Anda di halaman 1dari 13

KARIOLOGI

1. Jelaskan etiologi karies

Proses karies:
Mekanisme terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak di permukaan gigi. Sukrosa (gula) dari sisa makanan
dan bakteri berproses menempel pada waktu tertentu berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH
mulut menjadi kritis .Hal ini menyebabkan demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi.Penurunan pH yang
berulang-ulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi yang rentan dan proses
karies pun dimulai dari permukaan gigi (pits, fissur dan daerah interproksimal) meluas ke arah pulpa.

Faktor Etiologi Karies


 Host (gigi dan saliva)
Struktur email sangat menentukan dalam proses terjadinya karies.1 Variasi morfologi gigi juga
mempengaruhi resistensi gigi terhadap karies. Di ketahui adanya pit dan fisur pada gigi yang merupakan
daerah gigi yang sangat rentan terhadap karies oleh karena sisa-sisa makanan maupun bakteri akan
mudah tertumpuk disini. Saliva merupakan sistem pertahanan utama terhadap karies. Sekresi saliva akan
membasahi gigi dan Saliva membersihkan rongga mulut dari debris-debris makanan sehingga bakteri tidak
dapat turnbuh dan berkembang biak.
Mineral-mineral di dalam saliva membantu proses remineralisasi email gigi. Selain itu, saliva mempunyai
efek bufer yaitu saliva cenderung mengurangi keasaman plak yang disebabkan oleh gula.
 Substrat atau diet Substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu
perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan email. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa orang yang banyak mengkonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung
mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang banyak mengandung lemak dan
protein hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi.
 Mikroorganisme
Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan
lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang
terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. bakteri yang paling banyak
dijumpai adalah Streptokokus mutans, Streptokokus sanguis, Streptokokus mitis dan Stretokokus salivarius
serta beberapa strain lainnya. Selain itu, dijumpai juga Lactobacillus dan beberapa spesies Actinomyces
 Waktu
kecepatan terbentuknya karies serta lama dan frekuensi substrat menempel di permukaan gigi. Secara
umum, lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi,
diperkirakan 6-48 bulan.
 GIGI
 DENTAL PLAK (MIKROORGANISME)
 KARBOHIDRAT
 WAKTU
 HOST (SALIVA & FLUORIDA)
 SOSIAL EKONOMI & DEMOGRAFI

2. Identifikasi Karies :

1. Pemeriksaan visual langsung

 Bercak putih pada enamel dengan kontur permukaan enamel normal.


 Hilangnya kontur permukaan bila karies telah mengenai dentin, warna dentin menjadi kuning
kecoklatan atau coklat.
 Karies dentin yang terus menyebar enamel warnanya menjadi putih opak
2. Transluminasi
Jika gigi disinari lesi karies akan terlihat bayangan hitam

3. Penggunaan sonde

 Deteksi pit dan fisur yang melunak karena karies.


 Kavitasi  Sonde akan menyangkut pada enamel ataupun dentin
 Permukaan proksimal gigi ( sonde berbentuk lengkung kecil )
 Sonde yang digunakan untuk mendeteksi karies disekitar restorasi penetrasi lebih dari 0,5 mm dan
sonde tersangkut diantara restorasi dan dinding kavitas maka berarti sudah terjadi karies gigi

4. Pemakaian benang gigi.

Benang gigi dilewatkan diantara proksimal gigi, bila rusak menandakan adanya tepi enamel suatu
kavitas karies, tepi restorasi tidak rata / karang gigi

5. RADIOGRAFI

Jika gigi berwarna hitam berarti terjadi karies… dan yang berwarna putih biasanya tambalan / amalgam

