Anda di halaman 1dari 50

PENGALAMAN 

IBU DALAM MENGATUR POLA MAKAN
ANAK USIA TODDLER DI DUSUN WAITOMU
KECAMATAN LEIHITU KABUPATEN
MALUKU TENGAH

PROPOSAL

Oleh :
Hawarti Ulema

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MALUKU HUSADA

i
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN PENELITIAN......................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN…............... v
RIWAYAT HIDUP PENULIS............................................................. vi
LEMBAR PERSEMBAHAN............................................................... vii
MOTTO.................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR........................................................................... ix
ABSTRAK ............................................................................................. x
DAFTAR ISI.......................................................................................... xi
DAFTAR BAGAN................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................ 1
1.2 Rumusan Penelitian..................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus.................................................................. . 4
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................... 4
1.4.1 Manfaat Teoritis................................................................ 4
1.4.2 Manfaat Praktis.................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pola Makan.................................................................................. 6
2.1.1 Pengertian Pola Makan...................................................... 6
2.1.2 Komponen Pola Makan...................................................... 6
2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan....................... .. 7
2.1.4 Pedoman Pola Makan Sehat............................................... 8
2.2 Anak Usia Toddler...................................................................... 12
2.2.1 Pengertian Anak Usia Toddler........................................... 12
2.2.2 Karakteristik Makan Anak Usia Toddler........................ 13
2.2.3 Kebutuhan Gizi Anak Usia Toddler.................................. 14

ii
2.2.4 Kebutihan Zat Gizi Pada Anak Usia Toddler.................... 16
2.2.5 Perkembangan Anak Usia Toddler.................................. . 19
2.3 Pengalaman ................................................................................ 32
2.3.1 Pengertian Pengalaman...................................................... 32
2.4 Keaslian Penelitian ..................................................................... 34
BAB III KERANGKA TEORI
3.1 Kerangka Teori............................................................................ 35
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian......................................................................... 36
4.2 Waktu Dan Lokasi...................................................................... 36
4.2.1 Tempat penelitian.............................................................. 36
4.2.2 Waktu Penelitian…........................................................... 36
4.3 Populasi, informan, sampling...................................................... 37
4.3.1 Populasi ............................................................................ 37
4.3.2 Informan/Partisipan............................................................ 37
4.3.3 Sampling ............................................................................ 37
4.4 Variabel……............................................................................... 38
4.5 Instrumen Penelitian.................................................................... 38
4.6 Prosedur Pengumpulan Data....................................................... 38
4.7 Pengolahan Dan Analisa Data..................................................... 39
4.8 Etika Penelitian........................................................................... 40

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asupan nutrisi yang cukup merupakan salah satu kebutuhan dasar yang

diperlukan anak dalam siklus kehidupannya untuk perkembangan dan

menjaga fungsi tubuh. Anak merupakan individu yang berada dalam satu

rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja.

Balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu toddler (1-3 tahun)

dan prasekolah (3-5 tahun). Toddler dikenal dengan konsumen pasif,

sedangkan usia prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif.

(Proverawati, 2015)

Badan Kesehatan Dunia WHO (2016) menjelaskan bahwa kondisi

kekurangan nutrisi berhubungan dengan 45% kematian anak. Indonesia

tercatat sebagai negara yang memiliki masalah kekurangan gizi nomor 5 di

dunia pada tahun 2012.

Menurut riset kesehatan dasar menunjukan 17,7% bayi usia di bawah 5

tahun balita masih mengalami masalah gizi. Angka tersebut terdiri atas balita

yang mengalami gizi buruk sebesar 3,9% dan menderita gizi kurang sebesar

13,8% ( kementrian kesehatan 2018).

Menurut dinas kesehatan tercatat sebanyak 143 anak di kota ambon

mengalami kekurangan gizi. Jumlah ini berpotensi naik menjadi gizi buruk

bila tidak ditangani dengan baik (DinKes Maluku 2018).

1
2

Data dari Puskesmas Perawatan Hila tercatat ada 95 anak usia toddler

(1-3 tahun ) didusun Waitomu,di antaranya 48 berjenis kelamin laki-laki dan

47 berjenis kelamin perempuan. Sedangkan yang di timbang 34 anak laki-laki

dan 34 anak perempuan. Untuk anak yang mengalami gizi lebih tidak ada.

Tetapi terdapat Anak yang mengalami gizi kurang sebanyak 18 anak, 7 anak

laki-laki dan 11 anak perempuan. Sedangkan anak dengan masalah pola

makan tidak teratur sebanyak 8 anak , 4 anak laki-laki dan 3 anak perempuan.

(juli 2020)

Menurut berbagai penelitian, sering kali orang tua tidak memiliki

perilaku yang baik dalam memberikan makan pada anak, seperti terlalu

permissive sehingga hanya mengikuti kemauan anak untuk makan , Selain itu

beberapa terdapat golongan orang tua yang tidak khawatir jika anaknya

mengonsumsi makanan sembarangan yang tidak sehat .

Pada usia toddler, anak akan membentuk pola dan kebiasaan makan

yang akan terbawa pada tahun – tahun berikutnya. Namun terkadang anak

memiliki karakteristik yang khas seperti anak sukar atau kurang mau makan,

nafsu makan anak sering kali berubah yang mungkin pada hari ini makannya

cukup banyak dan pada hari berikutnya makannya sedikit, biasanya anak

menyukai jenis makanan tertentu, dan anak cepat bosan serta tidak tahan

makan sambil duduk dalam waktu yang lama (Supartini, 2016).

Berdasarkan data awal di dusun Witomu di dapatkan sebanyak 7 anak

dengan pola makan tidak teratur dan kebanyakan makanan yang anak
3

konsumsi berupa cemilan / makanan ringan yang mengandung perasa

makanan yang tinggi sehingga mengurangi minat makan anak untuk

mengkonsumsi makanan yang sehat (april 2020).

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan kepala dusun

waitomu bahwa di dusun Waitomu belum pernah dilakukan penelitian tentang

pengalaman ibu dalam mengatur pola makan anak. Dan hasil wawancara

dengan bebrapa ibu dengan anak usia toddler mengenai pengalamn ibu dalam

mengatur pola makan anak yaitu: ibu A mengatakan anaknya sulit makan dan

hanya mengkonsumsi susu. Ibu B mengatakan anaknya suka jajan makanan

ringan (taro dll) dan tidak tertarik makan sayur dan buah. Ibu C mengatakan

anaknya hanya mengkonsusmsi nasi mie dan telur 1 kali dalam sehari, tidak

suka daging ikan dan sayur.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “pengalaman ibu dalam mengatur pola makan anak usia

Toddler”.

I.2 Rumusan penelitian

Dari hasil uraian latar belakang masalah tersebut diatas, penulis tertarik

melakukan sebuah penelitian“bagaimanakah pengalaman ibu dalam mengatur

pola makan anak usia toddler di Dusun Waitomu”


4

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

 1. Mengetahui pengalaman ibu dalama mengatur pola makan anak usia

toddler di Dusun Waitomu

1.3.2 Tujuan Khusus

 1. Mengidentifikasi pola makan anka usia toddler di Dusun Waitomu

2. Mengidentifiksi kesulitan pola makan anak usia toddler di

Dusun Waitomu

3. Mengidentifikasi upaya ibu dalam mengatur pola makan anak usia

toddler

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian merupakan sumber yang dapat digunakan untuk

kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan.Ada dua macam manfaat

penelitian adalah sebagai berikut :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini dapat menjelaskan bagaimana pengalaman ibu

dalam mengatur pola makan anak usia roddler, sehingga dapat dijadikan

sebagai referensi dalam pengembangan ilmu pengetahuan keperawatan,

terutama pada ilmu keperawatan anak.

