Askep Gastroenteritis PDF
Askep Gastroenteritis PDF
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis dapat mengungkapkan pola pikir ilmiah dalam
menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi pasien secara komprehensif
dengan gangguan sistem saluran pencernaan ; Gastroenteritis secara
langsung.
2. Tujuan Khusus
Penulis mampu :
a. Mengkaji klien dengan Gangguan Sistem Pencernaan; Gastroenteritis.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan Gangguan Sistem
Pencernaan; Gastroenteritis..
c. Menyusun rencana tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem pencernaan ; Gastroenteritis.
d. Mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam bentuk
pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien dengan Gangguan Sistem
Pencernaan; Gastroenteritis.
3
D. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun karya tulis ilmiah
ini adalah metode deskriptif yaitu metode yang bersifat menggambarkan suatu
keadaan secara objektif selama mengamati pasien, mulai dari pengumpulan data
sampai melakukan evaluasi yang disajikan dalam bentuk naratif.
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam karya tulis ilmiah ini
penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :
1. Wawancara
Wawancara dilakukan secara allo anamnese dengan keluarga (nenek dan ibu
klien) untuk memperoleh data yang diharapkan.
2. Observasi
Penulis mengadakan pengamatan langsung pada pasien sehingga penulis
dapat mengumpulkan data dengan tepat.
3. Pemeriksaan Fisik
Sumber data berikut dilakukan pada pasien dengan cara : inspeksi, palpasi,
perkusi auskultasi untuk melengkapi data.
4. Studi Dokumentasi
Untuk melengkapi data melalui catatan status pasien, catatan keperawatan
pasien, data-data medik dan pemeriksaan diagnostik.
5. Studi Kepustakaan
Penulis dalam penyusunan asuhan keperawatan serta konsep dasar tentang
asuhan keperawatan pada pasien dengan Gastroenteritis adalah dari beberapa
buku sumber.
4
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan Asuhan Keperawatan ini terdiri dari lima
bab yaitu : BAB I Pendahuluan, dalam bab ini penulis menjelaskan tentang latar
belakang masalah, ruang lingkup penulisan, metode penulisan, dan sistematika
penulisan. Bab II Tinjauan Teori, Bab ini penulis menjelaskan tentang landasan
teori medis yaitu pengertian, anatomi fisiologi, etiologi, klasifikasi penyakit,
patofisiologi, komplikasi pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan medik. Dan
konsep dasar asuhan keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, discharge planning dan patoflow diagram.
Bab III Tinjauan Kasus, Bab ini merupakan penerapan asuhan keperawatan secara
langsung pada pasien dengan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari
pengkajian, daftar diagnosa keperawatan, rencana tindakan, catatan keperawatan,
dan catatan perkembangan. Bab IV Pembahasan, bab ini berisi tentang
kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus yang meliputi :
pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, pelaksanaan
keperawatan dan evaluasi. Bab V Penutup, bab ini meliputi kesimpulan dan saran.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
5
2. Anatomi Fisiologi
a. Mulut
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2
bagian yaitu :
1) Bagian luar yang sempit / vestibula yaitu ruang di antara gusi, gigi,
bibir, dan pipi.
2) Bagian rongga mulut / bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi
sisinya oleh tulang maksilaris, palatum dan mandibularis disebelah
belakang bersambung dengan faring.
Pencernaan mulut dibantu oleh ptyalin yaitu enzim yang
dikeluarkan oleh kelenjar saliva untuk membasahi dalam metabolisme
makanan.
b. Faring
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (Esofagus) di dalam lengkung faring terdapat tonsil
(amandel) yaitu kumpulan kelenjar linfe yang banyak mengandung
limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi. Di sini terletak
persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang
rongga mulut dan rongga hidung. Di depan ruas tulang belakang makanan
melewati epigiotis lateral melalui resus piriformis masuk ke esophagus
tanpa membahayakan jalan udara. Pada waktu yang sama jalan udara
ditutup sementara. Permulaan menelan, otot mulut dan lidah konraksi
secara bersamaan.
