antibiotik
Pemberian antibiotic amox 3x500 5 hari, alergi amox, diberikan eritromicin 3x500 5 hari.
Maturasi paru
Dexa 5 mg selang 12 jam sd 2x saja, pda usia 24-34mgg,
Boleh diulang sekali saja dg dosis 2x5mg selang 12 jam, minimal 14 hari stlh pemberian awal. (asal pada saat itu
uk <34mgg). IM
Mgso4
Diberikan sbg neuroprotektor pd uk 24-31 mgg dgn diperkirakan persalinan terjadi krg dari 24 jam (his adekuat,
pembukaan >=3 cm)
Dengan dosis awal 1 flash mgso4 20% selama 40 menit habis (12 tpm), dilanjutkan dengan maintenance drip
RD5 + 1 flash mgso4 40% 30 tpm selama 6 jam habis, dilanjutkan dosis sama 6 jam berikutnya.
Ab iminens
Antibiotic diberikan bila ada indikasi ex : susp ISk (bakteri asimptomatik) pembuktian dgn UL
AB of choice amoksisilin 3x500 mg selama 5 hari
abortus
AB profilaksis pada tindakan kuretase bila ada indikasi ex : ada demam, Abortus infeksiosa atau lekosit > 15.000
Ab diberikan secara peroral post kuretase selama 5 hari
HEG
PEB
Inpartu
- Kontraksi adekuat ; teratur, minimal 2x selama 10 menit nominal 20-40 detik
OKSITOSIN 1 AMPUL iv
Oksitosin drip 20 iu
Metergin 1 ampul im
Misoprostol SL 1 tab
Misoprostol 4 tab perrektal
-TAMPON PADAT
- SABUK
Repening tidak boleh memakai misoprostol = oksitosin serial = observasinya di kaber = tetesannya sama dengan
untuk OD
Dengan oksitosin : 1. Menghindari emboli
2. kontraksi misoprostol tidak dapat dihentikan -> menyebabkan emboli air ketuban
ii
DAFTAR ISI
BAGIAN 1. KEGAWATDARURATAN OBSTETRI 1-1
1.1. EKLAMPSIA 1-2
1.2. PERDARAHAN PASCAPERSALINAN 1-5
1.3. DISTOSIA BAHU 1-7
iii
Bagian 1.
KEGAWATDARURATAN
OBSTETRI
1-1
1.1. Eklampsia
EKLAMPSIA
ICD-10 dr. Hj. Dede Lina Lindayanti, MKM
O15 Eclampsia 197105272005012008
RSUD
Kab.Bangka Tanggal terbit No. Revisi
Tengah 00
Pengertian Preeklampsia yang disertai dengan kejang tonik-klonik, dapat disusul dengan koma.
Sejak kapan terjadi hipertensi selama kehamilan
Anamnesis Riwayat kejang (berapa lama, berapa kali, riwayat kejang sebelumnya)
(Bila pasien tidak sadar, dapat dilakukan alloanamnesa).
Kenaikan tekanan darah ( 160/110 mmHg)
Pemeriksaan Kejang tonik klonik
Fisik Pemeriksaan GCS
Pemeriksaan ABC (Airway, Breathing, Circulation)
Kenaikan tekanan darah ( 160/110 mmHg)
Kriteria
Kejang tonik klonik
Diagnosis
Proteinuria/albuminuria
Diagnosis 1. Perdarahan intrakranial
Banding 2. Epilepsi
Proteinuria/albuminuria > 2 gram/24 jam atau dipstick >1+
Pemeriksaan
Pemeriksaan darah (Hb, lekosit, trombosit, hematokrit, LFT, RFT, GDA, Serum elektrolit)
Penunjang
Foto thoraks (bila dicurigai adanya edema paru)
1. Dasar-dasar pengelolaan eklampsia:
- Terapi supportiv untuk stabilisasi pada ibu
- Pengelolaan ABC (Airway, Breathing, Circulation)
- Pastikan jalan nafas atas tetap terbuka
- Mengatasi dan mencegah kejang
- Koreksi hipoksemia dan academia
- Mengatasi dan mencegah penyulit, khususnya hipertensi krisis
- Melahirkan janin pada saat yang tepat dengan cara persalinan yang tepat.
2. Terapi medikamentosa:
- Segera masuk rumah sakit
- Tirah baring ke kiri secara intermiten
- Infus Ringer laktat atau ringer dekstrose 5%
- Pemberian anti kejang MgSO4 sebagai terapi kejang dan mencegah kejang ulangan
Loading dose atau initial dose atau dosis awalan :
- MgSO4 4 gram I.V dengan kecepatan 1 gram/menit
Maintenance dose atau dosis lanjutan
- MgSO4 dengan dosis 1-2 gram/ jam, dilanjutkan sampai dengan 24 jam
Terapi pascapersalinan
- Anti hipertensi, diberikan bila tensi > 180/110 atau MAP > 126 dengan Nifedipin 10-
20 mg per oral, diulangi setelah 30 menit, maksimum 120 mg dalam 24 jam.
- Diet diberikan secara seimbang, hindari protein dan kalori yang berlebih.
3. Perawatan kejang
- Tempatkan penderita di ruang isolasi atau ruang khusus dengan lampu terang
- Tempat tidur penderita harus cukup lebar, dalam posisi trendelenburg
- Sisipkan spatel lidal (bila perlu)
- Fiksasi badan harus kendor agar waktu kejang tidak terjadi fraktur
4. Perawatan koma
- Perawatan di ICU
- Diukur dengan GCS (Glasgow-Coma Scale)
- Usahakan jalan nafas atas tetap terbuka
- Hindari decubitus
- Perhatikan nutrisi
5. Pada kondisi dengan komplikasi, pertimbangkan untuk konsultasi dengan bidang lain
sesuai kelainan.
1-2
Diet seimbang, hindari protein dan kalori yang berlebih
Edukasi
Istirahat cukup
1-3
TATACARA PEMBERIAN MgSO4
1-4
1.2. Perdarahan Pascapersalinan
1-5
1-6
1.3. Distosia Bahu
DISTOSIA BAHU
ICD-10 : dr. Hj. Dede Lina Lindayanti, MKM
O66.0 Obstructed labor due to shoulder 197105272005012008
RSUD dystocia
Kab.Bangka Tanggal terbit No. Revisi
Tengah 00
Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya tambahan maneuver obstetrik oleh
Pengertian karena dengan tarikan biasa kearah belakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk
melahirkan bayi.
Kepala bayi sudah lahir, tetapi bahu tertahan dan tidak dapat dilahirkan.
Kepala bayi sudah lahir, tetapi tetap menekan vulva dengan kencang.
