Anda di halaman 1dari 10

TUGAS GEOLOGI LINGKUNGAN

Kelompok Gempa Lombok


Kelas GL-1

Disusun oleh:

• Mohamad Roviansah (101216013)


• Destiya Nurul Khasanah (101216019)
• Ayuning Kelana (101216030)
• Wildan Eka Andaya (101216033)
• Deneva Widyaningtyas (101216035)
• Belinda Rizka Aprillia (101216046)
• Ervina Rahma Aini (101216047)
• Mochammad Firman Ananda Priatna (101216058)
• Gilbert Hasiholan Butar Butar (101216059)
• Raja Fitha Samudra (101216060)
• Theo Pranada Hasahatan (101216062)
• Abednego Pakpahan (101216071)
• Firman Aldilah (101216088)
• Aditya Rizky Saputra (101216111)
• Raden Fiqky Amarta Kurniandi (101216130)

Program Studi Teknik Geologi


Fakultas Teknologi Eksplorasi dan Produksi
Universitas Pertamina
Jakarta
Lokasi gempa
Berdasarkan lokasinya, Lombok terletak pada kawasan tektonik aktif dengan beberapa zona sumber
gempa seperti zona Back Arc Thrust pada bagian utara, megathrust di bagian selatan, dan sistem sesar
geser disisi barat dan timurnya pada gambar 1. Sehingga, Lombok merupakan salah satu wilayah
Indonesia dengan aktivitas kegempaan yang cukup tinggi seperi pada gambar 2:

Gambar 1 Konfigurasi tektonik wilayah Lombok berdasarkan Peta Sumber daya Bahaya Gempa Nasional 2017 (Tim
Pusat Studi Gempa, 2018)

Gambar 2 peta persebaran kejadian gempa di sekitar pualu Lombok periode 1973-2018 (USGS, 2018 dalam Tim Pusat
Studi Gempa, 2018)
Kerusakan akibat gempa
Gempa yang terjadi di wilayah Lombok pada tanggal 29 Juli dengan kekuatan 6.4 Mw
merupakan akibat dari adanya aktivasi zona sesar naik busur belakang Flores dengan orientasi
arah barat timur (Tim Pusat Studi dan Gempa, 2018). Sesar naik itu terbentuk karena adanya
friksi dengan Lempeng Indo-Australia. Pusat gempa berada pada kedalaman 13 km dan berada di
darat 47 km arah timur laut Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Episenter dari gempa
didominasi oleh sedimen volkanik yang telah terangkat dan terlapukkan. Sedimen yang
terlapukkan tersebut menambah daya guncangan gempa sehingga dampaknya semakin besar.
Akibat terjadinya gempa pada tanggal 29 Juli, terjadi beberapa dampak seperti pada tabel 1:

Tabel 1 Dampak akibat gempa tanggal 29 Juli 2018 (Tim Pusat Studi Gempa, 2018)

Tak hanya tempat tinggal, tetapi rumah ibadah, sarana ppendidikan dan sarana kesehatan pada
wilayah Lombok terkena dampak akibat gempa ini. Kerusakan bangunan yang terjadi pada salah
satu wilayah Lombok dapat dilihat pada gambar 2

Gambar 3 Kerusakan akibat gempa 29 Juli 2018 di Dusun Malempo, Desa Obel-Obel,
Kecamatan Sambelia (Tim Pusat Studi Gempa, 2018)
Tak hanya pada infrastruktur, dampak akibat adanya gempa juga dapat teramati pada gerakan
tanah pada jalur pendakian Gunung Rinjani., dapat dilihat pada gambar 3

Gambar 4 Retakan tanah pada Desa Sajang, Kecamatan Sembalun (Tim Pusat Studi
Gempa, 2018)
Total kerugian akibat bencana gempa Lombok ini ditaksir hingga mencapai Rp12,15 triliun
yang mencakup kerusakan bangunan Rp10,15 triliun dan kerugian ekonomi Rp2 triliun (BNPB).

