KONDISI SARANA PRASARANA KA Di Indonesia PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 7

KODISI SARANA DAN PRASARANA KERETA API DI

INDONESIA

I. PENDAHULUAN
Kondisi lalu lintas di Indonesia bisa dibilang cukup memprihatinkan. Jalanan yang
rusak ditambah kemacetan yang sering terjadi membuat banyak orang mengimpikan adanya
transportasi alternative yang nyaman dan bebas macet. Kereta api bisa menjadi pilihan
karena kereta api merupakan moda transportasi yang tanpa hambatan dan mampu
mengangkut penumpang dalam jumlah besar sekali jalan. Selain itu, kereta api juga memiliki
keunggulan lain yaitu hemat lahan, rendah polusi, factor keamanan tinggi, dapat menempuh
jarak jauh dan juga hemat energy.
Namun, hingga kini kereta api belum menjadi transportasi pilihan banyak
konsumen. Hal ini disebabkan masih rendahnya kualitas pelayanan bagi pengguna jasa kereta
api, antara lain seringnya keterlambatan, kurangnya pemeliharaan sarana dan prasarana, serta
terbatasnya gerbong dan infrastruktur lain. Tingkat keselamatan konsumen juga sangat
rendah, terbukti dengan banyaknya kecelakaan kereta api yang tidak hanya menimbulkan
kerugian materi, tapi juga potensial merenggut nyawa manusia.
Keselamatan perkeretaapian didalam pengoperasiannya tidak terlepas dari kondisi
sarana dan prasarana kereta api itu sendiri. Kondisi sarana prasarana kereta api di Indonesia
bisa dibilang memprihatinkan karena sebagian besar sudah berusia tua dan kurang terawat.
Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap kenyamanan, ketepatan waktu, dan keselamatan
perjalanan kereta api.
Kereta api sebenarnya dapat menjadi tulang punggung bagi sistem transportasi
darat. Banyaknya keunggulan yang tidak dimiliki oleh transportasi darat lainnya menjadikan
kereta api moda transportasi yang sangat relevan untuk dikembangkan. Namun demikian, di
Indonesia peran kereta api masih sangat minim baik sebagai angkutan penumpang maupun
angkutan barang. Permasalahan yang utama adalah tingginya tingkat kecelakaan yang
menimbulkan kerugian social ekonomi dan menelan korban jiwa. Tingginya tingkat
kecelakaan telah menyebabkan citra pelayanan perkeretaapian menurun. Tingginya tingkat
kecelakaan kereta api merupakan akumulasi dari banyak factor. Salah satunya adalah sarana
dan prasarana kereta api yang tidak mendukung.
Melihat pentingnya masalah sarana dan prasarana kereta api, diperlukan suatu
kajian untuk memaparkan kondisi sebenarnya dari sarana dan prasarana kereta api di
Indonesia dan dampaknya bagi perkerataapian di negara ini.

II. KONDISI SARANA DAN PRASARANA KERETA API DI INDONESIA


Sistem perkeretaapian di Indonesia telah dibangun sejak jaman kolonialisasi
Belanda. Jaringan kereta api di Indonesia sebagian besar merupakan peninggalan dari jaman
Belanda, oleh karena itu usia jaringan kereta api umumnya sudah sangat tua bahkan ada yang
mencapai seratus tahun. Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan kondisi sarana dan prasarana
kereta api yang lain, seperti rel, jembatan kereta api, dan sistem persinyalan. Sebagian besar
dari sarana dan prasarana tersebut telah melampaui batas umur teknis serta kondisi
perawatannya tidak terpenuhi, sehingga banyak sarana dan prasarana yang tidak siap operasi.