c. Esofagus
Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung,
panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak di
bawah lambung. Lapisan dinding dari dalam keluar, lapisan selaput lendir
8
d. Gaster / Lambung
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling
banyak terutama di daerah epigaster, lambung terdiri dari bagian atas
fundus uteri berhubungan dengan esophagus melalui orifisium pilorik,
terletak di bawah diafragma di depan pankreas dan limfa, menempel di
sebelah kiri fundus uteri, pencernaan dalam lambung dibantu oleh
pepsinogen untuk mencerna protein, lemak dan asam garam lambung
berdistensi untuk menampung makanan yang masuk, pada awalnya
pylorus tetap tertutup dan efek dari gelombang peristaltik pada saat ini
adalah mencampur makanan dan untuk memaparkan makanan dengan
cairan lambung kemudian sfingter pylorus mula-mula relaksasi dan
membiarkan sejumlah kecil makanan melewatinya setiap waktu.
Sekresi getah lambung mulai terjadi pada awal orang makan, bila
melihat makanan dan mencium bau makanan maka sekresi lambung akan
terangsang. Rasa makanan merangsang sekresi lambung karena kerja saraf
sehingga menimbulkan rangsangan kimiawi yang menyebabkan dinding
lambung melepaskan hormon yang disebut sekresi getah lambung. Getah
lambung dihalangi oleh sistem saraf simpatis yang dapat terjadi pada
waktu gangguan emosi seperti marah dan rasa takut.
1) Duodenum
Disebut juga usus dua belas jari, panjangnya ± 25 cm,
berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri, pada lengkungan ini
terdapat pankreas. Sedangkan pada bagian kanan duodenum ini
terdapat selaput lendir yang membukit disebut papila vateri. Pada
papila vateri ini bermuara saluran empedu (duktus koledokus) dan
saluran pankreas (duktus pankreatikus. Empedu dibuat di hati untuk
dikeluarkan ke duodenum melalui duktus koledokus dan fungsinya
10
g. Rektum
Terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum
mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sacrum dan
os koksigis.
h. Anus
Adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan
rectum dengan dunia luar (udara luar). Terletak di dasar pelvis,
dindingnya diperkuat oleh tiga sfingter ;
1) Sfingter ani internus (sebelah atas) bekerja tidak menurut kehendak
2) Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak
12
3. Etiologi
a) Faktor Infeksi
1) Infeksi internal yaitu infeksi pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak meliputi infeksi enteral sebagai
berikut :
a) Infeksi bakteri : Vibrio E Colli, Salmonella, Stigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
b) Infeksi virus ; enterovirus (virus Echo, Coxsackie, Poliomyeletis)
Adenovirus, Rostavirus, Astrovirus dan lain-lain)
c) Infeksi Parasit ; cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,
Strongyloides) ; Protozoa (Entamoeba histolytica, Grandia lamblia,
Trichomonas hominis), Jamur (Candida Albicans).
2) Infeksi Parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti
Otitis Media Akut (OMA), Tonsilitis / Tonsilofaringitis,
Bronkopneumonia, Ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
b) Faktor Malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan
sukrosa) ; monosakarida (intoleransi gluksosa, fruktosa, dan
galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering
intoleransi laktosa.
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
c) Faktor Makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
13
d) Faktor Psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang
lebih besar)
4. Klasifikasi penyakit
Klasifikasi penyakit diare yaitu :
a. Diare Akut
Yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan
menurut World Gastroenterology organitation Global Guidelines 2005,
diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja cair / lembek dengan jumlah
lebih banyak dari normal, berlangsung kruang dari 14 hari.
b. Diare Kronik
Adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.
c. Diare Persisten
Merupakan istilah yang dipakai di luar negeri yang menyatakan
diare berlangsung selama 15 sampai 30 hari yang merupakan kelanjutan
dari diare akut (peralihan akut dan kronik, dimana lama diare kronik yang
dianut yaitu yang berlangsung lebih dari 30 hari).
d. Diare Infektif
Adalah bila penyebabnya infeksi sedangkan diare non infektif bila
tidak ditemukan infeksi sebagai penyebab pada kasus tersebut.
e. Diare Organik
Adalah bila ditemukan penyebab anatomik, bakteriologik,
hormonal atau toksikologik. Diare fungsional bila tidak dapat ditemukan
penyebab organik.