Gambar 5.Proses evakuasi korban yang sedang dilakukan oleh tim SAR dibantu oleh
aparat setempat, TNI, dan masyarakat. Sejumlah wisatawan menjadi korban longsoran
batu saat terjadi gempa di air terjun Tiu Kelep, Desa Senaru.
Gempa bumi yang terjadi di Lombok selain merusak infrastruktur bangunan, gempa ini memicu
dampak ikutan bencana (collateral hazard) berupa longsoran lereng yang menelan korban jiwa.
Longsoran akibat gempa terjadi di Kawasan Air Terjun Tiu Kelep di Kabupaten Lombok Utara
yang berjarak 24 km arah barat laut dari pusat gempa (episenter). Terjadinya peristiwa longsoran
pasca gempa kuat memang lazim terjadi di daerah perbukitan tua, karena pada saat terjadi gempa
kuat di Kawasan perbukitan terjadi peningkatan percepatan getaran tanah akibat efek topografi
ditambah kondisi lereng yang tidak stabil akan memperparah efek longsoran yang terjadi.

BNPB: Kebutuhan Dana Rehabilitasi Gempa Lombok Capai Rp 8,6 T. Dari total kebutuhan dana
ini, alokasi terbesar ditujukan untuk Lombok Utara dan Lombok Barat, yang menjadi lokasi
paling parah terkena dampak gempa. Total kerusakan di Lombok Utara mencapai Rp 3,19 triliun
dan total kebutuhan rehabilitasi Rp 3,09 triliun. Sedangkan total kerusakan di Lombok Utara
mencapai Rp 3,59 triliun dan total kebutuhan Rp 2,08 triliun.

Gempa di Lombok tidak berhenti di 29 Juli 2018, tetapi juga terjadi gempa rentetan sebanyak 6
kali pada tanggal 19 Agustus 2018 dengan kemuatan gempa berkisar antara 5,2 – 6,5 SR. Pusat
gempa pada tanggal 19 Agustus itu bergeser lebih ke darat yang sebagian besar daerah tersebut
tersusun oleh batuan sedimen dan batuan metamorf berumur Pra-Tersier hingga Tersier (batuan
gunung api berumur Tersier hingga Kuarter, dan aluvium berumur Resen). Batuan penyusun itu
bersifat urai,lepas dan belum terkonsolidasi sehingga memperkuat efek gempa. (PVMBG)

Selama rentang bulan juli-agustus 2019 mengalami kerugian mencapai Rp. 1 trilliun, hanya dari
sector pariwisata, berdasarkan Ketua DPD Association of the Indonesian Tours and Travel
Agencies (ASITA) Nusa Tenggara Barat (NTB) Dewantoro Umbu Joka, mengatakan akibat
gempa Lombok membuat target wisatawan asing dan domestic Lombok baru mencapai 50% dari
target tahunan kunjungan wisatawan ke Lombok yaitu 4 juta kunjungan domesitk dan
mancanegara. Namun Bapak dewantoro optimis dapat dipenuhi dalam kurun waktu akhir tahun,
mengandalkan libur natal dan tahun baru.

Peristiwa Gempa Bumi Lombok dengan kekuatan 7 Skala Richter menyebabkan terjadinya

Gambar
Gambar 67 Peta
Peta Estimasi
Estimasi Persebaran
Persebaran Likuifaksi
LongsoranGempa
GempaLombok
Lombol.Semakin
Semakingelap
gelapwarna
warnaintensitas
intensitaskontur
konturmenandakan
menandakansemakin
semakin
tinggi
tinggi kemungkinan
kemungkinan peristiwa
peristiwa terjadi
terjadi (USGS,
(USGS, 2018).
2018)
Longsor dan Likuifaksi yang terjadi disekitar pusat gempa. Likuifaksi sendiri terjadi akibat
hilangnya kekuatan dan kekakuan tanah jenuh atau setengah jenuh yang diakibatkan oleh gempa
sehingga menyebakan tanah yang awalnya padat berubah menjadi seperti cairan. Pada peristiwa
gempa Lombok, fenomena likuifaksi terjadi pada Desa Selengen Kecamatan Kayangan Lombok
Utara. Sementara kejadian tanah longsor terjadi di Dusun Dompu Indah, Kecamatan Kayangan,
Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Pembangunan Infrastruktur berbasis mitigasi