2.1. KONDISI SARANA KERETA API


Sarana kereta api secara lengkap meliputi lokomotif, kereta, gerbong, crane, kereta
rel, diesel, dan kereta rel listrik. Masing-masing sarana tersebut bervariasi baik merek dan
negara pembuatnya. Hal ini sangat mempengaruhi terhadap keberadaan sarana kereta api
karena secara teknis, merek dan negara pembuat yang bervariasi akan membutuhkan
perawatan dan pengadaan suku cadang yang bervariasi pula. Dari sisi perawatan, akan
dibutuhkan sumber daya manusia yang ahli dan pembiayaan yang tidak sedikit. Selain itu,
pengadaan suku cadang akan menjadi sulit dan mahal disebabkan banyaknya variasi dari
pabrik dan negara pembuat sarana kereta api tersebut.
Permasalahan diatas, baik masalah dana ataupun tenaga ahli, bisa dibilang tidak
dihiraukan oleh pemerintah. Rendahnya jumlah sumber daya manusia yang memiliki
kompetensi perawatan sarana kereta api dan teknis lainnya tidak seimbang dibandingkan
dengan jumlah sarana yang akan diadakan perawatan dan perbaikan. Dana dari pemerintah
juga sangat minim sehingga tidak menutup kebutuhan akan perawatan sarana kereta api. Hal
inilah yang menyebabkan tidak berkembangnya perkerataapian di Indonesia.

Gambar 1. Sarana Kereta Api; Gerbong Kereta Api (kiri) dan Lokomotif (kanan)
sumber: www.google.com
2.2. KONDISI PRASARANA KERETA API
Prasarana kereta api secara umum mencakup jalur kereta api, sistem persinyalan dan
telekomunikasi kereta api, dan stasiun.

2.2.1. JALUR KERETA API


Jalur kereta api diperuntukkan bagi lalu lintas kereta api yang meliputi daerah
manfaat jalan kereta api, daerah milik jalan kereta api, daerah pengawasan jalan kereta api
termasuk bagian bawahnya serta ruas bebas di atasnya. Yang termasuk dalam prasarana jalur
kereta api ini mencakup jalan rel, jembatan dan terowongan, yang secara umum memiliki
komponen-komponen pendukung yang terdiri atas rel, bantalan dan batu balas yang berfungsi
untuk menahan getaran dan beban kereta api yang lewat.

2.2.1.1. JALAN REL


Konstruksi jalan rel di Indonesia sebagian besar merupakan warisan colonial
Belanda. Konstruksi yang terpasang saat ini bervariasi dari sistem yang masih didominasi
konstruksi jalan rel jaman Belanda hingga sudah mengalami rehabilitasi dan penyesuaian
dengan kondisi teknologi saat ini. Sebagian besar jalan rel yang dipakai merupakan jalan rel
yang belum direhabilitasi sehingga sudah tua dan kondisinya kurang layak operasi. Selain itu,
pemeliharaan jalan rel bisa dibilang kurang maksimal karena jalan rel jarang dirawat maupun
sekedar dicek keadaannya.
Keadaan tersebut tentunya sangat membahayakan pengguna jasa kereta api. Jalan
rel yang aus dan tidak layak operasi sangat rawan terhadap kecelakaan. Permasalahan yang
utama adalah dana dan sumber daya manusia. Minimnya dana dari pemerintah menyebabkan
perawatan maupun penggantian jalan rel tidak layak pakai kurang maksimal dilakukan.
Kurangnya tenaga ahli juga menambah permasalahan.
Selain factor internal diatas, ada juga factor eksternal yang menyebabkan jalan rel
tidak dapat berfungsi dengan maksimal. Faktor eksternal yang dimaksud adalah factor dari
masyarakat itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri, hingga kini masih sering terjadi kasus
pencurian komponen-komponen jalan rel. Tindakan tidak bertanggung jawab ini tidak hanya
merusak prasarana kereta api, tapi juga dapat meningkatkan angka kecelakaan kereta api.

