JAWAB
1. A. Perhitungan tentang mol
Soal No. 1
Hitunglah massa dari 0,3 mol H2SO4! (Ar H = 1; S = 32; O = 16)
Pembahasan:
Diketahui : n H2SO4 = 0,3 mol
Mr H2SO4 = Ar H + Ar S + Ar O
= (2 x 1) + (1 x 32) + (4 x 16)
= 98
Soal No. 2
Hitunglah massa dari 0,2 mol Al!
Pembahasan:
Diketahui : n Al = 0,2 mol
Ar Al = 27 Mr=27
Soal No. 3
Berapa volume dari 2 mol gas O2 dalam keadaan standar?
Pembahasan:
Diketahui : n O2 = 2 mol
Volume 1 mol zat (zat apapun itu) = 22,4L
Ditanyakan : V O2 …?
Jawaban :
n = V/22,4
V = n x 22,4
V = 2 x 22,4
= 44,8 L
Soal 4
Tentukan jumlah mol senyawa NaCl 106 gram jika diketahui Ar Na = 23 dan Ar Cl = 35 !
Pembahasan
Diketahui : massa NaCl = 106 gram
Ar Na= 23, ArCl=35
Maka Mr NaCl = Ar Na +Ar Cl
= 23 + 35
=58
Ditanya : mol NaCl....?
Jawaban ;
n= massa / Mr
= 106/58
=1,8 mol
Soal 5
Tentukan massa dari 0,1 mol CO(NH2)2 , jika diketahui Ar C = 12 , Ar O =16 , dan Ar N
= 14 dan Ar H = 1
Pembahasan
Diketahui : mol CO(NH2)2 = 0,1mol
Ar C= 12, ArO=16, Ar N=14, Ar H=1
Maka Mr CO(NH2)2 = Ar C+ Ar O+ ArN + Ar H
= (1x12)+(1X16)+(2x14)+(4x1)
= 60
B. Perhitungan Molaritas
Soal 1
Sebanyak 98 gr H2SO4 dilarutkan dalam 500 mL larutan, massa jenis larutan 1,1 gr/mL.
Hitunglah, molaritas H2SO4 yang terlarutan dalam larutan tersebut.
Pembahasan:
Diketahui : massa H2SO4 = 98 gr
Ar H = 1; S = 32; O = 16
Jadi, Mr H2SO4 = Ar H + Ar S + Ar O
= (2 x 1) + (1 x 32) + (4 x 16)
= 98
Soal 2
Diketahui NaOH ( Mr = 40 g/mol ) sebanyak 10 gram dilarutkan kedalam air sehingga
volumenya menjadi 200 mL. Hitunglah kemolaran larutan NaOH tersebut ?
Pembahasan
Diketahui : Mr NaOH =40
Massa NaOH= 10 gram
Volume NaOH= 200 ml 0,2 L
Soal No. 3
Sebanyak 6 gram NaOH (Mr = 40) dilarutkan dalam air sehingga volumenya menjadi 150
mL, hitunglah konsentrasi larutan NaOH tersebut?
Pembahasan:
Diketahui: massa NaOH = 6 gr
Mr NaOH = 40
V = 150 mL = 0,15 L
Ditanyakan: M NaOH….?
Jawaban:
M = massa/BmxV
M = 6 / 40x0,15
=1M
Soal 4
Hitunglah massa NaOH (Ar Na = 23, O = 16, dan H = 1) yang harus dilarutkan untuk
membuat 100 mL larutan NaOH 0,1 M!
Pembahasan
Diketahui : VNaOh=100ml = 0,1L
Ar Na=23, O=16, H=1)
Maka MR=BM=Ar Na+ Ar O + ArH
= 23 + 16 + 1
= 40
Soal 5
120 gram NaCl (Mr = 58.5gr/mol) dilarutkan dengan aquadest hingga volume 400 ml.
Berapa M NaCl?
Pembahasan
Diketahui : massa NaCl= 120gram
V = 400ml = 0,4L
Mr NaCl = Bm NaCl = 58,5 gr/mol
Ditanya Molaritas NaCl ....?