1.4.1 Manfaat Praktis

1. Bagi peneliti Memberikan pengalaman nyata dalam melakukan

penelitian, serta mampu menerapkan pengetahuan dan ketrampilan

dalam melakukan penelitian.


5

2.  Bagi profesi perawat Hasil penelitian ini dapat meningkatkan ilmu

pengetahuan profesi, sehingga mampu mengembangkan intervensi

keperawatan mandiri yang akan diberikan kepada pasien, terlebihnya

asuhan keperawatan yang diberikan kepada anak.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pola Makan

2.1.1 Pengertian Pola Makan

Pola makan adalah gambaran mengenai macam dan jumlah

bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh seseorang

(sulistyoningsi, 2011 h.52). pola makan merupakan perilaku paling

penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi. (Doddy Izawardy,

Abdul Razak Taha, Marry Astuti, Endang L achadi, Hardiansyah dan

Kemenkes 2014) pola makan sehat memiliki maknas mengonsumsi real

food seuai dengan kebutuhan tubuh yang disesuaikan dengan kondisi

masing-masing tubuh individu (Subroto, 2008).

2.1.2 Komponen Pola Makan

1. Jenis makanan

Jenis makan adalah sejenis makan pokok yang dimakan setiap hari

terdiri dari makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran dan

buah yang dikonsumsi setiap hari. Makanan pokok adalah sumber

makana utama di negara Indonesia yang dikonsumsi setiap orang

atau sekelompok masyarakat yang terdiri dari beras, jagung, sagu,

umbi-umbian, dan tepung. (Sulistyoningsih,2011).

6
7

2. Frekuensi makan

Frekuensi makan adalah beberapa kali makan dalam sehari meliputi

makan pagi, akan siang, makan malam dan makan selingan.

Frekuensi makan dengan porsi 3 kali sehari lebih penting dari pada

minum segelas atau dua gelas susu. (Qonitun, 2018)

3. Jumlah makan

Banyaknya makanan yang di konsumsi setiap orang atau individu.

2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan

Pada umumnya faktor yang mempengaruhi pola makan adalah

faktor ekonomi, sosial budaya, agama, pendidikan, serta lingkungan.

(Sulistyoningsi,2011)

1. Faktor ekonomi

Pendapatan tinggi mempengaruhi daya beli masyarakat terhadap

makanan sehat yang lebih didasarkan pada selera dibandingkan

dengan aspek gizi. Mereka cenderung mengkonsumsi makan impor.

2. Faktor sosial budaya

Dalam budaya mempunyai suatu cara bentuk macam pola makan,

seperti: bagaimana pengolahannya, persiapan dan penyajian.

3. Agama

Setiap agama memiliki tatacara pola makan yang berbeda.


8

4. Pendidikan

Tingkat pengetahuan dan pendidikan dapat menentukan pemilihan

terhadap makanan dan penentuan gizi.

5. Lingkungan

Lingkungan dapat mempengaruhi bentuk perilaku makan dalam

keluarga melalui adanya promosi kesehatan, media elektronik, dan

media cetak.

2.1.4 Pedoman Pola Makan Sehat

Pedoman pola makan sehat masyarakat berkaitan erat dengan

pedoman empat sehat lima sempurna, makanan triguna dan 13 dasar

gizi seimbang. Menurut Depkes RI, 2005 tri guna makanan merupakan

pengelompokan bahan makanan berbentuk tumpeng (kerucut) yang

terdiri dari : sumber zat tenaga (padi-padian dan umbi-umbian ) yang

terletak pada dasar kerucut, sumber zat pengatur (sayur dan buah-

buahan) yang berada ditengah kerucut, dan sumber zat pembangun

(kacang – kacangan, makanan hewani dan hasil olahan ) yang

digambarkan pada bagian atas kerucut.

Pedoman 13 pesan dasar gizi seimbang menurut Depkes RI,2005

antara lain:

1. Makanlah aneka ragam makanan

Tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung semua zat gizi

yang membantu seseorang untuk hidup sehat., tumbuh kembang dan

produktif, oleh karena itu manusia perlu mengonsumsi beragam jenis


9

maknan, kecuali bayi 0-6 bulan dimana bayi cukup mengonsumsi

Air Susu Ibu (ASI). Makanan yang beragam harus mengandung

karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan serat makanan

dalam jumlah dan proporsi yang seimbang menurut kebutuhan

masing-masing kelompok.

2. Makalaha makanan untuk memenuhi kecukupan energi

Kebutuhan energi dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi makanan

sumber karbohidrat, protein dan lemak. Energi dibutuhkan untuk

metabolisme dasar dan kebutuhan sehari-hari seperti belajar, bekerja,

serta berolahraga. Kecukupan energi akan disimpan sebegai lemak,

apabila keadaan ini berlanjut maka anak menyebabkan obesitas.

Konsumsi energi berkurang maka cadangan energi tubuh yang

berada dalam jaringan otak atau lemak akan digunakan untuk

menutupi kekurangan, jika hal ini berlanjut dapat menurunkan daya

kerja, prestasi belajar dan kreativitas. Kekurangan energi yang

berlangsung lama pada seseorang akan menybabkan penurunan berat

badan dan gizi kurang. Dampak gizi kurang yang terjadi pada anak

akan mempegaruhi tumbuh kemban, dimana saat dewasa tinggi

badannya tidak mencapai ukuran normal, kurang tangguh dan mudah

terkena penyakit infeksi.


10

3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan

energi

Terdapat dua kelompok karbohidrat, yaitu krbohidrat kompleks

(padi-padian, umbi-umbian, dan makanan seperti tepung, sagu, dan

pisang) dan karbohidrat sederhana (gula). Proses pencernaan

karbohidrat kompleks lebih lama dimana akan membuat seseorang

tidak mudah lapar, sedangkan karbohidrat sederhana yang mana

dapat langsung diserap dan dipergunakan tubuh sebagai energi

sehingga cepat menimbulkan rasa lapar. Konsumsi gula sebaiknya

dibatasi sekitar 3-4 sendok makan setiap hari (5% daru jumlah

kecukupan energi)

4. Batasi konsumsi lemak da minyak sampai seperempat dari

kecukupan energi

Konsumsi lemak berlebihan khususnya lemak /minyak jenuh hewani

dapat beresiko kegemukan, penyempitan pembulu arteri dan

penyakit jantung koroner. Namun mengonsumsi ikan dapat

mengurangi resiko jantung koroner, karena kandungan omega 3 yang

berperan dalam mencegah penyumbatan lemak pada dinding

pembulu darah.

5. Gunakan garam beryodium

Penggunaan garam beyodium dapat mencegah gangguan akibat

kekurangan yodium (GAKY). Namun penggunana garam belebihan


11

juga dapat meningkatkan tekanan darah. Mengonsumsi garam

sebaiknya tidak melebihi 6 gram atau 1 sendok teh perhari.

6. Makanlah makanan sumber zat besi

Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia, sumber utama zat

besi adalah bahan pangan hewani, kacang-kacangan serta sayuran

hijau tua.

7. Berikan ASI saja pada bayi sampai 4 bulan dan tambahkan MP-ASI

setelahmya

Makanan pendamping ASI hanya boleh diberikan setelah bayi

berusia lebih dari 4 bulan, yang diberika secara bertahap sesuai

umur, pertumbuhan badan serta perkembangan kecerdasan.

8. Biasakan makan pagi

Makan pagi atau sarapan dapat memelihara kesehatan fisik,

mempertahankan daya tahan saat bekerja, dan meningkatkan

produktifitas bekerja. Bagi anak sekolah sarapa dapat meningkatkan

konsetrasi belajar dan memudahan penyerapan pelajaran sehinga

prestasi meningkat.

