Anda di halaman 1dari 6

IDENTIFIKASI SISTEM

STRUKTUR DAN KONSTRUKSI RUMAH TRADISIONAL


STUDI KASUS GHUMA BAGHI DI DESA BANGKE KECAMATAN KOTA AGUNG
KABUPATEN LAHAT PROVINSI SUMATERA SELATAN

Iwan M Ibnu1, Ari Siswanto, Yulianto P Prihatmaji dan Setyo Nugroho


1 iwanmuraman@unsri.ac.id

ABSTRAK : Ghuma Baghi merupakan salah satu hasil kebudayaan Suku Pasemah di dataran tinggi
Bukit barisan Sumatera Selatan makin berkurang kuantitas dan kualitas. Penelitian mengambil
sampel Ghumah Baghi di Desa Bangke Kecamatan Kota Agung, Kabupaten Lahat yang
didokumentasikan dan digambar ulang struktur dan konstruksi. Metoda pengambilan data adalah
pengukuran pengukuran, foto dan wawancara. Pembahasan mengunakan metoda deskriptif untuk
mendapatkan gambaran karakter struktur dan konstruksi Ghumah Bhagi. Struktur dan konstruksi
Ghumah Baghi terbagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu bawah, tengah dan atas. Bagian bawah
perletakan di bumi berupa tumpukan batu sebagai landas pijak tiang kolong yang disatukan oleh
gelagar atas tiang kolong. Bagian tengah sistem konstruksi Ghuma Baghi adalah “Box System” dengan
empat tiang di sudut rumah dengan pengaku berupa gelagar atas dan bawah. Pada bagian atas rangka
atap memiliki 2 (dua) tiang atap utama di hubungkan oleh gelagar bubungan dan kasau di letakan
menumpu pada gelagar bubungan dan gelagar atas hunian yang terpisah dengan komponen bagian
tengah. Ragam sambungan adalah sambungan letak, takik, pasak dan ikat. Telaah sistem struktur dan
sistem sambungan Rumah bagi menunjukan bahwa struktur Ghuma Baghi adalah struktur bongkar
pasang dan struktur goyang.

Kata kunci: Ghumah Baghi, tipologi, struktur dan konstruksi

PENDAHULUAN

Struktur merupakan bagian penting pada arsitektur salah satu elemen arsitektur, Vitruvius
dan Sir Henri Wotton mengungkapkan ada 3 (tiga ) unsur dalam arsitektur yaitu fungsi,
estetika dan kekuatan (MacDonald, 2001). Kekuatan (firmitas) merupakan yang yang
sangat mendasar karena tanpa kekuatan maka tidak ada fungsi dan estetika. Struktur
adalah arsitektur merupakan salah satu bentuk hubungan antara struktur dan arsitektur,
karakter struktur yang membentuk arsitektur.

Rumah tradisional merupakan salah satu produk budaya dari suku bangsa adapun rumah
tradisional dari Suku Pasemah dikenal dengan nama Ghuma (rumah) Baghi, (Alimansyur et
al., 1985) Di Kabupaten Lahat terdapat beberapa sub suku bangsa dan diantaranya adalah
Suku Pasemah atau Besemah. Pada sub suku ini terdapat beberapa bentuk bangunan
tradisional baik sebagai tempat tinggal maupun tempat musyawarah, tempat penyimpanan
maupun tempat ibadah dan Ghuma Baghi sebagai rumah tradisional Suku Pasemah juga di
dukung oleh pendapat (Wazir, 2017) Ghuma Baghi tipe rumah ini berada di kawasan Pelang
Kenidai Pagaralam, dan merupakan rumah dari suku Besemah/Pasma.

Keberadaan Ghuma Baghi di Kabupaten Lahat sangat memprihatikan, kualitas dan


kuantitas menyusut dan menuju kepunahan, adapun penyebab renovasi Ghuma Baghi yang
mengabaikan kaidah-kaidah bentuk dan material, penjualan komponen dan rumah ,
keterbatasan kemampuan keuangan pemilik, sehingga tidak mampu merawat Ghuma
Baghi, kelangkaan jenis dan ukuran material terutama material kayu, kelangkaan tukang
yang memiliki kemampuan membangun Ghuma Baghi, minimnya perhatian pihak-pihak
terkait (pemerintah, akademisi, pihak swasta dan masyarakat) dalam upaya pelestarian.
1
Gambar 1 Lokus dan obyek penelitian