Jawab
M = massa/BmxV
M = 120/58,5x0,4
M = 5,1 mol/L
= 5,1M
C. Perhitungan Normalitas
Soal 1
Jika 0,5 liter larutan NaOH dibuat dengan melarutkan 5 gram NaOH (Mr = 40) dalam
air.Hitunglah Normalitas larutan tersebut ?
Pembahasan
Diketahui : V NaOH= 0,5 L
Massa NaOH=5 gr
BM=MRNaOH= 40 ==== BE= BM/valensi = 40/1 = 40
Soal 2
Berapa gr larutan 0,25 N asam sulfat (Mr = 98) dalam 5 liter larutan ?
Pembahasan
Diketahui : Normalitas H2SO4= 0,25N
Mr = BM H2SO4 = 98 BE= BM/valensi = 98/2 =49
V H2SO4 =5L
Soal 3
Diketahui 98 gr H2SO4 dilarutkan dalam 500 ml larutan, berat jenis larutan 1,1 gr/ml (Mr
=98). Hitunglah Bobot Ekivalennya dan Normalitas larutan tersebut
Pembahasan
Diketahui : massa H2SO4 = 98 gram
Volume H2SO4= 500ml = 0,5 L
Mr H2SO4 = 98 valensi H2SO4=2
BE=Mr/valensi
BE=98/2
BE=49
Soal 4
Sebanyak 5 gram NaOH dilarutkan dalam 20mL air sehingga didapatkan larutan natrium
hidroksida. Tentukan normalitas dari natrium hidroksida tersebut!
Pembahasan
Diketahui : berat NaOH= 5 gram
Volume NaOH= 20ml = 0,02L
Mr NaOH= 40 BE= Mr / valensi = 40/1 = 40
Soal 5
Tentukan normalitas dari 0.248 mol asam sulfat yang dilarutkan dalam 250 mL larutan
Pembahasan
Diketahui : mol H2SO4 = 0,248mol
V H2SO4 = 250ml = 0,25ml
Mr H2SO4 =98
BE= Mr/valensi
= 98/2
= 49
Normalitas = berat/BexV
Normalitas = 24,304/49x0,25
Normalitas = 1,984N
D. Perhitungan Pengenceran
Soal 1
Berapakah Volume dari larutan H2SO4 2 M yang dibutuhkan untuk membuat larutan 200
mL H2SO4 0,5 M?
Pembahasan
Diketahui M H2SO4(1) = 2M
V H2SO4(2) = 200ml
M H2SO4(2) = 0,5M
Ditanya VH2SO4(1)....?
Jawab:
M1 V1 = M2 V2
2 . V1 = 0,5 . 200
V1 = 50 mL
Soal 2
Lakukan pengenceran larutan HCL yang ada 500ml dengan konsentrasi 1 N menjadi
konsentrasi 0,1 N
Pembahasan
Diketahui N HCL (1) = 1N
V HCL(1) = 500ml = 0,5L
N HCL(2) = 0,1N
Ditanya V HCL(1)....?
Jawab:
N1 V1 = N2 V2
1 . 500 = N2 . 0,1
V2= 1 . 0,5 / 0,1
V2= 5 L
Soal 3
Tentukan molaritas larutan yang terjadi, jika 25 ml larutan CH3COOH 7,5 M ditambah
dengan 100 ml air aquades!
Pembahasan
Pembahasan
Diketahui M CH3COOH(1) = 7,5M
V CH3COOH(1)= 25ml = 0,025L
V CH3COOH(2)= 100ml = 0,1L
Ditanya M CH3COOH(2).....?
Jawab:
M1 V1 = M2 V2
7,5 . 0,025 = M2 . 0,1
M2 = 7,5 . 0,025 / 0,1
M2 = 1,875M
Soal 4
KMnO4 0,1 N diencerkan menjadi 0,01 N sebanyak 100 ml
Pembahasan
Diketahui : N KMnO4 (1) = 0,1 N
N KMnO4(2) = 0,01 N
V KMnO4(2) = 100 ml = 0,1L
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 0,1 = 100 . 0,01
V1 = 10 ml
Soal 5
H2SO4 3M dalam larutan 50ml diencerkan dengan aquadest 100 ml berapa Molaritas
larutan yang terbentuk setelah dilakukan pengenceran
Pembahasan
Diketahui M H2SO4(1) = 3M
V H2SO4(1) = 50ml = 0,05L
V H2SO4(2) = 100ml= 0,1L
Ditanya M H2SO4(2)....?
