Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

PERENCANAAN PERANCANGAN PRODUK


(LACI BUMBU DAPUR)

Disusun Oleh:
Kelompok : 8 (Delapan)
Nama Anggota : 1. Nur Hafiz Fauzi / 35415182
2. Nur Syifa Choiriah / 35415202
3. Pamindan Sih Pratiwi / 35415295
Kelas : 2ID08

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
BEKASI
2017
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Produk merupakan semua yang dapat ditawarkan pada pasar untuk
mendapatkan perhatian publik untuk dibeli, dipergunakan dan dapat memuaskan
keinginan serta kebutuhan konsumen. Produk yang baik adalah produk yang dapat
memenuhi kebutuhkan dan keinginan konsumen, sehingga produk tersebut dapat
diterima konsumen dan laris di pasaran. Permasalahan yang dihadapi dalam
produk yang ada di pasaran yaitu belum terpenuhinya kebutuhan konsumen.
Perkembangan teknologi yang semakin maju, peningkatan kompetisi global, dan
kebutuhan pasar yang semakin dinamis, membuat perusahaan harus terus
berinovasi untuk memenuhi kebutuhan pasar. Hal tersebut merupakan suatu yang
sangat penting bagi perusahaan untuk mengembangkan suatu produk baru, agar
produk yang dihasilkan dapat di terima oleh pasar. Pengembangan suatu produk
oleh perusahaan dapat menjaga eksistensi suatu perusahaan tersebut dan membuat
perkembangan perusahaan.
Mengembangkan suatu produk bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan
oleh suatu perusahaan, hanya setengah perusahaan yang mampu menghasilkan
produk dengan performa yang baik. Banyaknya tantangan yang harus dihadapi
dalam pengembangan produk adalah adanya trade-offs yang harus
dipertimbangkan dalam mengambil keputusan, preferensi konsumen yang
dinamis, detail dalam mengidentifikasi kebutuhan, time pressure yang membuat
prusahaan harus memproduksi dengan cepat agar dapat memenuhi kebutuhan
konsumen, dan kreasi yang bermacam-macam ide dan perspektif dalam
pengembangan produk baru.
Pada kenyataannya, tidak sedikit produk baru yang mengalami kegagalan
setelah terjun ke pasar yang dituju. Perusahaan yang gagal dalam
mengembangkan sebuah produk baru akan masuk ke dalam area yang berisiko
karena produk yang diciptakan saat ini rentan untuk ditinggalkan oleh konsumen
yang cenderung mengalami perubahan kebutuhan dan keinginan, hadirnya
teknologi baru, life cycle produk yang lebih singkat, dan meningkatnya jumlah
kompetisi. Perusahaan harus berusaha untuk mempertahankan umur perusahaan
dalam jangka panjang, maka perusahaan tersebut harus mampu mengembangkan
value pada 2 produk yang dapat memenuhi kebutuhan, preferensi konsumen serta
faktor-faktor pendukung lainnya seperti time to market dan kualitas produk agar
mampu memenangkan kompetisi.
Proses perencanaan dan pengembangan produk pada pembahasan ini lebih
kearah pada perencanaan pengembangan produk yang telah ada di pasaran,
dimana konsep yang terbaik merupakan suatu hal yang menjadi acuan untuk
mengembangkan suatu produk agar produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan
pelanggan dan diterima oleh pasar. Mengidentifikasi suatu produk yang ada di
pasar merupakan tahapan untuk mengetahui apa yang menjadi kelebihan dan
kekurangan dari produk tersebut untuk dikembangkan. Mengidentifikasi
kebutuhan dan keinginan dari pelanggan merupakan hal yang sangat penting
untuk keberhasilan dalam mengembangkan suatu produk. Kuesioner merupakan
salah satu cara agar mengetahui apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan
pelanggan, baik kuesioner terbuka maupun kuesioner tertutup.
Kebutuhan pelanggan yang sudah di ekspresikan melalui kuesioner belum
sepenuhnya dapat membantu dalam proses pengembangan. Kebutuhan pelanggan
dari kuesioner masih bersifat subjektif maka harus diterjemahkan kedalam bahasa
teknis dengan menggunakan spesifikasi produk untuk mempermudah tim dalam
membuat target spesifikasi. Spesifikasi produk ini menghasilkan matriks
kebutuhan konsumen dan karakteristik teknis untuk produk yang akan
dikembangkan. Spesifikasi produk dan kebutuhan konsumen kemudian dilakukan
perbandingan dengan produk yang terbaik dikelasnya yang memiliki jenis sama
dengan produk yang akan dikembangkan mengunakan metode benchmarking agar
mengetahui kelebihan dan kekurangan antara produk pesaing dengan produk
inovasi yang akan dikembangkan dan mengetahui posisi produk mana yang lebih
unggul. Karakteristik teknis yang diperoleh harus ditentukan apa yang menjadi
karakteristik dominan dari produk tersebut, yaitu dengan menggunakan software
QFD (Quality Function Deployment) dengan menggunakan alat house of quality.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan penuliasan merupakan hal-hal yang akan menjadi tujuan dalam
penulisan makalah pada tugas perencanaan dan perancangan produk. Tujuan
penulisan di tulis per bagian dari BAB yang telah dipelajari dalam pembelajaran
dikelas adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi komponen utama dan tambahan suatu produk referensi
yang diamati sebagai acuan membuat produk inovasi.
b. Mengetahui deskripsi dasar produk referensi (meliputi kekurangan dan
kelebihan produk referensi).
c. Mengetahui kebutuhan konsumen melalui kuesioner terbuka dan tertutup.
d. Mengetahui cara membuat spesifikasi produk dari produk yang akan
dibuat berdasarkan keinginan pelanggan.
e. Mengetahui hubungan identifikasi kebutuhan pelanggan dengan
karakteristik teknis.
f. Mengetahui perbandingan produk referensi dengan produk yang akan
dibuat.
g. Mengetahui skor tertinggi dari tabel penilaian bobot keunggulan
kebutuhan pelanggan dan karakteristik teknis untuk produk laci bumbu
dapur.
h. Mengetahui tingkat prioritas karakteristik teknis dalam perencanaan
produk laci bumbu dapur.
i. Mengetahui karakteristik dominan yang menjadi proritas untuk
perencanaan produk laci bumbu dapur.

1.3 Batasan Masalah


Pembatasan masalah merupakan segala sesuatu yang berisi batasan setiap
masalah yang bertujuan agar topik permasalahan tidak menyimpang terlalu jauh
dari pembahasan. Berikut adalah pembatasan masalah dari penulisan makalah ini.
a. Produk referensi yang diamati hanya produk yang sejenis.
b. Jenis pertanyaan kuesioner yang dipakai hanya pertanyaan terbuka dan
pertanyaan tertutup.
c. Data untuk identifikasi kebutuhan pelanggan hanya berasal dari data
kuesioner tertutup.
d. Skala yang digunakan dalam menghitung bobot kepentingan hanya berupa
skala likert.
e. Benchmarking hanya dilakukan pada satu pesaing yang paling unggul di
pasaran.
f. Benchmarking hanya dilakukan berdasarkan kebutuhan pelanggan dan
karakteristik teknis produk laci bumbu dapur.
g. Tahap perancangan yang dilakukan hanya sampai perencanaan produk
yaitu HOQ 1.
h. Kebutuhan konsumen yang menjadi masukan pada HOQ hanya yang
memiliki tingkat kepentingan dengan skala 4 dan 5.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proses Pengembangan Produk


Manusia dalam memenuhi kebutuhan dan keinginannya, tidak pernah
terlepas dari barang dan jasa. Produk merupakan hasil yang diperoleh dari suatu
perusahaan yang kemudian dapat ditawarkan ke pasar untuk di konsumsi dan
merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut. Perusahaan biasanya
menginginkan produknya dapat menarik hati dan memuaskan keinginan para
konsumen dengan kualitas yang dimiliki oleh produknya. Suatu produk harus
memiliki keunggulan dari produk-produk yang lain untuk dapat menarik perhatian
konsumen baik dari segi kualitas, desain, bentuk, ukuran, kemasan, pelayanan,
garansi, dan rasa agar dapat menarik minat konsumen untuk mencoba dan
membeli produk tersebut (Putra, 2011).
Proses adalah urutan langkah-langkah pengubahan sekumpulan input
menjadi sekumpulan output. Proses pengembangan produk adalah urutan langkah-
langkah atau kegiatan-kegiatan dimana suatu perusahaan berusaha untuk
menyusun, merancang dan mengkomersialkan suatu produk. Proses
pengembangan produk yang umum terdiri dari enam tahap. Proses ini diawali
dengan suatu fase perencanaan, yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan
pengembangan teknologi dan penelitian tingkat lanjut. Output fase perencanaan
adalah pernyataan misi proyek, yang merupakan input yang dibutuhkan untuk
memulai tahap pengembangan konsep dan merupakan suatu petunjuk untuk tim
pengembangan. Penyelesaian dari proses pengembangan produk adalah
peluncuran produk, dimana produk tersedia untuk dibeli dipasar (Ulrich, 2001).

