Anda di halaman 1dari 35

PENINGKATAN MINAT MASYARAKAT

UNTUK MENGONSUMSI MAKANAN TRADISIONAL

MELALUI PENGEMASAN MAKANAN

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tata Tulis Karya Ilmiah

Oleh

Luthfi Ahmad Qisthiaji 16717230

Muhammad Furqon 16717440

Robby Haryadi 16717488

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

BANDUNG

2017
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Peningkatan
Minat Masyarakat Untuk Mengonsumsi Makanan Tradisional Melalui Pengemasan
Makanan” ini dengan baik dan lancar.

Tak lupa pula, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada banyak pihak
yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ini. Tanpa bantuan mereka,
karya tulis ini belum tentu dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.

Untuk itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat Ibu
Linda Handayani Sukaemi, M.Hum., selaku dosen pengajar Tata Tulis Karya Ilmiah
kelas 23.

Penulis menyadari dalam pembuatan karya ilmiah ini masih terdapat kekurangan
baik dalam sistematika penulisan maupun isi karya ilmiah. Penulis berharap karya
tulis ini dapat menambah wawasan informasi mengenai minat masyarakat dalam
mengonsumsi makanan tradisional. Harapan penulis semoga karya tulis ini dapat
bermanfaat bagi masyarakat luas pada umumnya dan bagi penulis bagi khususnya.

Bandung, November 2017

Penulis

i
Abstrak

Penulisan karya tulis ini bertujuan meningkatkan minat masyarakat dalam mengonsumsi
makanan tradisional. Pokok masalah yang dibahas adalah dampak kemasan terhadap
minat masyarakat dalam mengonsumsi makanan tradisional. Pengumpulan data
penelitian ini menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada masyarakat. Kuesioner
tersebut berisi 8 pertanyaan berkaitan dengan pola konsumsi masyarakat & keefektifan
penggunaan kemasan pada makanan. Teknik pengumpulan data berikutnya yaitu
observasi langsung terhadap kondisi masyarakat. Teknik pengumpulan data yang
terakhir yaitu studi pustaka dengan menggunakan beberapa jurnal sebagai sumber.
Hasil yang akan diperoleh adalah cara yang tepat untuk meningkatkan minat masyarakat
dalam mengonsumsi makanan tradisional.
Kata kunci : makanan, tradisional, kemasan, konsumsi, minat

Abstract

The writing of this scientific paper is aimed to increase the society interest of consuming
traditional food. The core of problem explained on this paper is the effect of packaging
towards society interest of consuming traditional food. The aggregation of data uses
questioner answered by society. The questioner consists of eighth question correlated to
consumption pattern and the effectivity of food packaging. Next is direct observation of
society condition. The last technique is literature studies by using several journals as
resources. The expected result is the correct method to increase society interest for
consuming traditional food.
Key word : food, traditional, packaging, consumption, interest

ii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah .......................................... 1
1.1.1 Latar belakang ............................................................................... 1
1.1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 2
1.2 Tujuan Penelitian dan Manfaat ....................................................... 2
1.3 Ruang Lingkup Kajian .................................................................... 2
1.4 Hipotesis ........................................................................................ 3
1.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ......................................... 3
1.5.1 Metode ........................................................................................... 3
1.5.2 Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 3
1.6 Sistematika Penulisan .................................................................... 4
BAB II TEORI DASAR PENGEMASAN MAKANAN TRADISIONAL
2.1 Pengertian Makanan Tradisional dan Pengemasan Makanan ........ 5
2.2 Jenis-Jenis Pengemasan Makanan ................................................ 6
2.2.1 Klasifikasi Kemasan Makanan ........................................................ 7
2.2.2 Jenis-Jenis Pengemasan Makanan ................................................ 9
2.3 Fungsi Pengemasan Makanan ....................................................... 10
2.4 Keefektifan Pengemasan Makanan Tradisional ............................. 11
BAB III ANALISIS PENINGKATAN MINAT MASYARAKAT UNTUK
MENGONSUMSI MAKAN TRADISIONAL MELALUI PENGEMASAN
MAKANAN
3.1 Minat Masyarakat untuk Mengonsumsi Makanan Tradisional ........ 12
3.2 Pandangan Masyarakat Terhadap Makanan Kemasan ................. 13
3.3 Keefektifan Pengemasan Makanan Tradisional ............................. 15
3.4 Tanggapan Masyarakat Mengenai Pengemasan
Makanan Tradisional ..................................................................... 18
3.5 Dampak Pengemasan Makanan Tradisional ................................. 20
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan ....................................................................................... 24
4.2 Saran ............................................................................................ 24

iii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Grafik Konsumsi Makanan Tradisional .................................. 13
2. Grafik Konsumsi Makanan Kemasan .................................... 14
3. Grafik Kelebihan Makanan Kemasan .................................... 17
4. Grafik Kekurangan Makanan Kemasan ................................ 18
5. Grafik Penyajian Makanan Tradisional dalam Kemasan ........ 19
6. Grafik Keefektifan Penggunaan Kemasan ............................ 20
7. Grafik Kekurangan Makanan Kemasan ................................ 22

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah

1.1.1 Latar Belakang

Makanan tradisional adalah makanan khas daerah yang diolah dari bahan pangan hasil

produksi setempat. Selain itu makanan tradisional juga merupakan identitas serta

kebanggaan suatu daerah. Namun saat ini pola konsumsi masyarakat mulai banyak

berubah, semakin maraknya makanan modern mengakibatkan menurunnya tingkat

mengonsumsi makanan tradisional di kalangan masyarakat. Hal ini disebabkan

banyaknya makanan produk cepat saji sehingga sebagian masyarakat lebih memilih

makanan modern dibanding makanan tradisional agar lebih bergengsi untuk

disuguhkan.