3. Jelaskan Klasifikasi Karies Gigi

A. Klasifikasi Kelas I karies yang terjadi pada permukaan oklusal dan bukal groove gigi
Black posterior, dan pit anterior
Kelas II karies yang terjadi pada permukaan proksimal gigi posterior
Kelas III karies yang terjadi pada permukaan proksimal gigi anterior
Kelas IV karies yang terjadi pada permukaan proksimal gigi anterior dan
sudah mengenai sebagian insisal edge gigi
Kelas V karies yang terjadi pada permukaan servikal gigi
Kelas VI karies yang terjadi pada ujung cusp gigi posterior dan insisal edge
gigi anterior
B. Berdasarkan Karies Superfisial karies yang mengenai enamel. Pada kondisi ini biasanya pasien
kedalaman belum ada keluhan
Karies Media karies yang mengenai enamel dan sebagian dentin. Pasien biasanya
mengeluh ngilu, nyeri terkena rangsangan panas atau dingin dan
akan berkurang bila rangsangan dihilangkan
Karies Profunda karies yang mengenai enamel sampai dengan tinggal selapis tipis
dentin yang menutupi ruang pulpa. Pada kondisi ini sudah
menimbulkan sakit
Karies Profunda Perforasi sudah terjadi perforasi pada pulpa. Menimbulkan rasa sakit yang
spontan
C. Berdasarkan Karies Aktif proses kariesnya masih aktif, jika dikerok menggunakan alat masih
lunak dan pasien masih memiliki keluhan
keaktifan
Karies Arrested pernah terjadi karies dan prosesnya sudah (berhenti) tidak aktif,
warnanya hitam mengkilap, tidak bisa dikerok menggunakan
instrumen
Karies Rampan terjadi pada hampir seluruh gigi dan biasa terjadi pada anak-anak
akibat susu botol

Klasifikasi baru oleh Drs. Graham J Mount dan W Rory Hume


Klasifikasinya berdasarkan three site and four size description.
● Site 1 : lesi pada pit dan fissure enamel pada gigi posterior atau permukaan halus
● Site 2 : lesi pada proksimal enamel yang berhubungan dengan daerah kontak
● Site 3 : lesi servikal pada mahkota/akar

● Size 0 : lesi pada stadium permulaan dari demineralisasi. Dapat disembuhkan dan tidak memerlukan perawatan
lanjut
● Size 1 (Minimal) : terjadi kavitas minimal yang telah melibatkan dentin. Diperlukan restorasi dan prevensi
akumulasi plak
● Size 2 (Moderated) : telah mengakibatkan dentin, sisa gigi masih cukup kuat untuk menyangga restorasi
● Size 3 (Enlarged) : kavitas yang besar, sisa gigi rapuh, diperlukan preparasi untuk mendapatkan resistance
● Size 4 (Extensive) : karies yang sangat besar, kehilangan struktur yang banyak termasuk cusp, insisal edge, dll
4. Jelaskan Teknik Pencegahan Karies

Menjaga kebersihan mulut adalah merupakan cara terbaik untuk mencegah terjadinya penyakit-penyakit dalam
mulut, seperti : karies gigi dan radang gusi. Kedua penyakit tersebut merupakan penyakit yang paling sering
ditemukan dalam mulut, penyebab utama penyakit tersebut adalah plaque. Beberapa cara pencegahan karies gigi
antara lain:

1. Plaque control

Plaque control merupakan cara menghilangkan plaque dan mencegah akumulasinya. Tindakan tersebut merupakan
tingkatan utama dalam mencegah terjadinya karies dan radang gusi. Menurut Wirayuni (2003), ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan plaque control, antara lain: 10

a. Scalling

Scalling yaitu tindakan membersihkan karang gigi pada semua permukaan gigi dan pemolesan terhadap semua
permukaan gigi.

b. Penggunaan dental floss (benang gigi)

Dental floss ada yang berlilin ada pula yang tidak yang terbuat dari nilon. Floss ini digunakan untuk menghilangkan
plaque dan memoles daerah interproximal (celah di antara dua gigi), serta membersihkan sisa makanan yang
tertinggal di bawah titik kontak.

c. Diet

Diet merupakan makanan yang dikonsumsi setiap hari dalam jumlah dan jangka waktu tertentu. Hendaknya dihindari
makanan yang mengandung karbohidrat seperti: dodol, gula, permen, demikian pula makanan yang lengket
hendaknya dihindari. Adapun yang disarankan dalam plaque control adalah makanan yang banyak mengandung serat
dan air. Jenis makanan ini memiliki efek self cleansing yang baik serta vitamin yang terkandung di dalamnya
memberikan daya tahan pada jaringan penyangga gigi.

d. Kontrol secara periodik

Kontrol dilakukan setiap 6 bulan sekali untuk mengetahui kelainan dan penyakit gigi dan mulut secara dini.