2.2 Tahapan Pengembangan Produk


Tahapan dalam Pengembangan Produk Proses pengembangan produk
secara umum terbagi menjadi beberapa fase.
Gambar 2.1 Proses Pengembangan Produk
Proses diawali dengan suatu fase perencanaan, yang berkaitan dengan
kegiatan-kegiatan pengembangan teknologi dan penelitian tingkat lanjut. Output
fase perencanaan adalah pernyataan misi proyek, yang merupakan input yang
dibutuhkan untuk memulai tahap pengembangan konsep dan merupakan suatu
petunjuk untuk tim pengembangan. Penyelesaian dari proses pengembangan
produk adalah peluncuran produk, Dimana produk tersebut untuk dibeli pasar.

2.2.1 Fase Perencanaan


Kegiatan perencanaan sering dirujuk sebagai “zerofase” karena kegiatan
ini mendahului persetujuan proyek dan proses peluncuran pengembangan produk
aktual. Output fase perencanaan adalah pernyataan misi proyek, yang merupakan
input yang dibutuhkan untuk memulai tahap pengembangan konsep dan
merupakan suatu petunjuk tim pengembangan. Langkah-langkah dalam proses
perencanaan produk. Pertama, melipat gandakan peluang-peluang yang
diprioritaskan dan sekumpulan proyek-proyek yang menjanjikan dipilih. Sumber
daya dialokasikan dan dijadwalkan. Kegiatankegiatan perencanaan ini berfokus
pada portofolio dari peluang dari proyekproyek yang potensial dan kadang-kadang
disesuaikan dengan manajemen portofolio, perencanaan produk keseluruhan,
perencanaan lini produk, atau manajemen produk. Segera setelah proyek dipilih
dan sumber daya dialokasikan, suatu pernyataan misi dikembangkan untuk tiap
proyek. Formulasi dari suatu rencana produk dan pengembangan dari pernyataan
misi akan mendahului proses pengembangan produk aktual.

Gambar 2.2 Proses Pengembangan Produk


Untuk mengembangkan suatu rencana produk dan pernyataan misi proyek,
Karl T. Ulrich & Steven D. Eppinger mengusulkan lima tahapan proses berikut :
1. Mengidentifikasi peluang.
2. Mengevaluasi dan memprioritaskan proyek.
3. Mengalokasikan sumber daya dan rencana waktu.
4. Melengkapi perencanaan pendahuluan proyek.
5. Merefleksikan kembali hasil dan proses.
Langkah 1 : Mengidentifikasi Peluang-peluang
Rencana proses dimulai dengan mengidentifikasi peluang-peluang
pengembangan produk. Ide-ide untuk produk baru atau detail produk berasal dari
beberapa sumber, diantaranya:
a. Personal pemasaran dan penjualan.
b. Peneliti dan organisasi pengembangan teknologi.
c. Tim pengembang produk saat ini.
d. Manufaktur dan operasional organisasi.
e. Pelanggan sekarang atau potensial.
f. Pihak ketiga seperti pemasok, pencipta, dan rekan bisnis.
Selain beberapa peluang telah dikumpulkan secara pasif, pendekatan
proaktif juga dapat dilakukan, meliputi:
a. Mencatat kegagalan dan keluhan yang dialami pelanggan dengan produk
yang ada sekarang.
b. Mewawancarai pengguna utama, dengan memfokuskan pada proses inovasi
oleh pengguna-pengguna ini dan modifikasi-modifikasi yang dilakukan oleh
para pengguna terhadap produk yang ada.
c. Mempertimbangkan implikasi terhadap adanya kecenderungan dalam gaya
hidup, demografis, dan teknologi untuk kategori produk yang ada dan
peluang-peluang kategori produk baru.
d. Mengumpulkan usulan pelanggan secara sistematis.
e. Studi para pesaing dengan berdasarkan pada basis sekarang.
f. Status teknologi yang muncul dilihat kembali untuk memfasilitasi
perpindahan teknologi yang tepat dari penelitian ke arah pengembangan
produk.
Langkah 2 : Mengevaluasi dan Memprioritaskan
Proyek-proyek Langkah kedua dalam proses perencanaan produk adalah
memilih proyek yang paling menjanjikan untuk diikuti. Empat perspektif dasar
yang berguna dalam mengevaluasi dan memprioritaskan peluang-peluang bagi
produk baru dalam kategori produk yang ada adalah strategi bersaing, segmentasi
pasar, mengikuti perkembangan teknologi, dan platform produk. Setelah itu,
proses mengevaluasi peluang produk baru didiskusikan, dan menyeimbangkan
portfolio proyek.
Langkah 3 : Mengevaluasi Sumber daya dan Merencanakan penentuan
Waktu
Perencanaan sumber daya agregat dapat dicapai dengan menggunakan
suatu metode lembar kerja sederhana yang berdasarkan pada perkiraan permintaan
sumber daya. Kapasitas dan utilisasi sumber daya akan diketahui sehingga dapat
diputuskan perencanaan proyek yang mana yang paling penting untuk dilanjutkan.
Sedangkan penentuan waktu proyek mempertimbangkan faktor- faktor antara lain,
penentuan waktu pengenalan produk, kesiapan teknologi, kesiapan pasar, dan
persaingan.
Langkah 4 : Menyelesaikan Perencanaan Proyek
Merupakan langkah lanjutan dimana output dari langkah ini adalah suatu
pernyataan Visi dan misi dari produk yang akan dikembangkan.
Langkah 5 : Merefleksikan Hasil dengan Proses Pada langkah akhir dari
perencanaan dan proses strategi, beberapa pertanyaan diperlukan untuk
memperkirakan kualitas proses dan hasil. Beberapa pertanyaan berhubungan
dengan rencana produk, kesiapan sumber daya dan peluang pasar.

2.2.2 Tahapan Pengembangan Konsep


Pada fase pengembangan konsep, kebutuhan pasar target diidentifikasi,
alternative konsep-konsep produk dibangkitkan dan dievaluasi, dan satu atau lebih
konsep dipilih untuk pengembangan dan percobaan lebih jauh. Konsep adalah
uraian dari bentuk, fungsi, dan tampilan suatu produk dan biasanya dibarengi
dengan sekumpulan spesifikasi, analisis produk-produk pesaing serta
pertimbangan ekonomis proyek. Menurut (Ulrich, Eppinger, 2001) metode 5
langkah adalah metode untuk memecahkan sebuah masalah kompleks yang
menjadi submasalah menjadi lebih sederhana. Kemudian dikenalkan konsep
penyelesaian untuk submasalah menggunakan prosedur pencarian eksternal dan
internal. Pohon klasifikasi dan Tabel Kombinasi kemudian digunakan untuk
menggali secara sistematis konsep penyelesaian tersebut dan untuk
mengintegrasikan penyelesaian submasalah ke dalam sebuah penyelesaian total.

Gambar 2.3 Lima langkah Metode Penyusunan Konsep


A. Spesifikasi Produk
Kebutuhan pelanggan pada umumnya diekspresikan dalam ”bahasa
pelanggan”. Untuk menyediakan tuntunan yang spesifik mengenai bagaimana
mendesain dan membuat sebuah produk, tim pengembangan menetapkan
serangkaian spesifikasi. Spesifikasi ini akan menjelaskan detail-detail
mengenai hal-hal yang harus dilakukan agar diperoleh kesuksesan komersial.
Spesifikasi ini juga harus dapat mencerminkan kebutuhan pelanggan,
membedakan produk dari produk-produk pesaing, dan secara teknik maupun
ekonomis dapat direalisasikan. Proses menentukan spesifikasi target terdiri
dari 4 langkah yaitu:
1. Menyiapkan daftar metrik, dengan menggunakan matriks
kebutuhanmatriks.
2. . Mengumpulkan informasi mengenai produk pesaing.
3. Menetapkan nilai target ideal dan nilai target marginal yang dapat
diterima untuk setiap matriks.
4. Merefleksikan hasil dan proses.
Proses mengubah kebutuhan pelanggan menjadi sekelompok spesifikasi
dapat juga dilakukan dengan menggunakan metode Kansei Engineering.
B. Pemilihan Konesep
Pemilihan atau seleksi konsep merupakan proses menilai konsep dengan
pertimbangan kebutuhan pelanggan dan kriteria lainnya, membandingkan
kekuatan dan kelemahan konsep dan memilih satu atau lebih konsep untuk
penyelidikan atau pengembangan lebih lanjut. Ada dua tahapan yang
digunakan dalam pemilihan konsep yaitu tahapan pertama disebut
penyaringan konsep dan tahapan kedua disebut penilaian konsep.
C. Pengujian Konsep
Pengujian konsep mengumpulkan respon langsung terhadap deskripsi konsep
produk dari pelanggan potensial di dalam target pasar. Pengujian konsep
berbeda dengan seleksi konsep dalam hal pengumpulan data secara langsung
dari pelanggan dan lebih sedikit mengandalkan penilaian yang dibuat oleh tim
pengembang. Beberapa langkah untuk pengujian konsep produk, yaitu :
1. Mendefinisikan maksud pengujian konsep.
2. Memilih populasi survei.
3. Memilih format survei.
4. Mengkomunikasikan konsep.
5. Mengukur respons pelanggan.
6. Menginterpretasikan hasil.
7. Merefleksikan hasil dan proses.