Bahan kemasan yang digunakan untuk membungkus makanan tradisional biasanya

menggunakan bahan dari tumbuh-tumbuhan sehingga tampilannya kurang menarik dan

terkesan kurang higienis. Masyarakat biasa menggunakan daun pisang, daun jati, daun

bambu, daun bacang dan daun pandan untuk membungkus makanan tradisional.

Apabila makanan tradisional tersebut merupakan makanan basah, maka daun yang

digunakan sebagai kemasan tersebut akan basah juga. Sehingga masyarakat akan

berpikir dua kali jika ingin memakannya karena akan membuat tangan kotor dan

lengket.

1
2

1.1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, kami telah merumuskan beberapa rumusan

masalah, diantaranya.

1.1.2.1 Bagaimana keefektifan makanan kemasan untuk meningkatkan minat

masyarakat terhadap makanan tradisional?

1.1.2.2 Bagaimana dampak kemasan terhadap minat masyarakat untuk

meningkatkan konsumsi makanan tradisional?

1.2 Tujuan Penelitian dan Manfaat

Tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini adalah menemukan cara untuk

meningkatkan minat masyarakat terhadap makanan tradisional. Salah satu cara yang

disajikan pada penelitian ini adalah dengan pengemasan makanan tradisional.

Diharapkan tulisan ini dapat membantu masyarakat Indonesia agar mereka mencintai

dan mau meningkatkan konsumsi makanan tradisional.

1.3 Ruang lingkup kajian

Untuk menjawab rumusan masalah di atas, terdapat beberapa aspek yang harus dikaji,

diantaranya

1. Minat masyarakat terhadap makanan tradisional

2. Pengemasan makanan tradisional


3

1.4 Hipotesis

Minat masyarakat untuk mengonsumsi makanan tradisional menurun akibat makanan

modern yang tahan lama dan mudah untuk dikonsumsi. Hal ini terjadi karena teknologi

yang telah merambah pengolahan makanan dan budaya masyarakat yang lebih

menyukai segala sesuatu yang praktis.

1.5 Metode dan teknik pengumpulan data

1.5.1 metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,

yaitu mendeskripsikan data baik dari dokumen maupun dari lapangan kemudian

dianalisis. Metode lain yang kami gunakan adalah metode komparatif, yaitu

metode yang membandingkan kemasan satu dengan yang lainnya.

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi

pustaka dengan menggunakan beberapa jurnal sebagai sumber, kuesioner

berisi 8 pertanyaan mengenai pola konsumsi masyarakat serta keefektifan

kemasan pada makanan, dan observasi terhadap mahasiswa & masyarakat

Kelurahan Dago.
4

1.6 Sistematika Penulisan

Penulisan laporan penelitian ini terbagi menjadi empat bab, yaitu pendahuluan, teori

dasar pengemasan makanan tradisional, analisis minat masyarakat untuk

mengonsumsi makanan tradisional melalui pengemasan makanan, serta simpulan dan

saran. Pada bab satu akan dibahas mengenai latar belakang aspek laporan ini,

rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup kajian, metode dan teknik

pengumpulan data pada laporan ini, serta sistematika penulisan. Pada bab dua akan

disajikan pengertian makanan tradisional dan pengemasan makanan, jenis-jenis

pengemasan makanan, fungsi pengemasan makanan, serta keefektifan pengemasan

makanan tradisional. Pada bab tiga akan dijabarkan analisis masalah-masalah yang

telah dirumuskan secara lengkap. Bab empat berisi tentang simpulan dan saran dari

penulis mengenai permasalahan yang telah diangkat.


BAB II

TEORI DASAR PENGEMASAN MAKANAN TRADISIONAL

2.1 Pengertian Makanan Tradisional dan Pengemasan Makanan

Hal lumrah yang biasanya terlintas dibenak masyarakat ketika mendengar tradisional

adalah sesuatu yang lama, kuno atau ketinggalan zaman, tetapi pengertian

sebenarnya tradisional itu adalah sesuatu kebiasaan yang lahir dari leluhur yang

diturunkan secara turun temurun dan masih banyak dijalankan masyarakat saat ini

(M. Abed Al Jibri : 2000). Suatu hal dikatakan tradisional apabila hal tersebut

diturunkan secara turun temurun dari nenek moyang. Sehingga hal tersebut

bergantung pada budaya dan kesenian daerah asalnya. Sesuatu yang tradisional

tidak dapat dikategorikan sebagai hal yang jelek, akan tetapi hal inilah yang suatu

saat dapat menjadi ciri khas masyarakat setempat. Seperti contohnya makanan

tradisional dari Yogyakarta yaitu gudeg dan rendang dari Padang.