e. Fluoridasi

Fluor adalah suatu bahan mineral yang digunakan oleh manusia sebagai bahan yang dapat membuat lapisan email
tahan terhadap asam. Menurut YKGI (1999), penggunaan fluor ada dua macam yaitu secara sistemik dan lokal. Secara
sistemik dapat dilakukan melalui air minum mengandung kadar fluor yang cukup, 11 sehingga fluor dapat diserap
oleh tubuh. Secara lokal dapat dilakukan dengan diteteskan/dioleskan pada gigi, kumur-kumur dengan larutan fluor
dan diletakkan pada gigi dengan menggunakan sendok cetak.

f. Menyikat gigi

Menyikat gigi ádalah cara yang dikenal umum oleh masyarakat untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan
maksud agar terhindar dari penyakit gigi dan mulut. Menurut Manson dan Elley (1993), menyikat gigi sebaiknya
dilakukan dengan cara sistematis supaya tidak ada gigi yang terlampaui, yaitu mulai dari posterior ke anterior dan
berakhir pada bagian posterior sisi lainnya. Beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam
PENYAKIT PULPA DAN PERIAPIKAL
Kasus 1

1. Apakah diagnose keadaan tersebut


Pulpitis reversible
merupakan suatu proses inflamasi ringan yang apabila penyebabnya atau rangsangannya dihilangkan
maka inflamasi pun akan menghilang, lalu pulpa akan kembali normal. Pulpitis reversible ini umunya
bersifat asimtomatik. Sehingga pasien baru menyadari hanya ketika adanya rangsangan thermal pada gigi
2. Apakah yang menyebabkan terjadinya rasa sensitif
Penyebab terjadinya rasa sensitive pada minuman dingin adlaah tubulus dentin yang terbuka. Terbukanya
tubulus dentin diakibatkan oleh adanya stimulus ringan seperti karies insipient, erosi servikal, dan atrisi
oklusal. Karies insipient adalah inisiasi dari sebuah karies. Karies insipient ini merupakan salah satu faktor
utama terbukanya tubulus dentin. Apabila karies ini dihilangkan beserta faktor-faktor laiinnya dan gigi
direstorasi dengan baik, maka keadaan pun dapat menjadi normal kembali.
- Tidak timbul secara spontan dan tidak berlanjut bila penyebabnya telah ditiadakan.

Kasus 2

1. Apakah diagnose nya


Pulpitis irreversible merupakan inflamasi parah yang tidak akan bisa pulih walaupun penyebabnya
dihilangkan dan lambat atau cepat pulpa akan menjadi nekrosis. Pulpa irreversible ini seringkali
merupakan akibat atau perkembangan dari pulpa reversible. Dapat pula disebabkan oleh kerusakan pulpa
yang parah akibat pengambilan dentin yang luas selama prosedur operatif, trauma atau pergerakan gigi
dalam perawatan ortodontic yang menyebabkan terganggunya aliran darah pulpa.
Pulpitis irreversible dijelaskan dalam ppt dosen keluhannya spontan dan tanpa penyebab yang jelas.
 Perbedaannya klinis antara pulpitis reversibel dan irreversibel adalah kuantitatif, rasa sakit
pulpitis irreversibel adalah lebih parah dan berlangsung lebih lama.
 Pada pulpitis reversibel, penyebab rasa sakit umumnya peka terhadap suatu stimulus, seperti
air dingin atau aliran udara, sedangkan pulpitis irreversibel rasa sakit dapat datang tanpa
stimulus yang nyata.
2. Apakah yang meneybabkan rasa sakit itu
Keterlibatan bakteri pulpa melalui karies, meskipun faktor klinis, kimiawi, termal, atau mekanis yang telah
disebut sebagai penyebab penyakit pulpa, mungkin juga menyebabkan pulpitis.

KERADANGAN DAN INFEKSI OROFACIAL


1. Sebutkan fascial spaces

Fascial space

adalah daerah berlapis fasia yang dapat terisi atau ditembusoleh eksudat purulen. Fascia adalah jaringan ikat
fibrous yang membungkus ototdan memisahkan suatu otot dengan otot yang lain. Fascia tersususun atas lapisan-
lapisan jaringan ikat tipis, disebut dengan fascial planes. Beberapa di antaranyamengandung struktur neurovaskular
dan dikenal sebagai kompartemen. Sedangkan bagian yang diisi oleh jaringan ikat jarang disebut celah
Fascial space yang terlibat dalam penyebaran
infeksi dari gigi disebut fascial space primer.
Fascia primer merupakan daerah yang
terlibat letaknya berdekatan dengan tulang
rahang yang menyangga gigi-gigi sehingga
padaumumnya terlibat secara langsung pada
infeksi odontogen. Fascial space bias menjadi
tempat penyebaran infeksi odontogen baik
oleh arena gigi-gigi rahang atasmaupun
rahang bawah.