Jawab:
M1 V1 = M2 V2
2 . 0,05 = M2 . 0,1
M2 = 2 . 0,05 / 0,1
M2 =1M
3. TITRASI REDOKS
A. PENGERTIAN TITRASI REDOKS
Titrasi redoks itu melibatkan reaksi oksidasi dan reduksi antara titrant dan
analit.Titrasi redoks banyak dipergunakan untuk penentuan kadar logam atau
senyawa yang bersifat sebagai oksidator atau reduktor. Aplikasi dalam bidang
industri misalnya penentuan sulfite dalam minuman anggur dengan menggunakan
iodine, atau penentuan kadar alkohol dengan menggunakan kalium dikromat.
Beberapa contoh yang lain adalah penentuan asam oksalat dengan menggunakan
permanganate, penentuan besi(II) dengan serium(IV), dan sebagainya.
Karena melibatkan reaksi redoks maka pengetahuan tentang penyetaraan reaksi
redoks memegang peran penting, selain itu pengetahuan tentang perhitungan sel
volta, sifat oksidator dan reduktor juga sangat berperan. Dengan pengetahuan yang
cukup baik mengenai semua itu maka perhitungan stoikiometri titrasi redoks menjadi
jauh lebih mudah.
Titik akhir titrasi dalam titrasi redoks dapat dilakukan dengan mebuat kurva titrasi
antara potensial larutan dengan volume titrant, atau dapat juga menggunakan
indicator. Dengan memandang tingkat kemudahan dan efisiensi maka titrasi redoks
dengan indicator sering kali yang banyak dipilih. Beberapa titrasi redoks
menggunakan warna titrant sebagai indicator contohnya penentuan oksalat dengan
permanganate, atau penentuan alkohol dengan kalium dikromat.
Beberapa titrasi redoks menggunakan amilum sebagai indicator, khususnya titrasi
redoks yang melibatkan iodine. Indikator yang lain yang bersifat reduktor/oksidator
lemah juga sering dipakai untuk titrasi redoks jika kedua indicator diatas tidak dapat
diaplikasikan, misalnya ferroin, metilen, blue, dan nitroferoin.
Reaksi oksidasi reduksi atau reaksi redoks adalah reaksi yang melibatkan
penangkapan dan pelepasan elektron. Dalam setiap reaksi redoks, jumlah elektron yang
dilepaskan oleh reduktor harus sama dengan jumlah elektron yang ditangkap oleh oksidator.
Ada dua cara untuk menyetarakan persamaan reaksi redoks yaitu metode bilangan oksidasi
dan metode setengah reaksi (metode ion elektron). Hubungan reaksi redoks dan perubahan
energi adalah sebagai berikut: Reaksi redoks melibatkan perpindahan elektron; Arus listrik
adalah perpindahan elektron; Reaksi redoks dapat menghasilkan arus listrik, contoh: sel
galvani; Arus listrik dapat menghasilkan reaksi redoks, contoh sel elektrolisis. Sel galvani
dan sel elektrolisis adalah sel elektrokimia. Persamaan elektrokimia yang berguna dalam
perhitungan potensial sel adalah persamaan Nernst. Reaksi redoks dapat digunakan dalam
analisis volumetri bila memenuhi syarat. Titrasi redoks adalah titrasi suatu larutan standar
oksidator dengan suatu reduktor atau sebaliknya, dasarnya adalah reaksi oksidasi-reduksi
antara analit dengan titran.
Sebelum kita belajar untuk menggambar kurva titrasi redoks maka kita harus
mempelajari terlebih dahulu bagaimana mencari konstanta kesetimbangan reaksi redoks.
