Anda di halaman 1dari 110

SKRIPSI

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSONAL HYGIENE


PADA PASIEN STROKE DI RUANG RAWAT INAP
RUMAH SAKIT TINGKAT II PELAMONIA
MAKASSAR

OLEH

RUSMIYATI J ROBO
14.2049

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKPER GUNUNG SARI

MAKASSAR

2018
SKRIPSI

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSONAL HYGIENE


PADA PASIEN STROKE DI RUANG RAWAT INAP

RUMAH SAKIT TINGKAT II PELAMONIA


MAKASSAR

Sebagai Salah Satu Syarat Untul Mencapai gelar

Sarjana Program Studi Sarjana Keperawatan (S1)

Disusun dan diajukan oleh

RUSMIYATI J ROBO
14.2049

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKPER GUNUNG SARI

MAKASSAR

2018
v
ABSTRAK

RUSMIYATI J ROBO; “Faktor Yang Mempengaruhi Personal Hygiene Pada Pasien


Stroke Di Ruang Rawat Inap RS TK.II Pelamonia Makassar”(Dibimbing oleh Musaidah
Dan Fadliyatul Fajri)

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Faktor Yang Mempengaruhi Personal


Hygiene Pada Pasien Stroke Di Ruang Rawat Inap RS TK.II Pelamonia Makassar.
Desain penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
kualitatif dengan menggunakan rancangan "Random Sampling”. Teknik pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, observasi dan wawancara.
Hasil penelitian diketahui ada pengaruh yang signifikan antara variabel dependen
dengan variabel independen melalui pengukuran besarnya presentase dari tiap varibel
yang diteliti.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa, ada pengaruh antara pengetahuan
dengan personal hygiene pada pasien stroke di Ruang Rawat Inap RS TK.II Pelamonia
Makassar, dimana uji chi-square diperoleh nilai p=0,002 lebih kecil dari α (0.05), ada
pengaruh antara kebiasaan dengan personal hygiene pada pasien stroke di Ruang Rawat
Inap RS TK.II Pelamonia Makassar, dimana uji chi-square diperoleh nilai p=0,001 lebih
kecil dari α (0.05), ada pengaruh antara kondisi fisik dengan personal hygiene pada
pasien stroke di Ruang Rawat Inap RS TK.II Pelamonia Makassar, dimana uji chi-square
diperoleh nilai p=0,002 lebih kecil dari α (0.05).

Kata Kunci : Pengetahuan, Kebiasaan, Kondisi Fisik dan Kejadian Stroke

vi
ABSTRACT

RUSMIYATI J ROBO; "Factors Affecting Personal Hygiene in Stroke Patients


in the Inpatient Room of TK. II Pelamonia Hospital in Makassar"(Suvervised by
Musiadah dan Fadliyatul Fajri)

The purpose of this study was to determine the factors that affect personal
hygiene in stroke patients in the inpatient ward of TK. II Pelamonia Hospital in
Makassar.
The research design used in this study is a qualitative descriptive study
using a "Random Sampling" design. Data collection techniques were carried out
using questionnaires, observations and interviews.The results of the study
revealed a significant influence between the dependent variable and the
independent variables through the measurement of the percentage of each variable
studied.
From the results of the study showed that there was an influence between
knowledge with personal hygiene in stroke patients in the Inpatient Room of
TK.II Pelamonia Hospital in Makassar, where the chi-square test obtained p =
0.002 was smaller than α (0.05), there was an influence between habit and
personal hygiene in stroke patients in the Inpatient Room of TK. II Pelamonia
Hospital in Makassar, where the chi-square test obtained p value = 0.001 is
smaller than α (0.05), there is an influence between physical conditions with
personal hygiene in stroke patients in the Hospital Inpatient Room TK.II
Pelamonia Makassar, where the chi-square test obtained p = 0.002 is smaller than
α (0.05).

Keywords: Knowledge, Habits, Physical Conditions and Stroke Events

vii
RIWAYAT HIDUP

A. Biodata
Nama : Rusmiyati J Robo
Tempat/Tanggal Lahir : Tolofuo 09-Maret 1997
Alamat : jln teduh bersinar blok N No 1
Kode Pos :
Nomor Telepon : 085-395-652-309
Email :
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Pernikahan : Belum Menikah
Warga Negara : WNI
Agama : Islam
B. Nama Orang Tua
Nama Ayah : Jamrud Robo
Pekerjaan : Petani
Nama Ibu : Gamar Mondon
Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga
C. Riwayat Pendidikan
Periode Asal Sekolah Jurusan Jenjang IPK
2002 - 2008 SD Negeri Tolofuo - SD -
- 2011 SMP Negeri 4 Kota Ternate - SMP -
2011 - 2014 SMA Negeri 5 Kota Ternate IPA SMA -

2014 2018 Sementara dalam proses menyelesaikan Pendidikan starata 1


(S1) Keperawatan DiStikper Gunungsari Makassar

viii
KATA PENGANTAR

vii

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat, karunia dan limpahan kesehatan yang diberikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Faktor Yang Mempengaruhi Personal
Hygiene Pada Pasien Stroke Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tingkat II
Pelamonia Makassar”.

Skripsi ini dibuat penulis dengan tujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan
untuk mencapai gelar S.1 Keperawatan, selain itu juga sebagai salah satu wujud dari
penerapan ilmu yang dipelajari di bangku kuliah. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis
mendapatkan bahan penyusunan dari berbagai sumber diantaranya buku kesehatan,
literature kesehatan dan website kesehatan.

Dengan terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas bantuan dari berbagai
pihak yang telah memberikan dorongan, bimbingan serta saran-sarannya kepada penulis,
oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan skripsi ini, terutama penulis sampaikan kepada yang
terhormat :

1. Bapak H. Syamsu Alam, BA, Ketua Yayasan Pendidikan Gunung Sari Makassar

yang telah menyediakan sarana dan prasarana kepada penulis selama mengikuti

pendidikan.

2. Bapak Dr.Pius Nalang, M.Kes, Ketua STIKPER Gunung Sari yang telah

menyediakan fasilatas dalam kaitannya dengan pembuatan skripsi ini.

3. Ibu Nurnainah.S.Kep.,Ns.,M.Kep. Puket 1 Bidang Akademik Keperawatan STIKPER

Gunung Sari.

4. Bapak Abdullah, S.Kep.,Ns. Ketua Prodi S1 Keperawatan STIKPER Gunung Sari.

5. Ibu Musaidah, S.Kep,Ns,S.KM,M.Kes pembimbing I yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi

ini dapat terselesaikan dengan baik.

ix
6. Ibu Fadliyatul Fajri, S.ST,M.Kes, pembimbing II yang telah meluangkan waktunya

untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik.

7. Penguji I, Bapak Dr. Syaiful Bachri, MM,M.Kes, yang telah memberikan kritik dan

saran demi penyempurnaan skripsi ini.

8. Penguji II, Ibu Siti Badria, S.Kep,Ns,M.Kes, yang telah memberikan masukan

tentang isi dari skripsi ini.

9. Penguji III, Bapak Muh. Saleh, S.Ag,M.Pd yang telah memberikan tanggapan dalam

proses penyempurnaan skripsi ini.

10. Kepada para dosen, seluruh staf serta pengurus STIKPER Gunung Sari Makassar

yang telah berpartisipasi memberikan dorongan serta bimbingan selama Penulis

mengikuti program Studi S.1 Keperawatan di STIKPER Gunung Sari Makassar.\

11.Terkhusus untuk Ayahandaku Jamrud Robo dan Ibundaku Gamar Mondon


serta Kakak ku tercinta Safrin Robo dan Rusnia J Robo yang dengan penuh

kasih sayang dan keikhlasan memberikan doa dan dukungan baik moril

maupun materil selama kuliah hingga penulisan skripsi ini.

12.Spesial untuk sahabat tercinta Sovia Mustika Muspah yang banyak membantu
dan memberikan motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Terspesial Teruntuk Riadh Aliyando Drakel terimakasih karena selalu


memberikan dukungan sepenuhnya, semangat serta memberikan motivasi bagi

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Makassar, Agustus 2018

Penulis

x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN .................................................................................. iv

HALAMAN PUBLIKASI ........................................................................................ v

ABSTRAK ................................................................................................................. vi

ABSTRACT ............................................................................................................... vii

RIWAYAT HIDUP .................................................................................................. viii

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ix

DAFTAR ISI.............................................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiii

DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Personal Hygiene .................................................. 8

xi
B. Tinjauan Khusus Tentang Stroke .................................................................. 14

C. Tinjauan Umum Tentang Variabel Yang Di Teliti ....................................... 33

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep ......................................................................................... 43

B. Hipotesis penelitian ....................................................................................... 43

C. Defenisi Operasional Dan Kriteria Objekti ................................................... 44

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian Dan Pendekatan ......................................................... 46

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ........................................................................ 46

C. Populasi, Sampel dan Sampling..................................................................... 46

D. Instrumen Penelitian ...................................................................................... 48

E. Cara Pengumpulan Data ................................................................................ 49

F. Prosedur Pengolahan Data ............................................................................. 49

G. Tehnik Analisa Data ...................................................................................... 50

H. Alur Penelitian .............................................................................................. 50

I. Etika Penelitian ............................................................................................. 52

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum Lokasi Tempat Penelitian ................................................ 54

B. Hasil Penelitian ............................................................................................. 60

C. Hasil Pembahasan ......................................................................................... 67

BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................... 75

B. Saran ............................................................................................................. 76

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Kerangka Konsep ....................................................................... 43

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 : Daftar Tenaga Dokter Spesialis ..................................................... 59

Tabel 5.2 : Distribusi Responden Berdasarkan Umur Di Ruang Rawat

Inap RS TK.II Pelamonia Makassar .............................................. 60

Tabel 5.3 : Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Ruang

Rawat Inap RS TK.II Pelamonia Makassar .................................. 61

Tabel 5.4 : Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di

Ruang Rawat Inap RS TK.II Pelamonia Makassar ......................... 61

Tabel 5.5 : Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Ruang Rawat

Inap RS TK.II Pelamonia Makassar ............................................... 62

Tabel 5.6 : Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Di Ruang Rawat Inap RS


TK.II Pelamonia Makassar ................................................ 63

Tabel 5.7 : Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Di Ruang Rawat

Inap RS TK.II Pelamonia Makassar ................................................ 63

Tabel 5.8 : Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Fisik Di Ruang

Rawat Inap RS TK.II Pelamonia Makassar ................................... 64

Tabel 5.9: Distribusi Pengaruh Pengetahuan Terhadap Personal Hygiene

xiv
Pada Pasien Stroke Di Ruang Rawat Inap RS TK.II Pelamonia

Makassar ........................................................................................... 64

Tabel 5.10: Distribusi Pengaruh Kebiasaan Terhadap Personal Hygiene

Pada Pasien Stroke Di Ruang Rawat Inap RS TK.II Pelamonia

Makassar ........................................................................................... 65

Tabel 5.11: Distribusi Pengaruh Kondisi Fisik Terhadap Personal Hygiene

Pada Pasien Stroke Di Ruang Rawat Inap RS TK.II Pelamonia

Makassar ........................................................................................... 66

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian

Lampiran 2 : Lembar Permintaan Menjadi Responden

Lampiran 3 : Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 4 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 5 : Master Tabel Penelitian

Lampiran 6 : Surat Izin Pengambilan Data Awal STIKPER Gunung Sari


Makassar

Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian Dari STIKPER Gunung Sari Makassar

Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Dari Gubernur Prop. Sulawesi Selatan

Lampiran 9 : Surat Keterangan Penelitian Dari RS Sitti Khadijah I Kota Makass

xvi
18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke merupakan suatu sindrom klinis yang ditandai dengan hilangnya

fungsi otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian. Stroke juga

merupakan suatu keadaan yang mengakibatkan seseorang mengalami

kelumpuhan atau kematian karena terjadinya gangguan perdarahan di otak

yang menyebabkan kematian jaringan otak (Batticaca, 2013).

Stroke disebabkan karena terganggunya suplai darah ke otak oleh

karena adanya sumbatan di pembuluh darah atau pun pecahnya pembuluh

darah di otak sehingga otak akan mengalami kekurangan pasokan oksigen

jika keterlambatan pasokan ini berlarut, sel-sel jaringan otak akan mati.

Jika berlanjut akan menyebabkan kematian, kecacatan dan kelumpuhan.

Oleh karena itu pasien stroke harus mendapat penanganan segera. Selain

penanganan stroke fase akut, salah satu penanganan masalah stroke yang

tidak kalah penting adalah rehabilitasi pasca stroke baik untuk memperbaiki

kecacatan fisik maupun gangguan emosional. Karena dalam keadaan

lumpuh atau cacat pasien akan mengalami kesulitan dalam melakukan

kegiatan personal hygiene secara mandiri. (Sofwan 2012).

Stroke menurut WHO (World Health Organization) 2010 adalah suatu

sindrom kliniks dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara fokal

maupun global, yang dapat menimbulkan kematian atau kecacatan yang

1
19

menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan vaskular.

Stroke merupakan penyakit gangguan fungsional otak yang akut fokal maupun

global akibat terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan (Stroke

hemoragik) ataupun sumbatan (Stroke iskemik) dengan gejala dan tanda

sesuai dengan bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna,

sembuh dengan cacat atau kematian.

Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan

dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Pemenuhan

personal hygiene diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan

kesehatan. Kebutuhan personal hygiene ini diperlukan baik pada orang sehat

maupun pada orang sakit. Praktik personal hygiene bertujuan untuk

peningkatan kesehatan dimana kulit merupakan garis tubuh pertama dari

pertahanan melawan infeksi dengan implementasi tindakan hygiene pasien,

atau membentu anggota keluarga untuk melakukan tindakan itu maka akan

menambah tingkat kesembuhan pasien. (Potter dan Perry, 2012).

Pasien dengan tingkat ketergantungan penuh membutuhkan bantuan

perawat dalam melakukan berbagai kebutuhan dasar, salah satunya adalah

pemenuhan personal hygiene atau kebersihan diri. Personal hygiene

merupakan suatu hal penting yang harus diperhatikan untuk menunjang

penyembuhan pasien. Praktik personal hygiene meliputi bathing (mandi),

hair washing (mencuci rambut), nail care (perawatan kuku tangan dan kaki),

oral hygiene (perawatan mulut dan gigi), perineal care (perawatan alat vital),

hand hygiene (mencuci tangan), dan lainnya. (Sorrentino dan Remmert,

2011).
20

Dampaknya jika personal hygienenya kurang penderita stroke

berdampak pada fisiknya diantaranya gangguan kesehatan yang diderita

seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik.

Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritaskulit, gangguan

membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik

pada kuku. Dan masalah social yang berhubungan dengan Personal Hygiene

penderita stroke yaitu gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan

dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan

gangguan interaksi social. (Hidayat 2010).

Data World Health Organization (WHO) tahun 2012 menunjukkan

sekitar 31% dari 56,5 juta orang atau 17,7 juta orang di seluruh dunia

meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Dari seluruh

kematian akibat penyakit kardiovaskuler, sebesar 7,4 juta disebabkan oleh

Penyakit Jantung Koroner, dan 6,7 juta disebabkan oleh stroke. (Misbach,

2012).

Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan oleh Yayasan

Stroke Indonesia (Yastroki), masalah stroke semakin penting dan mendesak

karena kini jumlah penderita stroke di Indonesia adalah terbanyak dan

menduduki urutan pertama di Asia. Jumlah kematian yang disebabkan oleh

stroke menduduki urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan

kelima pada usia 15-59 tahun. (Yastroki, 2012).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun

2013, prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga

kesehatan sebanyak 57,9 persen penyakit stroke telah terdiagnosis oleh nakes.
21

Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis nakes tertinggi di Sulawesi Utara

(10,8%), diikuti DI Yogyakarta (10,3%). Prevalensi stroke berdasarkan

diagnosis nakes dan gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan (17,9%),

DI Yogyakarta (16,9%), Sulawesi Tengah (16,6%), diikuti Jawa Timur sebesar

(16%)sedangkan Sumatera Barat sebesar (12,2%). (Riskedas, 2013).

Berdasarkan data Kemenkes diketahui, tingkat prevalensi PTM di Kota

Makassar yang melampaui prevalensi rata-rata nasional adalah untuk hipertensi

28,8 persen lebih tinggi dibandingkn nasional (25,8%), diabetes militus (5,3%),

sementara nasional hanya (2,1%). Prevalensi penyakit jantung koroner di

Makassar (4,2%), (nasional 1,5%), gagal jantung (0,8%), (nasional 0,3%),

stroke (2,9%), (nasional (0,3%) dan kanker (0,22%), (nasional 0,14%).

Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari bagian Rekam Medik di

RS Tingkat II Pelamonia Makassar, jumlah pasien rehabilitasi pasca stroke

pada tahun 2015 sebanyak 113 pasien, tahun 2016 sebanyak 95 pasien, tahun

2017 sebanyak 87 pasien, dan tahun 2018 pada bulan Januari – April sebanyak

61 pasien.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk

mengetahui “Faktor Yang Mempengaruhi Personal Hygiene Pada Pasien

Stroke Di Ruang Rawat Inap RS Tingkat II Pelamonia Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas,perumusan masalahnya adalah:

1. Apakah ada pengaruh pengetahuan terhadap personal hygiene pada pasien

Stroke di ruang rawat inap RS Tingkat II Pelamonia Makassar ?


22

2. Apakah ada pengaruh kebiasaan terhadap personal hygiene pada pasien

Stroke di ruang rawat inap RS Tingkat II Pelamonia Makassar ?

3. Apakah ada pengaruh kondisi fisik terhadap personal hygiene pada pasien

Stroke di ruang rawat inap RS Tingkat II Pelamonia Makassar ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Diketahui Faktor Yang Mempengaruhi Personal Hygiene Pada

Pasien Stroke Di Ruang Rawat Inap RS Tingkat II Pelamonia Makassar.

2. Tujuan khusus

a. Diketahui pengaruh pengetahuan terhadap personal hygiene pada

pasien Stroke di ruang rawat inap RS Tingkat II Pelamonia Makassar

b. Diketahui pengaruh kebiasaan terhadap personal hygiene pada pasien

Stroke di ruang rawat inap RS Tingkat II Pelamonia Makassar

c. Diketahui pengaruh kondisi fisik terhadap personal hygiene pada

pasien Stroke di ruang rawat inap RS Tingkat II Pelamonia Makassar

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman untuk menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan peneliti dalam mengetahui faktor yang mempengaruhi

personal hygiene pada pasien stroke.

2. Bagi Instansi Tempat Peneliti

Di harapkan agar hasil peneliti ini dapat memberikan informasi

bagi sarana pelayanan kesehatan dan instansi terkait dalam memberikan

pelayanan kesehatan.
23

3. Bagi Profesi Keperawatan

Bahwa yang sedang menuntut ilmu di Stikper Gunung Sari orang

yang akan berprofesi sebagai perawat yang akan mengembangkan dan

menyumbangkan ilmu dan pengetahuanya kepada masyarakat, sehingga

semuanya harus mampu dan kompeten di bidangnya dan pada akhirnya

pada saat berkarir dapat meredam dan menjawab tuntutan masyarakat akan

pelayanan yang baik dan maksimal untuk peningkatan kualitas pelayanan

perawat.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil peneliti ini di harapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan

dan merupakan salah satu bahan bacaan dan bahan kajian bagi penelitian

selanjutnya.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan agar hasil peneliti ini dapat di jadikan sebagai bahan

kajian khususnya bagi peneliti yang tertarik untuk mengembangkan hasil

pengetahuan keperawatan.
24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Personal Hygiene

1. Pengertian personal hygiene

Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara

kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.

Pemenuhan personal hygiene diperlukan untuk kenyamanan individu,

keamanan, dan kesehatan. Kebutuhan personal hygiene ini diperlukan baik

pada orang sehat maupun pada orang sakit. (Tarwoto, 2013).

Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara

kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.

Pemenuhan personal hygiene diperlukan untuk kenyamanan individu,

keamanan, dan kesehatan. Kebutuhan personal hygiene ini diperlukan baik

pada orang sehat maupun pada orang sakit. Praktik personal hygiene

bertujuan untuk peningkatan kesehatan dimana kulit merupakan garis

tubuh pertama dari pertahanan melawan infeksi dengan implementasi

tindakan hygiene pasien, atau membentu anggota keluarga untuk

melakukan tindakan itu maka akan menambah tingkat kesembuhan pasien.

(Potter dan Perry, 2012).

2. Aspek-aspek personal hygiene

a. Memandikan

Memandikan pasien merupakan personal hygiene total. Mandi

dapat dikategorikan sebagai pembersihan atau terapeutik. Mandi di

7
25

tempat tidur yang lengkap diperlukan bagi pasien dengan

ketergantungan total dan memerlukan personal hygiene total. Keluasan

mandi pasien dan metode yang di gunakan untuk mandi

berdasarkan pada kemampuan fisik pasien dan kebutuhan tingkat

hygiene yang dibutuhkan. Pasien yang bergantung dalam pemenuhan

kebutuhan personal hygiene, terbaring di tempat tidur dan tidak

mampu mencapai semua anggota badan dapat memperoleh mandi

sebagian ditempat tidur.

Tujuan memandikan pasien di tempat tidur adalah untuk

menjaga kebersihan tubuh, mengurangi infeksi akibat kulit kotor,

memperlancar sistem peredaran darah, dan menambah kenyamanan

pasien. Mandi dapat menghilangkan mikroorganisme dari kulit serta

sekresi tubuh, menghilangkan bau tidak enak, memperbaiki

sirkulasi darah ke kulit, dan membuat pasien merasa lebih rileks

dan segar.

b. Membersihkan kuku, kaki dan tangan

Kaki, tangan dan kuku seringkali memerlukan perhatian

khusus untuk mencegah infeksi, bau, dan cedera pada jaringan. Tetapi

seringkali orang tidak sadar akan masalah kaki, tangan dan kuku

sampai terjadi nyeri atau ketidaknyamanan. Menjaga kebersihan

kuku penting dalam mempertahankan personal hygiene karena

berbagai kuman dapat masuk kedalam tubuh melalui kuku.Oleh

sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam keadaan sehat dan


26

bersih. Perawatan dapat digabungkan selama mandi atau pada

waktu yang terpisah.

Tujuan perawatan kaki dan kuku adalah pasien akan memiliki

kulit utuh dan permukaan kulit yang lembut, pasien merasa nyaman

dan bersih, pasien akan memahami dan melakukan metode perawatan

kaki dan kuku dengan benar.

c. Mencuci rambut

Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung

dari cara penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Penyakit

atau ketidakmampuan mencegah seseorang untuk memelihara

perawatan rambut sehari hari. Menyikat, menyisir dan bersampo

adalah cara-cara dasar higienis perawatan rambut. Distribusi pola

rambut dapat menjadi indikator status kesehatan umum. Perubahan

hormonal, stress emosional maupun fisik, penuaan, infeksi dan

penyakit tertentu atau obat obatan dapat mempengaruhi karakteristik

rambut.

Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi

sebagai proteksi serta pengatur suhu, melalui rambut perubahan status

kesehatan diri dapat diidentifikasi. Penyakit atau ketidakmampuan

menjadikan pasien tidak dapat memelihara perawatan rambut sehari-

hari. Pasien imobilisasi rambutnya cenderung terlihat kusut. Pasien

juga harus di izinkan bercukur bila kondisi mengizinkan. Pasien

yang mampu melakukan perawatan diri harus dimotivasi untuk

memelihara perawatan rambut sehari- hari. Sedangkan pada pasien


27

yang memiliki keterbatasan imobilisasi memerlukan bantuan

perawatan atau keluarga pasien dalam melakukan hygiene rambut.

Tujuan perawatan rambut adalah pasien akan memiliki rambut

dan kulit kepala yang bersih dan sehat, pasien akan mencapai

rasa nyaman dan harga diri, dan pasien dapat berpartisipasi dalam

melakukan praktik perawatan rambut.

d. Membersihkan mulut

Pasien imobilisasi terlalu lemah untuk melakukan perawatan

mulut, sebagai akibatnya mulut menjadi terlalu kering atau teriritasi

dan menimbulkan bau tidak enak. Masalah ini dapat meningkat

akibat penyakit atau medikasi yang digunakan pasien. Perawatan

mulut harus dilakukan setiap hari dan bergantung terhadap keadaan

mulut pasien. Gigi dan mulut merupakan bagian penting yang harus

dipertahankan kebersihannya sebab melalui organ ini berbagai kuman

dapat masuk. Hygiene mulut membantu mempertahankan status

kesehatan mulut, gigi, gusi, dan bibir, menggosok membersihkan gigi

dari partikel-partikel makanan, plak, bakteri, masase gusi, dan

mengurangi ketidaknyamanan yang dihasilkan dari bau dan rasa

yang tidak nyaman.

Tujuan perawatan hygiene mulut pasien adalah pasien akan

memiliki mukosa mulut utuh yang terhidrasi baik serta untuk

mencegah penyebaran penyakit yang ditularkan melalui mulut

(misalnya tifus, hepatitis), mencegah penyakit mulut dan gigi,

meningkatkan daya tahan tubuh, mencapai rasa nyaman, memahami


28

praktik hygiene mulut dan mampu melakukan sendiri perawatan

hygiene mulut dengan benar.

e. Membersihkan mata, hidung dan telinga

Perhatian khusus diberikan untuk membersihkan mata,

hidung, dan telinga selama pasien mandi. Secara normal tidak ada

perawatan khusus yang diperlukan untuk mata karena secara

terus-menerus dibersihkan oleh air mata, kelopak mata dan bulu mata

mencegah masuknya partikel asing kedalam mata. Normalnya,

telinga tidak terlalu memerlukan pembersihan. Namun, pasien dengan

serumen yang terlalu banyak telinganya perlu dibersihkan baik

mandiri pasien atau dilakukan oleh perawat dan keluarga. Hygiene

telinga mempunyai implikasi untuk ketajaman pendengaran. Bila

benda asing berkumpul pada kanal telinga luar, maka akan

mengganggu konduksi suara.

Tujuan perawatan mata, hidung, dan telinga adalah pasien

akan memiliki organ sensorik yang berfungsi normal, mata, hidung,

dan telinga pasien akan bebas dari infeksi, dan pasien akan mampu

melakukan perawatan mata, hidung, dan telinga sehari-hari. (Potter &

Perry, 2012).

3. Faktor yang mempengaruhi personal hygiene

a. Citra tubuh

Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan

fisiknya. Personal hygiene yang baik akan mempengaruhi terhadap

peningkatan citra tubuh individu. Gambaran individu terhadap dirinya


29

sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya

perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya.

b. Praktik sosial

Kebiasaan keluarga, jumlah orang di rumah, dan ketersediaan air

panas atau air mengalir hanya merupakan beberapa faktor yang

mempengaruhi perawatan personal hygiene. Praktik personal hygiene

pada lansia dapat berubah dikarenakan situasi kehidupan, misalnya

jika mereka tinggal di panti jompo mereka tidak dapat mempunyai

privasi dalam lingkungannya yang baru. Privasi tersebut akan

mereka dapatkan dalam rumah mereka sendiri, karena mereka tidak

mempunyai kemampuan fisik untuk melakukan personal hygiene

sendiri.

c. Status sosioekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,

sikat gigi, shampo dan alat mandi yang semuanya memerlukan uang

untuk menyediakannya.

d. Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan

yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Namun demikian

pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup. Seseorang harus termotivasi

untuk memelihara perawatan diri. Seringkali pembelajaran tentang

penyakit atau kondisi yang mendorong individu untuk meningkatkan

personal hygiene. Misalnya pada pasien penderita Diabetes Melitus

selalu menjaga kebersihan kakinya.


30

e. Budaya

Kepercayaan kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi personal

hygiene. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik

perawatan diri yang berbeda. Di sebagian masyarakat jika individu

sakit tertentu maka tidak boleh di mandikan.

f. Kebiasaan seseorang

Setiap individu mempunyai pilihan kapan untuk mandi, bercukur

dan melakukan perawatan rambut. Ada kebiasaan orang yang

menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti

penggunaan shampo dan lain-lain.

g. Kondisi fisik

Pada keadaan sakit, tentu kemampuan untuk merawat diri berkuran dan

perlu bantuan untuk melakukannya. (Tarwoto, 2013).

B. Tinjauan Khusus Tentang Stroke

1. Pengertian stroke

Mulanya stroke ini dikenal dengan nama apoplexy, kata ini berasal

dari bahasa yunani yang berarti “memukul jatuh” atau to srike down.

Dalam perkembangannya lalu dipakai istilah CVA atau cerebrovascular

accident yang berarti suatu kecelakaan pada pembuluh darah dan otak.

(Iskandar Junaidi, 2011)

Stroke adalah keadaan di mana sel-sel otak mengalami kerusakan

karena tidak mendapat pasokan oksigen dan nutrisi yang cukup. Sel-sel

otak harus selalu mendapat pasokan oksigen dan nutrisi yang cukup agar

tetap hidup dan menjalankan fungsinya dengan baik. Oksigen dan nutrisi
31

ini di bawah oleh darah yang mengalir di dalam pembuluh-pembuluh

darah yang menuju sel-sel otak. Apabila karena sesuatu hal aliran darah

atau aliran pasokan oksigen dan nutrisi ini terhambat selama beberapa

menit saja, maka dapat terjadi stroke. Penghambatan aliran oksigen ke sel-

sel otak selama 3 atau 4 menit saja sudah mulai menyebabkan kerusakan-

kerusakan sel-sel otak. Makin lama penghambatan ini terjadi, efeknya

akan makin parah dan makin sukar di pulihkan. Sehingga tindakan yang

paling cepat dlam mengantisipasi dan mengatasi serangan stroke sangat

menentukan kesembuhan dan pemulihan kesehatan penderita stroke. ( City

Ardila dan Noni Aktafiani, 2013)

Secara sederhana, stroke terjadi jika aliran darah ke otak terputus.

Otak kita sangat tergantung pada pasokan darah yang berkesinambungan,

yang di alirkan oleh arteri (pembuluh nadi).