2. Sebutkan jenis - jenis infeksi orofasial beserta tanda dan gejalanya, perawatan dan penanganannya ?

PERIKORONITIS: SUATU RADANG JARINGAN SEKITAR MAHKOTA GIGI DALAM ERUPSI

 PERIKORONITIS AKUTA
Rasa sakit spontan – rasa sakit tekan memancar, Tidak ada pengaruh suhu (rangsang), Menelan sakit
(disfagia), Bau mulut (Fetor ex ore), Bengkak sekitar gigi – merah.
E.O. : - bengkak pipi
- trismus ringan
- L.N.N. sakit
- tendernes
Sistemik - suhu tubuh naik
- demam
- pening kepala
- nafsu makan turun
I.O. : - operculum & j. sekitar bengkak
- tendernes +
- keluar pus dari pocket
 PERICORONITIS SUBAKUT
Tak ada pembengkakan pipi, Tak ada trismus, Untuk gerakan mengunyah sakit, Ada pus / cairan dari poket,
LNN sakit, Operculum & j. perikoroner membengkak & sakit, Kadang-kadang ada ulcerasi→ abses
perikoroner
TERAPI / PENGOBATAN
- Antibiotik
- Anti radang
- Analgesik
- Obat kumur
- Obat oles

TREATMENT / TINDAKAN

- Operkulektomi
- Pencabutan gigi
 ABSES DENTOALVEOLAR PERIAPIKAL
LOKAL
Sakit gigi hebat terlokalisir
Tendernes ++ pada gigi
Aplikasi panas pada gigi → sakit
Bengkak -
UMUM
Kenaikan suhu badan –
TREATMENT / TINDAKAN
1. Pengeboran gigi → pulpa terbuka
2. Ektraksi gigi = anestesi umum
anestesi blok
Syarat : Gigi luksasi
TERAPI / PENGOBATAN
Idem
 ABSES SUBMUKUS
Tanda Klinis Akut
♦ Bengkak intra oral
- Vestibulum oris
- Palatinal
- Lingual
- Gingiva
♦ Tendernes + warna merah
♦ Fluktuasi jelas
♦ Sakit rasa + trismus + / –
Treatment / tindakan : - Insisi
- Drainase
- Cabut gigi / endodontik
- Obat-obatan
Tanda klinis kronis : - Fistula intra oral
- “Gum boil”
- K.U. baik
- Sakit rasa – , tendernes –
Tindakan : cabut gigi / apikoektomi