2.2.3 Fase Perancangan Tingkatan Sistem


Fase perancangan tingkatan system mencakup definisi arsitektur produk
dan uraian produk menjadi subsistem-subsistem serta komponen-komponen.
Gambaran rakitan akhir untuk system produksi biasanya didefinisikan selama fase
ini. Output pada fase ini biasanya mencakup tata letak bentuk produk, spesifikasi
secara fungsional dari tiap subsistem produk, serta diagram aliran proses
pendahuluan untuk proses rakitan akhir. Metode untuk menetapkan arsitektur
produk terdiri dari empat tahap:
1. Membuat skema produk.
2. Mengelompokkan elemen-elemen yang terdapat pada skema.
3. Membuat rancangan geometris yang masih kasar.
4. Mengidentifikasikan interaksi fundamental dan incidental

2.2.4 Fase Perancangan Detail


Fase perancangan detail mencakup spesifikasi lengkap dari bentuk,
material, dan toleransi-toleransi dari seluruh komponen unik pada produk dan
identifikasi seluruh komponen standar yang dibeli dari pemasok. Rencana proses
dinyatakan dan peralatan dirancang untuk tiap komponen yang dibuat dalam
system produksi. Output dari fase ini adalah pencatatan pengendalian untuk
produk: gambar pada file komputer tentang bentuk tiap komponen dan peralatan
produksinya, spesifikasi komponen-komponen yang dibeli, serta rencana proses
untuk pabrikasi dan perakitan produk.

2.2.5 Fase Pengujian dan Perbaikan


Fase pengujian dan perbaikan melibatkan konstruksi dan evaluasi dari
bermacam-macam versi produksi awal produk. Prototipe awal (alpha) biasanya
dibuat dengan menggunakan komponen-komponen dengan bentuk dan jenis
material pada produksi sesungguhnya, namun tidak memerlukan proses pabrikasi
dengan proses yang sama dengan yang dilakukan pada produksi sesungguhnya.
Prototipe (alpha) diuji untuk menentukan apakah produk akan bekerja sesuai
dengan yang direncanakan dan apakah produk memenuhi kebutuhan kepuasan
konsumen utama. Prototipe berikutnya (beta) biasanya dibuat dengan komponen-
komponen yang dibutuhkan pada produksi namun tidak dirakit dengan
menggunakan proses perakitan akhir seperti pada perakitan sesungguhnya.
Prototipe beta dievaluasi secara internal dan juga diuji oleh konsumen dengan
menggunakannya secara langsung. Sasaran dari prototipe beta biasanya adalah
untuk menjawab pertanyaan mengenai kinerja dan keandalan dalam rangka
mengidentifikasi kebutuhan perubahan-perubahan secara teknik untuk produk
akhir. Metode empat langkah untuk merencanakan sebuah prototipe adalah :
1. Menetapkan tujuan dari prototipe.
2. Menetapkan tingkat perkiraan prototipe.
3. Menggariskan rencana percobaan.
4. Membuat jadwal untuk perolehan, pembuatan dan pengujian.

2.2.6 Fase Peluncuran Produksi


Pada fase produksi awal, produk dibuat dengan menggunakan system
produksi yang sesungguhnya. Tujuan dari produksi awal ini adalah untuk melatih
tenaga kerja dalam memecahkan permasalahan yang mungkin timbul pada proses
produksi sesungguhnya. Produk-produk yang dihasilkan selama produksi awal
kadang-kadang disesuaikan dengan keinginan pelanggan dan secara hati- hati
dievaluasi untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan yang muncul.

2.3 Identifikasi Kebutuhan Pelanggan


Kebutuhan pelanggan merupakan keinginan seseorang atau lembaga akan
barang dan jasa yang ditawarkan oleh penjual secara berkesinambungan.
Kebutuhan pelanggan pada umumnya diekspresikan kedalam bahasa pelanggan.
Daftar kebutuhan pelanggan itu sendiri masih banyak mengandung interpretasi
yang bersifat subjektif, untuk alasan ini biasanya tim menetapkan serangkaian
spesifikasi yang akan mengungkapkan detail-detail yang tepat dan terukur
mengenai apa yang harus dilakukan oleh produk. Spesifikasi produk tidak
memberitahukan tim bagaimana cara memenuhi kebutuhan pelanggan, tetapi
mereka hanya menampilkan pernyataan mengenai apa yang harus diusahakan oleh
tim dalam upaya memuaskan kebutuhan pelanggan, jadi yang dimaksud dengan
spesifikasi produk adalah penjelasan tentang hal-hal yang harus dilakukan oleh
sebuah produk (Ulrich, 2001).
Identifikasi kebutuhan pelanggan merupakan bagian yang integral dari
proses pengembangan produk, dan merupakan tahap yang mempunyai hubungan
paling erat dengan proses penurunan konsep, seleksi konsep, benchmark dengan
pesaing dan menetapkan spesifikasi produk. Lima tahap proses identifikasi
kebutuhan pelanggan adalah:
1. Mengumpulkan data mentah dari pelanggan, proses pengumpulan data
mentah dari pelanggan akan mencakup kontak dengan pelanggan dan
mengumpulkan pengalaman dari lingkungan pengguna produk. Tiga metode
yang biasa digunakan adalah wawancara, kelompok fokus, dan observasi
padasaat produk sedang digunakan.
2. Menginterpretasikan data mentah menjadi kebutuhan pelanggan, kebutuhan
pelanggan diekspresikan sebagai pernyataan tertulis dan merupakan hasil
interpretasi kebutuhan yang merupakan data mentah setiap pernyataan atau
hasil observasi dapat diterjemahkan sebagai kebutuhan pelanggan.
3. Mengorganisasikan kebutuhan menjadi beberapa hierarki, yaitu kebutuhan
primer, sekunder dan jika perlu tertier, daftar kebutuhan yang didapatkan
sebelumnya beberapa diantaranya merupakan kebutuhan primer,dimana
kebutuhan primer dapat tersusun dari beberapa kebutuhan
sekunder.Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang paling umum sifatnya,
sementarakebutuhan sekunder dan tertier diekspresikan secara lebih
terperinci.
4. Menetapkan derajat kepentingan relatif setiap kebutuhan, dalam menetapkan
derajat kepentingan relatif setiap kebutuhan dapat dilakukandengan dua cara
yaitu cara pertama tim pengembang mendiskusikan secara bersama untuk
menentukan langsung derajat kepentingan setiap kebutuhan secara bersama-
sama. Atau cara kedua adalah dengan melakukan surveylanjutan
dengan memilih variabel yang dianggap penting.
5. Menganalisa hasil dan proses, langkah terakhir pada metode identifikasi
kebutuhan pelanggan adalah menguji hasil dan meyakinkan bahwa
hasiltersebut konsisten dengan pengetahuan dan intuisi yang telah
dikembangkanmelalui interaksi yang cukup lama dengan pelanggan.

2.3 Spesifikasi Produk


Spesifikasi produk merupakan serangkaian yang mengungkapkan detail-
detail yang tepat dan terukur mengenai apa yang harus dilakukan produk.
Spesifikasi tidak memberitahukan bagaimana memenuhi kebutuhan pelanggan,
tetapi menampilkan pernyataan yang tidak mendua mengenai apayang harus
dilakukan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan.
Spesifikasi produk itu sendiri terdiri dari metrik dan nilai metrik. Metrik
adalah variabel suatu subjek yang dapat diketahui perbedaan antara jumlah dan
derajatnya. Contoh dari metrik adalah waktu rata-rata untuk memasang. Nilai
metrik adalah nilai yang terdiri dari beberapa bentuk, termasuk angka tertentu,
kisaran, ataupun ketidaksamaan. Nilai metrik selalu diikuti dengan satuan yang
sesuai seperti detik, joule dan kilogram. Contoh dari nilai metrik adalah kurang
dari 75 detik.
Sebelum membuat daftar spesifikasi, input yang digunakan adalah tabel
kebutuhan pelanggan dengan derajat kepentingannya seperti yang ditunjukkan
pada tabel 2.1 dibawah ini.
Tabel 2.1 Contoh Format Kebutuhan Pelanggan dan Derajat Kepentingan
No Kebutuhan Kepentingan
1 (Produk) Mengurangi getaran pada tangan 3
2 (Produk) Memungkinkan berjalan lambat pada daerah 2
yang sulit
3 (Produk) Mudah dibelokkan 5
4 (Produk) Memungkinkan penyesuaian yang sensitif 3
5 (Produk) Tetap kaku selama daerah keras 4
6 (Produk) Ringan 4