Setelah masa tanggap darurat usai, tentu saat ini kita harus memikirkan tahap selanjutnya yaitu
tahapn Recovery dan rekonstruksi. Dalam hal ini tentu saat ini Pemerintah dituntut untuk segera
mempercepat proses pemulihan pembangunan infrastruktur dan pengembalian fungsi pelayan
publik. Dalam tahapan ini memerlukan pengumpulan data hasil lapangan dari berbagai macam
jenis data terutama terkait dengan data kondisi geologi lokal dan regional, kondisi kerusakan
bangunan dan kondisi kerusakan medium Galan, tanah), informasi tektonik dan data dukung
lainnya.

Salah satu langkah konkrit nyata pemerintah yaitu dengan membangun rumah RISHA (Rumah
Instan Sederhana Sehat). Pembangunan bangunan ini telah memrhatikan aspek kegempaan
sehingga diharapkan akan tahan terhadap gempa atau goncangan.

Jika dikaji lebih detail, terkait tingkat kerusakan dan model kerusakan yang terjadi pada berbagai
wilayah di Lombok memungkinkan tingkatan respon getaran yang diterima berbeda-beda, maka
pemetaan kondisi efek lokal dan jenis bagunan-bangunan yang telah dibangun secara standar dan
belum mengikuti standar ketahanan terhadap gempabumi perlu dipetakan secara detail.

Ketika kita berbicara mengenai konsep pembangunan wilayah berbasis mitigasi tentu kita perlu
untuk memerhatikan berbagai parameter, diantaranya :

1. Aspek Kualitas bangunan

Sisi kualitas bangunan yang dibangun tanpa memperhitungkan tingkat ketahanan bangunan
terhadap potensi tingkat getaran akan ancaman bahaya gempabumi. Kondisi tersebut cenderung
terkait dengan sisi kesalahan manusia (human error), dimana pemahaman akan pentingnya
keselamatan akibat bangunan yang rentan mengalami kerusakan, diabaikan. BMKG sesuai UU
No 3 I Tahun 2009 sebagai instansi yang mempunyai kewenangan dalam pengamatan getaran
tanah akibat kejadian gempabumi mempunyai peralatan akselerometer. Alat ini terpasang dan
terintegrasi dalam sistem jaringan monitoring getaran kuat di Indonesia.

Secara kegunaan alat ini berguna untuk mengetahui tingkat goncangan dan berkorelasi dengan
tingkat ancaman getaran maksimumnya terhadap bangunan yang ada di lokasi tersebut. Dengan
memanfaatkan informasi periode spektral sinyal getaran gempabumi yang terekam oleh
akselerometer, maka hubungan gambaran potensi kerusakan dan potensi tingkat jenis bangunan
dapat dipelajari. Informasi yang dihasilkan dari peralatan monitoring gempabumi kuat ini juga
dapat melihat perbedaan tingkatan hazard yang timbul dan terbukti dengan melihat perbandingan
rekaman data alat dengan desain yang sudah ditentukan dalam building code SNI 1726 tahun
2012.

Berikut adalah contoh penerapan langsung dari alat ini yaitu dapat dilihat dari hasil data respons
spektral design yang dicatat oleh akselerometer. Dari kedua tempat yang diamati yaitu kantor
operasional Meteorologi BMKG Bandara lnternasional Lombok, dibandingkan dengan respons
spektral desain gaya gempa SN I 1726 Tahun 2012 dan respons spektral ground motion SNI
1726 tahun 2012 pada wilayah
BIL Praya Lombok Tengah hasilnya menunjukkan bahwa respon spektral kejadian gempabumi
yang terekam di wilayah Bandara lnternasional Lombok masih jauh dari desain gaya yang
ditetapkan oleh SNI Tahun 2012, dan periode spektral dominan menunjukkan di nilai 0.1 detik.
Artinya ancaman infrastruktur dominan pada bangunan lantai 1. Hal ini didukung dengan hasil
rekaman akselerograf di wilayah Bandara BIL nilai goncangannya lebih kecil dibandingkan
goncangan yang dirasakan di wilayah Mataram, Tanjung dan lainnya. lnformasi jenis ini sangat
penting digunakan untuk menggambarkan kondisi di wilayah lain di Lombok terkait potensi
kerusakan dengan data yang direkam oleh alat. Kondisi wilayah lain seperti sebagian Mataram
dan terbanyak di wilayah Tanjung yang menunjukkan kondisi kerusakan yang sangat signifikan,
sehingga sangat memerlukan informasi jenis ini.

