Anda di halaman 1dari 20

BAB II

PEMBAHASAN

I. PENGERTIAN KANKER

Kanker ialah suatu penyakit sel dengan ciri gangguan atau kegagalan mekanisme yang
mengatur multiplikasi dan fungsi homeostasis lainnya pada organisme multiseluler. Sifat
umum dari kanker adalah sebagai berikut: (1) pertumbuhan berlebihan umumnya berbenuk
tumor; (2) gangguan deferensiasidari sel dan jaringan; (3) bersifat invasif, mampu tumbuh
dijaringan sekitarnya; (4) bersifat metastatik, menyebar ketempat lain dan menyebabkan
pertumbuhan baru; (5) memiliki heriditas bawaan (acquired heridity) yaitu, turunan sel kanker
juga dapat menimbulkan kanker; (6) pergeseran metabolisme kearah pembentukan
makromolekul dari nukleosis dan asam amino serta peningkatan katabolisme karbohidrat untuk
energi sel.

Sel kanker nengganggu tuan rumah karena menyebabkan (1) desakan akibat
pertumbuhan tumor; (2) penghancuran jaringan tempat tumor berkembang atau bermetastasis
dan (3) gangguan sistemik lain sebagai akibat sekunder dari pertumbuhan sel kanker.

II. PENYEBAB KANKER

Kanker adalah penyakit yang 90-95% kasusnya disebabkan faktor lingkungan dan 5-
10% karena faktor genetik. Faktor lingkungan yang biasanya mengarahkan kepada kematian
akibat kanker adalah tembakau (25-30%), diet dan obesitas (30-35 %), infeksi (15-20%),
radiasi, stres, kurangnya aktivitas fisik, polutan lingkungan.

 Faktor genetik
Faktor genetik atau disebut juga faktor keturunan juga menjadi penyebab memiliki
resiko peling tinggi untuk menderita kanker. Jenis knker yang sering diturunkan
dalam faktor genetik yaitu kanker payudara, kanker kulit, kanker indung telur dan
kanker usus besar.
 Faktor gaya hidup
Gaya hidup juga menjadi faktor timbulnya penyakit kanker. Gaya hidu yang
dimaksud seperti merokok, mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung
lemak, daging yang diawetkan, peminum minuman beralkohol dan perilaku seksual
yaitu melakukan hubungan intim diusia dini dan sering berganti ganti pasangan.
 Faktor radiasi
Radiasi ionisasi (yang merupakan karsinogenik) digunakan dalam sinar rontgen
dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga nuklir dan ledakan bom atom yang bisa
menjangkau jarak yang sangat jauh. Contoh, orang yang selamat dari bom atom di
Hiroshima dan Nagasaki pada Perang Dunia II, berisiko tinggi menderita kanker sel
darah, seperti Leukemia.
 Faktor virus
Virus Papilloma menyebabkan kutil alat kelamin (genitalis) agaknya merupakan salah
satu penyebab kanker leher rahim pada wanita. Virus Sitomegalo menyebabkan
Sarkoma Kaposi (kanker sistem pembuluh darah yang ditandai oleh lesi kulit
berwarna merah). Virus Hepatitis B dapat menyebabkan kanker hati. Virus Epstein –
Bar (di Afrika) menyebabkan Limfoma Burkitt, sedangkan di China virus ini
menyebabkan kanker hidung dan tenggorokan. Ini terjadi karena faktor lingkungan
dan genetik. Virus Retro pada manusia misalnya virus HIV menyebabkan limfoma
dan kanker darah lainnya.
 Faktor emosional
Emosional disini yang dimaksudkan adalah stres. Stres berat menyebabkan
ganggguan keseimbangan seluler tubuh. Keadaan tegang terus menerus dapat
mempengaruhi sel, dimana sel jadi hiperaktif dan berubah sifat menjadi ganas
sehingga menyebabkan kanker.
 Faktor infeksi
Parasit Schistosoma (bilharzia) dapat menyebabkan kanker kandung kemih karena
terjadinya iritasi menahun pada kandung kemih. Namun penyebab iritasi menahun
lainnya tidak menyebabkan kanker. Infeksi oleh Clonorchis yang menyebabkan
kanker pankreas dan saluran empedu. Helicobacter Pylori adalah suatu bakteri yang
mungkin merupakan penyebab kanker lambung, dan diduga bakteri ini menyebabkan
cedera dan peradangan lambung kronis sehingga terjadi peningkatan kecepatan siklus
sel.
 Faktor gangguan keseimbangan hormon
Hormon estrogen berfungsi merangsang pertumbuhan sel yang cenderung mendorong
terjadinya kanker, sedangkan progesteron melindungi terjadinya pertumbuhan sel
yang berlebihan. Ada kecenderungan bahwa kelebihan hormon estrogen dan
kekurangan progesteron menyebabkan meningkatnya risiko kanker payudara, kanker
leher rahim, kanker rahim dan kanker prostat dan buah zakar pada pria.
 Faktor Makanan
Makanan juga dapat menjadi faktor risiko penting lain penyebab kanker, terutama
kanker pada saluran pencernaan. Makanan yang sering menjadi penyebab adalah :
Makanan yang diasap dan diasamkan (dalam bentuk acar), minuman yang
mengandung alkohol, zat pewarna makanan, Logam berat seperti merkuri yang sering
terdapat pada makanan laut yang tercemar, berbagai makanan (manis,tepung) yang
diproses secara berlebihan.
 Faktor radikal bebas
Radikal bebas adalah suatu atom, gugus atom, atau molekul yang mempunyai electron
bebas yang tidak berpasangan dilingkaran luarnya.

III. MEKANISME KERJA SEL

Tumor dapat berada dalam 3 keadaan: (1) yang sedang membelah (siklus proliferatif);
(2) yang dalam keadaan istirahat (tidak membelah) dan (3) yamg secatra permanen tidak
membelah. Sel tumor yang sedang membelah terdapat dalam beberapa fase, yaitu: Fase
Mitosis (M), pasca Mitosis (G1), fase sintesis DNA (fase S), fase pra mitosisd (G2). Pada
akhir fase G1 terjadi peningkatan RNA disusul dengan fase S yang merupakan saat terjadinya
replikasi DNA. Setelah fase S berakhir, sel masuk dalam fase pra mitosis (G2) dengan ciri: sel
berbentuk tetraploid, mengandung DNA dua kali lebih banyak dari fase lain dan masih
berlangsungnya sintesis RNA dan protein. Sewaktu mitosis berlangsung (fase M) sintesis
protein dan RNA berkurang secara tiba-tiba dan terjadi pembelahan menjadi 2 sel. Setelah itu
sel dapat memasuki interfase untuk kembali memasuki fase G1, saat sel berproliferasi, atau
memasuki fase istirahat (G0). Sel dalam fase G0 yang masih potensial untuk berproliferasi
disebut sel klonogenik atau sel induk (stem cell). Jadi yang menambah jumlah sel kanker ialah
sel yang dalam siklus proliferasi dan dalm fase G0.
S G2 M
fase sintesis pramitosis fase Mitosis

G1
pasca Mitosis

G0
fase istirahat

Ditinjau dari siklus sel, obat dapat digolongkan menjadi 2 golongan. Yang pertama
ialah yang memperlihatkan toksisitas selektif terhadap fase-fase tertentu dari siklus sel yang
disebul zat cell cycle-specific (CCS), misalnya vinkristin, vinblastin, merkaptopurin,
hidroksirea, metotreksat dan asparaginase. Zat CCS ini terbukti efektif terhadap kanker yang
berproliferasi cepat, misalnya kanker sel darah. Golongan ke dua ialah zat Cell Cycle-
NonSpecific (CCNS), misalnya zat alkilator, antibiotik antikanker (daktinomisin,
daunorubisin, doksorubisin, plikamisin, mitomisin), sisplatin, prokarbazin dan nitrosourea/
perbedaan kerja tersebut lebih bersifat relatif dari pada absolut karena banyak zat yang
tergolong CCNS lebih aktif terhadap sel yang berproliferasi dan terhadap sel-sel yang sedang
dalam fase siklus tertentu. Misalnya, bila sel DNA klonogenik yang telah teralkilasi diperbaiki
sebelim sel memasuki fase S, maka sel tersebut tidak dipengaruhi oleh zat alkilator.

Dalam penelitian didapatkan bahwa terjadi sinergisme antara vinblastin dan sitarabin
yang diberikan 16 jam kemudian pada tikus dengan sel leukemik L 1210. Sinergisme tidak
terlihat bila obat diberikan serentak. Hal tersebut disebabkan vinblastin menghentikan aktivitas
sel pada fase M dengan akibat populasi sel berada pada fase yang sama yaitu fase M. Kira-kira
setelah vinbastin diberikan, semua sel berada dalam fase S yang sensitif terhadap sitarabin.
Penelitan pengaruh obat terhadap siklus sel diharapkan dapat menemukan kombinasi obat yang
sesuai untuk tiap-tiap jenis kanker.

IV. KLASIFIKASI ANTI KANKER


Golongan Sub golongan Obat
Alkilator Mustar nitogen Mekloretamin
Siklofosfamid
Ifosfamid
Melfalan
Klorambusil
Etilenamin & metilmelamin Trietilen-melamin (TEM)
Thiotepa
Metilhidrazin Prokarbazin
Alkil sulfonat Busulfan
Nitrosourea Karmustin (BCNU)
Lomustin (CCNU)
Semustin (metil CCNU)
Streptozotosin
Platinum Sisplatin
Karboplatin
Oksaliplatin
Antimetabolit Analog pirimidin 5-fluorourasil
Sitarabin
6-azauridin
Floksuridin (FUDR)
Gemsitabin
Analog purin 6-merkaptopurin
6-tioguanid (T6)
Fludarabin, pentostatin
Antagonis folat Metotreksat
Pemetreksed
Produk Alkaloid vinka Vinblastin (VLB)
alamiah Vinkristin (VCR)
Vinorelbin
Taksan Paklitaksel
Dosetaksel
Epipodofilotoksin Etoposid
Teniposid
Kamptotesin Irinotekan
Topotekan
Antibiotik Daktinomisin (aktinomisin D)
Antrasiklin:
Daunorubisin
Doksorubisin
Mitramisin
Antrasenedion:
Mitoksantron
Mitomisin
Bleomisin
L-asparaginase
Enzim
Hormon dan Adrenokortikosteroid Prednison
atagonis Hidrokortison
Progestin Hidroksiprogesteron kaproat
Medroksiprogesteron asetat
Megestrol asetat
Estrogen Dietilstilbestrol
Etinil estradiol
Antiestrogen Tamoksifen, toremifen
Androgen Testosteron propionat
Fluoksimesteron
Antiandrogen Flutamid
Penghambat Mitotan, aminoglutetimid
adrenokortikoid Leuprolid
Analog GRH Anastrozol, letrozol, eksemestan
Penghambat aromatase
Lain-lain Substitusi urea Hidroksiurea
Derivat metilhidrazin Prokarbazin
Diferentiating agent Tretinoin, arsen trioksid
Penghambat tiroksin kinase Imatinib
Gefitinib
Penghambat preteosom Bortezumib
Modulator respon biologik Interferon alfa, interleukin 2
Antibodi monoklonal Rituksimab
Alemtuzumab
Semtuzumab

V. KERJA ANTIKANKER PADA PROSES DALAM SEL

Pada umumnya, kerja antikanker berdasarkan atas gangguan pada salah satu proses sel
yang esensial. Karena tidak ada perbedaan kualitatif antara sel kanker dengan sel normal, maka
semua antikanker bersifat menggangu sel normal maka semua antikanker bersifat mengganggu
sel normal dan bersifat sitotoksik dan bukan kankerosid atau kankerotoksik yang selektif.

ALKILATOR

Berbagai alkilator menunjukkan persamaan cara kerja yaitu melalui


pembentukan ion karbonium (alkil) atau kompleks lain yang sangat reaktif. Gugus alkil
ini kemudian berikatan secara kovalen dengan berbagai nukleofilik penting dalam
tubuh, misalnya fosfat, amino, sulfhidril, hidroksil, karboksil, atau gugus imidazol.
Efek sitostatik maupun efek sampingnya berhubungan langsung dengan terjadinya
alkilasi DNA ini.

Resistensi sel kanker terhadap alkilator dapat terjadi melalui berbagai


mekanisme, antara lain peningkatan kemampuan memperbaiki DNA yang rusak (DNA
repaire), penurunan permeabilitas terhadap alkilator, dan peningkatan produksi
glutation yang dapat menonaktifkan zat alkilator.

ANTIMETABOLIT

Antipurin dan antipirimidin mengambil tempatpurin dan pirimidin dalam


pembentukan nukleosida sehingga mengganggu berbagai reaksi penting dalam tubuh.
Penggunaannya sebagai obat kanker didasarkan atas kenyataanya bahwa metabolisme
purin dan pirimidin lebih tinggi pada sel kanker daripada sel normal. Dengan demikian
penghambat sintesis DNA sel kanker lebih dari terhadap sel normal.
PRODUK ALAMIAH

Berbagai obat yang berasal dari alam (tumbuhan dan hewan) yang digunakan
sebagai anti kanker yaitu:

 Alkaloid vinka (Vinkristin dan Vinblastin)


Berikatan secara spesifik dengan tubulin, komponen protein mikrotubulus,
spindle mitotik, dan memblok polimerisasinya. Akibatnya terjadi disolusi
mikrotubulus, sehinggs sel terhenti dalam metafase. Kelompok obat ini disebut
juga sebagai spindle poison.
 Taksan
Paklitaksel dan dosetaksel bekerja dengan mekanisme yang sama dengan
alkaloid vinka, yaitu sebagai racun spindle.
 Epipodofilotoksin
Etoposid dan teniposid membentuk kompleks tersier dengan topoisomerase II
dan DNA sehingga mengganggu penggabungan kembali DNA yang secara
normal dilakukan oleh topoisomerase. Enzim tetap terikat pada ujung bebas
DNA dan menyebabkan akumulasi potongan-potongan DNA. Selanjutnya
terjadi kematian sel.
 Kamptotesin
Irinotekan dan tapotekan merupakan bahan alami berasal dari tanaman
Camptotheca acuminata yang bekerja menghambat topoisomerase I, enzim
yang bertanggung jawab dalam proses pemotongan dan penyambungan kembali
ranta tunggal DNA. Hambatan enzim ini menyebabkan kerusakan DNA.
 Antibiotik
Antrasiklin (daunorubisin, doksorubisin, mitramisin)berinterkalasi engan DNA
sebagai template dan pertukaran sister chromatid terganggu dan untai DNA
putus. Antrasiklin juga bereaksi dengan sitokrom P450 reduktase yang dengan
adanya NADPH membentuk zat perantara, yang kemudian bereaksi dengan
oksigen menghasilkan radikal bebas yang menghancurkan sel. Pembentukan
radikal bebas ini dirangsang oleh adanya Fe.
 Aktinomisin
Menghambat polimerse RNA yang dependen terhadap DNA, karena
terbentuknya kompleks antara obat dengan DNA. Selain itu aktinomosin juga
menyebabkan putusnya rantai tunggal DNA mungkin berdasarkan terbentuknya
radikal bebas atau akibat kerja topoisomerase II.
 Bleomisin
Bersifat sitotoksik berdasarkan kemampuannya memecahkan DNA, in vitro
bleomisin menyebabkanakumulasi sel pada fase G2 dan banyak sel
memperlihatkan aberasi kromosom termasuk fragmentasi dan translokasi
kromatid.
 Enzim
Asparaginase merupakan katalisator enzim yang berperan dalam hidrolisis
asparagin menjadi asam aspartat dan amonia. Dengan demikian sel kanker
kekurangan asparaginase yang berakibat kematian sel ini.

VI. EFEK SAMPING

Antikanker merupakan obat yang indeks terapinya sempit. Semuanya dapat


menyebabkan efek toksik berat, yang mungkin sampai menyebabkan kematian secara langsung
maupun tidak langsung. Karena antikanker umumnya bekerja pada sel yang sedang aktif, maka
efek sampingnya juga terutama mengenai jaringan dengan proliferasi tinggi yaitu: sistem
homopoetik dan gastrointestinal.

 Alkilator
Dapat menyebabkan depresi hemopoetik yang ireversibel, terutama bila
diberikan setelah pengobatan antikanker lain atau setelah radiasi. Siklofosfamid
paling kurang menyebabkan trombositopenia dibanding dengan alkilator lain.
Frekuensi kejadian reaksi gastrointestinal dan sakit kepala lebih tinggi dengan
mekloretamin dibanding dengan alkilator yang lain. Sifat iritatifnya dapat
menyebabkan nekrosis pada ekstravasasi obat. Stomatitis aftosa lebih jarang
terjadi dengan alkilator daripada dengan antimetabolit.
 Antimetabolit
Selain menyebabkan depresi hemopoetik dangangguan saluran cerna, sering
menyebabkan stomatitis aftosa. Efek samping ini paling sering terjadi setelah
pemberian metrotreksat, fluorourasil dan sesekali setelah pemberian
merkaptopurin. Stomatitis, diare, trombositopenia, leukopenia atau setiap
penurunan mendadak hitung jenis leukosit dan trombosit merupakan indikasi
penghentian terapi. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya ulserasi pada
saluran cerna bagian distal, infeksi dan hemoragi yang berakibat fatal.
Antimetabolit dikontra indikasikan pada pasien dengan status gizi buruk,
leukopenia berat atau trombositopenia. Kondisi ini cenderung terjadi pada
pasien yang baru mengalami pembedahan, radiasi atau akibat pengobatan
dengan sitostatik. Pada pasien dengan gangguan hati dan ginjal dosis harus
disesuaikan berdasarkan respon pasien, status fungsi hati dan ginjal harus
dimonitor.
Berbeda dengan antikanker lain, efek toksikasparaginase terhadap sum-sum
tulang minimal, demikian juga kerusakan pada saluran cerna. Sayangnya obat
ini toksik terhadap hati, ginjal, pankreas, SSP dan mekanisme pembekuan
darah. Gangguan pada hati terjadi pada 50% kasus. L-asparaginase menekan
sistem imun dan terlihat dari hambatannya pada sintesis antibodi dan proses
imun lainnya. Asparaginase bersifat antigenik; reaksi alergi ringan sampai
anafilaksis dilaporkan terjadi pada 5-20% pasien.

VII. OBAT-OBAT HORMON PEMICU KANKER

 Hormone estrogen

Estrogen merupakan salah satu penyebab terjadinya kanker payudara. Estrogen


merupakan hormon kelamin sekunder yang berfungsi untuk membentuk dan mematangkan
organ kelamin wanita (salah satunya payudara) selama pubertas. Estrogen memicu
pertumbuhan dan pematangan sel di organ kelamin wanita yang disebut sel duct, dimana
sel duct ini kemudian akan membelah secara normal. Saat-saat pematangan sel duct ini
merupakan saat yang paling rentan sel duct tersebut terkena mutasi. Jika ada satu sel yang
mengalami mutasi akibat faktor keturunan, radiasi, radikal bebas, dll maka sel tersebut
dapat membelah secara berlebihan yang seterusnya berkembang menjadi kanker. Dari sini
dapat disimpulkan bahwa estrogen merupakan salah satu faktor yang bertanggung jawab
terhadap resiko terjadinya kanker payudara.

 Pil KB dan DES (diethylstilbestrol)

Riste menemukan, pnggunaan pil KB dalam jangka panjang dapat meningkatkan


resiko terjadinya kanker serviks.
 Thyrax

Thyrax adalah obat yang berisi levothyroxin, yaitu hormon sintetik untuk tiroksin
(salah satu hormon tiroid). Levothyroxin diberikan untuk kondisi-kondisi dimana
seseorang tidak mampu memproduksi hormon tiroid pada jumlah yang cukup, misalnya
pada penderita hipotiroid. Jika terlalu berlebihan maka akan menimbulkan hipertiroidisme.
Dan memungkinkan akan timbul kanker tiroid. Kanker tiroid terjadi karena adanya mutasi
pada sel – sel tiroid sehingga tumbuh dan berkembang dengan cepat. Selain itu sel – sel
tiroid juga kehilangan kontrol untuk mati secara normal sehingga sel – sel penyakit kanker
tiroid memiliki umur yang panjang dibandingkan sel – sel tiroid yang normal. Kumpulan
sel – sel abnormal tiroid ini membentuk tumor dan memiliki kemampuan untuk menyebar
ke seluruh tubuh untuk menjadi sebuah tumor baru di bagian tubuh yang baru.

VIII. PEMBERIAN KEMOTERAPI

Kemoterapi merupakan terapi kanker menggunakan obat-obatan dengan tujuan

untuk menghentikan pertumbuhan sel kanker, baik dengan membunuh sel secara

langsung maupun dengan menghentikan pembelahan selnya. Jenis kemoterapi terdiri dari

kemoterapi berdasarkan jumlah obat sitotatik dan kemoterapi beradasarkan tahapan

terapi. Kemoterapi berdasaran jumlah obat sitoatik yaitu kemoterapi tunggal dan

kemoterapi kombinasi. Sedangkan kemoterapi beradasarkan tahapan terapi yaitu

kemoterapi ajuvan, neoajuvan dan Concurrent. Rute pemberian kemoterapi secara

intravena, intratekal intraventrikular, intrapleural, intraperitoneal, intravesika dan oral.

Tidak seperti antibiotik yang hanya membunuh bakteri dan membiarkan

sel normal di sekitar kanker tetap hidup,

kemoterapi juga dapat membunuh sel

normal.

Kejadian inilah yang disebut efek samping yang mengenai sel darah

(eritrosit, lekosit, lekosit, trombosit), sel rambut, kulit, organ-organ tubuh

lain (jantung, paru, hati) dan sel dalam saluran cerna.


Pemakaian obat

sitostatik (kemoterapi sitotoksik) telah berkembang dengan pesat dalam beberapa

dasawarsa ini. Lima puluh tahun yang lalu, di luar radioterapi dan pembedahan,

tidak ada obat yang dapat mengobati penyakit keganasan yang meluas. Saat ini

keadaannya sudah berubah, dan obat sitostatik telah memperbaiki prognosis

banyak penyakit keganasan sungguh pun masih banyak pemeriksaan dan

pengalaman harus dilakukan dan diteliti. Secara tidak langsung, pengembangan

obat-obatan tersebut juga telah berperan dalam perkembangan (ilmu) onkologi

medis, karena pemberian sitostatik itu sendiri membutuhkan pengembangan dan

kemajuan dalam banyak bidang ilmu dasar dan penunjang lainnya seperti nutrisi,

imunologi, farmakokinetik, dan sebagainya. Konsep mengenai pemberian

kemoterapi kanker didasarkan pada siklus petumbuhan dan pembelahan sel, sifat

sel kanker itu sendiri yang berbeda dari sel normal, dan sasaran yang dapat

dicapai.

Kemoterapi bersifat sistemik dan hanya dihalangi oleh pembatasan

anatomik pasca bedah dan efek radiasi, dan pengaruhnya tetap ada

walaupun tumor sudah menyebar.

Dalam jaringan tubuh selalu didapatkan sejumlah sel yang sedang berada

dalam siklus membelah diri (proliferasi). Pada jaringan yang terkena kanker,

jumlah sel yang berasa dalam siklus membelah diri ini jauh lebih besar. Proses

terjadinya kanker bukanlah berupa suatu proses yang sederhana, diperlukan

beberapa tahap dan banyak faktor yang menyebabkan atau mempengaruhi suatu

sel normal berubah menjadi kanker.

Ada empat macam teori mekanisme

timbulnya kanker (karsinogenesis), yaitu mutasi somatik, penyimpangan

dinisme diferensiasi sel (perkembangan sel), aktivasi virus dan seleksi sel

.
Hasil akhirnya sama yaitu terjadinya defek pengaturan proliferasi sel dengan

timbulnya replikasi pada waktu dan lokasi tubuh yang salah.

Khasiat antikanker sebagian besar obat sitostatik disebabkan oleh

kemampuan obat tersebut dalam menghambat pembentukan DNA dalam sel.

Seperti diketahui, DNA mempunyai dua fungsi penting, yaitu sebagai lahan bagi

duplikasi dirinya (proses baru selesai bila sudah terbentuk DNA dalam jumlah

yang dua kali lipat sebelumnya) dan pembentukan RNA untuk sintesis protein.

Pemberian kemoterapi direncanakan berdasarkan hasil pengamatan terhadap

perbedaan reaksi sel tumor dan sel normal terhadap obat sitostatik, zat anti

neoplastik (radiasi, obat) terutama

efektif dalam fase pertumbuhan sel. Hal ini

mendasari pertimbangan para ahli dalam pemberian kemoterapi kanker.

Pemahaman mengenai sitostatik dan dasar pemakaiannya memerlukan

pengertian akan siklus sel, yaitu rangkaian kejadian yang terjadi pada pembelahan

sel atau mitosis.

Sesudah suatu sel bermitosis (fase M), ia masuk ke dalam fase G1

(Gap-1). Dalam fase G1 inilah sel tersebut aktif membentuk RNA dan protein.

Setelah melampaui fase G1 barulah sel tersebut masuk ke dalam fase S (synthesis)

di mana dalam sel tersebut dibentuk DNA mencapai 2 kali lipat. Barulah

kemudian sel ini masuk dalam fase G2 (Gap-2). Selama fase G-2 sel tersebut aktif

lagi membentuk RNA dan protein. Setelah melampaui fase G2 barulah sel tersebut

dapat membelah menjadi dua. Patut diperhatikan bahwa fase S, G2 dan M selalu

konstan lamanya, hanya fase G1 yang dapat berubah-ubah.

Apalagi suatu sel

aktif berproliferasi, maka fase G1 ini menjadi pendek, pada sel sel yang

lambat berproliferasi fase G-1 amat panjang.

Obat-obat yang termasuk


golongan fase spesifik biasanya tidak berefek pada tumor dengan fase G1 yang

panjang.

PRINSIP KEMOTERAPI KANKER

Suatu tumor ganas harus dianggap sebagai jumlah sel yang seluruhnya harus dibasmi
(total all-killed). Perpanjangan hidup pasien berbanding langsung dengan jumlah sel yang
berhasil dibasmi dengan pengobatan.

 Jumlah sel. Kanker baru dapat dideteksi bila jumlah sel kanker kira-kira 109.
Jumlah yang dapat dibasmi diperkirakan 99,9%, jadi sel kanker yang tersisa
sekuramg-kurangnya 106 sel. Jelas sulit mencapai pembasmian total, karena itu
diperlukan pengobatan jangka panjang.
 Adanya hubungan dosis-respon yang jelas. Berkurangnya sel kanker ternyata
berbanding lurus dengan dosis. Pertimbangan untung rugi harus dilakukan
secara sangat cermat.
 Diperlukan jadwal pengobatan yang tepat. Untuk dosis total yang sama,
pemberian dosis dasar secara intermiten memberikan hasil yang lebih baikdan
imunosupresi yang lebih ringan dibandingkan dengan pemberian dosis kecil
setiap hari.
 Kemoterapi harus dimulai sedini mungkin. Hal ini didasarkan atas kenyataan
bahwa pada keadaan dini jumlah sel kanker lebih sedikit dan fraksi sel kanker
yang dalam pertumbuhan (yang sensitif terhadap obat) lebih besar.
 Kemoterapi harus tertuju kepada sel kanker. Tanpa menyebabkan gangguan
menetap pada jaringan normal. Obat kanker yang ada pada saat ini umumnya
bersifat sitotoksik, baik terhadap sel normal maupun sel kanker.
 Sifat pertumbuhan tumor ganas. Harus menjadi pertimbangan, pertumbuhan
tumor mengikuti fungsi Gompertzian (mula-mula bersifat eksponensial
kemudian bersifat lambat).
 Efek selektif relatif. Beberapa sitostatik dan hormon memperlihatkan efek
selektif relatif terhadap sel dengan tipe histologik tertentu.
 Terapi kombinasi. Dasar pemberian dua atau lebih antikanker ialah untuk
mendapatkan sinergisme tanpa menambah toksisitas.

IX. CARA PEMBERIAN KEMOTERAPI


Secara umum kemoterapi bisa digunakan dengan 4 cara kerja yaitu :

1. Sebagai neoadjuvan yaitu pemberian kemoterapi mendahului pembedahan dan radiasi.


2. Sebagai terapi kombinasi yaitu kemoterapi diberikan bersamaan dengan radiasi pada
kasus karsinoma stadium lanjut.
3. Sebagai terapi adjuvan yaitu sebagai terapi tambahan paska pembedahan dan atau
radiasi.
4. Sebagai terapi utama yaitu digunakan tanpa radiasi dan pembedahan terutama pada
kasus kasus stadium lanjut dan pada kasus kanker jenis hematologi (leukemia dan
limfoma).

Menurut prioritas indikasinya terapi terapi kanker dapat dibagi menjadi dua yaitu terapi
utama dan terapi adjuvan (tambahan/ komplementer/ profilaksis).

 Terapi utama dapat diberikan secara mandiri, namun terapi adjuvan tidak dapat
mandiri, artinya terapi adjuvan tersebut harus meyertai terapi utamanya.
Tujuannya adalah membantu terapi utama agar hasilnya lebih sempurna.
 Terapi adjuvan tidak dapat diberikan begitu saja tetapi memiliki indikasi yaitu
bila setelah mendapat terapi utamanya yang maksimal ternyata :

 kankernya masih ada, dimana biopsi masih positif


 kemungkinan besar kankernya masih ada, meskipun tidak ada bukti
secara makroskopis.
 pada tumor dengan derajat keganasan tinggi ( oleh karena tingginya
resiko kekambuhan dan metastasis jauh).

Berdasarkan saat pemberiannya kemoterapi adjuvan pada tumor ganas dibagi menjadi :

1. neoadjuvant atau induction chemotherapy


2. concurrent, simultaneous atau concomitant chemoradiotherapy
3. post definitive chemotherapy

X. EFEK SAMPING KEMOTERAPI


Agen kemoterapi tidak hanya menyerang sel tumor tapi juga sel normal yang membelah
secara cepat seperti sel rambut, sumsum tulang dan Sel pada traktus gastro intestinal. Akibat
yang timbul bisa berupa perdarahan, depresi sum-sum tulang yang memudahkan terjadinya
infeksi. Pada traktus gastro intestinal bisa terjadi mual, muntah anoreksia dan ulserasi saluran
cerna. Sedangkan pada sel rambut mengakibatkan kerontokan rambut.

Jaringan tubuh normal yang cepat proliferasi misalnya sum-sum tulang, folikel rambut,
mukosa saluran pencernaan mudah terkena efek obat sitostatika. Untungnya sel kanker
menjalani siklus lebih lama dari sel normal, sehingga dapat lebih lama dipengaruhi oleh
sitostatika dan sel normal lebih cepat pulih dari pada sel kanker.

Efek samping yang muncul pada jangka panjang adalah toksisitas terhadap jantung,
yang dapat dievaluasi dengan EKG dan toksisitas pada paru berupa kronik fibrosis pada paru.
Toksisitas pada hepar dan ginjal lebih sering terjadi dan sebaiknya dievalusi fungsi faal hepar
dan faal ginjalnya. Kelainan neurologi juga merupakan salah satu efek samping pemberian
kemoterapi.

Untuk menghindari efek samping intolerable, dimana penderita menjadi tambah sakit
sebaiknya dosis obat dihitung secara cermat berdasarkan luas permukaan tubuh (m2) atau
kadang-kadang menggunakan ukuran berat badan (kg). Selain itu faktor yang perlu
diperhatikan adalah keadaan biologik penderita. Untuk menentukan keadaan biologik yang
perlu diperhatikan adalah keadaan umum (kurus sekali, tampak kesakitan, lemah sadar baik,
koma, asites, sesak, dll), status penampilan (skala karnofsky, skala ECOG), status gizi, status
hematologis, faal ginjal, faal hati, kondisi jantung, paru dan lain sebagainya.

Penderita yang tergolong good risk dapat diberikan dosis yang relatif tinggi, pada poor
risk (apabila didapatkan gangguan berat pada faal organ penting) maka dosis obat harus
dikurangi, atau diberikan obat lain yang efek samping terhadap organ tersebut lebih minimal.

Efek samping kemoterapi dipengaruhi oleh :

1. Masing-masing agen memiliki toksisitas yang spesifik terhadap organ tubuh


tertentu.
2. Dosis.
3. Jadwal pemberian.
4. Cara pemberian (iv, im, peroral, per drip infus).
5. Faktor individual pasien yang memiliki kecenderungan efek toksisitas pada organ
tertentu.

Persyaratan Pasien yang Layak diberi Kemoterapi

Pasien dengan keganasan memiki kondisi dan kelemahan kelemahan, yang


apabila diberikan kemoterapi dapat terjadi untolerable side effect. Sebelum
memberikan kemoterapi perlu pertimbangan sbb :
1. Menggunakan kriteria Eastern Cooperative Oncology Group (ECOG) yaitu status
penampilan < = 2
2. Jumlah lekosit >=3000/ml
3. Jumlah trombosit>=120.0000/ul
4. Cadangan sumsum tulang masih adekuat misal Hb > 10
5. Creatinin Clearence diatas 60 ml/menit (dalam 24 jam) ( Tes Faal Ginjal )
6. Bilirubin <2 mg/dl. , SGOT dan SGPT dalam batas normal ( Tes Faal Hepar ).
7. Elektrolit dalam batas normal.
8. Mengingat toksisitas obat-obat sitostatika sebaiknya tidak diberikan pada usia
diatas 70 tahun.

