Anda di halaman 1dari 142

POHUTU MOPONIKA

TATA UPACARA ADAT


PERNIKAHAN

KANTOR PERPUSTAKAAN DAERAH


KABUPATEN GORONTALO
TAHUN 2 01 4

E-Book Pohutu Moponika 1


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
DAFTAR ISI

1.1 Pengantar ............................................................................................................. 3


1.2 Landasan ............................................................................................................. 4
1.3 Hakikat Pernikahan ............................................................................................ 5
1.4 Perubahan Sosial dan Pengaruhnya pada Adat Perkawinan .................... 7
1.5 Persyaratan ......................................................................................................... 9
1.6 Hukum Nikah ....................................................................................................... 13
1.7 Hak Untuk Melaksanakan Pohutu Moponika ................................................. 13
1.8 Tempat Pelaksanaan Pohutu ............................................................................ 15
1.9 Kelengkapan ........................................................................................................ 15
1.10 Benda-benda Budaya ......................................................................................... 16
1.10.1 Sirih – Pinang ........................................................................................ 16
1.10.2 Ayua ......................................................................................................... 17
1.10.3 Tonggu .................................................................................................... 17
1.10.4 Tapahula ................................................................................................. 18
1.10.5 Tempat Sirih – Pinang (Pomama) ...................................................... 18
1.10.6 Payung Adat (Toyongo Bilalango) ..................................................... 18
1.11 Busana................................................................................................................... 18
1.11.1 Pakaian Untuk Kedua Mempelai .............................................................. 19
1.11.2 Pakaian Untuk Pegawai Syara ................................................................. 29
1.11.3Petugas adat memakai pakaian yang bersesuaia
dengan kedudukannya dalam adat misalnya Baate
memakai baju sebagaimana tersebut pada ayat 6 sub
ayat b diatas.......................................................................................... 30
1.11.4 Petugas Handalo memakai baju koko warna hitam,
celana warna putih, memakai sarung yang
dililitkan di pinggang dan memakai payungo ............................ 30
1.12 Tata Boga ............................................................................................................. 31
1.13 Prosesi Pernikahan ............................................................................................ 31
1.13.1 Tahap Mongilalo .................................................................................... 32
1.13.2 Tahap Molenilo/Mohabari .................................................................... 34
1.13.3 Lenggota Modulohupa (Tahap bermusyawarah) ............................ 36
1.13.4 Baalanga ................................................................................................. 38
1.13.5 Acara Motolobalango ........................................................................... 40
1.13.6 Dutu ......................................................................................................... 64
1.13.7 Dilonggato .............................................................................................. 86
1.13.8 Mopotilandahu ....................................................................................... 88
1.13.9 Akaji “ Akad Nikah “ ............................................................................. 96
Daftar Pustaka................................................................................................................ 133
Lampiran ........................................................................................................................ 135
Daftar Peserta Seminar Adat Gorontalo Tahun 2007 ............................................ 141

E-Book Pohutu Moponika 2


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
POHUTU MOPONIKA
TATA UPACARA ADAT PERNIKAHAN

1.1 Pengantar

Masyarakat sebagai suatu lingkungan sosial terdiri dari sekian lingkungan


sosial yang lebih kecil yang disebut rumah tangga. Rum angga tercipta oleh
karena hasil pernikahan antara dua jenis kelamin yang rbeda. Oleh karena
rumah tangga merupakan bahagian dari masyarakat, maka secara logika setiap
rumah tangga harus diperkuat dengan berbagai norma, baik norma yang
berkaitan dengan religi dan yang terutama yakni segi ketentraman dan
kesejahteraannya. Oleh karena setiap rumah tangga terjadi karena adanya
pernikahan, maka pernikahan yang menjadi syarat adanya rumah tangga
secara logika pula harus diperkuat. Untuk memperkuat terlaksananya
pernikahan, maka proses pernikahan itu sendiri harus unduk pada norma,
antara lain yang berhubungan dengan adat. Dalam adat rontalo proses
pernikahan tersebut pohutu moponika ‘tata upacara adat pernikahan’.
Kita mengetahui bahwa di Indonesia, selain kebudayaan donesia
dikenal pula kebudayaan lokal yang disebut kebuday n daerah. Salah satu
kebudayaan lokal itu, yakni kebudayaan Gorontalo. Para ahli, misalnya Van
Vollenhoeven (lihat Supomo ; 1966 : 52 – 53) telah mencatat bahwa
Gorontalo telah menjadi salah satu lingkungan kebudaya n atau lebih khusus
termasuk sebagai lingkungan hukum adat IX. Kebudayaan itu sendiri banyak
aspeknya. Salah satu aspeknya, yakni norma. Salah satu norma itu, yakni
norma tentang pernikahan.
Daerah Gorontalo, yang merupakan bagian dari Negara Ke atuan
Republik Indonesia, memiliki norma pernikahan sendiri ang disebut “pohutu
moponika”. Pohutu yang merupakan bagian dari adat Gorontalo secara
keseluruhan, jelas memiliki berbagai aspek, baik yang berhubungan dengan
falsafah dasar pernikahan itu sendiri, urutan prosesin , makna falsafah benda
budaya yang mengiringinya, busana para pelaksananya, si tempat

E-Book Pohutu Moponika 3


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
pernikahan, dan penggunaan bahasa dalam rangkaian pros pernikahan. Hal
ini semua berhubungan dengan sistem norma yang masih tetap
dipertahankan meskipun telah terjadi penyesuaian – penyesuaian sesuai
dengan perkembangan pemikiran masyarakat Gorontalo.
Dalam kehidupan sehari – hari terdapat kenyataan tentang pelaksanaan
pernikahan itu yakni pernikahan yang didasarkan pada “Syariat Islam secara
penuh“ dan prosesi pernikahan yang didasarkan pada “adat yang
bersendikan agama Islam“ inilah yang disebut “ pohutu moponika“ sehingga
pohutu moponika akan dilaksanakan bagi pasangan pria dan wanita yang akan
melangsungkan pernikahan yang tidak / belum melanggar hukum agama.

1.2 Landasan
Meskipun masyarakat Gorontalo memiliki landasan falsafah tersendiri
dalam proses pernikahan, namun sebagai daerah yang tak terpisahkan
dari NKRI, maka landasan hukum yang mendasarinya adalah Al-Qur’an dan
Hadist, UU No. 1 Tahun 1974, UU No. 7 Tahun 1989 dan Kompilasi Hukum
Islam.
Adat pernikahan Gorontalo memiliki landasan falsafah “adat
bersendikan syara’, syara’ bersendikan Kitabullah (Qur’an). Jelaslah bahwa
adat Gorontalo, khususnya adat pernikahan Goronta o berlandaskan
agama Islam sebagaimana firman Allah dalam surah Ar-Rum ayat 21 yang
berbunyi “W amin aayaatihii an khalakalakum min anfusikum azwaajan
litaskunuu ilaihaa waja’ala bainakum mawaddatau warahma inna fiizaalika
la’aayaa til likaumii yatafakkaruun”. Artinya : dan diantara tanda - tanda
kekuasaan Allah ialah Dia menciptakan untukmu isteri - isteri dari jenismu
sendiri, supaya kamu cenderung dan merasakan tentram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar - benar terdapat tanda bagi kaum yang berpikir. Sabda
Rasulullah s.a.w “Annikahu sunnati famanlam ya’mal bisunnatii falaisaminni”
artinya nikah itu adalah sunnahku, barang siapa tidak melaksana an sunnahku
maka ia tidak termasuk sebagai umatku. “Tunkahul maratul liarbain limaliha

E-Book Pohutu Moponika 4


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
walihasabiha walijamaliha walidiniha fazfar bizatiddini taribat yadaka” Artinya
wanita itu dikawini karena empat sebab, karena harta, keturunannya,
kecantikannya dan karena agamanya. Pilihlah wanita yang beragama engkau
akan selamat (H.R Al - Bukhari dan Muslim) Itu sebabnya akan terlihat pada
kita keseluruhan prosesi pernikahan diwarnai oleh syari’at Islam.

1.3 Hakikat Pernikahan


Hakikat pernikahan menurut adat Gorontalo dapat kita lihat dari sudut
antara lain disebutkan berikut ini.
1) Keluarga.
2) Kedua mempelai.
3) Turunan yang akan diperoleh dari kedua mempelai.
4) Agama.
5) Pandangan masyarakat.
6) Adat itu sendiri.
Hakikat pernikahan menurut sabda Rasulullah yang artinya wanita yang
dinikahi karena empat sebab antara lain berikut ini.
Dilihat dari segi keluarga maka perkawinan bukan semata - mata urusan
pribadi atau dengan kata lain bukan saja merupakan uru n kedua calon
mempelai, tetapi juga merupakan urusan keluarga, kerabat handai tolan. Itulah
sebabnya kalau ada sesuatu yang berhubungan dengan pernikahan selalu
dimusyawarahkan dengan keluarga ‘donggo pohintuapo wolo ongo ngala’a ’.
Pernikahan merupakan urusan keluarga dapat pula kita lihat dari p aksanaan
pesta dimana akan dihadiri oleh seluruh keluarga dan h ndai tolan.
Selanjutnya dengan pernikahan maka anggota keluarga bertambah dan
kekompakan keluarga dapat dipertahankan.
Dilihat dari segi kedua mempelai, maka pernikahan merupakan awal
perjuangan untuk menempuh hidup berumah tangga sekalig s mengandung
ujian apakah pernikahan itu akan kokoh sepanjang hayat, atau kandas ditengah
samudera kehidupan. Pernikahan merupakan bukti dari kata “cinta” yang
pernah diikrarkan yang pada gilirannya menghasilkan ketentraman rohani dan

E-Book Pohutu Moponika 5


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
ketahanan jasmani. Pernikahan merupakan titik kulminasi janji setia yang akan
diikuti dengan rasa tanggung jawab, saling menghormati demi uhan dan
kebahagiaan rumah tangga.
Dilihat dari segi keturunan yang akan diperoleh dari pernikahan, titik berat
bukan saja karena turunan si A dan si B, tetapi lebih dari itu bahwa anak yang
lahir nanti merupakan anak sah. Sebab anak yang sah adalah an k yang lahir
sebagai akibat pernikahan yang sah. Anak - anak itu pun kelak akan
bergembira bahwa mereka adalah hasil dari pernikahan yang sah, yang akan
menimbulkan kepercayaan pada diri sendiri. Dengan pernikahan akan berlaku
yang disebutkan dalam pepatah Gorontalo; duungo langge diila modehu to
bungo lo oile ‘daun pohon nangka tidak akan jatuh dibawah pohon mangga’,
atau wonu moolango ta’ualio, moolango hulialio ‘kalau jernih dihulu pasti akan
jernih dihilir’.
Dilihat dari sudut agama maka pernikahan adalah akad yang
menghalalkan pergaulan, membatasi hak dan kewajiban, serta bertolong -
tolongan antara seorang laki - laki dan seorang perempuan yang antara
keduanya bukan muhrim. Pernikahan adalah perintah Allah dan sunnah Rasul
(sebagaimana tersebut diatas). Dengan adanya Pernikahan maka kedua orang
yang berkasih - kasihan akan terhindar dari dosa. Dari sudut agama tercermin
pula harapan bahwa turunan yang akan dihasilkan oleh suami – isteri tersebut
akan tetap menjalankan syariat agama serta mempertahan n agama Islam
dalam perjalanan hidup mereka di dunia.
Dilihat dari segi pandangan masyarakat, maka Pernikahan merupakan
alat untuk menghindari adanya fitnah. Artinya meskipun pandangan muda -
mudi tersebut berjalan berduaan di jalan umum, anggota masyarakat tidak akan
mempersoalkannya lagi karena pergaulan muda – mudi tadi telah dikukuhkan
dalam akad nikah yang sah yang telah dihadiri oleh seluruh keluarga dan
handai tolan. Dengan demikian pesta hari Pernikahan merupakan maklumat
atau pengumumam kepada semua orang bahwa gadis A dan jejaka B telah
halal bergaul. Anggota masyarakat tidak akan mempersoa kan mereka lagi

E-Book Pohutu Moponika 6


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
apabila keduanya pada suatu ketika terlihat bergandengan tangan dan
sebagainya. Jadi anggota masyarakat utamanya kedua pasangan te sebut
terhindar dari fitnah.
Dilihat dari sudut adat maka Pernikahan bermakna memuliakan,
menghormati kedua mempelai dan kedua keluarga mempelai. Pernikahan
dianggap suci, agung dan karena itu harus dimuliakan dan dihormati. Untuk
memuliakannya perlu dilaksanakan secara teratur menurut adat dan jelas
berdasarkan agama Islam. Keagungan sesuatu masyarakat dinilai dari
hukum adat Pernikahannya ‘buto’o hiiyala lo linula tuau, bulilango lo tiditio’

1.4 Perubahan Sosial Dan Pengaruhnya Pada Adat Perkawinan


Setiap masyarakat pasti mengalami perubahan - perubahan dalam
perjalanan sejarahnya (Selo Soemardjono, 1964 : 487). rubahan itu
disebabkan oleh pengaruh dari dalam masyarakat itu sen dan ada pula yang
disebabkan oleh pengaruh dari luar.
Perubahan sosial dalam masyarakat Gorontalo terjadi karena dua sebab
tersebut. Pengaruh dari luar biasanya menentukan. Pada dasarnya masyarakat
Gorontalo mudah menyesuaikan diri dengan pengaruh yang datang dari luar
itu, apalagi kalau pengaruh itu tidak bertentangan de n agama dan adat
istiadat.
Pengaruh dari luar yang turut mempengaruhi perubahan sosial dalam
masyarakat Gorontalo yakni (1) resepsi pernikahan, (2) pengaruh Barat seperti
Pakaian Crown pada saat resepsi pernikahan. Perubahan sosial tehadap adat
pernikahan jelas sekali dalam pelaksanaannya. Perubahan itu dapat kita lihat
dari :
a. Status sosial
Dengan adanya pengaruh hukum Islam maka terjadi stradi asi sosial,
misalnya kalau dahulu yang mendapat pohutu di dalam acara pernikahan
hanya terbatas pada putera - puteri raja ‘olongia ’ dan bangsawan ‘taa
bangusa’ maka sekarang kita melihat bahwa pohutu sudah merakyat
Demikian pula kalau dahulu untuk mahar dinilai berdasarkan orang

E-Book Pohutu Moponika 7


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
bangsawan dan budak ‘wato’ misalnya mahar tau tuwau, tau duluwo, tau
totolu, tau wopato, sekarang ini hal itu telah dinilai atas dasar tingkat sosial
masyarakat dan diwujudkan dengan bentuk uang :
1. Tau Tuwau untuk wilayah adat Pohala’a Suwawa nilainya f 32,-
2. Tau Tuwau untuk wilayah adat pohalaa Hulondalo nilainya f 25,-
3. Tau Tuwau untuk wilayah pohalaa Limutu nilainya f 24,-
4. Wilayah adat Pohalaa Bulango dan Atinggola nilainya sama dengan
pohalaa Hulondlalo.
Nilai - nilai tersebut di atas sekarang ini disesuaikan dengan kurs
perkembangan nilai moneter.
Untuk nilai mahar disesuaikan dengan ketentuan dalam fikih bahwa harus
bermanfaat, berharga dan berguna.
b. Segi tujuan
Dahulu orang melangsungkan pernikahan karena memperbanyak
keturunan dengan pegangan makin banyak anak makin banyak rezeki, juga
agar hubungan keluarga tidak akan putus. Oleh karena itu banyak yang
nikah sesama keluarga saja, dan juga agar harta tidak n terbagi kepada
orang lain. Kini orang melangsungkan pernikahan dengan didasari oleh
motivasi kebahagiaan sehingga lebih suka berkeluarga kecil (melaksanakan
KB).
c. Segi Ekonomi
Dahulu biaya nikah dan mahar ditentukan dengan benda - benda tetap
misalnya tanah, pohon kelapa, sawah, atau ternak namun sekarang lebih
banyak ditentukan dengan uang.
d. Segi adat.
Dahulu ada adat dupito atau wo’opo (seorang nenek tidur bersama
dengan pengantin baru pada malam pertama pernikahan), adat seperti
itu telah hilang.
e. Segi kesenian pengiring

E-Book Pohutu Moponika 8


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Dahulu untuk meramaikan pernikahan diadakan secara kesenian
berupa sulunani dan buruda, kini orang lebih suka mera n dengan band
atau alat elektronika lainnya.
f. Segi perlengkapan.
Dahulu untuk mengantarkan mahar dipergunakam kola - kola yang
diusung di pedati yang ditarik oleh manusia ( wato / budak), kini sekalipun
ada kola - kola tetapi hanya diletakkan diatas truk. Demikian pula
perlengkapan lain berupa huali lo wadaka ‘kamar bersolek’ dan huali lo
humbia ‘kamar tidur pengantin’ yang diberi wangi -wangian secara
tradisional, misalnya langilo, bada’a, mato lo u moonu, yilonda dan totabu.
Kini disediakan kamar yang sesuai dengan kehidupan moderen.

1.5 Persyaratan
Yang maksud dengan persyaratan disini ialah syarat sud h boleh
nikah, baik si gadis maupun si jejaka dan persyaratan lain ya dianggap perlu.
Biasanya kalau seorang jejaka atau anak gadis telah memperlihatkan gejala
‘bertunangan’, maka si ibu memberikan nasihat sebagai erikut :
Uuti banda pulua wahai anak kandungku
Po’opiohe momili jodo patua hati - hati memilih jodoh
Sababu de kuubulu pondolo putua sebab berpisah karena meninggal
dunia
Uuti banda tuluta wahai anakku sayang
Tulaota ta’o aagama wawu motota pilih gadis beragama dan
berpendidikan.
Sababu tio gaambangi mo ‘aawota sebab dia mudah bergaul
Wolo o ngongala’a ta ngopilopota dengan keluarga akan satu dan
saling menghormati.
Dila lipatamu u nyaamani molimomoto jangan lupa gadis yang sehat dan
cantik
Hiiyala limongoli Moopi’oto dumo’oto agar rumah tangga kamu
akan kekal dan sejahtera
E-Book Pohutu Moponika 9
Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Tunggulo hilao piduduto tumoto agar pikiran terpusat
Banda ta otoli’ango wahai anak yang disayang
Debo polulaoto ta o hale motolango pilih juga gadis yang berakhlak baik
Debo polulaota ta o upango pilih juga gadis anak yang berharta
Alihu timongoli diila matelopolango agar kamu tidak mati kelaparan
Tunggulo hilawo Moali moolango sehingga hati pikiran tenang selalu

Menurut nasihat diatas, calon suami atau isteri sebaiknya,


beragama Islam, berpendidikan, cantik dan sehat serta yang berharta. Ini
semua bertujuan agar kehidupan suami – isteri setelah menikah akan
damai dan sejahtera.
Dilihat dari sudut agama Islam maka syarat utama orang yang akan
dinikahi, orang tersebut halal untuk dinikahi. Orang yang tidak halal dinikahi ada
14 :
Tujuh macam dari pihak turunan.
1. Ibu dari ibunya (nenek). Ibu dari bapak dan seterusnya sampai ke atas;
2. Anak dan cucu seterusnya kebawah;
3. Saudara perempuan, seibu sebapak atau sebapak atau seibu saja;
4. Saudara perempuan dari bapak;
5. Saudara perempuan dari ibu;
6. Anak perempuan dari saudara laki - laki dan seterusnya;
7. Anak perempuan dari saudara perempuan dan seterusnya;
Dua macam sebab menyusu :
8. Ibu tempat menyusu dan siapa saja yang menyusukan;
9. Saudara perempuan yang sesusuan;
Empat macam dari sebab pernikahan :
10. Ibu dari isteri (mertua);
11. Anak tiri, apabila kita sudah bercampur dengan ibunya;
12. Isteri dari anak (menantu);
13. Isteri Bapak;

E-Book Pohutu Moponika 10


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
14. Haram dinikahi dengan cara dikumpulkan bersama - sama dua orang isteri
dengan saudaranya, isteri dengan bibinya sebelah bapak, isteri dengan
bibinya sebelah ibu (Suleman Rasyid,1954 : cetakan kesepuluh :369).
Selanjutnya ada 4 ( empat ) macam Pernikahan yang terlarang :
1. Kawin Mut’ah juga dinamakan kawin muaqqad artinya kawin untuk waktu
tertentu atau kawin Munqathi, artinya kawin putus yait seorang laki-laki
mengikat pernikahan dengan perempuan untuk beberapa ha i, seminggu
atau sebulan.
2. Akad dengan niat Munthalaq yaitu seorang laki - laki menikahi perempuan
didalam hatinya ada niat untuk menceraikannya.
3. Nikah Tahlil yaitu pernikahan seorang laki - laki dengan seorang perempuan
yang telah diceraikan suaminya sampai tiga kali. Setelah habis iddahnya
perempuan itu diceraikan supaya halal dinikahi oleh bekas suaminya yang
telah mentalaqnya tiga kali.
4. Nikah dengan bekas isteri yang telah ditalaq tiga. Apa g laki -laki
menceraikan isteri sampai tiga kali, bukan tiga kali d ngan satu ucapan,
maka ia tidak halal rujuk kepada isterinya, kecuali bila si isteri sudah pernah
nikah dengan laki - laki lain kemudian diceraikan dan habis masa iddahnya
tetapi bukan lewat nikah tahlil.
Catatan :
Ada kebiasaan masyarakat Gorontalo yang merantau untuk mencari
nafkah yang meninggalkan isteri dan anak. Oleh karena kesibukan mencari
nafkah diperantauan tersebut seolah-olah lupa terhadap isteri dan anak yang
ditinggalkan. Proses ini berjalan dalam jangka waktu y ng lama (belasan tahun
atau lebih). Ada keinginan untuk kembali kepada isteri dan anak n tetapi
ada pula perasaan enggan dan malu sehingga menyebabkan keingina itu
tidak dapat dilaksanakan. Oleh adat keinginan untuk ke bali kepada isteri dan
anak dibolehkan (halal) disebabkan karena kepergiannya merantau mencari
nafkah tidak diiringi oleh pernyataan cerai. Hal ini menurut adat sang suami

E-Book Pohutu Moponika 11


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
diwajibkan moliwi ( Momiyo) dengan persyaratan sang suami diwajibkan
menghubungi keluarga akrab serta isteri kemudian keluarga akrab
memberitahukan kepada Pemerintah setempat dan Pemangku adat (Pegawai
Syara’). Setelah syarat - syarat ini dilaksanakan maka sang suami
berkewajiban lagi mengadakan biaya hidup berupa sekura g - kurangnya 100
kg beras (sebanding dengan mahar/mas kawin yang diberi pada waktu
nikah) dan ikan sekedarnya serta satu bungkus woka (ngotungguto ombulo)
rempah-rempah basah. Selanjutnya doa restu oleh Pegawai Syara’ setempat,
keluarga dan tetangga. Pelaksanaan dengan cara ini (moliwi ) bukan saja
berlaku bagi laki - laki yang merantau, akan tetapi berlaku juga bagi yan
mukim yang telah berpisah tanpa cerai (baik pisah tempat tidur atau rumah).
Dilihat dari segi umur maka dahulu perempuan dinikahkan setelah dia
mendapat haid, tetapi lebih baik kalau perempuan telah berumur 20 tahun.
Alasannya agar keturunan mereka sehat dan kuat.
Dewasa ini persyaratan pernikahan harus didasarkan pada UU. No. 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan. Memang dahulu ada juga ng disebut
mempertunangkan lebih dahulu ‘mopohuuhuwo’ tetapi dewasa ini hal seperti itu
sudah jarang ditemukan lagi. Usaha mopohuuhuwo dilaksanakan dengan
alasan menjaga keturunan ‘diila mai otulambi’a lo tauweewo ’, dan menjaga
jangan sampai terjadi perceraian, karena suami isteri ng masih bertalian
darah mudah didamaikan kalau berselisih (Pateda, 1981 5).
Dengan perkembangan ilmu dan teknologi dan makin sulitnya hidup
dan kehidupan dewasa ini maka adakalanya adat lebih kuat kedudukannya
kalau dihubungkan dengan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan
Program Kependudukan dan Keluarga Berencana karena adat bertujuan agar
manusia yang diatur oleh ketentuan adat, tetap sejahtera bahkan kalau perlu
meningkat taraf hidupnya sehingga perceraian, kemiskinan dan kebodohan
dapat diatasi.

E-Book Pohutu Moponika 12


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
1.6 Hukum Nikah
Karena adat Gorontalo bersendikan Syara’ dan Syara’ be sendikan
Kitabullah (Qur’an) maka menurut agama, hukum nikah itu terdiri atas;
1. Jaiz (diperbolehkan), ini asal hukumnya;
2. Sunnat, bagi orang yang berkehendak serta cukup belanjanya (nafkah dan
lain-lainnya);
3. Wajib, atas orang cukup mempunyai belanja dan dia takut akan tergoda
kepada kejahatan (zinah);
4. Haram, kepada orang yang berniat akan menyakiti atas perempuan yang
akan dikawininya (Rasyid, 1954 : 362), dan bagi orang ng mempunyai
penyakit menular, antara lain Kusta.

1.7 Hak Untuk Melaksanaan Pohutu Moponika


Menurut penuturan informan, yang berhak memperoleh pelaksanaan adat
pernikahan dalam bentuk upacara kebesaran ‘pohutu’ adalah :
1. Olongia, kini dapat disejajarkan dengan jabatan gubernur, bupati dan
walikota.
2. Huhuhu, kini dapat disejajarkan dengan wakil gubernur, wakil bupati/wakil
walikota.
3. Wuleya lo lipu ‘camat’.
4. Mufti.
5. Kadli.
6. Apitalau.
7. Mbuu’i biluato
Untuk menyesuaikan dengan perkembangan dan perubahan sosial,
pohutu moponika dapat dilaksanakan untuk semua masyarakat, syaratnya
yakni mampu dan berkeinginan melaksanakannya. Pohutu moponika tidak
boleh dipaksakan dan bukan simbol kekuasaan dan keberadaan seseorang.
Pohutu moponika diserahkan pada musyawarah keluarga yang mampu dan
ingin melaksanakannya karena memahami betul makna, dan terutama
manfaat pohutu moponika.
E-Book Pohutu Moponika 13
Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Sudah barang tentu pohutu moponika hanya dapat dilaksanakan
bagi keluarga yang anak – anak mereka beragama Islam dan yang belum
melanggar ketentuan agama.
Menurut penuturan yang lain, hak memperoleh pelaksanaan adat
pernikahan dalam bentuk upacara kebesaran hanyalah golongon olongia ‘raja’.
Karena jabatan olongia untuk daerah Gorontalo sudah ti ada, maka
kedudukan itu dapat kita sejajarkan dengan gubernur, bupati atau walikota
‘W ala’o lipu’ dengan tata upacara adat lengkap ‘Pongo – pongoabu’. Rakyat
biasa (tuango lipu) dapat melaksanakan adat pernikahan dalam bentuk upacara
kebesaran sepanjang berkeinginan dan berkemampuan atau (2M) Mau dan
Mampu ( Marten Liputo,SH, 1984) yang pelaksanaannya disesuaikan dengan
ketentuan adat.
Namun seperti telah diuraikan sebelumnya kaidah ini telah berubah,
diubah oleh masyarakat adat Gorontalo. Seperti kita ke ahui adat timbul dari
masyarakat sendiri. Dengan demikian adat pernikahan ya g khusus untuk
golongan raja, kini boleh dikatakan telah membudaya dikalangan masyarakat.
Hal seperti ini tak dapat dilarang, kalau kita ingin m budayakan adat
Gorontalo. Itulah sebabnya urutan proses pernikahan yang akan diuraikan
dibawah sebenarnya urutan pernikahan pada golongan olo gia dahulu, yang
akan diberlakukan bagi masyarakat Gorontalo yang mampu melaksanakann
Juga, untuk kepentingan adat itu sendiri agaknya lebih cocok kalau
pembahasannya didasarkan pada adat pernikahan untuk ol gia, yang disana -
sini telah mengalami perubahan karena kita sendiri tid k memiliki dokumen
yang layak dipercaya untuk zaman olongia tersebut. Lebih jauh, kalau kita
hubungkan dengan usaha memasyarakatkan adat, mempertahankan
kelestarian adat dan stratifikasi sosial yang berorientasi kepada
kekaryaan/keahlian, maka pembahasan adat perkawinan yang berpangkal dari
adat pernikahan untuk olongia, dapatlah kita terima, dalam batas - batas yang
tertentu.

E-Book Pohutu Moponika 14


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
1.8 Tempat Pelaksanaan Pohutu
Tempat pelaksanaan pohutu pernikahan :
a. Dirumah orang tua calon pengantin laki - laki
b. Dirumah orang tua calon pengantin wanita
c. Pelaksanaan akad nikah yang dilakukan di mesjid hukumnya mubah.
Pesta pernikahan diadakan baik dirumah orang tua laki – laki maupun
di rumah orang tua perempuan. Namun untuk lebih menghormati
kesempurnaan pernikahan tersebut maka pesta pernikahan di rumah orang tua
pihak perempuan lebih meriah dari pada di rumah orang tua laki – laki. Di
rumah orang tua perempuan dibangun bantayo dan sabua. Bantayo dibangun
agak tinggi atau biasanya mempergunakan teras ‘palepelo’ rumah, sedangkan
sabua mempergunakan tanah sebagai alasnya. Kedua ba gunan ini diatapi
dan dihiasi.
Lain dari pada itu di rumah orang tua perempuan disediakan tempat
untuk meletakkan pelaminan, kamar rias ‘huwali lo wadaka’, kamar adat
‘huwali lo humbio’. Ruangan untuk pelaminan dan kamar – kamar tersebut
diatur sehingga kelihatan menarik.