 ABSES SUBKUTAN
1. AKUT
Tanda Klinis
- Kulit berwarna merah
- Pembengkakan E.O.
- Fluktuasi jelas
- Tendernes +
- Batas pembengkakan jelas
- Garis tengah abses 1 – 5 cm
- Kadang-kadang ada trismus
- Lebih sering soliter
- Terikat erat dengan dasar
- Kadang terlihat pusat nekrosis
- Keadaan umum kurang baik
2. SUB AKUT KRONIS
Tanda Klinis
- Kulit merah sampai kebiruan
- Batas jelas
- Bengkak cembung terlokalisir
- Garis tengah pendek ± 3 cm
- Tendernes +
- Fluktuasi jelas
- Pembengkakan tersebut kadang bisa digerakkan
- Rasa sakit berkurang
- Keadaan umum pasien membaik
TINDAKAN ABSES SUBKUTAN
1. Insisi E.O. & drainase
2. Pencabutan gigi / apikoektomi
3. Pengobatan
4. Fisioterapi – sinar infra merah
 FISTEL KULIT O.(CHRONIC SKIN FISTULA): Suatu lubang kecil pada kulit yang kronis yang kadang-kadang
mengeluarkan cairan yang berasal dari (apeks) gigi yang gangren / nekrosis
Tanda Klinis
- Lubang kecil menahun E.O.
- Kulit di sekitarnya meringkus dan kadang nekrosis,
bergranulasi
- Kadang-kadang keluar cairan / pus
- Tendernes –
- Ada gigi penyebabnya
Lokasi
- Sudut Mata medial
Penyebab : C, I
Tindakan:
1. Pencabutan gigi penyebab / apikoektomi
2. Kuretase
3. Eksisi elips sekitar fistel
4. Jahit flap
5. Kasa tampon
6. Obat
 SELULITIS
SELULITIS ODONTOGENIK
- Radang yang punya kecenderungan terbentuk pus
- Akut dan membatasi diri dari jaringan beranyaman longgar.
- Pada lapisan permukaan, dalam dasar mulut
- Mula-mula difus, radang hebat
- Berhari-hari → pus
- Trismus
- Kesukaran menelan
- Demam
Terapi & treatment / tindakan
- Antibiotika, dosis massiv. (Mis. Amoxyllin 3x 1000 mg/ 2 caps 500mg, tambah Metronidasol
500mg 3x1).
- Antiradang (bisa cortikosteroid atau NSAIDs), analgetika, roburantia, obat kumur
fisioterapi (kompres hangat).
- Bila sudah ada fluktuasi (ada pus) → dilakukan insisi, tampon
- Exo gigi penyebab
 INFILTRAT
Bengkak kekar, terbatas dan berbentuk diskus di pipi atau di tepi bawah mandibula serta pada
palpasi terasa agak sakit. Sebagai kelanjutan selulitis. Kalau ada pus → abses subkutan/ abses submandibula.
TIPE AKUT
Gambaran Ekstra-Oral.:
- Kulit berwarna kemerahan
- Terasa panas dan sakit
- Berbentuk diskus dikelilingi lekukan
- Kulit terasa lekat dengan bengkaknya
- Kecuali di sebelah dalamnya ada otot
- Konsistensi kekar / padat
- Tempat : - Pada pipi, samping hidung
- Tepi bawah mandibula / dagu
- Kadang ada trismus
Gambaran intra oral : bengkak pada sisi bukal /
labial gigi penyebab .
Tendernes +, teraba kekar

TIPE SUBAKUT DAN KRONIS


- Warna kulit normal
- Tak terasa panas, tak sakit / sedikit
- Berbentuk diskus
- Kulit tak lekat dengan bengkaknya
- Ukuran bengkak 1 – 2 cm
- Konsistensi kekar
- Gambaran intra oral : terlihat bengkak
- Kadang masih ada trismus
- Tendernes – atau ±
- Tempat : pipi, tepi mandibula, dagu samping hidung
Terapi / tindakan
Akut : - antibiotika dosis massiv , anti radang, analgetika, roburantia.
- cabut gigi → infiltrat sembuh
- bila di insisi ; warna jaringan kuning muda,
keluar cairan merah tua / daerah matang.
Subakut dan kronis:
- cabut gigi
- bila perlu → insisi
- antibiotika dsb.
PHLEGMON (Ludwig’s Angina, bila submandibula): Radang akut yang tumbuh cepat, difus dalam jaringan
beranyaman longgar dan tidak ada kecenderungan pembatasan dan pembentukan pus, kalaulah ada sangat
sedikit.
Contoh:
- Erysipelas pada wajah penyebab kuman : strep. Hemolitikus
-Gangren gas: penyebab streptokokus perfringens
Tanda lokal:
-Bengkak besar, misal: pada dagu sampai membesar membulat
-Tendernes +
-Konsistensi keras seperti papan
-Kulit mengkilap, merah kecoklatan , panas/hangat
- Tidak ada fluktuasi, dan jaringan cenderung gangrenous.
Terapi & tindakan
- Antibiotika dosis tinggi untuk kuman aerob maupun anaerob
(Amoxyllim 3x1000mg, campur dengan Metronidasol 500mg 3x1)  segera rujuk ke Rumah Sakit/
Opname.
- Anti radang, analgetika antipiretika
- Roburantia
- Bed rest, kalau perlu infus
- Insisi dilakukan dengan melihat kondisi lokal maupun umum
- Kalau perlu tracheotomi
- Jangan lupa: tes kepekaan kuman kultur (darah)
Insisi (intervensi bedah ) ditujukan :
1. Untuk dekompresi, mengurangi ketegangan jaringan.
2. Untuk memberikasn drainage, walau yg keluar bukan pus melainkan cairan merah kehitaman.
INFEKSI PERIKORONA DAN IMPAKSI