Pemeriksaan
Dagu tertarik dan menekan perineum. (turtle sign)
Fisik
Traksi pada kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang tetap tertahan di kranial simfisis
pubis.
Kepala bayi sudah lahir, tetapi bahu tertahan dan tidak dapat dilahirkan
Kepala bayi sudah lahir,tetapi tetap menekan vulva dengan kencang.
Kriteria
Dagu tertarik dan menekan perineum
Diagnosis
Traksi pada kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang tetap tertahan di kranial simfisis
pubis.
Diagnosis
Banding -
Pemeriksaan
Penunjang -
Prognosis
Tingkat
Evidens &
Rekomendasi
Indikator
Outcome Bahu (bayi) berhasil lahir
Penalaah
Kritis
Operative Obstetrics. Munro kerr’s. 11 edition. 2007
Daftar
Panduan Penataksanaan Kasus Obstetri, Himpunan Kedokteran Fetomaternal. 2012.
Pustaka
Ilmu Kebidanan. Sarwonono Prawirohardjo. 2008.
1-7
ALGORITMA PENANGANAN DISTOSIA BAHU
1-1
Bagian 2.
KEHAMILAN
DENGAN PENYULIT
2-1
2.1. Hiperemesis Gravidarum
Mual dan muntah yang terjadi pada kehamilan hingga usia 16 minggu. Pada keadaan
Pengertian muntah-muntah yang berat, dapat terjadi dehidrasi, gangguan asam-basa dan elektrolit dan
ketosis, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum 1
2-2
Dukungan psikologi
Hindari makanan dan bau-bauan yang mencetuskan mual
Suplementasi jahe
Edukasi2
Makan sedikit tapi sering
Makan sebelum beranjak dari tempat tidur
Pertimbangkan terapi Akupuntur dan Akupresur
Prognosis tanpa komplikasi : bonam
Indikator
Outcome Ketonurin negatif, tidak ada tanda dehidrasi
Tingkat
Evidens &
Rekomendasi
Penalaah
Kritis
Kementerian Kesehatan RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan. 1st ed. Moegni E, Oviyanti D, editors. Jakarta; 2013.
Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman BL, Bradshaw KD, Cunningham FG,
Daftar
editors. Williams Gynecology. United States: The McGraw-Hill Companies; 2008.
Pustaka
Hurt KJ, Guile MW, Bienstock JL, Fox HE, Wallach EE, editors. The Johns Hopkins
manual of gynecology and obstetrics. 4th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins;
2011.
2-3
2.2. Abortus Iminens
Ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan
Pengertian
dengan batas usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 g.1,3
Abortus imminens
Abortus komplit
Diagnosis Abortus insipiens
Banding4 Abortus inkomplit
Abortus mola
Kehamilan ektopik terganggu
Pemeriksaan Ultrasonografi
Penunjang Test bHCG urin (kualitatif) – terutama pada kehamilan awat yang belum tampak GS
2-4
1. Abortus Iminens
- Pertahankan kehamilan.
- Tidak perlu pengobatan khusus.
- Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual.
- Jika perdarahan berhenti, pantau kondisi ibu selanjutnya pada pemeriksaan
antenatal termasuk pemantauan kadar Hb dan USG serial setiap 4 minggu. Lakukan
penilaian ulang bila perdarahan terjadi lagi.
- Jika perdarahan tidak berhenti, nilai kondisi janin dengan USG. Nilai kemungkinan
adanya penyebab lain.
2. Abortus insipiens
- Lakukan konseling untuk menjelaskan kemungkinan risiko dan rasa tidak nyaman
selama tindakan evakuasi, serta memberikan informasi mengenai kontrasepsi
pascakeguguran.
- Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu :
- lakukan evakuasi isi uterus.
- Aspirasi vakum manual (AVM) – (lihat PPK tindakan:AVM) adalah metode yang
dianjurkan. Kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan bila AVM tidak tersedia
- Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu:
- Tunggu pengeluaran hasil konsepsi secara spontan dan evakuasi sisa hasil
konsepsi dari dalam uterus.
- Pasang infus 20 IU oksitosin dalam 500 cc NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan
Terapi kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu pengeluaran hasil konsepsi
- Lakukan pemantauan pascatindakan setiap 30 menit selama 2 jam.
- Bila kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
- Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk pemeriksaan
patologi ke laboratorium.
- Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan
produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar hemoglobin setelah 24 jam.
Bila hasil pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang.
3. Abortus inkomplit
- Lakukan konseling.
- Jika perdarahan ringan atau sedang dan kehamilan usia kehamilan kurang dari 16
minggu, gunakan jari atau forsep cincin untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang
mencuat dari serviks.
- Selanjutnya tindakan sesuai seperti pada abortus insipiens
4. Abortus komplit
- Tidak diperlukan evakuasi lagi.
- Lakukan konseling untuk memberikan dukungan emosional dan menawarkan
kontrasepsi pasca keguguran.
- Observasi keadaan ibu.
- Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferosus 600 mg/hari selama 2
minggu, jika anemia berat berikan transfusi darah. Evaluasi keadaan ibu setelah 2
minggu.
Tujuan dan tatacara tindakan medis
Edukasi Alternatif tindakan medis dan resikonya
Rencana perawatan, pemberian obat-obatan
Kemungkinan resiko dan komplikasi yang bisa terjadi kepada ibu
2-5
2.3. Mola Hidatidosa
2-6
Jika tanpa komplikasi : bonam
Prognosis Jika follow up mengarah ke penyakit trofoblas ganas jika diterapi dengan baik :
dubia ad bonam
Indikator -HCG serum
Outcome Tidak ada perdarahan aktif pervaginam, Hb>8 g/dl
Tingkat
Evidens &
Rekomendasi
Penalaah
Kritis
Kementerian Kesehatan RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Daftar Dasar dan Rujukan. 1st ed. Moegni E, Oviyanti D, editors. Jakarta; 2013.
Pustaka Hurt KJ, Guile MW, Bienstock JL, Fox HE, Wallach EE, editors. The Johns Hopkins
manual of gynecology and obstetrics.4th ed. Philadelphia:Lippincott; 2011
2-7
2.4. Kehamilan Ektopik Terganggu
Prognosis Bonam
Indikator Tidak adanya tanda akut abdomen
Outcome Tidak adanya infeksi
Tingkat
Evidens &
Rekomendasi
Penalaah
Kritis
Kementerian Kesehatan RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Daftar Dasar dan Rujukan. 1st ed. Moegni E, Oviyanti D, editors. Jakarta; 2013.