Proses pembuatan target spesifikasi terdiri dari 4 langkah, yang secara


keseluruhan menggunakan metode QFD (Quality Function Deployment). 4
langkah tersebut adalah :
1. Menyiapkan gambar metrik dan menggunakan matriks- metrik kebutuhan jika
diperlukan.
Metrik yang baik adalah yang merefleksikan secara langsung nilai produk
yang memuaskan kebutuhan pelanggan. Hubungan antara kebutuhan dan
metrik merupakan inti dari proses spesifikasi. Asumsinya adalah
menerjemahkan kebutuhan pelanggan menjadi sekumpulan nilai spesifikasi
yang tepat dan terukur dapat dilakukan, dan upaya memenuhi spesifikasi
dengan sendirinya akan menghasilkan kepuasan terhadap kebutuhan
pelanggan yang terkait. Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan ketika
membuat daftar metrix:
a. Metrix harus komplit
b. Metrix harus merupakan variabel berhubungan (dependent), bukan
variabel bebas (interdependent)
c. Metrix harus praktis
d. Beberapa keluhan yang tidak dengan mudah diterjemahkan menjadi
metrix yang terukur
e. Metrix harus merupakan istilah yang populer untuk perbandingan di
pasar. Setelah itu daftar metrik dapat dihubungkan dengan kebutuhan
menggunakan Matriks kebutuhan-metrik (Needs-Metrics Matrix).
2. Mengumpulkan informasi tentang pesaing.
Kecuali tim mengharapkan monopoli total, analisi hubungan antara produk
baru dengan produk pesaing sangat penting dalam menentukan kesuksesan
komersial. Ketika tim memulai proses pengembangan produk dengan
beberapa ide tentang bagaimana produk bersaing di pasaran, targer spesifikasi
adalah bahasa yang digunakan tim untuk berdiskusi dan menentukan posisi
produknya dibandingkan produk yang ada, baik produk yang dimiliki
perusahaan sendiri maupun produk pesaing. Informasi mengenai produk
pesaing harus dikumpulkan untuk mendukung keputusan mengenai
Positioning produk.
3. Menetapkan nilai target ideal dan marginal yang dapat dicapai untuk tiap
metrik.
Dalam langkah ini, tim menyatukan informasi yang tersedia untuk mengatur
nilai target untuk setiap metrik. Diperlukan dua macam nilai target, yaitu:
nilai ideal dan nilai yang dapat diterima secara marginal. Nilai ideal adalah
hasil terbaik yang diharapkan tim. Nilai yang dapat diterima secara marginal
adalah nilai metrik yang membuat produk diterima secara komersial. Kedua
target ini berguna untuk menuntun tahap pengembangan konsep dan
pemilihan konsep, serta memperbaiki spesifikasi setelah konsep produk
dipilih. Karena sebagian besar nilai diekspresikan dalam batasan-batasan
tertentu (maksimal, minimal atau keduanya) perlu dibuat batasan-batasan
nilai yang layak dan dapat bersaing dengan produk pesaing.
4. Merefleksikan hasil dan proses Perlu dilakukan beberapa kali pengulangan
sampai akhirnya target disetujui. Melakukan pertimbangan pada tiap kali
pengulangan akan membantu meyakinkan bahwa hasil yang diperoleh sudah
konsisten dengan tujuan proyek. Spesifikasi secara keseluruhan dapat ditinjau
kembali untuk diperbaiki agar lebih tepat, sehingga yang tadinya hanya
berupa pernyataan target dan selang tertentu, kini dapat dibuat lebih tepat.
Ketika tim telah memilih salah satu konsep dan mempersiapkan tahap
pengembangan dan perencanaan desain selanjutnya, spesifikasi diperiksa
kembali. Spesifikasi yang awalnya hanya berupa pernyataan target dalam
selang nilai tertentu, sekarang diperbaiki dan dibuat lebih tepat. Menentukan
spesifikasi akhir sangat sulit karena adanya trade-offs, yaitu hubungan
berlawanan antara dua spesifikasi yang sudah melekat pada konsep produk
yang dipilih. Trade-offs terjadi antara metric kinerja teknik yang berbeda dan
hampir selalu terjadi antara biaya dan metric kinerja teknik
2.4 House of Quality
QFD adalah suatu metode atau cara untuk menaikan kualitas produk atau
jasa dengan mengidentifikasi dan memahami kebutuhan konsumen serta
menghubungkan dengan ketentutan teknis untuk menghasilkan sebuah produk
atau jasa. Tujuan utama Quality Function Deployment (QFD) adalah membantu
perusahan dengan memusatkan perancangan sebuah produk berdasarkan
kebutuhan dan keinginan konsumen dengan membuat spesifikasi berdasarkan
keinginan konsumen. Sejarah munculnya QFD pertama kali dipublikasikan dan
dikembangkan oleh Yoji Akao dan Shigeru Mizumo pada tahun 1978. Tahun
1972 sebelum dikembangkan oleh Yoji Akao dan Shigeru Mizumo terlebih
dahulu dikembangkan oleh Mitsubishi untuk digunakan digalangan kapalnya di
Kobe. Perusahaan otomotif Toyota Group adalah salah satu perusahaan yang
ekstensif menggunakan QFD dalam memperbaiki kualitas produknya, akibatnya
banyak perusahaan yang lain mulai ikut mengaplikasikan QFD untuk
meningkatkan kualitas produknya.
Penerapan metodologi QFD dalam proses perancangan produk diawali
dengan pembentukan matriks perencanaan produk, atau sering disebut sebagai
House of Quality (HOQ). Gambar di bawah menunjukan bentuk umum matriks
perencanaan produk atau rumah kualitas. Dalam gambar di bawah ini digunakan
symbol A hingga F yang menunjukan urutan pengisian bagianbagian dari matriks
perencanaan produk tersebut.
Gambar 2.4 House Of Quality

Bagian A :
Ruang pertama HOQ adalah kebutuhan/keinginan pelanggan (Customer
Needs and Benefits). Fase ini menggunakan proses diagram afinitas dan kemudian
disusun secara hierarki dengan tingkat kebutuhan paling rendah hingga tingat
yang paling tinggi. Kebanyakan tim pengembang mengumpulkan “suara
pelanggan” (voice of the customer) melalui interview/wawancara dan kemudian
disusun secara hierarki. Kegagalan dalam memaksimumkan keterlibatan
pelanggan dalam fase ini, sering menimbulkan salah pengertian antara pelanggan
dan tim pengembang. Ketika tim pengembang produk tidak mengerti keinginan
pelanggan dengan baik, maka aktifitas perencanaan produk akan mengalami
kesulitan, sehingga perencanaan produk berjalan lambat.
Bagian B :
Planning matrix merupakan bagian kedua dari HOQ dan disebut sebagai
tempat penentuan sasaran/tujuan produk, didasarkan pada interpretasi tim
terhadap data riset pasar. Penetapan sasaran/tujuan merupakan gabungan antara
prioritasprioritas kebutuhan pelanggan. Hal ini merupakan tahap penting dalam
perencanaan produk. Planning matrix berisi tiga tipe informasi penting :
1. Data kuantitatif pasar, yang menunjukan hubungan antara tingkat kepentingan
kebutuhan dan keinginan pelanggan dan tingkat kepuasan pelangga dengan
perusahaan dan tingkat persaingan.
2. Penetapan tujuan/sasaran untuk produk/jasa baru.
3. Perhitungan tingkat ranking keinginan dan kebutuhan pelanggan.
Satu alasan untuk mengisi Planning Matrix segera setelah Customer
Needs/Benefits selesai adalah karena Customer Needs merupakan prioritas, tim
QFD boleh memilih untuk membatasi analisa hanya untuk tingkat kebutuhan
pelanggan yang tertinggi. Pertimbangan hal ini adalah mengurangi waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan QFD. Jika Planning Matrix ditunda sampai
beberapa waktu setelah bagian Relationship terisi, maka tim tidak akan dapat
membuat batasan analisa, karena tidak mengetahui Customer Need mana yang
paling penting bagi mereka. Tetapi beberapa praktisi mengerjakan Technical
Responses dan bahkan merupakan Relationship sebelum mengerjakan Planning
Matrix. Keuntungan dari cara ini adalah tim akan lelbih familiar dengan
kebutuhan pelanggan.
Bagian C :
Bagian ketiga dari HOQ adalah Technical Response, merupakan gambaran
produk atau jasa yang akan dikembangkan. Biasanya gambaran tersebut
diturunkan dari Customer Needs dibagian pertama HOQ. Terdapat beberapa
informasi yang didapat di technical response, alternatife yang paling umum
adalah:
1. Top level solution independent measurement or metrics
2. Product or service requirement,
3. Product or service features or capabilities.
Informasi apapun yang dipilih, disebut sebagai Substitute Quality
Characteristic (SQC). Jika Customer Needs/Benefits mewakili suara pelanggan
maka SQC mewakili suatu pengembang.
Dengan menempatkan kedua suara tersebut di kiri dan atas matriks maka
dapat dievaluasi hubungan keduanya secara sistematis, diikuti dengan proses
diagram pohon. Proses Hierarki memberikan beberapa kebebasan kepada tim
untuk menyusun analisis mereka pada tingkat tinggi atau rendah dengan detail
pemilihan tingkat hieraki primer, sekunder, atau tersier.
Bagian D :
Bagian keempat HOQ adalah relationship, merupakan bagian terbesar dari
matriks dan menjadi bagian besar dari pekerjaan. Pada fase ini menggunakan
metode matriks prioritas. Untuk setiap sel dalam relationship, tim memberikan
nilai yang menunjukan keberadaannya terhadap SQC dihubungkan dengan
customer needs. Nilai ini menunjukkan kepuasan pelanggan.
Bagian E : Bagian kelima dari HOQ adalah Technical Correlations,
matriks yang bentuknya menyerupai atap. Matriks ini digunakan untuk membantu
tim QFD dalam menentukan disain yang mengalami bottlenect dan menentukan
kunci komunikasi di antara para disainer. Selain itu juga menunjukkan korelasi
antara persyaratan teknis yang satu dengan persyaratan-persyaratan teknik lain
yang terdapat dalam matriks C.
Bagian F :
Bagian ini berisi 3 jenis data, yaitu :
1. Technical Responses Priorities, urutan tingkat kepentingan persyaratan teknis.
2. Competitive Technical Benchmarks, informasi hasil perbandingan kinerja
persyaratan teknik produk yang dihasilkan oleh perusahaan terhadap kinerja
produk pesaing.
3. Target Technical, target kinerja persyaratan teknis untuk produk atau jasa
baru yang akan dikembangkan.
Diagram berikut menunjukkan satu kemungkinan konfigurasi atas
sekumpulan matriks yang saling berhubungan dan juga menggambarkan sebuah
teknik QFD standar untuk membawa informasi dari satu matriks ke matriks
lainnya. Diagram tersebut dimulai dari HOQ. Sebagian besar proses QFD, tim
QFD member prioritas What’s melalui pembuatan sekumpulan pertimbangan
yang didasarkan pada data riset pasar. Terdapat pertimbangan yang didasarkan
pada data riset pasar. Terdapat banyak teknik yang berbeda untuk menentukan
prioritas tersebut. Prioritas atau pembobolan ditempatkan di sebelah kiri matrik
BAB III
METODOLOGI