Ghuma Baghi memiliki banyak potensi dan kunggulan, sehingga kepunahannya akan
menghilangkan salah satu identitas lokal dari Suku Pasemah. Pontensi dari Ghuma Baghi
adalah: media pembelajaran dari masa lampau berbagai cabang keilmuan (arsitektur,
antropologi, seni dan sebagainya), Ghuma Baghi memiliki bentuk denah yang sederhana
dan simetris, material yang ringan dan sistem konstruksi yang memadai merupakan rumah
yang mampu beradaptasi dengan gempa bumi (Rinaldi and Purwantiasning, 2015). Ghuma
Baghi merupakan rumah dengan sistem bongkar pasang, sistem struktur dan konstruksi
yang spesifik bagi rumah yang memungkinkan penghuninya bermigrasi. Pelestarian Ghuma
Baghi menjadi hal yang penting guna menjaga keberlajutan Rumah Baghi. Kajian Struktur
dan Konstruksi Ghuma Baghi menjadi data tulis bagi usaha mengkinikan, pelestarian dan
penelitian lebih lanjut.

METODE PENELITIAN

Struktur dan konstruksi tradisional merupakan bagian dari sejarah perkembangan


arsitektur dapat menjadi media pembelajaran mengenai struktur dan konstruksi masa lalu
sebagai usaha menjaga keberlanjutannya. Kategori penelitian ini adalah penelitian sejarah
arsitektur yaitu penelitian sejarah dalam pembentukan disain bangunan yang dapat
digunakan sebagai sumber inspirasi bagi para perancang bangunan (Ray, 2016). Metode
kualitatif studi kasus digunakan dalam penelitian ini karena keinginan penulis
mengeksplorasi sebuah kasus yang khas secara mendalam dengan melibatkan berbagai
informasi dari beragam sumber (Rahmat, P.S., 2009) . Ragam data meliputi data literatur
dan data lapangan, metode pencarian data lapangan dilakukan dengan cara pengamatan,
pengukuran dan wawancara, data literatur berupa hasil penelusuran pustaka dari buku,
jurnal dan prosiding seminar. Selanjutnya data diklasifikasikan sesuai dengan kebutuhan
bahasan dan hasil pengukuran digitalisasi dengan program Sktechup. Guna mendaptkan
gambar 3 (tiga) dimensi. Metoda Analisa dalam penelitian in mengunakan cara induktif
dengan mengobsevasi sasaran penelitian untuk menuju generalisasi. Pembahasan berupa
deskriptif tentang jenis dan dimensi material, sistem struktur, dan prediksi arah aliran gaya.

2
HASIL DAN PEMBAHAS

a. Sistem Struktur Bawah (Kolong)

Struktur bawah (kolong) Ghuma Baghi terdiri dari komponen perletakan pada bumi, tiang
kolong dan gelagar tumpu. Material perletakan di bumi adalah susunan batu gunung diatas
tanah dengan ketinggian antara 20 cm sampai dengan 30 cm. Perletakan batu ini
merupakan salah satu sistem struktur goyang karena “pondasi” tidak tertanam dalam bumi.
Susunan batu gunung merupakan komponen pengurang rambatan air karena memisahkan
tiang kolong dan tanah, konstruksi ini dapat guna memperpanjang usia kayu tiang kolong.

Tiang kolong utama bermaterial kayu log ketinggian 188 cm dan berdiameter 29.5 cm
sampai dengan 50.5 cm. Gelagar terdiri dari 2 (dua) lapis susunan gelagar, lapis pertama
gelagar ikat berfungsi mengikat tiang kolong berupa kayu log berdiamater antara 20.2 c m
sampai dengan 34.8 cm, gelagar tumpu ini berdimensi bentang berkisar antara 1.98 m
sampai dengan 5.60 m. Gelagar ikat berada diatas tiang kolong dan menghubungan satu
arah antar tiang kolong, bagian ujung gelagar berupa gelagar gantung dengan bentang 30.1
cm sampai dengan 85.8 cm. Gelagar lapis kedua berfungsi sebagai media tumpu struktur
bagian tengah adalah gelagar tumpu bermaterial kayu log berdiameter 16 cm di bagian
tengah dan kayu log sisi luar rumah berukuran 16 x 20 cm . Sambungan antara tiang kolong
dan gelagar ikat adalah sambungan takik dan letak, tiang kolong yang ditakik dan gelagar
ikat berada didalam takikan tiang kolong. sambungan ini merupakan sambungan bongkar
pasang dan goyang

Gelagar tumpu
Gelagar ikat

Tiang kolong

“pondasi”

Gambar 2 Komponen Struktur Bawah Ghuma Baghi

Beban pada struktur bawah berasal dari


beban struktur tengah dan atas secara
merata di komponen balok tumpu, beban
ini dialirkan ke balok ikat kemudian
diteruskan ke tiang kolong dan di
distribusikan ke bumi oleh “pondasi”
batu gunung.