9. Minumlah air bersih yang aman dan cukup jumlahnya

Air minum harus bersih dan bebas dari kuman. Cairan yang harus di

konsumsi oleh orang dewasa sekurang-kurangnya dua liter atau

delapan gelas setiap hari guna mencegah dehidrasi dan dapat

menurunkan resiko penyakit batu ginjal.


12

10. Lakukan aktivitas fisik sacara teratur

Aktivitas fisik secara dapat meningkatkan kebugaran, mencegah

kelebihan berat badan, meningkatkan fungsi jantung, paru dan otot

serta memperlambat proses penuaan. Olahraga harus dilakukan

secara rutin dan teratur. Macam dan takaran olahraga berbeda

menurut usia, jenis kelamin, pekerjaan dan kondisi kesehatan.

11. Hindari minuman beralkohol

Alkohol, rokok dan obat-obatan terlarang harus dihindari, karena

dapat membawa resiko untuk terjadi berbagai penyakit degeneratif,

vaskuler dan kanker.

12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan

Maknan yang aman adalah makanan yang bebas dari kuman dan

bahan kimia berbahaya, dan tida bertentangan dengan keyakinan

masyarakat. Menurut ahli gizi makanan yang aman harus pula

memenuhi syarat wholesome yang artinya zat gizi banyak yang

hilang, dan fisiknya tidak berubah, kecuali apabila makanan yang

akan di olah sengaja bentuknya di ubah ( misalnya kedelai dijadikan

tahu dan tempe )

13. Bacalah label pada makanan yang berkemas

Label kemasan makanan harus berisikan tanggal kadaluarsa

kandungan gizi dan bahan aktif yang digunakan.


13

2.2 Anak Usia Toddler

2.2.1 Pengertian Anak Usia Toddler

Menurut undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun

2002 tentang perlindungan anak , pasal 1 ayat 1, anak adalah seseorang

yang belum berusia 18 ( delapa belas ) tahun, termasuk anak yang

masih dalam kandungan. Sedangkan menurut (World Health

Organisation, 2016), anak dikatakan anak sejak anak berada dalam

kandungan sampai usia 19 tahun.

Anak usia toddler adalah anak yang berusia 12 – 36 bulan (1-3

tahun). Pada peridode ini anak berusaha mencari tahu bagaiana sesuatu

bekerja dan bagaimana mengontrol orang lain melalui kemarahan,

penolakan, dan tindakan keras kepala. Hal ini merupakan periode yang

sangat penting untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan

intelektual secara optimal (potter & Perry, 2010).

2.2.2 Karakteristik Makan Anak Usia Toddler

Anak usia toddler mempunyai ciri yang khas yaitu bergerak terus

dan tidak bisa diam serta sulit diajak duduk untuk waktu yang relatif

lama. Selasin itu dalam usia 12-18 bulan pertumbuhan sedikit lambat

sehingga kebutuhan nutrisi dan kalori menurun. Kebutuhan kalori

kurang lebih 100 kkal per kilogram berat badan dan kalori menurun

(supartini, 2016). Karakteristik terkait pemenuhan kebutuhan nutrisi

pada anak usia toddler adalah anak sukar atau kurang mau makan :
14

1. Nafsu makan anak sering kali berubah yang mungkin pada hari

ini makannya cukup banyak dan pada hari berikutnya makannya

sedikit.

2. Biasannya anak menyukai jenis makanan tertentu

3. Anak cepat bosan dan tidak tahan makan sambil duduk dalam waktu

yang lama. Anjurkan orangtua dalam karakteristiknya tersebut :

a. Ciptakan lingkunaga makan yang menyenangkan misalnya makan

sambil diajak bermain.

b. Beri kesempatan anak untuk belajar makan sendiri. Jangan

berharap anak makan banyak dengan rapi sebagaimana anak yang

lebih besar, karena anak usia toddler belum mampu

melakukannya.

c. Jangan menuruti kecenderungan anak untuk hanya menyukai satu

jenis makanan tertentu, kenalkan selalu dengan jenis makanan

baru.

d. Berikan makan pada saat masih hangat dengan porsi yang tidak

terlalu besar.

e. Kurangi frekuensi minum susu, anjurkan untuk minum dua kali

sehari saja.

2.2.3 Kebutuhan Gizi Anak Usia Toddler

Gizi adalah makanan yang dapat memenuhi kesehatan (waryana,

2010). Zat gizi (nutriens) adalah zat kimia yang diperlukan tubuh untuk

melakuan fungsinya yaitu menghasilkan energi, membangan dan


15

memelihara serta mengatur proses-proses kehidupan (almatsier, 2015).

Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung

zat-zat dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh,

dengan memerhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makan,an,

aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan (BB) ideal. Makanan sehari-

hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang

dibutuhkan oleh fungsi normal tubuh. Bila dikelompokan ada tiga zat

fungsi gizi dalam tubuh,yaitu (Almatsier, 2015 :

1. Memberi gizi

Zat-zat gizi yang memberikan kebutuhan energi adalah karbohidrat,

protein dan lemak. Oksidasi zat-zat ini menghasilakan energi yang

dibutuhkan oleh tubuh untuk melakukan aktivitas atau kegiatan.

2. Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh

Protein, minral dan air adalah bagian dari jaringan tubuh, oleh

karena itu dipelukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara dan

mengganti sel-sel yang rusak.

3. Mengatur proses tubuh

Protein, mineral, vitamin dan air diperlukan untuk mengatur proses

tubuh. Protein diperlukan untuk mengatur keseimbangan air di dalam

sel. Mineral dan vitamin diperlukan sebagai pengatur dalam proses

oksidasi. Air diperlukan untuk melarutkan bahan-bahan dalam tubuh.


16

4. Pola pemberian makan anak balita

Pola makan yang baik terdiri dari konsumsi makan yang berkualitas,

yaitu makanan yang sehat, bervariasi dengan jumlah yang cukup dan

perilaku makan yang benar. Faktor yang cukup dominan terdapat

kejadian gizi kurang yaitu perilaku memilih dan memberikan

makanan yang tidak tepat terhadap keluarga termasuk balita

(kemenkes,2018).

Pola pemberian makan balita :

a. Usia 0-6 bulan : hanya diberi ASI saja

b. Usia 6-8 bulan : diberikan ASI dan mkanan lunak berseling

c. Usia 9-11 bulan : diberi ASI dan makan lembek berseling

d. Usia 12-23 bulan : diberi ASI dan makan keluarga berseling

e. Usia 24-59 bulan : diberi maknaan keluarga

Untuk anak usia 1-2 tahun, pemebrian ASI yang masih

diteruskan sampai usia 2 tahun, pemberian makan keluarga secara

bertahap sesuai kemampuan anak. Pemebrian makan keluarga terdiri

dari nasi, lauk pauk, sayur dan buah, pemberian makanan selingan

2x sehari diantara waktu makan, jenis makanan bervariasi. Untuk

anak yang berusia lebih dari 2 tahun diberikan makanan keluarga 3x

sehari sebanyak 1/3 sampai ½ porsi orang dewasa dan pemberian

makanan selingan 2x sehari yang mengandung zat gizi.


17

2.2.4 Kebutuhan Zat Gizi Pada Anak Usia Toddler

Dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak usia toddler

sebeiknya penyediaan bervariasi menunya untuk mencegah kebosanan,

berikan susu, daging, sup, sayuran dan buah-buahan. Pada anak usia

toddler juga diperlukan makanan padat karen kamampuan mengunyah

anak sudah mulai kuat (Hidayat, 2015). Menurut (Almatsier, 2015)

kebutuhan gizi pada balita diantaranya energi, protein, lemak, air,

hodrat arang, vitamin, mineral.