1.9 Kelengkapan
Kelengkapan tata upacara adat moponika terdiri dari :
1. Gapura/arkus ‘alikusu’ gambar, ukuran dan keterangan terlampir.
2. Tangga adat ‘tolitihu’ gambar, ukuran dan keterangan terlampir.
3. Pohon Pinang ‘luhuto’ dan mulut buaya ‘Ngango lo Huwayo’ gambar, ukuran
dan keterangan terlampir sesuai payu.
4. Bulita ‘tambibala’ gambar, ukuran dan keterangan terlampir.
5. Kola - kola gambar, ukuran dan keterangan terlampir.
Kola – kola merupakan hantaran adat yang akan dimuati dengan ayua
atau perangkat adat yang lain yang akan diantarkan kepada pihak
perempuan. Kola – kola berbolak – balik sebanyak 4 kali dalam proses
perkawinan pada masa dahulu. Yaitu empat kali itu, yakni (I) pada waktu
mengantarkan hu’o lo ngango , (II) mengantarkan mahar, (III) mengantarkan
E-Book Pohutu Moponika 15
Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
bahan makanan ‘dilonggato’ dan (IV) mengantarkan u kilati yakni pada hari
perkawinan. Kola– kola dihiasi dengan janur dan dimuat dalam pedati atau
truk. Pada kola – kola itu ditempatkan pula anggota rombongan pihak laki–
laki antara lain melaksanakan handalo, tinilo dan tugas–tugas lain.

1.10 Benda – Benda Budaya


Yang dimaksud dengan benda-benda budaya disini adalah hal-hal
yang turut mewarnai proses pernikahan yang semuanya berhubungan dengan
benda. Benda-benda Budaya itu ada yang berhubungan dengan permintaan
dan ada yang berhubungan dengan pengantaran. Sehubunga dengan itu kita
dapat mencatat jenis – jenisnya, yakni (a) sirih – pinang, (b) ayua, (c) Tonggu,
(d) Tapahula, (e) Tempat sirih - pinang (Pomama), (f) Payung Adat (Toyungo
Bilalango).

1.10.1 Sirih - Pinang


Yang dimaksud dengan sirih-pinang disini yakni seperangkat
sirih yang biasanya dimakan oleh orang–orang tua. Makna
keseluruhan dari sirih–pinang yakni persatuan dan kesatuan. Artinya
tanpa pinang sirih tak ada manfaatnya bagi tukang ma an sirih.
Adapun perangkat sirih – pinang itu adalah : sirih yang
bermakna urat dalam badan manusia, pinang yang bermakna
daging manusia, gambir yang bermakna darah manusia dan
tembakau yang bermakna bulu roma. Pada acara hu’o lo gango sirih
pinang dibagi–bagikan kepada orang tua. Pada acara pertemuan
orang tua laki–laki dengan orang tua perempuan dibawa juga sirih
pinang. Beberapa bungkus sirih–pinang memberikan simbol mahar
yang akan diberikan pengantin laki–laki. Jadi, kalau sirih pinang
tersebut banyaknya setiap bungkus 4 buah maka mahar pengantin
laki–laki dinilai 4 orang (budak). Ketentuan mahar dapat dilihat pada
setiap bungkus dari gambir atau sirih, kalau setiap bungkus 2, 3 atau 4
buah maka maharnya tawu duluwo, totolu mealo wopato.
E-Book Pohutu Moponika 16
Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
1.10.2 Ayua
Ayua sesungguhnya bukan buah – buah sekalipun ayua
tersebut terdiri dari buah – buahan. Istilah itu tetap dipertahankan
karena adat adalah simbol. Ayua hanya merupakan simbol dari
adat untuk maksud tertentu. Dalam hal ini ayua nya tersebut
berisi harapan agar kedua mempelai akan berlaku dan
mempunyai sifat seperti yang digambarkan pada ayua.
Adapun ayua itu terdiri dari : (a) limau atau jeruk kelapa, (b)
nenas, (c) tebu, (d) nangka, dan (e) tunas kelapa (Tumula). Semua
buah – buahan ini mempunyai rasa manis. Dengan demikian kedua
mempelai diharapkan selalu bermanis – manis sehingga disayangi
masyarakat.
Lambang kelapa yang berbentuk tunas selain mempunyai
lambang pendidikan, juga berisi nilai ekonomi yak dorongan agar
kedua mempelai berusaha menanam kelapa dengan kebahagiaan
mereka pada masa yang akan datang. Kita sendiri mengetahui
kegunaan kelapa dari daun sampai kebatangnya.
Kelapa biasanya akan berbuah pada umur 5 tahun. Kepada
suami–istri yang telah berbilang tahun sering ditanyakan apakah yang
anda telah berikan kepada agama, negara dan bangsa pada umur
yang sekarang ini jika dibandingkan dengan kelap yang kita
tanam untuk menandai hari pernikahan kalian.

1.10.3 Tonggu
Tonggu adalah salah satu syarat untuk memulai sesuatu
pembicaraan, yang terdiri dari :
1. Tonggu lo Ulipu pelaksanaan acara dalam jarak dekat (dalam satu
wilayah).
2. Tonggu lo A’ato dalalo dilaksanakan oleh yang berbeda wilayah.

E-Book Pohutu Moponika 17


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
3. Tonggu lo wunggumo adalah merupakan suatu persyaratan untuk
menanyakan kepada pihak perempuan apakah sudah ada ata
belum ada pihak lain yang sudah meminta atau meminang.
4. Tonggu lo Ongo Ngala’a adalah merupakan suatu persyaratan
untuk menanyakan apakah calon mempelai wanita bersedia
menerima calon mempelai laki-laki.

1.10.4 Tapahula
Tapahula ialah suatu wadah yang terbuat dari kayu yang
modelnya berbentuk bundar dan mempunyai penutup, dimana wadah
ini digunakan sebagai tempat membawa sirih, pinang, tembakau.
Tapahula juga digunakan sebagai tempat membawa perlengkapan tata
rias calon pengantin perempuan.

1.10.5 Tempat Sirih - pinang (Pomama)


Pomama adalah suatu benda budaya untuk tempat meletakkan
sirih, pinang, gambir, kapur, tembakau.

1.10.6 Payung Adat (Toyungo Bilalango)


Suatu benda budaya yang digunakan pada saat menyerahka
Tonggu, dan juga digunakan untuk pengantin laki-laki pada saat turun
dari kenderaan menuju rumah calon pengantin perempuan. Benda ini
dalam bentuk payung yang dihiasi dengan manik - manik adat lengkap
dengan ciri khas warna adat.
1.11 Busana
Pakaian untuk pesta Pernikahan berbeda dengan pakaian untuk
pemakaman dan sebagainya. Dalam suatu pesta Pernikahan, kita akan
melihat pakaian, (a) untuk kedua mempelai, (b) untuk petugas adat, (c) untuk
petugas agama, dan (d) untuk undangan biasa. Tetamu se gai undangan
biasa memakai pakaian yang pantas. Pada umumnya memakai celana

E-Book Pohutu Moponika 18


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
panjang, kemeja dan songkok untuk laki–laki sedang untuk ibu–ibu memakai
kebaya, kerudung dan batik.
1.11.1 Pakaian untuk kedua mempelai

1. Pakaian Adat pada saat Akad Nikah


a. Laki - laki, terdiri dari :
- Payunga tilabatayila
- Baju takowa kiki yang sudah dihiasi dengan manik - manik
adat, dengan warna adat.
- Selempang dipundak sebelah kanan melintang ke kiri.
- Ikat pinggang adat ‘etango’ yang terbuat dari kuningan,
dengan ukiran adat.
- Keris atau bitu’o

b. Perempuan, terdiri dari :


- Kembang goyang ‘sundi’ yang ditancapkan di rambut yang
sudah disanggul untuk umum lima tangkai.
- Baju kurung ‘bo’o tunggohu’ yang dihiasi dengan manik -
manik adat.
- Sarung adat ‘wolimomo’
2. Pakaian Adat saat Bersanding di Pelaminan.
a. Laki – laki, terdiri dari :
- Paluwala atau Makuta .
Makuta berasal dari kata mahkota. Nama ini baru
mulai dikenal setelah ada campur tangan Ternate dan
Belanda. Dahulu tutup kepala disebut paluwala, yang
berasal dari kata piloluala yang artinya sumber.
Paluwala ini hanya dipakai oleh raja yang disebut
olongia yang menjadi sumber dari pada kekuasaan
pemerintah. Telah banyak perubahan bentuk yang
terjadi setelah paluwala ini diganti dengan makuta.

E-Book Pohutu Moponika 19


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Dalam makuta antara lain tidak terdapat lagi apa yang
disebut haandaali, bu’o dan setangkai duungo bitila
(rangka) ‘kotak dan daun – daun kayu‘. Hal ini terjadi
sekitar tahun 1892 dimana pemerintahan Hindia
Belanda sedikit demi sedikit mulai menyusup masuk
mempengaruhi adat istiadat dan kebudayaan Goronta
Antara lain ikut mempengaruhi pula bentuk paluwala
dan hiasan– hiasannya. Tudung makuta letaknya
menjulang ke atas dan terkulai kebelakang berbentuk b lu
unggas sehingga disebut lai. Sebagaimana kita ketahui
bahwa bulu-bulu unggas adalah halus dan lembut, sifat–
sifat yang demikian itulah yang diharapkan dari pribadi
sang raja. Lai ‘bulu unggas’ ini diletakkan menjulang
keatas, melambangkan huruf alif yang mengandung makna
keesaan Tuhan. Pada lai ini melekat pula hiasan emas
yang berbentuk daun sebanyak 5 helai yang memberi
pengertian 5 tema dalam kehidupan adat istiadat
daerah Gorontalo yakni :
(1) W u’udu (adat istiadat)
(2) Bubalata, adat istiadat yang bersangsi ( wu’ude
pilopobalatio) yang kemudian setelah masuknya
agama Islam sebagai agama resmi kerajaan menjadi
aadati ;
(3) Tinepo (penghargaan sesama umat, penghalusan
hukum);
(4) Tombula’o (membalas penghormatan orang lain,
ketegasan hukum);
Buto’o (hukum).
Selain itu dihiasi pula dengan 3 bintang kecil yang
memberikan pengertian bahwa 8 linula mulo (kerajaan

E-Book Pohutu Moponika 20


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
inti) Gorontalo yakni : Bilinggata, Hungina’a, Wuabu,
Lupoyo (dikerajaan Gorontalo) dan Dunggala, Tomilito,
Tibawa, Buta’io (di kerajaan Limboto) bersama–sama
menganut 5 prinsip itu. Dengan demikian maka bintang–
bintang kecil itu diletakkan di atas 5 daun prinsip itu.
Dibawah dari 8 bintang ini terdapat lagi 6 bua
bintang lainnya yang dikiaskan pada 6 rukun ima
yaitu :
(1) Meyakini adanya Allah s.w.t
(2) Meyakini adanya Malaikat
(3) Meyakini adanya Kitab – kitab Allah
(4) Meyakini adanya Rasul – rasul Allah
(5) Meyakini adanya hari kiamat
(6) Meyakini adanya takdir Allah baik, dan buruk

Pada kiri kanan bagian depan, terdapat dua hias n


yang berbentuk mata yang mengharuskan kepada
sang raja agar bermata tajam memperhatikan
rakyatnya. Pada sekeliling sayap makuta melilit ntai
dan umbai – umbai yang memberikan makna sebagai
rakyat dan segala harapan. Di samping kiri dan nan
sayap makuta, dihias dengan ular naga yang
menggambarkan kewaspadaan.
- Baju Takowa Da’a,
Takowa da’a (kancingnya dipasang disebelah
kiri atau ta’u-ta’ubu olowala) warna adat (menghindari
warna adat untuk kedukaan) yang sudah dihiasi
dengan manik - manik Adat dengan warna kuning
emas.
Pasangan dari pada makuta disebut ‘Baju raja‘
di mana sebelumnya paluwala kemudian diganti
E-Book Pohutu Moponika 21
Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
dengan nama makuta . Biasanya dipakai bo’o–takowa
da’a, bo’o artinya baju, dan takowa berasal dari takwa.
Takwa yaitu taqwa pada Tuhan Yang Maha Esa. Pada
baju raja ini, yang dapat diberikan pengertian
hanyalah hiasan yang melilit pada leher dengan
dua buah tali yang terurai kebawah yang sama
pengertiannya dengan kalung dalam pakaian bili’u.
Dapat ditambahkan pula bahwa disebut
baju raja karena baju ini dirancang bersama –
sama dengan perubahan paluwala menjadi makuta.
Pada celana baju raja disamping kiri dan
kanannya dihiasi dengan seutas pita emas yang lurus
dari atas ke bawah sebagai peringatan kepada raja
harus berlaku jujur pada rakyatnya. Demikian pula
pemakaian sepatu dalam pasangan baju ini baru
dikenal pada akhir abad ke–19. Ikat pinggang dan
pending sama pentingnya dengan ban kain
‘biindolo’ dan etango pada pakaian bili’u.
Pedang dalam bahasa Gorontalo disebut
jambia. Pedang kebesaran ini dilambangkan sebagai
pertanggungjawaban seorang raja dalam
mempertahankan dan membela kerajaan bersama
rakyatnya yang penyematan dirangkai dalam sebuah
sanjak :
Bangusa taalalo
Lipu poduulualo
Openu de moputi tulalo
Bo dila moputi baya
Artinya :
Martabat atau jati diri dipelihara

E-Book Pohutu Moponika 22


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Negeri dibela
Lebih baik berputih tulang (biar mati)
Dari pada berputih muka (menanggung malu).
Dalam pengertian lebih tegas lebih baik mati da pada
malu. Jambia ini diikat dengan secarik kain berwarna
merah. Yang mengharuskan bahwa seorang raja itu
harus berani dan berjiwa patriotisme.
Warna pakaian adat kebesaran raja/ratu, ditetapkan 4
warna juga sebagai warna adat disebutkan berikut ini.
1. Warna merah dan sejenisnya
2. Warna hijau dan sejenisnya
3. Warna kuning dan sejenisnya
4. Warna ungu dan sejenisnya
Warna ini mengikat juga terhadap pakaian adat wali–wali
Pernikahan, baiat, gunting rambut dan pengkhitanan.
Sedangkan pakaian adat kematian harus berwarna putih
dan biru. Khusus pakaian adat para bubato yang terikat
dengan warna ini hanya wala’o pulu/baate–
baate/wu’u/tuntungiyo, kimalaha dan udula’a (kepala
kampung dan pegawai syara’, mufti dan kadli memakai
jubah hitam. Perangkat Adat lainnya menyesuaikan
dengan warna adat masing – masing pohala’a).
Sedangkan yang lainnya yaitu talenga
(mayulu/pahlawani/paaha dengan pakaian seragam hitam.
Selanjutnya pakaian juru kalam desa/pedukuhan adalah
bo’o kini ‘baju koko’ warna adat masing – masing dan
celana batik dan sarung dilipat 2 dililitkan pada
pinggang diatas baju songkok hitam.
b. Perempuan, terdiri dari :

E-Book Pohutu Moponika 23


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
- Bili’u
Bili’u adalah pakaian adat kebesaran, yang dipakai
oleh permaisuri raja. Bili’u berasal dari kata Biluato
artinya diangkat atau dinobatkan karena dipakai eh
putri mahkota yang diangkat menjadi ratu. Yang
dalam bahasa Gorontalo ti mbu’i biluato.
Bili’u terdiri dari : (1) baya lo boute, (2) lai – lai, (3)
pangge moopa, (4) pangge, (5) tutuhi, (6) huli, (7)
duungo bitila, (8) huwo’o, (9) taya.
1. Baya lo Boute yaitu ikat kepala yang
memberikan dua pengertian :
a. bahwa sang ratu telah terikat suatu tanggung
jawab.
b. bahwa segala hasil pemikiran sang ratu harus
bermanfaat untuk kepentingan rakyat.
2. Lai – lai artinya bulu unggas diletakkan di atas
ubun – ubun. Bulu unggas ini dikiaskan pada
kehalusan budi pekerti di mana hendaknya
seorang ratu harus memiliki budi pekerti yang
luhur sebagaimana kehalusan bulu – bulu unggas.
Lai diberi warna merah dan putih sebagai lambang
keberanian dan kesucian.
3. Pangge Moopa artinya tangkai – tangkai rendah
yang berjumlah enam buah. Diibaratkan pada 6
orang bubato atau pemangku adat yang terdiri dari
seorang Baate, seorang Tuntungio / Wu’u serta 4
orang Kimalaha.
Untuk kerajaan Gorontalo, 6 orang ini terdiri dari
seorang Baate, seorang Wu’u dan 4 orang
Kimalaha. Yang juga menjabat sebagai kepala

E-Book Pohutu Moponika 24


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
kampung dengan gelar : (1) ti Tapa, (2) ti
Huangobotu, (3) ti Padengo, (4) ti Biyawa’o, (5) ti
Pulubala dan ( 6 ) ti Botupingge.
Sedangkan untuk kerajaan Limboto adalah seorang
Baate, ti Tuntungio dan 4 orang Kimalaha masing –
masing : (1) ti Hungayo, (2) ti Duunito, (3) ti Botu,
dan (4) ti Ipilo.
Baate–baate adalah ketua adat. W u’u adalah
pengatur sekalipun hanya duduk di tikar. Kimalaha
adalah koordinator pelaksana. Baate lo Tuntungio
adalah wakil Baate. Dalam pengertian ini sang
ratu berkewajiban untuk selalu menerima
pertimbangan – pertimbangan aparat bawahan.
4. Pangge artinya tongkat sebanyak 4 buah yang
menghiasi bagian belakang bili’u. Yang mengartikan
bahwa sang ratu berkewajiban menerima pendapat
dan nasihat dari 4 orang olongia (raja), yaitu untuk
kerajaan Gorontalo masing-masing :
(1) Raja Hungina’a
(2) Raja Bilinggata
(3) Raja Uwabu
(4) Raja Lupoyo
Mereka ini disebut W olihi Pato’o Data.
Sedangkan untuk kerajaan Limboto masing –
masing :
(1) Raja Dunggala
(2) Raja Tibawa
(3) Raja Tomilito
(4) Raja Buta’io
Mereka ini disebut Pato’o tongga lo lipu.

E-Book Pohutu Moponika 25


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
5. Tutuhi artinya galah, sebanyak 7 buah yang
panjangnya lebih dari yang lain. Tutuhi diibaratkan
pada 2 kerajaan yang bersaudara yaitu Hulontalo
Limutu– Limutu Hulontalo serta lima kesatuan
kerajaan, yaitu kerajaan – kerajaan : Tuwawa,
Limutu, Hulontalo, Bulango dan Atinggola
6. Huli artinya belakang yang disematkan pada
bahagian belakang dan terdiri dari dua tangkai
daun-daunan dan ditancapkan pada ujung jari kanan
dari pada baalanga (rangka). Huli diibaratkan pada
dua jalur aparat adat yaitu pegawai Syara’ dan
Talenga (satuan pahlawan keamanan), Pulubala di
Limboto.
7. Duungo bitila. Bitila artinya daun bitila. Bitila adalah
semacam pohon yang rimbun berdaun besar dan
buahnya dapat dimakan. Sehelai daun bitila yang
tertancap pada kepala bahagian belakang
memberikan arti pengayom sang ratu terhadap
rakyat.
8. Huwo’o artinya rambut. Bentuknya terpotong –
potong menjadi lima bagian yang dihubungkan oleh
rantai antara satu dengan yang lain. Dalam
penobatan sang ratu dizaman dahulu biasanya
memakai tujuh potong atau tujuh susun. Adapun
lima bagian yang lazim dipakai sekarang ini diambil
dari dua pengertian tentang keharusan seorang
ratu untuk bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
Pengertian pertama diambil dari 5 suku kata yakni
“la, ilaaha, illa, allah, hu”.

E-Book Pohutu Moponika 26


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Pengertian kedua, 5 bagian itu diambil dari 5
Rukun Islam yakni kalimat syahadat, mendirikan
sholat, berpuasa, berzakat, naik haji.
Pada waktu itu agama Islam dinyatakan sebagai
agama kerajaan dalam pemerintahan adat di
Gorontalo. Hal ini dibuktikan dengan adanya
sanjak yang menyatakan :
- aadati - ai aimitila to buto’o
- buto’o ai - aimitila to kuru’ani
9. Taya artinya timbangan atau dacing yang biasa juga
disebut titimenga. Dipasang pada kiri kanan
kepala bahagian depan di samping mata.
Pengertiannya bahwa sang ratu harus berlaku adil.
Taya ini mempunyai pengertian yang sama dengan
anting – anting. Lain - lain sebagai tambahan
penjelasan adanya umbai – umbai yang tergantung
pada baya lo boute memberikan gambaran
tentang berbagai masalah dan harapan rakyat
yang bergantung pada pertimbangan sang Ratu.
- Bo’o Tunggohu
Bo’o Tunggohu artinya baju kurung yang biasa
juga disebut baju Galenggo. Di atas baju ini dipakaikan
lagi selapis hiasan dada yang disebut Kucubu to
duhelo yang artinya pembalut dada. Kucubu to duhelo ini
mengisyaratkan pada sang ratu agar dalam memimpin
pemerintahan harus senantiasa dapat menguasai nafsu
amarah. Didalam dadanya harus selalu memancarkan
sinar cinta kasih sayang kepada rakyat, sebagaimana
bersinarnya cahaya emas yang menghias dada bajunya.
Demikian pula pada kiri kanan ujung tangan baju yaitu

E-Book Pohutu Moponika 27


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
pada pergelangan tangan dihiasi dengan sepasang
hiasan yang disebut petu yang membalut tangan ujung
lengan baju. Petu ini mengingat bahwa tangan harus
dimanfaatkan pada karya yang berguna bagi
kesejahteraan rakyat. Selain itu dibawah petu dihiasi pula
dengan sepasang gelang lebar yang disebut pateda.
Gelang ini melilit rapat pada kedua pergelangan tangan
yang diartikan sebagai mengekang tindakan–tindakan
yang terlanjur dan tidak menerima sogokan atau barang–
barang hasil paksaan.
Wulu wau dehu : artinya kalung bersusun.
Pengertiannya menyadarkan kepada sang ratu bahwa
bila pada suatu waktu ia melakukan kesalahan, maka
baginya telah tersedia tali yang akan menggantung
batang lehernya.
Hiasan kula : Artinya hanya dipakai pada jari
manis dan jari kelingking dari kedua belah tangan kiri
dan kanan. Dipakaikan pada jari manis dikiaskan
pada budi pekerti yang baik, sedangkan pada jari
kelingking agar sang ratu senantiasa memperhatika
kepentingan rakyat kecil.
Alumbu atau Bide : artinya sarung. Pada bahagian
kiri dan kanan bide ini terdapat hiasan yang berderet
teratur kebawah. Penempatan hiasan ini mengikuti
pengaturan tempat duduk para pejabat kerajaan
( hulo’a bubato lo ulipu atau biasa disebut bulita dalam
suatu musyawarah). Alumbu atau bide ini terbuka pada
bahagian depannya tetapi di bahagian dalam dipakai
lagi selapis kain yang disebut uilomuhu biasa disebut
juga buluwa lo rahasia yang artinya peti rahasia. Tersirat

E-Book Pohutu Moponika 28


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
di dalam arti kata itu bahwa sang ratu harus memegang
rahasia jabatannya sebagaimana menjaga rahasia
kehormatan dirinya.
Bintolo – Etango : artinya ikat pinggang dan
pending. Ikat pinggang ini mengingatkan apabila akan
makan janganlah terlalu kenyang, sehingga ikat
pinggang tidak akan putus. Dengan demikian sang
ratu harus makan sekedarnya, dalam arti harus
hidup sederhana makan barang yang halal dan
menghindari yang haram. Sekaligus pending emas
( etango) yang menghiasi ikat pinggang itu tidak akan
terlepas dari diri sang ratu.
1.11.2 Pakaian untuk pegawai Syara’.
Pakaian untuk pegawai Syara’ disesuaikan dengan
kedudukannya dalam struktur adat misalnya Imam memakai jumba
(jumba–jumba) dan memakai tutup kepala ( dutongo).
Apabila pesta pernikahan dilaksanakan secara pohu-pohuli
( pohutu secara lokal), maka pakaian adat :
1. Kadli memakai baju Takowa dan Tutup kepala ( Dutongo) pula
memakai selendang.
2. Imam memakai baju Takowa dan Tutup kepala ( Dutongo) pula
memakai selendang.
3. Syarada’a memakai baju Koko dan Tutup Kepala warna Merah
yang disebut Sumu ( Upiah lo Tuluki) pula memakai lilitan sarung
dilipat dua didalam baju yang menonjol ± 15 cm sesuai warna
adat pada pesta gembira (Pernikahan dll) dan memakai
selendang.
4. Bilal dan Kasisi memakai baju Koko dan Tutup Kepala (K h
Keranjang) Bilal berlilit kain putih 3 lapis, dan Kasisi berlilit kain

E-Book Pohutu Moponika 29


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
putih 1 lapis. memakai sarung dilipat dua didalam baju koko serta
memakai selendang.
5. Palabila dan Polumbato memakai baju Koko warna adat da
Kopiah Beludru Hitam, celana Batik memakai sarung dilipat dua
dan dililitkan diatas baju koko.
6. Utolia :
a. Apabila mantan Kepala Desa atau Lurah memakai baju Koko
atau Baju Takowa warna adat dan Kopiah hitam, celana p ih,
baju koko warna adat untuk pesta, memakai sarung dilipat
empat dan diikat diatas baju.
b. Baate dan Wu’u memakai baju Takowa seragam dengan celana
dengan memakai kopiah hitam dan sarung dilipat empat dan
diikat diatas baju.
c. Wuu dari Suwawa memakai baju Takowa seragam dengan
celana, memakai kopiah hitam dan sarung dilipat dua dililitkan
diatas baju.
d. Masyarakat biasa yang diangkat sebagai utolia memakai ju
koko dengan celana yang berbeda warna dengan baju, kopiah
hitam, sarung dilipat dua dan dililitkan diatas baju.
e. Wali – wali Mowali pakaian Takowa Kiki sesuai warna adat
masing – masing. Memakai sarung dilipat dua dan dililitkan
di pinggang dan diatas baju dan memakai songkok a
hitam.

1.11.3 Petugas adat memakai pakaian yang bersesuaian dengan


kedudukannya dalam adat misalnya Baate memakai baju
sebagaimana tersebut pada ayat 6 sub ayat b diatas.
1.11.4 Petugas Handalo memakai baju koko warna hitam, celana warna
putih, memakai sarung yang dililitkan di pinggang dan
memakai payungo.

E-Book Pohutu Moponika 30


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
1.12 Tata Boga
Yang dimaksud disini adalah makanan berupa beras dengan lauk
pauknya dan rempah – rempah bahkan ada alat perlengkapan dapur yang
disebut dilonggato. Bahan – bahan ini diantarkan kepada pihak perempuan
pada acara modepito dilonggato (mengantarkan bahan makanan).

1.13 Prosesi Pernikahan


Pernikahan dianggap suci, agung, bahagia dan berkesan. Itu sebabnya
makna pernikahan harus dirasakan oleh kedua mempelai. ka tidak boleh
menganggap bahwa pernikahan itu mudah, gampang dan kar na itu pula
gampang untuk bercerai. Menurut adat pernikahan secara ideal hanya bercerai
karena meninggal. Adat berharap agar pasangan suami isteri akan tetap kekal,
hidup rukun dan damai seperti yang tampak dalam nasihat (palebohu) yang
ditujukan kepada pasangan suami isteri pada waktu mereka duduk
dipelaminan.
Untuk itulah proses pernikahan itu tidak hanya sekali jadi ia melewati
tahap -tahap yang disebut proses pernikahan (lenggota lo nika). Tahap proses
pernikahan bukan dibuat untuk memperlama atau mempersulit pernikahan,
tetapi semata -mata bertujuan agar kedua calon suami isteri dapat mer sakan
apa makna pernikahan yang ditandai oleh perjuangan dan kerja keras.
Untuk pelaksanaan adat pernikahan perlu diketahui taha n –
tahapannya ( Lenggota) yang harus dilalui sebelum, saat, dan sesudah acara
pokok (Aqad Nikah) sebagai berikut :
1. Mongilalo (mengenal / menilik calon menantu)
2. Molenilo / Mohabari (memperlancar jalan / mencari kepastian)
3. Moduulohupa (musyawarah orang tua kedua belah pihak)
4. Baalanga (penyampaian hari pelaksanaan peminangan)
5. Tolobalango (peminangan)
6. Dutu (hantaran adat harta pernikahan)

E-Book Pohutu Moponika 31


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
7. Dilonggato (mengantarkan konsumsi pesta pernikahan)
8. Mopotilantahu (malam pertunangan)
9. Akaji (aqad nikah)
10. Mopopiipidu (sanding pengantin)
11. Modelo (membawa pengantin ke rumah orang tua mempelai pria)
12. Mopotuluhu (Menidurkan mempelai wanita / mohuopo)
13. Mopo’a / Mopelu (mengantarkan makanan dan minuman kepada kedua
mempelai dari rumah orang tua mempelai pria)
14. Mohama (menjemput kedua mempelai untuk tidur di rumah o g tua
mempelai pria)

Tahapan – tahapan tersebut akan diuraikan satu demi satu gai


pelaksanaannya sebagai berikut :

1.13.1 Tahap Mongilalo


Mongilalo adalah kunjungan pertama oleh kedua orang tua sang
jejaka kerumah orang tua sang gadis sebagai perkenala dari kedua
belah pihak dan utamanya untuk mengenal kepada sang ga yang
bakal menjadi menantu.
Dahulu, setelah tamu memberi salam, dipersilahkan naik
dan dibukakan tikar untuk tempat duduk lalu disuguhi tempat sirih
pinang dan tempat ludah ( pomama dan hukede) kemudian disuguhi
minum biasanya kopi. Yang membawa tempat sirih–pinang dan
minum, biasanya anak gadis, bahkan selesai meletakkan wadah sirih –
pinang dan minum diperkenalkan kepada tamu dan disinil h
kesempatan kedua orang tua sang jejaka untuk me serta
menilik kepada calon dari anaknya. Sesudah minum tuan rumah
bertanya pada tamunya, barangkali ada hajat yang mau dituturkan
yang dijawab oleh tamu belum ada, kunjungan kami baru ntuk
silaturahmi. Beberapa saat kemudian orang tua sang jejaka pamit.
Untuk itu perlu sekali mongilalo (meninjau) tersebut.
E-Book Pohutu Moponika 32
Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Tahap mongilalo bertujuan untuk mengetahui sikap dan perangai
sang gadis seperti (1) sikapnya, (2) caranya berpakaian, dan (3)
kegiatannya ketika diadakan peninjauan tersebut. Dahulu peninjauan
itu dihubung hubungkan dengan keadaan alam sekitar. Jika dalam
peninjauan itu sang gadis sedang duduk atau berdiri dan menghadap
Timur atau Utara, hal itu menandakan bahwa gadis terse ut bersikap
baik. Lebih baik lagi kalau si gadis kebetulan menghadap para
peninjau karena hal seperti itu menandakan bahwa perka nan akan
bahagia. Sebaliknya kalau si gadis tersebut menghadap ke Barat atau
ke Selatan, menandakan bahwa gadis tersebut sebaiknya ngan
dinikahi karena hal itu telah menandakan kesialan.
Hal yang perlu dilihat dari cara berpakaian misalnya cara menata
rambut dan pakaian. Kalau gadis itu diketemukan dalam daan
rambut terurai menandakan bahwa gadis tersebut pemalas, mengurus
diri pun tidak mampu. Baju yang dipakainya harus diperhatikan pula,
apakah kombinasi warna serasi atau tidak. Kombinasi baju harus
sesuai dengan keadaan kulit gadis. Kalau tidak, hal itu menandakan
bahwa gadis tersebut kurang teliti, tidak terampil, dan tidak cakap
mengurus diri.
Selanjutnya hal yang berhubungan dengan kegiatan yakni
apakah si gadis itu bekerja atau tidak. Kalau gadis tersebut dijumpai
sedang tidur sedangkan peninjauan dilaksanakan setelah Ashar, itu
menandakan bahwa gadis itu pemalas. Demikian pula kala gadis
tersebut didapati hanya mencari kutu sambil menghadap an
menandakan bahwa gadis itu bersifat suka menggunjing (molinulo),
suka membuang-buang waktu. Yang paling disukai yakni kalau sang
gadis didapati sedang bekerja dan memakai baju yang serasi serta
menghadap kearah Timur atau Utara.
Apa yang diutarakan di atas sebagiannya telah ditingga kan
orang zaman sekarang, namun hal yang berhubungan denga

E-Book Pohutu Moponika 33


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
kegiatan dianggap sangat menentukan. Hal itu terbukti dengan nasihat
seorang ibu terhadap anaknya seperti yang telah diuraikan diatas dan
juga ada anjuran untuk mencari orang yang banyak kegiatannya,
banyak karya pololohe’o taa okaraja (carilah orang yang mempunyai
karya atau pekerjaan).
Acara meninjau ( mongilalo), kini telah ditinggalkan karena si
gadis dan si jejaka sudah sering bertemu bahkan sudah selalu
diizinkan keluar bersama-sama.