Gambar 3 Prediksi aliran beban di struktur bawah

3
b. Sistem Struktur Tengah (Hunian)

Komponen struktur tengah terdiri dari komponen datar (lantai) dan tegak (dinding).
Struktur tengah memiliki dimensi yang lebih besar dari struktur bawah. Komponen-
komponen ini membentuk kotak (box) di letakan pada gelagar tumpu struktur bawah
Komponen datar adalah lantai yang terdiri dari rangka lantai dan penutup lantai. Rangka
lantai bermaterial kayu balok berukuran 50 x 70 mm dan kayu log berdiameter 70 mm
dengan jarak rangka lantai sebesar 50 cm. Pengunaan rangka lantai bermaterial balok
ditempatkan pada bagian muka bangunan dengan ketinggian yang berbeda sebagai elemen
mempertegas tampak muka Ghuma Baghi. Sambungan rangka lantai dengan balok tumpu
adalah dengan sistem letak dan ikat mengunakan kulit rotan. Penutup lantai berupa 2 (dua)
lapis bilah bambu berukuran lebar 8 cm sampai dengan 10 cm pada lapis pertama dan 3
cm sampai dengan 5 cm di lapis kedua yang disatukan dengan sistem ikat.

Rangka lantai 02

Rangka lantai 01

Penutup lantai lapis 01


Gelagar
tumpu

Rangka lantai 01 Gelagar ikat

Gambar 4 Komponen Struktur Lantai Ghuma Baghi

Komponen struktur tegak pada bagian tengah, berupa konstruksi dinding terdiri dari
komponen rangka dinding dan pengisi dinding, Rangka dinding utama adalah tiang rumah
yang berada di empat sudut dengan material kayu balok dimensi 25 cm x 25 cm dan tinggi
227,6 cm dihubungkan oleh gelagar pada bagian bawah dan atas sehingga membentuk
kotak. Selanjutnya komponen dinding memiliki rangka tegak sekunder berada di bagian
tengah berupa kayu balok berukuran 13.4 cm x 19.6 cm dan penutup dinding bermaterial
kayu papan dengan dimensi 3 cm x 40 cm . Pertemuan antara penutup dinding dan rangka
utama tegak dan bagian tengah horisontal ditambahkan lis balok kayu berukuran 3.8 cm x
19.7 cm sebagai pelengkap struktur dinding. Sambungan elemen pada kontruksi tengah
mengunakan sambungan takik dan letak. Sambungan utama dari struktur tegak adalah
tiang utama dan gelagar bawah merupakan sambungan 3 (tiga) dimensi , gelagar bagian
bawah tidak sebidang.

Rangka dinding primer Rangka dinding sekunder Penutup dan lis dinding
Gambar 5 Komponen Struktur Dinding Ghuma Baghi

4
Beban pada struktur tengah merupakan
beban merata pada gelagar atas, yang
berasal dari struktur atas. Beban merata di
alirkan ke dinding dan tiang utama secara
merata karena dinding merupakan dinding
pemikul. Beban pada lantai diteruskan
secara merata dari penutup lantai ke
rangka lantai. Semua beban kemudian
beban diteruskan ke elemen tumpu
struktur bawah.

Gambar 6 Prediksi aliran beban di struktur tengah

c. Sistem Struktur Atas

Struktur atas Ghuma Baghi terdiri dari struktur tiang utama atap, struktur rangka atap ,
struktur penutup atap dan struktur “tebeng layar”. Komponen-komponen struktur ini
dirangkai membentuk atap pelana dengan bubungan melengkung, bagian segitiga atap
pelana berada di atas gelagar gantung dengan tebeng layar yang miring mengikuti
kemiringan pelana atap Ghuma Baghi Komponen rangka atap selanjunya adalah kasau
merupa gelagar miring yang bertumpu ada gelagar bubungan dan gelagar tumpu atas
bagian hunian. Material kasau adalah kayu log dengan diameter 70 mm yang di rangkai
dengan jarak 500 mm. Rangkaian kasau ini di satukan dengan kayu log berdiameter 40 mm
berjarak 1000 mm sebagai komponen yang mengakukan rangkaian kasau guna menumpu
komponen diatasnya. Komponen struktur selanjutnya adalah reng sebagai tempat
meletakan penutup atap, kondisi saat ini penutup atap adalah seng, pada awalnya penutup
atap Rumah Baghi adalah Gelumpai (rangkaian bambu) dan ijuk kemudian diganti dengan
kaleng biskuit belanda dan saat ini penutup atapnya adalah seng.