Konstanta tersebut dapat dipakai untuk mencari konsentrasi spesies yang terlibat dalam
reaksi redoks pada saat titik equivalent terjadi. Potensial sel akan benilai “nol” pada saat
kesetimbangan tercapai atau dengan kata lain penjumlahan potensial setengah reaksi
reduksi dan setengah reaksi oksidasi akan sama dengan “nol”, dengan demikian persamaan
Nernst untuk keduanya dapat disamakan.
Persamaan Nernst untuk reaksi aOks + ne -> bRed dapat dinyatakan sebagai berikut:
E = Eo – 2.3026RT/nF log [red]b/[Oks]a
Pada 25 C nilai 2.3026RT/F adalah 0.05916/n sehingga persamaan diatas dapat ditulis lagi
menjadi:
E = Eo – 0.05916/n log [red]b/[Oks]a
Pada saat reaksi redoks mencapai kesetimbangan maka nila Ered akan sama dengan
nilai Eoks. Sedangkan hubungan antara energi bebas dengan konstanta kesetimbangannya
adalah sebagai berikut
?Go = -RT ln K atau ?Go=-nFEo
-RT ln K = -nFE
Eo = RT/nF ln K
Secara umum potensial larutan pada titik ekuivalen dapat dicari dengan persamaan berikut :
E = (n1Eo1 + n2Eo2) / n1+n2
Dengan syarat reaksi tidak melibatkan ion poliatomik seperti CrO42- dan tidak
melibatkan ion hydrogen. Indeks 1 untuk setengah reaksi oksidasi dan 2 untuk setengah
reaksi reduksi. Kurva titrasi dibuat dengan mengeplotkan potensial larutan terhadap volume
larutan titrant yang ditambahkan (modifikasi alat dapat dilihat pada gambar) dimana 1
merupakan elektroda untuk mengukur potensial atau dapat berupa pH meter, dan 2
merupakan alat untuk tempat titrant. Setelah titrant ditambahkan maka larutan diaduk dengan
stir magnetic agar reaksi berjalan merata dan cepat. Berikut kurva titrasi antara larutan
Besi(II)amonium sulfat dengan 0.02 M kalium permanganat (analit dibuat dari 95 mL
Besi(II)amonium sulfat kira-kira 0.02 M ditambah dengan 5 mL asam sulfat pekat
B. Titrasi Argentometri
Atau definisi titrasi argentometri yaitu penetapan kadar zat yang didasari atas adanya reaksi
pembentukan endapan dari komponen zat uji dengan titran larutan titer perak nitrat. Atau
yang dimaksud titrasi argentometri ialah titrasi yang melibatkan pembentukan endapan dari
garam yang tidak gampang larut antara titran dengan analit.
Kembali ke Menu Pembahasan ↑
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kelarutan dalam titrasi pengendapan/ titrasi
argentometri.
Terdapat macam macam metode titrasi argentometri yang dikembangkan, yaitu metode Mohr,
Volhard, dan FAjans.
Metode mohr pada titrasi argentometri yaitu metode yang terbatas untuk lartutan dengan nilai
pH sekitar 6 hingga 10. Perak oksida akan meengndap dalam larutan yang lebih basa.
Kegunaan dari metode Mohr adalah sebagai penetapan kadar Bromida atau Klorida. Prinsip
penetapannya larutan bromida atau klorida dalam keadaan netral atau agak alkalis diitrasi
dengan larutan perak nitrat dengan indikator kromat. Jika ion bromida atau klorida sudah
habis diendapkan oleh ion perak, maka ion kromat akan bereaksi dengan ion perak
membentuk endapan perak kromat yang warnanya coklat meerah sebagai titik akhir titrasi.
Larutan standarnya ialah larutan perak nitrat dengan indikator larutan kalium kromat.
Kembali ke Menu Pembahasan ↑
2. Titrasi Argentometri Metode Volhard
Metode volhard adalah metode yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 1874 oleh
Jacobus Volhard, yang merupakan seorang ahli kimia dari Jerman. Metode volhard pada
titrasi argentometri larutan standar AgNO3 berlebih ditambahkan ke dalam larutan yang
didalamnya terkandung ion halogen (contohnya Cl-). Kelebihan dari ion Ag+ dalam keadaan
asam dititrasi dengan standar garam tiosianat (NH4SCN atau KSCN) menggunakan indikator
larutan Fe3+. Hingga titik ekivalen, terjadi sebuah reaksi antara titran dan Ag+ membentuk
sebuah endapan putih. Jika titran kelebihan maka dapat menyebabkan reaksi dengan indikator
membentuk senyawa kompleks tiosianato ferrat (III) yang warnanya merah.