Gambar 2. Fasilitas Jalan Rel


sumber: www.google.com
2.2.1.2. JEMBATAN DAN TEROWONGAN KERETA API
Selain jalan rel, jembatan dan terowongan kereta api juga merupakan prasarana
yang penting. Prasarana ini harus dirawat secara berkala karena bila terjadi disfungsi maka
akibatnya akan sangat fatal. Jembatan yang tidak terawat akan menjadi rapuh dan terancam
ambruk. Sama halnya dengan terowongan. Terowongan perlu perawatan secara kontinyu
serta pencegahan secara berkala agar tidak longsor ketika terjadi bencana alam.
Jumlah jembatan kereta api di Indonesia mencapai ribuan. Hal tersebut dikarenakan
kondisi geografis dan topografinya yang berbukit-bukit serta banyak sungai. Jembatan-
jembatan kereta api yang ada di Indonesia ini kebanyakan merupakan peninggalan
pemerintahan kolonial belanda, tahun pembangunannya pun sudah cukup lama. Kini
Jembatan kereta api merupakan bagian dari prasarana jalan rel yang perawatannya di bawah
tanggung jawab PT. Kereta Api persero.
Terowongan kereta api di Indonesia juga berjumlah cukup banyak. Namun, hampir
semua terowongan tersebut merupakan peninggalan jaman Belanda sehingga sudah berusia
sangat tua. Kondisi jembatan dan terowongan kereta api di Indonesia bisa dibilang masih
bagus dan layak pakai walaupun sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu. Sayangnya,
banyak terowongan dan jembatan kereta api yang sudah tidak aktif dan akhirnya terbengkalai
karena ditutupnya lintasan kereta api di daerah tersebut. Padahal, prasarana tersebut dapat
menjadi aset sejarah maupun aset wisata apabila dirawat dengan baik.

Gambar 3. Jembatan kereta api di Indonesia; terbengkalai (kiri) dan masih aktif (kanan)

Gambar 4. Terowongan kereta api di Indonesia; terbengkalai (kiri) dan masih aktif (kanan)
sumber: www.google.com
2.2.2. PERSINYALAN DAN TELEKOMUNIKASI
Prasarana lain yang tidak kalah pentingnya adalah prasarana persinyalan dan
telekomunikasi mencakup perangkat sinyal, pintu perlintasan, telepon/telegraf, saluran fisik,
dan jaringan radio. Hingga kini modernisasi persinyalan terus dilakukan secara bertahap.
Namun, tetap saja, kurangnya perawatan menyebabkan persinyalan banyak yang rusak
sehingga lampu sinyal tidak berganti warna. Ketidakhandalan persinyalan tentu saja sangat
membahayakan dan dapat berbuah kecelakaan yang fatal.
Jumlah pintu perlintasan sangat banyak, mencapai puluhan ribu unit. Pintu
perlintasan tersebut mulai dari yang dijaga, tidak dijaga, hingga yang tidak terdaftar. Tak
jarang pula ditemui perlintasan kereta api tanpa palang. Ketidaktertiban pengadaan pintu
perlintasan tersebut dapat mengganggu arus lalu lintas dan dapat mengakibatkan kecelakaan.

Gambar 5. Sinyal Mekanik (salah satu sistem persinyalan di Indonesia)


