Anda di halaman 1dari 50

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

OBSTETRI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO 1
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
DEP/SMF : OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO
2018
ASUHAN ANTENATAL
1. Pengertian Asuhan asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan
(Definisi) obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian
kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan. Untuk melakukan asuhan antenatal
yang baik, petugas pelaksana asuhan harus memiliki kompetensi untuk mengenali
perubahan hormonal, anatomi, dan fisiologi yang terkait dengan proses kehamilan.
Pemahaman perubahan fisiologi tersebut adalah dasar untuk mengenali kondisi
patologis kesehatan ibu dan bayi yang dikandungnya, termasuk melakukan rujukan
optimal dan tepat waktu.
2. Tujuan a. Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan
b. Mengupayakan kondisi terbaik ibu dan bayi yang dikandungnya
c. Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya
d. Mengindentifikasi dan menatalaksanakan kehamilan risiko tinggi
e. Memberikan edukasi untuk menjaga kualitas kehamilan
f. Menghidarkan masalah kesehatan yang dapat membahayakan ibu hamil dan bayi
yang dikandungnya.
3. Pengamatan Dan Agar dapat melakukan asuhan antenatal, petugas kesehatan harus mengetahui hal-hal
Pemeriksaan berikut ini :
Antenatal 1. Perubahan fisiolgis hormonal pada kehamilan
2. Uji hormonal kehamilan
3. Perubahan anatomi dan fisiologi pada kehamilan
a. Pembesaran disertai penipisan dinding uterus
b. Deteksi DJJ
c. Gerakan janin
d. Palpasi bagian-bagian tubuh
e. Ballotement
4. Jadwal kunjungan asuhan antenatal
5. Pemeriksaan rutin dan penelusuran penyulit selama kehamilan
a. Pemeriksaan Umum (generalis)
b. Pemeriksaan Khusus (lokalis)
c. Pemeriksaan Abdomen
 Inspeksi
 Palpasi
 Auskultasi
d. Pemeriksaan laboratorium
e. Pemeriksaan tambahan (Ultrasonografi, Ronten, Genetika, dsb)
6. Pemantauan gejala dan tanda Terkait dengan gangguan kehamilan adalah :
 Muntah berlebihan yang berlangsung selama kehamilan
 Disuria
 Menggigil atau demam
 Ketuban Pecah Dini dan Sebelum Waktunya
 Uterus lebih besar/lebih kecil dari usia kehamilan yang sesungguhnya
f. Gangguan kesehatan dan penyakit berbahaya yang menyertai kehamilan
 Tuberklosis paru
 Malaria
 Hepatitis B
 Infeksi Menular Seksual (IMS)
 Dekomensatio Kordis
 HIV/AIDS (Prevention of Mother to Child Traansmission MPTCT)
7. Pemantauan pada kunjungan berkala asuhan antenatal anjurkan ibu untuk
melakukan kunjungan antenatal secara berkala dan teratur. Lakukan pemeriksaan
dan pencatatan kesehatan ibu hamil dari satu kunjungan ke kunjungan berikutnya,
yaitu :
 Keluhan yang dirasakan oleh ibu hamil
 Hasil pemeriksaan setiap kunjungan
 Menilai kesejahteraan janin
8. Edukasi kesehatan bagi ibu hamil
a. Nutrisari yang adekuat
Kalori
Protein
Kalsium
Zat besi
Asam folat
b. Perawatan payudara
c. Perawatan gigi
d. Kebersihan tubuh dan pakaian
Manado, 2 April 2018
Ketua Komite Medik Kepala Departemen/SMF Osbtetri & Ginekologi

dr. B.J. Waleleng, SpPD-KGEH Prof. Dr. dr. Freddy W. Wagey, Sp.OG(K)
NIP. 19591221 198703 1 004 NIP. 19540514 198503 1 001
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
OBSTETRI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO 2
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
DEP/SMF : OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO
2018
GRAVIDOGRAM
1. Batasan Mual dan muntah hebat yang mungkin diikuti terjadinya dehidrasi. Muntah persisten
menyebabkan hipotensi postural, takikardi, gangguan eletrolit, ketosis, dan kehilangan
berat badan. Hiperemesis gravidarum berat merupakan keadaan darurat yang harus
segera ditangani.
2. Kriteria  Kehamilan mudah (4-16 minggu)
Diagnosis  Mual disertai muntah hebat dan berulang
 Semua yang di minum atau di makan kembali dimuntahkan
 Dapat disertai tanda dehidrasi ringan sampai berat
 Turgor kulit menurun
3. Diagnosis  Dispesia
Bandung  Migrain-vertiga
 Iritasi peritoneal, mis : pada Kehamilan Ektopik Terganggu
4. Pengelolaan  Laboratorium
 Keton (+)
 USG
- Menentukan letak kantung kehamilan intra atau ekstrauterin
- Menentukan jumlah janin
- Menentukan usia kehamilan
- Tidak terdapat tanda mola hidatidosa (komplit parsial)
5. Komplikasi  Lini pertama pengobatan mual dan muntah pada kehamilan adalah melalui
pemberian antiemetik secara oral.
 Bila terapi oral gagal, maka dapat dilakukan pemberian cairan intravena NaCI
atau RI, atau pemberian nutrisi melalui larutan untuk koreksi dehidrasi,
ketonemia, deficit elektrolit, dan ketidakseimbangan asam dan basa.
 Cairan intravena dapat disertai pemberian obat (drip)
 Pemberian Dektrose 5-10% masih dapat diberikan setelah dehidrasi tertasi.
 Jika mual dan muntah hebat tetap terjadi setelah rehidrasi, maka sebaiknya pasien
dirawat.
 Antiemetik: promethazin, proklorperazin, klorpromazine, metoklopramid,
ondansetron dapta diberikan secara peroral, dari drip atau i.v bolus, sesuai dosis
lazim.
 Pasien dapt dipulangkan setelah perawatan bila telah dapat makan serta minum
tanpa dimuntahkan kembali.
6. Komplikasi Beberapa komplikasi dari hiperemesis gravidogram diantaranya :
1. Acute kidney injury sehingga membutuhkan hemodialisa
2. Depresi
3. Ruptur diafragmatika
4. Ruptur esofagus (sindroma Boerhaave)
5. Hiporpotrombinemia (defisiensi vitamin)
6. Mollory-Weis tears – perdarahan, pneumothoraks, pneumomediastinum,
pnemumopericardium
7. Ensefalopati Wenieke – defisiensi vitamin B,
8. Kejang-kejang
Resiko pada janin akan menyebabkan penurunan berat badan secara kronis dan
meningkatkan kejadian gangguan pertumbuhan janin dalam rahim.
Manado, 2 April 2018
Ketua Komite Medik Kepala Departemen/SMF Osbtetri & Ginekologi

dr. B.J. Waleleng, SpPD-KGEH Prof. Dr. dr. Freddy W. Wagey, Sp.OG(K)
NIP. 19591221 198703 1 004 NIP. 19540514 198503 1 001
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
OBSTETRI 3
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
DEP/SMF : OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO
2018
GRAVIDOGRAM
1. Batasan Suatu rekam grafik/momongan untuk memantau pertumbuhan Janin dan keadaan ibu
dalam kehamilan.
 Formulir stautus pemeriksaan kehamilan ibu yang memuat data tentang :
- Karakteristik pasien (umur, paritas, tinggi badan, berat badan)
- Tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu)
- Tinggi fundus uteri (em)
- Lingkarang perut (em)
- Letak janin
- Bunyi jantung janin (TBBJ, BJJ)
- Pemeriksaan penunjang : Laboratorium
USG
Karditokografi
2. Penggunaan Dan  Pengisian dilakukan untuk setiap pasien yang datang untuk pemeriksaan
Penilaian kehamilan.
 Hari pertama haid terakhir harus jelas.
 Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan setelah kandung kecing dikosongkan.
 Ukuran tinggi fundus uteri dari puncak pubis ke puncak fundus (S-F).
 Penilaian ada tindaknya gangguan pertumbuhan janin secara klinis dengan
melihat tinggi S-F yang sesuai usia kehamilan pada grafik/
Catatan : Bila tinggi fundus uteri sesuai dengan tuanya kehamilan baik > 2 SD (< 90
persentil) maupun < 2 SD (< 10 persentil) harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut,
diantaranya :
1. Tanya ulang HPHAT untuk penemuan ulang umur kehamilan
2. USG
Manado, 2 April 2018
Ketua Komite Medik Kepala Departemen/SMF Osbtetri & Ginekologi

dr. B.J. Waleleng, SpPD-KGEH Prof. Dr. dr. Freddy W. Wagey, Sp.OG(K)
NIP. 19591221 198703 1 004 NIP. 19540514 198503 1 001
DIVISI KEDOKTERAN FETOMATERNAL
DEPARTEMEN OBSTETRI GINEKOLOGI
FK UNSRAT/RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU

STATUS ANTENATAL IBU

NAMA : HPHT
ALAMAT : TAKSIRAN PERSALINAN
No. Rekam Medik :

