Ttki Final PDF
Ttki Final PDF
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tata Tulis Karya Ilmiah
Oleh
BANDUNG
2017
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Peningkatan
Minat Masyarakat Untuk Mengonsumsi Makanan Tradisional Melalui Pengemasan
Makanan” ini dengan baik dan lancar.
Tak lupa pula, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada banyak pihak
yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ini. Tanpa bantuan mereka,
karya tulis ini belum tentu dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.
Untuk itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat Ibu
Linda Handayani Sukaemi, M.Hum., selaku dosen pengajar Tata Tulis Karya Ilmiah
kelas 23.
Penulis menyadari dalam pembuatan karya ilmiah ini masih terdapat kekurangan
baik dalam sistematika penulisan maupun isi karya ilmiah. Penulis berharap karya
tulis ini dapat menambah wawasan informasi mengenai minat masyarakat dalam
mengonsumsi makanan tradisional. Harapan penulis semoga karya tulis ini dapat
bermanfaat bagi masyarakat luas pada umumnya dan bagi penulis bagi khususnya.
Penulis
i
Abstrak
Penulisan karya tulis ini bertujuan meningkatkan minat masyarakat dalam mengonsumsi
makanan tradisional. Pokok masalah yang dibahas adalah dampak kemasan terhadap
minat masyarakat dalam mengonsumsi makanan tradisional. Pengumpulan data
penelitian ini menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada masyarakat. Kuesioner
tersebut berisi 8 pertanyaan berkaitan dengan pola konsumsi masyarakat & keefektifan
penggunaan kemasan pada makanan. Teknik pengumpulan data berikutnya yaitu
observasi langsung terhadap kondisi masyarakat. Teknik pengumpulan data yang
terakhir yaitu studi pustaka dengan menggunakan beberapa jurnal sebagai sumber.
Hasil yang akan diperoleh adalah cara yang tepat untuk meningkatkan minat masyarakat
dalam mengonsumsi makanan tradisional.
Kata kunci : makanan, tradisional, kemasan, konsumsi, minat
Abstract
The writing of this scientific paper is aimed to increase the society interest of consuming
traditional food. The core of problem explained on this paper is the effect of packaging
towards society interest of consuming traditional food. The aggregation of data uses
questioner answered by society. The questioner consists of eighth question correlated to
consumption pattern and the effectivity of food packaging. Next is direct observation of
society condition. The last technique is literature studies by using several journals as
resources. The expected result is the correct method to increase society interest for
consuming traditional food.
Key word : food, traditional, packaging, consumption, interest
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah .......................................... 1
1.1.1 Latar belakang ............................................................................... 1
1.1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 2
1.2 Tujuan Penelitian dan Manfaat ....................................................... 2
1.3 Ruang Lingkup Kajian .................................................................... 2
1.4 Hipotesis ........................................................................................ 3
1.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ......................................... 3
1.5.1 Metode ........................................................................................... 3
1.5.2 Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 3
1.6 Sistematika Penulisan .................................................................... 4
BAB II TEORI DASAR PENGEMASAN MAKANAN TRADISIONAL
2.1 Pengertian Makanan Tradisional dan Pengemasan Makanan ........ 5
2.2 Jenis-Jenis Pengemasan Makanan ................................................ 6
2.2.1 Klasifikasi Kemasan Makanan ........................................................ 7
2.2.2 Jenis-Jenis Pengemasan Makanan ................................................ 9
2.3 Fungsi Pengemasan Makanan ....................................................... 10
2.4 Keefektifan Pengemasan Makanan Tradisional ............................. 11
BAB III ANALISIS PENINGKATAN MINAT MASYARAKAT UNTUK
MENGONSUMSI MAKAN TRADISIONAL MELALUI PENGEMASAN
MAKANAN
3.1 Minat Masyarakat untuk Mengonsumsi Makanan Tradisional ........ 12
3.2 Pandangan Masyarakat Terhadap Makanan Kemasan ................. 13
3.3 Keefektifan Pengemasan Makanan Tradisional ............................. 15
3.4 Tanggapan Masyarakat Mengenai Pengemasan
Makanan Tradisional ..................................................................... 18
3.5 Dampak Pengemasan Makanan Tradisional ................................. 20
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan ....................................................................................... 24
4.2 Saran ............................................................................................ 24
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Grafik Konsumsi Makanan Tradisional .................................. 13
2. Grafik Konsumsi Makanan Kemasan .................................... 14
3. Grafik Kelebihan Makanan Kemasan .................................... 17
4. Grafik Kekurangan Makanan Kemasan ................................ 18
5. Grafik Penyajian Makanan Tradisional dalam Kemasan ........ 19
6. Grafik Keefektifan Penggunaan Kemasan ............................ 20
7. Grafik Kekurangan Makanan Kemasan ................................ 22
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Makanan tradisional adalah makanan khas daerah yang diolah dari bahan pangan hasil
produksi setempat. Selain itu makanan tradisional juga merupakan identitas serta
kebanggaan suatu daerah. Namun saat ini pola konsumsi masyarakat mulai banyak
banyaknya makanan produk cepat saji sehingga sebagian masyarakat lebih memilih
disuguhkan.
terkesan kurang higienis. Masyarakat biasa menggunakan daun pisang, daun jati, daun
bambu, daun bacang dan daun pandan untuk membungkus makanan tradisional.
Apabila makanan tradisional tersebut merupakan makanan basah, maka daun yang
digunakan sebagai kemasan tersebut akan basah juga. Sehingga masyarakat akan
berpikir dua kali jika ingin memakannya karena akan membuat tangan kotor dan
lengket.
1
2
masalah, diantaranya.
Tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini adalah menemukan cara untuk
meningkatkan minat masyarakat terhadap makanan tradisional. Salah satu cara yang
Diharapkan tulisan ini dapat membantu masyarakat Indonesia agar mereka mencintai
Untuk menjawab rumusan masalah di atas, terdapat beberapa aspek yang harus dikaji,
diantaranya
1.4 Hipotesis
modern yang tahan lama dan mudah untuk dikonsumsi. Hal ini terjadi karena teknologi
yang telah merambah pengolahan makanan dan budaya masyarakat yang lebih
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,
yaitu mendeskripsikan data baik dari dokumen maupun dari lapangan kemudian
dianalisis. Metode lain yang kami gunakan adalah metode komparatif, yaitu
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
Kelurahan Dago.
4
Penulisan laporan penelitian ini terbagi menjadi empat bab, yaitu pendahuluan, teori
saran. Pada bab satu akan dibahas mengenai latar belakang aspek laporan ini,
rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup kajian, metode dan teknik
pengumpulan data pada laporan ini, serta sistematika penulisan. Pada bab dua akan
makanan tradisional. Pada bab tiga akan dijabarkan analisis masalah-masalah yang
telah dirumuskan secara lengkap. Bab empat berisi tentang simpulan dan saran dari
Hal lumrah yang biasanya terlintas dibenak masyarakat ketika mendengar tradisional
adalah sesuatu yang lama, kuno atau ketinggalan zaman, tetapi pengertian
sebenarnya tradisional itu adalah sesuatu kebiasaan yang lahir dari leluhur yang
diturunkan secara turun temurun dan masih banyak dijalankan masyarakat saat ini
(M. Abed Al Jibri : 2000). Suatu hal dikatakan tradisional apabila hal tersebut
diturunkan secara turun temurun dari nenek moyang. Sehingga hal tersebut
bergantung pada budaya dan kesenian daerah asalnya. Sesuatu yang tradisional
tidak dapat dikategorikan sebagai hal yang jelek, akan tetapi hal inilah yang suatu
saat dapat menjadi ciri khas masyarakat setempat. Seperti contohnya makanan
Makanan tradisional adalah warisan makanan yang diturunkan dan telah membudaya
sebagai makanan umum yang biasa dikonsumsi sejak beberapa generasi, terdiri dari
hidangan yang sesuai dengan selera manusia, tidak bertentangan dengan keyakinan
agama masyarakat lokal, dan dibuat dari bahan-bahan makanan dan rempah-rempah
yang digunakan merupakan bahan baku dari alam dan mempunyai kandung gizi yang
tinggi akan serat dan protein. Proses penyajian dan alat pembuatan makanan
tradisional juga berbeda. Alat pembuatan yang tradisional contohnya adalah kuali
5
6
dari tanah, lesung, dan lainnya. Proses penyajian yang tradisional dapat dilihat dalam
Dalam setiap proses pembuatan makanan perlu diperhatikan pula proses penyajian
dilakukan untuk menyiapkan suatu produk agar siap untuk didistribusikan, disimpan,
dijual, dan dipakai. Selain itu proses pengemasan makanan juga berguna untuk
juga melindungi suatu produk makanan dari kontaminasi bakteri dan kuman dari
udara bebas serta menentukan seberapa besar porsi yang akan diberikan pada
konsumen. Pengemasan yang baik dan benar mampu membuat makanan tersebut
lebih tahan lama dari umumnya. selain itu pengemasan juga memberikan nilai
yang kita inginkan. Namun, pengemasan merupakan suatu hal yang kompleks dan
harus sesuai dengan jenis bahan makanan yang akan dikemas. Oleh karena itu,
a. Kemasan sekali pakai (disposable), yaitu kemasan makanan yang akan langsung
dibuang setelah dipakai. Contoh : plastik pembungkus permen, styrofoam seblak, dan
yang lainnya.
b. Kemasan yang dapat dipakai berulang kali (multitrip), yaitu kemasan yang tetap
dapat digunakan meski telah digunakan. Contoh : botol kecap, botol saus, kaleng
c. Kemasan yang tidak dibuang atau dikembalikan konsumen (semi disposable), tapi
digunakan untuk kepentingan lain oleh konsumen, misalnya botol sirop untuk tempat
air minum, kaleng biskuit untuk tempat kerupuk dan yang lainnya.
dengan kemasan)
b. Kemasan sekunder, yaitu kemasan yang memiliki fungsi utama untuk melindungi
kelompok-kelompok kemasan lain. Misalnya karton susu kaleng, kotak kayu buah
pengangkutan. Misalnya buah yang telah dibungkus dimasukkan ke dalam kotak lalu
b. Kemasan kaku, yaitu bahan kemasan yang bersifat keras, kaku, tidak tahan
lenturan, serta mudah patah apabila dibengkokkan. Misalnya kayu, logam, dan gelas.
c. Kemasan semi kaku/semi fleksibel, yaitu bahan kemasan yang memiliki sifat-sifat
antara kemasan fleksibel dan kemasan kaku. Misalnya botol plastik dan wadah bahan
a. Kemasan hermetis (tahan uap dan gas), yaitu kemasan yang secara sempurna
tidak dapat dilalui oleh gas, udara, atau uap air sehingga wadah tidak dapat dilalui
oleh bakteri, kapang, ragi, dan debu. Misalnya kaleng dan botol gelas yang ditutup
secara hermetis.
b. Kemasan tahan cahaya, yaitu kemasan yang tidak bersifat transparan. Misalnya
c. Kemasan tahan suhu tinggi, yaitu kemasan yang diperlukan untuk proses
pemanasan, pasteurisasi, dan sterilisasi. Kemasan ini umunya terbuat dari gelas dan
logam.
9
a. Wadah siap pakai, yaitu bahan kemasan yang siap diisi dengan bentuk yang telah
b. Wadah siap dirakit, yaitu bahan kemasan yang masih memerlukan tahap perakitan
sebelum diisi. Contoh : kaleng dalam bentuk lembaran dan wadah yang terbuat dari
Bahan dasar untuk pengemasan makanan terdiri atas kertas, gelas, logam (kaleng),
plastik, dan komposit (gabungan beberapa bahan dasar). Setiap bahan dasar
karakteristik dari setiap jenis bahan dasar kemasan, kita akan mampu memilih model
pengemasan makan yang tepat sesuai dengan bahan makanan. Berikut adalah tabel
(kaleng)
robek
untuk
produk cair
mengontaminasi
produk
biodegradable biodegradable
didaur ulang
proses massal
dapat didaur
ulang
Fungsi kemasan dalam sebuah produk sejatinya untuk melindungi produk dari
2. Melindungi produk dari penyebab kerusakan yang berasal dari luar seperti debu,
Sejatinya, pengemasan makanan tradisional sudah ada sejak zaman dahulu. Orang-
tradisional. Contohnya, daun pisang, daun jambu, daun jagung dan daun jati. Namun,
berkurangnya akibat bencana alam maupun penebangan liar. Kita dapat melihat satu
contoh, yaitu lontong. Lontong biasanya dibungkus dengan daun pisang, namun kini
Hal ini menunjukkan masyarakat semakin kreatif dan kritis dalam hal pengemasan.
Daun mulai sedikit ditinggalkan karena bahannya yang terbatas dan tidak selalu
tersedia. Hanya segelintir orang yang memiliki kebun pisang, kebun jagung dan
sebagai pengemas makanan tradisional. Kita ambil contoh yaitu dodol. Dodol yang
Dodol garut, dodol betawi, dodol salak, dan dodol jahe merupakan beberapa jenis
12
dodol yang kemasannya berbahan dasar plastik. Kemudian ada juga dodol susu yang
tradisional seperti lemper, lontong, dodol, dan ketupat. Hal ini dibuktikan dengan
banyaknya penjual yang menjajakan makanan tradisional di pinggir jalan dan pasar.
Selain itu mereka juga sering mengonsumsi makanan tradisional ketika mengikuti
Berdasarkan kuesioner yang telah diberikan kepada delapan puluh responden. Kami
tradisional sebanyak dua sampai empat kali dalam seminggu, 18,8% responden
delapan kali dalam seminggu dan 8,8% menjawab tidak pernah mengonsumsi
makanan tradisional. Dari data tersebut diketahui bahwa tidak setiap hari masyarakat
sedang. Hal ini dapat disebabkan karena sedikitnya variasi dari makanan tradisional
12
13
modern seperti makanan kemasan, makanan cepat saji, dan yang lainnya. Data yang
tradisional. Dari sisi penampilan juga menunjukkan bahwa makanan kemasan lebih
kemasan lebih praktis dan lebih mudah dipegang dibandingkan dengan makanan
tradisional.
14
Berdasarkan kuesioner yang telah diberikan kepada delapan puluh responden. Kami
sebanyak dua sampai empat kali dalam seminggu, 32,5% responden menjawab
mengonsumsi makanan kemasan empat sampai delapan kali dalam seminggu, 25%
responden menjawab mengonsumsi makanan kemasan lebih dari delapan kali dalam
seminggu dan 3,7% menjawab tidak pernah mengonsumsi makanan tradisional. Data
Dari data yang diperoleh tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat memiliki
pandangan jika makanan kemasan lebih baik daripada makanan tradisional. Mereka
makanan kemasan karena lebih tahan lama dibandingkan makanan tradisional yang
cepat basi.
Jika kita membicarakan masalah makanan, kurang lengkap rasanya apabila kita tidak
konsumen secara layak, baik dari segi kehigienisan maupun dari segi kesehatan.
Seperti yang kita ketahui, orang-orang menyukai hal yang praktis, efisien, dan efektif.
Orang-orang akan cenderung meninggalkan suatu hal yang ia rasa pelik & banyak
kekurangan.
Kemasan yang baik menurut konsumen adalah kemasan yang murah, mudah dibawa
ke mana-mana, dapat menjaga makanan dengan aman dari pengaruh luar, rapat,
tertutup, dan praktis. Apabila kita berkunjung ke pasar tradisional atau toko-toko yang
dengan jenis kemasan yang bermacam-macam, ada yang terbuat dari daun, plastik
pengemasan.
Daun adalah bahan yang bisa dibilang sudah cukup lama digunakan oleh orang
zaman dahulu untuk mengemas makanan. Daun dipilih karena keberadaannya yang
mudah ditemukan. Di kebun, sawah, hutan, sungai bahkan di depan rumah kita dapat
menjumpai pohon dengan mudahnya. Kelebihan lain dari daun yaitu ramah
lingkungan karena daun merupakan bahan organik, saat sudah menjadi sampah,
daun dapat hancur bersama tanah dalam kurun waktu kurang lebih 3-4 bulan. Hal ini
16
dalam mengatasi sampah yang kian hari kian memburuk. Namun, daun juga memiliki
kelemahan dalam hal pengemasan, masyarakat merasa masih kuno dan ketinggalan
kian hari kian berkurang menjadi faktor lain mengapa produsen memilih untuk
beralih fungsi menjadi permukiman warga sehingga lambat laun daun sudah mulai
ditinggalkan pemakaiannya.
Selain daun, kita dapat menjumpai plastik sebagai kemasan. Plastik sudah menjadi
dipercaya dapat menjaga produk dengan baik. Sifatnya yang anti air dan mudah
produsen. Kelemahan dari plastik adalah sifatnya yang anorganik. Butuh waktu yang
cukup lama bagi plastik untuk ikut hancur bersama tanah di dalam bumi sehingga
plastik cukup dibenci oleh para pecinta lingkungan dan masih menjadi momok hingga
sekarang. Bahan kemasan lainnya adalah kertas. Sangat jarang ditemukan makanan
tradisional yang dilapisi oleh kertas. Sifatnya yang tidak tahan air dan lengket di
adalah dodol.
Pengemasan merupakan satu hal yang sangat penting. Karena dengan adanya
Kemasan juga dirasa dapat menarik minat konsumen untuk membelinya. Terlebih
17
makanan tradisional dalam kemasan sangat praktis, tahan lama dan higienis.
adalah grafik kekurangan makanan dalam kemasan. Data yang telah diuraikan
Hasil kuesioner ini bersesuaian dengan hasil observasi yang telah kami lakukan.
Sehingga, dapat ditarik simpulan bahwa masyarakat secara umum telah mengetahui
tradisional. Data yang telah diuraikan sebelumnya dapat dilihat pada gambar 4.
yang telah kami bagikan, didapatlah 80 orang responden dengan jawaban yang
dalam bentuk kemasan. Sedangkan 32,5% responden tidak setuju jika makanan
bentuk kemasan menyatakan 10% dari mereka memilih cara ini tidak efektif jika
makanan tradisional disajikan dalam bentuk kemasan dengan alasan kemasan akan
menyatakan jika cara ini sangat efektif dengan alasan makanan tradisional tersebut
dapat lebih tahan lama dan cukup praktis. Sedangkan sisanya, sebanyak 61,3%
menyatakan mungkin saja cara ini cukup efektif jika kemasan tersebut tidak
tradisional, masyarakat masih menggunakan bahan alam seperti daun pisang, daun
kelapa, dan lainnya. Contoh makanan yang menggunakan kemasan daun adalah
lemper, lontong, dan ketupat. Walaupun makanan ini telah dibungkus, namun tetap
saja makanan tidak akan bertahan lama. Oleh sebab itu, banyak perusahaan
dikemas dengan bahan sejenis ini memiliki ketahanan yang lebih baik. Makanan yang
dikemas dengan plastik dan dikeringkan dapat tahan hingga waktu setahun.
Bandingkan dengan makanan tradisional biasa yang hanya dibungkus daun hanya
dapat bertahan sekitar tiga hingga lima hari. Selanjutnya kita akan membahas secara
21
Bahan kemasan yang biasa digunakan untuk mengemas makanan adalah plastik.