2. Klasifikasi Stroke

Berdasarkan prosesnya, stroke dapat diklasifikasikan menjadi 2

jenis yaitu:

a. Stroke hemoragik

Pada stroke hemoragik, pembuluh darah darah pecah sehingga

aliran darah menjadi tidak normal. Darah yang akan merembes masuk

ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya. Sebagian besar kasus

stroke terjadi secara secara mendadak, sangat cepat, dan menyebabkan

kerusakan otak dalm beberapa menit (completed stroke). Selanjutnya

stroke dpat bertambah buruk dalam beberapa jam sampai 1-2 hari
32

akibat bertambah luasnya jaringan otak yang mati (stroke in

evolution).

Terjadi pendarahan cereberal dan mungkin juga pendarahan

yang disebabkan pecahnya pembuluh darah otak. Umumnya terjadi

pada saat melakukan aktivitas, namun juga dapat terjadi pada saat

istirahat. Kesadaran umumnya menurun dan penyebab yang paling

banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol. (Sutanto, 2010)

Dua jenis stroke hemoragik adalah:

1) Pendarahan intraserebral

Pendarahan intraserebral adalah pendarahan di dalam otak yang

disebabkan oleh trauma (cedera otak) atau kelainan pembuluh

darah (aneurisma atau angioma). Jika tidak disebabkan oleh salah

satu kondisi tersebut, paling sering disebabkan oleh tekanan darah

tinggi kronis. Pendarahan intraserebral menyumbang sekitar 10%

dari semua stroke, tetapi memiliki presentase tertinggi penyebab

kematian akibat stroke.

2) Pendarahan Subaracnoid

Pendarahan subaracnoid adalah pendarahan dalam ruang

subaracnoid, ruang di antara lapisan dalam (pia meter) dan lapisan

tengah (arachnoid mater) dari jaringan selaput otak (meninges).

Penyebab paling umum adalah pecahnya tonjolan (aneurisma)

dalam arteri. Pendarahn subarachnoid adalah kedaruratan medis

serius yang dapat menyebabkan cacat permanen dan kematian.


33

Stroke ini juga satu-satunya jenis stroke yang lebih sering terjadi

pada wanita dibandingkan pada pria. (Sutanto, 2010).

b. Stroke non hemoragik

Pada non-hemoragik, aliran darah ke otak karena penumpukan

kolesterol pada dinding pembuluh darah (aterosklerosis) atau bekuan

darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Hampir

sebagian besar pasien atau sebesar 83% mengalami stroke jenis ini.

Stroke non hemoragik dapat juga di klasifikasikan berdasarkan

perjalanan penyakitnya, yaitu:

1) Gangguan neurologist dalam waktu sesaat, beberapa menit atau

beberapa jam saja dan gejala akan hilang sempurna dalm waktu

kurang dari 24 jam.

2) Gangguan neurologist yang akan hilang secara sempurna dalam

waktu 1 minggu dan maksimal 3 minggu.

3) Gangguan terjadi masih terus berkembang di mana gangguan

yang muncul semakin berat dan bertambah buruk. Proses ini

biasanya berjalan dalam beberapa jam atau beberapa hari.

4) Gangguan yang timbul bersifat menetap atau permanen disebut

stroke complete. (Sutanto, 2010)

Stroke iskemik dibedakan berdasarkan penyebab sumbatan arteri.

(a) Stroke trombosit

Sumbatan disebabkan trombus yang berkembang dalam arteri

otak yang sudah sangat menyempit


34

(b) Stroke embolik

Sumabatan disebabkan trombus, gelembung udara atau

pecahan lemak (emboli) yang terbentuk dibagian tubuh

lainseperti jantung dan pembuluh aorta di dada dan leher, yang

terbawah aliran darah ke otak. Kelainan jantung yang disebut

fibrilasi atrium dapat menciptakan kondisi di mana trombus

yang terbentuk di jantung di pompa dan beredar menuju otak.

(Efriza Mahreswati, 2012)

Penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur arteri menuju ke otak.

Misalnya suatu endapan lemak (ateroma) bisa berbentuk di dalam arteri di

dalam arteri karotis sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah.

Keadaan ini sangat serius karena dalam keadaan, setiap arteri karotis

normal memberikan darah ke sebagian besar otak. Endapan lemak juga

bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir di dalam darah, kemudian

menyumbat arteri yang lebih kecil. (Sutanto, 2010)

Pembuluh arteri karotis dan vertebralis beserta percabangannya

bisa juga tersumbat karena adanya bekuan darah yang berasal dari tempat

lain, misalnya dari jantung atau salah satu katupnya. Stroke semacam ini

disebut emboli serebral, paling sering terjadi pada penderita yang baru

menjalani pembedahan jantung dan penderita kelainan katup jantung atau

gangguan irama jantung. Emboli lemak jarang menyebabkan stroke.

Emboli lemak terbentuk jika lemak dari sumsum tulang yang pecah

dilepaskan ke dalam aliran darah dan akhirnya bergabung di dalam sebuah

arteri. (Sutanto, 2010)


35

Pada stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur

pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh 2

arteri karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri merupakan

cabang dari lengkung aorta jantung. (Sutanto, 2010)

3. Etiologi

a. Stroke iskemik

Stroke iskemik sesuai namanya disebabkan oleh penyumbatan

pembuluh darah otak (stroke nonpendarahan = infark). Otak dapat

berfungsi dengan baik jika aliran darah yang menuju ke otak lancar

dan tidak mengalami hambatan. Namun jika persediaan oksigen dan

nutrisi yang di bawa oleh sel-sel darah dan plasma terhalang oleh

suatu bekuan darah tau terjadi trombosis pada dinding artery yang

mensuplai otak maka akan terjadi stroke iskemik yang dapat berakibat

kematian jaringan otak yang disuplai. Terhalangnya aliran darah yang

menuju ke otak dapat disebabkan oleh suatu trombosis atau emboli.

Keduanya merupakan jenis bekuan darah dan pengerasan arteri yang

disebut plakaterosklerotik melalui proses aterosklerosis yang

merupakan penumpukan dari lemak darah, kolesterol, kalsium pada

dinding pembuluh darah arteri dan disebut juga dengan ateroma.

1) Ateroma

Pada stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur

arteri yang menuju ke otak. Misalnya suatu ateroma (endapan

lemak) bisa terbentuk di dalam / arteri karotis / sehingga

menyebabkan berkurangnya aliran darah. Keadaan ini sangat


36

serius karena setiap arteri karotis jalur utama memberikan darah

kesebagian besar otak.

2) Emboli

Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir

di dalam darah, kemudian menyumbat arteri yang lebih yang

lebih kecil. Arteri karotis dan arteri vertebralis beserta

percabangannya bisa tersumbat karena adanya bekuan darah yang

berasal dari tempat lain, misalnya dari jantung atau katupnya.

Emboli terbentuk jika lemak dari sumsum tulang yang pecah

dilepaskan ke dalam aliran darah dan akhirnya tersumbat di dalam

sebuah arteri (kecil). Stroke karena sumbatan emboli jarang

terjadi.

3) Infeksi

Stroke juga bisa terjadi bila suatu peradangan atau infeksi

menyebabkan menyempitnya pembuluh darah yang menuju ke

otak. Selain peradangan umum oleh arteri, peradangan juga bisa

dipicu oleh asam urat (penyebab rematik gout) yang berlebih

dalam darah.

4) Obat-obatan

Obat-obatan pun dapat menyebabkan stroke, seperti kokain,

amfetamin, epinifrin, adrenalin, dan sebagainya dengan jalan

mempersempit diameter pembuluh darah di otak dan

menyebabkan stroke. Fungsi obat-obatan di atas menyebabkan

kontraksi areteri sehingga diameternya mengecil.


37

5) Hipotensi

Penurun tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan

berkurangnya aliran darah ke otak, yang biasanya menyebabkan

seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi jika tekanan darah

rendahnya berat dan menahun. Hal ini terjadi jika seseorang

mengalami kehilangan darah yang banyak karena cedera atau

pembedahan, serangan jantung atau irama jantung yang

abnormal.

b. Stroke hemoragik

Terhalangnya suplai darah ke otak pada stroke pendarahan

disebabkan oleh arteri yang mensuplai darah ke otak pecah.

Penyebabnya misalnya tekanan darah yang mendadak tinggi dan atau

oleh stress psikis berat. Peningkatan tekanan darah yang mendadak

tinggi juga dapt disebabkan oleh trauma kepala atau peningkatan

tekanan lainnnya, seperti mengedan , batuk keras, mengangkat beban,

dan sebagainya. Berdinding tipis berbentuk balon yang disebut

aneurisma atau arteri yang lecet bekas plak aterosklerotik.

4. Faktor resiko

Faktor resiko penyebab stroke digolongkan menjadi 2 yaitu resiko

yang tidak dapat dikendalikan dan faktor resiko yang dapat dikendalikan.

a. Faktor resiko stroke yang tidak dapat dikendalikan, antara lain (HH

solution):
38

1) Umur

Resiko stroke meningkat seiring pertambahan usia. Setelah umur

memasuki 55 tahun ke atas, resiko stroke meningkat dua kali lipat

setiap kurun waktu 10 tahun. Namun bukan berarti stroke hanya

terjadi pada kelompok usia lanjut melainkan stroke jg dapat

menyerang berbagai kelompok umur.

2) Jenis kelamin

Pria memiliki resiko terkena stroke lebih besar dari pada wanita.

Resiko stroke pada pria lebih tinggi 20% dari pada wanita.

Namun setelah seorang wanita menginjak usia 55 tahun, saat

kadar estrogennya menurun karena menopause, resikonya justru

lebih tinggi dibandingkan pria.

3) Garis keturunan

Resiko stroke yang lebih tinggi jika dalam keluarga terdapat

riwayat keluarga penderita strok. Perlu diwaspadai apabila ada

anggota keluarga (orang tua dan saudara) yang mengalami stroke

atau serangan transien iskemik.

4) Ras atau etnik

Berdasarkan data american heart asssociation, ras Afrika Amerika

memiliki resiko lebih tinggi terkena stroke dibandingkan dengan

ras Kaukasia.
39

5) Diabetes

Penderita diabetes mempunyai resiko dua kali lebih besar

mengalami stroke, hal ini dapat terjadi akbat gangguan

metabolisme pada para penderita diabetes.

6) Arterosklerosis

Kondisi di mana terjadi penyumbatan dinding pembuluh darah

dengan lemak, kolesterol ataupun kalsium.

7) Penyakit jantung

Orang dengan penyakit jantung mempunyai resiko dua kali lipat

terkena stroke dibandingkan orang berjantung sehat.

b. Faktor resiko stroke yang dapat dikendalikan, antara lain:

1) Obesitas

Resiko stroke akan meningkat pada orang dengan indeks massa

tubuh dalam (IMT) lebih dari 30 Kg/m² (obesitas)

2) Kurang aktivitatas fisik dan olahraga

Efeknya adalah meningkat resiko hipertensi, rendahnya kadar

HDL (kolesterol baik) dan diabetes. Berolahraga yang dilakukan

secara rutin 30-40 menit perhari dapat mengurangi resiko

tersebut.

3) Merokok

Peluang terjadinya stroke pada orang yang mempunyai kebiasaan

50% lebih tinggi dari pada yang bukan perokok.


40

4) Mengkonsumsi alkohol dan penggunaan obat-obatan

Resiko stroke iskemik akan meningkat dalam 2 jam setelah

megkonsumsi minuman beralkohol. Penggunaan obat-obatan

terlarang seperti halnya kokain juga dapat menyebabkan stroke

dan serangan jantung.

5) Tekanan darah tinggi (hipertensi)

Hampir sekitar 40% kejadian stroke disebabkan atau dialami oleh

penderita hipertensi.

6) Tingkat kolesterol darah yang berbahaya

Kadar kolesterol LDL yang tinggi akan meningkat resiko

terjadinya pengerasan pembuluh nadi (arteroskleorosis), karena

kolesterol cenderung menumpuk pada dinding pembuluh darah

dan membentuk plak.

7) Sleep apnea (mendengkur diserta berhenti bernapas selama 10

detik)

Penderita sleep apnea beresiko mengalami hipertensi dan

kekurangan suplay oksigen dalam darahnya yang dapat

menyebabkan stroke. (Suiroka, 2012)

5. Patofisiologi

Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai

cadangan oksigen. Jika aliran darah ke setiap bagian otak terhambat oleh

trombus dan embolus, maka mulai terjadi kekurangan oksigen ke jaringan

otak. Kekurangan selama 1 menit dapat mengarah pada gejala yang dapat

pulih seperti kehilanagn kesadaran. Selanjutnya kekurangan oksigen dalam


41

waktu yang lebih lama dapat menyebabkan nekrosisis mikroskopik neiron-

neurona rea netrotik kemudian disebut infark. Kekurangan oksigen pada

awalnya mungkin akibat iskemia mum (karena henti jantung atau

hipotensi) atau hipoksia akibat proses anemia dan kesukaran untuk

bernapas. Strike karena embolus dapat merupakan akibat dari bekuan

darah, palpue arteroma frakmen lemak. Jika etiologi stroke adalah

hemoragik maka faktor pencetus adalah hipertensi. Abnormalitas faskuler

aneurisma serabut dapat terjadi ruptu yang dapat menyebabkan hemoragik.

Gangguam pasokan darah otak dapat terjadi dimana saja di dalam

arteri-arteri yang membentuk sirkulasi: arteri karotis interna dan system

vertebrobasalir dan selama cabang cabangnya. Secara umum, apabila

aliran darah ke jaringan. Perlu diingat bahwa oklusi disuatu arteri tidak

selalu menyebabkan infark didaerah otak yang diperdarahi oleh arteri

tersebut (Andra Saferi Wijaya, 2013).

6. Manifestasi klinis

Untuk stroke non-hemoragik (iskemik), gejala utamanya adalah

timbulnya defisit neuorologis secara mendadak atau subakut, didahului

gejala prodomal, terjadi pada waktu istirahat atau bangun pagi dan

kesadaran biasanya tidak menurun, kecuali bila mblus cukup besar.

Menurut WHO dalam internasional Statistical Classification of Diseases

and Relatled Health Pramem IO Revision, stroke hemoragik dibagi atas:

a. Perdarahan Subaraknoid (PSA)

Pada pasien dengan PSA di dapatkan gejala prodromal berupa

nyeri kepala hebat dan akut kesadaran sering terganggu dan sangat
42

bervariasi. Ada gejala atau tanda rangsangan meningeal. Edema papil

dapat terjadi bila ada perdarahan subhialoid karena pecahannya

aneurisma pada komunikans anterior atau karotis interna.

b. Perdarahan intraserebral (PIS)

Stroke akibat PIS mempunyai gejala prodromal yang tidak jelas,

kecuali nyeri kepala karena hipertema. Serangan sering kali siang hari,

saat aktivitas, atau emosi atau marah. Sifat nyeri kepalanya hebat

sekali. Mual dan muntah sering terdapat pada permulaan serangan.

Hemiparesis atau hemeplagia terjadi sejak permulaan serangan.

Kesadaran biasanya (65% kurang dari ½ jam, 23% antara ½ sampai

dengan 2 jam, dan 12% terjadi segsangan telah 2 jam, sampai 19 hari).

Pada pasien PSA gejala prodromonal berupa nyeri kepala hebat

dan akut, kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi , ada gejala

atau tanda rangsangan maningeal, oedema pupil dapat terjadi bila ada

subhialoid karena pecahnya aneurisma pada arteri.