1.13.2 Tahap Molenilo/Mohabari.


Molenilo adalah kunjungan kedua orang tua sang jejaka ke
rumah orang tua sang gadis dengan maksud untuk mengetahui
apakah sang gadis yang diingini anaknya belum ada paca Dalam
kunjungan ini kedua orang tua sang jejaka membawa sebuah wadah
(tempat sirih–pinang) yang berisi pinang, gambir, sirih dan tembakau
dan sebelum menyampaikan hajatnya, wadah tersebut di kkan
dihadapan kedua orang tua sang gadis kemudian bertutur :
Utiya mama lotenilo pongilalowa lamiyatiya oli yalaondo li
……… wanu bolo dipoolu taa hibotu – botula meyambola hitile
tileya.
Maksudnya : ini adalah sirih pinang kepastian u uk kami
mohon kejelasan apakah bapak dan ibu punya putri yang
bernama ………….. sudah ada yang sering datang ata
memperhatikannya, yang dijawab oleh ayah perempuan sebagai
berikut :
wanu odelo botu to payango dipolu taa lo’obua paango
dalalondo mobango.
Maksudnya : misal laksana batu dalam peraduannya, belum ada
yang menginjaknya sehingga jalan untuk bapak / ibu terbuka tanpa
rintangan.
Sesudah dijamu seperlunya maka tamu pamit kembali.
E-Book Pohutu Moponika 34
Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Tahap Mohabari dilakukan oleh kedua orang tua laki-laki secara
rahasia kepada kedua orang tua perempuan. Kedatangan mereka pun
tidak diberitahukan kepada orang tua perempuan karena unjungan ini
merupakan kunjungan tidak resmi, tetapi yang paling pe ng karena
merupakan kunjungan awal untuk menentukan segala sesuatu yang
berhubungan dengan pelaksanaan Pernikahan.
Pada tahap mohabari ini orang tua laki-laki hanya membawa sirih,
pinang, gambir, tembakau dan kapur yang dibungkus deng n dua
macam kain yang polos indah serta tapahula yang berisikan 10 kati
(sekarang Rp. 25.000,-). Setelah mereka tiba dirumah orang tua sang
gadis, mereka memberi salam yang tentu akan diundang masuk dan
dipersilahkan duduk di tikar (dahulu belum ada kursi seperti sekarang).
Mereka segera meminta tempat sirih - pinang ( pomama). Sirih - pinang
yang mereka bawa, diisi di dalam tempatnya. Baik orang tua laki -laki
maupun orang tua perempuan makan sirih pinang bersama-sama.
Setelah mereka makan sirih- pinang yang dalam bahasa Gorontalo
disebut momama maka orang tua laki - laki menyampaikan isi hati
dengan kata - kata sebagai berikut :
1. W anu ito tahu - tahu iindani, de amiyaatiya ta motolopani (kalau
Bapak Ibu memiliki intan, biarlah kami yang merancangnya
menjadi cincin) ;
2. W anu ito opolohungo, de amiyaatia ta lalaaita ma me’ibuhuto (kalau
bapak/ ibu memelihara bunga hias, biarlah kami yang akan
menyiraminya, selalu);
3. W anu ito bia-biahe buurungi, de amiyaatia ta ma hemopo’aamai
(kalau bapak/ibu memelihara burung, biarlah kami yang kan
memeliharanya, memberinya makan).
Kata iintani , polohungo, buurungi hanya merupakan
simbol belaka. Kata iintani menandakan bahwa orang tua si gadis
yang dihadapi adalah raja, kata polohungo menandakan bahwa

E-Book Pohutu Moponika 35


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
yang dihadapi adalah turunan bangsawan dan kata burungi
menandakan bahwa orang tua gadis yang dihadapi adalah kyat
biasa. Pada waktu dahulu masa pemerintahan raja-raja, suku
Gorontalo mengenal 4 (empat) golongan penduduk yakni :
a. Olongia (Raja) dan keluarga;
b. Wali - wali (bangsawan);
c. Tawu daata (rakyat biasa)
d. Wato (budak)
Mendengar kata - kata seperti yang diutarakan diatas, ayah
(orang tua) si gadis berkata : amiaatia mohile ma’apu. W onu maali
amiaatia donggo mo’ootaawapo wolo ongo ngaala’a. Sababu bo
donggo to delomo ombongo wala’o ta duulota, dabo to’u maa
yilumualai ode dunia, tio ma loali wala’o ta daadaata. Maksudnya :
kami minta maaf. Kalau dapat kami bermusyawarah lebih dahulu
dengan keluarga. Sebab hanya ketika masih berada didalam
kandungan, anak itu adalah anak kami berdua, tetapi setelah lahir
maka anak itu sudah merupakan milik keluarga. Dari jawaban ini jelas,
bahwa perkawinan bukan saja urusan si gadis dan jejaka, bukan saja
urusan orang tua kedua belah pihak tetapi menjadi urusan seluruh
keluarga bahkan umum.
Berdasarkan jawaban seperti yang dituturkan diatas, orang tua
laki - laki mohon diri untuk kembali.
1.13.3 Lenggota Modulohupa (Tahap bermusyawarah)
Modulohupa adalah musyawarah kedua belah pihak orang
tua sang jejaka dan sang gadis membicarakan tentang besarnya
biaya yang harus disiapkan oleh orang tua sang jejaka dalam
pelaksanaan pernikahan serta tata upacara adat dan saat
pelaksanaan. Orang tua sang jejaka menyampaikan :
Todudunggayando yilalu maa
Amiyatiya maa loo toduwo dalalo

E-Book Pohutu Moponika 36


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Umalo pohumbatalo
Amiyatiya maa ohila mongilalo
Lintonga pobotulalo
Tunggulo haya’a wau tanggalo
Alihu maa mopatato usadiyalo
Tunggula mola ode pohutu wau wakutu
Maksudnya :
Pada pertemuan kita yang lalu kami sudah diberi jalan ntuk
melanjutkan hajat kami. Kini kami ingin mengetahui per aratan adat
apa yang harus kami penuhi dan berapa biaya yang harus disiapkan
agar kami sudah tahu dengan jelas, juga tentang bentuk tata upacara
adat dan waktu pelaksanaannya.
Dijawab orang tua sang gadis dengan kata – kata sebagai berikut
:
Lindonga pobotulalo maa mopatato wau dapa – dapato
W au haya’a wau tanggalo
Dila malo odelo haya’o dalalo
Maa toduwolo ito mongo’alo
W anu woluwo uma banda – bandalo
Alihu maa ilalowalo
Bolo potala maa mowali po’oliyo’alo
W au tomimbihu pohutu wau wakutu
Openu de muli hulo’alo wau podulohupalo
Maksudnya “
Persyaratan yang harus dipenuhi sudah jelas dan sudah diketahui
dengan pasti (ketentuan adat–istiadat) dan jumlah biaya tidaklah terlalu
besar/ banyak. Silahkan bapak mengungkapkan, berapa jumlah biaya
yang telah direncanakan agar kami akan mempertimbangkan apakah
sudah memadai dan mencukupi dan tentang bentuk tata upacara adat
serta waktu pelaksanaannya biarlah kita akan musyawarah lagi.

E-Book Pohutu Moponika 37


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Dalam musyawarah seperti ini adakalanya pihak orang tua
sang gadis tidak mengungkapkan permintaannya hanya dipersilahkan
dari pihak orang tua sang jejaka yang mengungkapkan
kesediaannya / kemampuannya.
Kadangkala setelah mendengar ungkapan jumlah yang
disampaikan oleh orang tua sang jejaka, orang tua sang gadis, juga
mengungkapkan jumlah yang dinginkannya dengan istilah mootola
wawu moodelo, yang maksudnya kemampuan orang tua sang jejaka
masih akan dipertimbangkan dan permintaan orang tua ng gadis
masih akan dipikirkan.
Pada musyawarah seperti ini orang tua sang jejaka akan
menentukan kapan akan balik lagi dan kalau balik lagi maka
permintaan orang tua sang gadis sudah dapat diterima atau
kesanggupan orang tua jejaka ditambah alakadar sedang
permintaan orang tua sang gadis dikurangi sediki sehingga akan
beroleh kesepakatan dan kalau orang tua sang jejaka tidak balik
lagi maka berarti pembicaraan tidak jadi (putus).
Apabila sudah ada kesepakatan maka orang tua sang jejaka
menyampaikan bahwa kelak satu ketika akan mengutus beberapa
orang untuk menyampaikan baalanga (penyampaian ketentuan hari
peminangan). Tenggang waktu menunggu hari peminangan oleh
kedua orang tua sang gadis dimanfaatkan untuk menghubungi
keluarga akrab menyampaikan bahwa puterinya bernama ……….
telah ada yang akan melamarnya.
1.13.4 Baalanga
Baalanga (penyampaian hari peminangan) dilaksanakan oleh
utusan orang tua sang jejaka terdiri dari seoran bapak dan
seorang ibu serta seorang laki – laki yang membawa wadah
(tapahula) yang dibungkus dengan kain putih berisi sirih – pinang
lengkap kerumah orang tua sang gadis.

E-Book Pohutu Moponika 38


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Sehari sebelumnya diutus seseorang untuk menyampa kan
besok nanti akan datang Baalanga sehingga orang tua sang gadis
akan mengundang beberapa orang keluarga akrab untuk me unggu.
Acara ini biasanya dilaksanakan seminggu sebelum pelaksanaan
acara peminangan.
Setelah duduk berhadapan maka utusan orang tua sang jejaka
meletakkan wadah (tapahula) dihadapan keluarga orang tua sang
gadis yang langsung dijamak oleh salah seorang sebagai pertanda
bahwa pembicaraan sudah dapat dimulai.
Utusan orang tua sang jejaka memulai pembicaraan :
Amiyatiya botiya bo pilopo dudulayi liwutatondo……bo
memopotunggulo lomama lo baalanga wau wanau debo maa
mootoduwo uhelumo to dulahu ……… lolango tiwutatondo maa
mopoahu mayi olo taa mayi mopodungga lo tolobalango, wau bolo
maapu diyla bo moimatango meyambola mei timamango’
Maksudnya :
Kami adalah utusan dari Bapak ……… untuk menyampaikan
sebuah wadah ( tapahula) sebagai tanda pemberitahuan dan
permintaan persetujuan bahwa pada pada hari……tanggal…….akan
mengutus orang yang akan menyampaikan adat peminangan dan
maaf bukan menyuruh tunggu atau disambut.
Dijawab oleh wakil keluarga orang tua sang gadis dengan
kata – kata :
Taheliyondo maa toopuwomaa lamiyatiya wau Insya Allah maa
tomatangama’o
Maksudnya :
Penyampaian bapak kami sambut dan Insya Allah pada
saatnya nanti akan siap menunggu. Para tamu disuguhi minum dan
sesudahnya pamit pulang.

E-Book Pohutu Moponika 39


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
1.13.5 Acara Motolobalango.
Tolobalango (peminangan) adalah tahapan kelima dari aspek
adat pernikahan secara adat Gorontalo dan merupakan fo um resmi
yang dihadiri oleh sebagian besar keluarga dari kedua belah pihak
serta disaksikan oleh Pemerintah (Kepala Desa/Lurah karena pada
acara ini seluruh ungkapan dalam pembicaraan adalah formil. Acara
ini lazimnya diadakan sore hari dan kadang malam.
Pada acara ini orang tua sang jejaka mengutus beberapa orang
pemangku adat ( utolia layio) dengan berpakaian adat sesuai dengan
ketentuan masing-masing, didampingi oleh keluarga terbatas yang
berpakaian baju lengan panjang dan songkok, sedang ibu–ibu
memakai kebaya dan sarung/batik. Demikian pula orang ua sang
gadis mewakilkan kepada komposisi yang sama dengan personil yang
berbeda.
Dengan istilah motolobalango dimaksud adalah tahap
menghubungkan keluarga antara pihak laki - laki dengan pihak
perempuan. Acara motolobalango dihadiri oleh keluarga terdekat. Baik
oleh rombongan keluarga laki - laki maupun keluarga perempuan.
Rombongan pihak laki - laki yang dipimpin oleh utolia (utusan)
mendatangi rumah pihak orang tua perempuan. Utolia dari pihak laki -
laki disebut utolia lundu dulungo lai’o (huhuluta) dan dipihak
perempuan disebut ti utolia lundu dulungo wolato. Mereka membawa
pinang, gambir, sirih dan tembakau, yang diisi di tapahula dan
dibungkus dengan kain warna adat. Mereka diterima oleh pihak
keluarga perempuan. Kedua belah pihak duduk beralaskan tikar atau
permadani sambil duduk berhadap – hadapan.
Perlengkapan acara peminangan pada dasarnya sama kecuali
untuk wilayah pohala’a Suwawa bertambah satu buah pomama yang
isinya sama dengan mama pilitango dinamakan mama lo timamango
dan untuk wilayah pohala’a Limutu juga bertambah satu h pomama

E-Book Pohutu Moponika 40


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
yang isinya sama dengan huo lo ngango dinamakan a’ato dalalo
sedang untuk wilayah pohala’a Bulango dan Atinggola sa a dengan
Pohala’a Hulondalo. Perlengkapan tersebut seperti beri t :
1. Satu buah tapalu berisi uang 1 real dahulu f. 1.60 sek rang
disesuaikan Rp. 16.000,- diletakkan diatas baki yang
dialas dengan lenso krawang warna adat (merah muda–hijau–
kuning–ungu) dan ditutup dengan lenso krawang yang warnanya
sama dengan pengalasnya dan dipayungi dengan toyunga
bilalango (payung kebesaran adat).
2. Satu buah pomama (tempat pinang berisi sirih – pinang lengkap
dinamakan mama pilitango), isinya :
a. Umum : 4 buah pinang, 4 buah gambir dibungkus @ 2 buah 4
batang sirih dibungkus @ 2 batang, tembakau lempeng 4
lempeng dibungkus @ 2 lempeng dan uang ngokati wau tatali
dahulu f. 2,50 + f. 0,20 (sekarang disesuaikan Rp. 2 000,-).
b. Wali - wali : dengan lipatan 3 misalnya 6 buah pinang, 6 buah
gambir dibungkus @ 3 buah dan seterusnya uang tetap.
c. Taa tombuluwo : dengan lipatan 4 misalnya 8 buah pinang, 8
buah gambir dibungkus @ 4 buah dan seterusnya uang tetap.
3. Satu buah tapahula diisi penuh dengan pinang, gambir, dan
tembakau, dibungkus dengan kain putih dan kain warna a at untuk
wali - wali serta ta tombuluwo demikian pula kain alas yang
disiapkan oleh orang tua sang gadis disesuaikan dengan
pembungkus tapahula. Ketiga wadah tersebut nomor 1 huo
longango untuk kepala Desa/Lurah apabila juru bicaranya Utolia,
dan untuk juru bicara apabila yang menunggu Kepala Desa/Lurah,
Kimalaha, Wu’u atau Baate tersebut nomor 2 dinamakan mama
pilitango, untuk juru bicara dan tersebut nomor 3 dinamakan mama
lo ongongalaa, isinya uang sebanyak 4 kati @ f. 2.50 sekarang
Rp. 10.000,-. Sirih pinang dibagikan kepada keluarga pihak

E-Book Pohutu Moponika 41


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
perempuan yang hadir dan uang serta kain pembungkusnya ntuk
juru bicara.

Pelaksanaan :
Sesaat sebelum rombongan peminangan (tolobalango) berangkat,
salah seorang pendamping juru bicara keluarga berangkat lebih dahulu
untuk mencari tahu kesiapan (mengilalo huhuloa) pihak keluarga
wanita. Setelah tiba memberi salam lalu duduk kemudian berkata
sebagai berikut : Watia botiya bo pilopotolodulungiomai li
wutatondo………. Pe’i pongilalowa lio ma’o huhulo’a wanu aa
ledapato owwoluwo loadati lo tolobalango, tanu maa popolaahuliomayi.
(Saya ini utusan dari Bapak …… untuk mengecek kehadiran para
undangan, dan apabila sudah siap maka adat peminangan n
diberangkatkan kemari).
Dijawab oleh juru bicara wanita sebagai berikut : wanu ilalowamola
tohuhulo’a debo donggo woluwo taa tomatangalo, bo ito debo
maa wohiyala dalalo. (Bila memperhatikan kehadiran masih ada
undangan yang belum hadir namun saudara sudah dapat ka i beri
jalan).
Utusan pamit kembali setelah sampai dipihak keluarga pria langsung
memberitahukan kesiapan keluarga wanita dan kemudian r bongan
adat tolobalango (peminangan) diberangkatkan. Setelah sampai
dipintu pagar rumah keluarga wanita utusan tadi masuk lebih dahulu
untuk memberitahukan bahwa adat tolobalango sudah siap untuk
dinaikkan dengan kata – kata owolialo olando wolo mongowutatondo
adati lo tolobalango tanu mapolayio mayi, yang dijawab oleh juru
bicara pihak wanita dengan : “Bismillahirrahmanirrahim” toduwolo
(silahkan). Utusan tersebut balik ke rombongan pihak pria kemudian
bersama - sama rombongan memasuki rumah keluarga wanita sambil
memberi salam. Setelah berada dalam ruangan, maka ketiga wadah

E-Book Pohutu Moponika 42


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
yang dibawah diletakkan diatas kain alas yang telah disiapkan dengan
urutan :
a. Hu’o lo ngango + payung adat.
b. Mama pilitango .
c. Mama lo’ongongalaa dengan posisi hu’o lo ngango sebelah
utara atau timur dan atau sebelah kanan dari juru bica keluarga
wanita. Posisi duduk rombongan keluarga pria menghadap ke kamar,
sedang yang menunggu membelakangi kamar dan apabila ada taa
tombuluwo maka duduknya pada posisi penengah diantara kedua
belah pihak.
Beberapa saat setelah duduk maka juru bicara keluarga ria memberi
isyarat dengan gerakan ‘mengangguk’ kepada juru bicara keluarga
wanita sebagai isyarat untuk memulai pembicaraan yang disambut
oleh juru bicara keluarga wanita dengan anggukan pula. Apabila pada
majelis tersebut hadir taa tombuluwo sebelum memulai pembicaraan
memberi hormat secara adat ‘mopotalu lo tubo’ dan apabila tidak hadir
cukup hanya dengan anggukan kepala kepada Kepala Desa/Lurah lalu
memulai pembicaraan seperti berikut :
Amiyatiya maa tilumupalo,
wau maa meilopoilalo
wanu bolo maa ijiniyalo
loiya maa tumulalo.
W anu maa ijiniya lo wutata utoliya
polu-polutuo to halipa lo Lipu botiya
maa mohile molumula moloiya.
Maksudnya kini kami telah tiba, sebelumnya sudah memberi tahu
apabila sudah di ijinkan oleh saudara bakal juru bicara teristimewa
Pemerintah setempat kami mohon untuk memulai pembicaraan.
Juru bicara keluarga wanita (yang menunggu) menjawab :
Tomololoo dipoluwasiya ito wutata utoliya

E-Book Pohutu Moponika 43


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Amiyatiya donggo molaayiliya
Ode tili mohuwaliya
Ode mongopulu bubato lo lipu botiya
Maksudnya sebelum diberi ijin saudara juru bicara, kami akan
bermufakat lebih dahulu dengan para hadirin dan para pembesar
negeri ini. Kemudian juru bicara keluarga wanita molubo apabila hadir
taa tombuluwo (pembesar negeri) dan hanya dengan menga gukkan
kepala apabila yang hadir Kepala Desa/Lurah lalu melanjutkan kata -
kata sebagai berikut :
Owwoliyala olando wolo mongowutatondo
Ti utoliya lundudulungo layio
maa mohile molumula polotio
Setelah itu juru bicara keluarga wanita melanjutkan de gan kata - kata
seperti berikut :
To’ owoluwo lo watiya Keberadaan saya
Maa lolaayiliya sudah bermufakat
Ode tili mohuwaliya kepada para hadirin
Ode mongopulu lahidiya kepada pembesar negeri
Ito debo maa luasia saudara sudah diizinkan
Molumula moloiya memulai pembicaraan
Debo luasialo sudah dipersilahkan
W awu moo wohiyalo dalalo bahkan sudah diberi jalan
Motowuato mongoalo menguraikan dan mengungkapkan
Bismillah polo’iyalo dengan nama Allah berbicaralah
Alihu maa tametalo saya siap menjawabnya
Juru Bicara keluarga pria melanjutkan :
Alhamdulillah, amiyatiya maa lootoduwo dalalo umaali polenggotalo,
bo tomulolo lou dipo molenggoto, amiyatiya moma’apu bolo woluwo
uhilapu, ma’apu lamiyatotiya ode mongowutato wawu mongodulaa
hihadiliya wolo mongo pulu bubato lolahidiya polu – polutuo ode halipa

E-Book Pohutu Moponika 44


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
lo lipu botiya wawu wutato taa ma mowali utoliya bolo uwo umotiya
malo tuwango rahasia, bolo woluwo udila odito maapu pali palito po ela
tou lohu-lohulito de tingga bolo watotiya wawu ito maapu lamiyatiya
tobiluloa botiya,bolo donggo meetala yilawadu, tala lumadu, tala
habari, meyambola tala lapali, tu’udu diyla taa odelo wolo mongo
wutatondo taa donggo heyilawadulo, helumadulo, hehabariyolo,
helapaliyolo, wawu olo diyla taa odelo amiyatotiya taa donggo me
hilapa-lapaliya, hihaba-habaria, hiyila-yilawode, hiluma-lumade, bo
donggo odito pagu lo’uduluwo mohutato wawu diyla lumadu
humayaapo, diyla mo’otoduwo ba’ato umali mopo’opotato diyla
humayaalo diyla mo’otoduwo dalalo umali polenggotalo.
Maksudnya : Segala puji bagi Allah, kami telah beroleh jalan
untuk melanjutkan pembicaraan, tapi sebelumnya kami mo on maaf
apabila ada yang khilaf. Permohonan maaf kami kepada Bapak, Ibu,
Saudara yang hadir dan kepada para pembesar negeri yan hadir
terutama kepada khalifah negeri ini dan saudara juru bicara apabila
ada pembicaraan yang khilaf termasuk rahasia, apabila da yang tidak
tepat, maaf seluruh hadirin, agar diingatkan ditempat ersendiri antara
kita berdua. Permohonan maaf kami pada persidangan yan mulia ini,
apabila masih mempertanyakan, mengumpamakan, ingin mengetahui
dan melafazkan, bukanlah orang seperti Bapak serta hadirin yang
masih diusut dengan kata - kata dan perumpamaan dan bukanlah
orang seperti kami yang masih bertindak mengusut seseo ang, tapi
demikianlah pola dari janji kedua negeri apabila tidak
mempertanyakan, mengumpamakan tidak beroleh isyarat untuk
menyampaikan hajat apabila tidak di misalkan tidak beroleh jalan untuk
melanjutkan pembicaraan.
Selanjutnya juru bicara keluarga pria melanjutkan:
Ito wolo mongowutatondo hihaadiriya, latomatanga olomiyatotiya, bolo
donggo woluwo ongongalaa pilolaa yiliya wawu dipolu hi adiriya,

E-Book Pohutu Moponika 45


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
ongongalaa tilodu wo wawu dipooluwo, ongongalaa bilotula’o to tu’adu
meyambola yilawola maa tuladu wawu diypo lepapadu.
Maksudnya : Bapak dan saudara yang sudah hadir menyambut
kedatangan kami namun kami masih menanyakan apakah dalam
persidangan yang mulia ini masih ada yang dimufakati dan belum
hadir, keluarga yang diundang dan belum datang, keluarga yang
didatangi atau dikirimi surat dan belum beserta kita dalam persidangan
ini.
Juru bicara keluarga wanita menjawab :
Alhamdulillah ti utoliya duta-dutaa to yilawadu to mimbihu taa yilawola
mao tuladu wau bolo diipo lepapadu, owoliyala olandho
mongowutatondlo olanga wawu tunuhu olanga, amiyatiya maa
lopolahu toduwo wawu huhama, wawu tawuwe liyo maahipapade
hitambelanga, taa tiloduwo wuweliyo maa yiloluwo, bo i i
lamiyatiya topopoli diyanuhu loloiya, ito delo umotual tu’udu
molamingo upotowuliyalo, ileponu dema kalaja upotomatangalo, wanu
donggo woluwo taa diypo letupalo, eleponu de maa pohungguliyalo,
humaya odelo taa me moluladu dema potomatango bua – buadu,
humaya odelo taa may moponao lo kitabi de maa potomatango ngadi-
ngadi
Maksudnya : Alhamdulillah saudara utusan masih berpijak pada
pertanyaan tentang keluarga yang dikirimi undangan apakah masih
ada yang belum duduk sejajar, diberitahukan kepada sau ara bahwa
kemarin dan kemarin dulu kami telah mengundang dan seb hagiannya
sudah duduk bersila, para undangan sebahagian sudah ada, beliau –
beliau yang terpandang sebahagian sudah hadir, tapi setelah menilik
dan memperhatikan kelihatannya saudara ingin cepat karena jauh
kediamannya. Biarlah kalau masih ada yang ditunggu akan dinantikan
pada pelaksanaan, ibarat akan menulis dinantikan pada buku terbuka,
ibarat akan mengaji dinantikan pada ejaannya.

E-Book Pohutu Moponika 46


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Juru bicara Keluarga Pria :
Alhamdulillah, amiyatiya maa lootoduwo dalalo umali po otalo, bo
lomulololiyo peentapo amiyatiya mohilawadu olandlo lundlu dulungo
wolato, maa losadiya lodapato, yilohima lo hulato, towolola lo
mongodulaa wawu mongowutato, tonu tama mowali lundlu dulungo
wolalo, hipipide, hipidu.ota, malo tuutuuwawu lota, dila hilabo-labota,
bo odelo ti eyato woli popa, meyambola delo dale pilopota, tan tonu ta
maa modihu tonggota.
Maksudnya : Alhamdulillah, kami sudah beroleh jalan u uk
melanjutkan, tapi sebelumnya sekali lagi kami bertanya kepada juru
bicara keluarga wanita, sudah menyiapkan segala sesuat menunggu
dan menanti, diantara bapak dan saudara siapa yang akan menjadi
juru bicara, duduk berjajar dengan tertib, sama dalam engetahuan,
seia dan sekata, laksana masa kerajaan Popa – Eyato atau seperti
tilam pualam puspa ragam, gerangan siapa yang akan memegang
tampuk pimpinan pembicaraan.
Juru Bicara Keluarga Wanita menjawab :
Amiyatiya ngolota, hipipide hiduota, malo tuutuuwawuto a, diyaalu taa
hilabo-labota, de mobuubuulota taamodihu tonggota. Ti utoliya yila-
yilapitayi eleponu bongota ta mopahutayi, wanu bilohel to taa
hihadiriya, wawu payu lo lipu botiya, tan bo donggo ito wawu watotiya
ta maa motiinggayiya, tonu ta maa hemongoliya, maa ta boyi-boyitolo
taa utoliya, wanu ito de boo ohila mopo’opatato, towoo ota lamiya
mohutato, wanu tonu taa mulo-mulo umali lundlu dulungo wolato,
wunuhendolo to ba’ato taa haya-haya molulato, taa upi-upiya lo
umolanggato, bolipo maa tau-taubu mato, taa maa boyi-boyitolo taa
maa mowali lundlu dulungo wolato.
Maksudnya : Kami beberapa orang, duduk berjajar dengan tertib sama
dalam pemahaman, tiada perbedaan, nanti akan bergilir selaku
pimpinan pembicaraan. Kalau saudara juru bicara tetap minta

E-Book Pohutu Moponika 47


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
ketegasan, biarlah hanya seorang yang tampil, kalau di dari yang
hadir dan ketentuan adat negeri ini, hanyalah saudara engan saya
yang sudah sepaham, siapa yang sudah bertutur kata, sudah itulah
juru bicara. Kalau saudara minta kepastian diantara pa a hadirin siapa
gerangan yang bertindak sebagai penyambut, perhatikan a
perilaku, orang yang berperawakan tinggi, memakai song ok yang
agak tinggi dan sudah memakai kacamata, beliaulah yang bertindak
sebagai juru bicara sekaligus penyambut (jawaban dises aikan misal
pakaian yang dikenakan pada acara berlangsung).
Juru Bicara Keluarga Pria melanjutkan :
Alhamdulillah, olamiyatotiya maa lopatato, towolota lomongodula’a
wolo mongowutato, taa maa mowali lundu dulungo wolato, alihu ito
maa momonggato ngopangge lo adati totudu lowombato, maa
popoto’opuwola olando wutato, deuwito yito huo longango tu’udu
amiyatotiya may motolobalango, alihu dalalo lamiyatiya mowali
mobango
Maksudnya :Alhamdulillah, bagi kami jelaslah sudah, diantara Bapak
dan saudara yang akan bertindak sebagai juru bicara/penyambut. Agar
kita akan memulai pokok pembicaraan. Salah satu wadah ang
terpapar, kami akan serahkan pada saudara yakni adat pembuka kata
karena kedatangan kami untuk meminang agar jalannya pembicaraan
akan jadi lancar (salah seorang pendamping juru bicara pria berdiri dan
meletakkan wadah pertama dihadapan juru bicara keluarga wanita).
Wadah tersebut di jamah/dibuka oleh juru bicara keluarga wanita
dengan ungkapan :
Pajabiya maa hu’olo, ito wutato maa toduwoolo maapu hulo-hulo’olo,
otumulo duunggolo odito umaapututolo.
Maksudnya : Wadah adat akan dibuka saudara dipersi hkan
tetaplah dalam keadaan duduk, semoga kita umur anjang.
Demikian yang akan disambut.