Status Penampilan Penderita Ca ( Performance Status )

Status penampilan ini mengambil indikator kemampuan pasien, dimana


penyait kanker semakin berat pasti akan mempengaruhi penampilan pasien. Hal ini
juga menjadi faktor prognostik dan faktor yang menentukan pilihan terapi yang tepat
pada pasien dengan sesuai status penampilannya.

Skala status penampilan menurut ECOG ( Eastern Cooperative Oncology


Group) adalah sbb :
- Grade 0 : masih sepenuhnya aktif, tanpa hambatan untuk mengerjakan tugas kerja
dan pekerjaan sehari-hari.
- Grade 1 : hambatan pada perkerjaan berat, namun masih mampu bekerja kantor
ataupun pekerjaan rumah yang ringan.
- Grade 2 : hambatan melakukan banyak pekerjaan, 50 % waktunya untuk tiduran dan
hanya bisa mengurus perawatan dirinya sendiri, tidak dapat
melakukan pekerjaan lain.
- Grade 3 : Hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu, lebih dari 50%
waktunya untuk tiduran.
- Grade 4 : Sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun, betul-betul hanya di
kursi atau tiduran terus.

XI. ASKEP KEPERAWATAN

Pengkajian Keperawatan pada Askep Kanker

A. Sistem Integumen
1. Perhatikan : nyeri, bengkak, flebitis, ulkus
2. Inspeksi kemerahan & gatal, eritema
3. Perhatikan pigmentasi kulit
4. Kondisi gusi, gigi, mukosa & lidah

B. Sistem Gastrointestinal
1. Kaji frekwensi, mulai, durasi, berat ringannya mual & muntah setelah
pemberian kemotherapi
2. Observasi perubahan keseimbangan cairan & elektrolit
3. Kaji diare & konstipasi
4. Kaji anoreksia
5. Kaji : jaundice, nyeri abdomen kuadran atas kanan

C. Sistem Hematopoetik
1. Kaji Netropenia
a. Kaji tanda infeksi
b. Auskultasi paru
c. Perhatikan batuk produktif & nafas dispnoe
d. Kaji suhu
2. Kaji Trombositopenia : < 50.000/m3 - menengah, < 20.000/m3 - berat
3. Kaji Anemia
a. Warna kulit, capilarry refill
b. Dispnoe, lemah, palpitasi, vertigo

D. Sistem Respiratorik & Kardiovaskular


1. Kaji terhadap fibrosis paru yang ditandai : Dispnoe, kering, batuk non
produktif - terutama bleomisin
2. Kaji tanda CHF
3. Lakukan pemeriksaan EKG
E. Sistem Neuromuskular
1. Perhatikan adanya perubahan aktifitas motorik
2. Perhatikan adanya parestesia
3. Evaluasi refleks
4. Kaji ataksia, lemah, menyeret kaki
5. Kaji gangguan pendengaran
6. Diskusikan ADL

F. Sistem Genitourinari
1. Kaji frekwensi BAK
2. Perhatikan bau, warna, kekeruhan urine
3. Kaji : hematuria, oliguria, anuria
4. Monitor BUN, kreatinin

BAB III

KESIMPULAN

Kanker adalah suatu penyakit yang ditimbulkan oleh sel tunggal yang tumbuh tidak
normal dan tidak terkendali sehingga dapat menjadi tumor ganas yang dapat menghancurkan
dan merusak sel atau jaringan sehat. Kanker bisa terjdi dari berbagai jaringan dalam berbagai
organ.
Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangbiakannya, sel-sel kanker membentuk suatu
massa dari jaringan ganas yang menyusup ke jaringan di dekatnya dan bisa menyebar
(metastasis) ke seluruh tubuh. Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses
rumit yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.

Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing
sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang
disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar
matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen.
Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih
rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel
menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi
ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. Karena itu
diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu
karsinogen). Dalam suatu proses dimana sebuah sel normal menjadi sebuah sel ganas, pada
akhirnya DNA dari sel tersebut akan mengalami perubahan. Perubahan dalam bahan genetik
sel sering sulit ditemukan, tetapi terjadinya kanker kadang dapat diketahui dari adanya suatu
perubahan dalam ukuran atau bentuk dari satu kromosom tertentu. Kanker merupakan salah
satu jenis penyakit yang sangat ditakuti oleh banyak orang sehingga ada baiknya kita mencegah
kanker daripada mengobatinya.

DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, Rianto Gan. 2008. Farmakologi dan Terapi (Edisi 5). Jakarta: FK UI

Anda mungkin juga menyukai