1. Bagaimana penatalaksanaan perawatan perikoronitis yang disebabkan oleh gigi impaksi?


Adapun yang biasa dilakukan pada perawatan perikoronitis akibat gigi impaksi adalah dengan melakukan
operkulektomi. Operkulektomi atau pericoronal flap adalah pembuangan operkulum secara bedah. Perawatan
perikororonitis tergantung pada derajat keparahan inflamasinya. Komplikasi sistemik yang ditimbulkan dan
pertimbangan apakah gigi yang terlibat nantinya akandicabut atau dipertahankan. Selain itu hal yang perlu
diperhatikan adalah faktor usia dan kapan dimulai adanya keluhan. Perlu adanya observasi mengenai hal tersebut
karena jika usia pasien adalah usia muda dimana gigi terakhir memang waktunya untuk erupsi dan mulai keluhan
baru saja terjadi, maka operkulektomi sebaiknya tidak dilakukan dulu. Kondisi akut merupakan kontra indikasi
dilakukannya operkulektomi, namun tindakan emergensi dapat dilakukan hingga kondisi akut dapat ditanggulangi
kemudian keadaan dievaluasi untuk dapat melakukan operkulektomi..
Adapun teknik operkulektomi sebagai berikut
Kunjungan pertama
1. Menentukan perluasan dan keparahan struktur jaringan
2. Menghilangkan debris dan eksudat yang terdapat pada permukaan operculum dengan aliran air hangat atau
aquades steril
3. Usap dengan antiseptik.
4. Operkulum/pericoronal flap diangkat dari gigi dengan menggunakan scaler dan debrisdi bawah operkulum
dibersihkan
5. rigasi dengan air hangat/aquades steril.Pada kondisi akut sebelum dilakukan pembersihan debris dapat diberikan
anastesitopikal. Pada kondisi akut juga tidak boleh dilakukan kuretase maupun surgikal.
6. Instruksi pada pasien agar:
-Kumur-kumur air hangat tiap 1 jam
-Banyak istirahat
-Makan yang banyak dan bergizi
-Menjaga kebersihan mulut
7. Pemberian antibiotic bila perlu diberikan, juga analgetik
8. Bila operkulum membengkak dan terdapat fluktuasi, lakukan insisi guna mendapatkan drainase. Bila perlu
pasang drain (bila dipakai drain sebaiknya pasien diminta datang kembali setelah 24 jam, guna melepas atau
mengganti drain).

Kunjungan kedua
Bila kondisi pasien telah membaik dan keadaan akut telah reda:
Lakukan opperkulektomi atau eksisi perikoronal flap
Jaringan dibagian distal M3 perlu dipotong untuk menghindari terjadinya kekambuhan perikoronitis
Bersihkan daerah operasi dengan air hangat/aquades steril
Aplikasi periodontal pack
Instruksi pada pasien agar datang kembali pada kunjungan berikutnya (kalau tidak ada keluhan, 1 minggu kemudian).