2. Jenis tanah, karakteristik dan aspek batuan dibawah permukaan

Memahami kondisi dan medi bawah permukaan. Hal ini menjadi penting karena peran medium
bawah permukaan yang dapat berperan memperbesar atau mereduksi tingkat getaran atau biasa
disebut sebagai efek site lokal (local site effect). Kondisi ini yang memungkinkan wilayah satu
dengan wilayah lain akan memberikan tingkatan dampak yang berbeda-beda. Faktor itu yang
akan membedakan respon getaran di permukaan tanah walaupun dua wilayah yang mempunyai
jarak yang sama dari pusat gempabumi. Dalam rangka tahapan rekonstruksi berbasis mitigasi ini
diperlukan informasi pemetaan lokal atau zonasi yang bersifat mikro lainnya yang dapat
mendukung pertimbangan perencanaan bangunan yang sesuai dengan tingkat ancamannya. Salah
satu produk pemetaan yang dapat digunakan adalah peta mikrozonasi. Peta ini mempunyai
tingkatan output berdasarkan level dan jenis parameter yang menyusun peta tersebut. Data
inputan peta tersebut adalah data kondisi geologi lokal dan regional, distribusi seismisitas,
geomorfologi, geoteknik, seismotektonik.

mempunyai jenis tanah sedang. Hasil survey estimasi kedalaman bedrock juga menunjukkan
bahwa nilai rata-rata Vs30 (shear wave) di wilayah regional lombok dari masing-masing lokasi
pengukuran hasilnya merujuk pada peraturan SNI 1726 Tahun 2012 perihal klasifikasi jenis
tanah menunjukkan klasifikasi tanah sedang sampai bedrock.

Informasi tingkat kerusakan jenis bangunan yaitu jenis bangunan sederhana, bangunan tingkat
rendah (lantai I sampai 3 ), ruko – ruko dan bangunan tinggi sangat diperlukan, untuk melihat
dominan potensi tingkat kerusakan terhadap bangunan infrastruktur di wilayah dampak terhadap
data-data hasil survey.

Aspek informasi kerentanan dalam skala mikro yang merujuk pada SNI 1726 Tahun 2012,
pemetaan sejarah kerusakan dan pembangunan, khususnya untuk bangunan khusus (critical
building) adalah hal-hal yang menjadi bagian dari konsep perencanan pembangunan daerah
berbasis mitigasi.

Sekarang, sudah saatnya masyarakat Lombok bangkit kembali untuk sating membantu
membangun Lombok sebagai wilayah yang siap siaga dalam pembangunan infrastruktur dari sisi
ancaman bahaya gempabumi. Konsep wilayah berbasis mitigasi penting artinya bagi wilayah
Lombok Nusa Tenggara Barat, dimana ada harapan besar di masa mendatang wilayah dengan
konsep bangunan yang disiapkan saat sekarang ini akan lebih baik dan tangguh dari ancaman
bencana gempabumi, dan tentunya akan mengurangi dampak korban yang lebih banyak lagi.
Parameter yang terdapat dalam aspek wilayah berbasis mitigasi perlu menjadi perhatian khusus
dan pertimbangan dalam tahap rekontruksi untuk menetapkan desain bangunan.