1. Energi

Zat-zat yang mengandung energi terdiri dari protein, lemak dan

karbohidrat. Distribusi kalori dalam makanan anak yang dalam

keseimbangan diet ( balance diet ) ialah 15% berasal dari protein,

355% dari lemak dan 50% dari karbohidrat. Kelebihan energi tetap

setiap hari sebanyak 500 kalori, dapat menyebabkan kenaikan berat

badan 500 gram dalam seminggu.

2. Protein

Nilai gizi protein ditentukan oleh kadar asam amino esensial. Akan

tetapi dalam praktek sehari-hari umumnya dapat ditentukan dari

asalnya. Protein hewani biasanya mempunyai nilai yang lebih tinggi

bila dibandingkan denan protein nabati. Protein telur dan protein

susu biasanya dipakai sebagai standar untuk nilai gizi protein. Nilai

gizi protein nabati ditentukan oleh asam amino yang kurang (asam

amino pembatas), misalnya protein kacang-kacangan. Nilai protein


18

dalam makanan orang Indonesia sehari-hari umunya diperkirakan

60% dari pada nilai gizi protein telur.

3. Air

Air merupakan zat gizi yang sangat penting bagi bayi dan anak

karena bagian terbesar dari tubuh terdiri dari air, kehilangan air

melalui kulit dan ginjal pada bayi dan anak lebih besar dari pada

orang dewasa. Kebutuhan air sehari pada anak usia 12 bulan adalah

120-135 ml/kg/BB dan pada anak usia 2-3 tahun adalah 112-125

ml/kg/BB.

4. Lemak

Lemak merupakan komponen struktural dari semua sel-sel tubuh,

yang dibutuhkan oleh ribuan fungsi fisiologi tubuh .Lemak terdiri

dari trigliserida, fosfolipid dan sterol yang masing-masing

mempunyai fungsi khusus bagi kesehatan manusia. Sebagian besar

(99%) lemak tubuh adalah trigliserida. Trigliserida terdiri dari

gliserol dan asam-asam lemak. Disamping mensuplai energi, lemak

terutama trigliserida, berfungsi menyediakan cadangan energi tubuh,

isolator, pelindung dan menyediakan asam-asam lemak esensial.

5. Karbohidrat

Pada ASI dan sebagian susu formula bayi, 40%-50% kandungan

kalori berasal dari hidrat arang terutama laktosa. Karbohidrat

diperlukan pada anak-anak yang sedang tumbuh sebagai sumber

energi dan tidak ada ketentuan tentang kebutuhan minimal


19

karbohidrat karena glukosa dalam sirkulasi dapat dibentuk dari

protein dan gliserol.

6. Vitamin Dan Mineral

Pada dasarnya dalam ilmu gizi, nutrisi atau lebih dikenal dengan zat

gizi dibagi menjadi 2 macam, yaitu makronutrisi dan mikronutrisi.

Makronutrisi terdiri dari protein, lemak, karbohidrat dan beberapa

mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang besar. Sedangkan

mikonutrisi (mikronutrient) adalah nutrisi yang diperlukan tubuh

dalam jumlah yang sangat sedikit (dalam ukuran miligram sampai

mikrogram), seperti vitamin dan mineral .

Menurut Almatsier (2015), vitamin adalah zat-zat organik

kompleks yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah sangat kecil.

Vitamin dibagi menjadi 2 kelompok yaitu vitamin yang larut dalam

air (vitamin B dan C ) dan vitamin yang tidak larut dalam air

( vitamin A, D, E, dan K ). Mineral merupakan bagian dari tubuh dan

memegang peran penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik

pada tingkat sel, jaringan, organ maupun tubuh secara keseluruhan,

berperan dalam berbagai tahap metabolisme, terutama sebagai

kofaktor dalam aktivitas enzim-enzim (Almatsier, 2015).

2.2.5 Perkembangan anak usia toddler

Perkembangan merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat

tubuh yang dapat dicapai melalu tumbuh kematangan belajar . Menurut

Soetjiningsih (2012), perkembanga adalah pola perubahan yang dimulai


20

sejak pembuahan dan terus menerus berlanjut di sepanjang rentang

kehidupan individu. Senada dengan Soetjiningsih, allen & Marotz

(2010) menyebutkan bahwa perkembangan mengacu pada

bertambahnya kompleksitas yaitu perubahan dari sesuatu yang sangat

sederhana menjadi lebih rumit.

Proses bertahap penambahan sedikit demi sedikit dimana setiap

aspek baru perkembangan melibatkan dan dibangun atas perubahan

sebelumnya (Allen & Marotz, 2010). Setiap pencapaian diperlukan

untuk mencapai rangkaian keterampilan berikutnya dan pada periode

kanak-kanak awal merupakan masa kanak-kanak yang penting untuk

mengetahui kemampuan pencapaian tugas perkembangan anak sesuai

usiannya ( Soetjiningsih, 2012).

Menurut Soetjiningsih (2012), tugas perkembangan merupakan

tugas yang muncul pada suatu periode tertentu dalam kehidupan

individu dan ketika seseorang tidak mencapai suatu atau lebih tugas

perkembangan sesuai usiannya maka akan menjadi hambatan dalam

perkembangan berikutnya. Allen & Marotz (2010) menyebut bahwa

perkembangan anak usia pra sekolah meliputi perkembangan fisik,

kognitif, personal-sosial, bahasa, dan motorik (kasar dan halus )

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan

Beberapa teori mengenai foktor-faktor yang mempengaruhi

perkembangan menurut para ahli antara lain : aliran nativisme dari

berpendapat bahwa perkembangan individu semata-mata ditentukan


21

oleh unsur pembawaan. Berbeda dengan aliran nativisme, yang

mengikuti aliran empirisme berpendapat bahwa perkembangan

individu sepenuhnya ditentukan oleh faktor lingkungan / pendidikan.

Menggabungkan dua aliran diatas menjadi aliran konvergensi.

Menurut aliran konvergensi, perkembangan individu ditentukan oleh

kedua kekuatan tersebut, baik faktor dasar atau pembawaan maupun

faktor lingkungan karena keduanya secara convergent akan

menentukan seorang individu (Sulistyawati, 2014).

Menurut Hurlock, sependapat dengan aliran konverfensi

bahwa faktor kondisi internal maupun faktor kondisi eksternal akan

mempengaruhi kecepatan dan sifat atau kualitas perkembangan

seseorang. Faktor internal yang mempengaruhi perkembangan yaitu :

faktor genetik, ras atau etnik. Faktor genetik merupakan faktor

bawaan sejak lahir dari keluarganya. Pada umumnya, seseorang akan

memiliki kesamaan atau kemiripan baik dari intelegensi, bakat dan

lainnya. Ras atau etnik seseorang yang dilahirkan dari ras atau

bangsa Amerika maka ia tidak memiliki fakrot hereditas ras atau

bangsa Indonesia atau sebaliknya.

Selain faktor internal, perkembangan juga dipengaruhi oleh

faktor eksternal yaitu : faktor gizi, obat-obatan, radiasi, infeksi,

psikologi ibu, status sosial ekonomi keluarga, lingkungan

pengasuhan, lingkungan sekolah, kebudayaan dan stimulasi. Faktor

gizi ibu selama hamil dan setelah bayi lahir seperti pemberian ASI
22

yang akan mempengaruhi perkembangan anak ke depannya. Obat-

obatan yang dikonsumsi oleh ibu hamil dan ibu menyusui juga

mempengaruhi perkembangan karena mengganggu susunan saraf

pusat. Radiasi atau paparan sinar ini dapat mengakibatkan kelainan

pada janin. Infeksi saat ibu hamil seperti TORCH (Toskoplasma<

Rubella, Sitomegali Virus, Herpessimpleks) dapat menyebabkan

kelainan pada bayi yang mempengaruhi perkembangannya.

Selain itu psikologi ibu saat mengetahui kehamilannya juga

berpengaruh ke perkembangan anak. Jika kehamilan tersebut tidak

diinginkan ketika anak itu lahir akan merasa tertekan dan akan

mengalami hambatan perkembangan. Status sosial ekonimo keluarga

berkaitan dengan kemiskinan yaitu kekurangan makanan sehingga

akan menghambat proses anak untuk tumbuh dan berkembang.

Lingkungan pengasuhan seperti interaksi ibu-anak, ayah anak juga

sangat mempengaruhi perkembangan anak.

Selain lingkungan pengasuhan keluarga, lingkungan sekolah

juga merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan. Sekolah

adalah tempat anak untuk memperoleh pembelajaran dengan metode

yang baik dan benar sesuai usia anak. Jika terjadi ketidaksesuaian

metode pemebelajaran akan mengakibatkan perkembangan anak

tidak optimal. Kebudayaan suatu suku tertentu secara turun-temurun

diteruskan ke generasi berikutnya seperti anak harus diberikan air

putih setelah lahir, tidak boleh mengkonsumsi makanan yang amis


23

setelah melahirkan dan masih banyak lainnya. Pandangan tentang

kebudayaan masing-masing dianggap wajib dilakukan tanpa melihat

dampak ke depannya. Hal ini membuat terjadinya hambatan

perkembangan anak karena dalam praktiknya tidak sesuai dengan

teori atau tingkat pengetahuan.

Faktor lain yang mempengaruhi perkembangan yaitu stimulus.

Stimulus atau rangsangan yang diberika pada anak seperti belajar

bermain dan melakukan aktivitas tertentu sering dilupakan. Hal ini

dikarenakan sibuk dengan pekerjaan sehingga tidak ada waktu untuk

interaksi dengan anak. Kebanyakan orang tua menganggap cukup

menjaga dengan adanya pengasuh, padahal peran orang tua sangat

penting untuk perkembangan anak.

2. Aspek dalam perkembangan

Aspek dalam perkembangan anak menurut Allen & Marotz (2010)

meliputi perkembangan fisik, kognitif, personal-sosial, bahasa ,

motorik kasar serta motorik halus.

a. Perkembangan fisik

Perkembangan fisik merupakan berkembangannya proporsi

tubuh, berat badan dan tinggi badan dari sebelumnya. Pada anak

usia 1-3 tahun umumnya mengalami perkembangan fisik yaitu

akan terjadi pertambahan tinggi rata-rata 6,35 cm setiap tahun dan

pertambahan bera badan 2,5 -3,6 kg setiap tahun (Soetjiningsih,

2012). Menurut Allen & Marotz (2010), pada usia 1 tahun berat
24

badan akan bertambah kira-kira ¼ - ½ pon (0,13 – 0,25 kg) per

bulan sehingga rata-rata berat badannya 21 – 27 pon (9,6 – 12,3

kg), dan tinggi badan akan bertambah sekitar 2-3 inci (5,0 -7,6 cm

) per tahun sehingga kurang lebih tingginya 32 -35 inci (81,3

-88,9 cm).

b. Perkembangan motorik kasar dan motorik halus

Menurut Depkes RI (2016), perkembangan motorik kasar

adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak

melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot

besar seperti duduk, berdiri dan sebagainnya. Perkembangan

motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan

kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan

koordinasi bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-

otot kecil, seperti menulis.

Menurut Allen & Marotz (2010), anak-anak pada usia 1-3

tahun anak mengalami perkembangan sesuai usinya dalam

keterampilan motorik kasar dan motorik halus. Pada usia 1 tahun,

keampuan gerak kasar anak bisa mengangkat badannya dari posisi

duduk ke berdiri tanpa bantuan dan duduk sendiri tanpa bantuan.

Anak juga dapat berdiri selama 30 detik tanpa bantuan atau

pegangan dan berjalan di sepanjang ruangan tanpa jatuh serta

anak akan bisa menangkap dan melempar bola. Pada usia 2 tahun,

kemampuan gerak kasar anak bisa melompat jauh, melempar dan


25

menangkap bola besar. Anak bisa merangkak dan memanjat.

Anak juga bisa menendang bola kecil ke depan tanpa

berpegangan serta bisa berjalan naik tangga sendiri.

Pada usia 3 tahun, kemampuan gerak kasar anak bisa berdiri

selama 30 detik atau lebih tanpa berpegangan. Anak bisa

melempar bola lurus ke arah perut. Anak juga bisa mlompati

selembar kertas dengan mengangkat kedua kakinya. Anak dapat

mengayuh sepeda roda tiga. Tidak hanya keterampilan motorik

kasar, keterampilan motorik halus pada anak usia 1-3 tahun juga

akan meningkat. Pada usia 1 tahun, kemampuan mototrik halus

sudah dapat memegang pensil tanpa bantuan dan mencoret-coret

kertas tanpa petunjuk. Anak bisa menyusun balok-balok,

memasukan dan mengeluarkan benda dari suatu tempat ke tempat

lain, serta memasukan benda satu ke benda lainnya yang

ukurannya berbeda. Pada usia 2 tahun, kemampuan gerak halus

anak dapat menyusun balok-balok dengan jumlah yang lebih

banyak. Anak akan mengerti konsep jumlah seperti jumlah balok

ada 6, dan akan mengelompokan benda-benda sesuai jenisnya.

Sementara pada usia 3 tahun, kemampuan gerak halus anak

anak mampu menyusun balok-balok dengan jumlah yang lebih

banyak. Anak dapat membuat garis lurus ketika anak tidak

mampu melaksanakan tugas perkembangan motorik kasar dan


26

halus sesuai usianya berarti anak tersebut mengalami

keterlambatan perkembangan.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan

motorik kasar dan motorik halus meliputi : faktor makan,

pemberian stimulus, kesiapan fisik, jenis kelamin, dan budaya.

Faktor makan yaitu pemberian makan sejak anak lahir seperti

ASI. Pemberian stimulus seperti mengajak anak untuk bermain

secara rutin misalnya merangkak, berlari, dan lainnya untuk

meningkatkan keterampilan anak. Kesiapan fisik berarti kesiapan

diri anak itu sendiri baik dari saraf maupun kematangan fisik. Jika

anak tersebut sudah dilatih tetapi belum juga bisa berjalan berarti

bisa jadi dikarenakan faktor kesiapan fisik (Wiyani, 2014).

Jenis kelamin juga merupakan faktor lain yang juga dapat

mempengaruhi perkembangan anak. Jika diperhatikan, anak

perempuan lebih suka melakukan aktivitas yang melibatkan

keterampilan motorik halus. Sebaliknya, anak laki-laki lebih suka

melakukan aktivitas yang melibatkan keterampilan motorik kasar.

Selain itu, faktor budaya juga ikut berpengaruh dan menjadikan

kebiasaan seperti anak perempuan tidak boleh memanjat dan yang

boleh hanya anak laki-laki. Hal ini juga menyebabkan terjadinya

keterlambatan perekembangan motorik anak.