E-Book Pohutu Moponika 48


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Juru Bicara keluarga pria melanjutkan :
“Assalamu Alaikum W arahmatullahi Wabarakatuh. Alhamdul llaahi
Rabbil aalamin wabihi nastaiynu alaa’umuriddunia waddin, wassalaatu
wassalaamu alaa sayyidina muhammadin wa’alaa alihi wasahbihi
ajmain”. Syukuru wawu dewo popolayi’ondo mola ode hadrati lo Allah
SW T. Ohu’uwo lo aalamu mo’aa amilala, ima-imato mayi dunia botiya
wolo poloutiya liyo wawu agama, tu’udu ilomata lo okok wasa lo Eya,
ito maa mey lolotaluwa to biluloa botiya. Salawati wawu salamu
popotaluloondo moola ode Nabindo, Nabi Muhammad SAW tangga
lepata ma’a ode ongongala’a lodudu’a oliyo wolo tonulola hihilingaliyo,
wawu duawondo, ito hipipide hipidu’ota tobilulo’a botiya popowaliyo
mai lo Allaahu taala taa layi-layita tima – timamanga sareati lo Nabi
liyo.
Maksudnya : Syukur dan puji kita panjatkan kehadirat h SWT
pemilik seru sekalian alam beserta segala isinya dan a ma, karena
hanya dengan kekuasaanNyalah kita dapat dipertemukan pada
persidangan yang mulia ini. Salawat dan salam kita hadapkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW dan meluap kepada kel arga
yang mengikuti ajaran Beliau beserta para sahabatnya d n mudah -
mudahan kita yang hadir pada persidangan ini akan menj di ummat
yang patuh menjalankan syareatnya.
Juru Bicara Keluarga Pria melanjutkan :
Tomomoliliyo ma’a leeto, amiyatiya botiya lundu dulung layi’o, pilopo
tolodulungiyo mayi li yala’ondo, liwutatondo……..talu–talumayi ode
olando wolo mongowatatondo wawu tolo–tolodulungao ode
oliyalaondo, oliutatondo ……… Tomimbihu tombowata wawu ponuwalo
bandaliyo li……… taa unde liyo te …… wawu tolo – tolodulungao ode
banda liyo li…… taa undle liyo ti…… Debo odelo taheliyo lo taa odelo
ito wolo mongowutatondo, ilo hangata mayi tomongo tiyombuto
hulawando ngopata – wahu tobubalata – bilalu lo paramata tinoliyo

E-Book Pohutu Moponika 49


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
dunggilata – bulilangio demola to maka, wanu bolo dipelu taa hipata –
patata.
Catatan : apabila yang dipinang puteri Tauwa, Wedono, Kadli atau
Camat, maka sajak tersebut diatas disambung :
(Matoliyo indlani-topaladu lani – lani lo mongopulu wanu bolo dipolu
insani – Taa mayi loobimbangi). Paramata siribua – wonu – wonu to
tahuwa undli – undli to buluwa – monu to otutuwa – wanu bolo dipolu
taa hiyindu – yinduwa meyambola hiyingu – yinguwa. Paramata to
huwali – undli – undli to lamari – wo nuliyo kakali – wanu bolo dipolu
taa ilo haba-habari.
Maksudnya : Kemudian dari pada itu, kami adalah utusa dari
keluarga ……… datang kehadapan bapak – bapak dan sdr – sdr
khususnya kepada Bapak ……… untuk menyampaikan wujudnya
perpaduan hati dan kasih sayang dari putera Bapak ………y g
bernama ………dengan puteri Bapak ………yang bernama ………
sebagaimana ungkapan Bapak – bapak dan Sdr. yang di terima dari
leluhur kita yang artinya andai kata seuntai emas asli dalam
peraduannya dibalut dengan permata – kemilau cahayanya. Pancaran
sinarnya sampai ke Mekkah – apakah belum ada yang memastikan diri
untuk memilikinya.
Catatan : khusus bagi puteri raja, puteri wedana atau Camat dan
Kadli ditambah dengan kata – kata :
(Bermata intan disanjung dan dimanja oleh yang dipertuan – apakah
belum ada insan yang membimbangkannya). Permata siribua – harum
dalam peraduannya- dijaga dengan seksama–apakah belum ada yang
menghajatkannya. Permata dalam kamar–tersimpan dalam lemari-
harum sepanjang masa–apakah belum ada yang menginginkannya.
Juru Bicara Keluarga Wanita menjawab :
Alhamdulillah amiyatiya maa lo’o tiinga mola yil u taa odelo
ito wolo mongowutatondo, tomulolo lou amiyatiya iipo

E-Book Pohutu Moponika 50


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
motimamanga mola tonulola taheliyo meyambola yilawadu lo taa
odelo ito wolo mongowutatondo, mulo – mulo amiyatiya
motimamango pomola salamu lo’ongongalaa banda – banda layi
olando wolo mongowutatondo tu’udu bilulo’a lo salamu o, olando
wolo mongowutatondo bo sunnati, wawu olamiyatiya wajibu umotuli,
modiyanuhe mola tahuda lo nabindo Nabi Muhammad SAW. opi–opiita
lo ummatiu de uwito–yito taa diila motuliya salamu wau diyila mohuta
mosalawati ode ola’u. W aalaikumsalaam warahmatullaahi
wabarakatuh.
Tomoomooli maa liito amiyatiya diila bo mopotuwahu mola
lotaheliyo meyambola lo laleningo lo taa odelo a ito wolo
mongowutatondo, bo wanu amiyatiya diila mopotuuwa
meyambola mopotaameta mola lo taheliyo meyambola taleningo lo
taa odelo ito wolo mongowutatondo, debo odelo taa diila
motimamangaa olando wolo mongowutatondo. Debo odelo umaa
ilotinga mola lamiyatotiya ito maa lo’o ilalo mayi olamiyatiya, oli –
olimato paramata, wawu to bubalata, tineliyo dunggilata, bulilangiyo
demola huidu arapa, debo maa woluwo taa hipata – patata bo
diipo yilomata. Paramata siribua, wonu – wonu totaahuwa, bolipo
undii-undii to buluwa, debo maa woluwo taa hiyundu yinduwa bo diipo
me lotaaluwa. Paramata tohuwali undi-undi to lamari, moonu kaka
kakali bo dema woluwo ta lohabari, bo dipoyilowali. Limbuo iyo maa,
owwoluwo lo taa he habaliiyolo, debo dipolu lo taa lominggolo, bo
hali ito – itolo, wanu tuhata tayowa, duawo moyinawowa, wanu
tuhata lapali duando umowali, wanu luhuta bahasa duawo
umomata.
Maksudnya :
Syukur Alhamdulillah kami telah mendengarkan pertanyaan yang
saudara ajukan, sebelum kami menjawab semua perkataan dan
pertanyaan saudara. Terlebih dahulu kami menyahut salam

E-Book Pohutu Moponika 51


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
keluarga yang saudara sampaikan karena kedudukan salam itu
bagi saudara. Hukumnya sunat dan bagi kami wajib u uk
menjawab, dan juga sesuai dengan sabda Nabi Muhammad
sekikir – kikirnya umatku adalah orang yang tidak menyahut salam
dan tidak mengucapkan shalawat apabila mendengar orang yang
menyebut namaku. Waalaikumussalaam warahmatullaahi
wabarakaatuh.
Kemudian dari pada itu kami bukanlah membanding jawaban ataupun
perkataan serta sajak yang saudara sampaikan tapi apabila tidak
menyambut dan menjawab perkataan ataupun sajak saudara,
maka seakan – akan tidak menghargai keberadaan Bapak dan
Saudara pada persidangan adat yang mulia ini. Se erti telah
sama kita dengarkan, saudara telah menebak bahwa kami
menyimpan seuntai emas, asli dalam peraduannya, dibalut dengan
permata, kemilauan cahayanya, pancaran cahaya sam
kegunung Arafah, memang sudah ada yang meniliknya tapi
sampai kini belum ada wujudnya. Paramata Siribua, harum dalam
peraduannya, dijaga dengan seksama, sudah ada yang
menanyakannya dan menghajatkan, tapi belum berani datang
berhadapan. Paramata dalam kamar, tersimpan dalam lemari, harum
sepanjang masa, sudah ada yang menginginkannya, tapi belum jadi.
Singkatnya orang yang saudara hajati belum ada ya g punya
kepastian, barulah kehadiran saudara yang memastik n. Kalau
tepat perilaku didoakan akan disetujui, kalau te ungkapan
didoakan akan diterima kalau tepat tutur kata didoakan terkabul.
Juru Bicara Keluarga Pria melanjutkan :
Alhamdulillah amiyatiya maa lootoduwo dalalo umali polenggotalo, bo
tomuloolo lo’u diipo molenggoto amiyatiya,wanu bolo maa poluliya,
donggo mopoto’opu aadati oluwo lou hilaniya,deuwito–yito mama

E-Book Pohutu Moponika 52


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
pilitango, tu’udu amiyatiya mayi motolobalango,pohutundo odelo
dulamango, alihu ito didu moango.
(Pendamping juru bicara keluarga Pria berdiri dan meletakkan
wadah kedua dihadapan juru bicara keluarga wanita).
Maksudnya :
Syukur Alhamdulillah kami telah beroleh jalan untuk mel jutkan
pembicaraan, tapi sebelumnya apabila akan diijinka kami
menyerahkan dulu simbol adat yang kedua, yakni irih pinang
sebagai pertanda bahwa kami datang meminang, kita adikan
laksana tiang penyangga agar kita akan terpadu.
Juru Bicara Keluarga Wanita menjawab :
Mama pilitango, tuwoto umay motolobalango, botiya maa huolo,
ito wutato maa toduwolo.
Maksudnya :
Wadah yang berisi sirih pinang, pertanda akan meminang,
sekarang akan dibuka dan saudara juru bicara dipersilahkan untuk
melanjutkan pembicaraan.
Juru Bicara Keluarga Pria melanjutkan :
Alhamdulillah amiyaatiya maa lo’otoduwo dalalo umalo
polenggotalo, amiyatiya maa ilodulungo to paramata motutungo,
wanu ito maa helumo, malopei pomonu polomungo. Am iya maa
ilo patuju damango, dilotonga lo uponu malo pila – pilalango, tu’udu
maa pei pomonu potoliango to paramata motilango, oliilo wawu
oliyamo, duawo mola mootilango.
Maksudnya :
Syukur Alhamdulillah kami telah beroleh jalan un uk melanjutkan
pembicaraan, kami telah bermaksud pada Permata y g
cemerlang, kalau kita sudah sepakat, kami bermohon u uk
memilikinya. Kami sangat menghajat-kannya, dengan air mata

E-Book Pohutu Moponika 53


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
berlinang, bermohon belas kasihan, akan permata berkilauan, pada
Ayah Bundanya sambil mendoakan semoga akan bercahaya.
Juru Bicara Keluarga Wanita menjawab :
Syukur Alhamdulillah amiyatiya maa loo tiinga mola taheliyo
meyambola hihilendo, owwoluwo lo ito wolo mongowutatondo maa
ilodulungo wau maa mei oponu wau meitomungo, amiyatiya maa
helumo ito wolo mongowutatondo maa mei oponu–otoli’ango,
amiyatiya debo maa motimamango, dilotonga lou maa mosy kuru ode
Eeya ode Rasulu – hihilendo maa mokabulu – Lumuneo tumundulu –
Tuo limo lo linggulu – linggulu mohelu limo – ami wombu liyombu
layingo, maa hiwonuwa mololimo.
Maksudnya :
Syukur Alhamdulillah, kami telah mendengar tutur kata ataupun
permintaan dari saudara dimana saudara telah bermaksud minta
keikhlasan, maka kami telah sepakat dan setuju, saudara minta
belas kasihan, maka kami sudah bersedia untuk m yambut
seraya mengucapkan syukur kepada Allah dan Rasul Permintaan
saudara dikabulkan – meningkat dan memastikan – pada lima
negeri ini kami turunan leluhur yang berbudi – dengan senang hati
menerima.
Juru Bicara Keluarga Pria melanjutkan :
Syukur Alhamdulillah, to’oowoluwo lodutungayi lamiyatotiya maa
lo’otoduwo timamanga mopiyo londo olando wolo mongowutatondo,
wawu u’oodiye botiye modiyanuhe mola pohuli lo mongoti ,
maa pidudutoliyo lou modati, bo wonu helumo ito eleponu de maa
pidudutola tooolapatiyo lobisalawa.
Maksudnya :
Syukur Alhamdulillah, adapun maksud kedatangan kami telah
beroleh sambutan yang baik dari saudara dan hadirin dan yang
demikian ini menurut pola dari leluhur kita aka dikukuhkan

E-Book Pohutu Moponika 54


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
dengan jabatan tangan. Kalau ada kesepakatan nanti akan
dikukuhkan dengan jabatan tangan pada akhir permbicaraan.
Juru Bicara Keluarga Wanita mengangguk dan melaf n Insya
Allah sebagai tanda persetujuan :
Tomomoli maa leito amiyatiya maa mopoto’opu lo lenggota aadati lo
otoluliyo. de uwito mama ngotapahuta umalo potumbula lo’u
mohingata payu wau jumula –umaa pongilalo haya’a wau tanggalo –
umaa pohimbito huntinga wau dilito.
Pendamping Juru Bicara Keluarga Pria beranjak kedepan untuk
membuka ikatan kain pembungkus wadah serta membuka
penutupnya kemudian kembali ketempat duduk semula.
Kemudian dari pada itu, kami akan menyerahkan simbol a yang
ketiga, yakni : sirih pinang dalam peti adat sebagai syarat untuk
mengetahui tentang jenjang adat dan jumlah biaya, untuk isyarat
tentang besarnya persyaratan, untuk memasukkan takaran dan pol
adat yang akan dipenuhi.
Juru Bicara Keluarga Pria melanjutkan
Amiyatiya maa ohila mongilalo lintonga pobotulalo, hay wau
tanggalo, potala diila malo odelo haya’o dalalo, maa ohila mohimbito
toowoluwo lo huntinga wau dilito, potala diila malo odelo ayopa lo yilito,
maa ohila moi tombihu owwoluwo lo huntinga wau tu’udu, potala diila
malo odelo langgato huidu. Debo odelo taheliyo lotaa delo ito wolo
mongowutatondo ilo hangata mayi lo mongotiyombuto.
Hulanggili hulalata – wolihi pato’a data – wopato putu – buwwata –
polinela ponga’ata – tombipide ulayata tou hilangga langgata – donggo
Allaahu Taala ta kawasa – debo toolando potuhata.
Maa hidilita hihuntinga – bolo hipopodoyinga – hihuntinga hidilita – bolo
hipopo ayita – bo amiyatiya donggo mololawalo mohuntingo – bolo
dilito diila dumembingo – molowalo modilito bolo huntingo diila
umayito.

E-Book Pohutu Moponika 55


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Maksudnya :
Kami ingin mengetahui tingkatan adat dan martaba yang harus di
penuhi serta panjang atau lebarnya, mudah – mudahan tidak
sepanjang jalan, ingin menanyakan ketentuan dan ola adat,
mudah – mudahan tidak sedalam jurang, ingin kepastian uk ran
dan takaran mudah – mudahan tidak setinggi gunung. Sesuai
dengan penuturan saudara yang sepaham dari penuturan para
leluhur kita :
Segala syarat dipaterikan - Banyak isyarat yang ditentukan - empat
pengawasan yang ketat - dapat dijadikan obor untuk menerangi -
ditempat tinggi sekalipun - paparkan dan tatarkan - kekuasaan
Tuhan yang menentukan - pada kitalah untuk menetapkan - sudah
dipola dan ditetapkan - tinggallah melaksanakan - sudah ditetapkan
dan dipola - tinggallah merangkaikan - tapi kami masih ragu
menetapkan - jangan sampai tidak sesuai - kami masih ragu
menetapkannya - jangan sampai tidak tepat.
Juru Bicara Keluarga Wanita menjawab :
Alhamdulillah amiyatiya maa lo’o tiinga mola tahe liyondo maa ohila
mongilalo dilito tu’udu maa ohila mopo ayito, maa ohila mongilalo
huntingo tu’udu maa ohila mopodembingo, owoliya mola o wolo
mongowutatondo, toowoluwo lo payu lo limutu – hulondalo, ito didu boli
ololawalo, maa tayo – tayolo dalalo umali polibayalo, tumba’a o’alalo
umaa banda – bandalo, topayu lo mongotiyombuto, ito didu boli
olilimbuto, dalalo maa pidu – piduduto, wau didu moluluto, didu boli
didu boli adati limongoli – didu boli – boliya, popo- pidudutalo odiya
malo hipakuwa lotadiya, totilayo lohuliya. Adati lolahuwa, tohuliya
totauwa, hidudua hipakuwa, didu bobohua. Adati Tomilito, umalo buli –
bulito, wawu didu moponggito, toduwo ito mohulito, tunggulo umopulito
wau didu tahuyindo hulito. Tumbaa oalalo tonula umaa banda –

E-Book Pohutu Moponika 56


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
bandalo, alihu maa tiingalo, tunggulo umaa ilalowalo potala maa
mowali po’oliyo’alo.
Maksudnya :
Alhamdulillah kami telah mendengar tutur kata saudara bahwa
saudara sudah ingin mengetahui persyaratan yang harus dipenuhi
dengan ketentuan adat dan besarnya biaya agar pembicaraan
akan disesuaikan. Keberadaan pola adat Limboto – Gorontalo,
saudara jangan ragu sudah ada jalur, jalan yang akan ditempuh,
silahkan mengungkapkan, apa yang telah disiapkan pola adat
leluhur kita, saudara jangan segan, ketentuan telah diatur dan
telah baku, jangan lagi dipersoalkan adat negeri kita, jangan lagi
dirubah – rubah, tetapkanlah pada proposinya, sudah dikukuhkan
dengan sumpah diseluruh wilayah adat, silahkan saudara
menuturkan dari awal sampai akhir jangan lagi disisakan. Silahkan
saudara mengungkapkan, apa yang telah disiapkan, kami siap
mendengarnya, untuk dapat kami mempertimbangkan apakah
sudah memadai.
Juru Bicara Keluarga Pria melanjutkan :
Alhamdulillah amiyatiya maa lo’otoduwo dalalo umali polenggotalo.
Amiyatiya bo pilopotolodulungayi liwutatondo ……… motolodile, talu –
talu mayi ode olando wolo mongowutatondo wau tolo tolodulungao ode
oli wutatondo ………motolodile pilei bandala liyo mayi tomimbihu dilito
adati lo mongotiyombuto deuwito yito : Tonggu – Kati – Maharu – Tailo
polidulu – Buluwa lo umonu – Bunggato – Luwalo – Heyi lo huheputo
dudelo – Wulo lo o’ato – Tilolo. Tohuyi lo’u mopotilandahu amiyatiya
mei hatamu wau to dulahu umopoayito amiyatiya debo mopowoluwo lo
wali – Biati wau dua motaluwa, wau tou huyiliyo mao debo mongotota
lenggota lo adati ode mongotiyombu liyo deu wito – yilo : Pate lotohe –
Dehu lo kulambu – woopo – wuadu taato, wau lombu liyo mola debo
mopowoluwo lo pelu wau poa Limbuiyo maa : aadati buli – bulito –

E-Book Pohutu Moponika 57


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
tomimbihu upotongolito, amiyatiya maa molondale lou …… lihu layito –
wau debo donggo woluwo ume wayito de uwito yito utuwawu ipi – ipito
wawu tuwawu yila – yilapito, u wundu – wundu wau u hulo – huloo wau
tunggulo u ode buto’o, wau tolapato umopo aayito bolo otiya wawu
ito taa dudulohupa layito wau mosalawati pali – palito, Insya Allah.
Maksudnya :
Alhamdulillah kami telah beroleh jalan untuk melanjutkan
pembicaraan. Kami diutus oleh saudara ……….. suami steri untuk
berhadapan dengan saudara membawa amanah yang ditujukan
kepada saudara …… suami isteri membawa ketentuan adat
pernikahan yang dipola oleh leluhur kita yakni :
Tonggu : Pembuka kata
Kati : Takaran martabat
Mahar : Mas Kawin
Tailo polidulu : Hiasan ruang tamu
Buluwa lo umonu : Harum - haruman
Bunggato : Pemindahan dari kamar rias ke kamar
pengantin
Luwalo : Keluar dari kamar rias
Heyi lo Huheputo : Pelepasan tanggung jawab ayah/ibu
Dudelo : Permohonan ijin untuk membawa pengantin
puteri
W ulo lo oato : Pembersih sifat mazmumah
Tilolo : Penerimaan tulus ikhlas dari keluarga pria

Dan pada hari Aqad Nikah juga dipersiapkan uang untuk :


W ali : Pemberian mandat untuk pelaksanaan Aqad
Nikah
Biati : Sedekah untuk orang yang baiat

E-Book Pohutu Moponika 58


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Du’a : Sedekah untuk pelaksanaan ditanggung
bersama
Serta pada malam pengantin, juga dipersiapkan ua g adat untuk
nenek atau bibinya yakni :
Pate lotohe : Pemadaman lampu
Dehu lo kulambu : Penurunan Kulambu
W o’opo : Menidurkan
W u’adu taato : Pelepasan celana dalam.
Dan sampai pada besoknya akan mengantarkan makanan dan
minuman untuk kedua mempelai. Singkatnya : Kami akan
menyerahkan semua persyaratan adat lengkap dan tentan
biaya/ongkos pesta pernikahan, andai kata kami berjala akan
menempuh jarak …. ribu kilo meter dan masih ada yang menyertainya
yakni : satu yang dijinjing (beras 100 Kg) dan satu yang dituntun (1
ekor sapi) yang dituntun adalah yang bergerak beserta pelaminan
dan pakaian pengantin juga biaya pencatatan nikah serta pada
akhir pelaksanaan adalah saudara dan saya yang kan selalu
bermufakat serta memberikan sedekah kepada petugas dan
pelaksana, Insya Allah.
Juru Bicara Keluarga Wanita menjawab :
Alhamdulillah amiyatiya maa lootiinga mola tonulola owoli wau taheliyo
umalo odito toyunutiyo, bo eleponu odito, amiyatiya debo donggo
olandobu, owwoluwo lo ito wolo mongowutatondo lundu dulungo–
hina’owa helu–helumo–boli walo – walodu toyungo – tandu dila bo
ngomato anungo.
Maksudnya :
Alhamdulillah, kami telah mendengar semua ungkapan yang
sudah sempurna urutannya, namun walaupun sedemikian
lengkapnya apa yang telah diungkapkan kami masih menduga
bahwa keberadaan saudara – saudara sebagai utusan, datang

E-Book Pohutu Moponika 59


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
berbentuk rombongan dihantar dengan payung kebesaran, tentu
bukan hanya tunggal persiapannya.
Juru Bicara Keluarga Pria melanjutkan :
Anunga botiya bo ngoma – ngomatolo – didulu umali pahutolo –
amiyatiya bolo me’i woloolo – potala donggo tiilii’yolo
Maksudnya :
Yang kami sampaikan ini hanya tunggal tiada lagi cadangannya –
kami mohon ketegasan mudah – mudahan masih ditolelir.
Juru Bicara Keluarga Wanita menjawab :
W anu anungo bo ngoma–ngomatolo–wawu–diduulu umali pahutolo–ito
debo maa tiilii’yolo–wau maa tolimoolo. Anungo maa pilahuto lo yiyapo
yimu– yimumuto – amiyatiya debo maa mohuto, toduwolo ito
momiduduto – Loiya maa datiyolo – tuidu umaa tolimolo. Ito maa
mosalawati – piduduto rahmati – londo Eeya Rabbul Ihhati. Wanu
odelo bunga maa longo’alo laato tihula datiyalo – wawu pidudutalo.
Maksudnya :
Bila yang diungkapkan hanya tunggal dan tiada lagi cadangannya
– saudara akan ditolelir dan akan diterima. Ungkapan telah
dituturkan dengan suatu jumlah yang memadai – kami siap
menyambutnya – silahkan saudara mengukuhkannya. Pembicaraan
disudahi dengan jabatan tangan. Tanda akan diterima – silahkan
saudara untuk jabatan tangan tanda pengukuhan Rahmat Tuhan,
laksana bunga yang mekar, silahkan beranjak untu salaman dan
kukuhkanlah dengan jabatan tangan. Juru Bicara kedua belah
pihak keluarga maju kedepan dengan batas kain alas, kemudian
duduk dengan posisi duduk diatas lipatan kaki kiri, sedang kaki
kanan tegak sambil bersalaman dan masing – masing melafazkan
:
a. Juru Bicara Keluarga Pria

E-Book Pohutu Moponika 60


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Ito wau watotiya, huhuluta utoliya, malo daadaatiya, topiduduto
loiya,lo taa mohuuwaliya, Humaya delo hutiya, buta’o didu motiya,
tonulalo uyilo’iya, diila bolo mukiriya, meyambola mohuliya.
b. Juru Bicara Keluarga Wanita
Watotiya wau ito, ode tola ngobotu layito, made pilutu lo pito,
lalango de molonito, tonulalo uyilulito, diila pom iri ito
Maksudnya :
a. Saudara dan Saya, keduanya sebagai Juru Bicara, Kini
berjabatan tangan, Apa yang telah dituturkan, kedua belah pihak,
andai kata laksana rotan, dibelah tak akan terpisah, apa yang
telah dibicarakan, jaga jangan sampai putus, atau rlepas.
b. Saya dan Saudara, laksana seekor ikan yang utuh, dipotong dengan
pisau, dibakar berbau sedap, apa yang diungkapkan Insya Allah
tidak dimungkiri
Pembicaraan dalam acara peminangan telah usai, para tamu
dari kedua belah pihak keluarga disuguhi minum ngan
mendahulukan Taa Tombuluwo dan tamu dari pihak luarga
pria. Selesai minum, para ibu yang menyertai rom ngan
keluarga pria melalui Juru Bicara bermohon izin untuk
menengok calon pengantin wanita (dalam bahasa adat) molile.
Juru bicara keluarga pria menyampaikan hal itu kepada juru
bicara keluarga wanita dengan ungkapan sebagai b ut :
Owoluwo lo mongotilandlo wolo mongowutatondlo wol iya
mayi botiya, ohila molile to banda molehile - molile molilo’o -
alihu didulu taa molulo’o - donggo tiloolo - potala maa tiyo –
tiyolo - donggo bilohelo potala maa taa boti – botiyelo.
Maksudnya :
Para kaum ibu yang menyertai rombongan kami ingin menengok
calon mempelai wanita. Menengok dan melihat agar jangan ada

E-Book Pohutu Moponika 61


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
yang menukar akan dilihat dengan teliti untuk meyakinkan akan
diperhatikan dengan seksama untuk memastikan orangnya.
Juru bicara keluarga wanita menjawab :
Toduwolo ito moliloo - ti yalaondlo mayito hulo – huloo wawu
amiyatiya mohe molulo’o - bolo po’obilohelo debo maa taa tabotiyelo
- bolo po’otilo’alo debo maa taa tabotiyalo.
Maksudnya :
Silahkan Saudara menengok, calon mempelai duduk n siap,
kamipun tidak berani mengganti. Perhatikanlah den an seksama
untuk menyakinkan serta pandanglah dengan teliti sudah dialah
orangnya.
Para ibu rombongan keluarga pria beranjak ke kamar calon
mempelai wanita sambil membawa sebuah wadah yang berisi
uang satu real dan diserahkan kepada nenek atau bibinya yang
mendampingi calon mempelai wanita dalam kamar.
Juru bicara keluarga pria melanjutkan pembicaraan waktu
penghantaran harta pernikahan (dutu) dan ketetapan waktu
pelaksanaan aqad nikah.
Loiya mayilapato – bo donggo tanga – tangato umoluwa molopato,
loiya maa lo pulito bo donggo tabi–tabito omoluwa umopulito, wanu
maa helumoito, to dulahu …. Tanggal ….. umodepito wawu odulahu
…. Tanggal….. umopoayito.
Maksudnya :
Pembicaraan telah selesai tapi masih tersangkut kapan akan
terlepas, pembicaraan sudah usai tapi masih belum tuntas kapan
akan selesai, apabila disepakati pada hari ………… tanggal …….
Pengantaran adat harta pernikahan dan pada hari … tanggal
………. Pelaksanaan akad nikah.
Juru bicara keluarga wanita menjawab :

E-Book Pohutu Moponika 62


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Amiyatiya maa lolondali - wolo ongongala’a ahahi - ta heliyondo
maa mowali. Todulahu …………. Tanggal ……… umodepito wawu
todulahu …….. tanggal umopoayito - bolo moduawa ito - sehati
layito - tunggulo umopulito - bolo watiya wawu ito taa
dudunggaya layito.
Maksudnya :
Kami telah sepakati dengan kerabat yang akrab pada tempat
tertentu permintaan Saudara diperkenankan yakni pada hari ……
tanggal ……. Penghantaran harta pernikahan dan pada
hari……..tanggal…… pelaksanaan aqad nikah. Marilah sama –
sama kita mendoakan sehat wal afiat selalu dan sampai pada
pelaksanaannya, kita berdua yang selalu mufakat.
Kemudian juru bicara keluarga pria mohon diri u uk pamit
kembali kerumah keluarga calon mempelai pria beserta
rombongannya dengan kata – kata sebagai berikut :
Taheliyo pilututo-pitolo upilolihuto- amiyatiya moliyodupo-meyambola
mohindupo-bolo dahayi wadupo-topitolo biluhuto-de dutu
umomiduduto. Dila bo mei polondulo-bo uhuyi maa dudulo-wanu ma
polondulolo-debo maa odi– oditolo tu’udu donggo mola
wungguliyolo-to taa lei binggolo.
Maksudnya :
Semua penuturan telah disepakati jabatan tangan pamit ntuk kembali
jagalah pihak yang mengacaukan pada pembicaraan ang telah
disepakati penghantaran harta pernikahan yang memastikan
bukanlah minta disuruh pulang tapi waktu malam makin dekat
apabila disuruh pulang tindakan itu sudah tepat ka ena masih akan
menyampaikan kepada keluarga yang mengutus.
Juru bicara keluarga wanita menjawab :
Utoliya lo bunggudu - monguli motingu’udu dila bou polondulolo -
bo olamiyatiya olo - debo donggo woluo uwungguliyolo - ode

E-Book Pohutu Moponika 63


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
mengodulaa lo taa maa bilinggolo - polo utiya wawu haya’o lo
pitolo bo maapuwolo tanu tombulu donggo popotolimoolo.
Maksudnya :
Utusan yang datang sudah dapat balik kembali, bukanlah menyuruh
pulang, bagi kami pun masih akan menyampaikan kepada keluarga
yang diwakili hal – hal yang telah disepakati dan besarnya biaya yang
akan diadakan tapi maaf sebelumnya kami akan me yampaikan
dulu sedekah.
1.13.6 Dutu
Dutu ‘modutu’ menghantarkan adat harta pernikahan. Acara ini adalah
tahapan ke enam dari aspek adat pernikahan secara adat Gorontalo
pelaksanaan-nya merupakan forum formil yang disamping dihadiri oleh
pemangku adat dan keluarga, juga turut dihadiri oleh unsur pemerintah
yang ikut menyaksikan penyerahan hantaran adat harta pernikahan
beserta biayanya. Acara ini lazimnya dilaksanakan beberapa hari
sebelum acara aqad nikah, dan apabila dilaksanakan ber maan
dengan hari aqad nikah maka acara ini diadakan pagi hari (beberapa
jam sebelum aqad nikah). Pelaksananya adalah para pemangku adat
utusan saat peminangan ditambah personil pembawa wadah seberapa
yang diperlukan sesuai dengan jumlah wadah yang akan dibawa dan
personil pembawa tinilo kola-kola, apabila pohu-pohutu atau pohu-
pohuli.