Makanan tradisional adalah warisan makanan yang diturunkan dan telah membudaya

di masyarakat Indonesia (Muhilal, 1995). Makanan tradisional juga dapat didefinisikan

sebagai makanan umum yang biasa dikonsumsi sejak beberapa generasi, terdiri dari

hidangan yang sesuai dengan selera manusia, tidak bertentangan dengan keyakinan

agama masyarakat lokal, dan dibuat dari bahan-bahan makanan dan rempah-rempah

yang tersedia lokal (Sastroamidjojo, S. 1995). Makanan biasanya bahan baku

pembuatannya berupa sayur-mayur, talas-talasan dan buah-buahan. Bahan baku

yang digunakan merupakan bahan baku dari alam dan mempunyai kandung gizi yang

tinggi akan serat dan protein. Proses penyajian dan alat pembuatan makanan

tradisional juga berbeda. Alat pembuatan yang tradisional contohnya adalah kuali

5
6

dari tanah, lesung, dan lainnya. Proses penyajian yang tradisional dapat dilihat dalam

penyajian gudeg yang biasanya menggunakan daun pisang.

Dalam setiap proses pembuatan makanan perlu diperhatikan pula proses penyajian

atau pengemasan yang dilakukan. Proses pengemasan yang baik menunjukkan

bagaimana kualitas makanan tersebut. Proses pengemasan adalah proses yang

dilakukan untuk menyiapkan suatu produk agar siap untuk didistribusikan, disimpan,

dijual, dan dipakai. Selain itu proses pengemasan makanan juga berguna untuk

memudahkan makanan tersebut untuk dibawa dan dimakan. Proses pengemasan

juga melindungi suatu produk makanan dari kontaminasi bakteri dan kuman dari

udara bebas serta menentukan seberapa besar porsi yang akan diberikan pada

konsumen. Pengemasan yang baik dan benar mampu membuat makanan tersebut

lebih tahan lama dari umumnya. selain itu pengemasan juga memberikan nilai

estetika yang dapat meningkatkan daya tarik produk di dalamnya.

2.2 Jenis-Jenis Pengemasan Makanan

Pengemasan makanan bukanlah sekadar membungkus makanan dengan material

yang kita inginkan. Namun, pengemasan merupakan suatu hal yang kompleks dan

harus sesuai dengan jenis bahan makanan yang akan dikemas. Oleh karena itu,

terdapat beberapa klasifikasi serta jenis pengemasan makanan.


7

2.2.1 Klasifikasi kemasan makanan

2.2.1.1 Klasifikasi kemasan berdasarkan frekuensi pemakaian

a. Kemasan sekali pakai (disposable), yaitu kemasan makanan yang akan langsung

dibuang setelah dipakai. Contoh : plastik pembungkus permen, styrofoam seblak, dan

yang lainnya.

b. Kemasan yang dapat dipakai berulang kali (multitrip), yaitu kemasan yang tetap

dapat digunakan meski telah digunakan. Contoh : botol kecap, botol saus, kaleng

kue, dan lain-lain.

c. Kemasan yang tidak dibuang atau dikembalikan konsumen (semi disposable), tapi

digunakan untuk kepentingan lain oleh konsumen, misalnya botol sirop untuk tempat

air minum, kaleng biskuit untuk tempat kerupuk dan yang lainnya.

2.2.1.2 Klasifikasi kemasan berdasarkan struktur sistem kemas (kontak produk

dengan kemasan)

a. Kemasan primer, yaitu kemasan yang langsung membungkus makanan. Misalnya

kaleng susu, botol minuman, dan kaleng biskuit

b. Kemasan sekunder, yaitu kemasan yang memiliki fungsi utama untuk melindungi

kelompok-kelompok kemasan lain. Misalnya karton susu kaleng, kotak kayu buah

yang dibungkus plastik, dan keranjang kotak susu bubuk.

c. Kemasan tersier, yaitu kemasan yang digunakan untuk pelindung selama

pengangkutan. Misalnya buah yang telah dibungkus dimasukkan ke dalam kotak lalu

ke dalam peti kemas.


8

2.2.1.3 Klasifikasi kemasan berdasarkan sifat kekakuan bahan kemasan

a. Kemasan fleksibel, yaitu bahan kemasan yang mudah dilenturkan tanpa

menimbulkan retak atau patah. Misalnya kertas, plastik, dan foil.

b. Kemasan kaku, yaitu bahan kemasan yang bersifat keras, kaku, tidak tahan

lenturan, serta mudah patah apabila dibengkokkan. Misalnya kayu, logam, dan gelas.

c. Kemasan semi kaku/semi fleksibel, yaitu bahan kemasan yang memiliki sifat-sifat

antara kemasan fleksibel dan kemasan kaku. Misalnya botol plastik dan wadah bahan

yang berbentuk pasta.