TGL PEMERIKSAAN
UMUR KEHAMILAN (Minggu)
BERAT BADAN (Kg)
TEKANAN DARAH (mmHg)
TINGGI FUNDUS (Cm)
LINGKARAN PERUT (Cm)
LETAK JANIN
BJJ
TBJJ
Hb (Gr%)
URINE DARAH (N) > 20Mgg
IMUNISASI
USG
KTG
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
OBSTETRI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO 4
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
DEP/SMF : OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO
2018
ASUHAN KALA I PERSALINAN
1. Asuhan Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan
Persalinan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya yang
Normal terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar
prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan
(optimal).
Asuhan Persalinan Normal harus diterapkan sesuai dengan standar asuhan bagi semua
ibu bersalin di setiap tahapan persalinan oleh setiap penolong persalinan yang
kompeten dan dimanapun hal tersebut terjadi. Penolong persalinan mungkin saja
seorang bidan, perawat, dokter umum atau spesialis obstetric tetapi mereka harus
memahami dan mampu melaksanakan praktik terbaik dalam APN.
2. Asuhan Kala I 1. Praktik terbaik dalam APN :
Persalinan a. Pencegahan infeksi
b. Memantau kemajuan dan membuat keputusan klinik
c. Asuhan sayang ibu
d. Persiapan dan merujuk secara tepat waktu dan optimal bagi ibu dan bayi
baru lahir
e. Menghidari berbagai tindakan yang tidak perlu atau berbahaya
f. Manajemen Aktif Kala III
g. Inisiasi Menyusu Dini dan Kontak Kulit Ibu-Bayi
h. Asuhan Segera Bayi Baru Lahir
i. Pemantauan kondisi optimal dan antisipasi komplikasi
j. Asuhan Nifas
k. Edukasi ibu dan keluarganya
l. Rekam Medik, Pencatatan dan Pelaporan
2. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Ibu Bersalin
1. Anamnesis
Tujuan anamnesis adalah mengumpulkan informasi tentang riwayat
kesehatan, kehamilan dan persalinan untuk membuat keputusan klinik,
diagnosis dan rencana asuhan atau perawatan yang sesuai. Dokumentasikan
semua temuan, setelah anamnesis lengkap, lakukan pemeriksaan fisik,
2. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum
 Pemeriksaan abdomen
 Pemeriksaan dalam
3. Mencatat dan Mengkaji Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
4. Pengenalan Dini terhadap Masalah dan Penyulit
 Riwayat persalinan per adbominam/seksio sesarea
 Perdarahan
 Usia gestasi kurang dari 37 minggu
 Ketuban pecah disertai dengan keluarnya mekonium kental atau gawat
janin
 Ketuban pecah (lebih dari 24 jam) dan tanda-tanda amnionitis
 Tekanan darah lebih dari 140/90 atau pre-eklampsia
 Tinggi fundus 40cm atau lebih (makrosomia, polihramnion, kehamilan
ganda)
 Gawat janin
 Malpresentasi atau presentasi ganda (majemuk)
 Tali pusat menumbung
 Syuk
 Belum in partu atau fase laten memanjang
 Partus lama
 Penyakit sistemik yang berat (ikterus, anemia, vitium, cordis, TBC,
DM)
3. Persiapan Asuhan Persalinan
Dimanapun asuhan persalinan dilaksanakan, lakukan persiapan umum berikut
ini:
 Kamar bersalin bersih, suhu nyaman, sirkulasi baik dan terlindung dari
tiupan angin
 Air bersih dan mengalir untuk 24 jam
 Disinfeksi tingkat tinggi (DTT)
 Larutan sabun, antiseptic, dekontaminan/DTT, deterjen, kain pembersih, kain
pel, sarung tangan, dan peralatan-bahan proses peralatan pakai ulang
 Ruang inpartu/observasi dan kamar mandi
 Tempat tidur yang bersih untuk ibu dan rawat gabung BBL
 Meja resusitasi dan asuhan BBL (dilengkapi radiant warmer)
 Meja instrument
 Wadah dan proses limbah
1. Persiapan Peralatan, Obat-Obatan dan Bahan yang Diperlukan
Daftar perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang diperlukan untuk
asuhan persalinan dan BBL diuraikan dalam lampiran. Pastikan semua
lengkap tersedia dan peralatan harus dalam keadaan siap pakai.
Ketidakmampuan menyediakan semua peralatan, obat, bahan dan pasokan
pada saat diperlukan akan meningkatkan resiko komplikasi dan
membahayakan keselamatan jiwa ibu dan BBL.
2. Persiapan Rujukan
Jika ibu datang hanya untuk mendapatkan asuhan persalinan dan kelahiran
bayi dan tidak memahami bahwa kondisinya mungkin akan memerlukan
upaya rujukan maka lakukan konseling terhadap ibu dan keluarganya untuk
membantu mereka membuat rencana. Sebelum dirujuk, kaji ulang rencana
rujukan bersama ibu dan keluarganya. Siapkan dan sertakan dokumentasi
tertulis semua asuhan/perawatan yang telah diberikan dan kemajuan
persalinan (partograf) untuk di bawah ke fasilitas rujukan.
3. Dukungan Emosional
Anjurkan suami dan keluarga untuk mendampingi ibu selama persalinan dan
proses kelahiran bayinya. Minta mereka berperan aktif damal mendukung
dan mengenali berbagai upaya yang mungkin sangat membantu kenyamanan
ibu. Hargai keinginan ibu untuk menghadirkan kerabat atau teman khusus
untuk menemaninya.
4. Mengatur Posisi
Anjurkan ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman selama persalinan dan
minta suami dan pendamping lainnya untuk membantu ibu. Ibu boleh berjalan,
berdiri, duduk, jongkok, berbaring miring atau merangkak. Posisi tegak atau
jongkog dapat membantu turunnya kepala bayi dan dapat memperpendek waktu
persalinan. Beritahukan pada ibu untuk tidak berbaring telentang lebih dari 10
menit.
5. Pemberian Carian dan Nutrisi
Anjurkan ibu untuk mendapat asupan (makanan ringan dan minum air) selama
persalinan, sebagian ibu masih ingin makan selama fase laten tetapi setelah
masuk di fase aktif, mereka hanya ingin mengkonsumsi cairan saja. Minta agar
keluarganya menawarkan ibu untuk minum dan makan sesering mungkin selama
persalinan.
6. Kamar Mandi
WHO dan Asosiasi Rumah Sakit Internasional tidak merekomendasikan kamar
mandi/toilet di kamar bersalin karena dapat meningkatkan resiko infeksi
mosokomial dan menurunkan tingkat sanitasi kamar bersalin (tingginya frekuensi
dan khalayak pengguna, lalu lintas antar ruang, cemaran mikroorganisme,
percikan air atau secret tubuh membasahi lantai yang basah dan meningkatkan
resiko infeksi)
7. Pencegahan Infeksi
Menaga sanitasi ruangan dan lingkungan harus pada tingkat tinggi. Kepatuhan
dalam menjalankan praktik-praktik pencegahan infeksi akan melindungi
penolong persalinan dan keluarga ibu dari infeksi. Anjurkan ibu membersihkan
diri di awal persalinan dan memakai pakaian yang bersih. Praktik mencuci
tangan, menggunakan peralatan steril/DTT dan barier protketif akan menurunkan
resiko infeksi ke tingkat yang paling rendah.
8. Partograf
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan
informasi untuk membuat keputusan klinik. Tujuan penggunaan partograf
adalah :
 Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan
 Menilai persalinan berjalan normal atau abnormal
 Rekam medik kondisi awal ibu dan bayi, asuhan yang diberikan,
perubahan kondisi dan upaya koreksi kondisi ibu, kondisi bayi,
kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan,
pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan
asuhan/tindakan yang diberikan dan keluaran pelayanan ibu bersalin dan
bayi baru lahir.
Partograf digunakan untuk :
 Semua ibu dalam persalinan
 Persalinan fisiologis maupun patologis
 Setiap fasilitas kesehatan baik pemerintah atau swasta
 Digunakan oleh semua penolong persalinan
3. Asuhan Kala II Kala II Persalinan
Persalinan Proses-Proses Fisiologis Dengan Adanya Gejala Dan Tanda Kala Dua Dan Berakhir
Dengan Lahirnya Bayi. Penolong Persalinan, Harus Memiliki Kompetensi Untuk
Memfasilitasi Berbagai Proses Tersebut, Mencegah Terjadinya Berbagai Penyulit,
Mengenali Gangguan Atau Komplikasi Sejak Tahap Yang Paling Dini, Dan
Menatalaksanakan Atau Merujuk Ibu Bersalin Secara Optimal Dan Tepat Waktu.
Persalinan Kala Dua Dimulai Ketika Pembukaan Serviks Sudah Lengkap (10 Cm)
Dan Berakhir Dengan Lahirnya Bayi. Kala Dua Juga Disebut Sebagai Kala
Pengeluaran Bayi.
Gejala Dan Tanda Kala Dua Persalinan Adalah :
 Rasa Ingin Meneran Bersamaan Dengan Kontraksi
 Desakan/Tekanan Pada Rectum Atau Vagina
 Perineum Menonjol
 Vulva Dan Stingter Ani Membuka
 Meningkatkan Pengeluaran Lender Bercampur Darah
Pastikan Kala Dua Dengan Menemukan Tanda-Tanda Berikut Ini :
 Pembukaan Serviks Telah Lengkap
 Terlihatnya Bagian Kepala Bayo Melalui Introitus Vagina
1. Persiapan Penolong Persalinan
 Sarung Tangan
 Pelindung Diri
 Persiapan Tempat Persalinan, Peralatan Dan Bahan
 Penyiapan Tempat Dan Lingkungan Untuk Kelahiran Bayi
 Persalinan Ibu Dan Keluarga
 Asuhan Sayang Ibu
 Membersihkan Perineum
 Mengosongkan Kandung Kemih
 Amniotomi
2. Penatalaksaan Fisiologis Kala Dua
 Membimbing ibu untuk meneran
 Pastikan kala dua dan membimbing ibu untuk meneran
 Membantu ibu memilih posisi saat meneran
 Posisi duduk/setengah duduk
 Jongkok/berdiri
 Merangkak/miring ke kiri
 Menilai cara dan kemajuan proses meneran
 Memastikan ibu meneran efektif atau perlu bntuan
3. Menolong Kelahiran Bayi
 Mengatur posisi akhir untuk melahirkan bayi
 Pencegahan laserasi
 Episiotomi hanya dilakukan atas indikasi
 Gawat janin dan bayi akan segera dilahirkan dengan tindakan
 Hambatan dn intervensi untuk segera melahirkan bayi (sungsang,
distosia bahu, ekstraksi cunam atau vakum)
 Jaringan parut/rigiditas perineum memperlambat kelahiran bayi
 Melahirkan kepala dan memeriksa kemungkinan lilitan tali pusat
 Melahirkan bahu
Antisipasi gejala dan tanda distosia bahu :
 Kepala seperti tertahan di dalam vagina
 Kepala lahir tetapi tidak terjadi putaran paksi luar
 Kepal sempat keluar tetapi tertarik kembali ke dalam vagina (turtle sign)
 Melahirkan Seluruh Tubuh Bayi
 Mengeringkan tubuh bayi da meletakkannya pada perut bawah ibu
 Menyuntikan oksitosin
 Menjepit tali pusat
Pemantauan Selama Kala Dua Persalinan
Selama berlangsungnya kala dua persalinan, lakukan pemantauan sebagai berikut :
 Nadi setiap 30 menit
 Fekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit
 DJJ setiap selesai meneran atau setiap 5-10 menit
 Penurunan kepala bayi setiap30 menit (periksa luar)
 Selaput dan cairan ketuban (U/J/M/D/K)
 Kemungkinan presentasi majemuk atau tsli pudat di samping atau terkemuka
 Putaran paksi luar
 Kehamilan kembar yang tidak diketahui sebelum bayi pertama lahir
 Catat semua pemeriksaan dan intervensi yang dilakukan pada catatan persalinan
4. Lakukan  Syok
Tindakan Awal  Dehidrasi berat
dan Merujuk Ibu  Infeksi atau sepsis
Apabila  Preeclampsia berat/eklampsia
Ditemukan  Inersia uterihipotonik
Gejala dan  Gawat janin (fase kompensasi)
Tanda berikut ini  Bagian terbawah janin masih tinggi setelah dipimpin meneran
 Ramalan atau dugaan distosia
 Keluar mekoneum kental disertai memburuknya kondisi bayi dalam rahim
 Prolapsus funikili
 DJJ makin buruk dengan makin turunnya kepala (lilitan atau simpul tali pusat)
 Kehamilan kembar yang tidak terdiagnosis sebelumnya.
Manado, 2 April 2018
Ketua Komite Medik Kepala Departemen/SMF Osbtetri & Ginekologi

dr. B.J. Waleleng, SpPD-KGEH Prof. Dr. dr. Freddy W. Wagey, Sp.OG(K)
NIP. 19591221 198703 1 004 NIP. 19540514 198503 1 001
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
OBSTETRI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO 5
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
DEP/SMF : OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO
2018
PARTOGRAF
1. Batasan Partograf adalah alat yang dipakai untuk memantau kemajuan persalinan keadaan ibu
dan kesejahteraan janin.
2. Tujuan Membantu petugas kesehatan mengambil keputusan secara cepat dalam pelaksanaan
persalinan.
Partograf dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif.) Partograf sebaiknya dibuat untuk
setiap ibu yang bersalin, tanpa menghiraukan apakah persalinan tersebut normal atau
dengan komplikasi, kecuali pada ibu yang pada saat masuk rumah sakit harus
dilakukan seksio sesarea seperti pada perdarahan antepartum, gawat janin sebagai
berikut :
Petugas harus mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut :
 Denyut jantung janin. Catat setiap 1 jam
 Air ketuban. Catat warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan
vagina :
U : Selaput Utuh
J : Selaput pecah, air ketuban Jerih
M : Air ketuban bercampur Mekoneum
D : Air ketuban bernoda Darah
T : Tidak ada cairan ketuban
 Perubahan bentuk kepala janin (molding atau molase)
0 : Sutura teraba jelas
1 : Sutura (pertemuan dua tulang kepala) tidak teraba
2 : Tulang kepala tumpang tindih tetapi masih bisa dipisahkan
Tulang kepala tumpang tindih tetapi tidak bisa dipisahkan
3 :
 Pembukaan mulut rahim (serviks). Dinilai setiap 4 jam dan diberi tanda
silang (x)
 Penurunan kepala : Mengacu pada bagian kepala yang teraba pada
pemeriksaan addomen/luar di atas simisis pubis (menurut per 5-an), catat
dengan tanda lingkaran (O) pada setiap pemeriksaan dalam.
 Waktu : Menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien
dipantau
 Jam : Catat jam sesungguhnya
 Kontraksi : Catat jam pada setiap fase laten, dan fase aktif.
Lakukan palpasi untuk menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan
lamanya tiap-tiap kontraksi dalam hitungan detik :
- Kurang dari 20 detik;
- Antara 20 dan 40 detik;
- Lebih dari 40 detik.
 Oksitosin : Jika memakai oksitosin, catatlah banyaknya oksitosin per volume
cairanlah infuse dan tetesan dan tetesan per menit
 Obat yang diberiikan : Catat semua obat lain yang diberikan
 Tekanan Darah : Catatlah setiap 2 jam
 Protein, aseton, dan volume urin : Catatlah setiap ibu berkemih
Jika temuan-temuan melintas kearah kanan dari garis waspada, lakukan penilaian terhadap kondisi ibu dan janin
segera lakukan tindakan yang tepat.
Manado, 2 April 2018
Ketua Komite Medik Kepala Departemen/SMF Osbtetri & Ginekologi

dr. B.J. Waleleng, SpPD-KGEH Prof. Dr. dr. Freddy W. Wagey, Sp.OG(K)
NIP. 19591221 198703 1 004 NIP. 19540514 198503 1 001
BAG/SMF OBSTETRI & GINEKOLOGI RS PROF. DR. R.D. KANDOU/FK. UNSRAT
PARTOGRAF

