Disusun Oleh:
Kelompok : 8 (Delapan)
Nama Anggota : 1. Nur Hafiz Fauzi / 35415182
2. Nur Syifa Choiriah / 35415202
3. Pamindan Sih Pratiwi / 35415295
Kelas : 2ID08
Bagian A :
Ruang pertama HOQ adalah kebutuhan/keinginan pelanggan (Customer
Needs and Benefits). Fase ini menggunakan proses diagram afinitas dan kemudian
disusun secara hierarki dengan tingkat kebutuhan paling rendah hingga tingat
yang paling tinggi. Kebanyakan tim pengembang mengumpulkan “suara
pelanggan” (voice of the customer) melalui interview/wawancara dan kemudian
disusun secara hierarki. Kegagalan dalam memaksimumkan keterlibatan
pelanggan dalam fase ini, sering menimbulkan salah pengertian antara pelanggan
dan tim pengembang. Ketika tim pengembang produk tidak mengerti keinginan
pelanggan dengan baik, maka aktifitas perencanaan produk akan mengalami
kesulitan, sehingga perencanaan produk berjalan lambat.
Bagian B :
Planning matrix merupakan bagian kedua dari HOQ dan disebut sebagai
tempat penentuan sasaran/tujuan produk, didasarkan pada interpretasi tim
terhadap data riset pasar. Penetapan sasaran/tujuan merupakan gabungan antara
prioritasprioritas kebutuhan pelanggan. Hal ini merupakan tahap penting dalam
perencanaan produk. Planning matrix berisi tiga tipe informasi penting :
1. Data kuantitatif pasar, yang menunjukan hubungan antara tingkat kepentingan
kebutuhan dan keinginan pelanggan dan tingkat kepuasan pelangga dengan
perusahaan dan tingkat persaingan.
2. Penetapan tujuan/sasaran untuk produk/jasa baru.
3. Perhitungan tingkat ranking keinginan dan kebutuhan pelanggan.
Satu alasan untuk mengisi Planning Matrix segera setelah Customer
Needs/Benefits selesai adalah karena Customer Needs merupakan prioritas, tim
QFD boleh memilih untuk membatasi analisa hanya untuk tingkat kebutuhan
pelanggan yang tertinggi. Pertimbangan hal ini adalah mengurangi waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan QFD. Jika Planning Matrix ditunda sampai
beberapa waktu setelah bagian Relationship terisi, maka tim tidak akan dapat
membuat batasan analisa, karena tidak mengetahui Customer Need mana yang
paling penting bagi mereka. Tetapi beberapa praktisi mengerjakan Technical
Responses dan bahkan merupakan Relationship sebelum mengerjakan Planning
Matrix. Keuntungan dari cara ini adalah tim akan lelbih familiar dengan
kebutuhan pelanggan.
Bagian C :
Bagian ketiga dari HOQ adalah Technical Response, merupakan gambaran
produk atau jasa yang akan dikembangkan. Biasanya gambaran tersebut
diturunkan dari Customer Needs dibagian pertama HOQ. Terdapat beberapa
informasi yang didapat di technical response, alternatife yang paling umum
adalah:
1. Top level solution independent measurement or metrics
2. Product or service requirement,
3. Product or service features or capabilities.
Informasi apapun yang dipilih, disebut sebagai Substitute Quality
Characteristic (SQC). Jika Customer Needs/Benefits mewakili suara pelanggan
maka SQC mewakili suatu pengembang.
Dengan menempatkan kedua suara tersebut di kiri dan atas matriks maka
dapat dievaluasi hubungan keduanya secara sistematis, diikuti dengan proses
diagram pohon. Proses Hierarki memberikan beberapa kebebasan kepada tim
untuk menyusun analisis mereka pada tingkat tinggi atau rendah dengan detail
pemilihan tingkat hieraki primer, sekunder, atau tersier.