27

c. Perkembangan personal sosial

Perkembangan personal sosial adalah kemampuan untuk

berinteraksi dan beradptasi di dalam suatu lingkungan. Menurut

Allen & Marotz(2010), perkembangan anak usia 1-3 tahun anak

berkembang sesuai usianya. Pada usia 1 tahun, anak akan

cenderung bersikap ramah dan memiliki rasa ingin tahu yang

besar. Anak senang digendong dan dibacakan cerita. Anak juga

anak menirukan tingkah laku orang disekitarnya. Anak akan

cenderung menangis bila hal yang diinginkan tidak dipenuhi atau

saat kelelahan.

Pada usia 2 tahun, anak lebih menunjukan kasih sayang

dengan memeluk atau mencium anak-anak lain sabagai tanda

empati dan peduli. Anak sering tidak sabaran untuk menunggu

giliran dan sering menentang dengan berteriak. Anak juga sering

melihat dan menirukan permainan anak lain tetapi jarang mau

bergabung serta sering membuat perintah kepada orang dewasa.

Sementara pada usia 3 tahu, anak akan mengerti bertukat

giliran dan akan ikut bergabung bersama teman. Anak juga

menunjukan kasih sayang kepada anak lain yang lebih kecil atau

yang terluka.

Jika anak tidak bisa melakukan tugas perkembangan sesuai

usianya berarti anak tersebut mengalami keterlambatan

perkembangan. Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya


28

keterlambatan perkembangan personal sosial (Wiyani, 2014)

yaitu : rasa takut anak, rasa cemas, rendah duru, pemalu dan

ketidakpatuhan. Rasa takut anak umumnya karena gelap, takut

binatang seperti anjing, takut petir, hantu dan lainnya. Hal ini

wajar akan tetapi jika rasa takut itu sudah berlebihan, maka akan

menimbulkan masalah sosial pada anak. Selain itu rasa cemas

yang anak hadapi akan lingkungan sekitar yang terlalu banyak

mengkritik, sikap perfeksionis orang tua adan sikap bebas orang

tua. Hal tersebut berdampak terhadap perkembangan personal

sosial anak.

Rendah diri dapat timbul karena bentuk tubuh yang kecil

atau cacat sehingga minder dan tidak mau bergaul. Sikap anak

yang pemalu karena sering diejek atau faktor ekomoni orang tus

jug bisa berpengaruh ke perkembangan personal sosial anak.

Ketidak patuhan anak dikarenakan orang tua kurang disiplin atau

disiplinya sangat keras sehingga membuat perkembangan anak

juga terganggu.

d. Perkembangan bahasa

Kemampuan bahasa merupakan kemampuan untuk

memberikan respon terhadap suara, berbicara, berkomunikasi,

mengikuti perintah dan sebagainya (Depkes RI 2016).

Perkembangan bahasa anak usia 1-3 tahun pada umumnya

menurut Allen & Marotz (2010) : pada usia 1 tahun, anak suadah
29

menggunakan satu kata seperti aku, mama, papa, serta berkata

sederhana seperti mam papa cangkirnya. Anak memahami bagian

tubuhnya seperti hidung, telinga dan kaki. Anak juga mulai

merespon pertanyaan pertanyaan iya tau tidak.

Pada usia 2 tahun, anak lebih mengusai kosa kata. Anak

juga sering bertanya tertang sesuatu yang dilihatnya. Anak mulai

mengatakan kalimat bukan jawaban tidak misalnya tidak mau

susu lagi. Sementara itu, pada usia 3 tahun, anak akan lebih

menguasai kosa kata. Anak bernyanyi daan berkomentar tentang

apa yang dilihatnya. Anak selalu bertanya dan selalu membuat

percakapan berlanjut terus serta menarik perhatian orang lain

terhadap dirinya. Pada anak yang tidak mencapai tugas

perkembangan di atas sesuai usianya, maka dapat diartikan anak

tersebut mengalami keterlambatan perkembangan bahasa.

Menurt Wiyani (2014), hal ini terjadi karena beberapa

faktor antara lain : faktor kesehatan, intelegensi, status sosial

ekonomi keluarga, jenis kelamin dan hubungan keluarga. Faktor

kesehatan anak pada tahun pertama sangat penting. Anak yang

sering sakit-sakitan akan memperbesar kemungkinan untuk terjadi

keterlambatan bahasa. Orang tua dapat mencegahnya dengan

pemberian ASI dan makanan bergizi serta rutin memeriksa anak

ke dokter.
30

Tingkat intelegensi anak mempengruhi perkembangan

bahasa jika intelegensinya normal atau diatas normal maka

umumnya perkembangan bahasanya cepat. Status sosial ekonomi

keluarga yang miskin lebih banyak menunjukan keterlambatan

perkembangan bahasa karena perbedaan kecerdasan dan

kesempatan belajar. Jenis kelaminpun mempengaruhi

perkembangan bahasa biasanya anak perempuan lebih cepat

perkembangan bahasanya dibandingkan anak laki-laki. Selain itu,

hubungan keluarga seperti sikap orang tua mudah marah, suka

membentak-bentak, kurang perhatian dan kurang memberikan

kesempatan anak untuk belajar juga akan mempengaruhi

perkembangan.

e. Perkembangan kognitif

Piaget membagi perkembangan kognitif ke dalam empat

tahap yaitu : tahap sensori-motorik (0-2 tahun), tahap pra

operasional (2-6 tahun), tahap operasional konkret (7-11 tahun),

dan tahap operasional formal (11-15 tahun). Dalam setiap tahapan

mempunyai karakteristik yang berbeda. Pada tahap sensori-

motorik merupakan tahapan awal anak mulai berinteraksi dengan

lingkungan menggunakan gerak reflek. Selanjutnya pada tahap

operasional, anak mulai menggunakan bahasa yang sistematis dan

berpikir egosentris.
31

Kemudian pada tahap operasional konkret, egosentris

berkurang dan memliki kemampuan problem solving secara logis

serta mengerti konsep reversibility. Pada tahap operasional

formal, seseorang anak memiliki kemampuan berfikir abstrak,

mampuan memahami cara berpikir ilmiah, mulai berpikir tentang

identitas diri dan tertarik dengan isu-isu sosail. Menurut Allen &

Marotz (2010), tahap perekembangan kognitif pada anak usia 1-3

tahun yang sesuai usianya adalah seperti berikut ini : Pada anak

usia 1 tahun, anak akan senang dengan menyembunyikan benda,

sering melihat buku gambar. Anak tidak sering lagi memasukan

benda ke mulutnya. Anak juga bisa menyebutkan nama-nama

benda sehari-hari.

Pada usia 2 tahun, anak akan cenderung memberikan

perintah atau arahan. Anak anak menetap dalam jangka waktu

panjang terhadap sesuatu yang terlihat menarik. Anak juga akan

mengenali dan mengekspresikan rasa sakit serta menunjukkan

bagian yang sakit. Sementara itu, pada anak usia 3 tahun, anka

akan mendengarkan penuh perhatian pada cerita yang dibacakan

untuknya dan berkomentar tentang cerita. Anak bisa menyebutkan

segitiga, lingkaran, kotak dan dapat menunjukan bentuk yang

diminta. Anak juga bisa mengelompokkan jenis mainan sesuai

ukuran, warna dan menghitung jumlahnya dengan suara yang

keras.
32

Anak yang mengalami keterlambatan perkembangan

kognitif bisa dikarenakan beberapa faktor seperti faktor internal

dan eksternal (Wiyani, 2014). Faktor internal meliputi faktor

bawaan adalah genetik dari bapak ibunya akan mempengaruhi

perkembangan anak sejak anak itu lahir. Faktor kematangan

organ saat anak lahir belum pada saat usianya seperti prematur

atau berat badan lahir rendah. Faktor minat adan bakat anak harus

diiringi dengan stimulus dari orang tua sehingga dapat

mengoptimalkan perkembangannya.