Pustaka Hurt KJ, Guile MW, Bienstock JL, Fox HE, Wallach EE, editors. The Johns Hopkins
manual of gynecology and obstetrics.4th ed. Philadelphia:Lippincott; 2011
2-8
2.5. Plasenta Previa
Tatalaksana Umum
Perbaiki kekurangan cairan/darah dengan infus cairan intravena (NaCl 0,9% atau Ringer
Laktat).
Lakukan penilaian jumlah perdarahan.
- Jika perdarahan banyak dan berlangsung, persiapkan seksio sesarea tanpa
memperhitungkan usia kehamilan
- Jika perdarahan sedikit dan berhenti, dan janin hidup tetapi prematur, pertimbangkan
terapi ekspektatif
Tatalaksana Khusus
Terapi Konservatif
Terapi Agar janin tidak terlahir prematur dan upaya diagnosis dilakukan secara non-invasif.
Syarat terapi ekspektatif:
- Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti dengan atau
tanpa pengobatan tokolitik
- Belum ada tanda inpartu
- Keadaan umum ibu cukup baik (kadar Hb dalam batas normal)
- Janin masih hidup dan kondisi janin baik
Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotika profilaksis.
Lakukan pemeriksaan USG untuk memastikan letak plasenta.
Berikan tokolitik bila ada kontraksi:
- MgSO4 4 g IV dosis awal dilanjutkan 4 g setiap 6 jam, atau
- Nifedipin 3 x 20 mg/hari
2-9
Pemberian tokolitik dikombinasikan dengan pemberian kortikosteroid untuk pematangan
paru janin. Obat pilihannya adalah:
- Deksametason 6 mg IM setiap 12 jam sebanyak 4 kali, ATAU
- Betametason 12 mg IM setiap 24 jam sebanyak 2 kali
Perbaiki anemia dengan sulfas ferosus atau ferous fumarat per oral 60 mg selama 1
bulan.
Pastikan tersedianya sarana transfusi.
Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama, ibu dapat
dirawat jalan dengan pesan segera kembali ke rumah sakit jika terjadi perdarahan.
Terapi Aktif
Rencanakan terminasi kehamilan jika:
- Usia kehamilan cukup bulan
- Janin mati atau menderita anomali atau keadaan yang mengurangi kelangsungan
hidupnya (misalnya anensefali)
- Pada perdarahan aktif dan banyak, segera dilakukan terapi aktif tanpa memandang
usia kehamilan
Jika terdapat plasenta letak rendah, perdarahan sangat sedikit, dan presentasi kepala,
maka dapat dilakukan pemecahan selaput ketuban dan persalinan pervaginam masih
dimungkinkan. Jika tidak, lahirkan dengan seksio sesarea.
Pada kasus plasenta previa totalis dan parsialis : persiapan persalinan secara operasi
seksio sesarea. Pada kasus tanpa perdarahan biasanya direncanakan pada usia
kehamilan 38 minggu.
Pada kasus plasenta previa marginalis dan letak rendah : mungkin dapat dilakukan
Edukasi
persalinan normal jika bagian terbawah janin masuk pintu atas panggul dan tidak terjadi
perdarahan.
Selama perawatan konservatif rawat jalan, sebaiknya ibu berada dekat dengan fasilitas
kesehatan dengan kamar operasi 24 jam.
Ibu : Bonam
Prognosis
Janin : Bonam
Tingkat
Evidens &
Rekomendasi
Indikator Ibu : KU baik, Hb>8 g/dl, Luka operasi kering
Outcome Janin : apgar score
Penalaah
Kritis
Kementerian Kesehatan RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan. 1st ed. Moegni E, Oviyanti D, editors. Jakarta; 2013.
Daftar Hurt KJ, Guile MW, Bienstock JL, Fox HE, Wallach EE, editors. The Johns Hopkins
Pustaka manual of gynecology and obstetrics.4th ed. Philadelphia:Lippincott; 2011
Gabbe SG, Niebyl JR, Simpson JL, obstetrics normal and problem pregnancies, 5th ed,
Elsevier.
2-10
2.6. Solusio Plasenta
Diagnosis
Banding Plasenta Previa
Darah lengkap
Pemeriksaan
Faal hemostasis
Penunjang
Ultrasonografi
Jika terjadi perdarahan hebat (nyata atau tersembunyi) dengan tanda- tanda awal syok
(hemodinamik tidak stabil) pada ibu, lakukan persalinan segera:
- Jika pembukaan serviks lengkap, lakukan persalinan dengan ekstraksi vakum
- Jika pembukaan serviks belum lengkap, lakukan persalinan dengan seksio sesarea.
Waspadalah terhadap kemungkinan perdarahan pascasalin.
Jika perdarahan ringan atau sedang dan belum terdapat tanda-tanda syok, tindakan
bergantung pada denyut jantung janin (DJJ):
- DJJ normal, lakukan seksio sesarea
- DJJ tidak terdengar namun nadi dan tekanan darah ibu normal pertimbangkan
Terapi persalinan pervaginam
- DJJ tidak terdengar dan nadi dan tekanan darah ibu bermasalah: pecahkan ketuban:
- Jika kontraksi jelek, perbaiki dengan pemberian oksitosin
- Jika serviks kenyal, tebal, dan tertutup, lakukan seksio sesarea
DJJ abnormal (kurang dari 100 atau lebih dari 180/menit):
- Lakukan persalinan pervaginam segera, atau
- seksio sesarea bila persalinan pervaginam tidak memungkinkan
2-11
Lakukan uji pembekuan darah sederhana:
Ambil 2 ml darah vena ke dalam tabung reaksi kaca yang bersih, kecil, dan kering (kira-
kira 10 mm x 75 mm)
Pegang tabung tersebut dalam genggaman untuk menjaganya tetap hangat
Setelah 4 menit, ketuk tabung secara perlahan untuk melihat apakah pembekuan sudah
terbentuk, kemudian ketuk setiap menit sampai darah membeku dan tabung dapat
dibalik
Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan lunak yang
dapat pecah dengan mudah menunjukkan koagulopati
Jika dijumpai koagulopati, berikan darah lengkap (whole blood) segar, atau bila tidak
tersedia, pilih salah satu di bawah ini berdasarkan ketersediaannya:
- fresh frozen plasma
- packed red cell
- kriopresipitat
- konsentrasi trombosit
2-12
2.7. Preeklampsia Berat
Pengertian Peningkatan tekanan darah ≥ 160/110 mmHg, disertai Proteinuria ≥ 5 g/24 jam atau ≥ +2
dipstik, yang terjadi pada kehamilan lebih dari 20 minggu.
HPHT – TP : usia kehamilan > 20 minggu.