2.2.1.4 Klasifikasi kemasan berdasarkan sifat perlindungan terhadap lingkungan

a. Kemasan hermetis (tahan uap dan gas), yaitu kemasan yang secara sempurna

tidak dapat dilalui oleh gas, udara, atau uap air sehingga wadah tidak dapat dilalui

oleh bakteri, kapang, ragi, dan debu. Misalnya kaleng dan botol gelas yang ditutup

secara hermetis.

b. Kemasan tahan cahaya, yaitu kemasan yang tidak bersifat transparan. Misalnya

logam, foil, dan kertas.

c. Kemasan tahan suhu tinggi, yaitu kemasan yang diperlukan untuk proses

pemanasan, pasteurisasi, dan sterilisasi. Kemasan ini umunya terbuat dari gelas dan

logam.
9

2.2.1.5 Klarifikasi kemasan berdasarkan tingkat kesiapan pakai (perakitan)

a. Wadah siap pakai, yaitu bahan kemasan yang siap diisi dengan bentuk yang telah

sempurna. Contoh : botol, kaleng, dan lain-lain.

b. Wadah siap dirakit, yaitu bahan kemasan yang masih memerlukan tahap perakitan

sebelum diisi. Contoh : kaleng dalam bentuk lembaran dan wadah yang terbuat dari

kertas, foil, serta plastik.

2.2.2 Jenis-Jenis Pengemasan Makanan

Bahan dasar untuk pengemasan makanan terdiri atas kertas, gelas, logam (kaleng),

plastik, dan komposit (gabungan beberapa bahan dasar). Setiap bahan dasar

kemasan makanan ini memiliki karakteristik masing-masing. Setelah kita mengetahui

karakteristik dari setiap jenis bahan dasar kemasan, kita akan mampu memilih model

pengemasan makan yang tepat sesuai dengan bahan makanan. Berikut adalah tabel

karakteristik bahan dasar pengemasan makanan.

Kertas Gelas Logam Plastik Komposit

(kaleng)

tidak mudah berat bentuk tetap bentuk fleksibel lebih kuat

robek

tidak dapat mudah pecah ringan ada yang tidak

digunakan transparan transparan


10

untuk

produk cair

tidak dapat mahal dapat ada yang tahan proses massal

dipanaskan dipanaskan panas

fleksibel non- proses massal non- pengisian

biodegradable biodegradable aseptik

dapat tidak monomernya khusus cairan

dipanaskan transparan dapat

mengontaminasi

produk

transparan non- non-

biodegradable biodegradable

bentuk tetap tidak dapat

didaur ulang

proses massal

dapat didaur

ulang

Tabel 1 : karakteristik bahan dasar kemasan makanan

2.3 Fungsi Pengemasan Makanan

Fungsi kemasan dalam sebuah produk sejatinya untuk melindungi produk dari

kerusakan-kerusakan, sehingga lebih terjaga keaslian produk dan dapat

didistribusikan ke konsumen dengan baik tanpa cacat sedikit pun.

Secara umum, fungsi pengemasan pada bahan pangan adalah :


11

1. Kemasan merupakan identitas produk, sehingga orang-orang dapat mengenali

produk melalui kemasannya

2. Melindungi produk dari penyebab kerusakan yang berasal dari luar seperti debu,

kotoran, sinar matahari dsb.

3. Melindungi dan mengawetkan produk

4. Menambah daya tarik

5. Menjadi wadah produk selama distribusi dari produsen hingga ke konsumen

2.4 Keefektifan Pengemasan Makanan

Sejatinya, pengemasan makanan tradisional sudah ada sejak zaman dahulu. Orang-

orang zaman dahulu biasa menggunakan daun sebagai pembungkus makanan

tradisional. Contohnya, daun pisang, daun jambu, daun jagung dan daun jati. Namun,

kini semakin sulit menemui pohon-pohon tersebut dikarenakan semakin

berkurangnya akibat bencana alam maupun penebangan liar. Kita dapat melihat satu

contoh, yaitu lontong. Lontong biasanya dibungkus dengan daun pisang, namun kini

lontong sudah dikreasikan dibungkus dengan plastik.

Hal ini menunjukkan masyarakat semakin kreatif dan kritis dalam hal pengemasan.

Daun mulai sedikit ditinggalkan karena bahannya yang terbatas dan tidak selalu

tersedia. Hanya segelintir orang yang memiliki kebun pisang, kebun jagung dan

kebun lainnya yang daunnya dapat dimanfaatkan sebagai pengemas makanan.

Akibat keterbatasan tersebut, masyarakat mulai menggunakan bahan non-nabati

sebagai pengemas makanan tradisional. Kita ambil contoh yaitu dodol. Dodol yang

beredar di pasaran mayoritas menggunakan kemasan berbahan kertas & plastik.

Dodol garut, dodol betawi, dodol salak, dan dodol jahe merupakan beberapa jenis
12

dodol yang kemasannya berbahan dasar plastik. Kemudian ada juga dodol susu yang

kemasannya berbahan dasar kertas.