No. Registe Nama Ibu : ……………………………Umur :


………….G….P….A….Hamil……..Minggu
RS/Puskesmas/RB Masuk Tanggal : ……………………………Pukul
: ………….
Ketuban Pecah sejak pukul Mules sejak pukul…………………………Alamat sejak pukul :
………………………….

PANDUAN PRAKTIK KLINIS


OBSTETRI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO 6
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
DEP/SMF : OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO
2018
UJI TANPA BEBAN / NON STRESS TEST (NTS)
1. Batasan Pemeriksaan kesehatan janin dengan menggunakan kardiotokografi pada kehailan >
32 minggu
2. Tujuan Pemeriksaan ini dilakukan dengan maksud menilai kesehatan janin melalui
hubungan perubahan denyut jantung janin dengan gerakan janin yang dirasakan oleh
ibu
3. Persiapan Uji - Ibu hamil telah makan 1-2 jam sebelum prosedur dilakukan
Tanpa Beban - Ibu tidak sedang memakai obat-obatan sedative
- Kandung kemih dikosongkan
- Informed conset
4. Indikasi Semua kondisi yang dapat menyebabkan jain lahir dalam keadaan buruk, antara
lain :
Kondisi ibu :
- Hipertensi kronis
- Diabetes mellitus
- Anemia berat (Hb < 8 Gr% atau Hematokrit < 26%)
- Penyakit vaskuler kolagen
- Gangguan fungsi ginjal
- Penyakit jantung
- Pneumonia dan penyakit paru-paru berat
- Penyakit dengan kejang
Kondisi janin
- Pertumbuhan janin terhambat
- Kelainan congenital minor
- Aritmia jantung
- Isomunisasi
- Inspeksi janin seperti toksoplasmosis, parvovirus, dll
- Pernah mengalami kematian janin dalam rahim yang tidak diketahui
penyebabnya
Kondisi yang berhubungan dengan kehamilan
- Kehamilan multipel
- Ketuban pecah pada kehamilan kurang bulan
- Polihidramnion
- Oligohidramnion
- Plasentasi abnormal
- Solusio plasenta
- Kehamilan lewat waktu
5. Prosedur  Pasien ditidurkan secara semi Fowler, 450 miring kiri
Pelaksanaan  Tekanan darah diukur setiap 10 menit
 Dipasang kardiotokografi
 Pada ibu diberikan tombol penanda yang harus ditekan apabila ibu
merasakan gerak janin
 Frekuensi denyut jantung janin dicatat selama 10 menit pertama untuk
mendapatkan data dasar denyut jantung janin
 Pemantauan tidak boleh kurang dari 20 menit. Apabila pada 20 menit
didapatkan hasil non reaktif, lanjutkan pemantauan 20 menit lagi. Pastikan
tidak ada hal-hal yang tidak mempengaruhi pemantauan (misalnya
pemakaian sedativa) apabila hasilnya tetap non reaktif
 Pemeriksaan NST ulangan dilakukan berdasarkan pertimbangan hasil NST
secara individual
6. Komplikasi Supine hypotension
7. Pembacaan Hasil Reaktif bila :
- Denyut jantung basal antara 110-160 kali per menit
- Variabilitas denyut jantung janin 6-25 per menit
- Ada gerakan janin, terutama gerakan multipel dan berjumlah 5 gerakan atau
lebih dalam pemantauan 20 menit, dengan kenaikan minimal 15 dpm
selama minimal 15 detik
Tidak reaktif bila :
- Denyut jantung basal antara 110-160 kali per menit
- Variabilitas kurang dari 6 denyut per menit (< 5 bpm)
- Gerak janin tidak ada atau kurang 5 gerakan dalam 20 menit
- Tidak ada akselerasi denyut jantung janin meskipun diberikan rangsangan
dari luar (akustik atau taktif)
Selain yang reaktif dan tidak reaktif ini, ada bentuk antara; yaitu hasil yang kurang
baik (non reassuring). Keadaan ini interpretasinya sukar dapat disebabkan
pemakaian obat seperti : barbitural, demoral, fetosiasid, dan metildopa. Pada
keadaan non reassuring dan pasien tidak menggunakan obat-obatan, dianjurkan NST
diulangi keesokan harinya. Bila reaktif tidak membaik, dilakukan pemeriksaan uji
beban kontraksi (OCT/oxytocin Chalengge Test).
Deselerasi variabel dapat terdetkesi selama pemantauan. Apabila tidak berulang dan
lamanya tidak lebih dari 30 menit, biasanya tidak menunjukkan keadaan janin yang
buruk dan tidak memerlukan intervensi obstetri.
Deselerasi lambat yang berlangsung lebih dari 1 menit pada pemeriksaan NST
biasanya berhubungan dengan keadaan janin yang buruk.
Pedoman Pemerikaan NST
Indikasi Pemantauan awal Frekuensi
Kehamilan lewat waktu 41 minggu 2 kali seminggu
Kuban pecah pada saat
Pada saat terjadi/diketahui Setiap hari
kehamilan kurang bulan
Diatas 32 minggu atau pada saat
Pendarahan antepartum 2 kali seminggu
diketahui
Diatas 32 minggu atau pada saat
Oligohidramnion 2 kali seminggu
diketahui
Polihidramnion 32 minggu Seminggu sekali
Diabetes :
Kelas A1 (terkontrol, tidak ada 36 minggu Seminggu sekali
komplikasi)
Kelas A2 dan B ((terkontrol
32 minggu 2 kali seminggu
tanpa komplikasi)
Kelas A dan B tidak terkontrol
32 minggu Setiap hari
atau K/Kelas C-R
Hipertensi kronis atau hipertensi
32 minggu Seminggu sekali
dalam kehamilan
Penyakit kolagen vaskuler
termasuk Sindrom Anti 32 minggu Seminggu sekali
Fosfolipid
Asma yang tidak terkontrol atau
32 minggu Seminggu sekali
dengan ketergantungan steroid
Penyakt “Sickle Cell”/ Anemia
32 minggu Seminggu sekali
berat
Gangguan fungsi ginjal 28 minggu Seminggu sekali
Penyakit tiroid yang tidak
32 minggu Seminggu sekali
terkontrol
2 minggu sebelum usia kehamilan yang
Pernah lahir mati Seminggu sekali
mengalami lahir mati terdahulu
Kehamilan multipel 32 minggu Seminggu sekali
Kelainan kongenital 32 minggu infeksi Seminggu sekali
Pertumbuhan janin terhambat 32 minggu Seminggu sekali
Pergerakan anak terasa berkurang Pada saat keluhan
Manado, 2 April 2018
Ketua Komite Medik Kepala Departemen/SMF Osbtetri & Ginekologi

dr. B.J. Waleleng, SpPD-KGEH Prof. Dr. dr. Freddy W. Wagey, Sp.OG(K)
NIP. 19591221 198703 1 004 NIP. 19540514 198503 1 001
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
OBSTETRI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO 7
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
DEP/SMF : OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO
2018
UJI BEBAN KONTRAKSI (CONRACTION STRESS TES/CST) ATAU
UJI DENGAN OKSITOSIN (OXYTOCIN CHALLENGE TEST/OCT)
1. Batasan Cara pemeriksaan janin dengan menggunakan kadiotografi yang menilai denyut
jantung janin pada saat kontraksi rahim
2. Tujuan - Untuk memantua kondisi janin pada kehamilan usia lanjut sebelum janin
dilahirkan
- Untuk menilai apakah janin dapat mentolelir beban persalinan normal
- Untuk menilai fungsi plasenta
3. Klasifikasi  Uji beban kontraksi (CST) bila pemeriksaan pola denyut jantung janin
tersebut dihubungkan dengan kontraksi uterus yang spontan
 Tes dengan oksitosin (OCT), bila kontraksi ditimbulkan dengan pemberian
infuse oksitosin
4. Indikasi Keadaan yang diduga terdapat insufisiensi plasenta, antara lain :
a. Uji tanpa beban yang tidak reaktif
b. Diabetes mellitus
c. Preeklamsia
d. Hipertensi kronis
e. Pertumbuhan janin terhambat
f. Kehamilan lewat waktu
g. Pernah mengalami lahir mati
h. Ketagihan narkotik
i. Hemoglobinopati akibat sickle
j. Penyakit paru kronis
k. Gangguan fungsi ginjal
5. Kontra Indikasi a. Luka parut rahim (bekas seksio sesarea atau bekas miomektomi)
b. Kehamilan mulitpel sebelum 37 minggu kehamilan
c. Ketuban pecah sebelum usia kehamilan 37 minggu (PPROM)
d. Resiko tinggi untuk persalinan kurang bulan
e. Perdarahan antepartum
f. Serviks inkompeten atau pasca operasi serviks
g. Kelainan bawaan/cacat janin berat
h. Adanya indikasi untuk seksio sesarea (misalnya; panggul sempit absolut,
disproporsi kepala panggul)
6. Komplikasi Persalinan kurang bulan
7. Prosedur Persiapan :
Pelaksanaan - Ibu tidak makan/minum atau merokok 4-8 jam sebelumnya
- Ibu tidak memakai obat sedative sebelumnya
- Informed consent
Cara :
- Pasien ditidurkan secara resmi Fowler dan miring ke kiri
- Tekanan darah diukur setiap 10-15 menit, dicatat ke kertas monitor
- Dipasang kardiotokografi
- Selama 10 menit pertama dicatat data dasar seperti : akselerasi dan
variabilitas DJJ gerakan janin dan kontraksi rahim yang spontan
- Pemberian tetesan oksitosin untuk terbentuknya 3 kontraksi rahim dalam 10
menit
a. Bila telah ada kontraksi uterus spontan tapi kontraksi < 3 kali/10 menit,
tetesan dimulai dengan 0,5 mU/menit (10 tetes/menit)
b. Bila belum ada kontraksi rahim, tetesan dimulai dengan 1 mU/menit (20
tetes/menit)
- Bila kontraksi yang diinginkan belum tercapai, setiap 15 menit tetesan
dinaikkan 5 tetes/menit, sampai maksimal 60 tetes/menit
- Tetesan oksitosin dihentikan apabila terjadi
a. Lima kontraksi atau lebih dalam 10 menit
b. Dalam 10 menit terjadi 3 kali kontraksi yang lamanya lebih dari 50-
60detik
c. Kontraksi uteri hipertonus
d. Deselerasi yang memanjang
e. Terjadinya deselerasi lambat yang terus menerus
f. Selama 1 jam pemantauan hasilnya tetap mencurigakan (suspicious)
- Bila hasil yang diperoleh negatif, mencurigakan maupun tidak memuaskan
maka pasien hendaknya pasien tetap diawasi selama 30 menit setelah tetesan
oksitosin dihentikan
Pembacaan hasil :
Negatif bila :
- Tidak terjadi deselerasi lambat atau deselerasi variabel yang nyata
(significant variabel deceleration)
- Denyut jantung janin normal (120-160 dpm), variabilitas 6-25 dpm.
Bilaa hasil OCT negatif, maka kehamilan dapat diteruskan sampai 7 hati lagi
(kecuali pada diabetes melitus), selanjutnya dilakukan OCT ulangan, atau
diartikan bahwa janin dapat mentolelir beban persalinan normal.
Positif bila :
Terjadi deselerasi lambat yang tidak menetap pada sebagian besar kontraksi rahim,
meskipun tidak selaludisertai variabilitas yang menurun dan tidak ada akselerasi pada
gerakan janin.
OCT positif menandakan adanya insufisiensi uteroplasenta. Kehamilan harus segera
diakhiri, kecuali bila paru-paru belum matang
Mencurigakan bila :
- Terjadi deselerasi lambat yang tidak menetap, atau deselerasi variabel yang
terus menerus
- Deselerasi lambat terjadi hanya bila ada kontraksi rahim hipertonus
- Bila dalam pemantauan 10 menit meragukan kearah positif atau negatif
- Adanya takikardia

Bila hasilnya mencurigkan, maka harus dilakukan pemeriksaan ulang 1-2 hari
kemudian
Tidak memuaskan (unsatisfactory), bila :
- Kontraksi rahim kurang dari 3 kali dalam 10 menit
- Pencatatan kurang baik, terutama pada akhir kontraksi.
Dalam hal demikian, maka pemeriksaan harus ulang pada hari berikutnya.
Hipertimulasi bila :
- Terjadi 5 atau lebih kontraksi rahim dalam 10 menit
- Lama kontraksi 90 detik atau lebih
- Tonus basal uterus meningkat (diatas 20 mmHg)
Dalam hal demikian, maka oksitosin harus dikurangi atau dihentikan.
Manado, 2 April 2018
Ketua Komite Medik Kepala Departemen/SMF Osbtetri & Ginekologi

dr. B.J. Waleleng, SpPD-KGEH Prof. Dr. dr. Freddy W. Wagey, Sp.OG(K)
NIP. 19591221 198703 1 004 NIP. 19540514 198503 1 001
PEMANTAUAN JANIN MEMAKAI KARDIOTOKOGRAFI

PASIEN RESIKO TINGGI


(dengan insufisiensi plasenta)

SNT Antenatal

Reaktif Mencurigakan Tidak Reaktif

Ulangi
OCT
Ulangi esok hari
Tiap minggu

Negatif Mencurigakan Positif


tidak memuaskan

Ulangi
esok hari
Intra Admission
partum Test Terminasi

Reaktif Mencurigakan

Pantau
Dengan KTG

Gawat janin Gawat janin


berat ringan

Seksio Pemantauan
sesarea dilanjutkan
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
OBSTETRI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO 8
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
DEP/SMF : OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO
2018
PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG JANIN DALAM PERSALINAN
“Intrapartum Fetal Heart Rate Monitoring”
1. Batasan Pemantauan DJJ dengan KTG selama persalinan.
2. Tujuan Untuk mengurangi hasil persalinan yang buruk akibat hipoksia atau asidosis yang
dapat dialami janin selama persalinan.
3. Pengamatan Dan ­ Dilakukan pada ibu bersalin risiko rendah yang ditentukan saat masuk kamar
Pemeriksaan bersalin dengan admission test
Antenatal ­ Pemantauan/pemeriksaan harus terlatih
­ Pemantauan harus dapat meninginterpretasikan hasil pemantauannya sesuai
dengan panduan yang berlaku
Pada Kala I :
­ Pada kala I fase laten, pemantauan DJJ secara intermiten dilakukan setiap
jam
­ Pemantauan dengan Doppler lebih dianjurkan dari pada pemakaian stetoskop
Pinard.
­ Auskultasi DJJ intermiten dilakukan minimal setiap 30 menit kalaI fase aktif
Pada Kala II :
­ Auskultasi DJJ dilakukan setiap 5 menit setelah kontraksi/setelah ibu selesai
meneran.
4. Pemantauan DJJ Dilakukan pada ibu hamil dengan risiko tinggi yakni :
Secara Kontinyu Masalah Ibu :
Riwayat seksio sesarea sebelumnya
Preeklamsi
Kehamilan lewat waktu (> 42 minggu)
Ketuban pecah lama (> 24 jam)
Induksi persalinan
Diabetes
Perdarahan antepartum
Penyulit medis ibu lainnya
Masalah Janin :
Pertumbuhan janin terlambat
Kehamilan multipel prematuritas
Cairan ketuban terwarnai kekonium
Oligohidramnion
Letak sungsang
Doppler velocimetry yang tidak normal
5. Pemantauan Pembacaan hasil pemantauan kardiotokografi didasarkan pada 4 kriteria yakni :
Hasil DJJ Secara 1. Baseline (frekuensi dasar denyut jantung janin)
Elektronik 2. Variabilitas (amplitude DJJ)
3. Ada tidaknya diselerasi (penurunan frekuensi DJJ pada saat adanya gerakan
janin atau kontraksi)
6. Normal Apabila ke empat kriteria masuk dalam kategori reassuring
7. Mencurigakan Apabila dua atau lebih kriteria non reassuring atau satu atau lebih kriteria masuk
(SUSPICIOUS kategori abnormal
PATOLOGIS)
Klasifikasi Pola Denyut Jantung Janin
Denyut Variabilitas Deselarasi Akselerasi
Jantung
dasar
(dpm)
Reassuring 110-160 > dpm Tidak ada Ada
Non 100-109 < - > 40 dpm Deselerasi
Reassuring 161-180 selama < 90 dini, deselerasi
menit variabel
Abnormal < 100 < 5 menit dpm Deselerasi
> 180 selama > 90 variabel atipik,
Pola menit deselerasi
sinusoidal lambat,
deselerasi
memanjang >
3 menit

* Pencatatan secara kontinyu disesuaikan dengan kondisi sarana yang tersedia

Manado, 2 April 2018


Ketua Komite Medik Kepala Departemen/SMF Osbtetri & Ginekologi

dr. B.J. Waleleng, SpPD-KGEH Prof. Dr. dr. Freddy W. Wagey, Sp.OG(K)
NIP. 19591221 198703 1 004 NIP. 19540514 198503 1 001
ALGORITMA PEMANTAUAN DENYUT JANTUNG JANIN

Pemeriksaan saat pasien dating


Apakah ada faktor-faktor risiko sbb ? Auskultasi Intermiten Bunyi jantung janin yang
(daftar ini tidak mencantumkan semua masalah) Satu menit penuh setelah kontraksi Abnormal pada auskultasi
Masalah ibu TIDAK
Setiap 15 menit sekali pada kala I Basiline < 110 bpm atau
Riwayat seksio sesarea sebelumnya Setiap 5 menit sekali pada kala II > 160 bpm
Pr-eklamasi
Ada deselerasi
Kehamilan lewat waktu (> 42 minggu)
Ketuban pecah lama (> 24 jam)
Induksi persalinan
Diabetes Pemantauan janin elektronik secara kontinyu
Perdarahan antepaartum Klasifikasi CTG
Penyulit medis ibu lainnya NORMAL Apabila keempat kriteria masuk dalam kategori reassuring
Pernah IUFD
SUSPICIOUS Apabila satu kriteria non-reassuring dan yang lain reassuring
Masalah fetus
Pertumbuhan janin terhambat Kehamilan miltipel PATOLOGIS Apabila dua atau lebih kriteria non-reassuring atau satu atau
Prematuritas Ketuban mekoneal lebih kriteria masuk kriteria abnormal
Oligohidramnion Letak sungsang Klasifikasi pola denyut jantung janin
Dopper relocimetry yang tak normal YA Baseline (bpm) Variabilitas (bpm) Deselarasi Akselerasi

Y Reassuring 110-160 >5 Tidak ada


A diinterpretasikan berdasarkan buku petunjuk pemantauan janin secara eletronik
Algoritma in harus dipergunakan dan
Tawarkan dan rekomedasikan pemantauan janin elektronik Non
secara kontinyu Reassuring 100-109 < 5 utk > 40 tapi Deselerasi Tidak adanya
161-180 < 90 menit dini, variabel, akselerasi
Faktor-faktor resiko intrapartum Prolonged dese- meski dengan
Larasi 3 mnt kriteria lain
Augmentasi oksitosin CTG yang
Epidural analgenesis
Abnormal < 110 < 5 untuk > 90 Deselarasi vari- normal,
Perdarahan pervaginam dalam masa persalinan
Suhu tubuh ibu yang meningkat > 180 menit bel atipik signifikannya
Cairan ketuban terwarnai mekonium Pola snusoidai deselarasi lambat diragukan
Gambaran admission test patologis Lebih dr 10 mnt prolonged dese-
Lerasi > mnt
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
OBSTETRI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO 9
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
DEP/SMF : OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO
2018
UJI MASUK RUMAH SAKIT (“ADMISSION TEST”)
1. Batasan Pemeriksaan janin dengan menggunakan kardiotokogafi segera setelah pasien masuk
kamar bersalin
2. Tujuan Untuk menilai keadaan janin secara cepat
3. Prosedur  Segera setelah pasien masuk kamar bersalin dilakukan pemantauan dengan
Pelaaksanaan kardiotokografi
 Pasien ditidurkan secara semi Fowler 45 derajad miring kekiri
 Tekanan darah diukur setiap 10 menit
 Dipasang kardiotokografi
 Dilakukan pemantauan selama 20 menit
 Bila pada pemantauan terdapat kecurigaan adanya kelainan denyut jantung
janin atau kontraksi rahim,maka pemantauan dilanjutkan.uji ini diakhiri bila janin
dalam keadaan baik
4. Pembacaan Hasil Reaktif bila :
- Denyut jantung basal antara 110-160 kali permenit
- Variabilitas denyut jantung kurang dari 5 permenit
- Tampak adanya deselerasi yang abnormal
- Tidak adanya akselerasi denyut jantung janin meskipun diberikan ransangan
dari luar
Sangat mencurigakan bila :
- Ditemukan lebih dari satu gambaran abnormal dari denyut jantung janin
- Terdapat deselerasi abnormal yang menetap
Bila hasil mencurigakan atau sangat mencurigakan, pemantauan dilanjutkan
Manado, 2 April 2018
Ketua Komite Medik Kepala Departemen/SMF Osbtetri & Ginekologi

dr. B.J. Waleleng, SpPD-KGEH Prof. Dr. dr. Freddy W. Wagey, Sp.OG(K)
NIP. 19591221 198703 1 004 NIP. 19540514 198503 1 001
\\\\
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
OBSTETRI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO 10
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
DEP/SMF : OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO
2018
SKOR BISHOP (Skor Pelvik)
1. Batasan Suatu klasifikasi objektif untuk memilih pasien yang memenuhi syarat untuk
persalinan pervaginam pada janin presentasi belakang kepala.
2. Faktor yang dinilai serta skornya

 Bila skor total 6 atau lebih, maka keberhasilan induksi persalinan tinggi. Sehingga bila kurang dari 6,
keberhasilannya rendah. Hal ini berhubungan dengan pertimbangan untuk memilih jenis persalinan,apakah
pervaginam atau abdominan.
Manado, 2 April 2018
Ketua Komite Medik Kepala Departemen/SMF Osbtetri & Ginekologi

dr. B.J. Waleleng, SpPD-KGEH Prof. Dr. dr. Freddy W. Wagey, Sp.OG(K)
NIP. 19591221 198703 1 004 NIP. 19540514 198503 1 001
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
OBSTETRI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO 11
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
DEP/SMF : OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO
2018
SKOR ZATUCHNI - ANDROS
1. Batasan Merupakan skor dari 6 variabel klinis yang dibuat pada saat pasien masuk rumah sakit
untuk prediksi keberhasilan persalinan letak sungsang pervaginam
2. Faktor yang dinilai serta skornya
SKOR
Faktor
0 1 2
Paritas 0 >1 -
Umur kehamilan (Mg) 39 38 37
Taksiran beratjanin >3600 3000-3600 <3000
Persalinan sungsang Tidak pernah 1 2 atau lebih
terdahulu
dilatasi 2 3 >4
Station >-3 -3 <-1
3. Penggunaan skor Zatuchni – Andros
 Bila skor < 4 lakukan seksio sesarea
 Bila skor > 5 persalinan pervaginam
 Bila TBBJ > 3500 gram, lakukan seksio sesarea
 Bila TBBJ > 1800 pada preterm
Manado, 2 April 2018
Ketua Komite Medik Kepala Departemen/SMF Osbtetri & Ginekologi

dr. B.J. Waleleng, SpPD-KGEH Prof. Dr. dr. Freddy W. Wagey, Sp.OG(K)
NIP. 19591221 198703 1 004 NIP. 19540514 198503 1 001
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
OBSTETRI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO 12
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
DEP/SMF : OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO
2018
PENGAKHIRAN KEHAMILAN
1. Batasan Pengakhiran kehamilan untuk mengeluarkan buah kehamilan, baik janin dalam
keadaan hidup atau mati
2. Indikasi - Abortus tertunda (missed abortion)
- Telur kosong (blighted Ovum)
- Mola Hidatisoda
- Abortus isipiens
- Abortus inkomplit
- Keutuban pecah dini
- Kehamilan lewat waktu
- Pertmbuhan janin terhambat (PJT)
- Kematian janin dalam rahim
- Indikasi ibu : penyakit yang membahayakan ibu apabila kehamilan
diteruskan
A. Pengakhiran kehamilan sampai umur kehamilan 12 minggu persiapan :
- Keadaan umum memungkinkan yaitu Hb > 10% tekanan darah baik
- Pada abortus febrilis (infeksiosa), diberikan dahulu antibiotika perenteral
sebelum dilakukan tajam atau tumpul (lihat bab abortus)
- Pada abortus tertunda (missed abortion) dilakukan pemeriksaan laboratorium
tambahan yaitu :
o Pemeriksaan trombosit
o Fibrinogen
o Waktu pembekuan
o Waktu pendarahan
o Waktu protrombi
Tindakan :
- Kuretase vakum
- Kuretase tajam
- Dilatasi dan kuretasi tajam
Pada kasus mola hidatidosa, dilakukan kuretase vakum setelah keadaan umum
memungkinkan (lihat pengelolaan penyakit trofobias)
B. Pengakhiran kehamilan > 12 minggu sampai 20 minggu
1. Misoprostol 200 mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah
pemberian pertama
2. Pemasanga batang lamiaria selama 12 jam
3. Kombinasi pemasangan batang laminaria dengan misoprostol atau pemberian
tetes oksitosis 10 IU dalam 500 cc dekstrose 5% mulai 20 tetes permenit
sampai maksimal 60 tetes permenit
Catatan : dilakukan kuritase bila masih terdapat sisa jaringan
C. Pengakhiran kehamilan > 20 – 28 minggu
1. Misoprostol 100 ug intravagina,yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah
pemberian pertama
2. Pemasangan batang laminaria selama 12 jam
3. Pemberian tetes oksitosin 5 UI dalam dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit
sampai maksimal 60 tetes per menit
4. Kombinasi 1 dan 3 untuk janin hidup maupun janin mati
5. Kombinasi 2 dan 3 untuk janin mati
Catatan : dilakukan histerotomi bila upaya melahirkan pervaginam dianggap tidak
berhasil atau atas indikasi ibu, dengan sepengetahuan konsulen
Usia kehamilan > 28 minggu
1. Misoprostol 50 Ug intavaginal, yang dapat diulangi 1 – 6 sesudah pemberian
pertama
2. Pemasangan metrolisa 100 cc 12 jam sebelum induksi untuk pematangan
serviks tidak efektif bila dilakuan pada kpd
3. Pemberian tetes oksitosin 5 UI dalam dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit
sampai maksimal 60 tetes untuk primi dan multigravida sebanyak 2 labu
4. Kombinasi ketiga cara diatas
Dilakukan SS bila upaya melahirkan pravaginam tidak berhasil atau bila
didapatkan indikasi ibu maupun janin untuk menyelesaikan persalinan.
Manado, 2 April 2018
Ketua Komite Medik Kepala Departemen/SMF Osbtetri & Ginekologi

dr. B.J. Waleleng, SpPD-KGEH Prof. Dr. dr. Freddy W. Wagey, Sp.OG(K)
NIP. 19591221 198703 1 004 NIP. 19540514 198503 1 001
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
OBSTETRI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO 13
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
DEP/SMF : OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO
2018
PEMBERIAN TETES OKSITOSIN
1. Batasan Pemberian tetes oksitosin melalui infus dengan tujuan menmbulkan atau memperkuat
kontraksi rahim
2. Inndikasi 1. Mengakhiri kehamilan
2. Memperkuat kontraksi rahim selama persalinan
3. Kontra indikasi Lima unit oksitosin dalam 500 cc Dextorse 5% diberikan kecepatan awal 20 tetes
permenit, dinaikan 5 tetes permenit setiap 15 menit sampai didapatkan his yang
memadai (3 sampai 4 kali per menit atau sampai batas waktu maksimum 60
tetes/menit). Untuk Grande multipara : kehamilan ganda dan bayi besar, maksimal 40
tetes per menit .
Teteskan oksitosin diberikan maksimal 2 labu dengan istrahat diantaranya 2 jam
kecuali untuk letak sungsang hanya 1 labu.
Untuk kasus tertentu seperti pendarahan anterpartum , infeksi intra uterin dan
kemajuan persalinan yang nyata setelah pemberian tetes oksitosin labu pertama, tetes
oksitosin labu kedua langsung diberikan.
Upaya untuk meningkatkan keberhasilan tetes oksitosin dapat dilakukan :
1. Amniotomi dilakukan sebelum pemberian oksitosin (segera setelah
pembukaan memungkinkan)
2. Metrolis
Cara pemakaian :
Dilakukan tidakan dan anti septik pada vagina dan sekitarnya.
Metrolisa dimasukan melalui kanalis serviks, selanjutnya metrolisa diisi
dengan 10 – 150 cc NaCI atau squades. Metrolisa akan terlepas bila
pembukaan lebih besar dari diameter balon.
Manado, 2 April 2018
Ketua Komite Medik Kepala Departemen/SMF Osbtetri & Ginekologi

dr. B.J. Waleleng, SpPD-KGEH Prof. Dr. dr. Freddy W. Wagey, Sp.OG(K)
NIP. 19591221 198703 1 004 NIP. 19540514 198503 1 001
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
OBSTETRI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO 14
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
DEP/SMF : OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO
2018
PARTUS PERCOBAAN
1. Batasan Percobaan persalinan pravaginam pada panggul sempit relatif dengan janin presentasi
belakang kepala pada kehamilan sukup bulan atau perkiraan berat badan janin > 2500
gram. Partus percobaan dimulai dari awal persalinan dan berakhir setelah bayi lahir,
atau diyakini bahwa persalinan tidak dapat berlangsung pervaginam.
2. Ketentuan umum 1. Bila his belum ada, bisa dilakukan induksi persalinan (bab terminasi
kehamilan)
2. Bila didapatkan inersia uteri hipotonik bisa dilakukan pemberian tetes
oksitosin
3. Dilakukan pemantauan janin dan kontraksi rahim dengan kardiotokografi .
4. Bila ada indikasi melakukan partus buatan pervaginam dan syarat terpenuhi
diplih ekstraksi vakum.
5. Partus percobaan tidak dilakukan pada:
- Riwayat partus percobaan gagal
- Persangkaan bayi besar
- Anak mahal
3. Hasil Dikatakan partus percobaan berhasil, apabila bayi berhasil lahir pervaginam dengan
keadaan ibu dan bayi baik.
Partus percbaan dikaakan tidak lengkap, apabila persalinan harus diakhiri dengan
seksio sesarea atas indikasi ibu atau anak.
Dikatakan partus percobaan gagal, apabila
1. Anak lahir mati
2. Pada kala II kepala tidak engaged setelah dpimpin meneran 1jam
3. Partus buatan pervaginam gagal
Manado, 2 April 2018
Ketua Komite Medik Kepala Departemen/SMF Osbtetri & Ginekologi

dr. B.J. Waleleng, SpPD-KGEH Prof. Dr. dr. Freddy W. Wagey, Sp.OG(K)
NIP. 19591221 198703 1 004 NIP. 19540514 198503 1 001
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
OBSTETRI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO 15
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
DEP/SMF : OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO
2018
RESUSITASI INTRA UTERIN
1. Batasan Suatu tidndakan sementara pada keadaan gawat janin akut sebagai usaha untuk
mengurangi stres yang timbul pada persalinan. Prosedur ini dilakukan pada pasien
sambil menunggu tindakan sesuai.
2. Ketentuan umum Prosedur ini dilakukan pada keadaan-keadaan :
1. Takikardi
2. Bradikardi
3. Bunyi jantung janin tidak teratur
4. Cairan ketuban bercampur mekonium.
A. Memperbaik sirkulasi darah didalam rahim
a. Posisi ibu : semua pasien dengan gawat janin harsus diletakan pada posisi
miring kekiri
b. Pemberian cairan : pasien perlu diberikan cairan infus Dekstrose 5% NaCI
0,9% atau Ringer Laktat
c. Relaksi rahim : bila sedang dalam pemberian tetes oksitosin, hentikan tetes
oksitosin
B. Memperbaiki sirkulasi darah tali pusat.
Bila kecurigaan penekanan pada tali pusat ibu diubah posisi sehingga gambaran
kardiotokografi kembali normal
C. Memperbaiki oksigenasi janin
Dengan pemberian O2 sebanyak 5-7 liter/menit
Bila usaha tersebut diatas setelah 20 menit tidak berhasil, maka harus diputuskan
untuk mengakhiri persalinan
3. Hasil Pengelolaan kasus dengan deselerasi variabel
Tindakan Efek
- Pemerksaan dalam - Mencari penyebab
- Merubah posisi ibu - Dekompresi tali pusat
- Menurunkan kontraksi uterus dengan - Meningkatkan aliran darah
mengurangi dosisi oksitosin uteroplasenta
- Pemberian oksigen - Meningkatkan osigenasi ibu dan janin
- Persiapan tindakan - Mempersingkat waktu antara putusan
- Meninggikan bagian terendah pasien dengan tindakan
(trendelenbrug) - Mengurangi efek tekanan tali pusat
4. Aktivitas Rahim Pengelolaan kasus dengan kontraksi rahim yangberlebih
Sebab *) Tindakan
- Dosis oksitosin berlebi - Hentikan tetesan oksitosin
- Snestesi epidural - Pemberian cairan sebelum tindakan,
hindarkan hipotensi karena posisi ibu
terlentang
- Blok paraservikal - Pemberian dosis ringan dan tindakan
ini jangan diberikan pada janin
asidosis
- Kontraksi uterus dobel atau tripel - Merubah posisi ibu menjadi posisi
miring dan pemberian cairan, bila
berat dapat diberi obat tokolitik
Manado, 2 April 2018
Ketua Komite Medik Kepala Departemen/SMF Osbtetri & Ginekologi

dr. B.J. Waleleng, SpPD-KGEH Prof. Dr. dr. Freddy W. Wagey, Sp.OG(K)
NIP. 19591221 198703 1 004 NIP. 19540514 198503 1 001
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
OBSTETRI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO 16
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
DEP/SMF : OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO
2018
ASFIKSIA INTRAUTERIN
1. Batasan Asfiksia intrauterine adalah keadaan kekurangan oksigen dan adanya penimbunan
karbondioksida yang menyebabkan asidosis intrauterine akibat gangguan
pertukaran gas melalui plasenta.
2. Klasifikasi Akut : Klinis berupa episoda hipoksemia sementara, yang tidak disertai asidosis.
Kornis: klinis hipoksemia menetap, disertai asidosis metabolic atau respiratorik
3. Etiologi  Insufisiensi utero plasenta
 Kompresi tali pusat
 Komplikasi janin misalnya akibat sepsis atau perdarahan.

4. Kriteria Diagnosis Asfiksia Akut:


 Profil biofisik janin (seperti gerakan nafas, gerakan tubuh, tonus fleksor
janin) berkurang atau menghilang
 NST atau OCT memperlihatkan kelainan
 Terdapat tanda-tanda darurat
Asfiksia Kronis:
 Oligohidramnion
 PJT (Pertumbuhan Janin Terhambat)
 Pewarnaan mekonium pada cairan ketuban maupun bagian luar janin
 Sonografi Doppler memperlihatkan adanya pertumbuhan janin terhambat.
5. Pemeriksaan a. Ultrasonografi dan sonografi Doppler
Penunjang b. Kardiotokografi (CTG), NST dan OCT
c. Amnioskopi
d. Pengambilan contoh darah janin (fetal blood sampling)
6. Penatalaksanaan  Resusitasi intra uterin (lihat bab resusitasi intrauterine)
 Pengakhiran kehamilan tergantung keadaan asfiksia dan keadaan janin

7. Penatalaksanaan  Resusitasi intra uterin (lihat bab resusitasi intrauterine)


 Pengakhiran kehamilan tergantung keadaan asfiksia dan keadaan janin

Manado, 2 April 2018


Ketua Komite Medik Kepala Departemen/SMF Osbtetri & Ginekologi

dr. B.J. Waleleng, SpPD-KGEH Prof. Dr. dr. Freddy W. Wagey, Sp.OG(K)
NIP. 195912211987031004 NIP. 195405141985031001
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
OBSTETRI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO 17
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
DEP/SMF : OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO
2018
EPISIOTOMI
1. Batasan Insisi perineum pada kala II persalinan untuk mecegah robekan perineum secara
total dan memperlebar jalan lahir sehingga memudahkan kelahiran janin.
Episiotomi dilakukan atas indikasi janin atau adanya ancaman robekan perineum
total. Saat melakukan episiotomi yaitu kepala atau bokong membuka vulva 3-4cm.
2. Indikasi 1. Fasilitasi untuk persalinan dengan tindakan atau menggunakan instrumen
2. Mencegah robekan perineum yang kaku atau diperkirakan tidak mampu
beradaptasi terhadap regangan yang berlebihan
3. Mencegah kerusakan jaringan pada ibu dan janin saat persalinan pada
letak/persentasiabnormal(bokong,muka,ubun-ubun kecil dibelakang)
dengan menyediakan tempat lebih luas untuk persalinan yang aman.
3. Teknik Episiotomi Mediana :
 Insisi perineum dari komisura posterior sepanjang garis tengah kebawah
menuju ke muskula sfingter ani.
 Dilakukan pada persalinan kurang bulan
Episiotomi Mediolateral
 Insisi perineum dimulai pada komisura posterior, kemudian diteruskan ke
lateral.
 Sering timbul perdarahan, karena plekus bulbokavernosus ikut terluka.
 Untuk persalinan cukup bulan.
Terapi
 Antibiotik
 Kompres betadin
Manado, 2 April 2018
Ketua Komite Medik Kepala Departemen/SMF Osbtetri & Ginekologi

dr. B.J. Waleleng, SpPD-KGEH Prof. Dr. dr. Freddy W. Wagey, Sp.OG(K)
NIP. 195912211987031004 NIP. 195405141985031001
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
OBSTETRI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO 18
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
DEP/SMF : OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO
2018
VERSI LUAR
1. Batasan Suatu tindakan untuk mengubah letak janin dalam rahim yang dikerjakan dari luar
untuk :
 Mengubah letak sungsang menjadi letak kepala
 Mengubah letak lintang menjadi memanjang (letak kepala atau letak
sungsang)
2. Indikasi  Letak lintang pada kehamilan ≥ 34 minggu
 Letak sungsang pada kehamilan ≥ 34 minggu
3. Kontra indikasi  Bekas seksio sesarea
 Pasca miomektomi
 Panggul sempit absolut
 Hidramnion
 Insersi plasenta pada dinding anterior
 Perdarahan antepartum
 Hipertensi
 Kelainan bentuk uterus
 Hidrosefalus dan anensefalus
 Kehamilan kembar
 Dugaan disprporsi kepala panggul/DKP
 Kepala janin defleksi pada letak sungsang
4. Syarat  Umur kehamilan : - Letak lintang ≥ 34 minggu
- Letak sungsang ≥ 34 minggu
 Pada letak sungsang, bagian terendah janin masih dapat dimobilisasi
 Bunyi jantung janin baik
 Ketuban belum pecah
 Pada persalinan pembukaan serviks ≥ 4cm
 Pemeriksaan USG
5. Teknik  Kandung kemih dikosongkan
 Periksa bunyi jantung janin
 Posisi berbaring dengan kaki fleksi
 Mobilisasi bagian terendah janin
 Sentralisasi : kepala dan bokong didekatkan
 Versi : pemutaran dilakukan kearah yang paling rendah tahanannya (kearah perut
janin) supaya tidak terjadi defleksi kepala atau tali pusat terkemuka
 Pantau DJJ selama 5-10 menit pasca versi, bila terjadi gawat janin, diputar
kembali ke posisi semula.
 Fiksasi
Bila DJJ baik ibu berbaring selama 15 menit untuk kenyamanan dan ketenangan,
kemudian fiksasi dinding perut dengan gurita atau stagen
Catatan : Prosedur lengkap lihat buku panduan keterampilan
6. Versi Luar Bila  Timbul gawat janin
Gagal  Letak anak yang diharapkan tidak tercapai
7. Versi Luar  Dilakukan setiap kunjungan antenatal, maksimal 3 kali selama tidak ada kontra
Ulangan indikasi.
 Dilakukan residen kepala/konsulen
 Jika masih gagal dicoba lagi saat pasien dalam persalinan, apabila syarat
terpenuhi.
8. Komplikasi  Solusio Plasenta
 Lilitan tali pusat
 Ruptura uteri
 Gawat janin
 Ketuban pecah
9. Informed Consent Dilakukan setiap melakukan tindakan
Manado, 2 April 2018
Ketua Komite Medik Kepala Departemen/SMF Osbtetri & Ginekologi

dr. B.J. Waleleng, SpPD-KGEH Prof. Dr. dr. Freddy W. Wagey, Sp.OG(K)
NIP. 195912211987031004 NIP. 195405141985031001
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
OBSTETRI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO 19
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
DEP./SMF : OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUP PROF.DR.R.D.KANDOU MANADO
2018
LETAK SUNGSANG
1. Batasan Kehamilan dengan anak letak memanjang dengan bokong/kaki sebagai bagian
terendah
2. Klasifikasi 1. Letak bokong murni
2. Letak bokong kaki
3. Letak kaki
3. Etiologi/ Umumnya penyebab belum jelas, tapi ada beberapa faktor predisposisi :
Prediposisi  Multiparitas
 Bayi kembar
 Hidramnion
 Oligohidramnion
 Hidrosefal
 Anensefal
 Letak sungsang pada kehamilan sebelumnya
 Tumor-tumor dalam panggul
4. Diagnosis Diagnosis dengan pemeriksaan luar
Pemeriksaan penunjang
USG dilakukan pada usia kehamilan 32-34 minggu untuk mengetahui:
1. Kelainan janin yang menyebabkan letak sungsang
2. Kelainan diluar janin yang menyebabkan letak sungsang
5. Pengelolaan Dalam kehamilan :
Dilakukan versi pada usia kehamilan ≥ 34 minggu (lihat bab versi luar)
Dalam persalinan
 Bila dicoba dilakukan VL (lihat bab VL)
 Bila VL tidak berhasil perhatikan keadaan sebagai berikut :
- Panggul sempit
- Anak mahal
- Primi tua
- TBBJ ≥3500 gram
- Usia kehamilan kurang dari 37 minggu dengan TBBJ ≥1800 gram,
(menghubungi bagian perinatologi untuk persalinan preterm).
 Bila didapatkan salah satu keadaan tersebut diatas, persalinan dilakukan per
abdominan.
 Bila keadaan diatas tidak ada, persalinan direncanakan pervaginam dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Persalinan harus lancar
2. Awasi kemungkinan tali pusat menumbung pada ketuban yang sudah
pecah.
3. Tetes oksitosin dibatasi hanya 1 labu.
4. Dilakukan penilaian skor zatuchni. (lihat bab zatuchni)
Pada kala II
Cara persalinan dapat dilakukan
- Persalinan spontan (bracht)
- Dalam keadaan tertentu dapat dilakukan manual aid (teknik jihat obstetri
operatif)
Manado, 2 April 2018
Ketua Komite Medik Kepala Departemen/SMF Osbtetri & Ginekologi

dr. B.J. Waleleng, SpPD-KGEH Prof. Dr. dr. Freddy W. Wagey, Sp.OG(K)
NIP. 195912211987031004 NIP. 195405141985031001
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
OBSTETRI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO 20
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
DEP/SMF : OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO
2018
LETAK MUKA
1. Batasan Letak muka adalah letak kepala dengan defleksi maksimal
2. Etiologi  Panggul sempit
 Bayi besar
 Multiparitas
 Lilitan tali pusat dileher
 Pembersihan leher yang mencolok
 anensefal
3. diagnosis Biasanya diletakan dalam persalinan
 pemeriksaan luar
- Tonjolan kepala sepihak dengan bokong
- Ditemukan sudut fabre
- BJJ sepihak dengan bagian kecil
 Pemeriksaan Dalam
Teraba pinggir orbita, tulang pipi, mulut dan dagu.
4. Pengelolaan Kala I : Observasi sampai pembukaan lengkap
Kala II : setelah dipimpin meneran
Bila dagu didepan : persalinan pervaginam
(lahir spontan atau ektraksi forsep)
Bila dagu tetap dibelakang : seksio sesarea

Manado, 2 April 2018


Ketua Komite Medik Kepala Departemen/SMF Osbtetri & Ginekologi

dr. B.J. Waleleng, SpPD-KGEH Prof. Dr. dr. Freddy W. Wagey, Sp.OG(K)
NIP. 195912211987031004 NIP. 195405141985031001
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
OBSTETRI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO 21
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
DEP/SMF : OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO
2018
KEHAMILAN LEWAT WAKTU
1. Batasan Adalah kehamilan yang berlangsung selama 294 hari (42 minggu) atau lebih dihitung
dari hari pertama haid terakhir pada siklus 28 hari atau 280 hari (40minggu) dari
terjadinya konsepsi.
Saat ini dipercaya bahwa hasil persalinan yang buruk sudah meningkat pada usia 41
minggu.
Penentuan usia kehamilan yang akurat sangat penting. Keadaan ini akan
menghindarkan intervensi yang tidak diperlukan atau bahkan berbahaya apabila
kehamilan ini tidak lewat waktu; dan memberikan pelayanan yang efektif pada
kehamilan yang benar lewat waktu.
Anamnesis ulang, evaluasi status dan pemeriksaan USG pada 16-20 minggu dapat
membantu akurasi diagnosis.
2. Pemeriksaan dan a. Penentuan usia kehamilan
diagnosis b. Penilaian janin
1. Pemeriksaan USG
-Pemeriksaan biometri
-Diagnosis PJT (pertumbuhan janin terhambat)
2. Pemeriksaan KTG dimulai dari umur kehamilan 41 minggu
a. Uji kontraksi (NST)
Bila hasil uji NST tidak reaktif memerlukan pemeriksaan lebih lanjut, seperti uji
dengan kontraksi (OCT) atau profil biofisik
b. Uji dengan kontraksi (CST)
- Dilakukan apabila hasil NST non reaktif
- Hasil uji positif merupakan indikasi untuk melahirkan
janin
- Apabila hasil tidak memuaskan atau mencurigakan, uji
diulang 24 jam kemudian.
c. Menilai kematangan serviks
Menilai derajat kematangan serviks dengan mempergunakan skor bishop. Serviks
belum matang apabila skor bishop <6.
3. Penatalaksanaan Pengelolaan kehamilan lewat waktu dimuali dari umur 41 minggu.
A. Pengelolaan antepartum
1. Bila sudah dipastikanumur kehamilan 41 minggu, pengelolaan
tergantung dari derajat kematangan serviks
1. Bila serviks matang (bishop skor ≥ 6)
- Dilakukan induksi persalinan (bila tidak ada kontra
indikasi)
- Seksio sesarea hendaknya diputuskan bila berat janin
ditaksir ≥4000gram.
2. Pada serviks belum matang (bishop skor<6) kita perlu menilai
keadaan janin lebih lanjut apabila kehamilan tidak akan
diakhiri.
3. Pemeriksaan profil biofisik.
Bila profil biofisik 0-2 atau ditemukan oligohidramnion (<2 cm pada kantong
terbesar atau index cairan amnion <5) atau dijumpai deselrasi variable pada NST),
maka dilakukan induksi persalinan dengan pemantauan KTG kontinyu.
4. Bila volume cairan amnion normal dan NST tidak reaktif, uji
dengan kontraksi CST harus dilakukan. Bila hasil CST positif,
janin perlu dilahirkan sedangkan bila CST negatif kehamilan
dibiarkan berlangsung dan penilaian janin dilakukan lagi 3 hari
kemudian.
5. Keadaan serviks (skor bishop) harus dinilai ulang setiap
kunjungan pasie, dan kehamilan harus diakhiri bila serviks
matang.
6. Semua pasien harus diakhiri kehamilannya bila telah mencapai
308 hari (44 minggu) tanpa melihat kedaan serviks.
2. Pasien kehamilan lewat waktu dengan komplikasi seperti diabetes
melitus, preeklamsi, PJT, kehamilannya harus diakhiri tanpa
memandang kedaan serviks.
B. Pengelolaan intrapartum
1. Pasien tidur miring ke sebelah kiri
2. Pemantauan dengan KTG kontinyu
3. Bila perlu, lakukan resusitasi intrauterine
4. Pemantauan intrapartum dengan mempergunakan KTG dan kehahdiran
dokter spesialis anak mutlak diperlukan
5. Segera setelah lahir, anak harus diperiksa akan kemungkinan
hipoglikemi, hiporolemi,hipotermi, dan polisistemi.
Mencegah aspirasi mekonium
Apabila ditemukan cairan ketuban yang teerwarnai mekonium harus segera dilakukan
resusitasi.
Manado, 2 April 2018
Ketua Komite Medik Kepala Departemen/SMF Osbtetri & Ginekologi

dr. B.J. Waleleng, SpPD-KGEH Prof. Dr. dr. Freddy W. Wagey, Sp.OG(K)
NIP. 19591221 198703 1 004 NIP. 19540514 198503 1 001
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
OBSTETRI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO 22
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
DEP/SMF : OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO
2018
PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT
1. Batasan Terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim sehingga beberapa
parameter janin berada dibawah 10 persentil (<2SD) dari umur kehamilan yang
seharusnya.
2. Etiologi Faktor resiko yang mempengaruhi kejadian pertumbuhan janin terhambat (PJT)
dibedakan atas:
 Faktor plasenta : - Infark plasenta
- Solusio Plasenta
- Plasenta previa
- Kelainan pembuluh darah plasenta
- Korioangioma
- Plasenta sirkumvalata
 Faktor ibu : - Faktor konstitusi
- Faktor nutrisi
- Kondisi hipoksia
- Problem vaskuler :
- Hipertensi kronis
- Preeklamsi
- Anti Phospolipid syndrome (APS)
- Insulin dependent diabetes melitus (DDM)
- Penyakit kolagen
- Penyakit ginjal
- Faktor lingkungan :
- Merokok
- Penggunaan obat-obatan
- Dataran tinggi
- Riwayat Obstetri buruk :
- Riwayat PJT
- Riwayat lahir mati
- Riwayat premature
 Faktor Janin : - Kelainan Kromosom
-Trisomi 13,18 dan 21
- Sindroma Turner
- Malformasi Janin:
-Anensefal
- Kelainan Jantung
- Hernia diagfragmatika
- Kelainan ginjal
- Kehamilan multifetus
- Infeksi janin :
-Rubela
- Cytomegalo virus (CMV)
- Varicella-zoste
3. Pembagian Klinik 1. Tipe I (PJT-simetris)
2. Tipe II (PJT asimetris)
3. Tipe kombinasi
4. Diagnosis Usia kehamilan harus diketahui dengan pasti :
1. Anamnesis : ada riwayat/ faktor resiko
 Hipertensi
 Penyakit paru kronis
 Penyakit jantung sianotik
 Pemakaian obat-obatan
 Merokok
 Infeksi jantung
 Riwayat PJT sebelumnya
2. Pemeriksaan untuk mencari faktor resiko
3. Pemeriksaan klinis
Pengukuran tinggi fundus uteri (TFU) dan lingkaran perut (LP)
Kecurigaan PJT ditegakan apabila TFU ditemukan menetap pada 2 kali pemeriksaan
dengan selang 1-2 minggu atau menurun dibawah 10 persentil
4. USG : untuk menentukan biometri dan keadaan fungsi organ lain :
 Diameter biparietal
 Panjang femur
 Lingkaran kepala
 Lingkaran perut
 Taksiran berat badan janin (TBBJ)
 Doppler
 Cairan amnion
5. Evaluasi Evaluasi kesejahteraan janin untuk mendiagnosis keadaan hipoksia janin,
dengan melakukan pemeriksaan :
 Pemantauan gerakan janin (fetal kick count) setiap hari
 USG Doppler setiap minggu
 NST (uji tanpa kontraksi ) setiap minggu
 OCT (uji dengan kontraksi ) bila NST non reaktif
 Cairan amnion, untuk mendiagnosis oligohidramnion (diameter kantong
terdalam <2 cm atau AFI <5)
 BPP setiap minggu
6. Pengelolaan 1. Terapi kausal terhadap penyebab atau penyakit yang mendasari
2. Konservatif
 Tirah baring (tidur miring)
 Pemberian kalori≥ 2600 kal/per oral atau parenteral
 Pemberian kortikosteroid (lihat bab prematuritas)
 Pertimbangkan pemberian aspirin apabila tidak ada kontra indikasi
3. Terminasi kehamilan
Tergantung pada perkembangan hasil terapi (lihat pengelolaan kehamilan lewat
waktu)
Terminasi kehamilan dilakukan apabila ditemukan satu dari hal-hal dibawah ini :
 Hamil aterm (≥ 37 minggu)
 Sudah mendapat terapi kortikosteroid (kehamilan 24-34 minggu) yang
disertai tanda-tanda dibawah ini :
 Skor biofisik <2 (terutama bila ditemukan oligohidramnion)
 Deselarasi lambat, variabel yang berulang (lihat bab resusitasi
intrauterin)
 Doppler a. Umbilikalis : REDFS (Reversed End Diastolic- Flow)
atau AEDF (Absent of End Diastolic- flow)
PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT

Faktor risiko PJT


Konfirmasi penyakit yang mendasari
Pemeriksaan TFU dan BB ibu pemeriksaan USG

Simetris Asimetris

Amniosentesis
Analisa kromosom
(bila memungkinkan)
Identifikasi infeksi

Pemeriksaan Antenatal :

- USG dan Doppler USG setiap 2 minggu


- Observasi gerakan janin tiap hari (fetal kick count)
- NST 2 kali seminggu
- OCT bila NST abnormal
- Cairan amnion dan BPP

Terapi Kausal

Terapi konservatif

Terminasi kehamilan, pada :

 Kehamilan aterm (≥37 minggu)


 Diberikan kortikosteroid untuk pematangan paru janin pada kehamilan 24-34
minggu (lihat bab prematuritas)
 Skor biofisik <2 (terutama bila terdapat prematuritas)
 Deselerasi lambat atau deselerasi variable berulang
 Kelainan gambaran doppler a. umbilikus