Tidak ada riwayat tekanan darah tinggi sebelumnya
Ada tidaknya gejala-gejala preeklampsia berat dengan impending eklampsia: Pusing,
Anamnesis
nyeri kepala, pandangan mata kabur, mual dan muntah, nyeri epigastrium atau nyeri
kuadran kanan atas abdomen.
Tidak ada riwayat kejang sebelumnya
Pemeriksaan Tekanan darah ≥ 160/110 mmHg
Fisik Pemeriksaan obstetri : sesuai dengan usia kehamilan lebih dari 20 minggu
Tekanan darah ≥ 160/110 mmHg, disertai Proteinuria ≥ 5 g/24 jam atau ≥ +2 dipstik
yang terjadi pada kehamilan lebih dari 20 minggu,
Dapat disertai :
Gejala impending eklampsia : pusing, mual muntah, nyeri epigastrik, pandangan kabur
diakibatkan adanya keterlibatan organ lain.
Kriteria Keterlibatan organ lain:
Diagnosis - Hematologi: trombositopenia (<100.000/ul), hemolisis mikroangiopati
- Hepar: peningkatan SGOT dan SGPT, nyeri epigastrik atau kuadran kanan atas
- Neurologis: sakit kepala persisten, skotoma penglihatan
- Janin: pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion
- Paru: edema paru dan/atau gagal jantung kongestif
- Ginjal: oliguria (≤ 500 ml/24 jam), kreatinin ≥ 1,2 mg/dl
1. Hipertensi gestasional
Diagnosis 2. Hipertensi kronis superimposed preeklampsia
Banding 3. Hipertensi kronis
4. Preeklampsia ringan
Darah Lengkap : Hemoglobin dan Hematokrit
Urine Lengkap
Renal Function Test (RFT) : Kreatinin serum, asam urat serum, nitrogen urea darah
(BUN)
Pemeriksaan
Transaminase Serum : SGOT, SGPT
Penunjang
Lactic Acid Dehydrogenase (LDH)
Albumin serum
Faktor Koagulasi (Faal Hemostasis)
Penilaian Kesejahteraan Janin : Ultrasonografi, Kardiotokografi
2-13
Tatalaksana :
- Tirah Baring/ tidur miring ke kiri
- MgSO4 :
- Dosis awalan : 4 g (10 ml larutan MgSO4 40%, larutkan dengan 10 ml akuades)
berikan secara i.v. bolus perlahan dalam 5 menit.
Jika akses intravena sulit, berikan masing-masing 5 g (12,5 ml larutan MgSO4
40%) IM di bokong kiri dan kanan
- Dosis maintenance : 1-2 gr/ jam.
Diberikan dalam larutan ringer laktat/ ringer asetat
- Maturasi paru janin : Kortikosteroid diberikan pada usia kehamilan 28 – 36 minggu
untuk menurunkan risiko RDS dan mortalitas janin serta neonatal, dengan interval
waktu pemberian hingga persalinan 48 jam – 7 hari.
Cara pemberian : Betametason 2x12 mg I.M. (interval 24 jam)
atau Deksametason 4x6 mg I.V. (interval12 jam)
- Antihipertensi : diberikan pada pada tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau diastolik
≥90 mmHg.*
- Nifedipin 4x10-30 mg peroral
- Metildopa 2 x 250-500 mg per oral (dosis maksimum 2000 mg/hari)
- Nikardipin 5 mg/jam, dapat dititrasi 2,5 mg/jam tiap 5 menit hingga maksimum 10
mg/jam
- Diet : rendah KH/ tinggi protein
- Pasang Kateter Foley.
Monitoring :
- Pemeriksaan dan monitoring setiap hari terhadap gejala klink sebagai berikut :
nyeri kepala, penglihatan kabur, nyeri perut kuadran kanan atas, nyeri epigastrium,
kenaikan berat badan dengan cepat
- Menimbang berat badan pada waktu masuk rumah sakit dan diikuti tiap hari
- Mengukur proteinuria ketika masuk rumah sakit dan diulangi setiap 2 hari
- Pengukuran tekanan darah sesuai standar yang telah ditentukan
- Pemeriksaan laboratorium sesuai dengan ketentuan
- Penilaian kesejahteraan janin melalui USG dan CTG
Perawatan Konservatif gagal jika :
- Impending eklampsia
- HELLP Syndrome
- Tekanan darah tidak terkontrol dengan antihipertensi
- Kesejahteraan janin yang jelek
- Kelainan fungsi ginjal
- Pertumbuhan janin terhambat
2-14
Terapi Medikamentosa
- Tirah Baring/ tidur miring ke kiri
- MgSO4
- Dosis awalan: 4 g (10 ml larutan MgSO4 40%, larutkan dengan 10 ml akuades)
berikan secara i.v. bolus perlahan dalam 5 menit.
Jika akses intravena sulit, berikan masing-masing 5 g (12,5 ml larutan MgSO4
40%) IM di bokong kiri dan kanan
- Dosis maintenance : 1-2 gr/ jam.
Diberikan dalam larutan ringer laktat/ ringer asetat
- Antihipertensi : diberikan pada pada tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau diastolik
≥90 mmHg.*
- Nifedipin 4x10-30 mg peroral
- Metildopa 2 x 250-500 mg per oral (dosis maksimum 2000 mg/hari)
- Nikardipin 5 mg/jam, dapat dititrasi 2,5 mg/jam tiap 5 menit hingga maksimum 10
mg/jam
- Diet : rendah KH/ tinggi protein
- Pasang Douer Cateter
Cara Persalinan :
1) Bila Penderita belum inpartu
a. Dilakukan induksi persalinan. Bila perlu dilakukan pematangan serviks dengan
misoprostol hingga Skor Bishop ≥ 6, dilanjutkan dengan prosedur drip oxytocin.
Induksi persalinan harus sudah mencapai kala II dalam waktu 24 jam. Bila tidak,
induksi persalinan dianggap gagal, dan harus disusul dengan tindakan SC.
b. Indikasi SC :
- Tidak ada indikasi untuk persalinan pervaginam
- Induksi persalinan gagal
- Terjadi maternal distress
- Terjadi fetal distress
2) Bila penderita sudah inpartu
a. Perjalanan persalinan diikuti dengan grafik Friedman
b. Mempercepat kala II sesuai dengan syarat dan indikasi
c. SC dilakukan bila terdapat maternal distress dan fetal distress
2-15
Prognosis Jika tanpa disertai komplikasi : dubia ad bonam
Tingkat
Evidens & * Level of Evidence 1A, Rekomendasi A
Rekomendasi
Indikator
Outcome -
Penalaah
Kritis
1. Wibowo, N., Irwinda, R., Frisdiantiny, E., 2014. Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran – Diagnosis dan Tatalaksana Preeklampsia. Kementerian Kesehatan RI.