BAB III

ANALISIS PENINGKATAN MINAT MASYARAKAT UNTUK MENGONSUMSI

MAKANAN TRADISIONAL MELALUI PENGEMASAN MAKANAN

3.1 Minat Masyarakat untuk Mengonsumsi Makanan Tradisional

Untuk mengetahui bagaimana minat masyarakat dalam mengonsumsi makanan

tradisional, kami telah melakukan observasi di lingkungan masyarakat serta

memberikan kuesioner kepada masyarakat. Berdasarkan hasil observasi lapangan

kami mengetahui bahwa hampir setiap hari masyarakat mengonsumsi makanan

tradisional seperti lemper, lontong, dodol, dan ketupat. Hal ini dibuktikan dengan

banyaknya penjual yang menjajakan makanan tradisional di pinggir jalan dan pasar.

Selain itu mereka juga sering mengonsumsi makanan tradisional ketika mengikuti

acara – acara tertentu seperti pernikahan, kegiatan kemasyarakatan, seminar, dan

berkumpul bersama keluarga.

Berdasarkan kuesioner yang telah diberikan kepada delapan puluh responden. Kami

memperoleh data bahwa 56.3% responden menjawab mengonsumsi makanan

tradisional sebanyak dua sampai empat kali dalam seminggu, 18,8% responden

menjawab mengonsumsi makanan tradisional empat sampai delapan kali dalam

seminggu, 16,2% responden menjawab mengonsumsi makanan tradisional lebih dari

delapan kali dalam seminggu dan 8,8% menjawab tidak pernah mengonsumsi

makanan tradisional. Dari data tersebut diketahui bahwa tidak setiap hari masyarakat

mengonsumsi makanan tradisional, sehingga dapat disimpulkan bahwa minat

masyarakat untuk mengonsumsi makanan tradisional masih berada dalam taraf

sedang. Hal ini dapat disebabkan karena sedikitnya variasi dari makanan tradisional

12
13

tersedia di lingkungan mereka dan adanya persaingan dengan makanan-makanan

modern seperti makanan kemasan, makanan cepat saji, dan yang lainnya. Data yang

telah diuraikan sebelumnya, dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1 Grafik Konsumsi Makanan Tradisional


(Sumber: Dokumen Penulis)

3.2 Pandangan Masyarakat Terhadap Makanan Kemasan

Untuk mengetahui bagaimana pandangan masyarakat terhadap makanan kemasan

kami telah melakukan observasi di lingkungan masyarakat, memberikan kuesioner

kepada masyarakat serta melakukan studi pustaka. Berdasarkan observasi yang

dilakukan di lingkungan masyarakat, kami mengetahui bahwa makanan yang dijual

dalam bentuk kemasan lebih banyak dijual dibandingkan dengan makanan

tradisional. Dari sisi penampilan juga menunjukkan bahwa makanan kemasan lebih

menarik dibandingkan makanan tradisional. Selain itu, saat dikonsumsi makanan

kemasan lebih praktis dan lebih mudah dipegang dibandingkan dengan makanan

tradisional.
14

Berdasarkan kuesioner yang telah diberikan kepada delapan puluh responden. Kami

memperoleh data tentang banyaknya mengonsumsi makanan kemasan dalam

seminggu, yaitu 38.8% responden menjawab mengonsumsi makanan kemasan

sebanyak dua sampai empat kali dalam seminggu, 32,5% responden menjawab

mengonsumsi makanan kemasan empat sampai delapan kali dalam seminggu, 25%

responden menjawab mengonsumsi makanan kemasan lebih dari delapan kali dalam

seminggu dan 3,7% menjawab tidak pernah mengonsumsi makanan tradisional. Data

yang telah diuraikan sebelumnya dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2 Grafik Konsumsi Makanan Kemasan


(Sumber: Dokumen Penulis)

Dari data yang diperoleh tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat memiliki

pandangan jika makanan kemasan lebih baik daripada makanan tradisional. Mereka

lebih memilih makanan kemasan karena kepraktisannya sehingga lebih mudah

dibawa bepergian. Selain itu kebanyakan masyarakat lebih memilih membeli


15

makanan kemasan karena lebih tahan lama dibandingkan makanan tradisional yang

cepat basi.

3.3 Keefektifan Pengemasan Makanan Tradisional

Jika kita membicarakan masalah makanan, kurang lengkap rasanya apabila kita tidak

menyinggung masalah kemasan. Kemasan identik dengan suatu produk, tak

terkecuali dengan makanan. Tanpa kemasan, makanan tidak dapat tersampaikan ke

konsumen secara layak, baik dari segi kehigienisan maupun dari segi kesehatan.

Seperti yang kita ketahui, orang-orang menyukai hal yang praktis, efisien, dan efektif.

Orang-orang akan cenderung meninggalkan suatu hal yang ia rasa pelik & banyak

kekurangan.

Kemasan yang baik menurut konsumen adalah kemasan yang murah, mudah dibawa

ke mana-mana, dapat menjaga makanan dengan aman dari pengaruh luar, rapat,

tertutup, dan praktis. Apabila kita berkunjung ke pasar tradisional atau toko-toko yang

menjual makanan tradisional, maka kita akan menjumpai makanan tradisional

dengan jenis kemasan yang bermacam-macam, ada yang terbuat dari daun, plastik

bahkan kertas. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan dalam hal

pengemasan.