Perincian Tonelo
N i l a i
No Jenis Dahulu Seminar Sekarang
1984
1 Tonggu f. 25,00 Rp. 160,00 Rp. 25.000,-
2 Kati (wopato kati) f. 10,00 Rp. 100,00 Rp. 10.000,-
3 Tonelo/maharu(tawu f. 100,00 Rp, 250,00 Rp.500.000,-
4 wopato) f. 25,00 Rp. 25,00 Rp. 25.000,-
5 Tutu lo piludulu f. 25,00 Rp. 25,00 Rp. 25.000,-
6 Bulua lo u moonu f. 25,00 Rp. 25,00 Rp. 25.000,-

E-Book Pohutu Moponika 64


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
7 Bunggato f. 25,00 Rp. 25,00 Rp. 25.000,-
8 Lualo f. 25,00 Rp. 25,00 Rp. 25.000,-
9 Hei lo alangulua f. 10,00 Rp. 160,00 Rp. 10.000,-
10 Dudelo(wopato kati) f. 0,40 Rp. 40,00 Rp. 400,-
11 Wulo lo o’ato(sasuku) f. 1,60 Rp. 160,00 Rp. 1.600,-
Tilolo(saleyali) Rp. 995,00 Rp.671.000,-

Catatan :
- Tawu wopato Rp. 500.000,- (untuk olongia)
- Tawu totolu Rp. 375.000,- (untuk huhuhu, wulea lo lipu dan wali –
wali)
- Tawu duluwo Rp. 250.000,- (berlaku untuk tuwango lipu) sehingga
jumlah tersebut diatas akan berkurang Rp. 125.000 untuk tawu
totolu dan Rp. 250.000 untuk tawu duluwo.
- Pos adat lainnya yang diperlakukan pada tahapan – tahapan
selanjutnya :
a. Saat Akad Nikah, Baiat wopato kati = Rp. 10.000,- Wali, tawu
tuwawu = Rp. 25.000,- Du’a motaalua (ditanggung kedua belah
pihak) sesuai kesepakatan
b. Adat Malam ( mopotuluhu), Dehu lo kulambu, Pate lo tohe,
woopo ( dupito ) dan wu’adu ta’ato nilainya masing-masing
sasuku = 4 suku = dahulu 4 x f. 0,40, sekarang = 4 x Rp.
400,- = Rp. 1.600,-
- Untuk menjaga turunnya nilai mata uang rupiah, maka ketetapan
mahar tawu tuwawu disesuaikan dengan harga 1 gram emas
sesuai pasaran yang berlaku.
Pos adat / perlengkapan dan isinya untuk orang k banyakan :
1. Tonggu, tawu tuwawu f, 25,- terisi di tapalu penutup segi 3
2. Kati, dulo kati f, 5,- terisi di tapalu penutup segi 3
3. Maharu tawu duluwo f, 50,-terisi di tapalu penutup segi 4
4. Tutu lo polidulu tawu tuwawu f, 25,-terisi pada pomama diletakkan di
belakang mahar
E-Book Pohutu Moponika 65
Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
5. Buluwa lo umonu tawu tuwawu f, 25,-terisi pada pomama diletakkan di
belakang mahar
6. Bunggato, tawu tuwawu f, 25,-diserahkan pada aqad nikah
7. Luwalo, tawu tuwawu f, 25,-diserahkan pada aqad nikah
8. Heyi lo Huheputo, tawu tuwawu f, 25,-diserahkan pada aqad nikah
9. Dudelo dulo kati f, 5,-diserahkan pada aqad nikah
10. Wulo lo oato, sasuku f,0,40,-diserahkan di rumah pengantin pria saat
dibawa
11. Tilolo saleyali f,1,60,-diserahkan di rumah pengantin pria saat dibawa
1 buah tapahula berisi bedak tradisional dan harum - haruman
1 buah tapahula berisi kosmetik dan perlengkapan mandi
1 batu kikis dan pedupaan
3 buah pomama berisi sirih pinang dan uang
Pinang – gambir – sirih dan tembakau masing – masing 2 baki
Buah – buahan inti, jeruk bali – nenas – tebu - nangka dan tunas
kelapa serta buah buahan tambahan masing – masing 2 baki
(tidak mutlak) boleh ada, juga boleh tidak ada suai
kesepakatan.
1 Buah payung adat untuk memayungi tonggu.
Pos adat dan bahan tersebut di atas dibawa kenderaan atau jalan kaki
bila rumah keluarga calon mempelai wanita dekat. Di rumah calon
mempelai wanita disiapkan kain alas sepanjang yang diperlukan.
Pelaksanaan hantaran adat harta pernikahan dapat dikat gorikan 3
tingkatan berikut ini.
1. Secara biasa untuk orang kebanyakan sebagaimana telah
diuraikan diatas.
2. Secara adat pohu - pohuli maupun pohu - pohutu untuk wali - wali,
Camat dan wedana. Pos adat sama dengan untuk orang
kebanyakan hanya bahan / buah - buahan bertambah 1 baki
sehingga menjadi 3 baki setiap jenis dari pomama serta apahula
bertambah 1 buah. Sedang di rumah keluarga calon mempelai
wanita alas kain warna adat dan personilnya harus

E-Book Pohutu Moponika 66


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
menggambarkan ulipu. ( kati dan Dudelo tolo kati f, 7,50,- dan
maharu tawu totolu, f. 75,-) disesuaikan dengan perincian tonelo
tersebut diatas.
3. Secara adat pohu - pohutu / pongo - pongoabu untuk olongia
maupun penyandang pulanga kehormatan, pos adat sama de gan
kategori kedua hanya kati menjadi 4 kati f 10, maharu menjadi tawu
wopatu f 100,- dan dudelo menjadi 4 kati f 10, dan bahan / buah-
buahan bertambah 1 baki menjadi 4 baki setiap jenis dari pomama
serta tapahula bartambah 1 buah, kain alasnya warna adat dan
personilnya menggambarkan ulipu limo lo pohalaa .

Catatan:
1. Ketentuan jumlah pos adat adalah sesuai pola adat dahulu saat
wilayah adat Gorontalo masih menggunakan mata uang Gol n
dan pada seminar adat tahun 1984 telah disepakati untu tidak ada
lagi perbedaan mahar / mas kawin bagi masyarakat Gorontalo
yakni rata - rata Rp. 250,- dan sekarang ini disesuaikan
(Yindlayinga liyo) dengan perhiasan emas dan pakaian sholat
bahkan uang pun wanggaaliyo (ditambah) dari jumlah ketentuan
tersebut. Perlu pula sekedar diketahui bahwa dahulu ada istilah
OLONGIA MOTIMBULI artinya raja kawin dengan puteri raja,
maharnya tawu mopula duluwo = f. 300,- atau 12 orang
budak.
2. Pada pelaksanaan hantaran adat harta pernikahan ategori
kedua ketiga dimuat dengan kola - kola yakni kenderaan yang
dibentuk model perahu dari bahan bambu kuning yang diramu dan
dihiasi janur, pohon pinang dan ngango lo huayo serta pada
pelaksanaannya diiringi lagu Tinilo kola - kola dan dirumah keluarga
calon pengantin Pria (CPP) maupun dirumah keluarga Cal n
pengantin wanita (CPW) dilengkapi Tolitihu (tangga adat lengkap).
Apabila yang akan kawin putri taa tombuluwo dalam hal ni, camat,
E-Book Pohutu Moponika 67
Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
wedana atau gubernur/bupati/walikota serta mantan harus
dibuatkan alikusu (arkus) 3 susun dan tambibala (tempat
persidangan adat) atau bulita lo aadati . Demikian pula dengan
putera-puteri para penyandang pulanga kehormatan.
Pelaksanaan :
Sebagaimana pelaksanaan peminangan apabila penghantaran adat
harta pernikahan dilaksanakan beberapa hari sesudah acara
peminangan, maka harus dilaksanakan baalanga lo dutu 2 hari
sebelumnya.
Adat hantaran dipaparkan dahulu dirumah keluarga CPP sebagai
gambaran, nanti pada pemaparan dirumah CPW.
Contoh pemaparan untuk katageri I,II, dan III baik dir mah keluarga
CPP maupun CPW lihat gambar.
Pada pelaksanaan hantaran adat harta pernikahan kategori II, penutup
tonggu dan kati segi 4 dan penutup mahar segi 6, sedan untuk
kategori III, penutup tonggu dan kati segi 4 dan penut p mahar segi 8,
demikian pula halnya dengan buah - buahan inti untuk kategori II,
nenas dan jeruk bali setiap 1 baki 4 buah, nangka 1 baki 1 buah dan
tunas kelapa 1 baki 4 buah.
Selesai pemaparan, untuk kategori I disampaikan oleh utoliya kepada
Taa udaa bahwa adat hantaran harta pernikahan akan dit runkan dari
rumah keluarga CPP, kemudian akan diberangkatkan kerum h
keluarga CPW, sedang untuk kategori II dan III dimaklumkan Wuu dan
seorang Taa Udaa kepada Taa Tombuluwo (Pembesar Negeri).
Adat hantaran harta pernikahan dimuat pada kenderaan biasa untuk
kategori I dan pada kola - kola untuk kategori II dan III, seratus meter
sebelum pintu pagar halaman rumah keluarga CPW, utoliya akan
menyampaikan kepada Taa Udaa dan Utoliya wolato (juru bicara yang
menunggu) bahwa adat hantaran harta pernikahan akan diturunkan
dari kenderaan dan akan dinaikkan kerumah keluarga CPW sedang

E-Book Pohutu Moponika 68


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
untuk kategori II dan III yang memaklumkan adalah Wuu eserta Taa
Udaa ( Lurah / Kades ). Sementara itu adat hantaran diturun n dari
kenderaan / kola - kola dan dipegang oleh para pembawa/sakili untuk
kategori II dan III. Kemudian dibawa menuju rumah keluarga CPW
dengan barisan sebagaimana gambar pada pemaparan dan d iringi
lagu Tinilo kola - kola untuk kategori II dan III dari sejak perjalanan
sampai pada pengaturan/ pemaparan dirumah CPW.

1. Payung / Tonggu
2. Kati
3. Maharu
4. Buluwalo umonu
Ta ilo pohilulu
5. Tapahula
6. Botu pongila
Pedupaan
7. Pinang
8. Gambir
9. Sirih
10. Tembakau
11. Jeruk Bali
12. Nenas
13. Tebu
14. Nangka
15. Tunas Kelapa

Buah - buahan tambahan seberapa yang ada masing - masing 2,3


atau 4 baki setiap jenis.

E-Book Pohutu Moponika 69


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Sesampai didepan tangga rumah keluarga CPW salah seorang
Pemangku adat menyampaikan sajak mopotupalo adati dengan
lafaz sebagai berikut :
Adati lo hunggia Adat negeri
Maa tilumapalayi odiya kini sudah sampai
W anu bolo maa luasiya kalau sudah diizinkan
Maa layio mayi de yiladiya akan naik kerumah
Disambut oleh salah seorang pemangku adat utusan keluarga
calon pengantin wanita
Adati liyombuto mulo adat leluhur kita
Toduwolo mobotulo silahkan dinaikkan
Pobotula lomayi odiya naikkan kemari
W ombato maa sadiya tilam telah siap
Bubato maa hihadiriya pembesar negeri sudah hadir
Salah seorang pemangku adat utusan keluarga calo pengantin
pria memasuki ruangan sambil molubo ‘memberi salam secara adat’
kepada pembesar negeri yang hadir diikuti oleh para pembawa adat
hantaran dengan melafaskan :
Baangi mao baangi tolong bukakan jalan
Baangi mao hiyangi bukakan jalan sekedarnya
Hiyangi maa to dala sekedar kami lewati
Ito tiyombu timala kita para leluhur yang berbudi
Oloyihi - olowala dari kedua belah pihak
Podapata pohandala untuk menyiapkan / memaparkan
Tapahula bilotala peti adat selengkapnya
W olohungo lo ayu sagala dan berbagai buah – buahan
W onu bolo woluwo utala bila ada yang hilaf
Diyla binggila bandala jangan simpan dalam hati
Selanjutnya sajak memaparkan adat hantaran :
Bismillah mopodutu dengan nama Allah memaparkan

E-Book Pohutu Moponika 70


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Payu lo Hulondalo – Limutu ketentuan adat Gorontalo – Limboto
Dutuwalo towombato letakkan pada tilam
Mahitaluwa mayi bubato pembesar negeri siap menyaksikan
Yilohima – lo hulato menyambut dan menanti
Bolowoluwo uhilapu bila ada yang hilaf
Amiyatiya momaapu kami mohon maaf
Juru Bicara keluarga calon pengantin wanita menjawab dengan
sajak :
Bismillah dutuwalo dengan nama Allah letakkanlah
Payu lo Limutu – Hulondalo ketentuan adat Limboto – Gorontalo
Dutuwalo to wombato letakkanlah pada tilam
Maa hitaluwa mayi bubato pembesar negeri siap menyaksikan
Yilo hima – lohulato menyambut dan menanti
Setelah adat hantaran seluruhnya selesai dipaparkan da lagu tinilo
selesai dilagukan, maka 2 orang pemangku adat memaklumkan
kepada taa tombuluwo bahwa adat hantaran harta pernikahan akan
diserah – terimakan. Sesudahnya juru bicara keluarga pria merubah
cara duduknya (seperti duduk pada tahiyat awal) kemudian molubo
‘memberi hormat secara adat’ kepada para taa tombuluwo ‘pembesar
negeri’ lalu kembali pada posisi duduknya semula dan memulai
pembicaraan awal ‘Muqaddimah’ penyerahan adat hantaran
sebagaimana pembicaraan awal pada saat peminangan tersebut
diatas.
Tomomoli maa leeto, amiyatiya lundu dulungo layi’o pil
tolodulungayi li yalaondo ……. motolo dile helu–heluma wolo
ongongalaa, talu– talumayi ode olando wolo mongowutatondo wau
tolo–tolodulungao ode oliyalaondo ……. motolo dile helu – heluma
wolo ongongalaa, pile’i dumumuwaliyo mayi pile’i to’ol a liyo mayi
pile’i laniya liyo mayi : Aadati–adati–adati lo mongotiyombuto debo

E-Book Pohutu Moponika 71


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
odelo umaa baya–bayahe totalundo wolo mongowutatondo wau ma
pe’i popoto’opu liyo to olando waolo mongowutatondo.
Maksudnya :
Kemudian dari pada itu kami adalah utusan dari Bapak … suami
– isteri beserta keluarganya datang berhadapan dengan saudara
beserta hadirin teristimewa ditujukan kepada Bapak ……… beserta
keluarga keluarga dalam menghantarkan, menyerahkan rta
menjelaskan adat hantaran harta pernikahan sebagaimana yang
sudah dipaparkan dihadapan saudara dan hadirin untuk diserah
terimakan kepada saudara sebagai wakil keluarga calon pengantin
wanita.
Debo odelo taheliyo lo taa odelo ito wolo mongowutato,
ilohangata mayi lo mongotiyombuto.
Maksudnya
Sebagaimana yang diungkapkan oleh saudara yang s paham dan
sepengertian serta sesuai pula dengan penuturan para leluhur
kita.
Ma’apu boli maapu maaf berlipat maaf
Ma’apu mongotiyombu maaf para kakek - nenek
Ma’apu to mongo eeya maaf para pejabat
Ma’apu mongotiyamo maaf para bapak
Ma’apu mongotiilo maaf para ibu
Ma’apu mongowutato maaf para saudara
Maa lohima lohulato telah menunggu dan menanti
Dipo bolo olingangato jangan kiranya gusar
Dula maa lolinggato kehadiran agak terlambat
Donggo yiloluwa bako karena masih mempersiapkan
Dema le dapato setelah siap seluruhnya
Deuwito bolo lomonggato barulah kami beranjak
Lomutu mayi pangato melalui jalan pintas

E-Book Pohutu Moponika 72


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Todala modipulato pada jalur jalan yang licin
To duhi may langato yang banyak hambatannya
De utiya may ledapato kini telah siap
Totalu lo mongowutato dihadapan para hadirin
Tou maa ledungga mayi setelah tiba ditempat ini
W oluwo tahuda mayi ada pesan yang disampaikan
Londo mongotiyombuto mayi dari para Kakek - Nenek
W olo mongotiyamando mayi dari para Bapak
De’u akaji maa pilo akajia bahwa apa yang telah disepakati
Lo taa mohuwaliya oleh kedua belah pihak
Imbihito – Imbihiya masing – masing utusan
Tunggulo umaa pilodatiya dikukuhkan dengan jabatan tangan
Totonggade botiya pada saat ini
Maa popotolimo lamiyatiya kami akan serahkan
Moli wutata utoliya melalui juru bicara keluarga calon
pengantin wanita
Kemudian juru bicara keluarga calon pengantin pria melanjutkan
pembicaraan dengan leningo aadati (sajak penyerahan adat
hantaran harta pernikahan) sebagai berikut :
Bismillah molumulo Dengan nama Allah dimulai
Aadati lo’u mulo adat leluhur kita
Oliyombuto mulo para kakek pendahulu
Umalo heli – helidulo yang telah baku
Adati lotonggota adat istiadat yang dilakukan
Bo’u ngopilopota sama dan serupa
Dila hilabo – labota tidak berbeda - beda
To’u duluwo tonggota pada dua Negeri
Adati lo Lingguwa adat negeri
Londo tiyombu ti’uwa berasal dari leluhur
Bandalo wawu tahuwa camkan dan simpan dalam hati

E-Book Pohutu Moponika 73


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Dahawa mohilayuwa jaga, jangan sampai diabaikan
Tomilito - Bilinggata wilayah adat Tomilito dan Bilinggata
Adati hidapata adat isitiadat sudah terpadu
Bilinggata Tomilito wilayah adat Bilinggata - Tomilito
Adati tobulito adat istiadat sudah tersusun
Ulipu lo ngatulu pemangku adat telah mengatur
Tou limo bilinggulu dalam lima wilayah adat
Duawo umuru didoakan, umur panjang
To banda dua nuru kepada kedua calon mempelai
Hemeduwa sukuruwa berdoa dan bersyukurlah
To wombu lai – buwa pada Cucunda putera dan puteri
Mohala’o mohumbuwa beroleh keturunan
Ode ti Bapu puluwa seperti para Kakek dahulu
Paangimaa paangi lowongkan dan lowongkan
Paangi maa hiyangi lowongkan sekedarnya
Pangimaa todala lowongkan sedikit jalan
Ito tiyombu timala saudaralah berperan
Oloyihi – olowala dari kedua belah pihak
Maa popotolimolo ubilisala 3 X akan diserahkan hasil pembicaraan
3X

Juru Bicara Keluarga calon pengantin wanita menyambut :


Alhamdulillah, amiyatiya maa lootinga mola taheli wawu
taleningo lota odelo ito wolo mongowutatondo. Tomuloolo liyo lou
amiyatiya dipo motimamangayi tonulola laheliyo, owwoli wawu
taleningo, lo taa odelo ito wolo mongowutatondo, mulo – mulo
amiyatiya mopotunggulo pomayi lo tuli lo salamu banda – banda
layi olando wolo mongowutatondo, tuudu biluloa l salamu yito,
olando wolo mongowutando bo sunnati wawu olamiyatiya wajibu
umotuli “Waalaikum Salam W arahmatullahi W abarakatuhu”.
Maksudnya :
E-Book Pohutu Moponika 74
Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Alhamdullilah, kami telah mendengarkan perkataan, penyampaian
dan ungkapan yang Bapak dan saudara sampaikan. S belum
kami menyambutnya terlebih dahulu kami menyampaikan jawaban
salam keluarga yang saudara sampaikan karena kedudukan
salam itu bagi saudara hukumnya sunat untuk men paikan
dan bagi kami wajib untuk membalasnya “ W aalaikum Salam
W arahmatullahi W abarakatuh”.
Tomomoliyo maa liito, amiyatiya dila bo mopotamba’o mola,
mopotameto molo meyambola mopotuwahu mola lota heliyo, bo
wanau amiyatiya dila mopotamelo mola, mopotuwawu mola, bo
odelo taa diila motitimanga olando wolo mongowutatondo
lotolodulungayi ode olamiyatiya.
Maksudnya :
Kemudian dari pada itu kami bukan bermaksud unt bersaing
dalam ungkapan tapi apabila kami tidak menyambut atau
menjawab penyampaian saudara sepertinya kami tidak
menghargai atau menyambut kedatangan rombongan keluarga
yang saudara wakili.
Odelo uma ilotiinga mola lamiyatiya, ito wolo mongo wutatondo
bo londo talu mayi li…….pelei to’oleya liyo mayi, pi laniya liyo
mayi, pile’I dumumuwa liyo mayi aadati, aadati, adati wawu mayi
pei popoto’opu liyo to’olamiyatiya to bilulo’a lo’u utoliya, Insya
Allah amiyatiya debo maa motimamango lo hilawo molango wawu
debo maa mololimo lo hilawo moolingo.
Maksudnya :
Seperti apa yang telah kami dengar bahwa saudara beserta
rombongan dari hadapan Bapak … suami istri diutus untuk
membawa menyampaikan serta menyerahkan bahan adat ntaran
yang telah menjadi ketentuan adat dan diletakkan dihadapan kami

E-Book Pohutu Moponika 75


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
dalam kedudukan sebagai juru bicara / penyambut, sya Allah
kami menyambut dengan tulus dan menerimanya dengan ikhlas.
Odelo taheliyo lo taa odelo ito wolo mongowutat o he’ilo
hangatamayi tomongo tiyombuto.
Seperti apa yang saudara sampaikan dan sesuai pula dengan
ungkapan para leluhur
Bismillah watotiya Dengan nama Allah, saya
Mohumbuto moloiya menyambung pembicaraan
To bilolo’a botiya pada persidangan adat ini
Totili mohuwaliya beserta seluruh hadirin
Totalu lo lahidiya dihadapan para sesepuh
Yilohima lo sadiya menunggu dengan kesiapan
Losadiya lodapato persiapkan dengan siaga
Usiladiya dilapato yang disiapkan dan disiagakan
Lo uduluwo mohutato oleh kedua belah pihak
Maa mayi totudu lo wombato sudah siap diatas tilam
Bodonggolo pei towu’ato kami masih mohon uraian
Olondlo pulu wutato dari saudara juru bicara
keluarga
Syara’a u mopo’opatato ketentuan syariat yang
memastikan
Hene amalia tutu laksanakan dengan tepat
Payu lo hulondlalo - limutu ketentuan adat Gorontalo
Limboto
Oheyando moputu jaga, jangan sampai putus
Janji upilomuhutu ikrar sebagai pengikat
Hene amaliyalo laksanakan dengan benar
Payu lo Limutu – Hulondhalo ketentuan adat Limboto –
Gorontalo
Dahayi bolo mowalo jaga, jangan sampai retak

E-Book Pohutu Moponika 76


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Debolo mowali dalalo dan akan menjadi penyebab
Bua lo ungopanggalo cerainya hubungan kedua
negeri
Utiya malo payu lo hunggia ini ketentuan adat negeri
Umalo pilo janjia yang telah disepakati
Lo uwito lo utiya oleh semua pihak
Bolo po’o amalia laksanakan dan amalkan
W ahu timenga katiya dan sesuai dengan martabat
Uliye malo payu lomongo tiyombuto ini ketentuan adat leluhur kita
Umalo pidu – piduduto yang sudah ditetapkan
W awu didu moluluto dan tidak lagi terhapus
Didu boli – didu boli jangan lagi dirobah
Aadati limongoli adat kita turun temurun
Didu boli – boliya jangan lagi ada perubahan
Popopidudutalo odiya laksanakan sesuai ketentuan
Malo hepakuwa lo tadiya sudah dipateri dengan sumpah
Totilayo tohuliya pada seluruh negeri
Maa tolimolo uyiloiya akan diterima kesepakatan
W atiya maa molayili saya mempersilahkan
Ode taa lopowakili kepada yang diwakilkan
Modudulayi ode tili mendekat kemari
Maa pololimowalo untuk penerimaan
Adati hilandlalo adat yang terpapar
Maa lootanggu dalalo sudah menghalangi jalan
Hene popotolimowalo silahkan untuk menyerahkan
Taubu huowalo bukalah penutupnya
W awu tanggu - tanggulalo dan sebutlah satu persatu
W uduwa maa wametalo serahkanlah, saya siap
menerima
Utusan keluarga calon pengantin putera melanjutkan :

E-Book Pohutu Moponika 77


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Utoliya maa toduwolo Saudara juru bicara
dipersilahkan
Maapu hulo - hulo’olo maaf, tetaplah di tempat
Adati maa popotolimolo seserahan akan diserahkan
W awu maa tanggu - tanggulolo dan akan diuraikan
Oyindlaliyo tonggu pertama adat pembuka kata
Tonggu lo wunggumo pembuka bagi yang diam
Lowali lo uhelumo hasil kesepakatan
Lopotuwawu dulungo menyatukan tujuan
W alo - walodu toyungo dihantar dengan payung adat
Utusan keluarga calon pengantin wanita menjawab :
Tonggu maa tilolimo adat pembuka kata sudah
diterima
Lo hilawo molingo dengan hati yang manis
Donggo ilolowalo masih akan diteliti
Potala maa odi - odiyalo mudah - mudahan sudah
sesuai
Utusan keluarga calon pengantin putera mengungkapkan :
Oluwo liyo kati yang kedua adat martabat
Kati lo adati martabat dalam kedudukan
adat
Lo dingo wawu sarati jadi takaran dan persyaratan
Lowali pake paketi menjadi pakaian serupa
Olandlo jamaati bagi kita semua
Utusan keluarga calon pengantin wanita menjawab :
Kati malo tiluwango adat martabat sudah terisi
To pomama biluango pada peti adat yang asli
Amiyatiya maa motimamango kami akan menyambut
Lo hilawo moolango dengan hati yang terang
Utusan keluarga calon pengantin putera melanjutkan :

E-Book Pohutu Moponika 78


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Otolu liyo maharu yang ketiga adalah mahar
Maharu maapilopobayahu mahar sudah dipaparkan
To tapalu molamahu pada wadah yang indah
Tunuhiyo yilamahu lengkap dengan bedak
tradisional
Hungoloayu pilotonulahu buah - buahan pelengkapnya
Utusan keluarga calon pengantin wanita menjawabny :
Maharu malo tuwa - tuwa mahar telah terisi
To tapalu lo buluwa pada wadah / peti adat
Umalo pilotaahuwa yang telah disepakati
Li Bupu wawu li Uwa oleh kakek dan leluhur kita
Tiya maa tolimolo kini akan diterima
Pidudutiyo lo binggolo ketetapan kesepakatan

Mahar adalah hadiah perkawinan yang disetujui penganti pria untuk


diberikan kepada pengantin wanita, dan sebenarnya dia juga yang
berhak menentukan mahar. Mahar adalah istilah yang dig nakan
hadits dalam arti maskawin yakni harta sedikit atau ba yak yang
diberikan kepada wanita pada waktu akad.

Utusan keluarga calon pengantin putera melanjutkan :


Opatiyo tapahula keempat peti adat
Tapahula lo huwa peti adat dari leluhur
Bako lo hilawo utiluwa bako hati isinya
Tunuhiyo hungo lo ayua dilengkapi dengan buah - buahan
Tayadelo aturuwa bagikan dengan teratur
Mulo-mulo de Tauwa dahulukan kepada pembesar Negeri
Tunuhiyo luhuto disertakan Pinang
Bohulo uyilaupo yang pertama dijamah
Tuwoto umaa letihuto pertanda sudah terikat
W au maa le piduduto dan sudah dikukuhkan

E-Book Pohutu Moponika 79


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Tunuhiyo gambele disertakan gambir
Tuwoto umaa mayi motomele pertanda akan menjadi serumah
W awu maa lowali tuwango bele dan telah menjadi isi rumah
Gambele upilolunuhu gambir disertakan
Lumadiyo lo duhu bermakna darah adat
Tunuhiyo tembe disertakan Sirih
Modaha umayi motilengge menjaga, jangan sampai angkuh
Tembe maa pilipidu sirih sudah dipaparkan
Lumadiyo lo lindhidu bermakna Urat adat
Tunuhiyo tabaa disertakan Tembakau
Modaha umo tombula’a menjaga keretakan
W olo ungongala’a dengan seluruh keluarga
Tabaa maa dilapato tembakau sudah dipersiapkan
Lumadiyo lo hapato bermakna bulu roma
Uwewo liyo hungo lo ayu selainnya buah - buahan
Olimu onanati liyo ada jeruk ada nenas
Opatodu olangge liyo ada tebu ada nangka
Tumula upulitiyo tunas kelapa sebagai penutup
Umayi pe’i tayadiyo untuk dapat dibagikan
Olo taa tiloduwo liyo kepada para undangan
Utusan keluarga calon pengantin wanita menjawabny :
Adati lo lahuwa adat Negeri
Uma pilohuduwa sudah diserahterimakan
Tuwoto uma loponuwa pertanda telah terpaut
Ulai wawu ubuwa mempelai pria dan wanita
Amiyatiya mololimo kami telah menerimanya
Lo hilawo molingo dengan hati yang senang

Seluruh bahan adat hantaran telah diterima oleh wakil uarga/juru


bicara CPW, kemudian bakohati, sirih pinang dan bu h - buahan
inti maupun buah-buahan pelengkap dibagikan kepada para
E-Book Pohutu Moponika 80
Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
undangan kecuali nangka untuk Tauwa yang hadir misalnya
Bupati/Walikota, Jogugu, Camat, Kadli, Baate, Wuu, Kimala atau
Taa Uda’a ‘lurah’ yang dalam istilah adat Taa Helanggelolo ‘orang
yang terpandang’
Ketentuan tersebut termasuk mantan, sedang uang tonggu untuk
khalifah yang tertinggi yang hadir dalam persidangan adat yang
dilaksanakan, kati untuk kadli (pegawai syara), mahar untuk calon
pengantin wanita, buluwa lo umonu untuk petugas membedakkan
( taa hemopo wadaka) dan lailo polidulu untuk tukang rias. Bahan
kosmetik dan bedak tradisional satu tapahula dan harum - haruman
serta perlengkapan mandi untuk calon pengantin wanita. Selesai
pembagian buah - buahan dan lainnya para tamu disuguhi
minum dan sesudahnya para pengiring juru bicara/wakil keluarga
calon pengantin pria melalui juru bicaranya mohon izin untuk
melihat calon pengantin wanita (molile). Peserta molile adalah khusus
kaum ibu. Acara ini dapat dilaksanakan dengan syarat penyerahan
uang sejumlah 1 real terisi pada sebuah tapalu dan diletakkan
diatas baki yang dialas dengan lenso krawang wa adat,
demikian pula penutupnya. Sebelumnya juru bicara luarga calon
pengantin pria menyampaikan dengan ungkapan sebagai be ut :
Mongotilando wolamiyatiya mayi ohila molile to banda pilohile
Maksudnya : para ibu yang menyertai kami bemaksud untuk
melihat calon pengantin wanita
Jubir keluarga calon pengantin wanita menjawab :
Toduwolo molile moliloo bo diyla potihuloo wawu ya
Insya Allah diyla taa moluloo
Maksudnya : Silahkan ibu – ibu melihat dan memperhatikan tapi
jangan lagi duduk dan kamipun tidak akan mengga inya dengan
gadis lain.

E-Book Pohutu Moponika 81


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Catatan : pada pelaksanaan tolobalango
‘peminangan’ dan hantaran adat harta pernikahan / modutu
dilaksanakan dalam waktu bersamaan maka molile hanya pada waktu
pelaksanaan tolobalango. Demikian pula halnya apabila pelaksanaan
tolobalango ‘peminangan’, hantaran adat harta pernikahan, akad nikah
dilaksanakan pada waktu bersamaan maka molile ditiadakan. Apabila
tolobalango dan dutu dilaksanakan berselang berapa hari maka
keduanya diadakan molile.
Pada saat ibu - ibu meninjau calon pengantin wanita dikamar, juru
bicara keluarga calon pengantin pria menyampaikan tawaran
ketentuan waktu pelaksanaan akad nikah dengan ungkapan
sebagai berikut :

Depito mayilapato Adat hantaran telah selesai


Bodonggo tanga – tangato tapi masih tergantung
Omuluwa molopato kapan akan terlepas
Depito maa yilopulito adat hantaran telah usai
Bo donggo tabi - tabito tapi masih tersangkut
Omoluwa moponggito kapan akan tergeser
W anu maa helumo ito kalau sudah sepakat anda
Todulahu……tanggal… umopoayito pada hari …. Tanggal…. Hari
H
Bolo moduawa ito marilah kita berdoa
Hilomiyode layi-layito agar sehat selalu
Tunggulo umopulito sampai pada pelaksanaannya
Bolo watiya wau ito saya dan anda
Taa dudu dudunggaya layito yang bertemu selalu
Salawati upomulito jabatan tangan sebagai penutup
To udipo salawati yolo sebelum Jabatan tangan
Tombulu donggo popotolimolo maka sedekah akan diterimakan

E-Book Pohutu Moponika 82


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Dengan telah disepakati ketentuan waktu akad nikah, se uruh
rangkaian pembicaraan dalam acara hantaran adat harta nikahan
telah selesai dan diakhiri dengan jabatan tangan untuk pamit dengan
ungkapan :
Taheliyo maa pilututo semua ungkapan telah disimpulkan
Depito umapilo mimiduto adat hantaran yang mengukuhkan
Amiyatiya moliyodupo kami akan kembali
Meyambo mohindhupo atau pamit pulang
Bolo dahayi wadupo jaga jangan ada yang menghalangi
To umaa piloduduto apa yang telah dikukuhkan
Akaji umaa polihuto aqad nikah sebagai pengikat
Juru bicara keluarga calon pengantin wanita menjawab :
Utoliya lo munggudu utusan yang bijaksana
Monguli molinggu’udu pamit untuk balik
Dila bo umopolondulo tidaklah untuk menyuruh pulang
Bo uhuyi dudu – dudulo waktu malam makin dekat
Tomulolo lou dipo polondlulolo sebelum beranjak pulang
Maapu hulo-huloopoolo maaf, agar duduk sejenak
Huhuloa donggo oalolo persidangan adat akan dibubarkan
Mongo eeya donggo abiyolo para pembesar Negeri diistirahatkan dulu

Catatan : acara mongabi diadakan, apabila hadir pembesar negeri dan


apabila tidak hadir, maka jawaban juru bicara keluarga calon pengantin
wanita hanya sampai pada kalimat bo uhuyi dudu-dudulo dan acara
mongabi ditiadakan.
Acara mongabi diadakan apabila acara pernikahan nanti pohu –
pohutu ataupun pohu - pohuli dan hanya dapat dilaksanakan oleh
baate atau wu’u atau kimalaha, sedang taa uda’a (lurah des) hanya
bisa untuk pendamping baate/ wu’u. Utoliya tidak dibenarkan untuk
mongabi walaupun hadir pembesar negeri. Utoliya hanya pat
mopotingole tanpa molubo .
E-Book Pohutu Moponika 83
Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Mongabi dilaksanakan oleh yang melafahkan sebelah kiri sedang
pendamping sebelah kanan dengan lafah sebagai berikut :
Untuk wilayah adat Suwawa :
Tubo - Jou – juo – jou kolano
Moduliya mola monio odega taganiya mota odeya ita wono
mongowutato to guwata. Ami diya teya mongo tipai toguwata.
Batanga lo lipu biyawa oli – oli mato mayi onato gigi toguwata
ababaliniya mao ogiangiya biyawa otingganiya biyawa. Dono
patatao yimumutiyo …………… Toguwata. W agu mbewoluwo umo li
piluwo ogi pilu – piluwa mao wagu jado mali piluwo amigiya teya
batanga molipu biyawa domogoleo mao nou lilo, Sallahu Alaihi
W asallam.

Maksudnya :
Hormat bagi tuanku memperhatikan segala uraian t nku dan
saudaranda tuanku, kami para kakek tuanku pemang u adat
negeri ini mengamati keberadaan tuanku, sebagaimana keadaan
pada saat dan pada hari ini sudah sempurnalah cara
……………… kalau masih ada yang patut dibicarakan s lahkan
diteruskan. Jika sudah tidak ada yang dibicarakan, kami para
pemangku adat negeri ini mohon diri untuk pamit.

Untuk wilayah adat Gorontalo


Baate, : Wu’u ju wu’u Wahay Saudara Wu’u
Wu’u, : Ju wu’u Ya saya siap
Baate, : Maa lotoyunuta mola pohutu lo ulipu lo depito
aadati udilutu lo diileya lo banda limongoliyo eeya, t mongoliyo eeya
ngalaa, ti mongoliya eeya titimenga, ti mongoliya eeya lo dihu
ulipu teto teya, teya teto ma ilomonuwa ma ilomolanga mo titinngolepo
timongoliyo eeya to yiladiya. Sallalahu Alaihi W lam

E-Book Pohutu Moponika 84


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Maksudnya : Bate : wahai saudara wu’u!. wu’u : ya saya siap.
baate : sudah sempurnalah tata upacara adat dalam rangka hantaran
adat harta pernikahan putra-putri beliau, beliau – beliau adalah
keluarga terhormat, beliau – beliau adalah pola anutan, beliau–
beliau para pemegang tampuk pimpinan negeri disana dan disini,
disini dan disana sudah sejak semalam dan sampai siang ini berkenan
ntuk istirahat dimahligai beranjaklah dan bershalawat da Nabi !

Wilayah adat Limboto yang melafazkan sebelah kanan dengan


uraian sebagai berikut :
Eeyanggu – eeyanggu – eeyanggu malotoyonuta mola pohutu lo
ulo depita dutu to yiladia lo ito eeya, eeyanggu. Ito eeya wolo
mongowutatondo eeya motitingole momulangatopo eeyanggu
Maksudnya :
Tuanku – tuanku – tuanku sudah sempurnalah tata upacara adat
dalam rangka hantaran adat harta pernikahan di mahligai tuan –
tuanku. Tuan beserta para saudaranda tuanku untuk beristirahat
dan mandilah Tuanku
Di wilayah adat Bulango dan Atinggola sama denga pelaksanaan
mongabi di wilayah adat Gorontalo di Kabupaten Pohuwato,
sedangkan di wilayah adat di Kab. Boalemo sama dengan
pelaksanaan di wilayah adat Limboto.
Utusan keluarga calon pengantin pria beserta rom ongan dan
utusan keluarga calon pengantin wanita beserta u ngan dan
keluarga berjabatan tangan beserta taa tombuluwo dan kedua
orang tua calon pengantin wanita kemudian pamit pulang.
Catatan :
Sesudah acara serah terima adat hantaran harta pernikahan dan
sebelum acara molile para tamu disuguhi minum.

E-Book Pohutu Moponika 85


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
1.13.7 Dilonggato
Dilonggato ialah bahan–bahan konsumsi lengkap untuk pesta
pernikahan yang disiapkan oleh keluarga calon pengantin pria
kemudian diantarkan kerumah keluarga calon penganti wanita
pada saat H – 2 atau H – 1 atau bersamaan dengan acara
penghantaran adat harta pernikahan ‘dutu ’ apabila dutu tersebut
dilaksanakan saat H – 2 atau H – 1.
Bahan konsumsi dipaparkan diruang belakang atau pelataran dapur
terisi pada piring dan diletakkan diatas baki, setiap baki @ 3 atau 4
priring sesuai dengan pemaparan bahan hantaran adat pernikahan,
maksudnya kalau dutu 3 baki setiap jenis maka dilonggato 3 piring
setiap 1 baki dan seterusnya.
Bahan dilonggato terdiri dari :
1. Beras
2. Ikan berupa sapi / kambing (tidak dipaparkan)
3. Rica 3 atau 4 piring 1 baki
4. Tomat 3 atau 4 piring 1 baki
5. Bawang merah 3 atau 4 piring 1 baki
6. Lengkuas 3 atau 4 piring 1 baki
7. Serey 3 atau 4 piring 1 baki
8. Lemon nipis 3 atau 4 piring 1 baki
9. Garam 3 atau 4 piring 1 baki
10. Lombok 3 atau 4 piring 1 baki
11. Bawang putih 3 atau 4 piring 1 baki
12. Jahe / geraka 3 atau 4 piring 1 baki
13. Kunyit 3 atau 4 piring 1 baki
14. Pala 3 atau 4 piring 1 baki
15. Kayu manis 3 atau 4 piring 1 baki
16. Gintar 3 atau 4 piring 1 baki
17. Ketumbar 3 atau 4 piring 1 baki

E-Book Pohutu Moponika 86


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
18. Aneis ( denggu – denggu) 3 atau 4 piring 1 baki
19. Lada 3 atau 4 piring 1 baki
20. Cingkeh 3 atau 4 piring 1 baki
21. Laksa 3 atau 4 piring 1 baki
22. Makaroni 3 atau 4 piring 1 baki
23. Bahan penyedap 3 atau 4 piring 1 baki
24. Minyak kelapa3 atau 4 botol
25. Kue kering 3 atau 4 toples
26. Kopi 3 atau 4 bungkus
27. Teh 3 atau 4 bungkus
28. Gula 3 atau 4 Kg
29. Susu 3 atau 4 blek
30. Pepaya 3 atau 4 buah
31. Pisang 3 atau 4 sisir
32. Alat dapur (totalu’o dan o’aahu)
33. Kelapa sengaro (bode’o ) 3 atau 4 bungkus 1 piring
34. Kelapa biji 6 atau 8 buah
35. Kayu api 3 atau 4 ikat
Utusan keluarga calon pengantin pria terdiri dari
seorang kimalaha atau taa udaa kalau pelaksanaan ya pohu –
pohutu atau pohu – pohuli atau oleh utoliya kalau pelaksanaannya
secara biasa disertai 2 orang Ibu dan beberapa rang sikili atau
remaja sebagai pembawa bahan dilonggato.
Setelah selesai dipaparkan utusan calon pengantin pria
mempersilahkan kepada wakil keluarga calon pengantin wanita
untuk memperhatikan dan menerima adat dilonggato tersebut
dengan ungkapan sebagai berikut :
Dilonggato maa hilandalo dilonggato sudah terpapar
Toduwolo ito mongilalo silahkan untuk memperhatikan

E-Book Pohutu Moponika 87


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Potala maa odi – odiyalo mudah – mudahan sudah sesuai
Dijawab oleh wakil keluarga calon pengantin wanita dengan kata
– kata sebagai berikut :
Eleponu didu ilolowalo biarlah kami tidak memperhatikan lagi
Debo maa odi – odiyalo sudah tepat dan sesuai
Kemudian salah seorang ibu (juru masak) dari keluarga calon
pengantin wanita menyalin bahan – bahan tersebut dan
membawanya masuk kedapur. Para pengantar disuguhi minum lalu
pamit pulang.

1.13.8 Mopotilandahu
Mopotilandahu ‘malam pertunangan’ adalah tahapan ke delapan
dari acara adat pernikahan suku Gorontalo. Acara ini
dilaksanakan dirumah calon pengantin wanita pada lam hari, H
– 1 terdiri dari tiga kegiatan :
a. Hatamu ‘khatam Qur’an’
b. Molapi saronde ‘tari saronde’
c. Motidi ‘tarian tidi’
Untuk acara pernikahan pohu – pohuli maupun pohu – pohutu
tahapan ini mutlak dilaksanakan dan pada saat modepita
dilanggato disertai dengan sebuah tapahula yang berisi selendang
4 warna adat yakni : 1 lembar warna merah dan 3 lembar
lainnya warna ungu, hijau dan kuning, sedang pa pelaksanaan
secara biasa tidak harus dilaksanakan dan kadang kala hanya
khatam Qur’an saja yang dilaksanakan.
Dari ketiga acara yang dilaksanakan pada acara mopotilandahu,
ada yang pelaksanaan dan pengadaan personilnya oleh keluarga
calon pengantin pria berikut biayanya yakni molapi saronde, ada
yang pelaksanaan dan pengadaan personil serta biaya ditanggung
bersama yakni khatam Qur’an serta ada yang pelaksanaan dan
biayanya ditanggung oleh keluarga calon pengantin wanita yakni
E-Book Pohutu Moponika 88
Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
tidi. Ketiga acara tersebut diatas merupakan satu paket yang
dilaksanakan dengan uraian sebagai berikut :
a. Khatam Qur’an
b. Saronde
c. Tidi
Persiapan
a. Dirumah keluarga calon pengantin pria (CPP)
1. Personil pemangku adat / taa tombuluwo
2. Personil pembawa lagu saronde ( turunani )
3. Personil pendamping pengantin pria dan keluarga
4. Rebana
b. Dirumah keluarga calon pengantin wanita (CPW)
1. Personil taa tombuluwo
2. Personil pemangku adat lengkap dan keluarga
3. Bolsak yang beralaskan blodul warna merah tua atau hijau
untuk tempat duduk calon pengantin pria
4. Sebuah Al – Qur’an
5. Perlengkapan tarian tidi
Pelaksanaan
a. Dirumah keluarga calon pengantin pria (CPP)
1. Mopobulito / mengatur urutan tempat duduk untuk
persidangan adat
2. Mopoma’alumu ‘memaklumkan’ bahwa calon pengantin pria
akan diberangkatkan kerumah calon pengantin wanit
dengan prosesi adat, tuja’i ‘sajak’ :
- Mopolengge ‘mempersilahkan berdiri’
- Mopodiyambango ‘mempersilahkan melangkah’
- Mopoluwalo ‘mempersilahkan keluar pintu rumah’)
- Mopolaahu ‘mempersilahkan turun tangga adat’
- Mopondalengo ‘mempersilahkan berjalan’

E-Book Pohutu Moponika 89


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
- Mopotae to utaeya ‘mempersilahkan naik kenderaan’
b. Dirumah keluarga calon pengantin wanita (CPW)
1. Mopomaalumu ‘memaklumkan’ bahwa calon pengantin pria
telah tiba dan mohon perkenan untuk memasuki rumah
calon pengantin wanita.
2. Pemangku adat dari pihak kelurga calon pengantin wanita
menjemput calon pengantin pria dengan prosesi adat. Tujai
‘sajak’
- Mopolaahe to utaeya ‘mempersilahkan turun dari
kenderaan’
- Mopodiyambango ‘mempersilakan melangkah’
- Mopotupalo ‘mempersilakan masuk gapura adat’
- Mopondalengo ‘mempersilakan berjalan’
- Mopobotulo ‘mempersilakan naik tangga adat’
- Mopotuwoto ‘mempersilakan masuk ruangan’
- Mopondalengo ‘mempersilakan berjalan’
- Mopohuloo ‘mempersilakan duduk’ pada bolsak adat
Mulai dari prosesi adat mopodiyambango diiringi saiya la’o - la’o
‘lagu sanjungan sementara berjalan’ dengan genderang dat
serta dikawal oleh pasukan keamanan ‘longgo’ dan pada saat
duduk diiringi dengan saiya hulo-hulo’o ‘lagu sanjungan
sementara duduk’.
3. Mopotilolo ‘menyugukan adat tilolo’
Catatan : Tilolo untuk calon pengantin pria hanya sirih
pinang dan hukede ‘empat ludah’ tanpa uang.
4. Mopomaalumu ‘memaklumkan’ bahwa acara Khatam Qur’an
akan dimulai dan calon pengantin wanita akan dijemput dari
kamar rias ke pelaminan melalui prosesi adat tujai ‘sajak’
- Mopolengge ‘mempersilakan berdiri’
- Mopodiyambango ‘mempersilakan melangkah’

E-Book Pohutu Moponika 90


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
- Mopoluwalo ‘mempersilakan keluar pintu kamar’
- Mopondalengo ‘mempersilakan berjalan’ menuju pelaminan
- Mopohulo’o ‘mempersilakan duduk’
5. Mohatamu ‘Khatam Qur’an’
- Prangkat / pedupaan diangkat oleh bilal, diletakkan
dihadapan kadli atau imam
- Dua orang saladaa mopoloduwo lo bohu ‘mempersilahkan
untuk menghambur dupa pada pedupaan’ pertanda khatam
Qur’an akan dimulai.
- Pembacaan surat Adldluha sampai dengan surat Ath –
Thaubah oleh pengantin puteri
- Pembacaan ayat – ayat muqaddimah tahlil dipimpin oleh
kadli atau imam
- Pembacaan lagu “ Alaikaya” oleh para hadirin secara
bersama – sama
- Pembacaan ayat – ayat munajat dimulai oleh kadli atau
imam dengan ayat “innaa fatahnaalaka” dan seterusnya,
kemudian dilanjutkan oleh para hadirin dengan ayat
lainnya dan diakhiri oleh kadli atau imam dengan ayat
“wa tammat kalimatu rabbika” dan seterusnya
- Modua ‘pembacaan doa’ oleh kadli atau imam
- Mopodungga lo uyilumo ‘sajian minum’
- Mopodungga lo pohutu ‘pemberian sedekah’ kepada taa
tombuluwo, pemangku adat dan personil pelaksana
6. Saronde
Saronde adalah tarian yang dilaksanakan dirumah keluarga
calon pengantin wanita oleh calon pengantin pria dan
pendampingnya (khusus kaum pria) sebagai sarana unt
molile huwali ‘melihat kamar pengantin wanita’, pada malam
perkawinan sesudah acara khatam Qur’an. Tari saronde

E-Book Pohutu Moponika 91


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
tersebut diragakan secara bergilir dimulai oleh pimpinan
group saronde kemudian pengantin pria dan dilanj kan oleh
para remaja bahkan bapak – bapak, mengikuti arus
selendang tari itu diserahkan / diselempangkan pada penari
berikutnya.
Urutan kegiatan :
- Mopomaalumu ‘memaklumkan’
- Tapahula ‘wadah tempat selendang’ diletakkan di depan
calon pengantin pria.
- Penabuhan rebana diiringi lagu turunani / lagu tari
saronde
- Pimpinan grup saronde molubo ‘memberi hormat’ kepada
calon pengantin pria sekaligus mulai menari
- Selendang tari diselempangkan pada calon pengantin pria
dan langsung memperagakan kemahirannya menari
dengan mondar – mandir didepan kamar pengantin ‘huwali
lo humbia ’ dengan gaya curi pandang kepada calon
pengantin wanita yang duduk diranjang adat dikamar
pengantin.
- Selendang tari diselempangkan pada para remaja pria
dan dapat pula pada bapak – bapak kecuali taa tombuluwo
dan pemangku adat.
- Molapi Saronde ‘tari saronde’ diakhiri oleh calon
pengantin pria ditutup oleh pimpinan grup saronde.

E-Book Pohutu Moponika 92


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Lagu Saronde

7. Tidi
Tidi ‘tari klasik’ adalah tari kebesaran adat Gorontalo khu s
untuk pengantin wanita yang mengandung nasihat ba a
dalam mengarungi bahtera rumah tangga, harus sabar, saling
percaya (jujur), hemat dan menjaga kehormatan demi
terwujudnya rumah tangga bahagia, sejahtera, sakinah
mawaddah dan warahmah.
Urutan kegiatan :
- Mopomaalumu ‘memaklumkan’
- Menjemput calon pengantin wanita dari kamar pengantin e
pelaminan

E-Book Pohutu Moponika 93


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
- opolengge ‘mempersilahkan berdiri’
- podiyambango ‘mempersilahkan melangkah’
- Mopoluwalo ‘mempersilahkan keluar kamar’
- Mopohuloo ‘mempersilahkan duduk’
- Peralatan tidi diletakkan didepan pelaminan kemudian
pelaksanaan tidi dimulai diiringi tabuhan rebana dan
penyerahan kembang serta polopalo kepada calon
pengantin wanita oleh puteri cilik yang ditunjuk.
Calon pengantin wanita mulai menari bersama penu tunnya
mengikuti alunan lagu dan gendang tidi.

Calon Pengantin Wanita sedang menari tarian Tidi

Tarian tidi selesai, kembang dan polopalo dijemput oleh puteri


cilik yang ditugaskan dan calon pengantin wanita bese a
penuntunnya duduk sejenak di pelaminan kemudian beranjak
ke kamar pengantin.
Catatan :
1. Tarian tidi sesuai dengan ketentuan yang telah dipol kan
oleh leluhur harus dilaksanakan pada malam molile

E-Book Pohutu Moponika 94


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
huwali ‘malam pertunangan’. Sekarang ada yang
melaksanakan tidi pada acara resepsi digedung. Hal ini
pernah dilaksanakan pertama kalinya pada saat pernika n
Anakda Akbar Ilham Habibie dengan anakda Insana binti
Abdul Ajid putera Bapak B. J. Habibie di Jakarta pa ahun
1989. Pada waktu itu panitia pernikahan putera Prof. DR.
Ing. B. J. Habibie di Jakarta meminta melalui bapak B pati
Gorontalo Martin Liputo, SH selaku Ta’uwa lo Lahuwa
kiranya dapat dipertimbangkan atas dua hal yang belum
pernah terjadi sebelumnya yakni :
a. Tidi dilaksanakan pada acara resepsi digedung
b. Mongabi ‘pembubaran persidangan adat’ dilaksanakan
dalam posisi berdiri.
Menanggapi permintaan tersebut, Bupati Gorontalo
Bapak Martin Liputo, SH mengadakan musyawarah adat
lengkap yang dihadiri oleh Ulipu Limo lo Pohalaa, Bapak
Drs. A. Nadjamuddin selaku Ta’uwa lo Lingguwa dan
tokoh – tokoh adat lo ulimo lo pohalaa, memutuskan :
a. Tidi pada acara resepsi digedung dapat diterima
b. Mongabi dalam posisi berdiri dapat dilaksanakan dengan
ketentuan bahwa taa tombuluwo yang menerima abi
harus dalam posisi berdiri.
2. Uraian malam pertunangan ‘mopotilandahu’ yang berisi tiga
acara tersebut diatas yakni : Khatam Qur’an – saronde dan
tidi adalah untuk acara pernikahan pohu – pohutu
‘dilaksanakan secara adat penuh’ sedang untuk acara
pernikahan pohu – pohuli ‘dilaksanakan secara adat tidak
penuh / lengkap’ boleh dilaksanakan ‘tidak mutlak’ atau
pernikahan secara biasa malam pertunangan hanya isi
dengan Khatam Qur’an saja.