Kembali ke Menu Pembahasan ↑
Metode fajans dalam argentometri sama halnya dengan pada metode Mohr, perbedaannya
hanya pada jenis indikator yang dipakai. Indikator yang dipakai dalam metode fajans yaitu
indikator adsorpsi seperti fluonescein atau cosine menurut macam anion yang diendapkan
oleh Ag+. Titrannya yaitu AgNO3 sampai suspensi violet menjadi merah. pH tergantung dari
macam anion dan indikator yang digunakan. Indikator adsorpsi yaitu zat yang bisa diserap
oleh permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna. Pengendapan tersebut bisa
diatur supaya terjadi di titik ekuivalen antara lain dengan cara menentukan macam indikator
yang digunakan dan PH. Sebelum titik ekuivalen dapat tercapai, ion Cl- ada dalam lapisan
primer dan sesudah tercapai ekuivalen maka akan kelebihan sedikit AgNO3 yang
menyebabkan ion Cl- digantikan Ag+ sehingga ion Cl- berada dalam lapisan sekunder.
Kembali ke Menu Pembahasan ↑
Terdapat 3 macam cara penetapan titik akhir dalam reaksi pengendapan, diantaranya yaitu
sebagai berikut:
Bisa diilustrasikan dengan mohr untuk penetapan bromide dan klorida. Dalam titrasi sebuah
larutan netral dari ion klorida dengan larutan perak nitrat, sedikit ditambahkan larutan kalium
kromat sebagai indikator. Di titik akhir, ion kromat bergantung dengan ion perak untuk
membentuk perak kromat merah yang hanya sedikit bisa larut. Hendaknya titrasi ini
dilakukan ketika suasana netral atau sedikit basa, yaitu dalam jangkauan pH 6,59.
Contoh dari cara ini yaitu pada metode volhard untuk tritasi perak dengan terdapatnya asam
nitrit bebas dengan larutan kalium atau ammonium tiosianat standar. Indikatornya yaitu
larutan besi (III) amonium sulfat. Dengan penambahan larutan tiosianat maka dapat
menghasilkan mula-mula endapan perak klorida. Kelebihan dari tiosianat yaitu meskipun
sedikit dapat menghasilkan pewarnaan coklat kemerahan, hal itu dikarenakan terbentuknya
sebuah ion kompleks.
Cara ini bisa diterapkan untuk menetapkan klorida, bromide dan iodide dalam larutan asam.
Larutan perak nitrat standar berlebih ditambahkan dan kelebihannya dititrasi balik dengan
larutan tiosianat.
Aksi dari indikator adsorpsi yaitu disebabkan sebuah fakta kalau pada titik ekuivalen,
indikator itu diadsorpsi oleh endapan. Ketika proses adsorpsi terjadi sebuah perubahan dalam
indikator yang menyebabkan suau zat dengan warna yang tidak sama, maka disebutlah
indikator adsorpsi. Zat-zat yang dipakai yaitu zat-zat warna asam, seperti warna deret
flouresein misalnya flouresein en eosin yang dipakai sebagai garam natriumnya.
Untuk tritasi klorida dapat digunakan flouresein. Sebuah larutan perak klorida dititrasi
dengan larutan perak nitrat, maka perak klorida yang akan mengendap mengadsorpsi ion-ion
klorida. Ion flouresein akan membentuk sebuah kompleks dari perak yang warnanya merah
jambu.
Kembali ke Menu Pembahasan ↑
Berikut ini adalah beberapa perbedaan metode dalam titrasi argentometri antara Metode
Mohr, Volhard dan Fajan:
Dari ketiga metode tersebut yang paling stabil yaitu metode voland. Tetapi metode ini
memakai asam sianida (HCN) yang sifatnya toxik.
Kembali ke Menu Pembahasan ↑