tetapi ada juga yang
berukuran + 75 mm
6. Memiliki pergantian generasi di dalam perkembangannya
7. Golongan tumbuhan & binatang
8. Hidup secara soliter dan beberapa secara koloni
Gambar 13. Alat Gerak Protozoa
19
Fungsi dari phylum ini adalah untuk menentukan lingkungan Ordo Dinoflagellata
sedimentasi Ordo Rhizomastigina
Ordo Protomonadina
4.4 Klasifikasi Protozoa Ordo Hypermastigina
4.4.1 Kelas Sarcodina, terdiri dari 7 Ordo, yaitu :
Ordo Protomixa 4.4.3.Kelas Sporozoa ;
Ordo Mycetozoa Hidup parasit & tidak mempunyai bagian yang keras
Ordo Amoebina
4.4.4.Kelas Ciliata ;
Ordo Testacea
Hidup parasit seperti sporozoa & tidak juga mempunyai bagian yang
Ordo Foraminifera
keras, bergerak dengan bulu getar (ciliata)
Ordo Heliozoa
Ordo Radiolaria 4.4.5.Kelas Suctoria :
Hidup parasit & tidak mempunyai bagian yang keras
Golongan Sarcodina ini dicirikan dengan menggunakan kaki semu
(pseudopodia) sebagai alat geraknya dan memiliki sifat berdinding keras
(ada yang tidak). Dari 7 Ordo ini, hanya Foraminifera, Heliozoa dan
4.5 Ordo Foraminifera
Radiolaria yang mempunyai bagian yang keras (Test), sehingga dapat
Dari phylum protozoa, khususnya foraminifera sangat penting dalam
menjadi fosil
geologi karena memiliki bagian yang keras dengan ciri masiing-masing
4.4.2 Kelas Mastigopora (Jarang dijumpai sebagai fosil), terdiri dari 10
foram, antara lain:
Ordo,
4.5.1 Planktonik (mengambang),
yaitu :
Ciri-ciri :
Ordo Chrysomonadina
Susunan kamar trochospiral
Ordo Cryptomonadina
Bentuk test bulat
Ordo Pyromonadina
Komposisi test Hyaline
Ordo Englenoidina
Ordo Chloromonadina
20
Foraminifera planktonik jumlah genusnya sedikit, tetapi jumlah spesiesnya Komposisi test adalah aglutine dan aranaceous
banyak. Plankton pada umumnya hidup mengambang di permukaan laut
Fosil foraminifera benthonik sering dipakai untuk penentuan lingkungan
dan fosil plankton ini dapat digunakan untuk memecahkan masalah-
pengendapan, sedangkan fosil foram benthonik besar dipakai untuk
masalah geologi, antara lain :
penentuan umur. Fosil benthonik ini sangat berharga untuk penentuan
Sebagai fosil petunjuk
lingkungan purba.
Korelasi
Foraminifera yang dapat dipakai sebagai lingkungan laut secara umum
Penentuan lingkungan pengendapan
adalah :
Foram plankton tidak selalu hidup di permukaan laut, tetapi pada
Pada kedalaman 0 – 5 m, dengan temperatur 0-27 derajat celcius,
kedalaman tertentu ;
banyak dijumpai genus-genus Elphidium, Potalia,
Hidup antara 30 – 50 meter
Quingueloculina, Eggerella, Ammobaculites dan bentuk-bentuk
Hidup antara 50 – 100 meter
lain yang dinding cangkangnya dibuat dari pasiran.
Hidup pada kedalaman 300 meter
Pada kedalaman 15 – 90 m (3-16º C), dijumpai genus Cilicides,
Hidup pada kedalaman 1000 meter
Proteonina, Ephidium, Cuttulina, Bulimina, Quingueloculina
Ada golongan foraminifera plankton yang selalu menyesuaikan diri dan Triloculina.
terhadap temperatur, sehingga pada waktu siang hari hidupnya hampir di Pada kedalaman 90 – 300 m (9-13oC), dijumpai genus Gandryna,
dasar laut, sedangkan di malam hari hidup di permukaan air laut. Sebagai Robulus, Nonion, Virgulina, Cyroidina, Discorbis, Eponides
contoh adalah Globigerina pachyderma di Laut Atlantik Utara hidup pada dan Textularia.
kedalaman 30 sampai 50 meter, sedangkan di Laut Atlantik Tengah hidup Pada kedalaman 300 – 1000 m (5-8º C), dijumpai Listellera,
pada kedalaman 200 sampai 300 meter Bulimina, Nonion, Angulogerina, Uvigerina, Bolivina dan
Valvulina
4.5.2 Benthonik (di dasar laut),
Ciri-ciri :
Susunan kamar planispiral
Bentuk test pipih
21
Protoculum, kamar utama pada cangkang foraminifera.