Manifestasi klinis stroke akut berupa:

1) Gangguan penglihatan (heminopia atau monokuler) atau diplopia.

2) Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis)

yang timbul mendadak.

3) Vertigo, muntah-muntah atau nyeri kepala

4) Gagguan semibilitas pada salah satu atau lebih anggota badan

(gangguan hemisensorik)

5) Disartria (bicara pello atau cadel)

6) Perubahan mendadak status mental


43

7) Afasia (bicara tidak lancar, kurang ucapan atau kesulitan

memahami ucapan)

8) Ataksia (tungkai anggota badan). (Ratna Dewi Pudiastuti, 2011)

7. Diagnosis

Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan perjalanan penyakit

dan hasil pemeriksaan alat dan pemeriksaan fisik, yang dapat membantu

menentukan lokasi kerusakan otak yang terserang. Harus juga diusahakan

suatu prosedur pemeriksaan yang dilakukan tidak memakan waktu yang

terlalu lama, demi minimalkan hilangnya waktu emas antara onset

timbulnya penyakit dan dimulainya terapi. (Iskandar Junaidi. 2011)

a. Angiografi serebral : Membantu menentukan penyebab stroke secara

spesifik seperti pendarahan, obstruksi arteri, oklusiatau ruptur.

b. Elektro encefalography : Mengidentifikasi masalah didasarkan pasa

gelombang atau mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik

c. Sinar X tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng

pineal daerah yang berlawanan dari masa yang luas, klasifikasi karotis

interna terdapat pada trobus serebral. Klafikasi parsial dinding,

aneurisma pada pendarahan sub arachnoid.

d. Ultrasonography Doopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena (

masalah sistem arteri karotis/ aliran darah / m,uncul plaque/

arterosklerosis.

e. CT scan : Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia, dan

adanya infark.
44

f. MRI : Menunjukkan adanya tekanan anormal dan biasanya adanya

trombisisi, emboli dan TIA, tekanan meningkat dan cairan

mengandung darah menunjukkan hemoragi sub arachnois /

pendarahan intrakranial.

g. Pemeriksaan foto thorax : Dapat memperlihatkan keadaaan jantung,

apakah ada terdapat pembesaran ventrikel kiri yang mrupakan salah

satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke, menggambarkan

perubahan kelenjar lempeng pineal daerah berlawanan dari masa yang

meluas.

h. Pemeriksan laboratorium

1) Fungsi lumbal: Tekanan normaol biasanya ada trombus atau

embolin dan TIA. Sedangkan tekanan yang meningkat dan cairan

yang mengandung darah menunjukkan adanya pendarahan

subarachnoid atau intarknial. Kadar protein total meningkat pada

trombosis sehubungan dengan proses inflamasi.

2) Pemeriksaan darah rutin

Pemeriksaan kimi darah: Darah stroke akut dapat terjadi

hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg dalam serum

dan kemudian berangsur-angsur turun kembali. (Andra Saferi

Wijaya, 2013 )

8. Pencegahan Stroke

Tujuan upaya pencegahan penyakit stroke ini adalah untuk

menurunkan kejadian penyakit, kecacatan dini, dan kematian, sehingga

dapat memperpanjang hidup dengan kualitas lebih memadai.


45

a. Pencegahan primer

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pencegahan primer antara lain:

1) Menghidari kegemukan

Pencegahan stroke perlu dilakukan dengan menghindari

kegemukan (obesitas), sebisa mungkin mengurangi kolesterol

tinggi. Untuk itu pola konsumsi harus harus diubah yaitu dari dari

yang cenderung tinggi karbohidrat dan lemak menjadi banyak

sayur dan buah yang tinggi serat.

2) Menghindari stress

Beban kerja yang tinggi, tekanan hidup yang berat, tuntunan

ekonomi, keinginan, yang belum tercapai ataupun hal lainnya

tanpa disadari dapat menyebabkan efek jangka panjang pada fisik

dan mental. Stress yang tidak terkendali akan memicu naiknya

tekanan darah dan beresiko terkena serangan jantung dan stress

juga dapat menaikkan kadar kolesterol dalam darah. Kondisi

tersebut nantinya dapat membuat pembuluh darah tersumbat

sehingga penderita rentan terhadap stroke.

3) Menghindari minum alkohol dan obat dan memiliki efek buruk

pada pembuluh darah

Alkohol jelas dapat meningkatkan tekanan darah, memperlemah

jantung, mengentalkan darah dan menyebabkan kejang arteri.


46

4) Menghentikan kebiasaan merokok

Merokok dapat mengurangi elastisitas pembuluh darah sehigga

meningkatkan penegrasan pembuluh darah dan akan

meningkatkan serangan stroke.

5) Mengurangi asupan lemak, kolesterol dan garam yang dikonsumsi

secara berlebihan.

Makanan cepat saji (fastfood), gorengan, steak, dan gulai

mengandung kadar lemak dan kolesterol tinggi yang akan

menimbulkan arterosklerosis atau penegerasan pembulu darah

yang akan menghambat aliran darah ke otak.

6) Mengendalikan gula darah dan kadar lemak darah (dislipdemia)

Terlalu banyak mengkonsumsi gula akan mengakibatkan

kegemukan dan memicu munculnya diabetes tipe 2 karena

hormon insulin sudah resisten sehingga terjadi penimpukan gula

dalam darah.

7) Mengobati penyakit seperti: hipertensi, Diabetes Mellitus,

penyakit jantung/ateroskleriosis

Hipertensi merupakan faktor utama terkena stroke dan penyakit

jantung koroner . Diabetes juga meningkatkan resiko stroke 1,5

hingga 4 kali lipat, terutama pada penderita yang gula darahnya

tak terkendali.

8) Berolahraga secara teratur, minimal 3 kali seminggu.

b. Pencegahan sekunder.

Dalam pencegahan sekunder yang perlu dilakukan:


47

1) Mengontrol faktor resiko penyakit stroke melalui:

(a) Mengobati penyakit-penyakit yang diderita yang merupakan

resiko timbulnya stroke seperti hipertensi, diabetes mellitus,

penyakit jantung.

(b) Mengatasi dislipdemia dengan diet rendah lemak.

(c) Berhenti merokok.

(d) Menghibdari konsumsi alkohol

(e) Mengatasi kegemukan (obesitas)

(f) Menghindari dan mengobati hiperurisema

(g) Mencegah terjadinya polisitimea (jumlah sel darah merah

yang tinggi)

(h) Menghindari stress

(i) Mengatasi keadaan depresi

2) Dengan menggunakan obat-obatan (stroke iskemik). (Suirok,

2012)

9. Pengobatan dan perawatan stroke

Penanganan pertama bagi penderita stroke adalah diberikan

oksigen dam dipasangkan infus untuk memasukka cairan dan zat makanan.

Selanjutnya diberika antikougalen, tetapi obat ini diberikan jika telah

terjadi stroke parah. Antikougalen biasanya juga tidak diberikan kepada

penderita darah tinggi dan tidak pernah diberikan kepada penderita dengan

pendarahan otak karena akan menambah rsika terjadinya pendarahan

dalam otak. (Sutanto, 2010).


48

Penelitian terakhir menunjukkan bahwa kelumpuhan dan gejala

stroke yang lain bisa dicegah atau dipulihkan jika obat tertentu yang

berfungsi untuk mengahancurkan bekuan darah ( misalnya streptokinase

atau plasminogen jaringan ) diberikan dalam waktu 3 jam setelah

timbulnya sroke. Segera lakukan pemeriksaan untuk menentukan bahwa

penyebabnya adalah bekuan darah dan bukan pendarahan yang tidak bisa

diatasi dengan obat penhancur bekuan darah. Pada stroke parah, beberapa

jaringan otak telah mati memperbaiki aliran darah ke daerah tersebut tidak

akan dapat mengembalikan fungsinya. Oleh karena itu biasanya dilakukan

pembedahan. Tetapi pengangkatan sumbatan setelah stroke ringan bisa

mengurangi resiko terjadinya stroke di masa yang akan datang.

Untuk mengurangi pembengkakan dan tekanan didalam otak pada

penderita stroke akut, biasanya di berikan manitol atau kartikosteroid.

Penderita stroke yang sangat berat mungkin memerlukan respirator untuk

memepertahankan pernapasan yang edukuat. Selain itu juga perlu

diberikan perhatian khusus kepada fungsi kandung kemih, saluran

pencernaan, dan kulit (untuk mencegah timbulnya luka di kulit karena

penekanan). Kelainan yang menyertai stroke misalnya gagal jantung ,

irama jantung tidak teratur, tekanan darah tinggi, dan infeksi paru-paru

harus diobati. Setelah serangan sroke, bisanya terjadi perubahan suasana

kejiwan terutama depresi yang bisa di atasi dengan obat-obatan atau terapi

psikis. (Sutanto, 2010).


49

C. Tinjauan Tentang Variabel Yang Di Teliti

1. Pengetahuan

Pengatahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi

melalui panca indera manusia, yakni penglihatan,pendengaran, penciuman,

rasa, raba sebagian besar pengatahuan di dapat melalui mata dan telinga.

(Wawan Dan Dewi 2010).

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal.

pengartahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana di

harapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan

semakin luas pula pengatahuannya. Akan tetepi perlu di tekankan, bukan

berarti seseorng yang berpendidikan rendah mutlak berpengatahuan

rendah pula.hal ini meningkat bahwa peningkatan pengatahuan tidak

mutlak di pereoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi dapat di

peroleh melalui pendidikan non faormal.pengatahuan seseorng tentang

suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan asfek negatif.

Menurut teori WHO (World health Organization) yang di kutip oleh

Notoatmodjo (2007), salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan

oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri. (Wawan dan

Dewi .2010).

a. Tingkat pengatahuan

Pengatahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent bahavior).

Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh


50

pengatahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak

didasari oleh pengatahuan. Pengatahuan cukup di dalam dominan

kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu:

1) Tahu (know).

Tahu diartikan sebgai meningkat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini

adalah meningkat kembali (recall ) sesuatu yang spesifik dari

seluruh badan yang di pelajari atau rangsangan yang di terima.

2) Memeahami (comprehention).

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang di ketahuai dan

dapat menginterpresikan materi tersebut secara benar

3) Aplikasi (Application).

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah di pelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

Aplikasi disiasi dapat diartikan sebagian aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus,metode prinsip dalam

konteks atau situasi lain. Misalalnya dapat menggunakan

prinsip-prinsip sekitar pemecahan masalah di dalam pemecahan

masalah kesehatan dan kasus yang diberikan.

4) Analisis (analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk menjawab materi atau suatu

objek dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama


51

lain. Kemampuan analisis ini dapat di lihat dan penggunaan

kata. Kerja seperti dapat mengambarkan membedakan,

memisahkan mengelompokkan dan sebagianya.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian kedalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru,dengan kata lain sentesis adalah

suatu kemampuan untuk menyusun formulasi barn dan

formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun,

merencanakan. Menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu

teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi ( Evaluation).

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penelitian terhadapo suatu materi atau objek.

Penilain-penilain itu berdasarkan suatu kreteria yang di tentukan

sendiri. (Wawan,Dewi M, 2010).

b. Cara memperoleh pengetahuan.

Cara memperoleh pengetahuan yang di kutip dari (Notoadmojo,

2003) adalah sebagai berikut :

1) Cara kuno untuk memproleh pengatahuan

a) Cara percobaan(Trial and Error)

Cara ini telah di pakai orang sebelum kebudayaan, bahkan

mungkin sebelum adanya peradaban. Cara percobaan ini

dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam


52

memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak

berhasil maka dicoba, kemungkinan yang lain sampai

masalah tersebut dapat di pecahkan.

b) Cara kekuasaan atau oteritas

Sumber pengatahuan cara ini dapat berupa memimpin-

pemimpin masyarakat baik formal atau informal, ahli

agama, pemegang pemerinta, dan berbagai peringsip orang

lain yang menerima mempunyai yang di kemukakan oleh

orng yang mempunyai oteritas, tanpa menguji terlebih

dahulu atau membuktikan kebeneranya baik berdasarkan

fakta empiris maupun penalaran sendiri.

c) Cara moderen dalam memproleh pengatahuan : Cara ini di

sebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau

disebut metodologi penelitian. (Wawan dan Dewi . 2010)

c. Proses perilaku pengatahuan “ TAHU”.

Menurut Rogers (1914) yang di kutip oleh oleh Notoatmodjo

(2003), perilaku pengatahuan adalah semua kegiatan atau aktifitas

menusia baik yang dapat diamati langsung mauapun tidak dapat di

amati oleh pihak luar.sehinga terjadi proses perilaku pengatahuan

seperti:

1) Awareness (kesadaran) adalah dimana orang tersebut menyadari

dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).


53

2) Interest (merasa tertarik) adalah Merasa tertarik terhadap

stimulus atau objek tersebut, disini sekali subjek sudah mulai

timbul.

3) Evalution (menimbang-nimbang) adalah Menimbang-nimbang

terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirnya. Hal ini

berarti responden sudah lebih baik lagi.

4) Trial adalah Dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu

sesuai dengan apa yang dikehendaki stimulus.

5) Adoption adalah Dimana subjek telah berprilaku baru sesuai

dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

(Wawan Dan Dewi, 2010).

d. Faktor -faktor yang mempengaruhi pengatahuan.

1) Faktor Internal yaitu : a) Pendidikan : Pendidikan berarti

bimbingan yang di berikan seseorng terhadap perkembangan

orang lain menunju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan

manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai

keselamatan dan kebahagian. b) Pekerjaan : Menurut thomas

yang di kutik oleh Nursalam (2013), pekerjaan adalah

keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang

kehidupanya dan kehidupan keluarga. c) Umur : Menurut

Elisabet BH yang di kutip Nursalam (2013), usia adalah umur

individu yang terhitung melalui saat di lahirkan samapi berulang

tahun.
54

2) Faktor Eksternal yaitu : a) Faktor lingkungan : Menurut

Ann.Mariner yang dikutip dari A.Wawan Dan Dewi (dua ribu

sepuluh). lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di

sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. b) Sosial

budaya : Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dimana bahwa dari 9

responden yang diteliti terdapat 6 (66,7%) responden yang memiliki

pengetahuan dalam kategori baik dan 3 (33,3%) responden yang memiliki

pengetahuan dalam kategori kurang. Dari uraian hasil peneletian ini,

peneliti berpendapat bahwa pengetahuan responden sudah baik dalam

halam melakukan personal kebersihan diri. Hal ini dipengaruhi juga oleh

faktor pendidikan yang formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya

dengan pendidikan, dimana di harapkan bahwa dengan pendidikan yang

tinggi maka orng tersebut akan semakin luas pula pengatahuannya.

(Muhammad Rusdi, 2014).

2. Kebiasaan

Kebiasaan adalah perilaku yang sering kita ulang-ulang baik secara

sengaja ataupun tidak sengaja dan perilaku atau kebiasaan tersebut sudah

kita lakukan sejak kecil hingga dewasa. Kebiasaan menurut para psikolog

didefinisikan sebagai perilaku mendapatkan keterampilan-keterampilan

gerak dan kemampuan untuk mempergunakan secara sadar. (Irfan, 2013).