Metodologi berarti ilmu mengenai cara untuk memperoleh pemahaman


tentang sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Metodologi penelitian adalah
ilmu mengenai tahapan yang dilewati untuk mencapai pemahaman. Tahapan
tersebut harus ditetapkan secara bertanggung jawab ilmiah dan data yang dicari
untuk memperoleh sebuah pemahaman harus melalui syarat ketelitian, artinya
harus dipercaya kebenarannya. Metodologi pada bab ini membahas tentang
metodologi perancangan pengembangan suatu produk yang digambarkan dengan
flowchart.

Perencanaan Produk

Identifikasi Kebutuhan Pelanggan

Spesifikasi Produk

Benchmarking

Menyusun Konsep

Seleksi Konsep

Menguji Konsep

Desain Produk

Membuat Prototype
Gambar 3.1 Flowchat Metodologi Perancangan Pengembangan
Produk

3.1 Tahap Perancangan Pengembangan Produk

Sebuah produk akan berhasil dipasaran jika produk tersebut mampu memenuhi
kebutuhan dan keinginan pelanggan. Membuat produk yang dapat diterima
dipasaran melalui tahapan-tahapan yang tidak mudah untuk menjadikan produk
terebut sukses. Salah satunya adalah proses perancangan produk yang menjadi
salah satu hal yang perlu di perhatikan dalam merencanakan suatu produk. Proses
perancangan produk memiliki beberapa tahap yang harus dilakukan agar produk
yang di rancang dapat sesuai dengan permintaan pelanggan. .
Tahap pertama yaitu perencanaan produk. Perencanaan produk melihat
kebutuhan pasar untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Produk yang diciptakan
dapat berupa produk yang baru diciptakan maupun produk yang sudah ada
kemudian dikembangkan kembali untuk ditambahkan inovasi. Kami memilih
toples bumbu dapur sebagai produk referensi yang kemudian produk akan
dikembangkan kembali menjadi laci bumbu dapur.
Tahap kedua yaitu identifikasi kebutuhan pelanggan dengan cara
menyebar kuesioner. Kuesioner yang disebar berupa kuesioner terbuka sebanyak
10 pertanyaan dengan menggunakan fitur google form pada situs google dan
disebar secara online. Sebanyak 30 responden menjawab pertanyaan kuesioner
terbuka mengenai laci bumbu dapur. Jawaban kuesioner terbuka kemudian di
seleksi menjadi pertanyaan pada kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup
menggunakan skala likert dan dijawab oleh 30 responden.
Tahap ketiga yaitu menyusun spesifikasi produk berdasarkan kebutuhan
dan keinginan pelanggan yang didapatkan dari jawaban-jawaban kuesioner yang
telah disebar. Spesifikasi produk yang disusun merupakan spesifikasi produk
untuk laci tempat bumbu yang tujuannya menerjemahkan kebutuhan pelanggan
yang sifatnya subjektif menjadi bahasa teknis yang dapat memudahkan perancang
untuk memahami dan merancang produk sesuai kebutuhan. Bahasa teknis menjadi
karakteristik teknis suatu produk yang nantinya akan diaplikasikan ke produk
yang akan dibuat. Proses spesifikasi produk menggunakan metode Quality
Function Deployment (QFD) di mana metode QFD berguna untuk menetapkan
karakteristik suatu produk berdasarkan kebutuhan dan keinginan pelanggan.
Spesifikasi produk terdiri dari dua jenis yaitu target spesifikasi dan final
spesifikasi. Target spesifikasi didapat dari kebutuhan dan keinginan pelanggan,
sedangkan final spesifikasi didapat dari target spesifikasi yang telah di seleksi
terlebih dahulu.
Tahap keempat yaitu melakukan benchmarking dengan cara melakukan
perbandingan dengan produk dari perusahaan lain. Benchmarking dilakukan untuk
mengetahui posisi masing-masing perusahaan dan sebagai evaluasi mengenai hal-
hal yang masih menjadi kekurangan di dalam suatu perusahaan. Perusahaan
pesaing menjadi patokan bagi perusahaan pengembang untuk melakukan
perencanaan produk. Perusahaan pengembang harus lebih tinggi nilainya
dibanding dengan perusahaan pesaing sebab jika perusahaan pengembang kalah
nilai dengan perusahaan pesaing, maka sangat disarankan untuk melakukan
evaluasi ulang dan perbaikan terhadap konsep dan spesifikasi produk atas produk
yang telah direncanakan.
Tahap kelima dilakukan dengan menyusun konsep produk yang akan
dibuat. Penyusunan konsep dilakukan dengan menggunakan software QFD versi
5.0 yang outputnya berupa rumah kualitas atau house of quality (HOQ).
Dibutuhkan karakteristik teknis dan kebutuhan pelanggan untuk mengisi bagian-
bagian rumah kualitas. Karakteristik teknis dan kebutuhan pelanggan
dihubungkan untuk menjadi tingkat prioritas dalam pembuatan suatu produk.
Tahap keenam yaitu seleksi konsep yang telah disusun sebelumnya.
Konsep yang sudah disusun kemudian diseleksi kembali untuk menghilangkan
konsep yang tidak perlu maupun konsep yang tidak sesuai.
Konsep yang telah lolos seleksi kemudian di simpan untuk menjadi konsep suatu
produk.
Tahap ketujuh yaitu melakukan uji konsep yang telah lolos dari seleksi.
Pengujian konsep dapat dilakukan dengan cara survey, mengkomunikasikan
konsep dan mengukur respon dari pelanggan yang kemudian dari hasil uji tersebut
di interpretasikan dan refleksikan hasil dari pengujian konsep.
Tahap kedelapan dilanjutkan dari konsep-konsep dipilih dan merupakan
konsep terbaik akan dijadikan konsep dari suatu produk yang akan dibuat dan
digabungkan menjadi desain produk. Pembuatan desain produk harus
menyesuaikan dengan hasil dari seleksi konsep yang telah dilakukan sebelumnya.
Tahap terakhir yaitu membuat protype produk. Tujuannya untuk melihat
gambaran desain produk yang telah dibuat. Pembuatan prototype menggunakan
aplikasi atau software berupa Catia atau AutoCAD. Produk laci bumbu dapur
dibuat dengan menggunakan software AutoCAD dengan tampak 3D. Apabila
pembuatan prototype telah dilakukan dan lulus pengujian