Bagian D :
Bagian keempat HOQ adalah relationship, merupakan bagian terbesar dari
matriks dan menjadi bagian besar dari pekerjaan. Pada fase ini menggunakan
metode matriks prioritas. Untuk setiap sel dalam relationship, tim memberikan
nilai yang menunjukan keberadaannya terhadap SQC dihubungkan dengan
customer needs. Nilai ini menunjukkan kepuasan pelanggan.
Bagian E : Bagian kelima dari HOQ adalah Technical Correlations,
matriks yang bentuknya menyerupai atap. Matriks ini digunakan untuk membantu
tim QFD dalam menentukan disain yang mengalami bottlenect dan menentukan
kunci komunikasi di antara para disainer. Selain itu juga menunjukkan korelasi
antara persyaratan teknis yang satu dengan persyaratan-persyaratan teknik lain
yang terdapat dalam matriks C.
Bagian F :
Bagian ini berisi 3 jenis data, yaitu :
1. Technical Responses Priorities, urutan tingkat kepentingan persyaratan teknis.
2. Competitive Technical Benchmarks, informasi hasil perbandingan kinerja
persyaratan teknik produk yang dihasilkan oleh perusahaan terhadap kinerja
produk pesaing.
3. Target Technical, target kinerja persyaratan teknis untuk produk atau jasa
baru yang akan dikembangkan.
Diagram berikut menunjukkan satu kemungkinan konfigurasi atas
sekumpulan matriks yang saling berhubungan dan juga menggambarkan sebuah
teknik QFD standar untuk membawa informasi dari satu matriks ke matriks
lainnya. Diagram tersebut dimulai dari HOQ. Sebagian besar proses QFD, tim
QFD member prioritas What’s melalui pembuatan sekumpulan pertimbangan
yang didasarkan pada data riset pasar. Terdapat pertimbangan yang didasarkan
pada data riset pasar. Terdapat banyak teknik yang berbeda untuk menentukan
prioritas tersebut. Prioritas atau pembobolan ditempatkan di sebelah kiri matrik
BAB III
METODOLOGI
Perencanaan Produk
Spesifikasi Produk
Benchmarking
Menyusun Konsep
Seleksi Konsep
Menguji Konsep
Desain Produk
Membuat Prototype
Gambar 3.1 Flowchat Metodologi Perancangan Pengembangan
Produk
Sebuah produk akan berhasil dipasaran jika produk tersebut mampu memenuhi
kebutuhan dan keinginan pelanggan. Membuat produk yang dapat diterima
dipasaran melalui tahapan-tahapan yang tidak mudah untuk menjadikan produk
terebut sukses. Salah satunya adalah proses perancangan produk yang menjadi
salah satu hal yang perlu di perhatikan dalam merencanakan suatu produk. Proses
perancangan produk memiliki beberapa tahap yang harus dilakukan agar produk
yang di rancang dapat sesuai dengan permintaan pelanggan. .
Tahap pertama yaitu perencanaan produk. Perencanaan produk melihat
kebutuhan pasar untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Produk yang diciptakan
dapat berupa produk yang baru diciptakan maupun produk yang sudah ada
kemudian dikembangkan kembali untuk ditambahkan inovasi. Kami memilih
toples bumbu dapur sebagai produk referensi yang kemudian produk akan
dikembangkan kembali menjadi laci bumbu dapur.
Tahap kedua yaitu identifikasi kebutuhan pelanggan dengan cara
menyebar kuesioner. Kuesioner yang disebar berupa kuesioner terbuka sebanyak
10 pertanyaan dengan menggunakan fitur google form pada situs google dan
disebar secara online. Sebanyak 30 responden menjawab pertanyaan kuesioner
terbuka mengenai laci bumbu dapur. Jawaban kuesioner terbuka kemudian di
seleksi menjadi pertanyaan pada kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup
menggunakan skala likert dan dijawab oleh 30 responden.