Septa, sekat-sekat yang memisahkan antar kamar.
Suture, suatu bidang yang memisahkan antar 2 kamar yang
berdekatan.
Aperture, lubang utama pada cangkang foraminiferra yang
berfungsi sebagai mulut atau juga jalan keluarnya protoplasma
C D A C
D
B
C
4.6 Morfologi Foraminifera
Bentuk luar foraminifera, jika diamati dibawah mikroskop dapat D
menunjukkan beberapa kenampakan yang bermacam-macam dari
C
cangkang foraminifera, meliputi :
B
Dinding, lapisan terluar dari cangkang foraminifera yang berfungsi D
melindungi bagian dalam tubuhnya. Dapat terbuat dari zat-zat
organik yang dihasilkan sendiri atau dari material asing yang
diambil dari sekelilingnya. A
Kamar, bagian dalam foraminifera dimana protoplasma berada. B
22
Keterangan :
A : Proloculus
B : Kamar
C : Aperture
D : Suture
E : Umbilicus
Bolivina lepida
Globorotalia menardii
23
Cristellaria kemperi
Globigerinoides sacculifer
Bolivina exilicostata
Heterohelix pulchra
24
Helicolepidina of nortoni
Alveolina sp Nummulites sp Discocylina marginata
4.7 Ordo Radiolaria
Radiolaria merupakan salah satu kelompok yang sangat menarik untuk
dipelajari dari Phylum Protozoa. Kehidupan radiolaria berada pada daerah
pelagic atau laut dalam dan hidup dalam endoskeleton yang komplek.
Tubuh radiolaria terbentuk dari silika dengan bentuk yang sering dijumpai
berupa bentuk simetri membulat dan sangat indah. Penggambaran dari
radiolaria yang terkenal telah dibuat oleh Ernst Haeckel (berkebangsaan
jerman) dan dipublikasikan dalam buku Die Radiolarien (Berlin, 1862)
serta koleksi-koleksi dari fosil ini oleh Ernst Haeckel dibuat dalam Report
on the Radiolaria pada tahun 1873-1876
25
4.8 Morfologi Ordo Radiolaria
26
BAB 5
PHYLUM PORIFERA
Hidup secara benthos sessil pada lingkungan aquatik dan secara koloni.
Porifera hidup secara heterotrof. Makanannya adalah bakteri dan
plankton. Makanan yang masuk ke tubuhnya dalam bentuk cairan
sehingga porifera disebut juga sebagai pemakan cairan. Habitat porifera
umumnya di laut.