Dampak gempa dari sektor pertanian

Sektor Pertanian juga terimbas akibat Gempa Lombok.Walaupun presetasenya hanya 0,24 persen
dari kerusakan yang lain namun semuanya sangat berdampak pada pertanian.,Botero dan
Salinas(2013);Brandenberg,Lee,dkk(2014) dalam Wiwaha,dkk(2018) mengatakan bawah
bencana alam dan perubahan pada lingkungan yang berdampak pada asset baik dari segi
infrastuktur maupun sumberdaya manusia sangat berdampak pada kegiatan pertanian.Penulis
dalam publikasi ini membahas beberapa kecamatan yang mengalami kerusakan di
Lombok.Seperti di Kecamatan Bayan dan Gangga kerusakan sector pertanian pada komoditas
kacang dan padi,dimana yang paling parah pada komoditas kacang.Namun bukan hanya kacang
dan padi,komoditas hasil pertanian lain yang terdampak kopi,coklat,dan jambu mete dan
beberapa komoditas lain. Di kecamatan lain seperti Pemenang,Kayangan dan Tanjung juga
mengalami hal yang sama namun tidak separah Bayang dan Gangga.Kerugian akibat gempa
terhadap pertanian berpengaruh terhadap luasnya daetah pertanian. Diperkirakan kerugian pada
rentang Rp200.000.000,00 sampai sekitar Rp 3.500.000.000,00
Gambar 8 Grafik. Kerugian Komoditas Kecamatan Bayan dan Gangga (Kajian dan Analisis Dampak Bencana
BNPB,2018)

Gambar 7 Grafik .Perkiraan Kerugian Sektor Pertanian (Kajian dan Analisis Dampak Bencana BNPB,2018)

Apakah gempa bisa diprediksi?

Sampai saat ini belum ada teknologi di dunia yang mampu memprediksi terjadinya suatu gempa, namun
gempa dapat dicatat sebagai pembelajaran bagi manusia agar bisa mempersiapkan hal-hal yang harus
dipersiapkan bila terjadi bencana seperti gempa dan lainnya dari berbagai aspek kehidupan. Persiapan
untuk menghadapi bencana agar minimnya kerugian dan kerusakan yang ditimbulkan dapat dilakukan
dengan edukasi serta simulasi tentang bencana secara berkala dan sistematis di tiap-tiap daerah di
Indonesia khususnya yang memiliki potensi bencana yang tinggi.
Referensi:

Dewi Rina Cahyani, 2018. Sektor Pariwisata Merugi Hingga Rp 1 Triliun Akibat Gempa
Lombok 21 agustus 2018. https://bisnis.tempo.co/read/1119066/sektor-pariwisata-merugi-
hingga-rp-1-triliun-akibat-gempa-lombok diakses Rabu 4 September 2019
Pramono, S.(2018). PERENCANAAN REKONTRUKSI WILAYAH LOMBOK BERBASIS
MITIGASI GEMPABUMI.BMKG. Diakses pada:
http://www.bmkg.go.id/berita/?p=perencanaan-rekontruksi-wilayah-lombok-berbasis-mitigasi-
gempabumi&lang=ID&tag=geofisika

Robby Wallansha. 2018. Ulasan Guncangan Tanah Akibat Gempa Lombok Timur 29 Juli 2018.
Bmkg.co.id diakses pada Rabu, 4 September 2019.
Sunariyah. (2018). Akibat Gempa 7 SR, Tanah Kaku di Lombok Berubah Jadi Gembur dan
Berlumpur. Retrieved from https://www.liputan6.com/news/read/3614987/akibat-gempa-7-sr-
tanah-kaku-di-lombok-berubah-jadi-gembur-dan-berlumpur

Tim Pusat Studi Gempa Nasional.2008. Kajian Rangkaian Gempa Lombok Provinsi Nusa
Tenggara Barat . Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Pemukiman Badan
Pnelitian dan Pengembangan Pemukiman: Bandung.
USGS:Earthquake Hazards Program(2018). Ground Failure Summary M 6.9 - 0km SW of
Loloan, Indonesia. Retrieved from
https://earthquake.usgs.gov/earthquakes/eventpage/us1000g3ub/ground-failure/summary

Wiwaha.A.A,Gunanda.D.A,Krisnawati.R.2018.Strategi Recovery Sektor Pertanian


Pascabencana Gempa di Kabupaten Lombok Utara.Jakarta : Pusat Data Informasi dan Humas
BNPB

Anda mungkin juga menyukai