55

Setiap pasien memiliki keinginan individu dan pilihan tentang

kapan untuk mandi, bercukur, dan melakukan perawatan rambut.

Pemilihan produk didasarkan pada selera pribadi, kebutuhan dan dana.

Pengetahuan tentang pilihan klien akan membantu perawatan yang

terindividualisasi. Selain itu, bantu klien untuk membagun praktik higiene

baru jika ada penyakit. Contohnya, perawat harus mengajarkan perawatan

higiene tubuh pada penderita stroke (Potter & Perry, 2009).

Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang

sangat penting dan harus di perhatikan karena kebersihan akan

mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri

dangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang sangat

berpengaruh itu di antaranya kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan,

persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta tingkat perkembangan.

(Astuti Ningsih, 2012)

a. Macam-macam kebiasaan

1) Kebiasaan yang bersifat otomatis seperti gerakan berjalan dan

yang sejenis dengannya.

Kebiasaan ini sangat menyerupai dengan gerakan reflek,

hanya saja ada beberapa hal yang membedakan antara keduanya.

Kebiasaan otomatis ini kadang kala berlaku dan muncul sebagai

hasil dari proses pengamatan dan berfikir yang kemudian

kebiasaan itu terbentuk dengan sendirinya. Hal ini jelas berbeda

dengan apa yang sering kita sebut dengan gerakan refleks yang
56

keberadaannya justru tanpa adanya pengaruh pada perasaan serta

tanpa disertai proses berfikir sama sekali.

2) Kebiasaan gerak indra tubuh.

Dalam kebiasaan ini, perasaaan sedikit memerankan

perannya, seperti kebiasaan makan, berpakaian dan apa yang

menyerupai kebiasaan itu. Dalam hal ini, penglihatan seseorang

terhadap makanan akan mendorong ia untuk memakannya.

Begitulah pula pada saat seseorang melihat peralatan makan yang

ada dihadapannya, maka penglihatannya akan merangsangnya

untuk menggunakan peralatan itu. Sama halnya pada saat ia

memandang perhiasan, maka akan ada dorongan untuk

memakainya.

3) Kebiasaan gerakan berfikir.

Kebiasaan ini berbeda dengan 2 jenis yang disebutkan

diatas. Pendoronganya adalah pikiran atau sesuatu yang yang

bersifat maknawi (bukan materi). Contoh kebiasaan ini seperti

kebiasaan berbicara atau berorasi. Seseorang punya kebiasaan

seperti ini akan berupaya untuk memilih kalimat dan kata-kata

yang sekiranya pantas yang kemudian proses ini mengubahnya

menjadi suatu kebiasaan yang ia lakukan pada saat berbicara.

Contoh kebiasaan ini sangat banyak, yaitu segala kebiasaan yang

motif pendorongnya membutuhkan daya nalar dan kemampuan

untuk memilih.
57

b. Tahapan-tahapan membentuk kebiasaan

Ada beberapa tahapan dalam membentuk kebiasaan.

1) Memfokuskan perhatian. Kebiasaan seseorang muncul dari

perhatian seseorang, yang mana perhatian tersebut akan

difokuskan untuk perilaku dan tujuan tertentu yang kemudian

perilaku tersebut akan diulang-ulang.

2) Mengulang-ulang dan praktik. Kebiasaan terbentuk dari suatu

perilaku tertentu yang secara sengaja dilakukkan berulang-ulang

dan dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk

perbuatan (bukan hanya pikiran).

3) Menunaikan pekerjaan tanpa berfikir / merasa. Sesuatu yang sudah

menjadi kebiasaan akan membuat seseorang itu akan melakukan

suatu pekerjaaan tanpa harus berpikir lagi karena pekerjaan

tersebut sudah terbiasa dilakukan, sehingga sudah diluar kepala.

Dari hasil penelitian Andik Wibowo menunjukan bahwa kebiasaan

dalam menjaga kebersihan diri Berdasarkan analisa univariat menunjukan

bahwa 47,1% responden yang memiliki praktik menjaga kebersihan

tempat tidur yang baik dan 52,9% responden memiliki praktik menjaga

kebersihan tempat tidur yang buruk. Hasil bivariat menunjukan p=value

0,039. Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara praktik kebiasaan dalam menjaga kebersihan diri dengan kejadian

Stroke. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa orang

dengan riwayat stroke mengalami masalah dengan kebiasaan dalam

merawat diri sendiri. Demikian juga di dukung dengan kondisi


58

keterbatasan bergerak yang membuat kebiasan dalam menjaga kebersihan

diri kini menjadi menurun. (Berta Avriyani, 2017).

3. Kondisi fisik

Kondisi fisik adalah kapasitas seseorang untuk melakukan

kerja fisik dengan kemampuan bertingkat. Kondisi fisik dapat diukur

secara kuantitatif dan kualitatif. Mengembangkan atau meningkatkan

kondisi fisik berarti mengembangkan dan meningkatkan kemampuan fisik.

Kemampuan fisik mencakup dua komponen, yaitu komponen kesegaran

jasmani (physical fitness) dan komponen kesegaran gerak (motor fitness).

Kesegaran jasmani terdiri dari kekuatan otot, daya tahan otot, daya

tahan kardiovaskular, dan fleksibilitas. Sedangkan komponen kesegaran

gerak atau motorik terdiri dari kecepatan, koordinasi, kelincahan, daya

ledak otot, dan keseimbangan. Komponen kesegaran gerak atau dapat

dilatih. Kemampuan motorik pada awal latihan secara umum sama,

komponen-komponen tersebut menjadi semakin spesifik dengan

dilakukannya latihan.

Komponen-komponen kondisi fisik bila diuraikan adalah sebagai

berikut:

a. Kekuatan otot, yaitu kemampuan untuk memindahkan bagian tubuh

dengan cepat bersamaan dengan melakukan kerja otot secara

maksimal.

b. Daya tahan otot, yaitu kemampuan untuk mengkontraksikan otot

secara terus-menerus dalam waktu yang relatif lama dengan beban

tertentu.
59

c. Daya tahan kardiovaskular, yaitu kemampuan sistem jantung, paru,

dan peredaran darah untuk menjalankan kerja terus-menerus secara

efektif.

d. Fleksibilitas, yaitu efektifitas dalam penyesuaian bentuk tubuh untuk

segala aktivitas dengan penguluran tubuh yang luas.

e. Kecepatan, yaitu kemampuan untuk memindahkan tubuh atau bagian

tubuh dengan cepat.

f. Koordinasi, yaitu kemampuan untuk melakukan bermacam-macam

gerakan berbeda ke dalam pola gerakan tunggal secara efektif dan

terintegrasi.

g. Kelincahan, yaitu kemampuan melakukan gerakan yang konstan dan

cepat, kemudian mengubah arah gerakan tanpa kehilangan

keseimbangan.

h. Daya ledak otot, yaitu kemampuan untuk menggunakan otot dengan

kekuatan maksimal yang dikerahkan dalam waktu singkat.

i. Keseimbangan, yaitu kemampuan kontrol dan stabilisasi tubuh saat

berdiri diam atau saat bergerak.

Berdasarkan hasil penelitian Elisabet Dian Taviyanda tentang tingkat

kemandirian pasien stroke, dimana hal ini mengalami tingkat ketergantungan

ringan pada aktivitas sehari–hari di instalasi rawat jalan Rumah Sakit Baptis

Kediri (24,7%). Aktivitas yang dilakukan pada tingkat ketergantungan

secara mandiri meliputi berpindah (58%), mobilisasi (51,8%), BAK (38,3%)

dan BAB (35,8%) dan yang mandiri lainnya yang masih memerlukan

sedikit bantuan dari orang lain seperti mandi (12,3%), merawat diri

(14,8%), penggunaan toilet (30,8%), naik turun tangga (30,8%), makan


60

(32%), dan berpakaian (32%). Hal ini menjadi persoalan dalam kondisi fisik

pasien dalam melakukan aktifitas sehari-harinya, apaupun aktifitas yang

dilakukan selalu ketergantungan dengan keluarga maupun perawat yang bertugas

(Elisabet Dian Taviyanda, 2013).


61

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep Penelitian

Pengetahuan
Personal
Hygiene pada
Kebiasaan
pasien Stroke

Kondisi fisik

Keterangan : : Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Variabel Yang Diteliti

B. Hipotesis Penelitian

Dari kerangka konsep tersebut maka hipotesis yang dapat ditemukan adalah:

1. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Ada pengaruh antara pengetahuan dengan personal hygiene pada

pasien Stroke di ruang rawat inap RS Tingkat II Pelamonia Makassar.

b. Ada pengaruh antara kebiasaan dengan personal hygiene pada pasien

Stroke di ruang rawat inap RS Tingkat II Pelamonia Makassar.

c. Ada pengaruh antara kondisi fisik dengan personal hygiene pada

pasien Stroke di ruang rawat inap RS Tingkat II Pelamonia Makassar.

44
62

2. Hipotesis Nol (H0)

a. Tidak ada pengaruh antara pengetahuan dengan personal hygiene pada

pasien Stroke di ruang rawat inap RS Tingkat II Pelamonia Makassar.

b. Tidak ada pengaruh antara kebiasaan dengan personal hygiene pada

pasien Stroke di ruang rawat inap RS Tingkat II Pelamonia Makassar.

c. Tidak ada pengaruh antara kondisi fisik dengan personal hygiene pada

pasien Stroke di ruang rawat inap RS Tingkat II Pelamonia Makassar.

C. Defenisi Operasional Dan Kriteria Objektif

Tabel 3.1.
Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

No Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala


1 Pengetahuan Yang di maksud Kuesioner Baik: Jika Gutman
pengetahuan disini responden
adalah pemahaman menjawab
pasien maupun benar ≥ 50%
keluarga melalui Kurang Baik :
panca indra, yakni jika responden
indra penglihatan, menjawab
pendengaran dan rasa benar < 50%
dalam memberikan
atau melaksanakan
personal hygiene pada
pasien stroke

2 Kebiasaan Yang dimaksud Kuesioner Baik: jika Gutman


Pasien dengan kebiasaan responden
disini adalah menjawab
kemampuan seseorang benar ≥ 50%
dalam menggunakan Kurang Baik :
63

produk kebersihan jika responden


yang terus menerus menjawab
guna memenuhi benar < 50%
kebutuhan personal
hygiene nya.
3 Kondisi Yang di maksud Kuesioner Baik: jika Gutman
Fisik dengan kondisi fisik responden
delam penelitian disini menjawab
adalah dimana benar ≥ 50%
kemampuan pasien Kurang Baik:
dalam melakukan jika responden
segala aktifitas dengan menjawab
kondisi apapun baik benar < 50%
sakit maupun sehat.
64

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Desain penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif kuantitatif dengan menggunakan rancangan "Random Sampling”

untuk melihat Faktor Yang Mempengaruhi Personal Hygiene Pada Pasien

Stroke Di Ruang Rawat Inap RS Tingkat II Pelamonia Makassar. Dimana

subjek penelitian dan pengukuran status karakter atau variabel subjek diukur

menurut keadaan atau statusnya secara simultan dalam suatu sampel populasi

yang representatif atau memberi kesempatan pada peneliti untuk melakukan

analisis deskriptif dari variabel yang diteliti.

B. Waktu Dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap RS Tingkat II Pelamonia

Makassar dan telah dilaksanakan pada bulan Juli 2018.

C. Populasi, Sampel Dan Sampling

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien stroke yang ada

Di Ruang Rawat Inap RS Tingkat II Pelamonia Makassar, dengan jumlah

populasi sebanyak 61 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel

yang dipakai oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah

sebanyak 37 orang.

47
65

Jumlah sampel dalam penelitian ini dihitung denga menggunakan

rumus Slovin sebagai berikut:

Keterangan :

n = Sampel

N = Besar Populasi

(e)² = Nilai Signifikan

n=

n =

n =

n =

n = 37

3. Tehnik Sampling

Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi

untuk dapat mewakili populasi. Metode yang digunakan dalam

pengambilan sampel pada penelitian ini adalah “Random Sampling”

yaitu suatu teknik penetapan sempel diantara populasi sesuai dengan

yang dikehendaki peneliti sehingga sampel tersebut dapat memiliki

karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya.

Dimana teknik sampling ini menggunakan teori probabilitas

sehingga kegunaan teknik dalam metode penelitian di atas adalah teknik

non-probability sampling dimana pengambilan sampel didasarkan


66

kriteria tertentu seperti pertibangan, status, kuantitas, kesukarelaan dan

sebagainya.

D. Instrumen penelitian

1. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah

respondennya sedikit/ kecil.

2. Kuesioner

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

pribadinya, atu hal-hal yang ia ketahui.

3. Observasi

Observasi dalam penelitian adalah mengadakan pengamatan secara

langsung, observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, ragam

gambar, dan rekaman suara. Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis

kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati.

4. Dokumentasi

Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang

tertulis. Didalam melaksanakan metode dokumentasi, penelitian

menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,

peraturan-peraturan, notulen rapat, dan sebagainya.


67

E. Cara Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini informasi yang diinginkan dan didapatkan melalui

dua jenis sumber data yaitu :

1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara kepada responden dan dengan

menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah disediakan.

2. Data Sekunder

Data yang digunakan sebagai data lengkap untuk data primer yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti, didapatkan dari RS Tingkat II

Pelamonia dan instansi-instansi lain yang terkait.

F. Prosedur Pengolahan Data

1. Editing

Setelah lembar observasi diisi oleh responden, kemudian

dikumpulkan dalam bentuk data, data tersebut dilakukan pengecekan dan

memeriksa kelengkapan data, kesinambungan data, dan memeriksa

keseragaman data.

2. Coding

Untuk memudahkan pengolahan data, semua data atau jawaban

disederhanakan dengan memberikan simbol-simbol tertentu untuk setiap

jawaban.

3. Tabulasi

Data dikelompokkan ke dalam suatu tabel menurut sifat-sifat yang

dimiliki, kemudian data dianalisa secara statistik.


68

4. Cleaning

Data yang telah dientry, diperiksa kembali untuk memastikan

bahwa data telah bersih dari kesalahan baik waktu pengkodean maupun

membaca kode.

5. Entry

Data yang diperlukan oleh peneliti yang tercakup dalam data yang

sudah terkumpul atau dengan kata lain apakah semua variabel yang

diperlukan sudah termasuk dalam data. Jika belum ini berarti data yang

terkumpul belum lengkap atau belum mencakup semua variable yang

sedang diteliti.

G. Tehnik Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariate dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian. Analisis ini menghasilkan distribusi dan prosentase dari tiap

variabel yang diteliti.

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariate dilakukan untuk melihat hubungan tiap-tiap

variabel bebas dan variabel terikat. Data yang diperoleh melalui

kuesioner selanjutnya dilakukan uji statistik. Analisa data dilakukan

dengan bantuan komputer SPSS versi 22 dengan nilai  = 0,05.