14
5. Patofisiologi
Diare adalah peningkatan keenceran dan frekuensi tinja. Diare dapat
terjadi akibat adanya makanan / zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare. Hal ini disebut diare osmotik atau karena iritasi saluran cerna.
Penyebab tersering iritasi adalah infeksi virus atau bakteri di usus
halus distal atau usus besar. Iritasi usus oleh suatu pathogen mempengaruhi
lapisan mukosa usus sehingga terjadi peningkatan produk-produk sekretorik,
termasuk mukus. Iritasi oleh mikroba juga mempengaruhi lapisan otot
sehingga terjadi peningkatan motilitas. Peningkatan motilitas menyebabkan
banyak air dan elektrolit terbuang karena waktu yang tersedia untuk
penyerapan zat-zat tersebut di kolon berkurang. Individu yang mengalami
diare berat dapat meninggal akibat syok hipovolemik dan kelainan elektrolit.
Selain itu diare dapat terjadi akibat rangsangan tertentu misalnya
toksin, yang dikeluarkan oleh bakteri adalah contoh dari bahan yang sangat
merangsang. Motilitas secara langsung menyebabkan sekresi air dan elektrolit
ke dalam usus besar, sehingga unsur-unsur plasma yang penting ini terbuang
dalam jumlah besar.
Diare juga dapat disebabkan oleh faktor psikologis, misalnya
ketakutan atau jenis-jenis stress tertentu, yang diperantarai oleh stimulasi usus
oleh saraf parasimpatis.
6. Manifestasi Klinik
Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat,
nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair
mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja makin lama makin
15
Tabel 2-1 Kehilangan cairan pada dehidrasi berat menurut berat badan
pasien dan umur
Berat Badan Umur PWL* NWL** CWL*** Jumlah
0-3 Kg 0-6 bulan 150 125 25 300
3-10 Kg 1 Bulan-2 Th 125 100 25 250
10-15 Kg 2-5 Th 100 80 25 205
15-25 Kg 5-10 Th 80 25 25 130
Keterangan :
* PWL : Previus Water Losses (ml/KgBB) (cairan yang hilang karena
muntah)
**NWL : Normal Water Losses (ml/KgBB) (karena urine, penguapan
kulit, pernafaan)
***CWL : Concomitant Water Losses (ml/KgBB) (karena diare dan
muntah-muntah terus)
7. Komplikasi
Akibat diare dan kehilangan cairan dan elektrolit dapat terjadi berbagai
komplikasi, sebagai berikut :
a. Dehidrasi
Dehidrasi dapat timbul jika diare berat dan asupan oral terbatas
karena nausea dan muntah, terutama pada anak kecil dan lanjut usia.
17
b. Syok hipovolemik
Syok yang terjadi karena penurunan abnormal volume cairan
sirkulasi (plasma dalam tubuh).
c. Kematian
Bila diare tidak ditangani dengan cepat dan tepat maka dapat
menimbulkan kematian.
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah tepi lengkap.
b. Pemeriksaan analisa gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin, dan berat jenis
plasma.
c. Pemeriksaan urine lengkap.
d. Pemeriksaan tinja lengkap dan biarkan tinja dari colok di dubur.
e. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi
sistemik.
f. Pemeriksaan sediaan malaria serta serologi heliobakter.
9. Penatalaksanaan Medik
Dasar pengobatan diare adalah :
a. Pemberian cairan per oral
Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan
peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan NaHCO3, KCl dan glukosa.
Untuk diare akut dan kolera pada anak di atas umur 6 bulan kadar Natrium
90 meq/l, pada anak di bawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan,
18
b. Diet
Pasien diare tidak dianjurkan puasa kecuali bila muntah-muntah
hebat. Pasien dianjurkan justru minum minuman sari buah, teh, minuman
tidak bergas, makanan mudah cerna seperti pisang, nasi, keripik dan sup.