sumber: www.google.com

2.2.3. STASIUN
Prasarana kereta api yang terakhir adalah stasiun. Stasiun adalah tempat kereta api
berhenti dan berangkat bersilang, menyusul atau disusul yang dikuasai oleh seorang Kepala
Stasiun. Standar stasiun di Indonesia untuk keperluan jasa angkut penumpang sekurang-
kurangnya dilengkai dengan fasilitas; keselamatan, keamanan, kenyamanan, naik turun
penumpang, penyandang cacat, kesehatan dan fasilitas umum. Sedangkan untuk keperluan
bongkar muat barang harus dilengkapi fasilitas; keamanan, keselamatan, bongkar muat
barang dan fasilitas umum.
Pada kenyataannya, banyak stasiun yang tidak memenuhi standar diatas terutama
masalah keamanan dan kenyamanan penumpang. Dari segi keamanan, stasiun merupakan
tempat yang rawan tindak kejahatan misalnya pencopetan. Dari segi kenyamanan, rendahnya
kualitas pelayanan dan fasilitas umum yang tidak memadai membuat konsumen berpikir dua
kali sebelum menggunakan jasa angkutan kereta api.
Selain masalah diatas, kenyamanan penumpang juga terganggu akibat banyak
munculnya bangunan liar dan kegiatan masyarakat di stasiun dan sepanjang jalur jalan kereta
api. Kegiatan masyarakat mulai dari pedagang asongan, pengemis, hingga pemulung tentu
akan menganggu ketertiban dan kenyamanan pengguna jasa kereta api.
Jumlah stasiun di Indonesia dalam kurun waktu empat puluh tahun terakhir
mengalami penurunan yang cukup drastic. Penurunan jumlah stasiun umumnya dipengaruhi
oleh dua hal berikut; ditutupnya lintasan kereta api dan stasiun karena dari sisi bisnis kurang
menguntungkan dan ditutupnya stasiun karena anggaran untuk perawatan stasiun kurang
mencukupi. Ditutupnya stasiun dan perlintasan kereta api karena kekurangan dana perawatan
tentu sangat disayangkan mengingat hal tersebut dapat menghambat perkembangan
perkerataapian di Indonesia. Seharusnya stasiun dan lintasan kereta api yang telah ada
dipertahankan dan diperbaiki sehingga minat konsumen terhadap jasa angkutan kereta api
dapat lebih meningkat.

Gambar 6. Area Pemberhentian KeretaApi di Stasiun (kiri); Ruang Tunggu Stasiun yang
Penuh Pedagang Asongan (kanan)
sumber: www.google.com

III. KESIMPULAN
Kondisi sarana dan prasarana kereta api di Indonesia memang sudah
memprihatinkan. Kurangnya alokasi dana dari pemerintah, manajemen perkeretaapian yang
buruk serta minimnya sumber daya manusia yang kompeten menjadi penyebab utama
permasalahan tersebut. Kondisi sarana dan prasarana yang kurang layak operasi telah menjadi
salah satu faktor tingginya tingkat kecelakaan kereta api di Indonesia. Hal inilah yang
menyebabkan kereta api masih menjadi moda transportasi yang tidak banyak dipilih oleh
konsumen. Bila masalah tersebut tidak segera diatasi, perkeretaapian di Indonesia tidak akan
bisa berkembang dan kereta api tidak akan dapat berperan secara maksimal bagi sistem
transportasi darat di Indonesia.
IV. SARAN
Saran yang dapat diberikan adalah agar manejemen perkeretaapian di Indonesia
segera diperbaiki, mulai dari pelayanan konsumen, penambahan sumber daya manusia yang
kompeten, hingga perawatan sarana dan prasarana. Kinerja pelayanan harus ditingkatkan,
terutama aspek keselamatan angkutan. Perawatan sarana dan prasarana hendaknya dilakukan
secara terjadwal dan sesuai prosedur sehingga tidak lagi ditemui sarana dan prasarana tidak
layak operasi. Dengan demikian, diharapkan kedepannya kereta api dapat menjadi moda
transportasi darat utama di Indonesia.

V. DAFTAR PUSTAKA
Suliyanti, Rini. KAJIAN EVALUASI KONDISI SARANA PRASARANA KERETA API DAN
UPAYA PEMECAHANNYA. Jakarta; 2008.
Yayasan Bhakti Ganesha. KECELAKAAN KERETA API DI INDONESIA. Bandung.
Lembaga Management Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. ANALISIS ANGKUTAN
KERETA API. Jakarta.
Hendrowijono, Moch. Sardjoko. KESELAMATAN BERAWAL DARI KEHANDALAN
SARANA, PRASARANA, DAN SDM. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai