DI SUSUN OLEH :
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
I. BASIC MEDICAL SCIENCE
Cancer
a. Siklus pembelahan sel
Fase pembelahan sel : fase mitosis (M), pasca mitosis (G1), fase sintesis DNA (fase S) dan fase
pramitosis (G2), Pada akhir fase G1 terjadi peningkatan RNA disusul dengan fase S yang
merupakan saat terjadinya replikasi DNA kemudian masuk ke fase paramitosis (G2) yang
mengandung DNA dua kali lebih banyak dan masih berlangsung sistesis RNA dan protein.
Sewaktu fase mitosis berlangsung (fase M) sintesis protein dan RNA berkurang secara tiba-tiba
dan terjadi pembelahan menjadi 2 sel. Selain itu sel dapat memasuki interfase untuk kembali
memasuki fase G1. Inilah saat berproliferasi atau memasuki fase istirahat (Go). Sel pada fase Go
masih potensial untuk berproliferasi disebut sel klorogenik atau sel induk (steam cell), jadi yang
dapat menambah jumlah sel kanker adalah sel yang dalam siklus proliferasi dan dalam fase Go
(Nafrialdi dan Ganiswara, 1995).
b. Regulasi cell cycle
Pada sel kanker terjadi regulasi abnormal dari cell cycle tersebut yang melibatkan empat
sampai enam perubahan genetik (Hanahan and Wienberg, 2002). Sinyal ekstra seluler akan
menginduksi cyclin D (CycD). Fosforilasi pRb oleh Cdk 4/6 terjadi melalui pembentukan
kompleks CycD dengan Cdk 4/6. Fosforilasi pRb menyebabkan E2F lepas dari kompleks pRb
dengan E2F. E2F merupakan faktor transkripsi CycE, CycA, dan protein-protein. CycE dan CycA
membentuk kompleks dengan Cdk2 dan melanjutkan fosforilasi pRb. E2F yang dihasilkan
menginduksi gen-gen esensial untuk proses sintesis dan proses mitosis. Proses tersebut dapat
dihambat oleh protein p53, Cip/Kip (p21,p27), INK4 (p15,p16, p18, p19) yang merupakan
penghambat Cdk.
Regulasi cell cycle progression juga diatur oleh famili protein INK4 yang merupakan
penghambat Cdk-4 dan Cdk-6. INK4 berikatan dengan Cdk4/6 dan memacu terlepasnya CycD
yang kemungkinan terdegradasi. Dengan terlepasnya komplek CycD maka Cdk-4 menjadi inaktif.
Hal ini yang mengakibatkan pRb tidak terfosforilasi sehingga E2F inaktif dan tidak terjadi cell
cycle. Cip/Kip secara spesifik menginaktifasi CycE-Cdk2 sehingga menyebabkan terjadinya G1
arest (King, 2000).
II. TREATMENT
Penyakit Kanker (Kemoterapi)
a) Penjelasan Rinci tentang Pengolongan Obat dan Masing-Masing Janisnya.
Menurut asal obat, struktur kimia dan mekanisme kerjanya, obat antitumor dapat dibagi
menjadi 7 golongan :
1) Alikator
Obat alkilator memiliki gugus alkilator yang aktif, dalam kondisi fisiologis dapat
membentuk gugus elektrofilik dari ion positifkarbon, untuk menyerang lokus kaya elektron
dari makromolekul biologis. Akibatnya dengan berbagai gugus nukleofilik termasuk gugus
yang secara biologi penting seperti gugus fosfat, amino, tiol, dan imidazol, dll membentuk
ikatan kovalen. Mostar nitrogen (HN) adalah wakil dari alikator berkemampuan ganda,
obat lain termasuk siklofosfamid (CTX), ifosfamid (IFO), klorambusil (CB13 48),
melfalan, dll. Siklofosfamid adalah turunan dari mostar nitrogen, ia sendiri tidak aktif.
Setelah masuk tubuh, barulah berefek sitotoksik setelah diproses enzim sistem oksidase
sitokrom P-450 mikrosom hati. Obat lain seperti tiotepa (TSPA) dari golongan
etillenimina, mileran dari golongan alkil sulfonat, dan golongan nitrosourea seperti
karmustin (BCNU), lomustin (CCNU), semustin (Me-CCNU) juga tergolong alkilator.
Nitrosourea bersifat larut lemak, mudah menembus sawar darah otak, sering dipakai untuk
terapi tumor ganas sistem saraf pusat. Selain itu, antitumor golongan logam seperti cisplatin
(PDD) berikatan silang dengan rantai ganda DNA efeknya menyerupai alkilator.
Karboplatin sebagai obat antitumor golongan platin generasi ke II sifat nefrotoksik dan
reaksi gastrointestinalnya lebih rendah. Oksaliplatin adalah antitumor golongan platin
generasi ke III, efektif terhadap kanker usus resistensi obat, juga bebas nefrotoksisitas.
Dakarbazin (DTIC), prokarbazin (PCZ), heksametimelamin (HMM), dll melalui
pembentukan gugus metik aktif berefek alkilasi terhadap DNA. Temozolamin sejenis
dengan DTIC dapat melintasi sawar darah otak, efektif terhadap astrositoma anaplastik.
2) Antimetabolit
Obat golongan ini terutam mengusik metabolisme asam nukleat dengan mempengaruh
sintesis DNA, RNA dan makromolekul protein. Metotreksat (MTX) menghambat enzin
dihidrofolat reduktasi sehingga produksi tertrahidrofolat terhambat, akhirnya menghambat
sintesis DNA. Setelah pemberian dosis super besar MTX dalam 6-24 jam diberikan
pertolongan (rescue) leukovorin (CF), dapat membuat sel tumor, terutama sel tumor sistem
saraf pusat terbasmi relatif besar sedangkan rudapaksa jaringan normal berkurang. Ini
merupakan dasar terapi MTX dosis besar dan pertolongan leukovorin (HDMTX-CFR)
merkaptopurin (6MP) dan tiguanin (6TG) dapat memutus perubahan hipoxantin menjadi
asam adenilat hingga menghambat sintesis asam nukleat. Fluorourasil dalam tubuh berubah
menjadi fluoro-deoksiuridin (FduMP) yang menghambat enzim timidilat sintase, memutus
perubahan deoksiuridin menjadi timidin, mengusik biosintesis DNA.
Belakangan ini ditemukan dosis tinggi asam folinat berefek stabilisasi dan memperpanjang
kompleks yang dibentuk dari metobolit aktif SFU (FduMP), timidilat sintase dan asam
metilentetrahidro-folat (S10-CH2-FH4), mekanisme modulasi biokimia demikian
membuat efek sitotoksik SFU bertambah. Absorpsi oral SFU tidak teratur, kapsul UFT oral
yang dahulu pernah dikembangkan mengandung prekursor SFU yang mudah diabsorpsi
(ftorafurm, FT-207) dan SFU dengan perbandingan 1:4 gramol volume. Yang terakhir
dapat menghambat enzim dihdropirimidin dehidrogenase (DPD) sehingga menghambat
degradasi SFU. Belakangan telah disintesis xeloda (kapesitabin) merupakan obat prekursor
S-FUDR yang diaktifasi beberapa enzim fekuensial. Setelah pemberian xeloda per oral,
didalam saluran gastrointestinal dimetobolisme hidroksi asid esterase menjadi S-DFCR,
lalu di hati dimetabolisme sitidin deaminase menjadi S-DFUR (deoksifluorouridin), lalu
dalam jaringan tumor berubah menjadi S-FU oleh enzim timidilat fosforilasi. Mekanisme
ini serupa dengan injeksi intrvena kontinu dosis kecil S-FU, dengan keunggulan efek
samping rendah efektifitas tinggi. Hidroksiurea (HU) menghambat aktifitas enzim
nukleosida reduktase, menghambat perubahan asam sitidilat menjadi deoksisitidilat, seeara
selektif menghambat sintesis DNA. Sitarabin (Ara-C) menghambat enzim DNA
polimerase menghambat nukleosida berikatan dalam DNA sehingga menghambat sintesis
DNA. Obat sejenis, siklositidin (Cycle-C) stabil terhadap enzim deaminase, berhasil
mengatasi kekurangan karena didalam tubuh cepat terurao oleh deaminase. Difluoro-
deoksisitidin (gemsitabin) juga adalah golongan senyawa nukleosida, didalam sel telah
dikatalis oleh enzim deoksisitidin kinase (dck), teraktifkan menjadi senyawa trifosfat
GCBTP, kemudian masuk ke struktur DNA, mengusik polimerisasi DNA. Obat ini
memiliki efek fosforilasi 6 kali lipat dari Ara-C dan tidak mudah mengalami degradasi
deaminasi. Metobolit aktifnya dapat menumpuk hingga konsentrasi tinggi intrasel dan
bertahan lama efektif terhadap berbagai jenis tumor padat. Obat sejenisnya, fludarabin
memiliki resistensi tertentu terhadap efek deaminasi dari enzim timidin deaminase,
didalam sel mengaktifasi fosforilasi lalu menghambat ribonukleotida reduktase dan enzim
terkait lain, menghambat sintesis DNA dan RNA. Enzim L-asparaginase menghrolisis
asparagin menjadi asam aspartat dan amonia, sehingga sel tumor kekurangan asam aspartat
yang diperlukan untuk sintesis protein, terjadi hambatan sintesis protein. Haringtonin
menghambat sintesis protein pada tahap insiasi, dan membuat ribosa nukleoprotein terurai.
3) Golongan Antibiotik
Aktinomisin D (Act-D), daunorubisin, adriamisin (ADR),epirubisin, pirarubisin (THP),
idarubisin, mitoksantron (novantron) dan obat lain menyusup masuk ke pasangan basa
didekat rantai gandan DNA, menimbulkan terpisahnya kedua rantai DNA,mengusik
transkripsi DNA dan produksi mRNA. Adriamisin liposom (Doxil) menggunakan
teknologi lipososm fosfolitipit 2 lapis dari selubung mikrosfer polietilen gliserol (teknologi
polimerisasi Stealth), menghindari bocornya obat dan pengenalan oleh sistem imun,
menjamin kadar adriamisin dalam plasma rendah stabil dalam jangka panjang mengurangi
kardiotoksisitas meningkatkan efektifitas. Bleomisin secara langsung menimbulkan
fragmentasi rantai tunggal DNA mitomisin (MMC) dan DNA membentuk ikatan silang
keduanya berefek sarna seperti alkilator.
5) Inhibitor Topoisomeras
Alkaloid dari Camptotheca acuminata, irinotekan dan topotekan terutama berefek
menghambat topoiso merase I, menghambat pertautan kembali rantai ganda setelah saling
berpisah waktu replikasi DNA sehingga rantai ganda DNA terputus. Podofilotoksin
sepertietoposid (VP-16) dan teniposit (VM-26) berefek menghambat enzim topoisomerase
II, juga menghambat replikasi dan sintesis DNA.
6) Golongan Hormon
Hormon seperti estrogen, progesteron, testosteron, dll berikatan dengan reseptor yang
sesuai intrasel memacu pertumbuhan tumor tertentu yang bergantung pada hormon seperti
karsinoma mamae, karsinoma prostat. Penyekat reseptor termasuk antiestrogen seperti
tamoksifen, toremifen, dll dan anti androgen seperti flutamit masing-masing dapat
berikatan secara kompetitif dengan reseptor yang sesuai dalam sel tumor digunakan untuk
terapi karsinoma payudara dan karsinoma prostat. Zat sejenis LH-RH, melalui stimulasi
produksi FSH dan LH secara umpan balik negatif akhirnya menyebabkan gagal fungsi
ovarium, efeknya serupa dengan kastrasi ovarium nonoperatif, seeara klinis dapat
digunakan untuk terapi karsinoma mamae dan karsinoma prostat. Sediaan jenis ini terutama
adalah Zoladex, dan Lupron. Selain itu, inhibitor aromatase (aminoglutetimid, formestran,
letrozol, arimidex, dll) terutama menghambat aromatisasi cincin A testoteron menjadi
estradiol, menghambat sintesis hormon steroid korteks adrenal, dapat dipakai untuk terapi
karsinoma payudara pasea menopause.
1. Antimetabolit terjadi proses di bagian sintesis purin dan pirimidin (asam nukleat)
Agen kemoterapi Analog folat (Metotreksat), purin analog (primidin analog,
adenosine analog).
2. Agen Alkilasi dan golongan lainnya DNA sintesis dan Binding Nitrosurea
(Carmustine), platina (carboplatin, cisplatin), others (doxorubicin, etoposide).
3. Alkaloid Vinka Sintesis mikrotubul Vinblastin, Vinkristin.
4. Agen Mikrotubul Sintesis mikrotubul Paklitaksel, Docetaxel.
Antibodi monoklonal
Mengikat antigen spesifik dari kanker dan memberikan respon imun untuk membunuh sel.
(ex. Transtuzumab, rituximab).
Terapi Endokrin
Untuk kanker yang terkait dengan perubahan hormonal seksual (ex. Antiestrogen untuk
kanker payudara).
(Cancer Diagnosa and Treatment: An Overview for the General Practitioner, 2014)
IMUNOSUPRESAN
1. Azatioprin: tab sal selaput 50 mg
Indikasi: untuk transplantasi dan untuk pengobatan beberapa kondisi autoimun.
Efek Samping: reaksi hipersensitivitas (malaise, pusing, mual, demam, nyeri otot, nyeri sendi,
gangguan fungsi hati, ikterus, aritmia, hipotensi, nefritis intertisial); supresi sumsum tulang
yang bergantung dosis; rambut rontok, rentan terhadap infeksi bila digunakan bersama
kortikosteroid, mual, pankreatitis, pneumonitis; efek terhadap imun respons
2. Basiliksimab: inj 20 mg ,
Indikasi: untuk profilaksis penolakan akut pada transplantasi ginjal allogenik. Diberikan
bersama siklosporin dan imunosupresan kortikosteroid, penggunaannya sebaiknya dibatasi
oleh para ahli.
Efek Samping: jarang, reaksi hipersensitif berat; dilaporkan sindrom pelepasan sitokin; untuk
efek samping lain lihat di bawah siklosporin dan prednisolone
Dosis: Injeksi intravena atau infus intravena; 20 mg selama 2 jam sebelum pembedahan
(transplantasi), dan 20mg diberikan 4 hari setelah transplantasi. Dosis kedua harus ditunda
pemberiannya jika terjadi komplikasi setelah pembedahan seperti terjadi graft loss.
3. Everolimus
tab 0,25 mg ,
tab 0,5 mg ,
4. Hidroksi klorokuin: tab 200 mg* , 60 tab/bulan.
5. Klorokuin: tab 250 mg ,
6. Leflunomid: tab sal selaput 20 mg ,
7. Metotreksat: tab 2,5 mg ,
8. Mikofenolat mofetil : tab 500 mg ,
9. Mikofenolat sodium
tab sal 180 mg , Untuk dewasa: 60 tab/bulan.
tab sal 360 mg , Untuk dewasa: 60 tab/bulan.
10. Siklosporin
kaps lunak 25 mg , 5 mg/kgBB/hari.
kaps lunak 50 mg , 5 mg/kgBB/hari.
kaps lunak 100 mg , 90 kaps/bulan
4. inj 50 mg/mL , 5. inj 100 mg/mL ,
11. Takrolimus
kaps 0,5 mg ,
kaps 1 mg ,
kaps lepas lambat 0,5 mg , 60 kaps/bulan.
kaps lepas lambat 1 mg , 60 kaps/bulan.
SITOTOKSIK
1. Afatinib
Indikasi: Terapi tunggal pada pengobatan kanker paru jenis karsinoma nonsmall cell, yang
memiliki gen epidermal growth factor reception (EFGR) abnormal pada exon 19 deletions atau
exon 21 substitution mutations.
Efek Samping: Sangat umum: diare, stomatitis, mual, muntah, konstipasi, kolitis, ruam,
jerawat, prutitus, kulit kering, kebotakan, paronisia, infeksi kuku, nasofaringitis, sistisis,
infeksi saluran kemih, infeksi saluran pernapasan atas, penurunan nafsu makan, hipokalemia,
epistaksis, batuk, rinorea, penurunan berat badan, peningkatan enzim ALT, insomnia, sakit
kepala, pusing, demam, nyeri punggung, konjungtivitis, dehidrasi, sesak napas, kelelahan
Dosis: Dosis awal yang direkomendasikan 40 mg sekali sehari. Tablet ditelan seutuhnya
dengan air pada saat perut kosong sekurang-kurangnya 1 jam sebelum atau 3 jam setelah
makan.
tab sal selaput 20 mg
tab sal selaput 30 mg
tab sal selaput 40 mg 30 tab/bulan.
2. Asparaginase: serb inj 10.000 IU ,
3. Bendamustin
serb inj 25 mg , Untuk CLL: 100 mg/m2 pada hari 1 dan 2 pada siklus 28 hari. Pemberian
maks 6 siklus.
serb inj 100 mg ,
4. Bevasizumab: inj 25 mg/mL , 12 x pemberian.
5. Bleomisin: serb inj 15 mg , 12 x pemberian.
6. Busulfan: tab 2 mg ,
7. Dakarbazin
serb inj 100 mg , 12 x pemberian.
serb inj 200 mg , 12 x pemberian.
8. Daktinomisin: inj 0,5 mg (i.v.) , 12 x pemberian.
9. Daunorubisin : serb inj 20 mg ,
10. Doksorubisin
serb inj 10 mg (i.v.) , Dosis kumulatif maks (seumur hidup): 500 mg/m² LPT.
serb inj 50 mg (i.v.) ,
11. Dosetaksel : inj 40 mg/mL ,
12. Epirubisin
inj 2 mg/mL , Dosis kumulatif maks 750 mg/m² LPT.
serb inj 50 mg ,
13. Erlotinib
tab sal selaput 100 mg , 30 tab/bulan.
tab sal selaput 150 mg , 30 tab/bulan.
14. Etoposid
kaps lunak 100 mg , 100 mg/m²/hari, selama 3-5 hari.
inj 20 mg/mL ,
15. Fludarabin
tab sal 10 mg , 30 mg/m²/hari selama 5 hari.
serb inj 50 mg ,
16. Fluorourasil
inj 25 mg/mL , Untuk nasofaring: 1.000 mg/m²/hari selama seminggu. Untuk kolorektal:
2.800 mg/m²/46 jam diulang tiap 2 minggu.
inj 50 mg/mL (i.v.) ,
17. Gefitinib: tab 250 mg , 30 tab/bulan.
18. Gemsitabin
serb inj 200 mg , 1.000 mg/m²/minggu.
serb inj 1000 mg ,
19. Hidroksiurea: kaps 500 mg , 40 mg/kgBB/hari selama 30 hari.
20. Idarubisin: serb inj 20 mg (i.v.) , 12 mg/m² LPT selama 3 hari dikombinasi dengan sitarabin.
21. Ifosfamid
serb inj 500 mg , 5.000 mg/m²/hari setiap 3 minggu bersama mesna.
serb inj 1.000 mg ,
serb inj 2.000 mg ,
22. Imatinib Mesilat
tab 100 mg , 120 tab/bulan.
tab 400 mg , Untuk GIST: 60 tab/bulan.
23. Irinotekan
inj 20 mg/mL , 125 mg/m2 LPT setiap minggu diulang tiap 3 minggu atau 180 mg/m2 LPT
tiap 2 minggu.
inf 20 mg/mL ,
24. Kapesitabin: tab sal 500 mg , 2.500 mg/m²/hari selama 2 minggu diulang tiap 3 minggu.
25. Karboplatin: inj 10 mg/mL , AUC (Area Under the Curve) 5-6 setiap 3 minggu.
26. Klorambusil: tab sal selaput 5 mg ,
27. Lapatinib: tab 250 mg ,
28. Melfalan: tab 2 mg ,
29. Merkaptopurin: tab 50 mg ,
30. Metotreksat
tab 2,5 mg , - Untuk maintenance leukemia: 7,5 mg/hari setiap minggu. - Untuk
trofoblastik ganas: 30 mg/hari selama 5 hari.
inj 2,5 mg/mL , Untuk trofoblastik ganas: 12.000 mg/m²/hari. Tidak untuk intra tekal.
Perlu rescue dengan kalsium folinat (leukovorin, Ca).
inj 5 mg (i.v./i.m./i.t.) , 15 mg/minggu.
inj 10 mg/mL , Untuk trofoblastik ganas: 12.000 mg/m²/hari.
5. inj 25 mg/mL , Tidak untuk intra tekal. Perlu rescue dengan kalsium folinat
(leukovorin, Ca).
31. Mitomisin
serb inj 2 mg ,
serb inj 10 mg ,
32. Nilotinib:
kaps 150 mg , 120 kaps/bulan/kasus.
kaps 200 mg , 120
33. Oksaliplatin
serb inj 50 mg , 12x pemberian.
serb inj 100 mg , 12x pemberian.
34.Oktreotid LAR
serb inj 20 mg , - Untuk pasien akromegali yang baru pertama mendapat 150 mg/hari
selama 2 minggu, 20-30 mg/bulan setiap 4 minggu. - Untuk tumor karsinoid 20-30
mg/bulan, maks 6 bulan.
serb inj 30 mg ,
35. Paklitaksel: inj 6 mg/mL , Untuk kanker ovarium 175 mg/m2/kali, setiap 3 minggu dilanjutkan
sisplatin 75 mg/m2.
36. Pemetreksed: serb inj 500 mg 500 mg/m2, maks 6 siklus.
37. Rituksimab: inj 10 mg/mL 375 mg/m2 setiap 3 minggu.
38. Setuksimab: inj 5 mg/mL − Pemberian tiap minggu: Dosis pertama 400 mg/m2, dosis
selanjutnya 250 mg/m2 tiap minggu. − Maks 12 siklus.
39. Siklofosfamid
serb inj 200 mg (i.v.) 750 mg/m2 LPT setiap 3 minggu.
serb inj 500 mg (i.v.)
serb inj 1.000 mg (i.v.)
40. Sisplatin
inj 10 mg/10 mL 100 mg/m2/hari diulang tiap 3 minggu.
inj 50 mg/ 50 mL
41. Sitarabin
inj 50 mg/mL 3.000 mg/m2/hari selama 3 hari berturut-turut.
inj 100 mg/mL (i.m./i.v./s.k.)
42. Temozolamid
kaps 20 mg 150-200 mg/m2/hari selama 5 hari berturut- turut diulang setiap 4 minggu atau
75 mg/m2/hari selama 42 hari bersamaan dengan radioterapi.
kaps 100 mg
43. Trastuzumab: serb inj 440 mg 8x pemberian.
44. Vinblastin: inj 1 mg/mL 6 mg/m2 setiap 2 minggu.
45. Vinkristin: serb inj 1 mg/mL (i.v.) 1,2 mg/m2 setiap 5 hari. Kecuali untuk ALL maks 3 tahun.
46. Vinorelbin: inj 10 mg/mL 25 mg/m2 hari 1 dan 8 diulang setiap 3 minggu.
LAIN - LAIN
1. Asam ibandronat : inj 1 mg/mL 1 vial/bulan.
2. Asam zoledronat: inf 4 mg/100 mL 1 vial/bulan
3. Dinatrium klodronat : inj 60 mg/mL Dosis kumulatif maks 1.500 mg/hari selama 5 hari.
4. Kalsium folinat (leukovorin, Ca)
Indikasi: menetralkan efek toksik segera dari antagonis asam folat seperti metotreksat;
pemberian secara parenteral dilakukan jika pemberian secara oral pada pengobatan anemia
megaloblastik tidak dimungkinkan.
Efek Samping: reaksi hipersensitivitas; jarang pireksia setelah penggunaan secara parenteral
Dosis: Asam folinat dapat diberikan secara oral atau secara parenteral melalui injeksi intra
muskular, injeksi intravena atau infus intravena Ketika diberikan secara infus intravena, dapat
dilarutkan dalam 1 L glukosa 5% b/v dalam air untuk injeksi atau normal saline. Larutan di
atas tersebut stabil selama 24 jam jika disimpan pada 2-80C. Untuk menghindai kontaminasi
mikroba yang berbahaya, infus harus diberikan segera setelah dibuat.PENGOBATAN
OVERDOSIS ANTAGONIS ASAM FOLAT: diberikan 10mg/m luas permukaan tubuh tiap 6
jam secara i.v atau i.m sampai kadar metotreksat dalam serum di bawah 10-8 M.
PENGOBATAN ANEMIA MEGALOBLASTIK: tidak melebihi 1 mg per hari diberikan
secara intramuskular atau oral.
tab 15 mg 400 mg/m2 setiap 2 minggu bersama dengan 5-FU.
inj 3 mg/mL
inj 5 mg/mL
inj 10 mg/mL
5. Mesna : inj 100 mg/mL
FLOATING
a. Pengertian
Salah satu jenis sediaan tablet gastro-retentive adalah floating system, yang merupakan
sistem dengan densitas yang kecil, yang memiliki kemampuan mengambang kemudian
mengapung dan tinggal di lambung untuk beberapa waktu. Pada saat sediaan mengapung di
lambung, obat dilepaskan perlahan dengan kecepatan yang da-pat ditentukan.
Sistem penghantaran dengan mengontrol densitas (pengapungan) biasanya di sebut
sebagai floating system. Dimana obat di buat dengan densitas yang lebih rendah dari cairan
lambung, sehingga obat akan mengapung di cairan lambung lalu melepaskan zat aktif obat
secara perlahan tanpa mempengaruhi tingkat pengosongan lambung dalam jangka waktu yang
lama.
Berbagai tipe/desain sediaan dapat digunakan untuk aplikasi sistem gastroretentive,
diantaranya sistem penghantaran bioadhesif /mukoadhesif, sistem penghantaran dengan
mengontrol densitas (pengapungan), system penghantaran yang dapat meningkatkan ukuran
obat sehingga tertahan karena tidak dapat melewati pylorus (modified shape systems),
sedimentasi, dan expansion. Dalam penelitian ini digunakan sistem floating dengan
menggunakan matrik Methocel K15M dan komponen effervescent untuk
mempercepat floating (Arora et al., 2005).
b. Klasifikasi floating
Effervescent system
Mekanisme utama yang terlibat dalam sistem ini adalah produksi gas karbon dioksida
akibat reaksi antara natrium bikarbonat, asam sitrat dan asam tartrat. Hasil gas yang
dihasilkandalam pengurangan sistemdensitas sehingga membuatnya mengapungdicairan
lambung. Sistem ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Volatile liquid containing systems
- Intragastric floating gastrointestinal drug delivery system:
Sistem ini berisi ruang pengapungan yang berisi vakum atau lembam, gas
berbahaya dan mikro yang kompartemen melampirkan penampung obat.
- Inflatable gastrointestinal delivery system
Sistem ini memiliki ruang elastis yang mengandung eter cair yang gasifies pada
suhu tubuh untuk mengembang. Ruang elastis tersebut mengandung filamen
polimer (misalnya, kopolimer polivinil alkohol dan polyethylene) yang terkikis
secara bertahap larut dalam lcairan lambung dan akhirnya menyebabkan ruang
elastis untuk melepaskan gas dan keluar.
- Intragastric-osmotically controlled drug delivery system
Sistem ini terdiri dari Tekanan osmotik yang dikendalikan oleh perangkat
pengiriman obat dan sebuah kapsul elastis yang mengambang. Dalam perut, kapsul
tersebut hancur dan melepaskan obat dengan cara osmotik dikendalikan sistem
pengiriman yang berisi dua komponen; kompartemen penampung obat dan
kompartemen osmotik aktif.
2. Matrix tablets
Sistem ini dapat diformulasikan sebagai lapisan tablet matriks tunggal dengan
memasukkan bikarbonat dalam zat pembentuk matriks pembentuk gel hydocolloid atau
tablet bilayer matriks dengan menghasilkan gas matriks sebagai salah satu layer dan obat
menjadi lapisan kedua. Hal ini juga dapat dirumuskan sebagaitiga tablet lapisan matriks
dengan menghasilkan gas matriks sebagai salah satu layer dan 2 lapisan obat.
3. Gas generating systems
Sistem ini memanfaatkan senyawa effervescent seperti natrium bikarbonat, asam sitrat dan
asam tartaric. Sistem ini dibagi menjadi beberapa:
- Floating capsules
Diformulasikan dengan mencampurkan natrium bicarbonate dan natrium alginat.
- Floating pills
Sistem jenis ini adalah sistemdengan formulasi pelepasan yang berkelanjutan, yang
pada dasarnya memiliki beberapa jenis unit bentuk sediaan. Pil tersebut dikelilingi
oleh dua lapisan. Lapisan luar terdiri dari membranswellabledan lapisan dalam
terdiri dariagen effervescent.
- Floating systems with ion exchange resins
Pendekatan yang paling umum untuk merumuskan sistem ini melibatkan butiran
resin yang dimasukkanbersama bikarbonat. Hal ini kemudian dilapisi bersamaetil
selulosa yang biasanya larut tapipermeabel terhadap air. Hal ini menyebabkan
karbondioksidadapat melepaskan dan sistem untuk mengapung. (Arora et al.,
2005).
c. Keuntungan Floating
- Memperlama waktu tinggal sediaan pada tempat absorpsi
Dengan meningkatnya waktu tinggal dapat meningkatkan absorpsi dan efikasi terapetik
dari obat.
- Absorpsi cepat karena supply darah besar dan kecepatan aliran darah baik.
- Meningkatkan bioavailabilitas karena tidak adanya first pass metabolisme
- Obat dilindungi dari degradasi pada lingkungan asam pada saluran pencernaan.
- Meningkatkan kepatuhan pasien karena pemberian obat disukai (Arora et al., 2005).
CO-KRISTAL
a. Pengertian
Kokristal dapat didefenisikan sebagai kompleks Kristal dari dua atau lebih konstituen
molekul yang terikat bersama-sama dalam kisi Kristal melalui interaksi non kovalen terutama
ikatan hydrogen. Pembentukan kokristal melibatkan penggabungan zat aktif obat dengan molekul
lain yang dapat diterima secara farmasi dalam sebuah kisi Kristal. Molekul yang menjadi agen
kokristalisasi disebut juga korformer. Tujuan cocrystal adalah meningkatkan bioavailabilitas suatu
obat, salah satunya dengan meningkatkan kelarutan senyawa yang sukar larut. Untuk asam bebas
atau basa bebas, kokristal dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan.
b. Pembuatan Ko-Kristal
Koformer adalah molekul yang merupakan agen kokristalisasi, harus memiliki sifat sebagai
berikut: tidak toksik, inert secara farmakologi, dapat mudah larut dalam air, mampu berikatan
secara nonkovalen dengan obat, kompatibel secara kimia dengan obat, dan tidak membentuk
ikatan yang kompleks dengan obat. Adapun syarat zat aktif obat dalam ko kristalisasi adalah zat
yang mampu berikatan secara nonkovalen dengan koformer.
c. Metode
Beberapa metode yang umum digunakan dalam pembuatan kokristal adalah sebagai berikut
1. Metode pelarutan
- Evaporation methode
Dua komponen zat aktif obat dan koformer dilarutkan dalam suatu pelarut atau campuran
pelarut, kemudian larutan tersebut diuapkan sampai pelarutnya habis menguap. Ko kristal
merupakan residu hasil penguapan tersebut.
- Metode pendinginan
Sejumlah besar komponen yang merupakan zat aktif dan koformer dilarutkan dalam suatu
pelarut atau campuran pelarut yang kemudian dipanaskan untuk memastikan kedua
komponen tersebut benar-benar larut, kemudian larutan didinginkan pada suhu kamar. Ko-
Kristal akan mengendap ketika larutan lewat jenuh (Qiao et al., 2011).
2. Metode grinding
- Dry grinding
Dilakukan dengan menyampurkan ke 2 komponen penyusun ko-kristal secara bersama-
sama lalu menggerusnya atau menggilingnya dengan mortar dan alu atau dengan ball
mill atau vibratory mill.
- Solvent-drop grinding
Metode ini sama dengan metode dry grinding, hanya saja ditambahkan sejumlah kecil
pelarut dalam proses pencampurannya (Qiao et al., 2011).
V. EVALUASI SEDIAAN
1. Tablet
1.1.Keseragaman Sediaan
Keseragaman sediaan dapat ditetapkan metode keseragaman bobot atau keseragaman
kandungan. Persyaratan ini digunakan untuk sediaan mengandung satu zat aktif dan sediaan
mengandung dua atau lebih zat aktif
Tabel 5. 1. Penggunaan Uji Keseragaman Kandungan dan Uji Keseragaman Bobot untuk sediaan
Bentuk Tipe Sub tipe Dosis dan perbandingan zat aktif
sediaan ≥ 25 mg dan ≥ < 25 mg dan < 25%
25%
Tablet Tidak bersalut Keseragaman Keseragaman
bobot kandungan
Salut Selaput Keseragaman Keseragaman
bobot kandungan
Lainnya Keseragaman Keseragaman
kandungan kandungan
Sediaan padat Komponen Keseragaman Keseragaman bobot
dalam wadah tunggal bobot
dosis tunggal
Multi Larutan beku Keseragaman Keseragaman bobot
komponen kering dalam bobot
wadah akhir
Lainnya Keseragaman Keseragaman
kandungan kandungan
Larutan Keseragaman Keseragaman bobot
dalam wadah bobot
satuan dosis
dan dalam
kapsul lunak
Lainnya Keseragaman Keseragaman
kandungan kandungan
A. Keseragaman Bobot
Ambil tidak kurang dari 30 satuan sediaan. Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat
keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai berikut: Timbang 10 tablet satu per satu, Hitung
jumlah zat aktif dalam tiap tablet yang dinyatakan dalan persen dari jumlah yang tertera pada etiket
dari hasil penetapan kadar masing-masing tablet. Perhitungan nilai penerimaan sama speperti pada
uji keseragaman kandungan.
B. Keseragaman Kandungan
Ambil tidak kurang dari 30 satuan dan lakukan penetapan kadar sesuai dengan metode
analisisnya. Hitung nilai penerimaan dengan rumus
|𝑀 − 𝑥̄ | + 𝑘𝑠
Dimana x̄ adalah rata-rata dari masing-masing kandungan yang dinyatakan dalam persen,
M adalah nilai rujukan, k adalah konstanta penerimaa dan s adalah simpangan baku sampel.
Nilai penerimaan maksimum yang diperbolehkan yaitu L1=15,0 kecuali dinyatakan lain
dalam monografi. Jika nilai penerimaan lebih besar dari L1%, lakukan pengujian pada 20 unit
sediaan tambhn dan dihitung nilai penerimaan. Memenuhi syarat jika nilai penerimaan akhir dari
30 unit sediaan lebih kecil atau sama dengan L1% dan tidak ada satu unit pun kurang dari [1-
(0,01)(L2)]M atau tidak satu unitpun lebih dari [1+(0,01)(L2)]M dengan nilai L2 adalah 25,0.
1.2.Uji Kekerasan
Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet yang mencerminkan
kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan memberi tekanan terhadap diameter tablet.
Tablet harus mempunyai kekuatan dan kekerasan tertentu serta dapat bertahan dari berbagai
goncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan dan transportasi. Alat yang biasa digunakan
adalah hardness tester
Uji kekerasandilakukan dengan mengambil masing-masing 10 tablet dari tiap batch, yang
kemudian diukur kekerasannya dengan alat pengukur kekerasan tablet. Persyaratan untuk tablet
lepas terkendali non swellable adalah 10-20 kg/cm2.
1.4.Waktu hancur
Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah tablet untuk hancur menjadi
granul/partikel penyusunnya yang mampu melewati ayakan no.10 yang terdapat dibagian bawah
alat uji. Alat yang digunakan adalah disintegration tester, yang berbentuk keranjang, mempunyai
6 tube plastik yang terbuka dibagian atas, sementara dibagian bawah dilapisi dengan
ayakan/screen no.10 mesh
Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap tube, ditutup dengan
penutup dan dinaik-turunkan keranjang tersebut dalam medium air dengan suhu 37° C. Dalam
monografi yang lain disebutkan mediumnya merupakan simulasi larutan gastrik (gastric fluid).
Waktu hancur dihitung berdasarkan tablet yang paling terakhir hancur. Persyaratan waktu hancur
untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit, untuk tablet salut gula dan salut nonenterik
kurang dari 30 menit, sementara untuk tablet salut enterik tidak boleh hancur dalam waktu 60
menit dalam medium asam, dan harus segera hancur dalam medium basa
1.5.Uji Disolusi
Uji disolusi digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang
tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan yang digunakan secara oral. Untuk kapsul
gelatin keras atau lunak dan tablet salut gelatin, yang tidak memenuhi syarat uji disolusi ulangi uji
sebagai berikut: Jika media disolusi yang dinyatakan pada masing-masing monografi adalah air
atau media dengan pH kurang dari 6,8 gunakan media yang sama dengan penambahan pepsin yang
dimurnikan hingga aktivitas tidak lebih dari 750.000 unit/1000 ml.
Untuk media dengan pH 6,8 atau lebih besar, dapat ditambahkan pankreatin hingga aktivitas
protease tidak lebih dari 1750 unit FI/1000 ml.
Baku pembanding gunakan tablet lepas lambat klorfeniramin maleat BPFI, tablet prednison BPFI.
A. Alat
1. Alat 1 (Tipe Keranjang)
Alat terdiri dari sebuah wadah tertutup yang terbuat dari kaca atau bahan transparan lain
yang inert; sebuah motor, suatu batang logam yang digerakkan oleh motor, dan keranjang
berbentuk silinder. Wadah tercelup sebagian di dalam suatu tangas air yang sesuai, berukuran
sedemikian sehingga dapat mempertahankan suhu di dalam wadah pada 37˚±0,5˚C selama
pengujian berlangsung dan menjaga agar gerakan air dalam tangas air halus dan tetap. Bagian dari
alat, termasuk lingkungan tempat alat diletakkan tidak boleh menimbulkan gerakan, goncangan
atau getaran signifikan yang melebihi gerakan akibat perputaran alat pengaduk. Akan lebih baik
apabila alat yang digunakan memungkinkan pengamatan contoh dan alat pengaduk selama
pengujian berlangsung. Wadah disolusi berbentuk silinder dengan dasar setengah bola dengan
dimensi dan kapasitas sebagai berikut: untuk kapasitas nominal 1000 ml, tinggi 160 mm hingga
210 mm, diameter dalam 98 mm hingga 106 mm; untuk yang berkapasitas nominal 2000 ml, tinggi
280 mm hingga 300 mm, diameter dalam 98 mm hingga 106 mm; untuk kapasitas nominal 4000
ml, tinggi 280 mm hingga 300 mm dan diameter dalam 145 mm hingga 155 mm. Tepi bagian atas
wadah melebar. Untuk mencegah penguapan dapat digunakan suatu penutup yang cocok. Batang
logam berada pada posisi sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada tiap titik dari
sumbu vertikal wadah, berputar dengan halus dan tanpa goyangan yang berarti yang dapat
mempengaruhi hasil uji. Suatu alat pengatur kecepatan digunakan sehingga memungkinkan untuk
memilih kecepatan putaran yang dikehendaki dan mempertahankan kecepatan seperti tertera dalam
masing-masing monografi dalam batas lebih kurang 4%.
Komponen batang logam dan keranjang yang merupakan bagian dari pengaduk terbuat dari
baja tahan karat tipe 316 atau bahan lain yang inert sesuai dengan spesifikasi pada Gambar 1. Dapat
juga digunakan keranjang berlapis emas setebal 0,0001 inchi (2,5 µm). Sediaan dimasukkan
kedalam keranjang yang kering pada tiap awal pengujian. Selama pengujian berlangsung jarak
antara bagian dasar dalam wadah dan keranjang adalah 25±2 mm. Bahan tidak boleh menyerap,
bereaksi atau mengganggu spesimen yang diuji. Penutup yang digunakan tetap memberikan
keleluasaan untuk memasukkan termometer dan pengambilan cuplikan.
B. Media disolusi
Gunakan media disolusi yang sesuai seperti tertera pada masing masing monografi.
Pengukuran volume dilakukan pada suhu antara 20-25 derajat. Bila media disolusi adalah suatu
larutan dapar, atur ph larutan sedemikian hingga berada dalam batas 0,05pH yang tertera pada
masing masing monografi( catatan: gasterlarut dapat membentuk gelembung yang dapat merubah
hasil pengujian. Oleh karena itu gas harus dihilangkan. Salah satu metode deairasi:
Panaskan media, sambil diaduk perlahan, hingga suhu 41 derajat, segera saring menggunakan
vakum dengan penyaring berporositas 0,45 mikro meter atau kurang. Dengan pengadukan yang
kuat, dan pengadukan yang terus menerus sambil divakum selama lebih kurang 5 menit.
Waktu. Waktu pengambilan cuplikan harus dilakukan pada waktu yang dinyatakan dengan
toleransi +- 2%. Bila dalam spesifikasi hanya terdapat satu waktu, pengujian dapat diakhiri dalam
waktu yang lebih singkat bila persyaratan jumlah minimum terlarut dipenhi.
Prosedur untuk gabungan sampel untuk sediaan lepas segera. Gunakan prosedur ini bila prosedur
untuk gabungan sampel dinyatakan pada masing masing monografi. Lakukan seperti prosedur alat
1 dan 2 sediaan lepas segera. Campur sejumlah sama filtrat larutan dari 6 atau 12 contoh yang
diambil, dan gunakan gabungan sampel sebagai sampel uji. Tentukan nilai rata rata jumlah zat
terlarut dalam gabungan sampel.
Waktu. Pengambilan cuplikan umumnya tiga titik dinyatakan dalam satuan jam. ( catatan : ganti
alikuot yang diambil untuk analisis dengan sejumlah volume sama media disolusi baru pada suhu
yang dinyatakan dalam monografi atau jika dapat ditunjukan bahwa penggantian media tidak
diperlukan lakukan koreksi terhadap perubahan volume dalam perhitunga. Jaga wadah selalu
tertutup dan periksa suhu pada waktu tertentu).
1. Tahap Asam
Masukkan 750 ml asam klorida 0,1 N dalam wadah dan pasang alat. Biarkan media hingga
suhu 37o±0,5oc. Masukkan satu satuan sediaan ke dalam alat tutup wadah, jalankan alat
pada kecepatan yang tertera pada masing-masing monografi.
Setelah 2 jam pengujian tahap asam, ambil sejumlah cairan alikot dan lanjutkan segera
seperti tertera pada tahap dapar.
Lakukan penetapan kadar terhadap alikot menggunakan metode penetapan yang sesuai,
seperti dinyatakan dalam masing-masing monografi
2. Tahap Dapar
[Lakukan penambahan dapar dan pengaturan pH dalam waktu tidak lebih dari 5 menit].
Jalankan alat pada kecepatan seperti tertera pada monografi. Tambahkan 200 ml larutan
NaPO4 berbasa tiga 0,2 M yang bersuhu 37o±0,5o ke dalam labu. Jika perlu atur pH hingga
6,8±0,05 dengan penambahan HCl 2N atau Natrium Hidroksida 2N. Lanjutkan pengujian
selama 45 menit atau selama waktu seperti dinyatakan pada masing-masing monografi.
Pada akhir periode pengujian, ambil sejumlah cairan alikot. Lakukan penetapan kadar
terhadap alikot menggunakan metode penetapan yang sesuai seperti dinyatakan dalam
masing-masing monografi.
Penetapan dapat diakhiri dalam periode yang lebih singkat dari yang dinyatakan untuk
tahap dapar bila persyaratan jumlah minimum terlarut dipenuhi pada waktu lebih awal.
Alat 3
Sediaan Lepas Segera
Masukkan sejumlah volume media disolusi kedalam labu, pasang alat, biarkan media disolusi
hingga suhu 37o±0,5o, keluarkan termometer dari alat. Masukkan satu unit sediaan pada masing-
masing dari 6 silinder, hati-hati jangan sampai ada gelembung udara pada permukaan tiap unit
sediaan, segera jalankan alat seperti tertera pada masing-masing monografi. Pada gerakan turun
naik, silinder bergerak melalui jarak total 9,9 cm hingga 10,1 cm. Dalam selang waktu yang
dinyatakan atau pada setiap waktu yang dinyatakan, naikkan silinder, dan ambil sebagian larutan,
uji dari tengah-tengah antara permukaan media disolusi dan alas masing-masing labu. Lakukan
penetapan kadar seperti tertera pada masing-masing monografi. Jika perlu, ulangi pengujian
dengan sediaan lain.
Media disolusi : Lakukan seperti tertera pada sediaan lepas segera pada alat 1 dan alat 2
Waktu : Lakukan seperti tertera pada sediaan lepas segera pada alat 1 dan alat 2
C. Interpretasi
Sedian lepas segera
Tabel Penerimaan 1
Tahap Jumlah yang diuji Kriteria Penerimaan
S1 6 Tiap unit sediaan tidak kurang
dari Q+ 5%
S2 6 Rata-rata dari 12 unit (S1+ S2)
adalah sama dengan atau lebih
besar dari Q, dan tidak satu
unitpun yang lebih kecil dari
Q- 15%
S3 12 Rata-rata dari 24 unit
(S1+S2+S3) adalah sama atau
lebih besar dari Q, tidak lebih
dari dua unitsediaan yang
lebih kecil dari Q – 15% dan
tidak satu unitpun yang lebih
kecil dari Q-25%
Tabel penerimaan 2
Tahap Jumlah yang diuji Kriteria Penerimaan
S1 6 Rata-rata jumlah zat terlarut
tidak kurang dari Q+10%
S2 6 Rata-rata jumlah terlarut
(S1+S2) aalah sama dengan
atau lebih besar dari Q+5%
S3 12 Rata-rata jumlah zat terlarut
(S1+S2+S3) adalah sama atau
lebih besar dari Q
2. Kapsul
2.1.Uji keseragaman sediaan (menurut FI V)
Keseragaman sediaan didefinisikan sebagai derajat keseragaman jumlah zat aktif dalam
satuan sediaan. Keseragaman sediaan ditetapkan dengan salah satu dari dua metode, yaitu
keseragaman kandungan dan keseragaman bobot.
A. Uji keseragaman bobot
Syarat sediaan kapsul keras (B4) untuk pengujian keseragaman bobot :
Mengandung zat aktif 25 mg atau lebih yang merupakan 25% atau lebih terhadap bobot,
satuan sediaan atau dalam kasus kapsul keras, kandungan kapsul, kecuali keseragaman dari zat
aktif lain yang tersedia dalam bagian yang lebih kecil memenuhi persyaratan keseragaman
kandungan.
Kapsul Lunak
Timbang seksama 10 kapsul satu persatu untuk memperoleh bobot kapsul, beri identitas
tiap kapsul. Kemudian buka kapsul dengan alat pemotong bersih dan kering yang sesuai seperti
gunting atau pisau tajam, keluarkan isi, dan bilas dengan pelarut yang sesuai. Biarkan sisa pelarut
menguap dari cangkang kapsul pada suhu ruang dalam waktu lebih kurang 30 menit, lindungi
terhadap penarikan atau kehilangan kelembaban. Timbang tiap cangkang kapsul dan hitung bobot
bersih isi kapsul. Hitung jumlah zat aktif dalam tiap kapsul dari hasil penetapan kadar kadar
masing-masing isi kapsul. Hitung nilai penerimaan.
Kapsul Keras
Timbang seksama 10 kapsul satu persatu, beri identitas masing-masing kapsul. Keluarkan
isi masing-masing kapsul dengan cara yang sesuai. Timbang seksama tiap cangkang kapsul kosong
dan hitung bobot bersih dari isi tiap kapsul dengan cara mengurangkan bobot cangkang kapsul dari
masing-masing bobot bruto. Hitung jumlah zat aktif dalam tiap kapsul dari hasil penetapan kadar
masing-masing isi kapsul. Hitung nilai penerimaan.
3. Sediaan Injeksi
3.1.Keseragaman Bobot
Sediaan yang sebelum digunakan sebagai injeksi dilarutkan terlebih dahulu, harus memenuhi
syarat keseragaman bobot sebagai berikut :
Bobot yang Tertera dalam Etiket Batas Penyimpangan
Tidak lebih dari 120 mg ±10
Antara 120 mg dan 300 mg ±7,5
300 atau lebih ±5
3.2.Keseragaman Volume
Volume pada Etiket Volume tambahan yang dianjurkan
(ml) Cairan Encer Cairan Kental
0,5 0,10 ml 0,12 ml
1,0 0,10 ml 0,15 ml
2,0 0,15ml 0,25 ml
5,0 0,30 ml 0,50 ml
10,0 0,50 ml 0,70 ml
20,0 0,60 ml 0,90 ml
30,0 0,80 ml 1,20 ml
50,0 atau lebih 2% 3%
3.3.Pirogenitas
Sediaan injeksi harus bebas pirogen dan memenuhi syarat uji streilitas.
3.4.Pengawasan Dalam Proses (Ipc/In Process Control)
A. Pemeriksaan pH
a) Tujuan :Mengetahui pH suatu bahan atau sediaan dan untuk mengetahui kesesuaiannya
dengan persyaratan yang telah ditentukan.
b) Alat : pH meter
c) Prinsip :Pengukuran pH cairan uji berdasarkan beda potensial dari pasangan elektroda
menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi.
d) Prosedur :
- pH meter dikalibrasi terlebih dahulu menggunakan larutan dapar baku. Larutan dapar
baku yang dipilih ada dua, di mana pH larutan uji diperkirakan berada diantara pH kedua
larutan dapar baku tersebut dan mempunyai perbedaan pH tidak lebih dari 4 unit dengan
pH larutan uji.
- pH meter yang telah dikalibrasi digunakan untuk mengukur pH larutan.
f) Interpretasi: Sediaan memenuhi syarat jika larutan dalam wadah tidak menjadi biru dan
kertas saring atau kapas tidak basah.
E. Uji kejernihan dan warna
a) Tujuan : Untuk memeriksa bahwa setiap larutan obat suntik harus jernih dan bebas
darikotoran.
b) Prosedur: Wadah-wadah kemasan akhir diperiksa satu persatu dengan menyinariwadah dari
samping dengan latar belakang sehelai papan yang separuhnya dicat bewarna
hitam dan separuh lagi dicat berwarna putih. Latar belakang hitam dipakai untuk
menyelidiki kotoran yang berwarna muda, sedangkan berlatar putih untuk
kotoran-kotoran berwarna gelap.
c) Interpretasi : Memenuhi syarat jika tidak ditemukan kotoran dalam larutan.
F. Keseragaman sediaan
a) Tujuan : Menjamin keseragaman sediaan
b) Metode : (1) Keseragaman kandungan; (2) Keragaman Bobot
c) Prinsip : Menetapkan kadar sediaan satu per satu sesuai penetapan kadar dalam
masing-masing monografi kecuali dinyatakan lain dalam Uji Keseragaman
Kandungan.
d) Interpretasi :
Persyaratan untuk keseragaman sediaan dipenuhi jika nilai penerimaan dari 10 unit pertama
dosis tunggal lebih kecil atau sama dengan L 1%. Jika nilai penerimaan lebih besar dari L
1% lakukan pengujian 20 satuan berikutnya dan hitung nilai penerimaan. Persyaratan
terpenuhi jika nilai penerimaan akhir dari 30 satuan lebih kecil atau sama dengan L 1% dan
tidak satupun lebih kecil dari [1-L2*0,01]M atau tidak lebih dari [1+L2*0,01]M seperti yang
dinyatakan dalam perhitungan nilai penerimaan pada masing-masing Keseragaman
kandungan atau pada Keseragaman bobot. Kecuali dinyatakan lain pada masing-masing
monografi, L1 sama dengan 15,0 dan L2 sama dengan 25,0 (Depkes RI, 2014).
Injeksi Rekonstitusi
A. Waktu rekonstitusi
b) Tujuan : Menjamin sediaan mudah direkonstitusi dengan pengocokan sedang.
c) Prinsip : Menentukan waktu rekonstitusi yang diperlukan sejak cairan pembawa
dimasukkan ke dalam vial sampai serbuk terlarut sempurna.
d) Interpretasi : Waktu rekonstitusi yang baik kurang dari 30 detik.
(Depkes RI, 2014).
C. Bahan Partikulat
Konstitusikan larutan dengan cara seperti yang tertera pada etiket sediaan kering steril: larutan
tidak mengandung partikel bahan asing yang dapat dilihat secara visual.
3.6.Evaluasi Biologi
A. Uji sterilitas
a) Tujuan : Menetapkan apakah bahan Farmakope yang harus steril
memenuhi persyaratan berkenaan dengan uji sterilitas yang tertera pada masing-
masing monografi.
b) Persiapan:
Penyiapan media
Uji kesesuaian : uji sterilitas media, uji fertilitas media, penyimpanan
c) Prosedur:
Inokulasi langsung ke dalam media uji.
Teknik penyaringan membran.
d) Interpretasi:
Jika tidak terjadi pertumbuhan mikroba, maka bahan uji memenuhi syarat sterilitas. Jika
terbukti terjadi pertumbuhan mikroba, maka bahan uji tidak memenuhi syarat sterilitas,
kecuali dapat ditunjukkan bahwa uji tidak absah disebabkan oleh hal yang tidak
berhubungan dengan bahan uji. Uji dikatakan tidak absah jika satu atau lebih kondisi
dibawah ini dipenuhi:
Data pemantauan mikrobiologi terhadap fasilitas uji sterilitas menunjukkan
ketidaksesuaian.
Pengkajian prosedur uji yang digunakan selama pengujian menunjukkan
ketidaksesuaian.