Daftar 2. Kementerian Kesehatan RI, 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Pustaka Kesehatan Dasar dan Rujukan, 1st ed. Jakarta.
3. NICE, 2010. NICE guideline - Hypertension in pregnancy: diagnosis and management.
NICE Guidel. [CG107].
2-16
2.8. Persalinan Prematur
PRETERM /
(PARTUS PREMATURUS
IMINENS) dr. Hj. Dede Lina Lindayanti, MKM
197105272005012008
RSUD ICD-10 : O60.0
Kab.Bangka Preterm labour without delivery Tanggal terbit No. Revisi
Tengah 00
Pengertian Munculnya tanda persalinan yang terjadi pada usia kehamilan antara 20 - 37 minggu.
2-17
- Betametason 12 mg IM setiap 24 jam sebanyak 2 kali
3) Antibiotika profilaksis
diberikan sampai bayi lahir. Pilihan antibiotika yang rutin diberikan untuk persalinan
preterm (untuk mencegah infeksi streptokokus grup B) adalah:
- Ampisilin: 2 g IV setiap 6 jam, ATAU
- Klindamisin: 3 x 300 mg PO
Ibu : bonam
Prognosis
Janin : dubia ad bonam (tergantung usia kehamilan dan maturasi paru)
Tingkat
Evidens &
Rekomendasi
Indikator
Outcome Janin : apgar score
Penalaah
Kritis
Kementerian Kesehatan RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Daftar Dasar dan Rujukan. 1st ed. Moegni E, Oviyanti D, editors. Jakarta; 2013.
Pustaka Hurt KJ, Guile MW, Bienstock JL, Fox HE, Wallach EE, editors. The Johns Hopkins
manual of gynecology and obstetrics.4th ed. Philadelphia:Lippincott; 2011.
2-18
2.9. Ketuban Pecah Dini
2-19
Usia kehamilan >34 minggu :
- Tentukan pelvic score (PS)
- Tunggu timbulnya persalinan spontan sampai dengan 12 jam
- Lakukan induksi persalinan jika :
- 12 jam belum masuk inpartu
- tidak ada gawat janin
- terdapat tanda infeksi intrauterin
- tidak ada kontraindikasi induksi persalinan (lihat PPK tindakan induksi persalinan)
- Bila PS ≥ 6 lakukan induksi dengan drip oksitosin
PS < 6 lakukan ripening dengan misoprostol 50 ugr/ 6jam
sampai dengan PS ≥ 6 dilanjutkan oksitosin drip
2-20
2.10. Persalinan Lama
ICD-10 :
O63.0 Prolonged first stage (of labor)
O63.1 Prolonged second stage (of labor)
O64.0 Obstructed labor due to incomplete rotation of fetal head dr. Hj. Dede Lina Lindayanti, MKM
O64.1 Obstructed labor due to breech presentation
O65.2 Obstructed labor due to pelvic inlet contraction
197105272005012008
RSUD O65.4 Obstructed labor due to fetopelvic disproportion,
unspecified
Kab.Bangka O66.2 Obstructed labor due to unusually large fetus
Tanggal terbit No. Revisi
Tengah 00
1. Prolonged latent phase / fase laten memanjang bila dalam 8 jam dilatasi serviks tetap
kurang dari 4 cm
2. Prolonged active phase :
- Arrest of dilatation : bila dalam 2 jam dilatasi servik tetap
- Protracted active phase : bila dilatasi servik kurang 1 cm / jam
3. Prolonged second stage :
Kriteria
- Pada primi para bila kala II lebih dari 2 jam
Diagnosis - Pada multi para bila kala II lebih dari 1 jam
4. Arrest of descend : bila pada kala II, 1 jam tidak ada penurunan kepala
5. Cephalopelvic Disporpotion (CPD) : bila dalam evaluasi 3 P semuanya normal, tapi tidak
ada kemajuan persalinan
6. Partus kasep : bila kriteria partus lama terpenuhi dan sudah disertai komplikasi baik ibu
maupun janin.
Diagnosis
Banding -
Pemeriksaan Ultrasonografi : terutama untuk konfirmasi tafsiran berat janin
Penunjang Kardiotokografi : memastikan kondisi janin dalam kondisi baik
1. Prolonged latent phase / fase laten memanjang
- Evaluasi ulang apakah pasien benar-benar dalam keadaan inpartu
- Bila his terbukti tidak adekuat, sedangkan passage dan passanger baik, lakukan
augmentasi dengan oksitosin drip (OD)
- Bila dalam 8 jam dengan oksitosin drip tidak ada kemajuan, lakukan SC
2. Prolonged active phase
- Bila passage dan passanger baik, sedangkan his kurang adekuat (inersia uteri),
lakukan akselerasi dengan oksitosin drip (OD)
- Bila his adekuat, lakukan evaluasi apakah ada disproporsi, malposisi / malpresentasi
Terapi 3. Prolonged second stage
- Pada arrest of decend atau CPD lakukan SC
- Pada kala II lama, selesaikan kala II dengan perasat sesuai indikasi, kontra indikasi
dan syarat.
4. Partus kasep
- Resusitasi baik ibu dan janin
- Antibiotika: - Ampicilin 3 x 1 gr, Gentamycin 2 x 80 mg, Metronidazole 3 x 500 mg
Sampai postpartum 48 jam bebas panas.
- Terminasi persalinan sesuai indikasi, kontra indikasi dan syarat
2-21
Kondisi ibu dan kondisi janin saat ini
Rencana tatalaksana berdasarkan usia kehamilan
Rencana tindakan dan alternatif tindakan medis
Edukasi
Rencana perawatan, pemberian obat-obatan yang dilakukan.
Kemungkinan resiko dan komplikasi yang bisa terjadi pada ibu dan janin
Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
2-22
2.11. Kehamilan Lewat Waktu
KEHAMILAN LEWAT
WAKTU / POSTTERM dr. Hj. Dede Lina Lindayanti, MKM
197105272005012008
ICD-10 :
RSUD O48 Prolonged pregnancy Tanggal terbit No. Revisi
Kab.Bangka
00
Tengah
Pengertian Kehamilan usia ≥ 42 minggu penuh (294 hari) terhitung sejak hari pertama haid terakhir.
Tanyakan secara pasti mengenai hari pertama haid terakhir, waktu DJJ pertama
terdeteksi, dan waktu gerakan janin pertama dirasakan.
Anamnesis Tanyakan apakah pernah dilakukan pemeriksaan USG terutama pada trimester
pertama.
Gerakan janin aktif atau tidak.