E-Book Pohutu Moponika 95


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
1.13.9 Akaji ‘Akad Nikah’
“Wa an Abii hurairata radhi Allahu anhu qaala : qaala ulullahi
sallallahu alaihi wasallama : syarru tha aaminthaamul waliimati yam
nauhaman ya’tihawa yud’a ilaiha man ya’baaha, wamanlam
yujibidda’wata faqad asaa Allaha warasuulahu akhrajahul muslim”.
Artinya : dari Abi Hurairah rda ia berkata : bersabda ulullahi s.a.w :
seburuk-buruk makanan/hidangan makanan pesta, melarang yang
datang (fakir) dan mengundang orang (kaya) yang tidak u datang.
Barang siapa yang tidak memenuhi undangan tersebut, maka
sesungguhnya ia durhaka kepada Allah dan RasulNya. (H.R. Muslim).
Bulugul maram hal 210 oleh Imam Al Hfidz Ibnu Hajar Al Asqalaany.
Tatkala Nabi Muhammad s.a.w melihat Abd. Rahman Bin Auf memakai
taudansuprah (warna tertentu) yang menandakan bahwa ia sedang
menjadi pengantiun. Nabi s.a.w berdoa untuknya dan men uruhnya
menyiapkan walimah walaupun ia hanya mempunyai seekor bing
untuk menjamu para tamu (H.R. Bukhari). Almanak alam islami oleh
Rachmat Taufiq Hidayat danH. Endang Saifudin Anshari d k hal 316.
Akad Nikah adalah acara inti dari pelaksanaan t upacara adat
pernikahan secara adat Gorontalo maupun menurut areat
Agama Islam, yang dilaksanakan oleh Pemangku Ada ,
pemerintah setempat dan keluarga (wali). Dalam pelaksanaan akad
nikah, menurut adat Gorontalo, kedua mempelai / pengantin harus
suci dari hadas besar / kecil ( berwudhu ) yang dibatalkan
sesudah ijab kabul oleh pengantin pria pada dahi pengantin
wanita sebagai pertanda bahwa mulai saat itu mereka telah
menjadi suami – isteri menurut syareat agama dan keluhuran adat.
Yang berhak menikahkan atau mengakad, yakni oran tua
perempuan. Menurut hukum Islam yang boleh menikahkan atau
memberikan izin menikah. Yakni (a) Bapaknya, (b) Kakeknya (
bapak dari bapak pengantin perempuan ), (c) saudar laki – laki

E-Book Pohutu Moponika 96


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
yang seibu sebapak dengan pengantin perempuan), (d) saudara laki –
laki yang sebapak dengan dia, (e) anak laki – laki dari saudara laki –
laki yang seibu sebapak dengan dia, (f) anak laki – laki dari saudara
laki – laki yang sebapak dengan dia ( g ) saudara bapak ang laki –
laki, ( h ) anak laki – laki dari pamannya dari pihak bapak, dan ( i
) Hakim.
Untuk menjadi wali harus memenuhi syarat, ( a ) Islam ( orang
yang bukan Islam tidak boleh menjadi wali, ( b ) baliq (sudah
berumur sekurang– kurangnya 15 Tahun), ( c ) berakal, ( d ) merdeka,
( e ) laki – laki dan ( f ) adil.
Syarat wali ini berlaku pula untuk orang yang menjadi saksi
dalam akad nikah yang akan dilaksanakan. Wali ini yang
mengizinkan pelaksanaan akad nikah. Kalau tak ada yang
mengizinkan maka Pernikahan tak boleh dilangsungkan. Dengan
adanya Undang – Undang Perkawinan dewasa ini maka laki – laki
yang telah beristri dan akan menikah lagi. Ia harus mendapat izin
dari isterinya. Izin tersebut harus dalam bentuk rtulis sedangkan
perempuan yang akan dinikahkan harus tidak dalam pe soalan
misalnya masih isteri orang atau sudah dicerai suaminya tetapi
masih dalam keadaan idah.
Kalau bapak pengantin perempuan tidak mampu (karena
pengetahuannya tentang hal itu masih kurang) maka dapat
mewakilkan kepada orang lain. Orang yang diwakilkannya adalah
orang yang diihklaskannya, toonu taa oheela lo hilaa li yamolio
‘orang yang diikhlasi ayahnya’. Dengan demikian yang menentukan
siapa yang akan mengakad, harus berasal dari ayah peng ntin
perempuan dan tidak dipaksakan oleh siapapun. Dengan demikian
maka Imam atau Kadli menanyakan kepada Ayah perempuan
apakah ia akan mengawinkan sendiri anaknya atau mewakilkan
kepada orang lain. Apabila ia mewakilkan kepada rang lain, ia

E-Book Pohutu Moponika 97


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
sendiri yang menentukan siapa yang akan mengakad
(mengawinkan anaknya). Bisa saja terjadi bukan yang
mengawinkan tetapi seorang daa’i ‘penyebar agama Islam’ karena
daa’i itulah yang diikhlasi bapak pengantin perempuan. Kalau sudah
ada kepastian dari ayah pengantin perempuan, maka akad nikah
dapat dilaksanakan.

I. Persiapan
a. Di rumah keluarga pengantin pria
- Untuk acara adat biasa
1) Sarana adat tidak ada
2) Uang untuk wali dengan nilai f. 1,60 sekarang Rp.
16.000,-
3) Uang untuk Bae’at dengan nilai f. 0,80 sekarang Rp.
10.000,-
4) Uang untuk Doa sesuai kesepakatan
5) Uang adat lainnya : bunggato – luwalo – bunggala –
heyi lo huheputo – dudelo – wulo lo o’ato – tilolo – pate
lotohe – dehu lo kulambu – wo’opo (dupito) – wuadu
ta’ato. Pos tersebut mulai dari bunggato s/d heyi lo
huheputo masing – masing f. 25,- dudelo 2 kati f. 5,-
wulo lo o’ato f. 0,40,- tilolo f. 1,60,- pate lo tohe dehu
lo kulambu, woopo dan wuade loato masing– masing 1
kati f. 0,70,- ( masing–masing dikali Rp. 1.000-)
6) 1 buah payung adat
7) Personil pengiring : utoliya dan keluarga
- Untuk acara adat pohu – pohuli
1) Sarana adat : 1 buah tolitihu ‘tangga adat’
2) Uang untuk pos adat sama dengan diatas hanya
untuk pos adat dudelo menjadi tolo kati = f. 7,50,-
sekarang Rp. 7.500,-
E-Book Pohutu Moponika 98
Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
3) 1 buah payung adat
4) 1 buah pomama yang berisi tonggu lo ulipu, den n
nilai tawu tuwawu f. 25,- sekarang Rp. 25.000,-
5) Personil pengiring : Baate atau Wuu atau Kimalaha
dan keluarga

- Untuk acara adat pohu – pohutu


1) Sarana adat 1 buah alikusu, 1 buah tolitihu, 1 buah
tambibala dan 1 buah handalo ‘genderang adat’
2) Uang untuk pos adat sama dengan acara adat poh
– pohuli hanya pos adat dudelo bertambah 1 kati
menjadi 4 kati = f. 10,- sekarang Rp. 10.000,-
3) 1 buah payung adat
4) 1 buah pomama yang berisi Adati Potidungu dan
Tonggota (apabila pongo – pongoabu)
5) Genderang adat
6) Personil pengiring : Baate dan Wuu – Imam dan
Saladaa – Mayulu dan Longgo – personil sayiya dan
keluarga

b. Di rumah keluarga pengantin wanita


- Untuk acara adat biasa
1) Sarana adat hanya pelaminan dan kursi pengantin
pria
2) Uang sedekah separuh dari jumlah yang akan
disedekahkan kepada pelaksana dan undangan tertentu
serta tilolo untuk isteri lurah / kades.
3) Personil yang menunggu : utoliya, Pemerintah Kelurahan
/ Desa setempat, imam beserta aparatnya dan
keluarga
- Untuk acara adat pohu – pohuli
E-Book Pohutu Moponika 99
Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
1) Sarana adat : tolitihu dan tambibala.
2) Uang sedekah doa ½ dari jumlah yang akan
disedekahkan kepada : taa tombuluwo, tilolo untuk
camat / mbuu’i dan isteri Lurah / Kades. Sedekah
untuk pemangku adat ( buawatula towu longo ) dan
para undangan tertentu.
3) Personil yang menunggu taa tombuluwo – pemangku
adat, ( Bubato, syara’ dan tulaibala) dan keluarga
serta undangan.
- Untuk acara adat pohu – pohutu
1) Sarana adat : alikusu - tolitihu – tambibala – pelaminan
– genderang adat.
2) Uang untuk tilolo bagi taa tombuluwo yang
kedudukannya dalam adat lebih tinggi dari yang
berhajat beserta mbuu’i dan separuh jumlah uang
sedekah yang akan dikeluarkan (sesuai kesepakatan)
3) Personil : para taa tombuluwo beserta mbuu’i –
buwatula towu longo (Pemangku Adat) lengkap yang
berpakaian adat sesuai ketentuan masing – masing
unsur, keluarga dan undangan.

II. Pelaksanaan
a. Di rumah keluarga pengantin pria
- Secara adat biasa
1) Pengantin pria setelah berwudhu, ganti pakaian
dengan pakaian akaji yakni takowa kiki, memakai
etango dan keris yang dipasang terbalik (tangkai /
bengkoknya keatas), serta tambe ‘selempang yang
dipasang dibahu kanan’ dan payunga tilabatayila
‘destar empat warna’.

E-Book Pohutu Moponika 100


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
2) Utolia mopo’owoli ‘juru bicara keluarga pengantin pria
memberitahukan’ kepada lurah dan undangan bahwa
pengantin pria akan diberangkatkan kerumah keluarga
pengantin wanita.
3) Pengantin pria berangkat kerumah pengantin wanita
didampingi utolia dan keluarga serta undangan yang juga
diundang oleh keluarga pengantin wanita.
- Secara adat pohu – pohuli
1) Sama dengan ayat 1 untuk pelaksanaan adat biasa
2) Baate atau wu’u atau kimalah yang berperan sebagai juru
bicara keluarga pengantin pria mopomaalumu
‘memaklumkan’ kepada taa tombuluwo ‘dalam hal ini
camat atau mantan camat’ bahwa pengantin pria akan
diberangkatkan kerumah keluarga pengantin wanita.

Juru Bicara Pengantin Pria sedang memaklumkan


‘mopoma’lumu’

3) Pengantin pria diberangkatkan kerumah keluarga


pengantin wanita didampingi oleh taa tombuluwo,
pemangku adat dan keluarga serta undangan, dan
dapat diiringi lagu sayiya la’o – la’o (tidak harus)
E-Book Pohutu Moponika 101
Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
- Secara pohu – pohutu
1) Sama dengan ayat 1 untuk pelaksanaan secara biasa
maupun pohu–pohuli.
2) Baate atau wu’u yang berperan sebagai juru bicara
keluarga pengantin pria mopomaalumu ‘memaklumkan’
bahwa pengantin pria akan diberangkatkan kerumah
keluarga pengantin wanita
3) Pengantin pria berangkat kerumah keluarga pengantin
wanita dan dituntun dengan sajak oleh pemangku
adat berikut ini.
a) Mopolengge ‘mempersilakan berdiri’
b) Mopodiyambango ‘mempersilakan melangkah’
c) Mopoluwalo ‘mempersilakan keluar ruangan’
d) Mopolaahu ‘mempersilakan menuruni tangga adat’
e) Mopondalengo ‘mempersilakan berjalan’
f) Mopotae to utaeya ‘mempersilakan naik
kenderaan’
Dan didampingi oleh para taa tombuluwo, undangan serta
keluarga, pula dikawal oleh pasukan longgo, diiringi oleh
pembawa lagu sayiya dengan sayiya la’o – la’o ‘lagu
sanjungan sementara berjalan’ serta tabuhan gender g
adat ‘Handalo’.

b. Dirumah keluarga pengantin wanita


- Secara Adat biasa
1) Pengantin putera beserta rombongan tiba/menjelang
pintu pagar halaman rumah keluarga pengantin wanita,
utolia lundu dulungo layi’o masuk lebih dahulu
kerumah keluarga pengantin wanita, mopo’owoli
‘memberitahu’ kepada kades / lurah melalui utoliya
wolato ‘juru bicara keluarga pengantin wanita’ bahwa
E-Book Pohutu Moponika 102
Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
pengantin putera sudah tiba dan mohon ijin untuk
dipersilahkan memasuki rumah keluarga wanita. Setelah
diperkenankan, utusan keluarga pengantin wanita keluar
untuk menjemput pengantin putera. Pengantin putera
beserta rombongan dipersilahkan masuk dan duduk
pada kursi yang telah disiapkan.
2) Pengantin Putera disuguhi minum.
3) Utoliya ‘juru bicara’ keluarga pengantin pria mohon ijin
kepada kades / lurah melalui juru bicara keluarga
pengantin wanita untuk memulai proses awal akad nikah
dan terakhir doa.
4) Pengantin wanita dijemput oleh pengantin pria
dituntun oleh utoliya dari kamar rias ‘wadaka’ ke kamar
pengantin ‘humbia ’.
5) Penyerahan wali kepada petugas
6) Pembeatan untuk pengantin pria dan wanita di wilayah
adat Limboto, dan pembeatan hanya untuk wanita di
wilayah adat Gorontalo.
7) Pelaksanaan akad nikah oleh wali atau wakil wali
yang menerima penyerahan wali / petugas dengan
dihadiri oleh dua saksi utama yang ikut menanda
tangani blanko pendaftaran nikah, didahului khotbah
nikah.
8) Pengucapan ta’liqul – talaaq oleh pengantin pria.
9) Pembatalan air wudhu oleh pengantin pria dengan
menyentuh dahi pengantin wanita dituntun oleh utoliya
layi’o dengan menyerahkan uang adat buunggala
sejumlah 2 suku f.0,80 (sekarang Rp. 8.000). Penganti
pria dalam menyentuh dahi tersebut sambil melafazkan
doa “ Allaahumma Inni As – aluka khairahaa wakhaira

E-Book Pohutu Moponika 103


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
maa fiiha wa – uuzubika min syarriha wasyarri maa
fiiha”, artinya : saya bermohon kepada Allah atas
kebaikan perempuan ini dan kebaikan dari dalam dirinya,
dan saya berlindung kepada Allah atas kejahatan
perempuan ini dan kejahatan dari dalam dirinya.
10) Kedua mempelai duduk bersanding diatas ranjang
adat dikamar pengantin.
11) Pembacaan doa

- Secara Pohu – pohuli


1) Pengantin pria dan taa tombuluwo beserta rombongan
tiba / menjelang pintu pagar halaman rumah keluarga
pengantin wanita. Baate atau wu’u atau kimalaha atau
taa uda’a, memaklumkan kepada taa tombuluwo melalui
baate atau wu’u atau kimalaha atau taa uda’a wolato
bahwa pengantin pria telah tiba dan mohon perkenan
untuk masuk ke rumah pengantin wanita dan memberi
tahu bahwa ikut serta dalam rombongan pengantin
wanita taa tombuluwo beserta mbuu’i ……………
pemangku adat wolato bersama pemangku adat
layi’o keluar menjemput taa tombuluwo dan
mempersilahkan masuk mendahului pengantin pria,
kemudian pengantin pria dipersilahkan masuk dituntu
oleh pemangku adat, boleh dengan sajak apabila
mendahulukan tonggu lo ulipu dahulu f.25,- sekarang Rp.
25.000,- sampai pengantin pria duduk pada kursi khusus
yang disiapkan apabila dikehendaki bahwa pelaksanaan
selanjutnya dengan tahapan sajak maka pemangku adat
keluarga pengantin wanita harus pula menyerahkan
tonggu lo ulipu balasan kepada pemangku adat layi’o
sambil mopobandlalo kepada taa tombuluwo yang hadir.
E-Book Pohutu Moponika 104
Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
2) Pengantin pria disuguhi minum.
3) Baate atau wu’u atau taa uda’a, mopomaalumu bahwa
acara / proses awal aqad nikah akan dimulai melalui
baate atau wu’u atau taa uda’a juru bicara keluarga
pengantin wanita yang selanjutnya meneruskan kepada
taa tombuluwo bahwa juru bicara keluarga pengantin
putera telah bermohon untuk memulai proses aqad nikah,
yakni momonggato ‘menjemput’ pengantin wanita dari
kamar rias ‘wadaka’ ke kamar pengantin ‘huwali lo
humbia’ menerima penyerahan wali ‘mololimo wali’
membay’at ‘momeeati’ aqad nikah ‘mongakaji’.
4) Momonggato ‘menjemput’ pengantin wanita dari kamar
rias ‘wadaka’ ke kamar pengantin ‘humbia’ oleh
pemangku adat dengan sajak atau tidak dengan sajak.
5) Penyerahan wali kepada petugas / kepada yang diyakini.
6) Pembeatan kepada pengantin wanita.
Untuk wilayah adat Limboto, pembeatan untuk pengantin
pria dan wanita.
7) Pembacaan khotbah nikah oleh petugas
8) Aqad nikah oleh wali atau wakil wali dengan dihadiri oleh
dua orang saksi utama yang ditunjuk.
9) Pengucapan ta’liqul talaaq oleh pengantin pria
10) Pembatalan wudlu oleh pengantin pria dengan cara sama
dengan nomor urut 9 pada pelaksanaan adat secara
biasa.
11) Kedua mempelai duduk bersanding diranjang adat.
12) Pembacaan doa

- Secara adat pohu-pohutu


1) Pengantin pria tiba/mendekati gapura adat rumah
keluarga pengantin wanita. baate atau wu’u / tuntungiyo
E-Book Pohutu Moponika 105
Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
mopomaalumu kepada taa tombuluwo melalui baate
wolato bahwa pengantin pria telah tiba dan mohon
perkenan untuk masuk, sambil memberitahu bahwa
bersama pengantin pria ada taa tombuluwo beserta
mbuu’i ……. Pemangku adat wolato dalam hal ini wu’u
bersama pemangku adat layi’o keluar menjemput taa
tombuluwo sbeserta mbuu’i untuk masuk mendahului
pengantin pria kemudian pengantin pria dijemput oleh
pemangku adat dengan sajak :
a) Mopolaahe to utaeya ‘mempersilakan turun dari
kendaraan’.
b) Mopodiyambango ‘mempersilakan melangkah’.
Sementara itu pasukan longgo mengawal pengantin
pria, sayiya la’o-la’o ‘lagu sanjungan sementara
berjalan’ mengiringi dan handalo ‘genderang’
memandu sampai tangga adat.
c) Mopotupalo ‘mempersilakan masuk gapura adat’
d) Mopondalengo ‘mempersilakan berjalan’
e) Mopobotulo ‘mempersilakan naik’
f) Mopotuwoto ‘mempersilakan masuk’
g) Mopondalengo ‘mempersilakan berjalan’
h) Mopohulo’o ‘mempersilakan duduk’
2) Pengantin pria disuguhi minum. Sementara pengantin
pria minum dilagukan sayiya hulo-huloo ‘lagu sanjungan
sementara duduk’.
3) Mopotoopu lo aadati potidungu ‘menyerahkan adat
berjenjang turun’ kepada Pemangku adat wolato dan
apabila pongo -pongoabu maka pemangku adat
Gorontalo menyerahkan aadati/tonggota kepada ulipu lo
limutu dan demikian pula sebaliknya.

E-Book Pohutu Moponika 106


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Adati potidungu maupun tonggota masing - masing
wopato kati dahulu f.10,- sekarang Rp. 100.000,-.
4) Mopomaalumu ‘memaklumkan’ bahwa lenggota lo pohutu
lo akaji ‘urutan acara pelaksanaan aqad’ akan dimulai.
a) Momonggato ‘menjemput’ pengantin wanita dari
kamar rias ke kamar pengantin dengan bubuluwanga
‘kursi kebesaran adat’ diiringi sajak ; mopolengge
‘mempersilahkan berdiri’, mopotae to bubuluwanga
‘mempersilakan duduk pada kursi kebesaran’,
mopodiyambango ‘mempersilakan melangkah’ bagi
yang mengangkat, mopoluwalo ‘mempersilakan
keluar’ mopondlalengo ‘mempersilakan berjalan’
mopotuwoto ‘mempersilakan masuk’, mopohuloo
‘mempersilakan duduk’
b) Mololimo wali ‘penerimaan wali’. Kedua orang tua
pengantin wanita duduk mendampingi puterinya dan
kadli diundang ke kamar adat untuk menerima wali.
Penyerahan wali disertai uang dahulu f.1,60,-
(sareyali) yang sekarang ini disesuaikan dengan nilai
rupiah = Rp. 16.000,-
c) Mome’ati ‘bay’at’ kepada pengantin wanita oleh
imam. Untuk wilayah adat Limboto, pengantin pria
juga di bay’at.
5) Mongakaji ‘akad nikah’
Akad nikah dilaksanakan dalam posisi duduk bersila
dalam tambibala ‘tempat persidangan adat’ khusus yang
dibuat untuk acara akad, apabila tambibala untuk tempa
duduk taa tombuluwo dibuat diluar rumah dan duduk
dikursi.
a) Pembacaan khotbah nikah oleh Imam

E-Book Pohutu Moponika 107


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
b) Akad nikah oleh Kadli

Suasana Akad Nikah

c) Pengucapan ta’liqul talaaq oleh pengantin pria


d) Pembatalan wudlu oleh pengantin pria dengan
menyentuhkan ibu jari kanan pada dahi pengantin
wanita sambil melafazkan doa : “Allaahumma inni as-
aluka khairaha wakhaira maa fiyha, wa-auhu bika
min syarrihaa wasyarri maa fiyha”.
Dengan dituntun oleh pemangku adat layi’o berupa
sajak soal, dan disambut oleh pemangku adat wolato
dengan sajak jawab.

Pembatalan air wudlu oleh pengantin pria

E-Book Pohutu Moponika 108


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
6) Kedua mempelai duduk bersanding diranjang adat
dikamar pengantin.
7) Kedua mempelai ganti pakaian dengan pakaian
kebesaran paluwala dan Bili’u, sementara itu para tamu
makan siang bersama.
8) Mopopipidu ‘sanding pengantin’
Kedua mempelai dijemput oleh pemangku adat dari
kamar pengantin ke pelaminan didahului ma’lumu
kepada Taa Tombuluwo dengan sajak : mopolengge
‘mempersilakan berdiri’ mopodiyambango
‘mempersilakan melangkah’ mopoluwalo ‘mempersilakan
keluar kamar’, mopondlalengo ‘mempersilakan berjalan’,
mopohulo’o ‘mempersilakan duduk’.
9) Momalebohu ‘nasihat secara adat’ oleh wu’u dan baate lo
pohalaa apabila pongo – pongo’abu dan hanya oleh
baate setempat apabila wo’o - wo’opo.
10) Du’a ‘Pembacaan doa’ oleh kadli
11) Mopodungga lo tombulu ‘pemberian sedeqah’ kepada :
taa tombuluwo / mbuu’i, pemangku adat, aparat Desa /
Kelurahan.
12) Mongabi ‘pernyataan tata upacara adat selesai’ oleh
baate dan wu’u / tuntungiyo.

Dengan selesainya acara mopopipidu ‘sanding pengantin’ maka


selesailah acara pernikahan yang dilaksanakan dengan tata
upacara adat Gorontalo secara penuh ‘pohu – pohutu ’ namun
masih ada beberapa tahapan kecil ‘patahu adati ’ yang
dilaksanakan pada malam sesudah aqad nikah dan besok
paginya, yakni mopotuluhu yang berisi pate lo tohe – dehu lo
kulambu – wo’opo dan wu’adu ta’ato serta paginya po’a

E-Book Pohutu Moponika 109


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
‘mengantarkan makanan dan minum kue kerumah pengantin
wanita’. Kedua acara tersebut sekarang ini sudah jaran
dilaksanakan semestinya kadang kala tinggal pos adatnya yang
diserahkan dan acara po’a tinggal dengan kata – kata tingga
uteewe teewelo, tingga uto’o lamiyatiya, to’o lamiyatiyalo,
maksudnya selama berada disini kedua mempelai disilahkan
kepada keluarga untuk memberi santapan dan Insya Allah
setelah berada dirumah keluarga pengantin pria kami yang
menjamunya.
Dahulu, setelah kedua mempelai selamat menunaikan hub ngan
suami isteri dan pengantin wanita didapati masih pera an, pagi
harinya pengantin pria akan salaman dengan kedua orang tua
pengantin wanita sambil menyatakan, Alhamdulillah tiyalaondo
dila lopo amenga olando woli dilendo, kemudian pengantin pria
pergi kepada kedua orang tuanya menyampaikan bahw
mereka sudah selamat melakukan hubungan suami – isteri wawu
watiya dila ilamenga ‘dan saya tidak dikecewakan’ sambil
memperlihatkan tanda (darah perawan) yang diambil dengan
sapu tangan warna putih saat melakukan hubungan suami– isteri.
Oleh kedua orang tua pengantin pria penyampaian tersebut
disambut ucapan handala, lalu oleh ibu pengantin pria diambil
dua butir telur, diserahkan kepada pengantin pria untuk diminum
oleh kedua mempelai denga cara : 1 butir dipecahkan ol h
pengantin pria diminumkan kepada pengantin wanita dan
sebaliknya 1 butir dipecahkan oleh pengantin wanita diminumkan
kepada pengantin pria. Hal ini bermakna bahwa mereka gai
suami isteri saling membutuhkan secara lahiriyah maupu
batiniyah.

E-Book Pohutu Moponika 110


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Niat mandi wajib (mandi Junub)
“Nawaitu rafalhadasil akbar anjami’ilmadani minal junubi wal
jinabati fardhan alaiya Lillahi ta’ala”.

Tuja’i dan Palebohu ‘Sajak dan Nasehat Perkawinan’


i) Tuja’i ‘Sajak’
1. Momuduo ‘menjemput’ oleh wu’u Suwawa dengan sajak
yang diucapkan dalam posisi duduk.
Ami lipu dowoluwo kami pemangku adat telah
siap
Monombupu monoduwo mengundang dan
mempersilahkan
Monoduwo monombupu mempersilahkan dan
mengundang
No adati nipoi pusaka dotu dengan adat leluhur kita
Donowali pusaka dotu yang telah menjadi pusaka
leluhur

2. Mopolengge ‘mempersilakan berdiri’ oleh baate lo Limutu


kalau di Gorontalo atau oleh baate Gorontalo kalau
diwilayah adat Limboto dengan sajak yang diucapkan dalam
posisi duduk kemudian berdiri setelah mengucapkan kali
timihu lumuneolo .
Wombu hulawa gumala cucunda putera sejati
Tombuluwo to madala diupacaraan dengan adat
negeri
Poli pooambuwala dihadiri semua lapisan
Lo udutaa kimala serta para pelaksana adat
Wombu maatoduwoolo cucunda akan dijemput
Tombuluwo wunduwolo diacarakan dengan kebesaran
Wahu maa pohutuwolo dan akan diupacarakan
E-Book Pohutu Moponika 111
Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Timihu lumuneolo silahkan berdiri dan beranjak

3. Mopodiambango ‘mempersilakan melangkah’ oleh baate lo


Hulondalo atau baate lo Limutu dengan sajak :
Ami tiyombu tiyamo kami pewaris para leluhur
Yilaheayi tiliango diundang untuk menghadiri
Lo hilawo moolango dengan hati yang tulus
Wolo akali mobango dan akal yang sehat
Pilanggalo yilalamo bersatu dan terpatu
Biluhuto ilamango dengan tekad yang bulat
Lo adati timamango dengan kebesaran adat
Wuudiyo motilango pengaturannya sempurna
Molayowa modiyambango silahkan melangkah dengan
santai

4. Mopoluwalo ‘mempersilakan keluar’ oleh baate lo Bulango


dengan sajak :
Yilengge iloalopo berkenan kiranya untuk berdiri
Lumengge lumualopo berkenan kiranya untuk keluar
Luwalayi to ladiya keluar dari mahligai
Wahu maa popohuliya untuk diupacarakan
Lo adati lo hunggia dengan adat negeri
Lo uwito lo utiya dari seluruh penjuru

5. Mopolahu ‘mempersilahkan turun’ oleh baate lo Atinggola


dengan sajak :
wombu pulu lo hunggia yang mulia putera utama
negeri
lo lipu duluwo tiya pada kedua negeri ini
lo ulimo lohunggia pada lima kerajaan
malo to dulabotiya pada hari ini

E-Book Pohutu Moponika 112


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
tombuluwo tadidiya di hormati dan diangungkan
tahu tayi to ladia silahkan turun dari mahligai
bubato maa sadia para pemangku adat sudah
siap

6. Mopodiambango ‘mempersilakan melangkah’ oleh baate lo


Limutu to Dunggala dengan
sajak :
Ami tiyombu ti uwa kami pewaris adat leluhur
Tiyombu pilobutuwa leluhur yang menata
Lo uhituwa tuwawuwa aneka ragam / segala sesuatu
Ulipu iloponuwa abdi negeri tercinta
Donggo ito taa ilohunduwa pada anda tumpuan harapan
Lo piili lo ayuwa dalam tingkah laku
Lo maana lo pituwa dalam tutur kata / ucapan

7. Mopotae to uta’eya ‘mempersilakan naik kenderaan’ oleh


baate lo Hulondalo to Hunginaa dengan sajak :
Wombu payu bulayi cucunda laksana pengantin
O ndlade – ndlade pomayi siap dan perhatikanlah
O tile-tile pomayi beranjak dengan hati-hati
O tile polayi ayi beranjak dan naiklah
Layiai odia Naiklah kemari
Utaeya maa botiya kenderaan sudah siap
Tuidu bandla mulia untuk cucunda yang mulia
Kenderaan yang ditumpangi pengantin berhenti + 50 m dari
gapura adat pintu masuk halaman yiladia tempat akad nikah
disambut dengan genderang adat, longgo, sayiya dan
sajak.

8. Mopolaahe to utaeya ‘mempersilakan turun dari kenderaan’


oleh wu’u lo Suwawa.

E-Book Pohutu Moponika 113


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Wombu pulu lo data cucunda putera negeri
Wonggodu lo ilomata pelopor para karyawan
Hitimenga tidapata ditunggu dengan persiapan
Hiwuluwa hiwolata berpadu untuk menanti
Wombu maa toduwolo cucunda dipersilahkan
Molaahu motuhutolo turunlah dengan santai

9. Mopodiambango ‘mempersilakan melangkah’ oleh baate lo


Limutu to Tomilito dengan sajak :
Hulalata lo hunggiya dengan aturan negeri
Molunggumo to ladiya tata tertib diistana
Adati lo hunggia dalam adat negeri
Dila hikati-katiya tidak berbeda - beda
Adati lo tonggola adat yang diberlakukan
Bo ungo pilopota tidak ada yang berlebihan
Adati tomilito adat yang sudah disepakati
Umalo buli-bulito telah diramu dan dikukuhkan

10. Mopondalengo ‘mempersilakan berjalan’ oleh baate lo


Hulondalo to Wuwabu dengan sajak :
Dahayi umaaayango jaga jangan sampai beralih
Ode botu to payango laksana batu dalam peraduan
Dahai ulumoduo jaga jangan sampai tenggelam
To baleyango bituo pada gelombang / ketajaman
Bituiyo tajeuwa ketajamannya alur pikir
Tomadala lo lahuwa pada seluruh penjuru negeri
Olongia tombuluwa pimpinan yang dihormati
Wuudu olongia ketentuan bagi pemimpin
Tombuluwa tadidiya dijunjung dan dihormati

E-Book Pohutu Moponika 114


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Sementara itu pasukan pengamanan longgo mengawal dan
membuka jalan, sedang perangkat adat unsur syaraa’
menyelingi dengan lagu sanjungan saiya lao - lao didahului
oleh tabuhan genderang negeri.