Selain faktor internal, faktor eksternal juga dapat

mempengaruhi perkembangan kognitif anak meliputi faktor

lingkungan, faktor pembentukan, dan faktor kebebasan. Faktor

lingkungan berpengaruh karena dari lingkungan pengetahuan dan

pengalaman diperoleh. Faktor pembentukan seperti sekolah juga

berpengaruh terhadap perkembangan anak. Faktor kebebasan

anak yang dibatasi seperti didalam menyelesaikan sesuatu hal

dengan cara sendiri tetapi orang tua melarang. Hal ini juga

menghambat perkembangan kognitif anak.

2.3 Pengalaman

2.3.1 Pengertian Pengalaman

Pengalama dapat diartikan sebagai sesuatu yang perna dialamai,

dijalani maupun dirasakan, baik sudah lama maupun yang baru saja

terjadi (Notoatmodjo,2012). Pengalaman dapat diartikan juga sebagai


33

memori episodik, yaitu memori yang menerima dan menyimpan

peristiwa yang terjadi atau dialami individu pada waktu dan tempat

tertenu, yang berfungsi sebegai reverensi otobiografi

(Notoatmodjo,2012). Pengalaman adalah pengamatan yang merupakan

kombinasi pengelihatan, penciuman, pendengaran serta pengalaman

masa lalu (notoatmojo , 2012). Dari beberapa pendapat tersebut da[at

disimpulkan bahwa pengalama adalah sesuatu yang perna dialami,

dijalani, maupun dirasakan yang kemudian disimpan dalam memori.

Pengalama merupakan peristiwa yang tertangkap oleh panca

indera dan tersimpan dalam memori. Pengalaman dapat diperoleh atau

dirasakan saat peristiwa baru saja terjadi maupun suda lama

berlangsung. Pengalam yang terjadi dapat diberikan kepada siapa saja

untuk digunakan dan menjadi pedonama serta pembelajaran manusia.

(Notoatmojo dalam safarwati, 2012).


34

2.4 Keaslian penelitian

No Nama Judul, tempat Metode Variabel Analisis instrumen Hasil


peneliti dan tahun penelitian penelitian
1 Toni Pola pemberian Desain Dependen : Spearman Kuisioner Hasil penelitian Hasil uji statistik
Subar makan terhadap penelitian Status gizi Rho dan menggunakan Spearman’s Rho (rs) diperoleh
kah, peningkatan deskriptif Independe pengukuran derajat signifikansi sebesar p = 0,000 dengan
Nursa status gizi pada analitik dengan n : pola antropometri menetapkan derajat signifikansi α ≤ 0,05.
lam, anak usai 1– pendekatan pemberian menunjukkan bahwa pola pemberian makan
Praba 3 tahun, di cross sectional. makan tidak tepat dengan status gizi sangat kurus
Diya wilayah (44%), pola pemberian makan tepat dengan
n Kalijudan status gizi normal 89,7%).
Rach Surabaya, tahun
mawa 2016
ti

2 Lista Hubungan pola Desktiptif Dependen ; Univariat Kuisioner Menunjukkan bahwa ada hubungan yang
utin asuh orang tua Analitik dengan Pola asuh dan bermakna antara pola asuh orang tua dengan
dan status gizi pendekatan orang tua biavriat perkembangan anak balita di Wilayah Kerja
anak dengan cross sectional. Independe Puskesmas Tanjung Pinang dengan Sig 0,000.
perkembangan n : status Ada hubungan yang bermakna antara status
anak balita, di gizi gizi anak dengan perkembangan anak balita
wilayah kerja dengani dengan Sig 0,001.
puskesmas perkemban
tanjung pinang gan anak
tahun 2015

3 Wa Pengalaman ibu Kualitatif Variabel Collaizi Peneliti Hasil penelitian ini pola makan anak usia
ita dalam mengatur dengan tunggal: sebagai toddler tidak menentu tergantung berbagai
sulfa pola makan pendekatan pengalama instrumen, jenis makanan, waktu pemberian makan dan
nti anak usia fenomenologi n ibu daftar banyaknya makanan yang diberi. Kesulitan
toddler di dusun wawancara, makan anak usia toddler dikarenakan anak
35

waitomu rekorder/per sakit, terlalu ingat main, rasa sayur pahit dan
kecamatan ekam, buku buah yang asam. Faktor yang mempengaruhi
leihitu dan pena. pola makan anak usia toddler dikarenakan
kabupaten anak sakit, flu, bantuk, dan nafsu makan anak
maluku tengah. yang tidak menentu. Upaya ibu dalam
mengatasi kesulitan makan anak usia toddler
yaitu memberikan makanan yang anak suka,
berikan anak obat nafsu makan, supraliysin),
dan berikan perhatian lebih untuk anak.

Tabel 2.1 keaslian penelitian


BAB III

KERANGKA TEORI

3.1 Kerangka Teori

Pola Makan
- Defenisi pola makan
- Komponen pola makan
- Faktor yang mempengaruhi
pola makan
- Pedoman pola makan sehat

Anak Usia Toddler


-Defenisi anak usia toddler Pengalaman
-Karakteristik makan anak usia Ibu Dalam
toddler Mengatur Pola
-Kebutuhan gizi anak usia toddler Makan Anak Usia
-Kebutuhan zat gizi anak usia Toddler
toddler
-Perkembangan anak usia toddler

Pengalaman
-Pengertian Pengalaman

36
37

3.2 Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori di atas maka peneliti mengangkat variabel


tunggal Pengalaman ibu dalam mengatur pola makan anak usia toddler.

Pola makan
anak usia toddler Pengalaman ibu

Keterangan:

: Tidak di teliti

: Di teliti
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain penelitian

Desain atau rancangan penelitian adalah keseluruhan untuk menjawab

pertanyaan penelitian dan mengantisipasi kesulitan yang di dapat terjadi

selama proses penelitian (Notoadmojo,2012). Berdasarkan tujuan penelitian ,

desain penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yang

bertujuan untuk mempelajari, mengembangkan atau menemukan pengetahuan

dengan menggunakan pendekatan ilmiah dalam memberikan makna atau

menginterfrestasikan berdasarkan beberapa hal yang berarti bagi manusia.

Sesuai dengan pengertian tersebut peneliti memilih metode fenomenologi

karena ingin focus untuk mengidentifikasi secara komprehensif bagaimana

pengalama ibu dalama mengatur pola makan anak usia toddler di dusun

Waitomu.

4.2 Waktu Dan Lokasi Penelitian

4.2.1 Tempat penelitian

Tempat kegiatan penelitian ini adalah Dusun Waitomu Kecamatan

Leihitu Kabupaten Maluku tengah

4.2.2 Waktu penelitian

Waktu penelitian telah dilaksanakan pada 03 Agustus – 02 September

2020.

38
39

4.3 Populasi, Informan, Sampling

4.3.1 Populasi

Populasi adalah setiap subyek yang memenuhi kriteria yang telah

ditetapkan (Nursalam,2013). Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh anak usia toddler yang bertempat tinggal di Dusun Waitomu

Kecamatan Leihitu Maluku tengah.

4.3.2 Informan / partisipan

Informan atau partisipan adalah semua orang yang diamati,

diobservasi, atau diwawancara sebagai sumber yang dianggap ada

hubungannya dengan permasalahan penelitan . Partisipan dalam

penelitian ini adalah 6 orang ibu dengan anak usia toddler di Dusun

Waitomu Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku tengah.

Key informan :

Dari ayah, kakek/nenek, kakak, paman/bibi yang tinggal serumah

dengan anak usia toddler ataupun juga tenaga kesehatan dari puskesmas

setempat yang menangani balita di daerah tersebut.