Gelagar pengaku

Gelagar miring utama

Tebeng layar

Tiang utama atap

Gelagar tumpu kasau


kasau

Gelagar pengaku kasau

Gambar 7 Komponen Struktur Atas Ghuma Baghi

Sistem sambungan pada konstruksi atap meliputi sambungan antara tiang atap dengan
tiang rumah, sambungan antara gelagar bubungan dengan tiang atap, sambungan antara
gelagar bubungan dengan kasau, sambungan antara gelagar tumpu atas hunian dengan
kasau. Sistem sambungan antara tiang atap dengan tiang rumah mengunakan sambungan
5
takik tiang atap di takik dan di letakan pada tiang rumah. Hal yang sama terjadi pada
sambungan tiang rumah dengan gelagar bubungan dimana gelagar bubungan di takik untuk
memasukan bagian tiang atap.

Beban pada struktur atas berupa beban


mati dan beban hidup dari arah vertikan
maupun horisontal, beban di tumpu oleh
gelagar bubungan yang diteruskan ke tiang
apat dan tiang tebeng layar, selain itu
beban juga ditumpu oleh pada susunan
kasau yang dialirkan ke gelagar tumpu
atas. Semua beban ini di teruskan ke
struktur tengah.

Gambar 8 Prediksi aliran beban di struktur atas

Kesimpulan
Struktur Rumah Baghi terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu Bagian bawah tengah dan atas
dengan sistem letak antar bagian struktur. Struktur bawah merupakan struktur rangka
dengan pondasi menempel pada bumi, kesatuan tiang dan gelagar tumpu sebagai
komponen datar dan tegak. Struktur tengah merupakan struktur kotak (box) yang terdiri
dari 4 (empat) tiang utama yang di kakukan oleh gelagar pada bagian bawah dan atas ,
penambahan komponen struktur sekunder berupa 2 tiang di bagian tengah serta komponen
konstruksi bukaan (pintu dan jendela). Struktur atas adalah struktur atap dengan 2 (dua)
tiang atap yang dihubungkan oleh gelagar bubungan yang melengkung. Kasau sebagai
rangka atap diletakan pada gelagar bubungan dan gelagar atas bagian hunian. Sambungan
pada komponen struktur menggunakan sambungan letak, takik dan ikat, tipe sambungan
ini merupakan tipe sambungan goyang yang memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi
terhadap gempa bumi dan struktur bongkar pasang. Material, sistem sambungan dan sistem
struktur Ghumah Baghi sangat mempengaruhi wujud karakter sehingah penelitian ini
merupakan titik pijak penelitian selanjutnya yaitu tektonika arsitektur dari struktur
konstruksi tradisional Ghumah Baghi.

DAFTAR PUSTAKA

Alimansyur, M., Abdullah, M., Djumiran, Makmur, Z., Sidin, T., 1985. Arsitektur Tradisional Daerah
Sumatera Selatan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
MacDonald, A.J., 2001. Structure and Architecture, Second Edi. ed. Architectural Press, Boston.
Rahmat, P.S., 2009. Penelitian Kualitatif. Equilibrium, 5 1–8.
Ray, L., 2016. Research Methods for Architecture. Laurence King Publishing Ltd, London.
Rinaldi, Z., Purwantiasning, A.W., 2015. Analisa Konstruksi Tahan Gempa Rumah Tradisional Suku
Besemah di Kota Pagaralam Sumatera Selatan, in: Prosiding Seminar Nasional Sains Dan
Teknologi 2015. Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jakarta, pp. 1–10.
Wazir, Z.A., 2017. Tipologi Bentuk Atap pada Arsitektur Vernakular di Sumatera Selatan, in: Zahara,
A., Syahri, D.N., Damanik, N.H.., Anggarini, L., Azmi, A. (Eds.), Prosiding Seminar Kearifan Lokal
Dalam Perspektif Global 2017. Program Studi Magister Teknik Arsitektur Universitas Sumatera
Utara, Medan, pp. 433--454.

Anda mungkin juga menyukai