Pertumbuhan mikroba ditemukan pada kontrol negatif
Setelah dilakukan identifikasi mikroba yang diisolasi dari hasil uji, pertumbuhan
mikroba (beberapa mikroba) dapat dianggap berasal dari kesalahan pada bahan uji, atau
teknik pengujian yang digunakan pada prosedur uji sterilitas.
Jika pengujian dinyatakan tidak absah, lakukan uji ulang dengan jumlah bahan yang sama
dengan uji awal. Jika tidak terbukti terjadi pertumbuhan mikroba pada uji ulang, maka contoh
memenuhi syarat uji sterilitas. Jika ditemukan pertumbuhan mikroba pada uji ulang,
makacontoh tidak memenuhi syarat uji sterilitas
5.4.Sediaan Infus
Persyaratan yang harus dipenuhi dalam pembuatan infus intravena, yaitu:
1. Sediaan steril berupa larutan atau emulsi (Departemen Kesehatan RI, 1995).
2. Bebas pirogen (Departemen Kesehatan RI, 1995).
3. Sedapat mungkin dibuat isotonis dan isohidris terhadap darah.
4. Infus intravena tidak mengandung bakterisida dan zat dapar.
5. Larutan untuk infus intravena harus jernih dan praktis bebas partikel.
6. Volume netto/volume terukur tidak kurang dari nilai yang ada pada etiket sediaan.
7. Memenuhi persyaratan lain yang tertera pada injeksi. Kecuali dinyatakan lain, syarat injeksi
meliputi:
Keseragaman volume
Keseragaman bobot
Pirogenitas
Sterilitas
Penyimpanan dalam wadah dosis tunggal
Penandaan: etiket menyatakan konsentrasi mosmol total dalam satuan mosmol/L
(Departemen Kesehatan RI, 1995).
Evaluasi Fisika
1. Uji Bahan Partikulat dalam Injeksi (suplemen FI IV, 1533-15)
Tujuan:
Menghitung partikel asing subvisibel dalam rentang ukuran tertentu.
Prinsip:
Prosedurnya dengan cara memanfaatkan sensor penghamburan cahaya, jika tidak memenuhi
batas yang ditetapkan maka dilakukan pengujian mikroskopik. Pengujian mikroskopik ini
menghitung bahan partikulat subvisibel setelah dikumpulkan pada penyaring membran
mikropori.
Hasil:
Penghamburan cahaya: hasil perhitungan jumlah total butiran baku yang terkumpul pada
penyaring harus berada dalam batas 20% dari hasil perhitungan partikel kumulatif rata-rata
per mL.
Mikroskopik: injeksi memenuhi syarat jika partikel yang ada (nyata atau menurut
perhitungan) dalam tiap unit tertentu diuji melebihi nilai yang sesuai dengan yang tertera
pada FI.
3. Uji Kejernihan:
Uji kejernihan untuk larutan steril adalah dengan menggunakan latar belakang putih dan hitam
di bawah cahaya lampu untuk melihat ada tidaknya partikel viable.
Evaluasi Biologi
1. Uji Sterilitas (suplemen FI IV, 1512-1519)
Tujuan:
Menetapkan apakah sediaan yang harus steril memenuhi syarat berkenaan dengan uji sterilitas
seperti tertera pada masing-masing monografi.
Prinsip:
Menguji sterilitas suatu bahan dengan melihat ada tidaknya pertumbuhan mikroba pada
inkubasi bahan uji menggunakan cara inokulasi langsung atau filtrasi secara aseptik. Media
yang digunakan adalah Tioglikonat cair dan Soybean Casein Digest
Hasil:
Memenuhi syarat jika tidak terjadi pertumbuhan mikroba setelah inkubasi selama 14 hari. Jika
dapat dipertimbangkan tidak absah maka dapat dilakukan uji ulang dengan jumlah bahan yang
sama dengan uji aslinya.
7. Uji Pirogen untuk volume sekali penyuntikan > 10 mL (FI IV, 908-909)
Tujuan:
Untuk membatasi resiko reaksi demam pada tingkat yang dapat diterima oleh pasien pada
pemberian sediaan injeksi.
Prinsip:
Pengukuran kenaikan suhu kelinci setelah penyuntikan larutan uji secara IV dan ditujukan
untuk sediaan yang dapat ditoleransi dengan uji kelinci dengan dosis penyuntikan tidak lebih
dari 10 mL/kg bb dalam jangka waktu tidak lebih dari 10 menit.
Prosedur:
Penyiapan Endotoksin dan LAL
a. Penyiapan Endotoksin
Standar kontrol endotoksin yang tersedia adalah 2500 EU/vial. Sebanyak 10 mL LAL
Reagent Water dimasukkan ke dalam vial endotoksin sehingga diperoleh endotoksin 250
EU/mL. Kemudian dilakukan pengenceran endotoksin sebagai berikut :
1. Endotoksin 25 EU/mL
Sebanyak 1 mL endotoksin 250 EU/mL ditambah dengan 9 mL LAL Reagent Water
(LRW).
2. Endotoksin 2,5 EU/mL
Sebanyak 1 mL endotoksin 25 EU/mL ditambah dengan 9 mL LRW.
3. Endotoksin 0,5 EU/mL
Sebanyak 1 mL endotoksin 2,5 EU/mL ditambah dengan 4 mL LRW.
b. Penyiapan LAL
Pereaksi LAL yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pyrotell® LAL Single Test Vial
yang hanya dapat digunakan untuk sekali pakai. Sensitivitas dari LAL ini adalah sebesar
0,25 EU/mL. Vial yang berisi LAL dapat langsung digunakan untuk menguji endotoksin
dalam sediaan injeksi natrium klorida yang telah dibuat.
Prosedur Metode Gel-Clot
a. Kontrol positif
Penelitian dilakukan di dalam Laminar Air Flow (LAF). Pyrosol® Reconstitution Buffer
dimasukkan ke dalam larutan endotoksin 0,5 EU/mL sebanyak 2-3 tetes sampai diperoleh
pH dengan rentang 6-8 . Kemudian larutan endotoksin yang telah ditambah buffer diambil
sebanyak 0,2 mL menggunakan mikropipet dan dimasukkan ke dalam Pyrotell® LAL
Single Test Vial (STV). Campuran dalam vial dikocok menggunakan pencampur vortex
selama 1-2 detik, kemudian vial dimasukkan ke dalam inkubator dan diinkubasi pada suhu
37±1oC selama 60±2 menit.
b. Kontrol Negatif
Pyrosol® Reconstitution Buffer dimasukkan ke dalam LAL Reagent Water (LRW)
sebanyak 2-3 tetes sampai diperoleh pH dengan rentang 6-8 . Kemudian LRW yang telah
diberi buffer diambil sebanyak 0,2 mL menggunakan mikropipet dan dimasukkan ke dalam
Pyrotell® LAL Single Test Vial. Campuran dalam vial dikocok menggunakan pencampur
vortex selama 1-2 detik, kemudian vial dimasukkan ke dalam inkubator dan diinkubasi
pada suhu 37±1oC selama 60±2 menit.
c. Pengujian Sediaan Injeksi Intravena
(Syah, dkk., 2009).
Hasil:
Setiap penurunan suhu dianggap nol. Sediaan memenuhi syarat bila tak seekor kelinci pun dari
3 kelinci menunjukkan kenaikan suhu 0,5° atau lebih. Jika ada kelinci yang menunjukkan
kenaikan suhu 0,5° atau lebih lanjutkan pengujian dengan menggunakan 5 ekor kelinci. Jika
tidak lebih dari 3 ekor dari 8 ekor kelinci masing-masing menunjukkan kenaikan suhu 0,5°
atau lebih dan jumlah kenaikan suhu maksimum 8 ekor kelinci tidak lebih dari 3,3° sediaan
dinyatakan memenuhi syarat bebas pirogen.
3. inj 50 mg /mL √ √
4. inj 150 mg/mL √ √