USG di trimester pertama (usia kehamilan antara 11-14 minggu) sebaiknya ditawarkan
kepada semua ibu hamil untuk menentukan usia kehamilan degan tepat
Bila terdapat perbedaan usia kehamilan lebih dari 5 hari berdasarkan perhitugan hari
pertama haid terakhir dan USG, trimester pertama, waktu taksiran kelahiran harus
Kriteria disesuaikan berdasarkan hasil USG
Diagnosis Bila terdapat perbedaan usia kehamilan lebih dari 10 hari berdasarkan perhitungan hari
pertama haid terakhir dan USG, trimester kedua, waktu taksiran kelahiran harus
disesuaikan berdasarkan hasil USG
Ketika terdapat hasil USG trimester pertama dan kedua, usia kehamilan ditentukan
berdasarkan hasil USG yang paling awal
Diagnosis
-
Banding
2-23
Tingkat
Evidens &
Rekomendasi
Indikator
Outcome Janin : apgar score
Penalaah
Kritis
Kementerian Kesehatan RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Daftar Dasar dan Rujukan. 1st ed. Moegni E, Oviyanti D, editors. Jakarta; 2013.
Pustaka Hurt KJ, Guile MW, Bienstock JL, Fox HE, Wallach EE, editors. The Johns Hopkins
manual of gynecology and obstetrics.4th ed. Philadelphia:Lippincott; 2011.
2-24
2.12. Kehamilan dengan parut uterus
DENGAN PARUT
UTERUS dr. Hj. Dede Lina Lindayanti, MKM
197105272005012008
ICD-10 :
RSUD
Kab.Bangka
O75.7 Vaginal delivery following previous Tanggal terbit No. Revisi
Tengah cesarean section 00
Persalinan pada pasien yang pernah mengalami seksio sesarea pada kehamilan
Pengertian sebelumnya atau pernah mengalami operasi pada dinding rahim (misalnya miomektomi).
2-25
- Nyeri menetap di abdomen dan/atau suprapubik, serta gawat janin.
Pada seksio sesarea, sedapat mungkin lakukan insisi pada segmen bawah rahim
kecuali tidak memungkinkan karena adanya perlengketan segmen bawah rahim,
segmen bawah rahim belum terbentuk, gawat janin, atau plasenta previa.
Kondisi ibu dan kondisi janin saat ini
Rencana tatalaksana berdasarkan usia kehamilan
Rencana tindakan dan alternatif tindakan medis
Edukasi
Rencana perawatan, pemberian obat-obatan yang dilakukan.
Kemungkinan resiko dan komplikasi yang bisa terjadi pada ibu dan janin
Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
2-26
Bagian 3.
TINDAKAN
3-1
3.1. Persalinan Normal Pervaginam
3-2
3.2. Persalinan Sungsang
3-3
Indikator Pasien dapat mobilisasi aktif
Outcome Tidak didapatkan retensio urin
Tingkat
Evidens
Tingkat
Rekomendasi
Penalaah
Kritis
Daftar
Ilmu Bedah Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2007.
Pustaka
3-4
3.3. Seksio Sesarea
SEKSIO SESAREA
ICD-9CM dr. Hj. Dede Lina Lindayanti, MKM
741 Low cervical cesarean section 197105272005012008
RSUD
Kab.Bangka Tanggal terbit No. Revisi
Tengah 00
suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan
Pengertian dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram.
1. Indikasi Ibu :
panggul sempit absolut, tumor-tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi, stenosis
Indikasi serviks/vagina, plasenta previa, disproporsi sefalopelvik, ruptur uteri membakat
2. Indikasi janin :
kelainan letak, gawat janin.
Kontra
-
Indikasi
1. Persetujuan medik.
2. Menetapkan indikasi Operasi Caesarea.
Persiapan
3. Menentukan jenis Operasi Caesarea.
4. Mempersiapkan tim.
1. Pasien terlentang di meja operasi.
2. Untuk pembiusan dengan bius umum, dilakukan prosedur antisepsis sebelum
pembiusan dilakukan.
3. Untuk pembiusan sebagian (regional), dilakukan pembiusan dulu, kemudian antisepsis
lapangan operasi.
4. Pasang kain penutup steril.
5. Lakukan irisan sederhana atau transversa supra pubic dengan pisau secara benar
selebar sekitar 10 cm.
6. Perdalam irisan hingga rongga abdomen terbuka.
7. Dibuat bladder flap. Lipatan peritonium, kandung kencing dengan segmen bawah rahim
dibuka dengan gunting, disisihkan ke depan secara tumpul untuk memisahkan kandung
kencing dari uterus.
8. Lakukan insisi pada segmen bawah rahim, diperlebar dengan jari, kemudian ketuban
dipecahkan dan hisap cairan ketuban yang keluar.
9. Luksir keluar bagian terbawah janin, kemudian lahirkan seluruh tubuh dengan cara yang
sesuai. Untuk kelainan letak janin, lahirkan sesuai dengan cara yang ditetapkan.
10. Bersihkan seluruh muka janin dengan kain kasa lembab.
Prosedur
11. Tali pusat dijepit pada jarak 10-15 cm dari umbilikus dan digunting. Bayi diberikan
Tindakan kepada dokter anak untuk perawatan selanjutnya. Plasenta dilahirkan dengan
melakukan tarikan terkendali pada tali pusat.
12. Tepi luka irisan pada segmen bawah rahim dijepit dengan klem Fenster/Foerster
terutama pada kedua ujung luka irisan.
13. Dilakukan eksplorasi ke dalam cavum uteri dengan kassa yang dijepit klem fenster atau
dengan 2-3 jari tangan operator yang dibalut dengan kassa, pastikan tidak ada bagian
plasenta yang tertinggal.
14. Lakukan jahitan simpul 8 pada kedua ujung irisan rahim dengan benang poliglycolic atau
chromic catcut no 0 atau 1 dilanjutkan dengan penjahitan segmen bawah rahim secara
jelujur terkunci.
15. Pastikan tidak adanya perdarahan melalui evaluasi ulang luka jahitan.
16. Jahit kembali irisan lipasan peritoneum kandung kencing.
17. Pastikan tidak adanya perdarahan melalui evaluasi luka jahitan.
18. Keluarkan kassa basah, bersihkan rongga abdomen, dan lakukan periksa ulang untuk
memastikan tidak adanya perdarahan dari tempat jahitan atau tempat lain.
19. Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis
20. Operasi selesai
3-5
Pasca Perawatan pasca bedah
Pemberian antibiotik, uterotonika dan analgetik
Prosedur
Nasehat dan konseling pasca operasi kepada keluarga pasien, dan kepada pasien
Tindakan setelah sadar.
Indikator Pasien dapat mobilisasi aktif
Outcome Tidak didapatkan tanda-tanda infeksi
Tingkat
Evidens
Tingkat
Rekomendasi
Penalaah
Kritis
Daftar
Ilmu Bedah Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2007.