Tahap ketiga yaitu menyusun spesifikasi produk berdasarkan kebutuhan
dan keinginan pelanggan yang didapatkan dari jawaban-jawaban kuesioner yang
telah disebar. Spesifikasi produk yang disusun merupakan spesifikasi produk
untuk laci tempat bumbu yang tujuannya menerjemahkan kebutuhan pelanggan
yang sifatnya subjektif menjadi bahasa teknis yang dapat memudahkan perancang
untuk memahami dan merancang produk sesuai kebutuhan. Bahasa teknis menjadi
karakteristik teknis suatu produk yang nantinya akan diaplikasikan ke produk
yang akan dibuat. Proses spesifikasi produk menggunakan metode Quality
Function Deployment (QFD) di mana metode QFD berguna untuk menetapkan
karakteristik suatu produk berdasarkan kebutuhan dan keinginan pelanggan.
Spesifikasi produk terdiri dari dua jenis yaitu target spesifikasi dan final
spesifikasi. Target spesifikasi didapat dari kebutuhan dan keinginan pelanggan,
sedangkan final spesifikasi didapat dari target spesifikasi yang telah di seleksi
terlebih dahulu.
Tahap keempat yaitu melakukan benchmarking dengan cara melakukan
perbandingan dengan produk dari perusahaan lain. Benchmarking dilakukan untuk
mengetahui posisi masing-masing perusahaan dan sebagai evaluasi mengenai hal-
hal yang masih menjadi kekurangan di dalam suatu perusahaan. Perusahaan
pesaing menjadi patokan bagi perusahaan pengembang untuk melakukan
perencanaan produk. Perusahaan pengembang harus lebih tinggi nilainya
dibanding dengan perusahaan pesaing sebab jika perusahaan pengembang kalah
nilai dengan perusahaan pesaing, maka sangat disarankan untuk melakukan
evaluasi ulang dan perbaikan terhadap konsep dan spesifikasi produk atas produk
yang telah direncanakan.
Tahap kelima dilakukan dengan menyusun konsep produk yang akan
dibuat. Penyusunan konsep dilakukan dengan menggunakan software QFD versi
5.0 yang outputnya berupa rumah kualitas atau house of quality (HOQ).
Dibutuhkan karakteristik teknis dan kebutuhan pelanggan untuk mengisi bagian-
bagian rumah kualitas. Karakteristik teknis dan kebutuhan pelanggan
dihubungkan untuk menjadi tingkat prioritas dalam pembuatan suatu produk.
Tahap keenam yaitu seleksi konsep yang telah disusun sebelumnya.
Konsep yang sudah disusun kemudian diseleksi kembali untuk menghilangkan
konsep yang tidak perlu maupun konsep yang tidak sesuai.
Konsep yang telah lolos seleksi kemudian di simpan untuk menjadi konsep suatu
produk.
Tahap ketujuh yaitu melakukan uji konsep yang telah lolos dari seleksi.
Pengujian konsep dapat dilakukan dengan cara survey, mengkomunikasikan
konsep dan mengukur respon dari pelanggan yang kemudian dari hasil uji tersebut
di interpretasikan dan refleksikan hasil dari pengujian konsep.
Tahap kedelapan dilanjutkan dari konsep-konsep dipilih dan merupakan
konsep terbaik akan dijadikan konsep dari suatu produk yang akan dibuat dan
digabungkan menjadi desain produk. Pembuatan desain produk harus
menyesuaikan dengan hasil dari seleksi konsep yang telah dilakukan sebelumnya.
Tahap terakhir yaitu membuat protype produk. Tujuannya untuk melihat
gambaran desain produk yang telah dibuat. Pembuatan prototype menggunakan
aplikasi atau software berupa Catia atau AutoCAD. Produk laci bumbu dapur
dibuat dengan menggunakan software AutoCAD dengan tampak 3D. Apabila
pembuatan prototype telah dilakukan dan lulus pengujian
?