Susu sapi harus dihindari karena adanya lactase transien yang disebabkan
oleh infeksi virus dan bakteri, minuman beralkohol dan berkafein harus
dihindari karena dapat meningkatkan motilitas dan sekresi usus.
c. Obat-obatan
1) Obat anti diare
Obat-obat ini dapat mengurangi gejala-gejala :
a) Yang paling efektif yaitu derivat opioid misalnya loperamide,
difenoksilat-atrofin dan tinktur opium. Loperamide paling disukai
karena tidak adiktif dan memiliki efek samping paling kecil.
Bismuth subsalisilat merupakan obat lain yang dapat digunakan
tetapi kontraindikasi pada pasien HIV karena dapat menimbulkan
Ensefelopati Bismuth. Obat antimotilitas penggunaannya harus
hati-hati pada pasien disentri yang panas (termasuk infeksi
shigella) bila tanpa disertai anti mikroba, karena dapat
memperlama penyembuhan penyakit.
b) Obat yang mengeraskan tinja : atapulgite 4 x 2 tab/hari, smectite
3 x 1 sachet diberikan tiap diare/ BAB encer sampai diare berhenti.
19
b. Keluhan utama
Buang air besar (BAB) lebih 3 x sehari, < 4 kali dan cair (diare
tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan, sedang), BAB
> 10 kali (dehidrasi berat).
d. Riwayat kesehatan
1) Riwayat imunisasi terutama campak karena diare lebih sering terjadi
atau berakibat berat pada anak dengan campak atau yang baru
menderita campak 4 minggu terakhir sebagai akibat dari penurunan
kekebalan pada pasien.
2) Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (anti biotik)
3) Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak-anak berusia dibawah
2 tahun biasanya batuk, pilek, kejang yang terjadi sebelum atau setelah
diare
e. Riwayat nutrisi
1) Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan sangat mengurangi
resiko diare dan infeksi yang serius.
2) Pemberian susu formula apakah di buat dengan air masak dan
diberikan dengan botol (dot) karena botol yang tidak bersih akan
menimbulkan pencemaran.
3) Perasaan haus anak diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus (minum
biasa) pada dehidrasi ringan atau sedang anak merasa haus dan ingin
minum banyak sedangkan pada dehidrasi berat anak malas, minum
atau tidak bisa minum.
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : - Baik, sadar (tanpa dehidrasi)
- Gelisah, rewel (dehidrasi ringan)
- Lesu, Lunglai (dehidrasi berat)
21
2) Berat badan
Anak diare dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan
berat badan sebagai berikut :
Tabel 2-2 Tabel Tingkat dehidrasi dengan persentase kehilangan berat badan.
% Kehilangan Berat Mulut &
Tingkat
Badan Kulit Mata Lidah
Dehidrasi
Bayi Anak besar
Dehidrasi 5% 3% Turgor kembali Kelopak Kering
Ringan 50ml/Kg (30 ml/Kg) dengan lambat mata cekung
(cubitan kembali (cowong)
dalam waktu 2 detik)
3. Perencanaan
a) Diare yang berhubungan dengan inflamasi, iritasi/malabsorbsi usus
adanya toksin/ penyempitan segmental.
Hasil yang diharapkan :
Diare teratasi
Kriteria hasil :
− Melaporkan penurunan frekuensi defekasi
− Mengatakan bahwa konsistensi feces sudah kembali normal
Intervensi:
1) Observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik , jumlah dan
faktor pencetus.
Rasional :
Membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya
episode.
2) Tingkatkan tirah baring
23
Rasional :
Istirahat menurunkan motilitas usus untuk menurunkan laju
metabolisme bila infeksi atau perdarahan sebagai komplikasi.
3) Pertahanan status puasa sampai frekuensi dan volume defekasi
menurun untuk mencegah iritasi gastrik lebih lanjut.
Rasional :
Untuk mengidentifikasi keadaan keseimbangan volume cairan tubuh
3) Mulai pemberian makanan berupa larutan elektrolit dalam porsi kecil
tetapi diberikan sering sesuai pesanan.
Rasional :
Minuman bikarbonat dapat menggantikan natrium dan kalium yang
hilang pada diare dan muntah
4) Beri ASI atau secara berangsur diberikan formula dari ½ sampai 1
porsi penuh sesuai petunjuk
Rasional :
Untuk secara bertahap memenuhi volume cairan sesuai dengan
kebutuhan tubuh
5) Kaji kemampuan pasien menerima setiap perubahan diet dan formula
yang mengakibatkan pengeluaran yang kuat / banyak jika jumlah feces
yang keluar meningkat secara bermakna.