27
5.3 Tubuh Porifera 5.4.2 Bagian-bagian tubuh Porifera
Bagian tubuh phylum ini, secara sederhana dapat digambarkan 1. Dasar
seperti vas atau pot bunga dengan bagian atasnya yang terbuka 2. Stem/tangkai
dan menambatkan diri pada bagian dasar 3. Ectoderm (lapisan luar) yang keras, terhadap spine/node
Dinding tubuhnya berlubang-lubang oleh banyak canal (saluran) 4. Mesinchyne (cairan), berfungsi sebagai darah
yang membuka keluar sebagai ostia. 5. Bulu getar, untuk menggerakkan air keluar melalui osculum &
Saluran-saluran membuka kedalam sebuah ruang tengah yang sebaliknya
disebut Spongocoel, dimana ia membuka keluar lewat osculum 6. Canal : saluran air masuk ke dalam tubuh
pada bagian atas organisme tersebut 7. Spongecoel : rongga dalam tubuh, terjadi proses Oamose
Air masuk melalui saluran, lewat kedalam spongocoel dan 8. Osculum : lubang yang berfungsi sebagai anus
meninggalkan lewat osculum. 9. Endoderm (Gastrodermis) : sebagai perut & alat pernafasan
Pada saluran terdapat flagel yang berfungsi untuk menggerakkan 10. Spicule : terdapat di dalam Mesinchyne, merupakan masa pejal
air agar dapat masuk kedalam spongocoel yang berfungsi sebagai penguat & bersifat :
Calcareous : CaCO3 (putih)
5.4 Jenis & Bagian-bagian dari tubuh Porifera Opaque Silica : H2Si3O7 (kuning kehitaman)
5.4.1 Jenis tubuh Porifera
28
5.6 Spiculae Porifera
Berdasarkan tipe saluran air, terbagi menjadi :
1. Tipe Asconoid
Merupakan bentuk tipe saluran yang paling sederhana
2. Tipe Synconoid
Bentuk tipe ke-2 ini sudah lebih kompleks dibandingkan tipe
Asconoid
3. Tipe Leuconoid
Merupakan bentuk yang paling kompleks
29
5.7 Klasifikasi Phylum Porifera
1. Kelas Calcarea
Ordo Homocoela
Ordo Heterocoela
2. Kelas Hexactinellida
Ordo Lyssacina
Ordo Dictyonina
3. Kelas Demospongia
Ordo Tertractinellida
Ordo Monaxonida
Ordo Keratosa
4. Kelas Pleospongia
Sub-klas Monocyatha
Sub-klas Archaeocyatha
Sub-klas Acanthocyatha
Sub-klas Uranocyatha
30
Fosil ini penting untuk penentuan lingkungan sedimentasi batuan
yang mengandungnya. Contoh : Keratosa dan Calcarea dijumpai
pada laut dangkal (kurang dari 450 m)
Gambar 23. Fosil-fosil Porifera yang telah terekam dalam kurun waktu
5.8 Kegunaan fosil Porifera
geologi
Hampir keseluruhan organisme porifera ini hidup di laut, kecuali
family Spongillidae yang hidup di air tawar
Umumnya mempunyai kisaran umur panjang, sebagian pendek,
seperti Gyrtyocoelia (penting untuk Paleozoik)
31
BAB 6 6.3 Polyp & Medusa
PHYLUM COELENTERATA Polyp merupakan bentuk seperti tabung & membuka keatas, sebagian
mulut dikelilingi oleh tentakel dan bagian bawahnya tertutup,
6.1 Phylum Coelenterata menambatkan diri pada dasar (benthos secyl) & kerangkanya bersifat
Coelenterata berasal dari kata Kailos/Hollow berarti cekung dan Calcareous. Mempunyai bagian yang keras, dsb sebagai
Enteron/Intestine yang berarti dalam. Jadi Colenterata merupakan Hewan Eksoskeleton/Hydrotheca, sedangkan
yang mempunyai cekungan (berlekuk) pada bagian dalamnya dan disebut Medusa bentuknya seperti payung dengan tentakel yang menggantung
semacam kantong yang terlapiskan endoderm. Perkembangbiakan secara sepanjang tepi dengan mulut terdapat pada bagian akhir manubrium.
Sexual dan Asexual Terdapat Gonad, yang berfungsi sebagai penghasil sel-sel reproduksi.
Hidup berenang secara nektonik & planktonik. Dijumpai 2 macam Canal
6.2 Ciri-ciri Coelenterata (Circular (berjumlah satu) & Radial (berjumlah empat & kelipatannya)
1. Bentuk simetri radial/biradial, dengan satu lubang yang berfungsi
sebagai mulut (dikelilingi oleh tentakel)
2. Termasuk fauna invertebrata (tidak bertulang belakang)
3. Dinding tubuh terdiri dari :
Epidermis (ektoderm) = lapisan luar
Endodermis (Gastroderm) = lapisan dalam
3. Mulut langsung berhubungan dengan rongga
Gastrovasekuler>>enteron
4. Sistem saraf terletak disepanjang dinding tubuhnya
5. Disekitar mulut tdp tentakel yang berfungsi sebagai anus
6. Mempunyai 2 bentuk :
Polyp : kerangka zat tanduk/karbonat Gambar 24. Fisiografi bentuk Polyp & Medusa
32
6.4 Perkembangbiakan
1. Sexual (pada Medusa)
Gonad menghasilkan sel jantan & sel betina (hermprodit). Sel
jantan dikeluarkan melalui mulut, berenang masuk ke individu lain
yang sama spesiesnya melalui mulut.
