Anda di halaman 1dari 2

Perang paderi ada tiga tahap

a. tahap 1 (1803-1821)

tahap pertama ini murni perang saudara tanpa ada campur tangan belanda. perang ini mengalami
perkembangan baru saat kaum adat meminta bantuan kepada belanda. sejak saat itu dimulai perang
padri melwan belanda.

b. tahap 2 (1822-1832)

perang sudah mereda karena belanda berhasil mengadakan perjanjian dg kaum paderi yg makin
melemah. setelah perang diponegoro selesai, belanda kmbli menggempur kaum paderi dibawah
pimpinan Letnan Kolonel Ellout thn 1831. kmudian disusul oleh pasukan yg di pimpin mayor michiels.

c. tahap 3 (1833-1838)

perang mengusir belanda. sejak thn 1831 kaun adat dan kaum paderi bersatu melwan belanda yg di
pimpin tuanku imam bonjol.

pertempuran berakhir dg penangkapan tuanku imam bonjol yg dibawa ke padang. lalu tuanku imam
bonjol diasingkan ke cianjur pd thn 1838. kmudia thn 1839 dipindahkan ke ambon. 3 thn kmudian
dipindahkan ke manado sampai dg meninggal dlm usia 92 thn.

Latar belakang

Perang Padri dilatarbelakangi oleh kepulangan tiga orang Haji dari Mekkah sekitar tahun 1803, yaitu Haji
Miskin, Haji Sumanik dan Haji Piobang yang ingin memperbaiki syariat Islam yang belum sempurna
dijalankan oleh masyarakat Minangkabau.

Latar belakang terjadinya perlawanan goa

perlawanan gua dengan pasukan kolonial belanda terjadi saat belanda mulai mengatahui pentingnya
pelabuhan gowa sebagai transito bagi kapal-kapal yang berlayar. selain itu letak pelabuhan Gowa sangat
strategis karena terletak antara malaka dan maluku. sehingga belanda menjalin hubungan dengan raja
gowa untuk berdagang di pelabuhannya, namun pihak belanda mulai meluncurkan taktik liciknya dengan
penagihan utang kepada pembesar pedagang gowa dengan cara licik sehingga terjadilah pembunuhan
terhadap seorang awak kapal milik benda. pihak belanda juga memblokir beberapa tempat seperti
sambaopu.

Kerajaan Goa merupakan salah satu kerajaan yang sangat terkenal di Nusantara. Pusat pemerintahannya
berada di Somba Opu yang sekaligus menjadi pelabuhan kerajaan Goa. Somba Opu senantiasa terbuka
untuk siapa saja, Banyak para pedagang asing yang tinggal dikota itu. Masyarakat Goa senantiasa
berpegang pada prinsip hidup sesuai dengan kata - kata

"Tanahku terbuka bagi semua bangsa", "Tuhan menciptakan tanah dan laut, tanah dibagikannya untuk
semua manusia dan laut adalah milik bersama."Dengan prinsip keterbukaan itu maka Goa cepat
berkembang. Dengan melihat peran dan posisinya yang strategis, VOC berusaha keras untuk dapat
mengendalikan Goa dan menguasai pelabuhan Somba Opu serta menerapkan monopoli perdagangan.
Raja Goa Sultan Hasanuddin ingin menghentikan tindakan VOC yang anarkis dan provokatif itu. Sultan
Hasanuddin menentang ambisi VOC yang memaksakan monopoli di Goa. Sultan Hasanuddin dipaksa
untuk menandatangani perjanjian Bongaya pada tanggal 18 November 1667, yang isinya antara lain sbb.

1. Goa harus mengakui hak monopoli VOC

2. Semua orang barat, kecuali Belanda harus meninggalkan wilayah Goa

3. Goa harus membayar biaya perang

tetapi, Sultan Hasanuddin tidak ingin melaksanakan isi perjanjian itu, karena itu bertentangan dengan
hati nurani dan semboyan masyarakat Goa atau Makasar. pada tahun 1668 Sultan Hasanuddin mencoba
menggerakkan kekuayan rakyat kembali untuk kembali melawan kesewenang - wenangan VOC itu.
Namun, digagalkan oleh VOC. Terpaksalah Sultan Hasanuddin harus melaksanakan isi perjanjian
Bongaya. Bahkan benteng pertahanan Goa jatuh dan diserahkan kepada VOC. Benteng itu kemudian oleh
Spelman diberi nama Benteng Rotterdam.

Arung palakka

Tuanku Imam Bonjol (lahir di Bonjol, Pasaman, Sumatra Barat, Indonesia, 1772 - wafat dalam
pengasingan dan dimakamkan di Lotta, Pineleng, Minahasa, 6 November 1864)

Pattimura (Thomas Matulessy) lahir di Haria, pulau Saparua, Maluku, 8 Juni 1783 – meninggal di Ambon,
Maluku, 16 Desember 1817 pada umur 34 tahun),

Anda mungkin juga menyukai