Pustaka
3-6
3.4. Episiotomi dan Perineorafi
3-7
3.5. Induksi Maturasi Paru
INDUKSI MATURASI
dr. Hj. Dede Lina Lindayanti, MKM
PARU 197105272005012008
RSUD
Kab.Bangka Tanggal terbit No. Revisi
Tengah 00
Pemberian kortikosteroid pada usia kehamilan antara 24 sampai 34 minggu yang memiliki
Pengertian resiko untuk melahirkan prematur dalam 7 hari.
PPROM
Ante partum bleeding perawatan konservatif
Indikasi
PEB konservatif
PPI
Kontra
-
Indikasi
Persiapan alat : Spuit 3 cc
Persiapan
Persiapan obat : Periksa label dan tanggal kadaluarsa obat
1. Persiapan pasien
penjelasan kepada pasien dan keluarganya mengenai tindakan yang akan dilakukan
2. Patahkan ujung vial dan dimasukkan ke dalam spuit
Prosedur
3. Disinfeksi area yang akan diinjeksi
Tindakan 4. Injeksi intra muskular :
- dexametason 6 mg im tiap 12 jam (4 dosis) ATAU
- betametasone 12 mg im tiap 24 jam (2 dosis)
Pasca 1. Membersihkan peralatan
Prosedur 2. Evaluasi kemungkinan terjadi infeksi pada tempat suntikan.
Tindakan 3. Tidak dianjurkan untuk memberikan pematangan paru lebih dari dua kali
Indikator
Menurunnya kejadian HMD pada bayi prematur
Outcome
Tingkat
Evidens
Tingkat
Rekomendasi
Penalaah
Kritis
Daftar Commitee on Obstetric Practice. Corticosteroid therapy for fetal maturation; The American
Pustaka College of Obstetrician and Gynecologist, February 2011
3-8
3.6. Distosia Bahu
Suatu keadaan diperlukannya tambahan maneuver obstetrik oleh karena dengan tarikan
Pengertian
biasa pada kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan bayi.
1. Manuver McRobert (Posisi McRobert, episiotomi bila perlu, tekan suprapubik, tarikan
kepala)
- Ibu posisi terlentang, memfleksikan kedua paha sehingga lutut menjadi sedekat
mungkin ke arah dada.
- Lakukan episiotomi yang cukup lebar.
- Mintalah asisten untuk menekan suprasimfisis dari arah bagian punggung dari bahu
anterior bayi.
- Lakukan tarikan kepala janin ke arah posterokaudal untuk melahirkan bahu anterior.
- Jika gagal, lakukan manuver selanjutnya.
2. Manuver Rubin (Posisi tetap Mc Robert, rotasikan bahu, tekanan suprapubik, tarikan
kepala)
- Ibu tetap pada posisi McRobert. Masukkan tangan ke vagina, tekanlah bagian
punggung dari bahu anterior bayi sehingga bahu berputar menjadi oblik atau
transversa dan terlepas dari simfisis pubis. Pemutaran ke arah dada bayi.
- Dengan bantuan tekanan suprasimfisis ke arah posterior, lakukan tarikan kepala ke
arah posterokaudal dengan mantap untuk melahirkan bahu anterior.
- Selanjutnya lahirkan bahu posterior dan lahirkan seluruh badan bayi.
- Jika gagal, lakukan manuver selanjutnya.
Prosedur
3. Manuver Wood.
Tindakan - Dengan menggunakan dua jari tangan yang berseberangan dengan punggung bayi
(punggung kanan berarti tangan kanan, punggung kiri berarti tangan kiri) yang
diletakkan di bagian depan bahu posterior.
- Bahu posterior dirotasi 180 derajat. Sehingga bahu posterior menjadi bahu anterior
dan posisinya berada di bawah arkus pubis, sedangkan bahu anterior memasuki
pintu atas panggul dan berubah menjadi bahu posterior.
- Lahirkan bahu anterior.
- Jika gagal, lakukan manuver selanjutnya.
4. Melahirkan bahu posterior.
- Identifikasi punggung bayi.
- Masukkan tangan penolong yang berseberangan dengan punggung bayi (punggung
kanan berarti tangan kanan, punggung kiri berarti tangan kiri) ke vagina.
- Temukan bahu posterior, telusuri lengan atas dan buatlah sendi siku menjadi fleksi
(bisa dilakukan dengan menekan fossa kubiti).
- Peganglah lengan bawah dan buatlah gerakan mengusap ke arah dada bayi. Bahu
posterior lahir dan bahu anterior akan masuk ke bawah simfisis.
- Tekan suprasimfisis ke arah posterior, lakukan tarikan kepala ke arah posterokaudal
untuk melahirkan bahu anterior.
- Jika gagal, lakukan manuver selanjutnya.
3-9
5. Posisi Merangkak
- Dengan posisi merangkak didasarkan asumsi fleksibilitas sendi sakroiliaka bisa
meningkatkan diameter sagital pintu atas panggul sebesar 1-2 cm dan pengaruh
gravitasi akan membantu bahu posterior melewati promontorium.
- Lahirkan dahulu bahu posterior dengan melakukan tarikan kepala. Lahir bahu
posterior.
- Lahirkan bahu anterior selanjutnya lahirkan seluruh badan bayi. Bayi lahir.
3-10
3.7. Plasenta Manual
PLASENTA MANUAL
dr. Hj. Dede Lina Lindayanti, MKM
ICD-9CM
754 Manual removal of retained placenta 197105272005012008
RSUD
Kab.Bangka Tanggal terbit No. Revisi
Tengah 00
Plasenta manual adalah prosedur melahirkan plasenta dengan cara ‘merogoh’ ke kavum
Pengertian uteri setelah dengan usaha peregangan tali pusat terkendali plasenta gagal lahir.
3-11
3.8. Drip Oksitosin untuk Induksi dan Augmentasi Persalinan
3-12
3.9. Persalinan dengan Parut Uterus
3-13
3.10. Kuretase
3-14
3.11. Kistektomi
3-15
3.12. Histerektomi Abdominal
3-16
Dibuat tunnel avaskuler, lalu ligamentum ovarii proprium dan tuba dektra sinistra diklem,
dipotong, dijahit transfix.
Dibuat bladder flap, VU disisihkan ke caudal, dilindungi hak, bladder flap dilebarkan ke
lateral ke tunggul ligamentum rotundum.
Ligamentum cardinal dan vassa uterina dekstra sinistra diklem, dipotong, dijahit transfix
Dinding lateral uterus dekstra sinistra diklem, dipotong, dijahit transfix, turun ke caudal
sampai batas forniks
Ligamentum sacrouterina dekstra sinistra diklem, dipotong, dijahit.