3.2 QFD (Quality Function Deployment)


Menurut Yoji Akao (1990) Quality Function Deployment (QFD)
merupakan metodologi yang digunakan untuk menerjemahkan keinginan dan
kebutuhan pelanggan ke dalam rancangan suatu produk yang memiliki
persyaratan teknis dan karakteristik kualitas tertentu.
Pengertian lain Quality Function Deployment merupakan metodologi
terstruktur yang digunakan pada proses perencanaan dan pengembangan produk
sehingga dapat memudahkan dalam menetapkan spesifikasi kebutuhan dan
keinginan konsumen, serta mengevaluasi secara sistematis kapabilitas produk
maupun jasa dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. QFD
memberikan beberapa manfaat bagi organisasi yang sedang mencoba untuk
mempertinggi daya saingnya dengan cara memperbaiki secara kontinyu kualitas
dan produktivitasnya.
Dalam QFD terdapat empat proses tindakan teknik yang dilakukan yaitu
product planning, design planning, process planning, dan production planning.
Keempat proses tersebut merupakan susunan proses yang terstruktur dan
sistematis sehingga memudahkan teknisi dalam mewujudkan keinginan konsumen
dengan tepat.
House of Quality merupakan suatu kerangka kerja atas pendekatan dalam
mendesain manajemen yang biasa dikenal dengan quality function deployment.
HOQ menunjukan struktur untuk mendesain dan membentuk suatu siklus yang
bentuknya menyerupai rumah. HOQ memfokuskan pada kebutuhan konsumen.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan pembahasan bertujuan untuk menunjukan bagaimana hasil yang


didapat dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Tujuan dan hasil dari
penelitian bertujuan untuk membandingkan dengan teori yang digunakan serta
untuk menafsirkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Berikut hasil dan
pembahasan dari penelitian terhadap perencanaan produk yang akan
dikembangkan yaitu laci bumbu dapur yang dilakukan selama kegiatan
perancangan produk.

4.1 Uraian Hasil Setiap Kegiatan


Tahap perancangan pertama diawali dengan merencanakan produk yang
akan kami kembangkan yaitu laci bumbu dapur. Kami memilih untuk
mengembangkan produk dibanding menciptakan produk baru karena kami melihat
kebutuhan akan tempat bumbu dapur yang sekarang masih diperlukan. Tahap
perencanaan produk dengan menggunakan tabel data dimensi produk referensi
untuk menjabarkan perencanaan untuk produk laci bumbu dapur. Berikut ini
merupakan uraian dari hasil kegiatan perancangan perencanaan produk.

No Nama Komponen Unit Tipe Bahan Ukuran

1 Tiang Vertikal 6 Kayu Aren 18 cm x 1 cm x 1 cm


Tiang Horizontal Bagian
2 4 Kayu Aren 17 cm x 1 cm x 1 cm
Atas dan Bawah
Tiang Horizontal Bagian
3 3 Kayu Aren 17 cm x 1 cm x 1 cm
Tengah
4 Kotak Tempat Bumbu 4 Kayu Aren 7 cm x 15 cm x 7,5 cm
15 cm x 16 cm x 0,5
5 Penutup Tempat Alat Makan 1 Kayu Aren
cm
Tabel diatas menunjukkan perencanaan pembuatan produk laci bumbu
dapur. Produk laci bumbu dapur memiliki 5 komponen utama yang semuanya
terbuat dari material kayu aren. Jumlah masing-masing komponen produk laci
bumbu dapur mempunyai ukuran dan kuantitas yang berbeda.
Tahap kadua yaitu mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan pelanggan.
Caranya dengan menyebar kuesioner dengan pertanyaan terbuka dan pertanyaan
tertutup. Kuesioner dengan pertanyaan terbuka menyediakan jawaban yang bebas
dijawab oleh responden mengenai produk meja laptop. Berikut ini merupakan
hasil rangkuman dari jawaban kuesioner dengan pertanyaan terbuka.

No. Pertanyaan Terbuka Jawaban Terbuka

1 Tempat bumbu dapur


Tempat bumbu dapur seperti apa yang
dengan kapasitas yang
anda inginkan?
dapat muat banyak
2 Berbentuk kotak seperti
Bentuk tempat bumbu dapur seperti apa
laci pada umumnya dan
yang anda inginkan?
tampilan sederhana
3 Ukuran seperti apa yang baik untuk Berukuran sedang untuk
tempat bumbu dapur? diletakkan di dapur
4 Cukup 4 wadah masing-
Berapa banyak jumlah wadah dalam
masing untuk berbeda
satu tempat bumbu?
jenis bumbu
5 Bahan dasar apa yang baik untuk
Material dari kayu
tempat bumbu?
6 Fitur tambahan apa yang anda inginkan Fitur tambahan berupa
di produk tempat bumbu tempat sendok dan garpu

7. Menurut Anda, apakah tempat bumbu


dapur masih dibutuhkan hingga saat ini Masih sangat dibutuhkan.

?
Seluruh jawaban dari responden dikumpulkan kemudian dirangkum untuk
melihat banyaknya jawaban yang sama pada masing-masing pertanyaan yang
diajukan. Rangkuman jawaban akan menjadi acuan dalam pembuatan kuesioner
dengan pertanyaan tertutup yang kemudian disebarkan lagi kepada responden.
Kuesioner tertutup berisikan pernyataan yang kemudian diisi menggunakan skala
likert. Pernyataan kuesioner tertutup didapat dari kesimpulan jawaban kuesioner
terbuka. Berikut ini merupakan hasil rangkuman dari jawaban kuesioner dengan
pertanyaan tertutup.

Pilihan Jawaban
No. Pertanyaan Tertutup
1 2 3 4 5
Laci bumbu dapur
1 
berkapasitas muat banyak
Bentuk laci bumbu dapur
2 
kotak seperti laci
Laci tempat bumbu dapur
3 mempunyai desain 
sederhana
Produk laci bumbu dapur
4
berukuran sedang 
Laci bumbu dapur dapat
menampung 4 jenis
5 
bumbu dapur yang
berbeda
Laci bumbu dapur terbuat
6 
dari material kayu

7 Laci bumbu dapur ringan 

Laci bumbu dapur


8 dilengkapi dengan fitur 
tempat sendok dan garpu
Pilihan Jawaban
No. Pertanyaan Tertutup
1 2 3 4 5
Penggunaan tempat
9 bumbu dapur masih 
sangat dibutuhkan

Tahap yang selanjutnya melakukan penyusunan spesifikasi produk.


Kegiatan penyusunan spesifikasi produk yaitu masing-masing kebutuhan
pelanggan dijabarkan menjadi beberapa karakteristik teknis. Produk laci bumbu
dapur memiliki beberapa kebutuhan dan keinginan pelanggan untuk dijadikan
acuan dalam proses pembuatan produk oleh perusahaan. Dalam spesifikasi
produk, kebutuhan dan keinginan pelanggan dihubungkan dengan karakteristik
teknis yang ada pada produk dengan menggunakan matriks rumah kualitas / mutu
atau HOQ (House of Quality). Berikut ini merupakan kesimpulan yang didapat
pada kegiatan penyusunan spesifikasi produk. Tabel dibawah ini menunjukan
daftar kebutuhan dan keinginan pelanggan.

No. Identifikasi Kebutuhan Pelanggan Uraian

Produk yang dapat memuat


banyak maksudnya agar dapat
menampung bumbu dengan
1 Muat banyak kapasitas yang cukup banyak,
sehingga tidak memerlukan
banyak tempat untuk menyimpan
bumbu dapur.
No. Identifikasi Kebutuhan Pelanggan Uraian

Bentuk kotak merupakan


kebutuhan pelanggan yang
terbanyak dipilih dari berbagai
macam bentuk lainnya, dengan
2 Bentuk kotak seperti laci
alasan bahwa produk berbentuk
kotak lebih baik dan sesuai untuk
produk laci bumbu dapur seperti
kebanyakan yang ada dipasaran.
design sederhana merupakan
kebutuhan dan keinginan yang
paling banyak diminati dengan
alasan design sederhana
3 Desain sederhana
merupakan design yang tidak
terlalu jelek dan tidak terlalu
mewah sehingga indah untuk di
pandang.
Produk berukuran sedang
beralasan karena tidak akan
memakan banyak tempat dan
4 Ukuran sedang
dapat ditempatkan ditempat yang
tidak terlalu luas seperti diatas
meja dapur dan di sudut ruangan.
kebutuhan pelanggan ini
merupakan kebutuhan yang
Mempunyai wadah untuk banyak dibutuhkan pelanggan
5
membedakan jenis bumbu dengan alasan agar dapat
memudahkan dalam
membedakan penempatan.
Material dari kayu merupakan
kebutuhan dan keinginan yang
terbanyak dipilih dari suara
konsumen, dimana hal tersebut
Material dari kayu
6 beralasan bahwa material kayu
mudah didapat dengan harga yang
murah, dan memiliki nilai estetika
yang tinggi.
Fitur tambahan tempat sendok
dan garpu merupakan kebutuhan
yang banyak dibutuhkan dan
diinginkan pelanggan dengan
7 Fitur tempat sendok dan garpu
alasan, agar tersedianya sendok
dan garpu saat ingin mengambil
bumbu dapur tersebut dan terlihat
lebih rapih.