Sel jantan & betina akan membentuk zygot, lalu membentuk larva
bercilia, berenang melalui mulut menjadi individu baru
33
4. Kelas Anthozoa BAB 7
Sub-kelas Alcyonaria Phylum Brachiopoda
Sub-kelas Zoantharia
Sub-kelas Tetracorallia 7.1 Phylum Brachiopoda
Sub-kelas Tabulata Berasal dari bahasa latin, Bracchium : lengan (arm), Poda : kaki
Sub-kelas Schizocorallia (foot). Jadi Brachiopoda merupakan suatu kesatuan tubuh yang
difungsikan sebagai kaki & lengan. Phylum ini merupakan salah satu
Dasar klasifikasi diatas, yaitu : phylum kecil dari benthic invertebrates. Hingga saat ini terdapat sekitar
1. Hubungan Phylogenetic 300 spesies dari phylum ini yang mampu bertahan & sekitar 30.000
2. Sifat bagian tubuh yang lunak fosilnya telah dinamai.
3. Perputaran hidup (Life Cycle)
4. Struktur & kenampakan eksoskeleton 7.2 Kehidupan Phylum Brachiopoda
5. Bagian dalam struktur kerangka 1. Hidup di air laut (benthos secyl)
2. Ada yang hidup di air tawar, namun sangat jarang
6.6 Peranan dalam Geologi 3. Mampu hidup pada kedalaman hingga 5.600 m secara benthos
sehingga kehadirannya sangat membantu dalam penentuan umur dan 4. Genus Lingula hanya hidup pada daerah tropis/hangat dengan
34
7.3 Klasifikasi Phylum Brachiopoda 7.4 Morfologi Brachiopoda
1. Klas Articulata/Pygocaulina
Cangkang atas & bawah (valve) dihubungkan dengan otot dan
terdapat selaput & gigi
2. Klas Articulata/Pygocaulina
Cangkang atas & bawah (valve) tidak dihubungkan dengan otot
dan terdapat socket dan gigi yang dihubungkan dengan selaput
pengikat
35
7.6 Valve Brachiopoda 7.6.1 Perkembangan Valve Brachiopoda
36
7.6.2 Berbagai bentuk Valve brachiopoda Order Spiriferida (Ordovician-Jurassic)
Order Terebratulida (Devonian-Recent)
37
BAB 8
Phylum Mollusca
38
8.2 Sifat Umum Phylum Mollusca 5. Klas Cephalopoda : lazim pada batuan Paleozoik, sangat
melimpah pada Mesozoik
1. Mempunyai bagian tubuh yang lunak dengan dilapisi oleh bagian
kulit yang keras
2. Merupakan golongan hewan yang tidak bertulang belakang 8.4 Jenis-jenis Mollusca
3. Mempunyai daya adaptasi yang tinggi
4. Hidup pada air asin, payau hingga air tawar
5. Muncul dari Zaman Kambrium hingga sekarang
6. Tubuh Mollusca terdiri dari kaki, massa viseral, dan mantel
7. Ukuran dan bentuk tubuh Mollusca sangat bervariasi
39
8.4.1 Klas Amphineura 8.4.2 Klas Scaphopoda
Hewan Mollusca kelas Amphineura ini hidup di laut dekat pantai atau di Dentalium vulgare adalah salah satu contoh kelas Scaphopoda. Jika Anda
pantai. Tubuhnya bilateral simetri, dengan kaki di bagian perut (ventral) berjalan-jalan di pantai, hati-hati dengan cangkang jenis Scaphopoda ini.
memanjang. Ruang mantel dengan permukaan dorsal, tertutup oleh 8 Karena biasanya hewan ini tumbuh di batu atau benda laut lainnya yang
papan berkapur, sedangkan permukaan lateral mengandung banyak berbaris menyerupai taring
insang
Dentalium vulgare hidup di laut dalam pasir atau lumpur. Hewan ini juga
Hewan ini bersifat hermafrodit (berkelamin dua), fertilisasi eksternal memiliki cangkok yang berbentuk silinder yang kedua ujungnya terbuka.