4.3.3 Sampling

Teknik sampling yang di gunakan adalah porpusive sampling

dimana teknik ini merupakan metode yang digunakan jika penetapan

sampel didasarkan atas kriteria-kriteria tertentu yang tujuannya adalah

agar informasi yang didapatkan maksimal (Nurbaeti, 2016).


40

Adapun sampel dala penelitian ini adalah dengan kriteria :

- Ibu dengan anak usia toddler yang mengalami masalah pada pola

makan

4.4 Variabel Peneliti

Adalah himpunan sejumlah gejala yang memiliki berbagai aspek atau

kondisi didalamna yang berfungsi mendominasi dalam kondisi atau masalah

tanpa di hubungkan dengan lainnya ( Hadari Nawawi, 1996 : 58).

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu: Pengalaman ibu

dalam mengatur pola makan anak usia toddler.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah , peneliti sebagai

instrumen, daftar wawancara, rekorder/perekam, buku dan pena.

4.6 Prosedur pengumpulan data

1. Peneliti terlebih dahulu membuat surat ke pihak kampus untuk

mengajukan permohonan izin ke Kepala dusun Waitomu.

2. Peneliti sebagai instrumen penelitian telah mempersiapkan daftar

wawancara, rekorder / perekam, buku dan pena yang nanti akan

digunakan.

3. Sebelum melakukan wawancara, peneliti terlebih dahulu melakukan

pendekatan , guna untuk meningkatkan hubungan saling percaya antara

peneliti dan partisipan.


41

4. Meminta kesediaan dari partisipan, Setelah mendapatkan persetujuan dari

partisipan

5. Peneliti melakukan wawancara dengan tujuan mengambil data awal

di Dusun Waitomu.

4.7 Pengolahan Dan Analisa Data

Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi

dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam

unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah

dipahami oleh diri sendiri dan orang lain (Sugiyono, 2014).

Teknik analisa data dalam penelitian kualitatif didasarkan pada

pendekatan yang digunakan. Analisa data dilakukan sepanjang penelitian dan

dilakukan secara terus menerus dari awal sampai akhir penelitian (Saryono &

Anggraeni, 2013).

Dalam menganalisis data penelitian, peneliti menggunakan metode

Colaizzi. Proses analisa data menurut Colaizzi (1978 dalam Polit & Beck,

2012) yaitu:

1. Membaca semua transkrip wawancara untuk mendapatkan perasaan dari

partisipan,

2. Meninjau setiap transkrip dan menarik kesimpulan dari setiap pernyataan

yang signifikan,
42

3. Menguraikan arti dari pernyataan yang signifikan,

4. Mengelompokkan makna-makna tersebut kedalam kelompok-kelompok

tema,

5. Mengintegrasikan hasil kedalam bentuk deskriptif,

6. Membuat deskripsi lengkap dari fenomena yang diteliti sebagai

identifikasi pernyataan setegas mungkin,

7. Memvalidasi apa yang telah ditemukan kepada partisipan sebagai tahap

validasi akhir.

4.8 Etika penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya

rekomendasi dari pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukan

pemohonan izin kepada instansi tempat penelitian. Nursalam (2017)

menyebutkan dalam melakukan penelitian peniliti harus memperhatikan

masalah etika peniliti yang meliputi :

1. Lembar persetujuan (Informed Conset)

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang diteliti. Peneliti

akan menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan

serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data,

bila subyek menolak maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap

menghormati hak-hak responden.


43

2. Tanpa nama (Anonymity)

Dalam menjaga kerahasian responden, peneliti tidak akan mencantum

nama responden pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memeberi

kode masing-masing lembar tersebut.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya kelompok

data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset

sesuai penelitian.
64
DAFTAR PUSTAKA

Allen, & Marotz (2010). Buku Profil Perkembangan Anak. Jakarta: PT.Indeks.

Almatsier. (2015). Buku Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia.

Andriani M . Kartika (2016). Buku Peranan Gizi dalam siklus kehidupan.3 ed.
Jakarta : Prenadamedia Grup

Data status gizi anak usia toddler (1-3 tahun) di dusun Waitomu. Puskesmas
Perawatan Hila (2020)

Depkes RI. (2005) . “Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)”. Direktorat Bina
Kesehatan 2005-2025 (RPJPBK).

Depkes RI. (2017). Profil Kesehatan. Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat.

Depkes RI. (2017). Pedoman Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi (KADARZI).
Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Bina
Gizi Masyarakat.

Dinkes maluku. (2018) . Data “kekurangan gizi anak”

Doddy izawardy,dkk. (2014). Buku “Pedoman gizi seimbang”.

Fitriani, F., Febry, F., & Mutahar, R. (2019). Gambaran penyebab kesulitan
makan pada anak prasekolah Usia 3-5 Tahun diperumahan Top Amin
Mulya Jakabaring Palembang Tahun 2019. Jurnal Publikasi Ilmiah
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya.

Hidayat. (2015). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak (Ed). Jakarta: Medika


Salemba.

Hidayat. (2017). “Kesehatan dan Gizi”. Jakarta: Medika Salemba

Judarwanto. (2016). “Mengatasi Kesulitan Makan Pada Anak”. Jakarta: Puspa


Swara.

Makanan Sehat Anak Balita Oleh Kemetrian kesesehatan ,2018,


https://www.kesmas.kemkes.go.id. diperoleh 10 April,2020).

Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2017). Metedeologi Peneliti Ilmu Keperawatan. (edisi 4). Jakarta:


Salemba Medika.
Proverawati. (2015). Buku gizi untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuhu Medika.

Potter & Perry (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses,
dan Praktik (edisi 4 Vo). Jakarta: EGC.

Qonitun , U, (2018). Jurnal Hubungan Antara Jenis Dan Frekuensi Makan


Dengan Status Gizi Anak.

Rohman, Sujarwo, & Bahiyah, (2015). Analisis Kebutuhan Gizi Balita. Slide
Share Science.

Sandjaja, (2009). Kamus Gizi : Pelengkap Kesehatan Keluarga. Jakarta:


Penerbit Buku Kompas Retrieved from
books.google.co.id/books/about/Kamus_gizi.html?id=AiT3PZRDfV4C
%0A Diperoleh 10 April, 2020).

Santoso, (2016). “Kesehatan dan Gizi”. Jakarta: Rineka cipta

Santoso, (2016). “Mengatasi Kesulitan Makan Pada Anak”. Jakarta: Rineka

cipta

Saryono & Anggraeni, (2013) . Metodeologi penelitian kualitatif dan kuantitatif


dalam bidang kesehatan.

Subroto, (2008). Real Food True Healt. 1st edn. Jakarta: Agromedia.

Supartini, (2016). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta:EGC.

Sulistyoningsih, ( 2011). Buku Gizi Untuk Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha
Ilmu. Halaman 52

Sulistiyoningsi, (2016). Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta:Graha


Ilmu

Sulistyawati. (2014). Buku Deteksi tumbuh kembang anak. Jakarta: Salemba


Medika.

Soetjoningsih, (2012). Perkembangan Anak Dan Permasalahannya dalam Buku


Ajar 1 Ilmu Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta: Sagung Seto.

Sugiyono, (2014). Metode penelitian kuantitatif kualitatif. Bandung: Alfabetha

Waryana ,(2010). Gizi Reproduksi . Yogyakarta: Pustaka Rahima.


Wiyani , (2014). Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Gava
Media.

World Health Organization, (2016) . Data Tentang Kekurangan Nutrisi Pada


Anak . Whold Health

Anda mungkin juga menyukai