Kunjungan ketiga
Pack dibuka , bila keadaan baik maka, menentukan apakah gigi yang terlibat (M3) akan dicabut atau
dipertahankan, keputusan ini didukung oleh pertimbangan apakah gigi tersebut nantinya akan berkembang atau tumbuh
pada posisi yang baik atau tidak.
2. Sebutkan macam-macam komplikasi yang bisa terjadi pasca operasi pengambilan gigi
impaksi/odontektomi. Jika hal ini terjadi apa yang harus dilakukan
- Edema
Secara fisiologis pada pasien usia muda, 24-48 jam pasca bedah akan terjadi edema pipi yang merupakan bagian
dari proses penyembuhan. Pada pasien berusia di atas 50 tahun edema dapat terjadi sampai 5 hari. Edema ini
sebagai akibat trauma setempat pada odontektomi dan terjadi sebagai tanda proses radang dengan disertai
kemerahan dan rasa sakit. Edema dapat melibatkan jaringan di dalam rongga mulut dan melibatkan otot-otot
pipi dan disekitarnya yang mengakibatkan pembengkakan pipi. Edema merupakan reaksi normal pada setiap
pencabutan dan pembedahan gigi.
- Trismus
Trismus dapat disebabkan oleh edema pasca bedah. Hal ini dikarenakan edema bekas pembedahan akan
menyebabkan perubahan jaringan sekitarnya dan otot-otot pengunyahan mengalami kontraksi sehingga
menimbulkan trismus. Trismus yang terjadi bukan disebabkan oleh meningkatnya volume dari muskulus karena
edema tetapi lebih disebabkan karena reaksi atas rasa sakit yang disebabkan oleh gerakan rahang. Trismus atau
spasme muskulus masseter dapat dicegah dengan memotivasi pasien agar membuka mulut lebar berulangkali
sejak hari pertama setelah pembedahan
- Paraesthesi
Komplikasi lain adalah kerusakan nervus yang mengakibatkan paraesthesi labial inferior sampai dagu pada sisi
yang sama. Nervus yang paling sering cedera selama pencabutan dan pembedahan gigi adalah n. alveolaris
inferior dan n. lingualis. Cedera yang mengenai saraf-saraf ini biasanya sulit dihindari karena anatomi
pembuluh-pembuluh saraf tersebut dekat dengan bagian apikal gigi molar ketiga rahang bawah. Pada kondisi
ini pasien akan mengalami rasa tidak nyaman seperti rasa baal, semutan pada bagian-bagian tertentu pada wajah
misalnya bibir, gusi, ujung lidah atau dagu. Paraesthesi dapat bersifat sementara ataupun permanen tergantung
pada besarnya cedera terhadap saraf tersebut . Pada umumnya dirasakan pasien beberapa hari pasca
odontektomi
- Dry socket
Komplikasi infeksi pasca bedah juga dapat terjadi pada soket bekas tempat gigi impaksi, nyeri berdenyut
menyebar sampai telinga dan timbul halitosis, bau tidak sedap yang berasal dari soket. Keadaan itu disebabkan
karena telah terjadi localized osteomyelitis atau alveolar osteitis yang dikenal pula dengan sebutan dry socket,
yang menyebabkan masa penyembuhan lebih lama
Komplikasi-komplikasi yang terjadi bergantung pada reaksi individual. Secara umum terjadi penurunan
jumlah komplikasi pada hari ke-2 dan hari ke-4 seiring dengan proses penyembuhan. Pengobatan medikamentosa
dilakukan dengan pemberian antibiotic, anti-inflamasi dan analgetik untuk membantu mengatasi berbagai
komplikasi tersebut. Antibiotik golongan penisilin tetap merupakan obat pilihan, namun bila uji kulit positif
diberikan klindamisisn dengan dosis 3x300 mg selama 3-5 hari. Untuk penghilang nyeri ringan diberikan tablet
ibuprofen 400-800 mg atau asetaminofen 500 mg 3-4x sehari selama 2-3 hari. Pada kasus odontektomi berat, untuk
nyeri sedang sampai berat diberikan analgetik ideal yaitu dikombinasikan dengan penambahan tablet codein 15-30
mg. Selama masa penyembuhan pasien juga dianjurkan untuk makan makanan cair/lunak dan meningkatkan
kebersihan rongga mulut dengan merendam daerah pembedahan dengan antiseptic oral klorheksidin 0,2 % atau
povidone iodine 1 % yang dapat mempersingkat proses penyembuhan.

OSTEOMYELITIS RAHANG
1. Jelaskan bagaimana proses terjadinya

 Secara langsung melalui perluasan penyakit,


 Secara hematogen,
 Dari fraktur tulang yang terbuka kemudian terkontaminasi.

Pada umumnya, organisme pyogenik rahang mencapai sumsurm tulang pada gigi dengan abses atau infeksi setelah
pembedahan, namun karies gigi merupakan penyebab yang palingumum di antara semuanya

Infeksi terjadi pada bagian terkalsifikasi ketika pus dan edema pada kavitas sumsum dan di bawah periosteum
menghambat suplai darah lokal sehingga terjadi iskemia dan tulang terinfeksi menjadi nekrosis dan memicu
pembentukan sequester. Sequester adalah segmen tulang yang menjadi nekrotik karena luka iskemik yang
disebabkan proses keradangan. Hal ini merupakan tanda klasik dari osteomyelitis.