H. Tahapan Penelitian

Sebelum data awal diambil di runag rawat inap RS Tingkat II Pelamonia

Makassar, adapun alur-alurnya sebagai berikut:


69

Responden

Persetujuan Responden

Responden Yang Setuju Responden Yang


Tidak Setuju

Di bagikan Kuesioner R. Eksklusi

Hasil Kuesioner

Analisis

I. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapat adanya

rekomendasi dari institusinya atas pihak lain dengan mengajukan

permohonan izin kepada institusi/lembaga tempat penelitian dan dalam

pelaksanaan penelitian tetap memperhatikan masalah etik meliputi :

1. Informed Consent

Lembar persetujuan yang diberikan pada responden yang akan diteliti

yang memenuhi kriteria inklusi.

2. Anonimity

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama

responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode.


70

3. Confidentiality

Kerahasiaan informasi dari responden dijamin, peneliti hanya

melaporkan data tertentu sebagai hasil penelitian.


71

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Tempat Penelitian

1. Riwayat Singkat Rumah Sakit Tingkat II Pelamonia Makassar

Rumah Sakit Tk.II 07.05.01 Pelamonia dibangun oleh pemerintah

Hindia Belanda pada tahun 1917 dan disebut Militaire Hospital. Pada

waktu penyerahan kedaulatan Republik Indonesia pada tahun 1950

Militaire Hospital diserahkan pada TNI-AD dan diubah namanya menjadi

Rumah Sakit Tentara Teritorium VII. Pada tanggal 1 Juni 1957 dengan

berubahnya TT VII menjadi Komando Daerah Militer Sulawesi Selatan

dan Tenggara (KDMSST) yang kemudian berubah nama menjadi Kodam

XIV Hasanuddin, maka Rumah Sakit pun berubah nama dari RST TT. VII

menjadi Rumkit KDMSST kemudian menjadi Rumah Sakit Kodam

XIV/Hn “Pelamonia”. dan kini dikenal dengan nama Rumah Sakit Tk.II

Pelamonia.

Secara tehnis medis Rumah Sakit Pelamonia adalah Rumah Sakit

Tk.II dilingkungan TNI dibawah pembinaan Kesehatan Daerah Militer

(Kesdam), Rumah Sakit Tk.I (RSPAD Gatot Subroto) dibawah Pembinaan

Direktorat Kesehatan (Dirkesad). Kesdam dan Rumah Sakit sesuai DSPP

berdasarkan Surat Keputusan Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia

Angkatan Darat nomor KEP / 76 / X / 1985 tanggal 28 Oktober 1985,

Pada tahun 2004 mengalami perubahan (validasi) organisasi berdasarkan

Keputusan Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat

54
72

Nomor: Kep / 69 / XII / 2004 tanggal 24 Desember 2004 tentang

Organisasi dan Tugas Kesehatan Komando Daerah Militer (Orgas Kesdam)

Rumah Sakit Tk.II 07.05.01 Pelamonia adalah Rumah Sakit TNI AD

yang merupakan unsur pelaksana Kesehatan Kodam VII/Wrb, sebagai Badan

Pelaksana di bidang Kesehatan di Lingkungan Kodam VII/Wrb mempunyai tugas

pokok menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi prajurit TNI, ASN beserta

keluarganya yang berhak di jajaran Kodam VII/Wrb. Selain itu juga memberikan

pelayanan kesehatan bagi penderita dengan status BPJS, Jamsostek, Jamkesmas,

pasien perusahaan dan masyarakat umum dengan memanfaatkan kapasitas lebih

yang dimiliki selain dari itu juga sebagai Rumah Sakit rujukan bagi penderita

dari Kawasan Timur Indonesia.

Rumah Sakit Tk.II 07.05.01 Pelamonia juga sebagai Rumkit Rujukan

bagi penderita di lingkungan TNI dan masyarakat umum di Kawasan Indonesia

Timur telah Terakreditasi 16 pelayanan Versi 2007, serta telah memperoleh

penetapan kelas Type B oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dan

telah dinyatakan lulus Paripurna Akreditasi Nasional Versi 2012 oleh Tim KARS

Tahun 2016.

2. Visi, Misi dan Motto

a. Visi

Menjadi Rumah Sakit kebanggaan TNI dan Masyarakat di wilayah

Indonesia Timur Tahun 2020

b. Misi

1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan spesialistik dan

subspesialistik terbaik bagi anggota prajurit, Aparatur Sipil Negara,

keluarga dan masyarakat umum.


73

2) Peningkatan SDM yang Kompetitif

3) Menyediakan pelayanan unggulan traumatologi, jantung dan

stroke

4) Meningkatkan sarana dan prasarana sesuai dengan visi Rumah

sakit

5) Melaksanakan pelayanan terbaik berdasarkan nilai disilin, jiwa

korsa, loyalitas, akuntabilitas, trasnparansi, efektifitas dan efisiensi.

6) Meyelenggarakan standarissasi pelayanan untuk mencapai

akreditasi secara paripurna.

c. Motto

Peduli, Ramah, Jujur, Ikhlas dan Terampil (PRAJURIT)

3. Sarana dan fasilitas

a. Sarana

Jumlah tempat tidur secara keseluruhan sebayak 362 buah dengan

rincian sebagai berikut :

1) Ruang perawatan VVIP : 3 TT

2) Ruang perawatan VIP : 42 TT

3) Ruang perawatan Kelas 1 :71 TT

4) Ruang perawatan Kelas 2 :110 TT

5) Ruang Perawatan Kelas 3 :74 TT

6) Ruang perawatan Isolasi : 9 TT

7) Ruang perawatan ICU/ICCU : 3 TT

8) Ruang perawatan Bayi :16 TT

9) Ruang HCU :10TT

10) Ruang RPI : 4 TT


74

11) Ruang Rawat Ibu :7 TT

12) Inkubator :3TT

Rumah Sakit Pelamonia mampu memberikan pelayanan kesehatan

yang terbaik dan terjangkau bagi seluruh pasien. Untuk pelayanan

pasien umum dapat memiilih Kelas/ Ruang Perawatan Inap sesuai

dengan kemampuan financial dari masing-masing pasien.

Sebagai wujud kepedulian kami terhadap pasien Askes serta

hubungan Kerjasama yang baik dengan BPJS Kesehatan (Persero)

Cabang Makassar, Rumah Sakit Tk.II Pelamonia juga menyiapkan

ruangan khusus bagi Petugas BPJS Centre di dalam memberikan

pelayanan administrasi bagi pasien BPJS di Rumah Sakit Tk.II

Pelamonia sebelum mendapatkan pelayanan di Poliklinik dan bagian

lain yang dirujuk dari RSUD, Puskesmas, dan unit-unit pelayanan

kesehatan lainnya.

Petugas BPJS Centre juga dibantu oleh staf medik Rumah Sakit

Tk.II 07.05.01 Pelamonia yang tergabung dalam satu organisasi

PPATRS (Petugas Pengendali Administrasi Rumah Sakit) melayani

keperluan registrasi dan administrasi pasien BPJS di Rumah Sakit Tk.II

07.05.01 Pelamonia.

b. Fasilitas penunjang

Adapun fasilitas penunjang yang dimiliki di Rumah Sakit Tk.II

07.05.01 Pelamonia antara lain :

1) Instalasi Kamar Bedah (Kamar Operasi 24 Jam : 7 Kamar)


75

2) Instalasi Penunjang Diagnosa (Jangdiag) yang meliputi

Laboratorium Klinik dan Radiologi.

3) Instalasi Farmasi : Apotek

4) Instalasi Penunjang Perawatan (Jangwat) :

a) Pelayanan Unit Gizi

b) Pelayanan Laudry dan Sterilisasi Alkes

c) Rumah Duka / persemayaman jenazah

d) Kamar Jenazah beserta peralatan

e) Ambulance pasien dan jenazah

5) Kamar ICU/ICCU dan ruang tunggu keluarga pasien ICU/ICCU

6) Sistem Informasi Audio Central

7) Keamanan 24 Jam (Pembatasan jam berkunjung dan Jam Besuk

oleh Provos)

8) Pelayanan Kasir terpadu/ Billing Sistem

9) Area parkir, Kantin, Mushallah dan Loket ATM

4. Tenaga medis

a. Jumlah personel Rumkit Tk.II Pelamonia sbb :

1) Personel Militer :133 orang (Dokter, Paramedis & Non Medis)

2) Personel ASN : 226 orang (Dokter, Paramedis & Non medis)

3) Personel BP : 3 orang (Non Medis/ BP Kudam VII/Wrb)

4) Karyawan : 421 orang (Paramedis & Non Medis)


76

b. Daftar dokter spesialis

Tabel 5.1 Daftar dokter spesialis


No Spesialisasi Organik Tamu Keterangan
1 Anestesi 2 - 2 PNS
2 Anak - 3 Tamu
3 Bedah Umum 1 4 1 Militer & 4 Tamu
4 Bedah 1 - Militer
Orthopedy
5 Bedah Saraf 1 - Militer
6 Bedah Anak - 1 1 Tamu
7 Bedah Mulut - 1 Tamu
8 Konservasi Gigi 1 - Militer
9 Saraf 1 2 1 PNS & 2 Tamu
10 Urologi 1 - Militer
11 Jiwa 2 - 1 Militer &1 PNS
12 Penyakit Dalam 3 3 1 Militer ,2 PNS & 3
Tamu
13 Jantung 1 1 1 Militer & 1 Tamu
14 Mata - 2 2 Tamu
15 THT - 3 Tamu
16 Kulit Kelamin - 3 3 Tamu
17 Obsgyn 2 2 1 Militer ,1 PNS & 2
Tamu
18 Paru 1 - Militer
19 Patologi Klinik 1 1 1 PNS & 1 Tamu
20 Gizi Klinik - 1 1 Tamu
21 Radiologi 1 2 1 Militer & 2 Tamu
22 Kedokteran fisik - 1 1 Tamu
dan rehabilitasi
Jumlah 19 30
77

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit TK.II

Pelamonia Makassar pada bulan Juli tahun 2018 yang melibatkan 37

responden. Hasil penelitian ini berdasarkan kuesioner yang memuat

pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan, kebiasaan dan kondisi fisik.

Kuesioner dibagikan kepada setiap responden dengan pengisian langsung

didampingi oleh peneliti.

Setelah data terkumpul, dilakukan pemeriksaan data, pengkodean data

kemudian data di olah. Berdasarkan hasil pengolahan data maka berikut ini

penelitia akan menyajikan analisa data univariat terhadap setiap variabel

untuk menghasilkan distribusi dan persentase.

1. Karakteristik umum responden

a. Distribusi responden berdasarkan umur

Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Umur Di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit TK.II Pelamonia Makassar
No Umur Jumlah (N) Prosentase (%)
1 25-30 10 27,1%

2 35-40 15 40,5%

3 ≤ 45-50 12 32,4%

Total 37 100,0%
Sumber: Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 5.2 di atas menunjukan bahwa dari hasil penelitian

yang terdiri dari 37 responden, jumlah responden terbanyak berada pada umur

35-40 tahun sebanyak 15 orang (40,5%) sedangkan jumlah responden terkecil

pada umur 25-30 tahun sebanyak 10 orang (27,1%).


78

b. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit TK.II Pelamoni Makassar
Jenis Kelamin Jumlah (N) Prosentase (%)

Laki-laki 24 64,9%
Perempuan 13 35,1%
Total 37 100,0%
Sumber: Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari hasil penelitian yang

terdiri dari 37 responden, terdapat 24 (64,9%) responden berjenis kelamin laki-

laki dan 13 (35,1%) responden berjenis kelamin perempuan.

c. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan

Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit TK. II Makassar
Pendidikan Jumlah (N) Prosentase (%)

SD 12 32,4%

SMP 7 18,9%

SMA 8 21,6%

Perguruan Tinggi 10 27,0%

Total 37 100,0%
Sumber: Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari hasil penelitian yang

terdiri dari 37 responden, terdapat 12 (32,4%) responden dengan tingkat

pendidikan SD, dan 7 (18,9%) responden dengan tingkat pendidikan SMP,


79

selanjutnya 8 (21,6%) responden dengan pendidikan SMA, sedangkan 10

(27,0%) responden dengan pendidikan di perguruan tinggi.

d. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan

Tabel 5.5
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit TK.II Pelamonia Makassar
Jenis Kelamin Jumlah (N) Prosentase (%)

Petani 14 37,8%

Wiraswasta 10 27,0%

PNS 13 35,1%

Total 37 100,0%
Sumber: Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari hasil penelitian yang

terdiri dari 37 responden dimana yang memiliki pekerjaan petani sebanyak 14

(37,8%) orang dan yang memiliki pekerjaan wiraswasta sebanyak 10 (27,0%)

orang selanjutnya yang memiliki pekerjaan PNS sebnayak 13 (35,1%) orang.

2. Analisa univariat variabel yang diteliti

a. Pengetahuan

Tabel 5.6
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit TK.II Pelamonia Makassar
Pengetahuan Jumlah (N) Persentase (%)

Baik 22 59,5%

Kurang Baik 15 40,5%

Total 37 100,0%
Sumber : Data Primer 2018
80

Berdasarkan tabel 5.6 di atas dapat dilihat bahwa pengetahuan dari 37

responden yang memiliki pengetahuan dalam kategori baik sebanyak 22 (59,5%)

orang, sedangkan responden dengan kategori kurang baik sebanyak 15 (40,5%)

balita.

b. Kebiasaan

Tabel 5.7
Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit TK.II Pelamonia Makassar
Kebiasaan Jumlah (N) Persentase (%)

Baik 23 62,2%

Kurang Baik 14 37,8%

Total 37 100,0%
Sumber : Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 5.7 di atas dapat dilihat bahwa kebiasaan dari 37

responden yang memiliki kebiasaan dalam kategori baik sebanyak 23 (62,2%)

orang, sedangkan responden dengan kategori kurang baik sebanyak 14 (37,8%)

balita.

c. Kondisi Fisik

Tabel 5.8
Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Fisik Di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit TK.II Pelamonia Makassar
Kondisi Fisik Jumlah (N) Persentase (%)

Baik 20 54,1%

Kurang Baik 17 45,9%

Total 37 100,0%
Sumber : Data Primer 2018
81

Berdasarkan tabel 5.7 di atas dapat dilihat bahwa kondisi fisik dari 37

responden yang memiliki kondisi fisi dalam kategori baik sebanyak 20 (54,1%)

orang, sedangkan responden dengan kategori kurang baik sebanyak 17 (45,9%)

balita.

3. Analisa bivariat variabel yang diteliti

a. Pengetahuan

Tabel 5.9
Distribusi Pengaruh Pengetahuan Terhadap Personal Hygiene
Pasien Stroke Di Ruang Rawat Inap RS TK.II Pelamonia
Makassar
Personal Hygiene Pasien
Stroke P
Total
Tidak Value
Pengetahuan Terpenuhi
Terpenuhi
N % N % N %

Baik 15 40,5 7 18,9 22 59,5


0,002
Kurang Baik 10 27,0 5 13,5 15 40,5
Total 25 67,6 12 32,4 37 100,0
Sumber : Data Primer 2018 α (0.05)

Tabel 5.9 menunjukkan bahwa hasil analisa pengaruh pengetahuan

dengan personal hygiene pasien stroke, di peroleh sebagian responden memiliki

pengetahuan baik akan terpenuhi personal hygienenya sebesar 15 (40,5%), dan

sebagian responden memiliki pengetahuan baik tetapi tidak terpenuhi personal

hygienenya sebesar 7 (18,9%). Sedangkan sebagian responden yang memiliki

pengetahuan kurang baik tetapi personal hygienenya terpenuhi sebesar 10

(27,0%), dan sebagain responden memiliki pengetahuan yang kurang baik dan

tidak terpenuhi personal hygienenya sebesar 5 (13,5%).