Rasional :
Mengidentifikasikan perubahan defekasi dengan adanya perubahan
diet
6) Tingkatkan diet dari cair menjadi lebih padat seperti pisang, nasi, selai,
apel, dan roti panggang (pada anak yang lebih besar)
Rasional :
Secara bertahap untuk memenuhi nutrisi sesuai dengan kebutuhan
24
Rasional :
Indikator cairan dan status nutrisi.
5) Kaji kemampuan anak untuk rehidrasi melalui mulut.
Rasional :
Membantu untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
6) Kolaborasi medik dalam pemberian obat sesuai indikasi antidiare, anti
emetik, anti piretik
Rasional :
Antidiare : menurunkan kehilangan cairan dari usus
Antiemetik : digunakan untuk mengontrol mual / muntah pada
eksarsebasi akut
Antipiretik : mengontrol demam, menurunkan kehilangan tak terlihat
7) Kolaborasi medik dalam pemberian cairan parenteral sesuai indikasi
Rasional :
Mempertahankan istirahat usus dan memerlukan penggantian cairan
untuk memperbaiki kehilangan cairan tubuh
Rasional :
Untuk mengetahui derajat kekurangan nutrisi
2) Kaji tanda-tanda vital
Rasional :
Untuk mengetahui keadaan umum pasien
3) Observasi masukan dan keluaran
Rasional :
Untuk mengetahui keseimbangan cairan
4) Timbang BB tiap hari
Rasional :
BB yang turun merupakan indikator langsung kehilangan cairan
5) Berikan makanan cair sedikit tapi sering
Rasional :
Meningkatkan keadekuatan pasien dan penetuan kebutuhan nutrisi
6) Kolaborasi medik dalam pemberian cairan
Rasional :
Untuk menambah kebutuhan cairan
Rasional :
Membantu dan memberikan terapi untuk toleransi nyeri
2) Anjurkan pasien berbaring dalam posisi terlentang dengan bantalan
penghangat diatas abdomen
Rasional :
Tindakan ini meningkatkan relaksasi otot gastrointestinal
3) Berikan aktivitas hiburan dan periode istirahat sering
Rasional :
Mengalihkan perhatian pasien terhadap nyeri
4) Berikan tindakan nyaman (misal : pijatan punggung)
Rasional :
Meningkatkan relaksasi, menfokuskan kembali mekanisme koping
5) Bersihkan area rektal dengan sabun ringan dan di lap setelah defekasi
dan berikan perawatan kullit
Rasional :
Melindungi kulit dari asam usus
4. Pelaksanaan
Pada tahap ini merupakan realisasi dari rencanan asuhan keperawatan
yang telah ditentukan dengan tujuan memenuhi kebutuhan pasien secara
optimal
5. Evaluasi
Tahapan akhir dari proses keperawatan ialah mengevaluasi respon
pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil
yang diberikan dan diharapkan telah tercapai. Hasil asuhan keperaatan yang
diharapkan tercapai pada pasien dengan Gangguan Sistem Pencernaan
Gastroenteritis yaitu :
a. Melaporkan pola defekasi normal
b. Mempertahankan keseimbangan cairan
1) Mengkonsumsi cairan per oral dengan adekuat.
2) Melaporkan tidak ada keletihan dan kelemahan otot.
3) Menunjukkan membran mukosa lembab dan turgor jaringan normal.
4) Mengalami keseimbangan asupan dan haluaran.