Daun adalah bahan yang bisa dibilang sudah cukup lama digunakan oleh orang

zaman dahulu untuk mengemas makanan. Daun dipilih karena keberadaannya yang

mudah ditemukan. Di kebun, sawah, hutan, sungai bahkan di depan rumah kita dapat

menjumpai pohon dengan mudahnya. Kelebihan lain dari daun yaitu ramah

lingkungan karena daun merupakan bahan organik, saat sudah menjadi sampah,

daun dapat hancur bersama tanah dalam kurun waktu kurang lebih 3-4 bulan. Hal ini
16

membuktikan bahwa daun dapat menjadi solusi di tengah caruk-maruk pemerintah

dalam mengatasi sampah yang kian hari kian memburuk. Namun, daun juga memiliki

kelemahan dalam hal pengemasan, masyarakat merasa masih kuno dan ketinggalan

zaman apabila ia memakan makanan berkemasan daun. Ketersediaan daun yang

kian hari kian berkurang menjadi faktor lain mengapa produsen memilih untuk

meninggalkan cara ini. Banyak pohon-pohon yang ditebang, kebun-kebun mulai

beralih fungsi menjadi permukiman warga sehingga lambat laun daun sudah mulai

ditinggalkan pemakaiannya.

Selain daun, kita dapat menjumpai plastik sebagai kemasan. Plastik sudah menjadi

primadona masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Kita dapat menjumpai plastik

dengan mudahnya sehingga produsen akan cenderung memilih plastik sebagai

pengemas makanan karena keberadaannya yang mudah ditemukan. Plastik juga

dipercaya dapat menjaga produk dengan baik. Sifatnya yang anti air dan mudah

dibawa ke mana-mana menjadikan nilai tambah plastik di mata konsumen maupun

produsen. Kelemahan dari plastik adalah sifatnya yang anorganik. Butuh waktu yang

cukup lama bagi plastik untuk ikut hancur bersama tanah di dalam bumi sehingga

plastik cukup dibenci oleh para pecinta lingkungan dan masih menjadi momok hingga

sekarang. Bahan kemasan lainnya adalah kertas. Sangat jarang ditemukan makanan

tradisional yang dilapisi oleh kertas. Sifatnya yang tidak tahan air dan lengket di

makanan membuat konsumen berpikir dua kali untuk memakannya. Contohnya

adalah dodol.

Pengemasan merupakan satu hal yang sangat penting. Karena dengan adanya

kemasan, makanan dapat terjaga kehigienisannya sampai ke tangan konsumen.

Kemasan juga dirasa dapat menarik minat konsumen untuk membelinya. Terlebih
17

lagi, tingkat konsumsi makanan tradisional sudah mulai berkurang dikarenakan

kemasannya yang dinilai kuno dan banyak kekurangan.

Berdasarkan hasil kuesioner yang kami peroleh, kebanyakan responden berpendapat

makanan tradisional dalam kemasan sangat praktis, tahan lama dan higienis.

Sebagian kecil dari mereka menanggapi penggunaan kemasan akan membuat

makanan lebih sehat dan murah. Responden juga berpendapat mengenai

kekurangan pengemasan makanan tradisional. Efek sampah yang ditimbulkan

kemasan merupakan tanggapan terbanyak yang diberikan oleh responden. Berikut

adalah grafik kekurangan makanan dalam kemasan. Data yang telah diuraikan

sebelumnya dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3 Grafik Kelebihan Makanan Kemasan


(Sumber: Dokumen Penulis)
18

Hasil kuesioner ini bersesuaian dengan hasil observasi yang telah kami lakukan.

Sehingga, dapat ditarik simpulan bahwa masyarakat secara umum telah mengetahui

dengan baik dampak penggunaan kemasan pada makanan, khususnya makanan

tradisional. Data yang telah diuraikan sebelumnya dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4 Grafik Kekurangan Makanan Kemasan


(Sumber: Dokumen Penulis)

3.4 Tanggapan Masyarakat Mengenai Pengemasan Makanan Tradisional

Untuk mengetahui tanggapan masyarakat mengenai pengemasan makanan

tradisional, kami membagikan kuesioner secara acak. Berdasarkan hasil kuesioner

yang telah kami bagikan, didapatlah 80 orang responden dengan jawaban yang

beragam. Sebanyak 67,5% responden setuju jika makanan tradisional disajikan

dalam bentuk kemasan. Sedangkan 32,5% responden tidak setuju jika makanan

tradisional disajikan dalam bentuk kemasan.


19

Data yang telah diuraikan sebelumnya dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5 Grafik Penyajian Makanan Tradisional dalam Kemasan


(Sumber: Dokumen Penulis)

Jawaban responden mengenai seberapa efektif penyajian makanan tradisional dalam

bentuk kemasan menyatakan 10% dari mereka memilih cara ini tidak efektif jika

makanan tradisional disajikan dalam bentuk kemasan dengan alasan kemasan akan

mengurangi nilai tradisional dari makanan tersebut. Sebanyak 28,7% responden

menyatakan jika cara ini sangat efektif dengan alasan makanan tradisional tersebut

dapat lebih tahan lama dan cukup praktis. Sedangkan sisanya, sebanyak 61,3%

menyatakan mungkin saja cara ini cukup efektif jika kemasan tersebut tidak

mengurangi nilai tradisional makanannya. Berikut adalah penyajian data mengenai

keefektifan penggunaan kemasan.


20

Data yang telah diuraikan sebelumnya dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6 Grafik Keefektifan Penggunaan Kemasan


(Sumber: Dokumen Penulis)

3.5 Dampak Pengemasan Makanan Tradisional

Berdasarkan hasil pengamatan kami mengenai pengemasan makanan secara

tradisional, masyarakat masih menggunakan bahan alam seperti daun pisang, daun

kelapa, dan lainnya. Contoh makanan yang menggunakan kemasan daun adalah

lemper, lontong, dan ketupat. Walaupun makanan ini telah dibungkus, namun tetap

saja makanan tidak akan bertahan lama. Oleh sebab itu, banyak perusahaan

makanan yang menawarkan penggunaan plastik, kaleng, dan styrofoam sebagai

pengganti dedaunan. Hasil observasi kami menunjukkan bahwa makanan yang

dikemas dengan bahan sejenis ini memiliki ketahanan yang lebih baik. Makanan yang

dikemas dengan plastik dan dikeringkan dapat tahan hingga waktu setahun.

Bandingkan dengan makanan tradisional biasa yang hanya dibungkus daun hanya

dapat bertahan sekitar tiga hingga lima hari. Selanjutnya kita akan membahas secara
21

merinci dampak penggunaan kemasan plastik dan styrofoam pada makanan,

khususnya makanan tradisional.

Bahan kemasan yang biasa digunakan untuk mengemas makanan adalah plastik.

Plastik kemasan makanan dapat terdiri atas polietilen, polipropilen, nilon poliester dan

film vinil. Komponen-komponen tersebut digunakan untuk mengemas bahan

makanan yang berbeda. Salah satu contohnya adalah kemasan yang terdiri atas

lapisan kertas, polietilen, aluminium foil, dan polipropilen baik untuk makanan kering,

seperti kue putri salju, nastar, dan rengginang. Namun, perlu diperhatikan bahwa

kemasan plastik mengandung zat aditif. Zat ini sebenarnya diperlukan untuk

menyempurnakan sifat-sifat fisik kima plastik kemasan. Zat aditif ini dapat berupa

pewarna, antioksidan, penyerap cahaya ultraviolet, penstabil panas, penurun

viskositas, penyerap asam, pelumas, dan lain-lain. Namun, dibalik sisi baiknya untuk

menyempurnakan penggunaan kemasan plastik untuk makanan, zat ini menyimpan

beberapa kelemahan. Salah satunya adalah adanya kemungkinan berpindahnya zat

monomer plastik ke bahan makanan. Monomer yang tercampur ke makanan

tradisional ini sejatinya tidak boleh dikonsumsi karena bersifat toksik bagi tubuh. Oleh

karena itu, dibutuhkan plastik dan bahan makanan yang sesuai agar makanan dalam

kemasan plastik tidak terkontaminasi oleh bahan dari wadahnya sendiri.

Selanjutnya adalah kemasan styrofoam. Styrofoam masih tergolong dalam plastik

dan lazim digunakan sebagai bahan pelindung dan penahan getaran. Bahan dasar

dari styrofoam adalah polisterin, jenis plastik yang sangat ringan, kaku, tembus

cahaya, dan murah tetapi cepat rapuh. Akibat dari kelemahannya, styrofoam

dicampur dengan seng dan senyawa butadiena. Kelebihan bahan kemasan ini adalah

mampu mencegah terjadinya kebocoran, tetap mempertahankan bentuknya saat

dipegang, mampu mempertahankan suhu, terasa nyaman saat dipegang, kesegaran


22

dan keutuhan makanan tetap dapat terjaga, biaya murah, dan ringan. Hal yang

berbahaya dari penggunaan styrofoam adalah residu yang ditinggalkan. Residu ini

dapat menyebabkan timbulnya penyakit EDC (endokrin disrupter). Penyakit ini terjadi

akibat adanya gangguan pada sistem reproduksi dan endokrinologi. Semakin lama

waktu pengemasan dengan styrofoam dan semakin tinggi suhu, maka semakin besar

pula migrasi atau perpindahan bahan yang bersifat toksik ke dalam makanan

tradisional. Risiko akan semakin meningkat seiring dengan banyaknya kandungan

lemak dalam makanan, seperti rendang, semur, dan malbi dalam kemasan.

Sebagian besar responden berpendapat bahwa selain dampak kesehatan yang

ditimbulkan dari kemasan ini, dampak lingkungan pun akan menyertai penggunaan

kemasan ini. Alasan timbulnya sampah akibat penggunaan kemasan ini adalah

respons tertinggi yang diberikan oleh para responden.

Lebih dari separuh responden juga telah sadar mengenai dampak kesehatan yang

timbul akibat penggunaan kemasan berupa plastik maupun bahan lainnya. Data yang

telah diuraikan sebelumnya dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7 Grafik Kekurangan Makanan Kemasan


(Sumber: Dokumen Penulis)
23

Selain dampak kesehatan dan lingkungan, responden juga berpendapat mengenai

adanya dampak finansial. Seperti yang kita tahu, merupakan rahasia umum bahwa

makanan kemasan akan memiliki harga yang sedikit atas makanan segar. Namun,

ketahanan yang diberikan oleh makanan kemasan juga masih berimbang dengan

harga yang diberikan. Masalah ini akan semakin tampak ketika kemasan yang

digunakan diberikan sentuhan estetika. Sentuhan ini akan membuat harga makanan

tradisional yang dibeli akan semakin tinggi.