Berdasarkan uji chi-square diperoleh nilai p=0,002 lebih kecil dari α

(0.05) dengan demikian, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Berarti ada pengaruh
82

antara pengetahuan dengan personal hygiene pada pasien Stroke di ruang rawat

inap RS Tingkat II Pelamonia Makassar.

b. Kebiasaan
Tabel 5.10
Distribusi Pengaruh Kebiasaan Terhadap Personal Hygiene
Pasien Stroke Di Ruang Rawat Inap RS TK.II Pelamonia
Makassar
Personal Hygiene Pasien
Stroke P
Total
Tidak Value
Kebiasaan Terpenuhi
Terpenuhi
N % N % N %

Baik 19 51,4 4 10,8 23 62,2


0,001
Kurang Baik 6 16,2 8 21,6 14 37,8
Total 25 67,6 12 32,4 37 100,0
Sumber : Data Primer 2018 α (0.05)

Tabel 5.10 menunjukkan bahwa hasil analisa pengaruh kebiasaan dengan

personal hygiene pasien stroke, di peroleh hasil sebagian responden memiliki

kebiasaan baik akan terpenuhi personal hygienenya sebesar 19 (51,4%), dan

sebagian responden memiliki kebiasaan baik tetapi tidak terpenuhi personal

hygienenya sebesar 4 (10,8%). Sedangkan sebagian responden yang memiliki

kebiasaan kurang baik tetapi personal hygienenya terpenuhi sebesar 6 (16,2%),

dan sebagain responden memiliki kebiasaan yang kurang baik dan tidak

terpenuhi personal hygienenya sebesar 8 (21,6%).

Berdasarkan uji chi-square diperoleh nilai p=0,001 lebih kecil dari α

(0.05) dengan demikian, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Berarti ada pengaruh

antara kebiasaan dengan personal hygiene pada pasien Stroke di ruang rawat

inap RS Tingkat II Pelamonia Makassar.


83

c. Kondisi Fisik

Tabel 5.11
Distribusi Pengaruh Kondisi Fisik Terhadap Personal Hygiene
Pasien Stroke Di Ruang Rawat Inap RS TK.II Pelamonia
Makassar
Personal Hygiene Pasien
Stroke P
Kondisi Total
Tidak Value
Fisik Terpenuhi
Terpenuhi
N % N % N %
Baik 13 35,1 7 18,9 20 54,1
Kurang 0,002
12 32,4 5 13,5 17 45,9
Baik
100,
Total 25 67,5 12 32,4 37
0
Sumber : Data Primer 2018 α (0.05)

Tabel 5.11 menunjukkan bahwa hasil analisa pengaruh kondisi fisik

dengan personal hygiene pasien stroke, di peroleh hasil sebagian responden

memiliki kondisi fisik yang baik akan terpenuhi personal hygienenya sebesar 13

(35,1%, dan sebagian responden memiliki kondisi fisik baik tetapi tidak

terpenuhi personal hygienenya sebesar 7 (18,9%). Sedangkan sebagian

responden yang memiliki kondisi fisik kurang baik tetapi personal hygienenya

terpenuhi sebesar 12 (32,4%), dan sebagain responden memiliki kondisi fisik

yang kurang baik dan tidak terpenuhi personal hygienenya sebesar 5 (13,5%).

Berdasarkan uji chi-square diperoleh nilai p=0,002 lebih kecil dari α

(0.05) dengan demikian, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Berarti ada pengaruh

antara kondisi fisik dengan personal hygiene pada pasien Stroke di ruang rawat

inap RS Tingkat II Pelamonia Makassar.


84

C. Hasil Pembahasan

1. Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian di Rumah Sakit TK.II Pelamonia

Makassar menunjukkan bahwa hasil analisa pengaruh pengetahuan dengan

personal hygiene pasien stroke, di peroleh sebagian responden memiliki

pengetahuan baik akan terpenuhi personal hygienenya sebesar 40,5%, dan

sebagian responden memiliki pengetahuan baik tetapi tidak terpenuhi

personal hygienenya sebesar 18,9%. Dengan demikian secara persentase

prilaku personal hygiene pasien stroke dengan pengetahuan baik dan

dapat di lihat dari pengetahuan pasien sendiri dalam melakukan aktivitas

personal hygiene mulai dari kegunaan bahan dan alat. Meskipun ada

pengetahuan pasien baik dan tidak terpenuhi personal hygienennya, hal

ini dapat terjadi akibat dari kondisi pasien yang menurun sehingga

mengganggu pola pikir pasien dalam bertindak. Sedangkan responden

yang memiliki pengetahuan kurang baik tetapi personal hygienenya

terpenuhi sebesar 27,0%, dan sebagain responden memiliki pengetahuan

yang kurang baik dan tidak terpenuhi personal hygienenya sebesar 13,5%.

Prilaku personal hygiene pasien stroke dengan pengetahuan kurang baik

dapat di lihat dari cara pasien sendiri kurang memahami dan mengerti

kegiatan aktivitas personal hygiene mulai dari kegunaan bahan dan alat.

Walaupun ada pengetahuan pasien yang kurang baik dan tidak terpenuhi

personal hygienenya, hal ini dapat terjadi akibat dari kondisi pasien yang

menurun sehingga mengganggu pola pikir pasien dalam bertindak.


85

Hasil uji chi-square diperoleh nilai p=0,002 lebih kecil dari α

(0.05) dengan demikian, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Berarti ada

pengaruh antara pengetahuan dengan personal hygiene pada pasien Stroke

di ruang rawat inap RS Tingkat II Pelamonia Makassar.

Hasil penelitian Kolompoy (2014) yang menyimpulkan adanya

hubungan antara pengetahuan pasien dengan perilaku dalam pemenuhan

personal hygiene dapat diartikan mutlak dibutuhkan tingkat pengetahuan

yang tinggi agar pasien dalam berperilaku dalama menerapkan personal

hygiene dapat dilakukan secara baik dan benar.

Pengetahuan tentang hygiene akan mempengaruhi praktik hygiene

seseorang. Permasalahan yang sering terjadi adalah ketiadaan motivasi

karena kurangnya pengetahuan. Sebagai seorang perawat dalam hal ini

yang bisa dilakukan adalah mendiskusikanya dengan pasien, memeriksa

kebutuhan praktik hygiene pasien dan memberikan informasi yang tepat

dan adekuat pada pasien (Supardi, 2014)

Pengetahuan tentang personal hygiene sangat penting, karena

pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Pengetahuan

tentang pentingnya hygiene dan Kendati demikian, pengetahuan itu

sendiri tidaklah cukup, pasien juga harustermotivasi untuk

memelihara personal higiene. Individu dengan pengetahuan tentang

pentingnya personal higene akan selalu menjaga kebersihan dirinya untuk

mencegahdari kondisi atau keadaan sakit (Notoatmodjo, 1998 dalam

Efriza Mahreswati, 2012).


86

Dari hasil penelitian ini bahwa pengetahuan tentang hygiene akan

mempengaruhi praktik hygiene. Namun, hal ini saja tidak cukup, karena

motivasi merupakan kunci penting pelaksanaan hygiene. Kesulitan

internal yang mempengaruhi akses praktik hygiene adalah ketiadaan

motivasi karena kurangnya pengetahuan. Atasi hal ini dengan memeriksa

kebutuhan klien dan memberikan informasi yang tepat. Berikan materi

yang mendiskusikan kesehatan sesuai dengan prilaku yang ingin dicapai,

termasuk konsekuensi jangka panjang dan pendek bagi klien. Klien

berperan penting dalam menentukan kesehatan dirinya karena perawatan

diri merupakan hal yang paling dominan pada kesehatan masyarkat kita.

2. Kebiasaan

Berdasarkan hasil penelitian di Rumah Sakit TK.II Pelamonia

Makassar menunjukkan bahwa hasil analisa pengaruh kebiasaan dengan

personal hygiene pasien stroke, di peroleh hasil responden memiliki

kebiasaan baik akan terpenuhi personal hygienenya sebesar 51,4%, dan

sebagian responden memiliki kebiasaan baik tetapi tidak terpenuhi

personal hygienenya sebesar 10,8%. Dengan demikian secara persentase

prilaku personal hygiene pasien stroke dengan kebiasaan yang baik akan

terpenuhi personal hygiene bila dilihat dari cara pasien yang sering

melakukan aktivitas personal hygiene dan sering menggunakan bahan dan

alat yang benar dalam kebutuhan personal hygienenya. Meskipun ada

kebiasaan yang baik dan tidak terpenuhi personal hygiene hal ini

disebabkan karena kesadaran dan didikan dari keluarga pasien dalam

mengawasi aktivitas personal hygienenya.


87

Sedangkan responden yang memiliki kebiasaan kurang baik tetapi

personal hygienenya terpenuhi sebesar 16,2%, dan sebagain responden

memiliki kebiasaan yang kurang baik dan tidak terpenuhi personal

hygienenya sebesar 21,6%. Dengan demikian prilaku personal hygiene

pasien stroke dengan kebiasaan yang kurang baik dapat terpenuhi bila

dilihat dari cara pasien yang sering melakukan aktivitas personal hygiene

dan sering menggunakan bahan dan alat yang sesui dengan kebuthan

personal hygienenya. Meskipun ada kebiasaan yang kurang baik dan tidak

terpenuhi personal hygiene hal ini disebabkan karena ketidak kesadaran

dan didikan dari keluarga pasien dalam mengawasi aktivitas personal

hygienenya.

Uji chi-square diperoleh nilai p=0,001 lebih kecil dari α (0.05)

dengan demikian, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Berarti ada pengaruh

antara kebiasaan dengan personal hygiene pada pasien Stroke di ruang

rawat inap RS Tingkat II Pelamonia Makassar.

Hasil penelitian Andik Wibowo (2013) menunjukan bahwa

kebiasaan dalam menjaga kebersihan diri Berdasarkan analisa univariat

menunjukan bahwa 47,1% responden yang memiliki praktik menjaga

kebersihan tempat tidur yang baik dan 52,9% responden memiliki praktik

menjaga kebersihan tempat tidur yang buruk. Hasil bivariat menunjukan

p=value 0,039. Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara praktik kebiasaan dalam menjaga kebersihan diri dengan

kejadian Stroke.
88

Hal ini sesuai dengan penelitian Sarifudin (2014) yang

menyebutkan bahwa orang dengan riwayat stroke mengalami masalah

dengan kebiasaan dalam merawat diri sendiri. Demikian juga di dukung

dengan kondisi keterbatasan bergerak yang membuat kebiasan dalam

menjaga kebersihan diri kini menjadi menurun.

Gaya hidup sering menjadi penyebab berbagai penyakit yang

menyerang usia produktif, karena generasi muda sering menerapkan

pola makan yang tidak sehat dengan seringnya mengkonsumsi

makanan tinggi lemak dan kolesterol tapi rendah serat. Selain banyak

mengkonsumsi kolesterol, mereka mengkonsumsi gula yang berlebihan

sehingga akan menimbulkan kegemukan yang berakibat terjadinya

penumpukan energi dalam tubuh (Dourman, 2013).

Dari hasil penelitian ini bahwa kebiasaan sangat berpengaruh

terhadap kebutuhan kebersihan diri seseorang. Memilih bahan-bahan

sebagai kegunaan untuk membersihkan diri perlu di perhatikan, misalnya

kebersihan mulut yang di perlukan obat gigi dan sikat gigi, kebersihan

rambut yang di perlukan sampo dan masih banyak lagi. Dari beberapa

bahan yang peneliti sebutkan ini biasanya tidak di perhatikan, padahal

ketentuan bahan akan kebersihan diri sangatlah penting untuk selalu

disediakan.

3. Kondisi Fisik

Berdasarkan hasil penelitian di Rumah Sakit TK.II Pelamonia

Makassar menunjukkan bahwa hasil analisa pengaruh kondisi fisik

dengan personal hygiene pasien stroke, di peroleh hasil sebagian


89

responden memiliki kondisi fisik yang baik akan terpenuhi personal

hygienenya sebesar 35,1%, dan sebagian responden memiliki kondisi fisik

baik tetapi tidak terpenuhi personal hygienenya sebesar 18,9%. Dengan

demikian prilaku personal hygiene pasien stroke dengan kondisi fisik

yang baik dapat terpenuhi bila dilihat dari kemampuan fisik pasien dalam

melakukan aktivitas personal hygiene dan sering menggunakan bahan dan

alat yang sesui dengan kebuthan personal hygienenya. Meskipun ada

kondisi fisik yang baik dan tidak terpenuhi personal hygiene hal ini

disebabkan karena ketidak mampuan kondisi fisik pasien sehingga

kebutuhan aktivitas personal hygienenya dibantu oleh keluarga pasien

atau perawat itu sendiri.

Sedangkan sebagian responden yang memiliki kondisi fisik kurang

baik tetapi personal hygienenya terpenuhi sebesar 12 (32,4%), dan

sebagain responden memiliki kondisi fisik yang kurang baik dan tidak

terpenuhi personal hygienenya sebesar 5 (13,5%). Dengan demikian

prilaku personal hygiene pasien stroke dengan kondisi fisik yang kurang

baik tetapi dapat terpenuhi hal ini bila dilihat dari kebututahan aktivitas

personal hygiene di bantu oleh keluarga dan dapat menggunakan bahan

dan alat yang sesui dengan kebuthan personal hygienenya. Meskipun ada

kondisi fisik yang kurang baik dan tidak terpenuhi personal hygiene hal

ini disebabkan karena ketidak mampuan kondisi fisik pasien di sertai

tidak ada dukungan keluarga atau perawat dalam memenuhi kebutuhan

aktivitas personal hygiene pasien tersebut


90

Dalam uji chi-square diperoleh nilai p=0,002 lebih kecil dari α

(0.05) dengan demikian, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Berarti ada

pengaruh antara kondisi fisik dengan personal hygiene pada pasien Stroke

di ruang rawat inap RS Tingkat II Pelamonia Makassar.

Menurut hasil penelitian Tarwoto & Wartonah (2012) salah faktor yang

mempengaruhi personal hygiene pada lansia adalah kondisi fisik (Physical

Condotion). Kondisi fisik individu yang mengalami penyakit tertentu

atau kecacatan akan mengalami kesulitan dalam melakuakan praktek

kebersihan diri. Bahkan kadang memerlukan bantuan orang lain

untuk melaksanakan perawatan kebersihan diri.

Kesehatan fisik maupun psikologis menjadi salah satu tujuan yang

utama dalam kehidupan manusia. Kesehatan fisik manusia dipengaruhi

oleh kesehatan psikologis, begitu juga sebaliknya sehingga antara

kesehatan fisik dan psikologis menjadi saling berkaitan. Hal ini

berdasarkan fakta bahwa fisik, psikologis, dan sosial merupakan suatu

kesatuan yang utuh dalam diri manusia.

Stroke sebagai salah satu penyakit gangguan pembuluh darah otak

dapat mengakibatkan cacat fisik yang disebut hemiplegy (kelumpuhan

separo), sehingga ukuran kebersihan atau penampilan seseorang dalam

pemenuhan kebutuhan personal hygiene berbeda pada setiap orang sakit

karena terjadi gangguan pemenuhan kebutuhan.