5) Mengalami berat jenis urin normal.
c. Mengalami penurunan tingkat ansietas
d. Mempertahankan integritas kulit
1) Mempertahannkan kulit tetap bersih setelah defekasi
2) Menggunakan pelembab atau salep sebagai barier kuli
e. Tidak mengalami kompikasi
1) Elektrolit tetap dalam rentang normal
2) Tanda vital stabil
3) Tidak ada disritmia atau perubahan dalam tingkat kesadaran
31
6. Discharge Planning
a. Jelaskan penyebab diare.
b. Ajarkan untuk mengenal komplikasi diare
c. Ajarkan untuk mencegah penyakit diare dan penularan ; ajarkan tentang
standar pencegahan.
d. Ajarkan perawatan anak ; pemberian makanan/minuman (misalnya oralit).
e. Ajarkan mengenal tanda-tanda dehidrasi, ubun-ubun dan mata cekung,
turgor kulit tidak elastis, membrane mukosa kering.
f. Jelaskan obat-obatan yang diberikan ; efek samping dan kegunaannya.
32
C. Patoflow Diagram
Faktor Malabsorbsi Faktor Inveksi Faktor makanan (makanan Faktor Psikologis (takut,
(karbohidrat, lemak, protein (Virus, Bakteri, Parasit) basi, beracun) cemas)
Hiperperistaltik usus
Peningkatan produksi sekretorik Rasa tidak enak
Tinja menjadi lebih
Gastrointesntinal Mulas
asam
Pergerakan materi pada
usus terlalu cepat
MK : Kurang Pengetahuan
Kehilangan cairan Asidosis metabolik
MK : Kurang volume cairan
ekstraseluler berlebih Tachipnea
Nyeri / kram perut
Dehidrasi TD menurun
Lemah, pucat Turgor kulit menurun
Kulit kurang elastis MK: Kurang
Mata &ubun-ubun cekung Ketidakseimbangan
volume cairan elektrolit
Mukosa mulut kering
BAB III
TINJUAN KASUS
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
32
34
Umur : 22 Th 28 Th
Agama/Suku : Islam/China Islam/Palembang
Kebangsaan : Indonesia Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Buruh Ibu Rumah Tangga
Alamat : Bukit Besar Bukit Besar
2. DATA MEDIK
Klien dikirim dari UGD Rumah Sakit RK Charitas oleh kelurga klien
dengan diagnosa medik : GEAD dan Diagnosa saat pengkajian GE
3. KEADAAN UMUM
Keadaan Sakit
Klien tampak sakit sedang dan terbaring lemah, terpasang infuse Ka EN
3A 16 tetes / menit set makro di kepala, aktivitas klien dibantu oleh perawat /
keluarga.
4. TANDA-TANDA VITAL
Dari hasil pengkajian tingkat kesadaran klien ditemukan kesadaran
Kualitatif Compos mentis, kesadaran Kualitatif dengan Skala Glasgow :
respon motorik : 6, respon bicara : 5, respon membuka mata : 4, dengan
jumlah : 15, maka kesimpulan klien sadar penuh. Suhu klien 360C melalui
Axillar Nadi 100 x/menit teratur dan penuh pada arteri radialis, frekuensi
pernapasan 25 x/menit, irama teratur. Jenis pernapasan dada.
5. PENGUKURAN
Tinggi Badan : 75 cm
Berat Badan : 7.000 gram
Lingkar Kepala : 44 cm
35
Lingkar lengan : 14 cm
Lingkar dada : 46 cm
6. GENOGRAM
11 bln
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
11 bln
: Tinggal Serumah
bulan klien sudah mampu mengucapkan kata mama, papa dan dada, gigi
incisivus atas dan bawah sudah tumbuh dua buah.
Riwayat penyakit yang pernah dialami ; klien pernah dirawat di
Rumah Sakit Siti Khotijah Palembang tanggal 30 Juni 2007 dengan
demam. Pada saat dirawat klien menerima makanan berupa coklat dari
pasien lain yang menderita penyakit GE dan dirawat satu ruangan dengan
klien. Keesokan harinya klien BAB lebih dari empat kali dengan
konsistensi encer. Karena tidak mengalami perubahan setelah dirawat 5
hari maka klien pindah berobat ke Rumah Sakit RK Charitas dan
dianjurkan oleh dokter BGD untuk opname, sekarang klien sedang dalam
perawatan.
Riwayat vaksinasi, klien sudah mendapatkan vaksinasi BCG, DPT
I – III, Polio I – III, Campak dan Hepatitis I - III.