(pertemuan sel teur dan sperma terjadi di luar tubuh). Contohnya Panjang tubuhnya sekitar 2,5 s.d 5 cm. Dekat mulut terdapat tentakel
Cryptochiton sp atau kiton. Hewan ini juga mempunyai fase larva trokoper. kontraktif bersilia, yaitu alat peraba. Fungsinya untuk menangkap
mikroflora dan mikrofauna. Sirkulasi air untuk pernafasan digerakkan oleh
gerakan kaki dan silia, sementara itu pertukaran gas terjadi di mantel.
Hewan ini mempunyai kelamin terpisah.
40
Klasifikasi Pelecypoda didasarkan pada bagian tubuh tertentu, yaitu
insang, susunan gigi dan otot penutup kelopaknya. Bentuk gigi yang
sederhana telah dijumpai pada zaman Ordovisium & terjadi evolusi gigi
hingga menjadi dua susun
Bagian Tubuh Pelecypoda
Binatang dari Phylum ini memilki insang, test dari kulit kerang (bivalve)
dimana dua valve ini dihubungkan dengan sistem engsel yang terdiri dari
gigi & socket. Bagian dalam test ini dilapisi oleh membrant yang tipis
dimana kearah posteior kulit mantel dapat membentuk saluran-saluran.
41
Daur Hidup Pelecypoda 3. Ordo Eulamellibranchiata
Mempunyai anterior muscle scar yang lebih kecil dari posterior
muscle scar, tetapi umumnya sama besar dimana gigi dan
susunan giginya tidak sama besar
Klasifikasi Pelecypoda
1. Ordo Taksodonta
Neilonella dubia
Mempunyai kisaran umur Ordovisium-Resen, mempunyai gigi
(Prashad, 1932 )
yang hampir sama besar dan berjumlah 35 buah Nucula semiornata
6 mm
(Orbigny, 1846)
2. Ordo Anisomyaria
5 mm
Mempunyai kisaran umur Ordovisium-Resen. Mempunyai dua
muscle scar, dimana muscle scar bagian belakang (posterior)
lebih besar dari anterior, serta mempunyai gigi dan socket dua
buah
42
Solemya togata
(Poli, 1795) Lopha cristagalli Neotrigonia bednalli
44 mm Mytilus californianus (Linnaeus, 1758) (Verco, 1907)
(Conrad, 1837) 9 cm 5 cm
Mytilus californianus 100 mm.
(Conrad, 1837) 100 mm.
Mytilus californianus (Conrad,
1837) 100 mm.
43
javanica), siput laut (Fissurella sp), dan siput perantara fasciolosis
(Lemnaea trunculata).
Ciri-ciri Gastropoda
Merupakan klas yang terbesar dari Phylum Mollusca, dengan ciri-ciri :
Hidup di air laut & air payau
Glossus humanus Gastrochaena cuneiformis
(Spengler, 1783) Rumahnya terdiri dari satu test yang terputar (terpilin) memanjang
(Linnaeus, 1758)
9 cm 15 mm melalui satu sumbu
Tubuhnya terdiri dari kepala, kaki dan alat pencernaan
Kepala dilengkapi dengan alat pengunyah yang disebut rongga
mantel (berfungsi sebagai insang pada air laut & berfungsi
sebagai paru-paru pada lingkungan darat
Test terdiri dari zat gampingan dan terputar secara spiral melalui
satu garis lurus (putaran involut & evolut)
Cardiomya alcocki
Pholadidea melanura (Smith, 1884)11 mm. Arah putaran test gastropoda terdiri dari Dextral (searah jarum
(Sowerby, 1834) VERY RARE ribbed shell, deep
40 mm water (1000 meters) jam) & Sinistral (berlawanan putaran jarum jam)
Gastropoda berasal dari kata, Gaster : perut dan podos : kaki. Jadi
Gastropoda adalah hewan yang bertubuh lunak, berjalan dengan perut
yang dalam hal ini disebut kaki. Gastropoda adalah hewan hemafrodit,
tetapi tidak mampu melakukan autofertilisasi. Beberapa contoh
Gastropoda adalah bekicot (Achatina fulica), siput air tawar (Lemnaea
44
Bagian Tubuh Gastropoda o Ordo Pteropoda
o Ordo Acoela
4. Subclass Pulmonata