Seluruh jawaban dari responden dikumpulkan kemudian dirangkum untuk
melihat banyaknya jawaban yang sama pada masing-masing pertanyaan yang
diajukan. Rangkuman jawaban akan menjadi acuan dalam pembuatan kuesioner
dengan pertanyaan tertutup yang kemudian disebarkan lagi kepada responden.
Kuesioner tertutup berisikan pernyataan yang kemudian diisi menggunakan skala
likert. Pernyataan kuesioner tertutup didapat dari kesimpulan jawaban kuesioner
terbuka. Berikut ini merupakan hasil rangkuman dari jawaban kuesioner dengan
pertanyaan tertutup.
Pilihan Jawaban
No. Pertanyaan Tertutup
1 2 3 4 5
Laci bumbu dapur
1
berkapasitas muat banyak
Bentuk laci bumbu dapur
2
kotak seperti laci
Laci tempat bumbu dapur
3 mempunyai desain
sederhana
Produk laci bumbu dapur
4
berukuran sedang
Laci bumbu dapur dapat
menampung 4 jenis
5
bumbu dapur yang
berbeda
Laci bumbu dapur terbuat
6
dari material kayu
1 Berat 4, 5, 6, 7, 8 Kg
2 Panjang 1, 2, 4, 5, 8 Cm
3 Lebar 1, 2, 4, 5 Cm
4 Tinggi 1, 2, 4, 5 Cm
5 Jenis Material 6, 7 -
6 Fitur 8 -
Tahap selanjutnya yaitu melakukan benchmarking dengan perusahaan
yang menjadi pesaing. Hasil dari kegiatan ini yaitu berupa table yang
menunjukkan keunggulan dari masing-masing perusahaan. Berikut ini merupakan
hasil dari kegiatan bencmarking.
Karakteristik Rak Bumbu Dapur Produk yang akan dibuat
Teknis
Gambar
Material kayu yang ringan karena Material laci bumbu dapur terbuat
menggunakan plastik dari bahan kayu aren
Kekurangan Rak bumbu dapur yang dirancang Lebih berat dibanding rak bumbu
menggunakan material berupa plastik dapur
yang dimana memiliki kekurangan
yaitu tidak kuat.
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan merupakan pernyataan singkat tentang hasil analisis deskripsi
dan pembahasan tentang hasil hipotesis yang telah dilakukan pada BAB
sebelumnya. Kesimpulan berisi jawaban atas pertanyaan yang diajukan pada
bagian rumusan masalah. Keseluruhan jawaban hanya terfokus pada ruang
lingkup pertanyaan dan jumlah jawaban disesuaikan dengan jumlah rumusan
masalah yang diajukan.
kuesioner terbuka merupakan kuesioner yang jawabannya belum
tersedia dan responden diberi kebebasan untuk menjawabnya. kuesioner ini di
sebar kepada 30 responden dengan menggunakan google form, dimana terdapat 7
pertanyaan yang berbeda. hasil kuesioner terbuka ini mendapatkan hasil
kebutuhan dan keinginan konsumen, dimana kebanyakan responden
membutuhkan tempat bumbu dapur dengan kapasitas yang dapat muat banyak,
berbentuk kotak seperti laci pada umumnya dan tampilan sederhana, berukuran
sedang untuk diletakkan di dapur, cukup 4 wadah masing-masing untuk berbeda
jenis bumbu, material dari kayu, fitur tambahan berupa tempat sendok dan garpu,
dan masih sangat dibutuhkan bagi pelanggan biasa maupun kalangan profesional.
Kuesioner tertutup merupakan pertanyaan yang jawabannya sudah
ditentukan. Kuesioner tertutup menggunakan skala likert sebagai alat untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi dari responden. Kuesioner tertutup ini
dibuat dari hasil jawaban pada kuesioner terbuka sebagai acuannya. Berikut ini
adalah pernyataan dari kuesioner tertutup yaitu, Responden memilih bobot 5,
artinya responden sangat setuju dengan produk berkapasitas muat banyak.