Setinggi batas forniks portio, forniks diklem, dipotong melingkar sampai dengan uterus
teramputasi. Kassa alkohol dimasukkan vagina.
Sudut dekstra sinistra stomp vagina dijahit figure of eight, lalu vagina dijahit doorlopen,
lalu tunggul ligamentum rotundum disatukan ke stomp vagina.
Eksplorasi perdarahan dirawat, reperitonalisasi. Cavum peritoneum dibilas dengan NS.
Luka operasi dijahit lapis demi lapis.
Operasi selesai
1. Perawatan pasca histerektomi
Pasca 2. Pemberian cairan yang adekuat
3. Pemberian antibiotik, analgetik dan antiperdarahan yang adekuat
Prosedur 4. Diet TKTP
Tindakan 5. Mobilisasi
6. Nasehat dan konseling pasca histerektomi kepada keluarga pasien, dan kepada pasien.
Indikator Pasien dapat mobilisasi
Outcome Tidak didapatkan adanya tanda infeksi
Tingkat
Evidens
Tingkat
Rekomendasi
Penalaah
Kritis
Daftar
Dasar-Dasar Teknik Operasi Ginekologi. Manuaba. ECG. 2005.
Pustaka
3-17
3.13. Salfingooforektomi
SALFINGO-
OOFOREKTOMI dr. Hj. Dede Lina Lindayanti, MKM
197105272005012008
RSUD ICD-9 65.01
Kab.Bangka Tanggal terbit No. Revisi
Tengah 00
Suatu prosedur tindakan pemotongan atau pengangkatan jaringan tuba falopii (saluran
Pengertian indung telur) dan ovarium (indung telur)
Tuba ovarial absess
Indikasi
Tumor pada tuba falopii dan ovarium
Kontra
Curiga keganasan yang meluas
Indikasi
1. Penegakan Diagnosa
2. Inform consent :
1) Diagnosa penyakit
2) Dasar diagnosa
3) Terapi dan tindakan operasi yang akan dilakukan
4) Alternatif tindakan
5) Risiko dan komplikasi tindakan
Persiapan 3. Pemeriksaan darah lengkap
4. Pemeriksaan fungsi pembekuan darah
5. Persediaan darah untuk transfusi
6. Puasa makan 6 jam sebelum operasi
7. Puasa minum cairan jernih 2 jam sebelum operasi
8. Premedikasi dengan antibiotik profilaksis 1 jam sebelum diantar ke kamar operasi
9. Pemasangan dauer catheter (di kamar operasi)
10. Cukur rambut pubis 1 jam sebelum diantar ke kamar operasi
Pasien disiapkan di meja operasi dengan posisi terlentang, dilakukan tindakan asepsis
pada pasien dengan menggunakan povidon iodine dan savlon
Pasang kateter urin
Dilakukan anestesi umum atau regional
Prosedur Dilakukan sayatan pada dinding perut lapis demi lapis sampai tampak uterus dan tuba
Tindakan fallopii.
Dilakukan identifikasi uterus, tuba dan ovarium
Pada tuba dan ovarium dilakukan pemotongan
Evaluasi perdarahan
Luka insisi abdomen dijahit lapis demi lapis
Pasca Diet biasa setelah penderita sadar dan pasase usus baik
Observasi keluhan pasien dan tanda obyektif klinis
Prosedur
Observasi kemungkinan muncul komplikasi seperti perdarahan intraabdomen, infeksi
Tindakan luka operasi
Tingkat
Evidens
Tingkat
Rekomendasi
Indikator
Outcome
Penalaah
Kritis
Daftar Roch JA dan Jones HW. The Linde’s Operative Gynecology. 10th ed. Lippincott Williams
Pustaka and Wilkins. Philadelphia. 2005
3-18
3.14. Unilateral Ooforektomi
UNILATERAL
OOFOREKTOMI dr. Hj. Dede Lina Lindayanti, MKM
197105272005012008
RSUD ICD-9 65.3
Kab.Bangka Tanggal terbit No. Revisi
Tengah 00
Pengertian Suatu prosedur tindakan pemotongan atau pengangkatan salah satu sisi ovarium
Tuba ovarial absess
Indikasi
Tumor pada tuba falopii dan ovarium
Kontra
Curiga keganasan yang meluas
Indikasi
1. Penegakan Diagnosa
2. Inform consent :
1) Diagnosa penyakit
2) Dasar diagnosa
3) Terapi dan tindakan operasi yang akan dilakukan
4) Alternatif tindakan
5) Risiko dan komplikasi tindakan
Persiapan 3. Pemeriksaan darah lengkap
4. Pemeriksaan fungsi pembekuan darah
5. Persediaan darah untuk transfusi
6. Puasa makan 6 jam sebelum operasi
7. Puasa minum cairan jernih 2 jam sebelum operasi
8. Premedikasi dengan antibiotik profilaksis 1 jam sebelum diantar ke kamar operasi
9. Pemasangan dauer catheter (di kamar operasi)
10. Cukur rambut pubis 1 jam sebelum diantar ke kamar operasi
Pasien disiapkan di meja operasi dengan posisi terlentang, dilakukan tindakan asepsis
pada pasien dengan menggunakan povidon iodine
Pasang kateter urin
Dilakukan anestesi umum atau regional
Dilakukan sayatan pada dinding perut lapis demi lapis sampai tampak uterus dan tuba
fallopii.
Prosedur Dilakukan identifikasi uterus, tuba, dan ovarium pada sisi yang mengalami kelainan.
Tindakan Jika ovarium ruptur akibat kehamilan ektopik, ooforektomi yang akan dilakukan untuk
membuang ovarium yang rusak .
Hasil konsepsi kemudian dibuang keluar dari tuba dengan alat yang disebut suction-
imigator.
Setiap bagian perdarahan dijahit atau dengan menerapkan tekanan dengan forsep .
Sayatan tidak dijahit melainkan dibiarkan untuk peyembuhan sendiri. Dinding perut
kemudian ditutup .
Diet biasa setelah penderita sadar dan pasase usus baik
Pasca
Observasi keluhan pasien dan tanda obyektif klinis
Prosedur
Observasi kemungkinan muncul komplikasi seperti perdarahan intraabdomen, infeksi
Tindakan luka operasi
Tingkat
Evidens
Tingkat
Rekomendasi
Indikator
Outcome
Penalaah
Kritis
Daftar Roch JA dan Jones HW. The Linde’s Operative Gynecology. 10th ed. Lippincott Williams
Pustaka and Wilkins. Philadelphia. 2005
3-19
3-20