Berikut merupakan tabel berisikan informasi tentang hubungan dari


karakteristik teknis dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan.

No. Karakteristik Teknis Matriks Hubungan Satuan

1 Berat 4, 5, 6, 7, 8 Kg

2 Panjang 1, 2, 4, 5, 8 Cm

3 Lebar 1, 2, 4, 5 Cm

4 Tinggi 1, 2, 4, 5 Cm

5 Jenis Material 6, 7 -

6 Fitur 8 -
Tahap selanjutnya yaitu melakukan benchmarking dengan perusahaan
yang menjadi pesaing. Hasil dari kegiatan ini yaitu berupa table yang
menunjukkan keunggulan dari masing-masing perusahaan. Berikut ini merupakan
hasil dari kegiatan bencmarking.
Karakteristik Rak Bumbu Dapur Produk yang akan dibuat
Teknis
Gambar

Jenis material Plastik Kayu Aren


Panjang 20 cm 25 cm
Laci Tempat
Bumbu
Lebar 13 cm 19,2 cm
Laci Tempat
Bumbu
Tinggi 8 cm 20,3 cm
Laci Tempat
Bumbu
Berat ± 1 kg ± 1,2 kg
Fungsi Tempat menyimpan berbagai jenis Tempat menyimpan berbagai jenis
bumbu dapur berbentuk bubuk bumbu dapur berbentuk bubuk
(contoh : gula, garam, lada,) (contoh : gula, garam, lada,) dan
dalam botol kemasan (contoh :
kecap, saus, minyak)
Tempat untuk menyimpan sendok
dan garpu pada fitur yang telah
disediakan
Kelebihan Mudah mencari jenis bumbu dapur Mudah mencari jenis bumbu
dapur
Bahan material rak yang mudah Bahan material laci yang dapat
dibersihkan dibersihkan

Material kayu yang ringan karena Material laci bumbu dapur terbuat
menggunakan plastik dari bahan kayu aren

Desain sederhana Desain menarik

Kekurangan Rak bumbu dapur yang dirancang Lebih berat dibanding rak bumbu
menggunakan material berupa plastik dapur
yang dimana memiliki kekurangan
yaitu tidak kuat.

Berikut daftar perbandingan kebutuhan pelanggan.


Rak Bumbu Dapur Laci Bumbu Dapur
No. Keterangan
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Muat banyak
2 Bentuk kotak seperti laci
3 Desain sederhana
4 Ukuran sedang
Mempunyai wadah
5 untuk membedakan jenis
bumbu

6 Material dari kayu

Fitur tempat sendok dan


7 garpu
Hasil yang didapatkan dari kegiatan benchmarking yaitu dapat diketahui
bahwa produk yang unggul merupakan produk yang dimiliki oleh perusahaan
pengembang. Dikarenakan produk dari perusahaan pengembang banyak yang
mengungguli dari segi karakteristiknya.