1) Data Subjektif
a) Keadaan sebelum sakit :
Ibu klien mengatakan sebelum sakit klien makan nasi Tim
dan minum susu dan air putih, lingkungan tempat tinggal cukup
bersih dan klien mandi 2x sehari pagi dan sore.
b) Keadaan sejak sakit :
Ibu Klien mengatakan sejak sakit klien hanya mandi 1 x
sehari setiap pagi dan hanya di lap saja dengan air hangat.
2) Data Objektif
a) Observasi
Kebersihan rambut klien bersih dan tidak berminyak, kulit
kepala bersih tidak tampak ada ketombe, kebersihan kulit bersih
tidak ada lesi, hygiene rongga mulut bersih tidak bau, kebersihan
genetalia bersih tidak ada peradangan, kebersihan anus bersih tidak
ada sisa feces.
37
a) Data Subyektif
1) Keadaan Sebelum Sakit
Ibu klien mengatakan klien berjenis kelamin perempuan dan
tidak ada kelainan pada klien.
2) Keadaan Sejak Sakit
Ibu klien mengatakan klien berjenis kelamin perempuan dan
tidak ada kelainan pada klien.
b) Data Obyektif
1) Observasi
Tidak tampak adanya kelainan pada alat kelamin klien.
2) Pemeriksaan Fisik
Klien berjenis kelamin perempuan.
46
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, oleh karena
itu pengkaji perlu melakukan secara teliti, cermat dan sistematis melalui
wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik secara langsung, serta di dukung
oleh sumber-sumber seperti catatan medika dan hasil pemeriksaan penunjang.
Setelah penulis secara cermat mempelajari teori pengkajian pasien dengan
Gangguan Sistem Pencernaan; Gastroenteritis maka penulis mendapatkan tanda
dan gejala yang khas berdasarkan teori yaitu : hiperperistaltik usus, rasa tidak
enak, mulas, BAB cair > 4 x, mual, muntah, berat badan menurun, lemah, pucat,
kulit kurang elastis, mata dan ubun-ubun cekung, mukosa mulut kering,
tachikardi, gelisah, ekstremitas dingin, sianosis, tachipnea, nyeri / kram perut,
tekanan darah menurun, turgor kulit menurun.
Pada pengkajian pasien By.”J” dengan Gastroenteritis, yang dikaji penulis
selama 3 hari tanggal 5 juli penulis menemukan tanda dan gejala tinja berwarna
kuning dan sudah mulai berampas, anorexia, BAK lancar, mukosa bibir lembab,
konjungtiva anemia, furgo kulit elastis..
59 penulis berpendapat adanya kesenjangan dari
Berdasarkan uraian di atas
tanda dan gejala antara teori dengan kajian keperawatan secara langsung pada
klien By “J”. Sebelumnya klien sudah opname selama 5 hari di Rumah Sakit Siti
Khodijah Palembang namun karena tidak ada perubahan maka klien dibawa ke
Rumah Sakit RK Charitas. Selama klien dirawat di paviliun Theresia Rumah
Sakit RK Charitas, penulis mengalami hambatan dalam pengkajian keperawatan
61
karena klien masih berumur 11 bulan. Saat didekati klien agak takut dan ingin
menangis. Untuk mengatasi permasalahan tersebut penulis melakukan pendekatan
dan kerjasama dengan orang tua atau keluarga klien.
B. Diagnosa Keperawatan
Dignosa keperawatan ditegakkan berdasarkan analisa data yang di dapat
pada waktu pengkajian. Masalah yang di dapat bersifat aktual dan potensial yang
dapat diatasi atau dikurangi ataupun dicegah dengan tindakan keperawatan.
Dalam diagnosa keperawatan teori dengan Gangguan Sistem Saluran
Pencernaan Gastroenteritis, penulis menemukan beberapa diagnosa keperawatan
yaitu :
1. Diare berhubungan dengan inflamasi ; iritasi/malabsorbsi usus, adanya toksin,
penyempitan segmental lumen.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan gangguan sistem absorbsi
nutrien, status metabolik.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
gangguan absorbsi nutrien, status metabolik.
4. Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama, iritasi kulit / jaringan,
eksoriasi, fisura perirektal, fistula.
5. Resiko tinggi kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan resiko
terhadap kekurangan cairan / nutrisi.