Patogenesis osteomielitis pada rahang biasanya ditandai dengan adanya eksudat inflamasi yang terdiri dari fibrin,
polimorfonuklear leukosit dan makrofag. Inflamasi terjadi di dalam rongga medula dalam tulang spongiosa dan
dapat melibatkan trabekula spongiosa serta dapat mempenetrasi korteks dan mencapai periosteum. Daerah
sumsum tulang dipenuhi oleh neutrofil, debris nekrotik dan mikroorganisme. Jaringan sumsum tulang yang
berlemak dan sumsum hematopoetik menjadi nekrosis dan berganti menjadi eksudat inflamasi. Tekanan di dalam
rongga medula meningkat dan pembuluh darah menjadi hancur. Akibatnya perfusi vaskular mengakibatkan
terjadinya nekrosis pada tulang spongiosa dan korteks. Pada tulang trabekula yang nekrosis terjadi hipereusinofilik.
Osteosit membesar dengan tepi yang berwarna biru tua. Pembentukan sequester dapat terjadi. Sequester akan
dikolonisasi oleh mikroorganisme dalam bentuk biofilm dan akan memperparah inflamasi.

Infiltrat inflamasi mengandung sel plasma, selain itu juga terdapat limfosit dan makrofag. Fibrosis pada sumsum
tulang akan terjadi setelah faktor pertumbuhan fibroblas dilepas. Pembentukan tulang baru berlangsung dengan
cepat dan memicu tulang penderita menjadi sklerosis. Aktivitas osteoblas meningkat yang mengakibatkan
meningkatnya diameter intralesional dan trabekular medula.

2. Tanda dan Gejala osteomyelitis

1. Osteomyelitis supuratif akut


 umumnya keluhan didahului oleh sakit gigi yang berlanjut dengan pembengkakan pada muka disertai
dengan trismus,
 Rasa sakit yang dalam, menyebar sampai ke telinga disertai parestesi bibir,
 Gigi geligi yang terkena goyang dan sakit waktu oklusi, gingival bengkak, pus keluar dari marginal gusi,
 Kadang-kadang demam tinggi dan malaise,
 Adanya limadenopati regional.
2. Osteomyelitis supuratif kronik

 Dapat terjadi setelah fase akut merteda atau langsung dari infeksi gigi
 Gigi yang semula goyang, terasa kokoh lagi,
 Trismus dan parestesi bibir perlahan-lahan berkurang atau menhilang sehingga penderita merasa lebih enak,
 Supurasi dan abses local tetap ada dengan membentuk fistula yang multiple pada mukosa dan kulit sebagai
tempat keluarnya pus dan tulang nekrotik,
 Eksaserbasi akut dapat terjadi secara periodic dengan gejala-gejala sama seperti osteomyelitis supuratif akut.
Perawatan Osteomyelitis

Terapi osteomyelitis terdiri dari medis dan pembedahan. Acute osteomyelitis rahang utamanya diobati dengan
pemberian antibiotik yang sesuai. Antibiotika ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan sensitivitas bakteri, dan
selama menunggu sebelum ada hasilnya, dapat diberikan penisilin sebagaidrug of choice. Bila pasien menderita
osteomielitis akut yang hebat, perlu dirawat inap untuk dapat diberikan antibiotika intra vena. Pilihan antibiotik
biasanya clindamycin, karena sangat efektif melawan streptococci dan bakteri anaerob yang biasanya ada pada
osteomyelitis.. Pembedahan padaacute suppurative osteomyelitis biasanya terbatas. Biasanya hanya dilakukan
pencabutan gigi yang non-vital pada sekitar daerah yang terifeksi. Terapi pada chronic osteomyelitis membutuhkan
tidak hanya antibiotic tetapi juga terapi pembedahan. Clindamycin merupakan pilihan obat utama. Mengkultur
material penginfeksi juga sebaiknya dilakukan agar dapat diberikan antibiotik yang lebih spesifik.

Pemberian antibiotik pada terapi untuk acute dan chronic osteomyelitis ini lebih lama dibandingkan infeksi
odontogenik yang biasa. Untuk acute osteomyelitis ringan, antibiotic diberikan hingga 4 minggu. Akan tetapi
pada acute osteomyelitis berat, antibiotic terus diberikan hingga 6 bulan.

Anda mungkin juga menyukai