Plastik kemasan makanan dapat terdiri atas polietilen, polipropilen, nilon poliester dan
makanan yang berbeda. Salah satu contohnya adalah kemasan yang terdiri atas
lapisan kertas, polietilen, aluminium foil, dan polipropilen baik untuk makanan kering,
seperti kue putri salju, nastar, dan rengginang. Namun, perlu diperhatikan bahwa
kemasan plastik mengandung zat aditif. Zat ini sebenarnya diperlukan untuk
menyempurnakan sifat-sifat fisik kima plastik kemasan. Zat aditif ini dapat berupa
viskositas, penyerap asam, pelumas, dan lain-lain. Namun, dibalik sisi baiknya untuk
tradisional ini sejatinya tidak boleh dikonsumsi karena bersifat toksik bagi tubuh. Oleh
karena itu, dibutuhkan plastik dan bahan makanan yang sesuai agar makanan dalam
dan lazim digunakan sebagai bahan pelindung dan penahan getaran. Bahan dasar
dari styrofoam adalah polisterin, jenis plastik yang sangat ringan, kaku, tembus
cahaya, dan murah tetapi cepat rapuh. Akibat dari kelemahannya, styrofoam
dicampur dengan seng dan senyawa butadiena. Kelebihan bahan kemasan ini adalah
dan keutuhan makanan tetap dapat terjaga, biaya murah, dan ringan. Hal yang
berbahaya dari penggunaan styrofoam adalah residu yang ditinggalkan. Residu ini
dapat menyebabkan timbulnya penyakit EDC (endokrin disrupter). Penyakit ini terjadi
akibat adanya gangguan pada sistem reproduksi dan endokrinologi. Semakin lama
waktu pengemasan dengan styrofoam dan semakin tinggi suhu, maka semakin besar
pula migrasi atau perpindahan bahan yang bersifat toksik ke dalam makanan
lemak dalam makanan, seperti rendang, semur, dan malbi dalam kemasan.
ditimbulkan dari kemasan ini, dampak lingkungan pun akan menyertai penggunaan
kemasan ini. Alasan timbulnya sampah akibat penggunaan kemasan ini adalah
Lebih dari separuh responden juga telah sadar mengenai dampak kesehatan yang
timbul akibat penggunaan kemasan berupa plastik maupun bahan lainnya. Data yang
adanya dampak finansial. Seperti yang kita tahu, merupakan rahasia umum bahwa
makanan kemasan akan memiliki harga yang sedikit atas makanan segar. Namun,
ketahanan yang diberikan oleh makanan kemasan juga masih berimbang dengan
harga yang diberikan. Masalah ini akan semakin tampak ketika kemasan yang
digunakan diberikan sentuhan estetika. Sentuhan ini akan membuat harga makanan
Kami ingin memberikan penjelasan mengenai respons kurang higienis yang diberikan
tradisional justru meningkatkan tingkat kehigienisan makanan itu sendiri. Hal ini
terlihat saat proses produksi makanan yang mengharuskan makanan melewati suhu
yang tinggi maupun kemasan makanan yang akan dihampakan udaranya agar tidak
4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah kami lakukan, kami mendapatkan beberapa
simpulan. Pertama, penggunaan kemasan pada makanan tradisional tidak efektif. Hal
ini disebabkan oleh dua hal, yaitu masyarakat menganggap kemasan hanya akan
menimbulkan sampah dan kemasan akan mengurangi nilai tradisional makanan itu
sendiri. Kedua, terdapat dua dampak yang ditimbulkan oleh penggunaan kemasan
kedua yaitu masyarakat menjadi sadar akan pentingnya nilai tradisional yang harus
4.2 Saran
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih detail dalam menjelaskan makalah diatas dengan sumber rujukan
24
DAFTAR PUSTAKA
Sulchan, M., & Nur-W, E. (2007). Keamanan Pangan Kemasan Plastik dan
25
SANWACANA
26
RIWAYAT PENULIS
Penulis bernama lengkap Luthfi Ahmad Qisthiaji lahir di Boyolali pada tanggal 18 April
1999 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Sarwiji dan Siti Khiptiyah.
Penulis sekarang bertempat tinggal di Jalan Sangkuriang Nomor 55, Kelurahan Dago,
27
RIWAYAT PENULIS
Penulis bernama Muhammad Furqon ini lahir di Purwodadi pada tanggal 30 April
1999. Ia anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan suami istri Bapak Fitri
28
RIWAYAT PENULIS
Penulis bernama Robby Haryadi ini lahir di Bengkulu pada tanggal 24 April 1999. Dia
adalah anak pertama dari dua bersaudara pasangan Enden Suherlan dan Mardiyanti.
29