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan yang berhubungan dengan kesalahan interpretasi
informasi, kurang mengingat, tidak mengenal sumber.
C. Perencanaan Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, langkah selanjutnya adalah
menerapkan dan menyusun rencana tindakan. Langkah ini memberikan pedoman
pada tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan klien dan
keluarga dalam pembuatan perencanaan penulis menetapkan berdasarkan pada
tinjauan teori sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien By.
“J”.
Sebelum menyusun rencana tindakan keperawatan, pertama-tama penulis
menerapkan tujuan yang diharapkan agar dalam membuat rencana tindakan
keperawatan mengarah kepada tujuan atau hasil yang diharapkan.
D. Pelaksanaan Keperawatan.
Tindakan keperawatan merupakan realisasi dari rencana tindakan
keperawatan, jadi tidak semua rencana tindakan keperawatan yang ada pada teori
dilaksanakan pada klien. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan penulis
63
berpedoman pada rencana tindakan yang telah disusun sesuai dengan tujuan yang
akan dicapai.
Hambatan yang penulis hadapi dalam pelaksanaan adalah terbatasnya
waktu disediakan untuk itu penulis melibatkan perawat ruangan, orang tua dan
keluarga klien untuk melanjutkan pelaksanaan Asuhan Keperawatan agar tetap
berkesinambungan dan tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan alat untuk mengetahui tingkat keberhasilan Asuhan
Keperawatan, merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan. Penulis belum memperoleh
semua hasil yang ditetapkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai karena
keterbatasan waktu dan untuk mencapai tujuan yang belum tercapai itu
dilimpahkan kepada perawat ruangan untuk tetap mengevaluasi atau mengkaji
ulang sehingga perawatan tetap dapat diteruskan sampai tujuan yang ingin dicapai
terwujud.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah mengkaj dan melakukan Asuhan Keperawatan pada klien By “J”
dengan Gangguan Sistem Pencernaan ; Gastroenteritis yang dirawat di Pavilyun
64
Theresia Rumah Sakit RK Charitas Palembang selama tiga hari mulai dari tanggal
5 Juli 2007 sampai dengan 7 Juli 2007, maka penulis dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut ;
1. Pada saat pengkajian terjadi kerjasama antara pasien dengan penulis sehingga
mampu mengumpulkan data dan menemukan masalah keperawatan data juga
diperoleh melalui pemeriksaan fisik secara langsung kepada pasien, tetapi
tidak semua masalah keperawatan yang ada dalam teori ditemukan pada
pasien dengan penyakit yang sama.
2. Diagnosa keperawatan yang ada pada teori tidak semuanya timbul pada
pasien, hal ini dikarenakan dalam membuat diagnosa keperawatan disesuaikan
dengan data dan keadaan pasien saat pengkajian.
3. Perencanaan difokuskan pada tindakan yang bertujuan mengatasi masalah
pasien, juga perlu membuat kriteria hasil sesuai dasar landasan, mengevaluasi
tindakan yang diberikan kepada pasien.
4. Pelaksanaan keperawatan pada pasien dilakukan sesuai dengan masalah
keperawatan yang timbul, tetapi tidak semua diagnosa keperawatan secara
teoritis dilakukan implementasi.
5. Pada tahap evaluasi yang dilakukan pada klien By. “J” sudah mengalami
perubahan yang mana pada hari pertama satu diganosa keperawatan sudah
teratasi yaitu masalah kurangnya pengetahuan keluarga terhadap penyebab
penyakit klien.
B. SARAN 63
Berdasarkan kesimpulan yang telah ada maka penulis memberi beberapa
saran, antara lain :
1. Perawat hendaknya meningkatkan kerja sama dengan pasien untuk menggali
permasalahan pasien sehingga setiap masalah keperawatan dapat teratasi.
2. Karena tidak semua diagnosa keperawatan secara teori timbul pada kenyataan,
maka perawat perlu mengetahui landasan teori dengan Gangguan Sistem
65
DAFTAR PUSTAKA
http://2www.info_ibu.com
Markum, Alf. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid I. Jakarta : FKUI.
Sudoyo, Aru.W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
Yuliani, Rita. 2000. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : Depkes RI.