Gambar 4.1 HOQ 1 Produk Laci Bumbu Dapur

Kebutuhan pelanggan yang berisikan daftar kebutuhan pelanggan yang


diperoleh secara langsung dari pelanggan dengan wawancara maupun penyebaran
kuesioner. Kebutuhan pelanggan menggunakan skala 1 sampai 5, dimana 1
artinya sangat tidak setuju, 2 artinya tidak setuju, 3 artinya cukup setuju, 4 artinya
setuju, dan 5 artinya sangat setuuju. Kebutuhan konsumen yang dimasukan dalam
HOQ adalah kebutuhan konsumen yang memiliki bobot 4 dan 5 karena hal ini
dapat menggambarkan seberapa pentingnya kebutuhan pelanggan bagi para
pelanggan.
Laci bumbu dapur dapat muat banyak memiliki tingkat kepentingan 5 atau
sangat setuju, hal ini menunjukan bahwa sebagian besar dari pelanggan sangat
menyetujui laci bumbu dapur dapat muat banyak. Bentuk kotak pada laci bumbu
memiliki tingkat kepentingan 4 atau setuju. Desain sederhana pada laci bumbu
dapur memiliki tingkat kepentingan 4 atau setuju. Laci bumbu dapur berukuran
sedang memiliki tingkat kepentingan 4 atau setuju. Terdapat wadah yang berbeda
untuk tiap jenis bumbu memiliki tingkat kepentingan 3 atau cukup setuju. Produk
laci bumbu dapur terbuat dari material kayu memiliki tingkat kepentingan 5 atau
sanat setuju. Produk laci bumbu dapur dengan fitur sendok dan garpu memiliki
tingkat kepentingan 5 atau sangat setuju.
Bagian karakteristik teknis dan Direction of Improvement berisikan
terjemahan dari kebutuhan pelanggan yang berupa karakteristik teknis. Kebutuhan
pelanggan yang telah diterjemahkan ke dalam karakteristik teknis dalam produk
kursi anak ini yaitu berat, panjang laci keseluruhan, lebar laci keseluruhan, tinggi
laci keseluruhan, panjang laci dalam, lebar laci dalam, tinggi laci dalam, panjang
kotak fitur, lebar kotak fitur, tinggi lebar fitur dan jenis material. Direction of
Improvement yaitu perbandingan antara sasaran yang akan dicapai dengan
kepuasan pelanggan terhadap produk di pasaran, pada bagian ini terdapat 3 simbol
yaitu, longer is better (↑) yang berarti akan lebih baik jika mengalami
peningkatan, smaller is better (↓) yang berarti akan lebih baik jika mengalami
pengurangan, dan normal the best (O) yang berarti tidak perlu perubahan karena
sudah yang terbaik.
Produk laci bumbu dapur lebih berat dibandingkan dengan produk rak
bumbu dapur, hal ini ditujukan dengan simbol longer is better (↑). Berat produk
laci bumbu dapur sebesar 1,2 kg sedangkan berat produk rak bumbu dapur 1 kg.
Bagian hubungan antara kebutuhan pelanggan dengan karakteristik teknis
pada bagan HOQ. Hubungan ini digambarkan dengan simbol-simbol yang
menunjukan korelasi kuat, sedang, dan lemah. Kebutuhan pelanggan atas laci
tempat bumbu dapat muat banyak memiliki korelasi yang sangat kuat dengan
karakteristik panjang laci keseluruhan, lebar laci keseluruhan, tinggi laci
keseluruhan, panjang laci dalam, lebar laci dalam, dan tinggi laci dalam.
Bagian roof atas menjelaskan hubungan antara karakterstik teknis sebuah
produk. Dalam rumah kualitas produk kursi anak, terdapat 11 karakteristik teknis
yaitu berat, panjang laci keseluruhan, lebar laci keseluruhan, tinggi laci
keseluruhan, panjang laci dalam, lebar laci dalam, tinggi laci dalam, panjang
kotak fitur, lebar kotak fitur, tinggi lebar fitur dan jenis material. Hubungan antar
karakteristik teknis dapat disimbol kan dengan ʘ yang berarti sangat kuat, O yang
berarti sedang, X yang berati bertolak belakang, dan # yang berarti sangat bertolak
belakang.
Hubungan antara panjang dengan berat dinyatakan dengan simbol O yang
berarti sedang apabila panjang bertambah, maka berat akan berbanding lurus
dengan panjang, sehingga bertambah pula besar berat produk. Kedua, hubungan
antara lebar dengan berat.
Bagian roof samping menjelaskan hubungan antara kebutuhan konsumen.
Hubungan antar kebutuhan konsumen dapat disimbol kan dengan ʘ yang berarti
sangat kuat, O yang berarti sedang, X yang berati bertolak belakang, dan # yang
berarti sangat bertolak belakang.
Pertama, adanya hubungan yang kuat antara produk laci bumbu dapur
dengan bentuk laci bumbu dapur yaitu kotak. Hal ini dikarenakan volume yang
dibentuk oleh kotak lebih banyak dibandingkan dengan bentuk lain.
Customer assessment adalah perbandingan antara produk pesaing dengan
produk inovasi yang dilihat dari kebutuhan pelanggan. Customer assessment
dinalai oleh para ahli. Penilaian customer assessment menggunakan skala 1-5.
Nilai 1 menunjukan sangat tidak unggul, 2 menunjukan tidak unggul, 3
menunjukan cukup unggul, 4 menunjukan unggul dan 5 menunjukan sangat
unggul. Penilaian customer assessment berasal dari penilaian para ahli.
Dilihat dari grafik yang ada pada customer assessment tanda go merupakan
produk laci bumbu dapur dan tanda stop merupakan produk rak bumbu dapur.
Kebutuhan pelangan untuk tempat bumbu dapat muat banyak yaitu produk laci
bumbu dapur dan produk rak bumbu dapur sama-sama mendapatkan angka 4, hal
ini disebabkan karena kedua produk mempunyai kapasitas yang sama untuk
menampung berbagai jenis bumbu..
Bagian how much didapat dari karakteristik teknis produk laci bumbu
dapur. Bagian ini menjelaskan mengenai nilai target dari ukuran yang akan
digunakan untuk setiap karakteristik teknisnya. Bagian organizational difficulty
merupaka tingkat kesulitan perusahaan untuk membuat sukatu produk. Nilai
organizational difficulty antara 1 sampai 5. Nilai 1 menandakan sangat mudah,
nilai 2 menandakan mudah, nilai 3 menandakan cukup sulit, nilai 4 menandakan
sulit, dan nilai 5 menandakan sangat sulit.
Nilai target dari karakteristik teknis berat berukuran kurang lebih 1,2 kg,
dengan organizational difficulty 2. Organizational difficulty 2 menandakan
perusahan dengan mudah untuk mewujudkan berat produk tersebut.
Technical Assesment berisikan perbandingan antara produk inovasi dan
pesaing dalam sudut pandang karakteristik teknis yang berbentuk diagram garis
dari karakteristik teknis. Rumah kualitas produk kursi anak mempunyai diagram
garis yang berbeda pada produk pesaing dan produk inovasi. Penilaian technical
assesment menggunakan skala 1-5. Nilai 1 menunjukan sangat tidak unggul, 2
menunjukan tidak unggul, 3 menunjukan cukup unggul, 4 menunjukan unggul dan
5 menunjukan sangat unggul. Penilaian technical assesment ini berasal dari
penilaian para ahli.
Berat produk laci bumbu dapur mempunyai nilai 4 dan produk rak bumbu
mempunyai nilai 3. Artinya produk laci bumbu dapur bernilai unggul dibanding
produk rak bumbu dapur.
Weight importance adalah tingkat prioritas dalam bentuk angka, dan
relative importance tingkat prioritas dalam bentuk grafik batang yang berguna
untuk menunjukan suatu nilai berdasarkan weight importance, serta dengan
adanya relative importance dapat membantu untuk mengetahui nilai karakteristik
dominan secara efektif. Kedua tingkat prioritas ini memiliki arti yang sama hanya
berbeda bentuknya saja.
Nilai weight importance dari karakteristik berat adalah 102.0. Nilai
tersebut dapat dihitung manual dengan cara mengkalikan nilai pada customer
importance dengan symbol yang ada pada karakteristik teknis panjang dan
menjumlahkan secara keseluruhan. Perhitungannya seperti berikut, (4 x 3) + (5 x
9) + (5 x 9) = 102.0. Karakteristik dominan dapat dilihat dari nilai weight
importance dan relative importance. Karakteristik dominan pada produk laci
bumbu dapur terdapat pada karakteristik teknis berat, jadi perusahaan dapat
memfokuskan pengembangan dan perbaikan pada berat kursi anak.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan merupakan pernyataan singkat tentang hasil analisis deskripsi
dan pembahasan tentang hasil hipotesis yang telah dilakukan pada BAB
sebelumnya. Kesimpulan berisi jawaban atas pertanyaan yang diajukan pada
bagian rumusan masalah. Keseluruhan jawaban hanya terfokus pada ruang
lingkup pertanyaan dan jumlah jawaban disesuaikan dengan jumlah rumusan
masalah yang diajukan.
kuesioner terbuka merupakan kuesioner yang jawabannya belum
tersedia dan responden diberi kebebasan untuk menjawabnya. kuesioner ini di
sebar kepada 30 responden dengan menggunakan google form, dimana terdapat 7
pertanyaan yang berbeda. hasil kuesioner terbuka ini mendapatkan hasil
kebutuhan dan keinginan konsumen, dimana kebanyakan responden
membutuhkan tempat bumbu dapur dengan kapasitas yang dapat muat banyak,
berbentuk kotak seperti laci pada umumnya dan tampilan sederhana, berukuran
sedang untuk diletakkan di dapur, cukup 4 wadah masing-masing untuk berbeda
jenis bumbu, material dari kayu, fitur tambahan berupa tempat sendok dan garpu,
dan masih sangat dibutuhkan bagi pelanggan biasa maupun kalangan profesional.
Kuesioner tertutup merupakan pertanyaan yang jawabannya sudah
ditentukan. Kuesioner tertutup menggunakan skala likert sebagai alat untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi dari responden. Kuesioner tertutup ini
dibuat dari hasil jawaban pada kuesioner terbuka sebagai acuannya. Berikut ini
adalah pernyataan dari kuesioner tertutup yaitu, Responden memilih bobot 5,
artinya responden sangat setuju dengan produk berkapasitas muat banyak.
Responden memilih bobot 4, artinya responden setuju dengan produk berbentuk
kotak. Responden memilih bobot 4, artinya responden setuju jika produk memiliki
desain sederhana. Responden memilih bobot 4, artinya responden setuju jika
produk berukuran sedang. Responden memilih bobot 3, artinya responden cukup
setuju jika produk memiliki 4 wadah. Responden memilih bobot 4, artinya
responden setuju dengan produk dari material kayu. Responden memilih bobot 5,
artinya responden sangat setuju jika produk ringan. Responden memilih bobot 5,
artinya responden sangat setuju dengan produk diberi fitur tempat sendok dan
garpu. Responden memilih bobot 5, artinya responden sangat setuju jika produk
masih sangat dibutuhkan.
karakteristik teknis merupakan bahasa pelanggan yang diterjemahkan
kedalam bahasa teknis perusahaan untuk mempermudah mengidentifikasi
kebutuhan tersebut. karakteristik yang di dapat yaitu, berat, panjang laci
keseluruhan, lebar laci keseluruhan, tinggi laci keseluruhan, panjang laci dalam,
lebar laci dalam, tinggi laci dalam, panjang kotak fitur, lebar kotak fitur, tinggi
kotak fitur, dan jenis material.
Benchmarking merupakan metode untuk menerapkan dan menemukan
praktik terbaik dari suatu perusahaan yang lebih unggul atau perusahaan pesaing
dengan melakukan berbagai aktifitas. Pebandingan yang digunakan pada
pengembangan ini yaitu dengan perbandingan jenis Competitive Benchmarking
yang memberi perbandingan antara perusahaaan pesaing untuk suatu produk yang
lebih spesifik. Perbandingan yang dilakukan pada produk laci bumbu dapur yaitu
dengan produk sejenis yang paling unggul dipasaran, agar produk yang
dikembangkan akan menjadi produk yang lebih unggul dipasaran dan diterima
oleh pasar.
House of Quality (HOQ) terdapat input, dimana itu merupakan kebutuhan
pelanggan yang diantaranya laci muat banyak, bentuk seperti kotak, desain
sederhana, laci berukuran sedang, terdapat wadah untuk tiap jenis bumbu, material
dari kayu, dan fitur tempat sendok dan garpu. Output dari House of Quality
(HOQ) diperoleh dari weighted importance, dimana weighted importance
merupakan tingkat prioritas dalam bentuk angka. Matrik pertama adalah berat
yang mendapatkan nilai 102,0, matrik kedua adalah panjang laci keseluruhan
mendapatkan nilai 93,0, matriks ke tika adalah lebar laci keseluruhan
mendapatkan nilai 93,0, matrik ke empat adalah tinggi laci keseluruhan
mendapatkan nilai 93,0, matrik ke lima adalah panjang laci dalam mendapatkan
nilai 66,0, matriks keenam adalah lebar laci dalam mendapatkan nilai 66,0, matrik
ketujuh adalah tinggi laci dalam mendapatkan nilai 66,0, matriks kedelapan
adalah panjang kotak fitur mendapatkan nilai 57,0, matrik kesembilan adalah
lebar kotak fitur mendapatkan nilai 57,0, matriks kesepuluh adalah tinggi kotak
fitur mendapatkan nilai 57,0, dan matrik jenis material mendapatkan nilai 60,0.

5.2 Saran
Saran dalam pengembangan suatu produk yaitu bertujuan untuk
memperbaiki kesalahan yang kurang dalam proses pengembangan produk
tersebut. Mengidentifikasi kebutuhan pelanggan harus sesuai dengan target pasar,
agar tidak terjadinya trade-offs. Memperbanyak perbandingan lebih dari 1 konsep
benchmarking bertujuan, agar dalam proses pengembangan produknya lebih
unggul dan mempermudah dalam proses pengembangan. Memerlukan ketelitian
yang besar dalam proses pengembangan produk, terutama dalam analisis data agar
lebih mudah dipahami dan di mengerti.

Anda mungkin juga menyukai