Manado, 2 April 2018


Ketua Komite Medik Kepala Departemen/SMF Osbtetri & Ginekologi

dr. B.J. Waleleng, SpPD-KGEH Prof. Dr. dr. Freddy W. Wagey, Sp.OG(K)
NIP. 19591221 198703 1 004 NIP. 19540514 198503 1 001
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
OBSTETRI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO 23
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
DEP/SMF : OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO
2018
PENYAKIT JANTUNG DALAM KEHAMILAN
1. Diagnosis Anamnesis
 Riwayat demam rematik
 Dispneu waktu melakukan kegiatan dan atau waktu istrahat
 Paroksimal nokturnal dispneu
 “Angina” atau “syncope” waktu melakukan kegiatan
 Hemoptisis
Pemeriksaan fisik
 Murmur sistolik dan diastolik
 Kelainan irama jantung
 “precordial thrill”
 Kardiomegali
 Sianosis dan atau “clubbing”
Pemeriksaan penunjang
 Foto torak
 Elektrokardiografi
 Ekhokardiografi
2. Klasifikasi I. Pasien sama sekali tak perlu membatasi kegiatan fisik
II. Pasien perlu membatasi kegiatan fisik sedikit, kalau melakukakn
pekerjaan sehari-hari terasa jantung berdebar-debar dan terjadi angina
pektoris.
III. Pasien sangat mudah merasa capai disertai timbulnya gejala-gejala lain
kalu melakukan pekerjaan ringan sekalipun
IV. Pasien memperlihatkan gejala dekompensasi jantung walau dalam
istirahat sekalipun.
3. Perawatan  Konsultasi dan rawat bersama dengan bagian kardiologi
antenatal  Bila dirawat jalan kontrol setiap minggu, tiap kunjungan sekaligus
memeriksakan diri ke bagian kebidanan dan kardiologi
 Tirah baring 2 jam waktu siang hari dan 10 jam waktu malam hari.
 Dilakukan pemeriksaan elektrokardiografi dan foto torak, bila diperlukan
pemeriksaan ekhokardiografi
 Setelah umur kehamilan 32 minggu, dilakukan pemeriksaan NST dan USG
serial.
 Pengobatan tergantung klasifikasi penyakit jantung dalam kehamilan.
I. Tidak memerlukan pengobatan
II. Tidak memerlukan pengobatan, tetapi hindarkan kegiatan fisik
terutama waktu umur kehamilan antara 28 dan 32 minggu.
III. Dan IV rawat dirumah sakit dengan pengelolaan bersama bagian
kebidanan dan kardiologi.
4. Persalinan Dilakukan bersama bagian kardiologi
1. Induksi persalinan
Induksi dilakukan hanya atas indikasi obstetri. Tetes oksitosin akan meningkatkan
volume darah yang dapat menyebabkan edem paru. Untuk mencegah hal tersebut
bila perlu diberikan diuretika.
2. Kala I
Perlu pemantauan ketat terhadap ibu maupun janin.
Bila diperlukan dapat diberikan profilaksis, digitalis dan antibiotik (dilakukan atas
konsultasi dengan bagian kardiologi)
3. Kala II tergantung klasifikasi
 I : Persalinan dapat spontan
 II_IV : - Cegah ibu mengedan dan
Selesaikan dengan ekstraksi forcep
-Selama kala II harus didampingi bagian kardiologi
4. Kala III
Oksitosin 10 UI i.m setelah bayi lahir.
Hindarkan pemberian ergometrin
Berikan PRC bila diperlukan transfusi darah.
Pada kasus tertentu dapat diberikan profilaksis furosemid 40mg i.v.
Pergunakan bantal pasir yang ditemaptkan diperut bawah setelah plasenta lahir
5. Masa nifas
Dalam 24 jam pertama postpartum, pemantauan adanya tanda-tanda dekompensasi
tetap dilakukan secara ketat.
Bila keadaan kompensata dan stabil, pasien dipulangkan setelah 7 hari perawatan
dan yakinkan pasien harus kontrol setelah keluar dari rumah sakit.
Penanganan gagal jantung selama persalinan
 Baringkan ibu dalam posisi miring ke kiri untuk menjamin aliran darah ke
uterus.
 Batasi cairan iv untuk mencegah overload cairan
 Beri analgesi yang sesuai
 Jika perlu oksitosin berikan dalam konsentrasi tinggi dengan tetesan rendah
dan pengawasan keseimbangan cairan.
 Jangan berikan ergometrin.
 Persalinan pervaginam dengan mempercepat kala II
 Sedapat mungkin hindari mengedan jika perlu lakukan episiotomi dan akhir
persalinan dengan ekstraksi forcep.
Gagal jantung masa nifas
 Hal yang dapat menimbulkan gagal jantung masa nifas adalah perdarahan,
anemia infeksi dan thromboemboli.
 Pada masa nifas kontrasepsi harus diberikan, pada kondisi yang stabil
tubektomi dapat dilakukan.
Manado, 2 April 2018
Ketua Komite Medik Kepala Departemen/SMF Osbtetri & Ginekologi

dr. B.J. Waleleng, SpPD-KGEH Prof. Dr. dr. Freddy W. Wagey, Sp.OG(K)
NIP. 19591221 198703 1 004 NIP. 19540514 198503 1 001
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
OBSTETRI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO 24
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
DEP/SMF : OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO
2018
DIABETES MELITUS DALAM KEHAMILAN
1. Batasan Diabetes Melitus gestasional :
Diabetes yang timbul pada waktu hamil dan menghilang setelah melahirkan. Dalam keadaan
puasa glukosa darah normal, tetapi terdapat intoleransi glukosa postprandial.
Diabetes Melitus Pregestasional
Diabetes dimulai sejak sebelum hamil dan berlanjut setelah hamil, terdapat hiperglikemia pada
keadaan puasa.
2. Kriteria Diagnosis Glukosa darah (mg/dL)
Saat Pemeriksaan National diabetes Carpenter and
Data group (1979) Coustan (1982)
Puasa 105 95
1 jam 190 180
2 jam 165 155
3 jam 145 140
*Gestational diabetes is diagnosed when any two values are met or exceeded.
Adapted from the American College Of Obstetricians And Gynecologists (1994), with
permission.

3. Klasifikasi Klasifikasi berdasarkan : American College Of Obstetricians and Gynecologists (1986),


modifikasi White.
Kelas Onset Glukosa Glukosa 2 jam Terapi
Puasa Postprandial
A1 Gestasional <105 mg/dL <120mg/dL diet
A2 Gestasional >105mg/dL >120mg/dL Insulin
Kelas Umur terdiagnosis Saat lama mengidap Vascular disease Therapi
B Over 20 <10 None Insulin
C 10-19 10-19 None Insulin
D Before 10 >20 Benign retinopathy Insulin
F Any Any Nephropathy Insulin
R Any Any Proliferative retinopathy Insulin
H any Any hearth Insulin
*When diagnosed during pregnancy : 500 mg or move proteinuruia per 24 hours measured
before 20 weeks gestation.
From American College of Obstericians and Gynecologists (1986)
4. Indikasi 1. Adanya riwayat keluarga yang menderita DM
pemeriksaan GTT 2. Pernah melahirkan bayi besar
Dalam Kehamilan 3. Pernah melahirkan bayi dengan cacat bawaan
4. Pernah abortus atau lahir mati
5. Obesitas
6. Hipertensi
7. DM
5. Komplikasi Komplikasi pada ibu
1. Preeklamsi/eklamsi
2. Hidramnion
3. Distosia
4. Perdarahan pascasalin
5. Infeksi saluran kemih
6. Kadar glukosa darah yang tidak terkendali
Komplikasi pada janin
1. Bayi besar
2. Kematian janin dalam rahim
3. Hipoglikemia
4. Sindroma distres pernafasan
5. Kelainan kongenital
6. Hipokalsemi, hipomagnesemia, dan hiperbilirubinemia.
6. Perawatan 1. Skrining ibu hamil pada kunjungan pertama, hasil negatif diulang pada kehamilan 28
antenatal minggu
2. Bila hasil positif pengawasan bersama dengan bagian yang terkait (penyakit
dalam,gizi, anak)
Kendalikan kadar glukosa darah 2 jam pp <120mg%
Pada kasus IDDM berikan insulin RI yang dimulai dengan dosis rendah sampai optimal.
Umumnya dosis yang diperlukan adalah 0,7-1 unit/kg/hari
3. Uji reduksi tiap bulan
4. Perawatan bersama dan pengawasan komplikasi yaitu kelainan ginjal, kelainan mata,
kelainan jantung.
5. Pemeriksaan USG untuk mencari kelainan kongenital dan mengavaluasi
pertumbuhan janin.
6. Pemeriksaan kesejahteraan janin/profil biofisik dimulai pada minggu ke-32.
7. Rawat pada kehamilan 34 minggu bila ada komplikasi. Pasien IDDM uji tanpa
kontraksi dilakukan setiap hari. Pada pasien NIDDM tes tanpa kontraksi dilakukan 1
minggu sekali. Pada pasien NIDDM bila tidak jatuh pada keadaan IDDM maka
dilakukan perawatan secara rawat jalan.
7. Indikasi untuk 1. Preeklamsi
Mengakhiri 2. Asidosis
Kehamilan 3. Kadar glukosa darah tak terkendali
4. Hasil penilaian kesejahteraan janin kurang baik
8. Penentuan Saat - Pada pasien IDDM, persalinan elektif direncanakan pada usia kehamilan 38-39
persalinan minggu
- Pada pasien NIDDM, dilakukan terminasi bila ada indikasi
9. Penanganan - Dengan mempertahankan diet dan dosis insulin diharapkan sebagian besar pasien
persalinan melahirkan pervaginam
- Pantau kadar glukosa darah dan berikan terapi bersama bagian penyakit dalam
- Pantau janin dengan kardiotokografi
- Pilihan jenis terminasi kehamilan dilakukan atas indikasi obstetri dengan
memperhatikan komplikasi yang terjadi pada ibu (misalnya adanya hipertensi atau
kelainan mata) dan/atau komplikasi pada fetus (misalnya makrosomia,gawat janin)

10. Penanganan - Pantau keadaan umum dan kadar glukosa darah pascasalin
pascasalin - Mengajukan menyususi
- Memberikan nasihat untuk pemilihan kontrasepsi
2-hr, 75-g Oral Glucose Tolerance Tets plasma Glocuse (mg/dL)
Time Tested No Diabetes Impaired Glucose Diabetes
Tolerance
Fasting <115 <140 ≥140
½, 1, 1½ h All <0 1 values ≥ 200 1 values >200
2 hr 140-199 ≥200
Manado, 2 April 2018
Ketua Komite Medik Kepala Departemen/SMF Osbtetri & Ginekologi

dr. B.J. Waleleng, SpPD-KGEH Prof. Dr. dr. Freddy W. Wagey, Sp.OG(K)
NIP. 19591221 198703 1 004 NIP. 19540514 198503 1 001
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
OBSTETRI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO 25
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
DEP/SMF : OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO
2018
TBC PARU DALAM KEHAMILAN
1. Batasan TBC paru adalah penyakit pada parenkhim paru yang disebabkan oleh M. Tuberculosis.
2. Diagnosis  Anamnesis
- Pernah kontak dengan pasien TBC
- Batuk kronis, batuk darah
- Nyeri dada
- Keringat malam
- Berat badan menurun
- Demam
 Laboratorium : pemeriksaan BTA & kultur, LED sangat tinggi.
 PPD (Purified Protein Derivative), dengan interpretasi sebagai berikut :
- Pada kelompok risisko sangat tinggi yaitu : pasien HIV positif, pasien dengan
gambaran thorax foto abnormal, atau pasien yang kontak erat dengan pasien
TBC aktif, dikatakan positif bila terjadi indurasi dengan ukuran 5 mm.
- Pada kelompok risiko tinggi yaitu : orang yang berasal dari negara miskin atau
negara endemis TBC, pemakai narkoba yang HIV negatif, sosio ekonomi
rendah, pasien penyakit kronis yang mempunyai risiko tinggi mengidap TBC,
dikatakan positif bila berdurasi >10 mm.
- Foto toraks : tidak rutin dikerjakan pada kehamilan, jika diperlukan bila usia
kehamilan <7 bln harus menggunakan pelindung perut.
Terapi medikamnetosa :
Pengobatan TBC aktif pada kehamilan hanya sedikit berbeda dengan penderita yang
tidak hamil.
Rekomendasi Centre for Disease Control (2013) adalah sebagai berikut:
1. Isoniazid 5 mg/kg/hari. Maksimal 300 mg/hari bersama piridoksin 50 mg/hari
2. Rifampisin 10 mg/kg/hari, maksimal 600 mg/hari
3. Etambutol 5-25 mg/kg/hari, maksimal 2,5 gram/hari (biasanya 25 mg/kg/hari
selama 6 minggu kemudian diturunkan menjadi 15 mg/kg/hari).
Kombinasi IRE diberikan setiap hari selama 2 bulan, 7 bulan, selanjutnya diberikan
kombinasi INH 2 Rifampisisn 2 kali seminggu.
Terapi diberikan minimum 9 bulan. Jika resisten terhadap obat ini dapat dipertimbangkan
pengobatan dengan pyrazinamide. Selain itu pyrazinamide 50 mg/hari harus diberikan
untuk mencegah neuritis perifer yang disebabkan oleh isoniazid.

Catatan :
Terapi pada trimester pertama harus memperrtimbangkan tingkat keparahan
penyakitnya. Pasien yang tidak sakit berat dianjurkan untuk terapi dengan INH
dan etambutol saja sehingga selesai trimester I, kemudian mulai terapi 6 bulan
penuh dengan pirazinamid, rifampisin dan INH.
Manado, 2 April 2018
Ketua Komite Medik Kepala Departemen/SMF Osbtetri & Ginekologi

dr. B.J. Waleleng, SpPD-KGEH Prof. Dr. dr. Freddy W. Wagey, Sp.OG(K)
NIP. 19591221 198703 1 004 NIP. 19540514 198503 1 001

Anda mungkin juga menyukai