Kami ingin memberikan penjelasan mengenai respons kurang higienis yang diberikan

oleh responden. Sebenarnya, penggunaan kemasan modern pada makanan

tradisional justru meningkatkan tingkat kehigienisan makanan itu sendiri. Hal ini

terlihat saat proses produksi makanan yang mengharuskan makanan melewati suhu

yang tinggi maupun kemasan makanan yang akan dihampakan udaranya agar tidak

ada kontak dengan pengotor dari udara.


BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah kami lakukan, kami mendapatkan beberapa

simpulan. Pertama, penggunaan kemasan pada makanan tradisional tidak efektif. Hal

ini disebabkan oleh dua hal, yaitu masyarakat menganggap kemasan hanya akan

menimbulkan sampah dan kemasan akan mengurangi nilai tradisional makanan itu

sendiri. Kedua, terdapat dua dampak yang ditimbulkan oleh penggunaan kemasan

terhadap minat masyarakat. Dampak pertama adalah masyarakat menjadi lebih

tertarik dengan makanan tradisional dalam kemasan karena kepraktisannya. Dampak

kedua yaitu masyarakat menjadi sadar akan pentingnya nilai tradisional yang harus

tetap dijaga walaupun makanan tradisional disajikan dalam bentuk kemasan.

4.2 Saran

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya

penulis akan lebih detail dalam menjelaskan makalah diatas dengan sumber rujukan

yang lebih banyak dan dapat dipertanggungjawabkan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Julianti, E., & Nurminah, M. (2007). Teknologi Pengemasan.

Priskila, B. A., & Rizky, K. M. R. (2015). Persepsi Terhadap Makanan Tradisional

Jawa Timur: Studi Awal Terhadap Mahasiswa Perguruan Tinggi Swasta Di

Surabaya. Kinerja, 19(2), 112–125.

Sulchan, M., & Nur-W, E. (2007). Keamanan Pangan Kemasan Plastik dan

Styrofoam. Majalah Kedokteran Indonesia, 57, 54–59.

25
SANWACANA

“Belajarlah mengalah sampai tak seorangpun yang bisa mengalahkanmu. Belajarlah


merendah sampai tak ada seorangpun yang bisa merendahkanmu”
(Gobind Vashdev)

26
RIWAYAT PENULIS

Penulis bernama lengkap Luthfi Ahmad Qisthiaji lahir di Boyolali pada tanggal 18 April

1999 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Sarwiji dan Siti Khiptiyah.

Penulis sekarang bertempat tinggal di Jalan Sangkuriang Nomor 55, Kelurahan Dago,

Kecamatan Coblong, Kota Bandung.

Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Negeri

Citeureup 2 selama 3 tahun, kemudian pindah ke SD

Negeri 1 Simo dan lulus pada tahun 2011. Lulus dari

Sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Simo

pada tahun 2014, kemudian melanjutkan sekolah

menengah atas di SMA Negeri 1 Boyolali dan lulus

pada tahun 2017. Saat ini penulis sedang menempuh

pendidikan tingkat S1 di Fakultas Teknologi Industri

Institut Teknologi Bandung

27
RIWAYAT PENULIS

Penulis bernama Muhammad Furqon ini lahir di Purwodadi pada tanggal 30 April

1999. Ia anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan suami istri Bapak Fitri

Azhari, S.Pd. dan Ibu Mutmainah, S.Pd.

Ia menyelesaikan pendidikan dasar TK Aisyiah

Gisting pada tahun 2005. Lulus pendidikan dasar

SD Muhammadiyah Gisting pada tahun 2011. Lulus

dari Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Gisting

pada tahun 2014 dan lulus dari SMAN 1 Pringsewu

pada tahun 2017. Sekarang ia menempuh

pendidikan tingkat S1 Fakultas Teknologi Industri

ITB Kampus Jatinangor.

28
RIWAYAT PENULIS

Penulis bernama Robby Haryadi ini lahir di Bengkulu pada tanggal 24 April 1999. Dia

adalah anak pertama dari dua bersaudara pasangan Enden Suherlan dan Mardiyanti.

Robby berasal dari Kota Palembang, Sumatera Selatan.

Dia menyelesaikan pendidikan dasarnya di SD Kartika II-1

Palembang. Kemudian, dia melanjutkan Pendidikan

menengahnya di SMP Negeri 8 Palembang dan SMA Negeri

Sumatera Selatan. Saat ini ia sedang melanjutkan studi

program sarjana di Institut Teknologi Bandung pada

Fakultas Teknologi Industri. Dia memiliki prestasi di bidang

debat, argumentasi, dan komunikasi publik. Prestasi

tertinggi yang pernah dicapainya adalah oktofinalis NSDC

(National School Debating Championship).

29

Anda mungkin juga menyukai