o Ordo Basommatophora
o Ordo Stylommatophora
Klasifikasi Gastropoda
1. Subclass Protogastropoda
o Ordo Cynostraca
o Ordo Cochliostracea
2. Subclass Prosobranchia
o Ordo Archaeogastropoda
o Ordo Mesogastropoda
o Ordo Neogastropoda
3. Subclass Opisthobranchia
Gambar 43. Gastropoda Masa Kini
o Ordo Pleurocoela
45
Fosil Gastropoda
46
4. Jenjang Cirebon (Pliosen Bawah)
Dicirikan Oleh : Turritella angulata ac
5. Jenjang Sunda (Pliosen Atas)
Dicirikan Oleh : Terebra insulinidae
6. Jenjang Banten (Pleistosen Bawah)
Dicirikan Oleh : Clavus malingpingensis
47
BAB 9
Phylum Arthropoda
48
yang hidup di darat bernafas dengan paru-paru buku atau 9.4 Klasifikasi Phylum Arthropoda
permukaan kulit dan trakea
1. Subphylum Trilobitomorpha
Sistem saraf berupa tangga tali. Ganglion otak berhubungan
Trilobita - trilobites (punah)
dengan alat indera
Arthropoda memiliki alat indera seperti antena yang berfungsi 2. Subphylum Chelicerata
sebagai alat peraba, mata tunggal (ocellus) dan mata majemuk Arachnida
(facet), organ pendengaran (pada insecta) dan statocyst (alat Merostomata
keseimbangan) pada Curstacea Pycnogonida
Alat eksresi berupa coxal atau kelenjar hijau, saluran Malpighi
3. Subphylum Myriapoda
Alat reproduksi, biasanya terpisah. Fertilisasi kebanyakan internal
(di dalam tubuh) Chilopoda
Diplopoda
5. Subphylum Crustacea
Brachiopoda
Remipedia
Gambar Contoh Perkembangan Kepala dari insecta Cephelocarida
Maxillopoda
Ostracoda
49
Malacostraca Ciri-ciri :
Memiliki 2 bagian tubuh, yaitu : cephalothorax, abdomen
9.5 Beberapa Klas dari Arthropoda Tidak memiliki anttena
Beberapa contoh Klas Arthropoda yang sangat umum dijumpai :
Bagian mulut telah berkembang membentuk taring, contohnya
Klas Arachnida ; laba-laba
Termasuk laba-laba (spiders), kalajengking (scorpians), serta
kutu. Mereka memiliki 6 pasang kaki untuk berjalan 9.5.2 Klas Crustacea
Klas Crustacea ; termasuk lobster, shrimp, crabs, barnacles, and daphnia. Mereka memiliki
Termasuk lobster, shrimp, crabs, barnacles, and daphnia. Mereka 2 bagian antena dan biasanya memiliki 5 pasang kaki untuk berjalan.
memiliki 2 bagian antena dan biasanya memiliki 5 pasang kaki Hingga kini terdapat sekitar 44.000 jenis yang tersebar di dunia
untuk berjalan
Klas Chilopoda ; Ciri-ciri :
Merupakan jenis kelabang & memiilki satu kaki dalam tiap segmen Tubuh terdiri dari dua bagian utama
tubuhnya, bergerak cepat dan bersifat karnivora Terdapat dua pasang antena di bagian kepala
Klas Diplopoda ; Memiliki 5 pasang kaki atau lebih
Merupakan jenis dari kelabang kecil dan umumnya memiliki dua Hidup pada daerah aquatik, sedikit pada daerah terestrial
kaki tiap segmen tubuhnya. Mereka bergerak lambat, namun
beberapa spesiesnya dapat mempunyai bentuk tubuh yang besar
9.6 Kehidupan Arthropoda Masa Kini
Klas Insecta ;
Termasuk kupu-kupu, belalang, serangga, semut dll
50
Spider, Klas Moth, Klas Insecta
Arachnida
51
9.8 Peranan Fosil Arthropoda Rekaman Kehidupan Arthropoda
dalam Kurun Waktu Geologi
Fosil dari Phylum Arthropoda ini sangat khas hidup pada zaman dan
lingkungan tertentu, sehingga kehadirannya dalam batuan sangat
membantu untuk penentuan umur dan lingkungan pengendapan
Sebagai contoh :
Fosil Trilobita, yang merupakan hewan penciri dari zaman Kambrium
Trilobita Zaman Kambrium
52
53