Responden memilih bobot 4, artinya responden setuju dengan produk berbentuk
kotak. Responden memilih bobot 4, artinya responden setuju jika produk memiliki
desain sederhana. Responden memilih bobot 4, artinya responden setuju jika
produk berukuran sedang. Responden memilih bobot 3, artinya responden cukup
setuju jika produk memiliki 4 wadah. Responden memilih bobot 4, artinya
responden setuju dengan produk dari material kayu. Responden memilih bobot 5,
artinya responden sangat setuju jika produk ringan. Responden memilih bobot 5,
artinya responden sangat setuju dengan produk diberi fitur tempat sendok dan
garpu. Responden memilih bobot 5, artinya responden sangat setuju jika produk
masih sangat dibutuhkan.
karakteristik teknis merupakan bahasa pelanggan yang diterjemahkan
kedalam bahasa teknis perusahaan untuk mempermudah mengidentifikasi
kebutuhan tersebut. karakteristik yang di dapat yaitu, berat, panjang laci
keseluruhan, lebar laci keseluruhan, tinggi laci keseluruhan, panjang laci dalam,
lebar laci dalam, tinggi laci dalam, panjang kotak fitur, lebar kotak fitur, tinggi
kotak fitur, dan jenis material.
Benchmarking merupakan metode untuk menerapkan dan menemukan
praktik terbaik dari suatu perusahaan yang lebih unggul atau perusahaan pesaing
dengan melakukan berbagai aktifitas. Pebandingan yang digunakan pada
pengembangan ini yaitu dengan perbandingan jenis Competitive Benchmarking
yang memberi perbandingan antara perusahaaan pesaing untuk suatu produk yang
lebih spesifik. Perbandingan yang dilakukan pada produk laci bumbu dapur yaitu
dengan produk sejenis yang paling unggul dipasaran, agar produk yang
dikembangkan akan menjadi produk yang lebih unggul dipasaran dan diterima
oleh pasar.
House of Quality (HOQ) terdapat input, dimana itu merupakan kebutuhan
pelanggan yang diantaranya laci muat banyak, bentuk seperti kotak, desain
sederhana, laci berukuran sedang, terdapat wadah untuk tiap jenis bumbu, material
dari kayu, dan fitur tempat sendok dan garpu. Output dari House of Quality
(HOQ) diperoleh dari weighted importance, dimana weighted importance
merupakan tingkat prioritas dalam bentuk angka. Matrik pertama adalah berat
yang mendapatkan nilai 102,0, matrik kedua adalah panjang laci keseluruhan
mendapatkan nilai 93,0, matriks ke tika adalah lebar laci keseluruhan
mendapatkan nilai 93,0, matrik ke empat adalah tinggi laci keseluruhan
mendapatkan nilai 93,0, matrik ke lima adalah panjang laci dalam mendapatkan
nilai 66,0, matriks keenam adalah lebar laci dalam mendapatkan nilai 66,0, matrik
ketujuh adalah tinggi laci dalam mendapatkan nilai 66,0, matriks kedelapan
adalah panjang kotak fitur mendapatkan nilai 57,0, matrik kesembilan adalah
lebar kotak fitur mendapatkan nilai 57,0, matriks kesepuluh adalah tinggi kotak
fitur mendapatkan nilai 57,0, dan matrik jenis material mendapatkan nilai 60,0.
5.2 Saran
Saran dalam pengembangan suatu produk yaitu bertujuan untuk
memperbaiki kesalahan yang kurang dalam proses pengembangan produk
tersebut. Mengidentifikasi kebutuhan pelanggan harus sesuai dengan target pasar,
agar tidak terjadinya trade-offs. Memperbanyak perbandingan lebih dari 1 konsep
benchmarking bertujuan, agar dalam proses pengembangan produknya lebih
unggul dan mempermudah dalam proses pengembangan. Memerlukan ketelitian
yang besar dalam proses pengembangan produk, terutama dalam analisis data agar
lebih mudah dipahami dan di mengerti.