Menurut Gordon (2013) hambatan pada sebagian pasien pasca

stroke ketika akan memasuki lingkungan kerja memiliki kecenderungan

rendahnya kepercayaan dirinya karena kondisi fisiknya yang tidak sama

seperti sebelum terkena stroke. Perubahan dalam kondisi fisik misalnya


91

otot-otot wajah tidak bekerja dengan baik sehingga menyebabkan wajah

yang mencong, gangguan dalam berjalan, berbicara, dan berkonsentrasi.

Kondisi fisik tersebut memunculkan rasa rendah diri dan rasa malu pada

diri pasien pasca stroke. Konsekuensi yang lain, pasien pasca stroke

mendapatkan stigma sosial sebagai individu yang tidak bisa melakukan

aktivitas sehingga pasien merasa ditolak dan dihindari.

Dari hasil peneliti ini bahwa penderita stroke pada awal terkena

stroke perlu penanganan secara cepat dan tepat agar tidak menyebabkan

keadaan yang lebih parah atau bahkan kematian. Pada fase lanjutan atau

perawatan lanjutan, diperlukan penangan yang tepat karena dapat

menimbulkan komplikasi-komplikasi.
92

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Stroke adalah keadaan di mana sel-sel otak mengalami kerusakan

karena tidak mendapat pasokan oksigen dan nutrisi yang cukup. Sel-sel otak

harus selalu mendapat pasokan oksigen dan nutrisi yang cukup agar tetap

hidup dan menjalankan fungsinya dengan baik. Oksigen dan nutrisi ini di

bawah oleh darah yang mengalir di dalam pembuluh-pembuluh darah yang

menuju sel-sel otak.

Berdasarkan hasil penelitian tentang "Faktor Yang Mempengaruhi

Personal Hygiene Pada Pasien Stroke Di Ruang Rawat Inap RS Tingkat II

Pelamonia Makassar", maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Ada pengaruh antara pengetahuan dengan personal hygiene pada pasien

Stroke di ruang rawat inap RS Tingkat II Pelamonia Makassar, dimana uji

chi-square diperoleh nilai p=0,002 lebih kecil dari α (0.05).

2. Ada pengaruh antara kebiasaan dengan personal hygiene pada pasien

Stroke di ruang rawat inap RS Tingkat II Pelamonia Makassar, dimana uji

chi-square diperoleh nilai p=0,001 lebih kecil dari α (0.05).

3. Ada pengaruh antara kondisi fisik dengan personal hygiene pada pasien

Stroke di ruang rawat inap RS Tingkat II Pelamonia Makassar, dimana uji

chi-square diperoleh nilai p=0,002 lebih kecil dari α (0.05).

75
93

B. Saran

1. Bagi peneliti

Sebagai proses pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan dalam

melakukan kajian-kajian ilmiah di bidang keperawatan.

2. Bagi institusi pendidikan keperawatan

Di harapkan agar hasil penelitian ini di jadikan sebagai bahan informasi

bagi institusi pendidikan.

3. Bagi profesi keperawatan

Memberikan sumbangsi pengetahuandi bidang keperawatan dalam rangka

pengembangan dan kemandirian profesi keperawatan.

4. Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan ataupun

pedoman bagi kepala ruangan dan perawat di Rumah sakit Tingkat II

Pelamonia Makassar dalam meningkatkan kerja sama dalam

mengembangkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat di manfaatkan sebagai bahan

kajian lebih lanjut di masa yang akan datang.


94

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. 2018. Pedoman Penulisan Skripsi. Stikper Gunung Sari Makassar.


Andra Saferi Wijaya, 2013. Mengenal, Mencegah dan Mengurangi Faktor Resiko
9 Penyakit Degeneratif. Nuha Medika : Yogyakarta

Astuti Ningsih, 2012. Menjaga mutu pelayana nkesehatan. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.

Batticaca, 2013. Konsep Penangnan Pascastroke. Jakarta: Salemba Medika

Berta Avriyani, 2017. Hubungan Personal Hygiene Dan Status Sosial Ekonomi
Dengan Kejadian Stroke. Diakses Tanggal 30 April 2018.
https://www.researchgate.net/publication/322782475.

City Ardila dan Noni Aktafiani, 2013. Stroke a-z. Jakarta: PT Bhuana Ilmu
Populer.

Depkes RI. 2012. Prevalensi penyakit Tidak Menular di Kota Makassar.


Http:www.depkes.or.id/. Diakses Tanggal 09 April 2018.

Efriza Mahreswati, 2012. Deteksi Dini Gejala, Pencegahan dan Pengobatan


Stroke Serangan Jantung dan Ginjal. Araska : Yogyakarta.

Elisabet Dian Taviyanda, 2013. Jurnal Kesehatan: Dependent Level Activity Daily Living
(Adl) To Patients With Stroke Infarction Hemiparase. Stikes Kediri.

Hidayat 2010. Aplikasi Konsep Empati Melalui Pendekatan Teori Personal


hygiene. Jakarta: Majalah Bina Sehat.

Irfan, 2013. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku


Manusia. Yogyakarta : EGC

Iskandar Junaidi, 2011. Mencegah Dan Mengatasi Stroke. Yogyakarta: Kujang


press.

Kotler. 2011. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC


95

Misbach, 2012. Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC.

Muhammad Rusdi, 2014. Gambaran Kepatuhan Perawat Terhadap Pasien


Rehabilitasi Pasca Stroke Di Ruang Rawat Inap HCU Stroke RSUD
Labuang Baji Makassar. Kota Makassar.

Nursalam, 2013. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan.


Jakarta: Salemba Medika.

Potter dan Perry, 2012. Panduan Gerontologi Tinjauan Dari Berbagai Aspek
Menjaga Keseimbangan Kualitas Hidup Para Lanjut Usia, Jakarta :
PT. Gramedia Pustaka Utama.

Ratna Dewi Pudiastuti, 2011. Cekal ( Cegah & Tangkal ) Penyakit Modern. Andi
: Yogyakarta

Riskedas, 2013 Prevalensi stroke di Indonesia. Diakses tanggal 09 April 2018,


dari http://data-kesehatan.com/2013/324487.html

Skiner, 2010. Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik. Edisi VI, Volume II.
Penerbit EGC.Jakarta.

Sofwan 2012. Menjaga Mutu Pelayana Kesehatan. Jakarta: Pustaka Sinar


Harapan.

Sorrentino dan Remmert, 2011. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia :


Aplikasi Konsep Dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Suirok, 2012. Penyakit Pemicu Stroke. Nuha Medika : Yogyakarta

Sutanto, 2010. Buku ajar Keperawatan Medika Bedah Edisi 8 Vol 3.Jakarta: EGC

Tarwoto, 2013. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proes Keperawatan. Edisi 4.


Jakarta : EGC

Wawan Dan Dewi, 2010. Gangguan Konsep Diri. Jakarta:EGC

Yastroki, 2012. Yayasan Stroke Indonesia. Diakses tanggal 09 April 2018, dari
http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=5381.
Lampiran I 96

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,

Bapak/Ibu Calon Responden Penelitian

Di-
Tempat
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswa Sarjana

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Gunung Sari Makassar

Nama : Rusmiyati J Robo


Nim : 14.2049
Alamat : Jl. Alauddin, Perumahan. Bosowa
Atas mengadakan penelitian dengan judul, “Faktor Yang Mempengaruhi

Personal Hygiene Pada Pasien Stroke Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tingkat

II Pelamonia Makassar”, Hasil penelitian ini sangat bermanfaat dalam

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan pendidikan keperawatan.

Penelitian ini tidak menimbulkan hal yang akan merugikan saudara’i sebagai

responden penelitian, kerahasiaan semua informasi yang di berikan akan dijaga

dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Tidak ada paksaan untuk ibu atau bapak untuk menjadi subjek penelitian

ini jika terjadi hal-hal yang merugikan semua penelitian ini.

Makassar, Juli 2018

RUSMIYATI J ROBO
14.2049
97
Lampiran II

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh

mahasiswa program studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan

Gunung Sari Makassar, atas nama:

Nama : Rusmiyati J Robo

Nim : 14.2049

Alamat : Jl. Alauddin, Perumahan. Bosowa

Judul : Faktor Yang Mempengaruhi Personal Hygiene Pada Pasien

Stroke Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tingkat II

Pelamonia Makassar

Saya telah memahami maksud dan tujuan penelitian ini, yaitu untuk

mengembangkan ilmu keperawatan dan dalam rangka menyelesaikan tugas akhir

bagi penelitian dan saya bersedia menjadi responden.

Dengan demikian saya sukarela berpartisipasi dan tidak ada unsur paksaan

dari siapapun.

Responden

( )
98

Lampiran III

KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSONAL HYGIENE


PADA PASIEN STROKE DI RUANG RAWAT INAP
RUMAH SAKIT TINGKAT II PELAMONIA
MAKASSAR

IDENTITAS RESPONDEN

Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pendidikan :
Alamat :

Petunjuk :
Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan pemikiran anda dengan
memberi tanda ceklis (√) pada kolom dibawa ini.
1. Jenis Kelamin
1. Laki-laki

2. Perempuan

2. Umur Responden Saat Ini


1. 21– 35 tahun

2. 36 – 50 tahun

3. ≥55 – 60 tahun

3. Pendidikan Terakhir
1. SD 3. SMA

2. SMP 4. Perguruan Tinggi

4. Pekerjaan
1. PNS 3. IRT

2. Wiraswasta 4. Petani
99

A. Pertanyaan tentang pengetahuan

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah Anda mengetahui tentang kebersihan diri ?
2 Apakah Anda mengetahui cara melakukan kebrsihan
diri ?
3 Apakah Anda mengetahui pentingnya melakukan
kebersihan diri ?
4 Apakah Anda mengetahui kegunaan dari alat atau
bahan dalam melakukan kebersihan diri ?
5 Apakah Anda mengetahui dampak yang akan di
timbulkan dari buruknya kebersihan diri ?
6 Menurut Anda, apakah penyakit yang di sebabkan oleh
buruknya kebersihan diri sangatlah berbahaya ?
7 Apakah Anda mengetahui penyakit-penyakit yang di
sebabkan oleh buruknya kebersihan diri ?
8 Apakah Anda mengetahui cara untuk mencega
penyakit itu ?
9 Menurut Anda, apakah perlu untuk di ketahui baik
buruknya dari melakukan kebersihan diri ?
10 Apakah Anda sangat terbantu dengan adanya edukasi
atau promosi kesehatan terkait dengan kebersihan diri?
100

B. Pertanyaan tentang kebiasan pasien


No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah Anda sering melakukan kebersihan diri di
rumah ?
2 Apakah Anda sendiri melakukan kebersihan diri
sebelum anda di rawat ?
3 Apakah Anda sering mengganti bahan mandi dalam
melakukan kebersihan diri ?
4 Apakah keluarga Anda selalu membantu dalam
malukan kebersihan diri di Rumah Sakit ?
5 Apakah Anda sering meminta bantuan kepada
keluarga atau perawat untuk merawat kebersihan diri
anda ?
6 Apakah Anda selalu menjaga kebersihan tempat tidur ?
7 Apakah keluarga sering mendengarkan keluhan Anda
tentang kebersihan diri ?
8 Apakah Anda melakukan kebersihan atas kebutuhan
sendiri dan bukan kehendak keluarga ?
9 Apakah Anda sering menggati pakaian 1x sehari ?
10 Apakah Anda sering di ajari bagaimana menjadi
kebersihan diri ?
101

C. Pertanyaan tentang kondisi fisik


No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah Anda di bantu ketika ke Toilet ?
2 Apakah Anda mengganti pakaian sendiri tanpa
bantuan orang lain ?
3 Ketika Anda di rumah sakit, apakah anda di bantu
dalam hal makan dan minum ?
4 Ketika di rumah, Apakah Anda di bantu dalam hal
aktifitas makan dan minum ?
5 Apakah Anda merasa ketergantungan dengan bantuan
orang di sekitar anda ?
6 Apakah Anda berjalan menggunakan alat bantu ?
7 Apakah Anda di mandi atau berpakaian sendri ?
8 Apakah Anda di larang dalam melakukan aktifitas
berat ?
9 Apakah Anda melakukan sendiri ketika ingin istirahat
di tempat tidur ?
10 Apakah Anda bisa duduk ?
102

MASTER TABEL

Jenis Kondisi
NO Nama/Inisial Umur Pendidikan Pekerjaan Pengetahuan Kebiasaan Stroke
Kelamin Fisik

1 WD 1 1 1 1 2 1 1 1

2 SR 3 2 2 3 1 2 1 2

3 VG 1 1 4 1 2 1 1 1

4 MV 3 2 2 3 1 2 1 2

5 SA 1 1 1 1 2 1 1 1

6 MA 2 2 4 3 1 2 1 2

7 JE 1 1 1 1 2 1 2 1

8 KT 2 2 4 2 1 2 2 2

9 OI 3 1 2 1 2 1 2 1

10 AQ 2 2 1 3 1 2 1 1

11 LT 2 1 4 1 2 1 2 1

12 VB 2 2 1 3 1 2 1 2

13 ZT 3 1 3 1 2 1 2 1

14 LK 2 2 2 2 1 2 1 2

15 SA 2 1 4 1 2 1 2 1

16 LK 1 1 1 2 1 2 1 1

17 ER 3 2 4 1 1 1 2 1

18 LS 2 1 3 3 2 2 1 2

19 KO 2 2 2 1 1 1 2 1

20 SR 3 1 1 3 2 2 1 1

21 AQ 1 2 3 1 1 1 2 1

22 LT 2 1 4 2 1 2 1 2

23 VB 3 1 2 1 2 1 2 1
103

24 ZT 1 1 1 3 1 2 1 1

25 LK 2 2 3 1 2 1 2 2

26 SA 2 1 4 3 1 2 1 1

27 LK 3 1 2 1 2 1 2 2

28 ER 1 1 4 2 1 2 1 1

29 LS 3 2 3 2 2 1 2 2

30 KO 2 1 4 3 1 1 1 1

31 AQ 1 1 3 2 2 1 2 2

32 LT 3 2 1 3 1 1 1 1

33 VB 3 1 1 2 1 1 2 1

34 ZT 1 1 3 3 1 1 1 1

35 LK 2 1 1 2 1 1 2 1

36 SA 2 1 3 3 1 1 1 1

37 LK 3 1 1 2 1 1 2 1
104

KETERANGAN

Umur : Jenis Kelamin Pendidikan : Pekerjaan

1. 25 – 30 Tahun 1. Lak-laki 1. SD 1. Petani


2. 35 - 40 Tahun 2. Perempuan 2. SMP 2. Wiraswasta
3. ≤ 45-50 Tahun 3. SMA 3. PNS
4. PT

Pengetahuan Kebiasaan Kondisi Fisik Stroke

1. Baik 1. Baik 1. Baik 1. Berpengaruh


2. Kurang Baik 2. Kurang Baik 2. Kurang Baik 2. Tidak
Berpengaruh
105

DOKUMENTASI PENELITIAN
106
107
108
109
110

ss

Anda mungkin juga menyukai