11. Mopotupalo ‘mempersilahkan memasuki gapura adat’ oleh


baate lo Limutu to Butaiyo dengan sajak :
Wombu tupalo lo mayi cucunda dipersilahkan
Tupalayi to dutula silahkan masuk jalur ini
Taluhu wau buluwa air dan adukannya
Maa lo liiyatuwa telah menyatu
Lotutayi lopopalo dilicinkan dan diluruskan
Dilohe hindalo sebagai pipa yang ditanam
Ode time ipitalo laksana perian yang dijinjing
Ode pini buboalo laksana kapas yang bersih
Odehulawa putalo laksana emas murni

12. Mopondalengo ‘mempersilakan berjalan’ oleh baate lo


Hulondalo to Lupoyo dengan sajak :
Molidulu pamunga dihulu maupun dihilir
Bubato tilo geluma prangkat adat telah siap
Lohutu ubalaguna berbuat yang bermanfaat
Bandla u bilunga bunga semua jurusan sudah di hias
Tapahuango lulunga pada jalur untuk dilalui
Tenilo wau dendluma syair maupun bunyi-bunyian
Pilohutuwa hudunga juga dibuatkan bangunan
khusus
Oliidu olimbunga yang dikelilingi penataan
Oladia pehulama mahligai tempat
bermusyawarah
Lo taa tinggai modunga bagi pejabat yang setara

E-Book Pohutu Moponika 115


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Wahu timenga katia untuk membahas
Buluwa lo rahasia yang masih tersimpan dalam
rahasia
Lo uwito lo utiya dari kedua belah pihak
Lo utiya lo uwito dan sebaliknya
Odeduli muluyito laksana perekat yang utuh

13. Mopodiambango ke - 2 ‘mempersilakan berjalan lanjutan’


oleh baate tuntungiyo Limutu dengan sajak :
Lengge ahi matiyale beranjaklah dengan tegap
Tuluhi bui bungale turunan sumber sejati
Wali libindle lo lale asal dari bangsawan asli
Taludeo timbuwale dari rumpun sesama bangsawan
Lipu duluwo lumale dua negeri yang makmur
Lumonggiya lumondlale hati - hatilah melangkah
Lumondlale lumonggiya melangkah dengan waspada
Taluhu butu aliya air dari sumbernya
Tilime to lahidia dimanfaatkan oleh penduduk negeri
Wahu amanga katiya dan manfaatkan dengan takaran
Tulipu duluwo tiya dikedua negeri ini
Malo mayi toladia sudah tiba dimahligai

14. Mopobotulo ‘mempersilakan naik’ oleh wu’u lo Hulondalo to


Bilinggata dengan sajak :
Wombu pulu lo lahua cucunda putera negeri
Lo lipu pilohumbuwa dari negeri tempat asal
Libupu wau liuwa para kakek dan leluhur
Tohulia tota’uwa di hilir maupun dihulu
Hidapata hiwuluwa telah siap dengan tertib
Wombu maa popolayiolo cucunda dipersilahkan naik
Tombuluwa wundluwolo diacarakan / disanjung

E-Book Pohutu Moponika 116


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Wahu maa pohutuwolo dan akan dilaksanakan
Lopohuli lo umulolo tata upacara para terdahulu

15. Mopotuoto ‘mempersilakan masuk’ oleh baate lo Limutu to


Isimu dengan sajak :
wombu tupalo lomai cucunda dipersilahkan
beranjak
wombu tuoto lomai cucunda dipersilahkan masuk
tuotayi to dutula masuklah melalui jalur ini
panggeta lalandle bula tirai sudah terbuka
buu wawu huhundlula tiada rintangan dan halangan
hulawa de tilihula keemasan nan wajar

16. Mopodiambango ‘mempersilakan melangkah’ dengan sajak


:
malo payu lo humolu segala ketentuan adat
lipu duluwo tilolu dari kesatuan dua negeri
ohutu ololu yang dicintai dan dirindukan
tilo huhudongu wolu yang direnung dan dikenang
payu lo lipu duluwo aturan kedua negeri
didu boli lilawuwo jangan lagi dirobah
mo’ohuli moo huyo membawa ratap dan tangis
iya-iyati lo lumo ingatlah dan hati - hati
odelohungo lowungo laksanakan bunga kembang jadi
hililaya hilinggimo hidup enggan mati tak mau
ami wombu liyombu laingo kita turunan leluhur yang
berbudi
hiwonuwa mololimo dengan keharuman kami menyambut

17. Mopohulo’o ‘mempersilakan duduk’ dengan sajak :


patihulawa asala putera mulia gagah perkasa

E-Book Pohutu Moponika 117


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
didilohulu aradla titisan turunan pemberani
taa pobadari to Allah yang menjadi pengganti kuasa Allah
tombuluwo to madala dimuliakan dinegeri ini
pati hulawa lo wulu putera gagah berani
didilou londo hulu titisan turunan yang hijau
ulipu umotombulu pemangku yang menghormati
taa pobadari torasulu yang menjadi badal dari rasul
Yilodu’a lo sukuru berdoa dan bersyukur
olayidu umuru semoga panjang umur
lumune’o tumundulu hidup sehat dan sejahtera
ma’apu maa popohulo’olo maaf dipersilahkan duduk
to puade wajalalo pada pelaminan nan indah

ii) Palebohu

Kedua mempelai kini duduk bersanding. Semua mata


memandang kepada kedua insan yang kini menjadi uami
isteri. Semua mengagungkan mereka sambil berdoa
semoga kedua mempelai akan aman dan sejahtera dalam
kehidupan mereka. Seorang baate mulai mengucapkan
palebohu yang bunyinya sebagai berikut :

PALEBOHU ‘NASIHAT ADAT’


DALAM PERKAWINAN

a. Wu’u lo Suwawa
i. Bismillah momale bohu Dengan nama Allah
memberi nasihat
Banta banta podungohu Kedua ananda dengarkan
Lo aadati mopiyohu Dengan upacara adat
nan sempurna
Banta banta pototawala Kedua kamu memadu
cinta

E-Book Pohutu Moponika 118


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Motolodile sodala Keduanya ada hubungan
darah
Daila pohama lo’ia to dala Jangan percaya terhadap
fitnah
Bolo woluwo utala Bila ada kehilafan
Towunuta to wo’ala Berterus teranglah
Humaya molipatala Bila ada silang sengketa
Mopiyo mo bubu’ala Kebahagiaan akan
menghindar
Hadisi po’o lotola Pegang teguh ajaran
Rasulullah
Palamani pomontola Jadikanlah firman Allah
“Alat pemisah“
Ibadati po’o lotola Sempurnakanlah ibadatmu
Salamati mo dutola Selamat sejahtera sehidup
semati

ii. Banda wombu sukuruwa Kedua ananda


bersyukurlah
To wombu la’i buwa Kedua ananda pria
maupun wanita
Mohala’o mohumbuwa Beroleh keturunan
Odelo ti bapu puluwa Seperti jejak leluhurmu

iii. Pohile duA to Allah Dan panjatkanlah doa


kepada Allah
Wolo Nabi Mursallah Dan kepada Muhammad
SAW
Banga liyo to dala Dilapangkan jalan

E-Book Pohutu Moponika 119


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Mopiyohu hiyaala Rukun dan damai rumah
tanggamu

iv. Wonu tangga umewungo Kalau ada kesulitan


Yi’o motitihelumo Bermusyawarahlah kalian
Motitituwawu dulungo Mempersatukan pendapat
Wonu malo heluhelumo Dan kalau ada
kesepakatan
Rahamati motonungo Pasti rahmat Tuhan akan
datang
Tumango boli momungo Bahagia dan sejahteralah
kamu
Aamien

b. Baate lo Limutu
i. Bismillah momale bohu Dengan nama Allah mulai
menasihati
Wombu duluwo podungohu Kedua cucunda dengarlah
Ajali palebohu Pengajaran nasihat adat
Lo dile bikiri bohu Ananda sebagai pengantin
baru
To adati mopiyohu Dengan adat istiadat nan
baik
Agama pilo lolohu Dasar agama sebagai
dasarnya

ii. Wombu pototala Cucunda berkasih kasihan


Diya pohama lo’ia to dala Jangan perhatikan segala
fitnah
Bolo woluwo utala Apabila ada silang
sengketa

E-Book Pohutu Moponika 120


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
To wunuta to wo’ala Jelaskan dan berterus
teranglah
Humaya molili’ola Apabila terjadi
kegoncangan
Mopiyo mo bubola Kebaikan akan
menghindar
Hadisi diya otola Sabda Rasulullah jangan
lupakan
Palamani pomontola Firman Tuhan jadikanlah
alat pelerai
Ibadati po’o lotola Ibadat perkuatlah
Salamati modutola Selamatlah rumah
tanggamu

iii. Tahuli li papa woli mama mu Pesan pesan ayah


dan bundamu
Hente po’o dahawamu Tetap peliharalah
Bolo po’o tupitamu Dan tetap ingatlah
Mowali dudaha lobatanga mu Dijadikan perisai
dirimu

iv. Wombu potiti woyoto Cucunda rendah hatilah


kamu
Ode dungo humopoto Laksana rendahnya rumput
(tamsil)
Alihu luntuwa lo wolipopo Agar cahaya terang
menyertaimu
Umopiyo dumo’oto Kebaikan akan berketerusan

v. Wonu motiti wanggango Bila kamu menyombongkan


diri

E-Book Pohutu Moponika 121


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Dila tumutu tumango Tak akan tumbuh dengan
subur
Dungiyo motontanga Daun daunnya akan
berguguran
Batangiyo mohuwango Pohonnya akan tumbang

vi. To Hulondalo Limutu Di Gorontalo Limboto


Adati tutu wawu tutu Adat istiadat hanyalah satu
To Limutu Hulondalo Di Limboto Gorontalo
Adati bo’ungo panggalo Adat istiadat hanyalah
serumpun

vii. Bolo po’o amaliya Tinggallah kalian


mengamalkan
Adati saraIya Adat dan tuntunan agama
Umalo pilo dantiya Yang kalian telah ikrarkan
Dahawa u ohuliya Jagalah jangan kamu
lepaskan

viii. Palebohu pulitiyo Nasihat adat terakhir


DuAwo de’u mopiyo Kami doakan untuk
kemuliaanmu
Lumayito piyohiyo Terus menerus beroleh
kebaikan
MolaIto tineliyo Terus bersinar terang
benderang

E-Book Pohutu Moponika 122


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
c. Baate lo Hulondalo
i. Bismillah momale bohu Dengan nama Allah mulia
menasihati
To bulentiti bohu Kepada pengantin baru
Toduwolo modungohu Dengarlah baik – baik
Ajari pale bohu Nasihat secara adat
Potalo mo’o piyohu Mudah - mudahan
bermanfaat

ii. Donggo bohu bikiri Masih baru rumah


tanggamu
Po ela po mikili Ingatlah dan berpikirlah
Yinggila ubunggili Tinggalkan sifat kikir
Tolai ujaahili Jauhkan kebatilan
Eelayi u akhili Ingatlah kemudian hari

iii. Bulentiti mopiyo Pengantin nan mulia


Lomake taluwo liyo Dengan pakaian kebesaran
nan menarik
Taje uwa bitu’io Lengkap dengan pedangmu
Bitu’io taje uwa Pedang pelengkapnya
Wamba’o mo ponuwa Berkasih kasihanilah kamu

iv. Banta po totawala Ananda waspadalah


Tonu lo’ia to dala Berbagai fitnah nan
didengar
Dila binggila bantala Jangan disimpan dalam hati
Ohe bolo tapala Jaga jangan akan berlarut
O buto’a lo kapala Sampai diketahui pejabat
Muli lo’u lawusala Kembali kamu cerai berai

E-Book Pohutu Moponika 123


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
v. Utiya upolahuli Kami pesankan
To tahuda to wungguli Dalam hikayat dan sejarah
Wonu tolohu towuli Bila kamu ingkar janji
Upiyo moti ngguli Kebahagiaan akan
menghindar
Motingguli to ladenga Kembali pada sumbermu
To ladenga li papamu Sumber dari ayahmu
Bangga biya li mamamu Kepribadian ibundamu

vi. Bangga hulawa iyahu Kepribadian nan agung


Bilaluta yilamahu Dan dipelihara dengan baik
Yilowale tomiyahu Rumah tanggamu akan
subur
Wonu mopiyo biyahu Bila kamu pelihara dengan
baik
Mo mungo lo tomiyahu Akan berubah dengan subur
Umopiyo molamahu Bagaimanapun yang baik
akan mulia

vii. Hene pelehiya Janganlah janganlah


Ti dilemu dila bolo wohi wohiya Jangan izinkan
bergaul semuanya
To tawu ngopohiya Dengan sembarang orang
Bolo otala boliya Akan menimbulkan salah
tafsir
Lo ta ohale hi deliya Bagi orang lain
Mo’o putu hidiya Meretakkan kerukunanmu

E-Book Pohutu Moponika 124


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
viii. Wonu wombu tumuwoto Bila anda memasuki
pergaulan
To olate to pu’oto Laksana masuk dalam jala
Wonu bolo mo awoto Modalmu dalam pergaulan
Hale u labo laboto Kerendahan hatilah nan
paling utama
Wonu mo titiwoyoto Bila kau rendah hati
Umopiyo dumo’oto Kebaikanlah menyertaimu
Tambiya lo wolipopo Sinar terang tetap berpencar

ix. Wonu wombu tumuwango Bila cucunda


memasuki pergaulan
To olate tinggawango Laksana memasuki jala ikan
Wonu bolo modumango Bila anda bertamu
Diila potiti wanggango Hindarilah kesombongan diri
Umopiyo mo tontango Segala kebaikan akan
menghindar
Boli tambiya lo lango Umpat dan cela akan
menyertaimu

x. Dila potiti uda’a Janganlah mempertinggi


hatimu
Mo’o putu ongo angala’a Meretakkan
kekeluargaanmu
Mali hi wamba wamba’a Akan jadi terpisah – pisah
Tunggulo mo tataamba’aDan saling tuduh menuduh
Mali pali dudula’a Menimbulkan luka besar
dalam keluarga

E-Book Pohutu Moponika 125


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
xi. Dila potiti langgato Jangan merasa diri tinggi
Mo’o putu umohutato Meretakkan persaudaraan
Wawu meme huwato Sehingga dapat
mengakibatkan
Tunggulo mali tulapo Onak dan duri
To hilawo ode mato Dalam hati dan matamu

xii. Bo tohale halelo Hanya dalam kepribadianlah


Odutuwa lo tinelo Tempat bersinar cahaya
keagungan
Bo tolaku lakulo Hanya pada wajah yang
menariklah
Odutua lotanggulo Letaknya
keharuman/kehormatan diri

xiii. Hiyambola dudangata Sedangkan parutan kelapa


O’ayua o bahasa Memiliki tingkah dan laku
Hiyambola popaluwa Sedangkan tungku
O bahasa o’ayua Memiliki tingkah dan laku

xiv. Dungohi mayi utiya Dengar baik – baik


Tonu tonu uyiloIya Segala sesuatu yang
dikatakan
Lo tonula tahe po me’atia Oleh siapapun yang
memberi nasihat
Ito to delomo dunia Kepada kita dalam dunia ini
Bo monasehatiya Kita saling nasehat
menasehati
Bo motatahuliya Dan saling ingat
mengingatkan

E-Book Pohutu Moponika 126


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
To dalala ilopiya Atas jalan yang diridhai
Lo Allahu ta’aala mulia Oleh Allah Subhanahu
wataAla

xv. Tahuda li papa li uwa Pesan ayah dan leluhurmu


Bantala wawu tahuwa Simpanlah dalam kalbumu
Dila tonu odutuwa Janganlah abaikan
Amalia po hutuwa Amalkanlah dengan
perbuatanmu

xvi. Palebohu maa yilapato Nasihat sudah usai


Bolo woluwo u lehuwato Kalau ada yang agak tegas
Meyambola le tapato Ataupun agak menyimpang
MaApu mongo wutato Maaf wahai saudara -
saudara

xvii. Palebohu maa lopulito Nasihat sudah selesai


Bolo woluwo u dila odito Kalau ada yang hilaf
Meyambola lo’o pahito Ataupun menyinggung
Ma’apu pali – palito Maaf seluruh hadirin
d. Baate lo Bulango
i. Bismillah wato tiya Dengan nama Allah
Molumulo mo lo’ia Memulai menyampaikan kata
kata
To o’ambuwa botiya Dalam pertemuan ini
Bismillah momale bohu Dengan nama Allah mulai
menasehati
Wombu lo’o dile bikir bohu Cucunda kawin masa
remaja

E-Book Pohutu Moponika 127


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Agama pilo loohu Agama sebagai dasarnya

ii. Bulentiti duluwo Kedua mempelai


Timongoli po sukulu Kamu berdua bersyukurlah
Ode Allah ode Rasulu Kepada Allah dan Rasul
Lodile to atulu Kawin dengan teratur
Ongongala’a longatulu Seluruh keluarga bersatu
mengurusnya
Ulipu lo tombulu Kedua negeri yang
mengupacarakan

iii. Bulentiti duluwo Kedua mempelai


Malo todula botiya Tepat pada hari ini
Timongoli tahuliya Kamu berdua kami
pesankan
Pomake hale opipiya Pakailah hati nan mulia
Alihu ma opujiya Kamu berdua akan terpuji
Lo ta motitinggayiya Oleh sainganmu

iv. Ti mongoli po luwoto Kamu berdua perhatikanlah


Pilli mo limomoto Tingkah laku yang baik
Uwito ulabo laboto Itulah yang tinggi dari
semuanya
To’u malo mo aawoto Dalam dunia pergaulan

v. Bulentiti duluwo Kedua mempelai


Malo hii hiiyala Kini kamu telah menjadi suami
isteri
U hina po’o taala Kehinaanlah yang harus
dijaga

E-Book Pohutu Moponika 128


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Diya boti po bisala Janganlah saling bertengkar
Wonu data bisala Bila sering terjadi
pertengkaran
To’u hii hiiyala Diantara suami isteri
Molinto bu’ala Itulah sumber perceraian
Wonu mo’awala Kalau berlarut larut
Mo’o tunggulo Kapala Dapat menjadi persoalan
pejabat
Mo’o bu’a hiyala Menimbulkan perceraian
Muli lo’u lawusala Kembali sendiri sendiri

vi. Bulentiti duluwo Kedua mempelai


Dila po titi uda;a Janganlah angkuh
Wolo mongo udula’a Terhadap orang tua
Wonu motiti uda’a Bila kalian angkuh
Wolo mongo udula’a Terhadap orang tua
Mo’o tapu dusa da’a Besarlah dosanya

vii. Bulentiti duluwo Kedua mempelai


Bo potiti woyoto Tapi hormatilah
Wolo mongo udula’a Terhadap orang tua
Rahmatimu uda’a Rahmat besar dikau peroleh

viii. Bulentiti duluwo Kedua mempelai


Dila potiti langgato Janganlah merasa dirimu
lebih tinggi
Wolo mongo wutato Terhadap saudara
saudaramu
Bo mongo mongo wutatolo Hanya saudara
saudaramulah

E-Book Pohutu Moponika 129


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Ta bebasi tiyangolo Yang gampang kau ajak
To karaja mo totolo Dalam pekerjaan yang sulit
To tawu ngopohiya Terhadap orang lain
Dila obeebasiya Tidak bebas kau ajak
Donggo odito odiya Masih banyak tuntutan
Dadata lo’ia Dan banyak omongannya

ix. Dila potiti uda’a Janganlah membesarkan diri


Wolo ungongala’a Dengan handai tolanmu
Wonu motiti uda’a Bila kau membesarkan diri
Wolo ungongala’a Dengan handai tolanmu
Mali bua bua’a Kemanapun dikau tak akan
diterima

x. Bo tohale halelo Hanya berkepribadian


tinggilah
O luntuwa lo tinelo Tempat bertengger sinar
terang
Bo to huhutulo Hanyalah dalam
perbuatanmu
Mo’o piyohe tanggulo Meninggikan martabatmu

xi. Dunggolo mo’o baya Berdoalah mengikuti jejak


Oli yombu oli uwa Orang tua dan leluhurmu
Lohalao lo humbuwa Berkembang baik dan
bersatu
Lo ula’i lo ubuwa Baik pria maupun wanita
Mo’o piyo lahuwa Dengan martabat nan mulia
To’u limo lo lingguwa Di lima kerajaan ini

E-Book Pohutu Moponika 130


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
e. Baate lo Atingola
i. Wombu duluwo pototala Cucunda berdua berkasih
kasihanlah
Tonu lo’ia todala Segala bentuk fitnah
Made binggila bantala Jangan simpan dalam hati
Wonu hinggila bantala Bila kamu simpan dalam
hati
Mo’o bu’a hiyala Menimbulkan perpisahan
Lohuwalingo lawusala Kembali kamu berpisah pisah

ii. Wombu upolahuli Cucunda inilah pesanku


To tahuda to wungguli Di hikayat dan di sejarah
Wonu tolohu towuli Bila kamu ingkar janji
Umopiyo moti nguli Kebaikan akan menghindar

iii. Wombu dila potiti wanggango Cucunda jangan


menyombongkan diri
Wanu motiti wanggango Kalau kamu
menyombongkan diri
Umopiyo mo tontango Segala kebaikan akan
berguguran
Dila tumuhu tumango Tidak beroleh hasil dan
berkembang
Boli tambiya lo lango Kejelekan akan menimpamu

iv. Bo potiti woyoto Tapi, rendah hatilah kamu


Wonu motiti woyoto Kalau kamu rendah hati
Umopiyo dumo’ato Kebaikan akan kekal
Tumuhu donggo huboto Tumbuh subur walau masih
muda

E-Book Pohutu Moponika 131


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Bili tambiya lo woli popo Dan sinar terang
menyertaimu
Ongongala’a dumo’oto Kerukunan keluarga terjamin
dengan baik

Palebohu selesai. Sementara itu suguhan kopi segera


dilaksanakan untuk menandai bahwa tamu – tamu sudah
boleh meninggalkan rumah pengantin perempuan. Tamu –
tamu memberikan ucapan selamat kepada kedua mempelai.
Utolia lundu dulungo lai’o memaklumkan kepada utolia
lundu dulungo wolato bahwa akan diadakan acara modelo.

Catatan :
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Pelaksanaan acara pernikahan tidak mengganggu waktu shalat.
2. Resepsi pernikahan dilaksanakan pukul 19.10 wita.
3. Selalu menggunakan nama hari (Ahad) dalam setiap kali encantuman nama
hari.

E-Book Pohutu Moponika 132


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Al Buhari. “Syahihul Buhari” Toha Putra Semarang.
Abbas, Siradjuddin. KH. “40 Masalah Agama” Jilid II
Abi Zakariya, Yahya Bin Syarif Annawawi . “Riadlus Zhalihin” Toha Putra Semarang
Alauddin Ali Bin Muhammad Al-khazim 1375 H/1955M “Tafsir Khazim” juz IV.
Mekah
Abi Hamid Muhammad Bin Muhammad Al Gazali, “Siaru Saalikin” jilid 1 : Toha Putra
Semarang.
Abi Husain Muslim Bin Huzzaz Al Gusairi an Naisaburi. “Syarah Muslim” juz 7 :
Penerbit Kitab Dahlan Indonesia
Alhafid Ibnu Hazar Alaskalani. “Bulugul Maram” : Percetakan Salim Bin Said
Madham
Abi Abdi Mubti Muhammad Bin Umar Bin Ali Nawawi . “Nihayatuzzin” : Bankul Annda
Surabaya.
Bastians, J. 1938. “Het Verband Tusschen Limboto en Gorontalo”. Nederland :
Tijdschrift Voor Indische Taal-Land Volkenkunde Van het
Bataviaasch Genootschap Van Kunsten en Wetenschapfen,
Amsterdam ( TBG )
………….1939. “Batato’s in het Oude Gorontalo in het Verband met den
Gorontaleeschen Staatbouw”. Nederland: Tijdschrift Voor
Indische Taal-Labd Volkenkunde van het Bataviaasch
Genooschop Van Kunsten en Wetenschappen Amsterdam
Gazalba, Siddi. 1961. “Pengantar Kebudayaan Sebagai Ilmu”, Bentuk – bentuk
Kebudayaan Tentang Tingkat Pengetahuan Menengah dan
Perguruan Tinggi. Jakarta Pustaka Antara
………………. 1966. “Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu”. Jakarta : Bhratara
Haga, B.J. Dr.1931. “De Lima Pohalaa Gorontalo, Volksordening, adatrecht en
bestuurpolitiek”. Nederland : TBG
Hazami, Syafi’I. K.H. M. 1982. “100 mas’alah agama” : jilid IV : Menara Kudus
Haekal, Husain, Moh. 1987. ”Sejarah Muhammad Rasulullah” : Inter Masa : Jakarta
Hoesin Moehammad. 1970 “Adat Atjeh”. Banda Atjeh : Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Propinsi Daerah Istimewa Atjeh
Hidayat, Taufik, Rahmat, CS. 1998. “Almanak Alam Islami” : Pustaka Jaya Bandung.
Isa, Ahmad Drs. 1974. “Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Hukum
Perkawinan Adat Gorontalo” : Manado : IKIP
Juwono, Harto. Hutagalung, Yosephine. 2005 “Limo lo Pohalaa” : Sejarah Kerajaan
Gorontalo. Ombak. Jogyakarta.
Jalaluddin Abdurrahman Bin Abu Bakri Assyuthy. 1966. “Jamiussagir” Darul Qalam
Mesir.
Yunus, Mahmud. H.Prof.1968 “Hukum Perkawinan Dalam Islam” Jakarta : Al
Hidayah
Kaloekoe, D. 1962. “Sejarah Penobatan Sultan yang Gagal”. Gorontalo
Sanggar Gelatik

E-Book Pohutu Moponika 133


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Kaluku, K. 1965. “Hukum Adat Perkawinan Suku Bangsa Gorontalo”. Jogya :
HPMIG
Kaluku, Kuno, 1968a “Lukisan Segi Kebudayaan dari Limo lo Pohalaa (Gorontalo)”.
Gorontalo : Sanggar Gelatik
………………, 1968b “Sekuntum Bunga Kebudayaan Limo lo Pohalaa”.
Gorontalo: Sanggar Gelatik
Koentjaraningrat.1974a “Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan”. Jakarta :
Gramedia
………………. 1974 b. “Pengantar Antropologi”. Jakarta : Aksara Baru
………………… 1980. “Beberapa Pokok Antropologi Sosial”. Jakarta : P.T Dia
Rakyat
Lipoeto, M. 1943. “Sejarah Gorontalo” (Oedoeloewo Looe Limo Lo Pohalaa) Djilid I-
IV Gorontalo
… ……………, 1945 “Sejarah Gorontalo”. Dua Lima Pohalaa (Djilid V-VI) Gorontalo
…………………, 1949 “Sejarah Gorontalo”. Dua Lima Pohalaa (Djilid VII-XI)
Gorontalo
………………, 1950 “Sejarah Gorontalo”. Dua Lima Pohalaa (Djilid XII-XIII)
Gorontalo
Mohammad Nawawi Al-Bantani. “Madarijus Shu’udi” (2) : Darul Ihya : Indonesia
Mohammad Amin Al Qudri. “Tanwirul Qulub” : Toha Putra Semarang.
Pateda, Mansoer.Drs. 1978 “Kamus Bahasa Gorontalo-Indonesia”. Gorontalo. IKIP
Cabang Gorontalo.
Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo. 1985 . “Empat Aspek Adat Daerah
Gorontalo” : Kerja sama dengan FKIP UNSRAT Manado di
Gorontalo.
Polontalo, Ibrahim, Drs. 1979. “Air sebagai salah satu sumber Terbentuknya
Kebudayaan dan Adat Istiadat Suku Gorontalo” : IKIP Cabang
Gorontalo
Riedel, J.G. 1968. “Kerajaan-kerajaan Gorontalo, Limutu, Bone, Bualemo dan
Katinggola atau Andagile” (Terjemahan dan Saduran N.
Mooduto dan S.R. Nur, SH.) Gorontalo : UII Gorontalo.
Sunaryo, R.H.A. Prof. SH. 1971. “Al-Quran dan terjemahannya”. Jakarta
Supomo, R. SH. Dr. Prof. 1959. “Kedudukan Hukum Adat dikemudian hari”. Jakarta :
Jambatan
Taco, Richard. 1935. “Het Volk Vaf Gorontalo Historisch Tradisioneel,
Maatschappelijk, Cultureel, Sociaal, Karakteristiek en
Economisch, Nederland : TBG.
Taco, Richard. 1956. Kebudayaan Suku Bangsa Gorontalo, Gorontalo :
Tomiyahu Kebudayaan Lo Lipu.
Tuloli, Nani. Drs. 1979. “Ragam Sastra Daerah Gorontalo”, Gorontalo : IKIP Cabang
Gorontalo.
Taqiyuddin Abii Bakrin bin Muhammad bin Husain Al Husny Addamsyiq Assyafi’I
“Kifayatul Akhyar” Ulamaul Qur’an juz I : Toha Putra Semarang
Usman Bin Hasan Bin Ahmad Assyakir Alhawibawir . “Durratun-naasihiin” : Toha
Putra Semarang

E-Book Pohutu Moponika 134


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
LAMPIRAN :
Gambar 1. Alikusu ‘gapura adat’ Payu lo Hulontalo

Skets : Hi. D. K. Usman

Gambar 2. Tambibala / Buulita ‘Tempat Persidangan Adat’ Payu lo Hulontalo untuk


Gubernur, Bupati, Walikota.

E-Book Pohutu Moponika 135


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Skets : Hi. D. K. Usman

Gambar 3. Tambibala / Buulita ‘Tempat Persidangan Adat’ Payu lo Hulontalo Untuk


Huhuhu, Wuleya lo Lipu, wali-wali moali.

Skets : Hi. D. K. Usman


Gambar 4. Tolitihu ‘Tangga Adat’ lo Olongia Payu lo H lontalo

Skets : Hi. D. K. Usman

E-Book Pohutu Moponika 136


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Cataran :
- Terdiri dari 7 (tujuh) ruang
- Setiap ruang berisi 7 (tujuh) bilah (bilo-bilo)
Gambar 5. Tolitihu ‘Tangga Adat’ lo Huhuhu Payu lo Hulontalo

Skets : Hi. D. K. Usman


Cataran :
- Terdiri dari 5 (lima) ruang
- Setiap ruang berisi 7 (tujuh) bilah (bilo-bilo)

Gambar 6. Tolitihu ‘Tangga Adat’ lo Wulea lo Lipu Pay lo Hulontalo

Skets : Hi. D. K. Usman


E-Book Pohutu Moponika 137
Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Cataran :
- Terdiri dari 4 (empat) ruang
- Setiap ruang berisi 7 (tujuh) bilah (bilo-bilo)

Gambar 7 Alikusu ‘gapura adat’ Payu lo Limutu

Skets : Hi. A.W. Lihu

Gambar 8 Tambibala / Buulita ‘Tempat Persidangan Adat’ Payu lo Limutu, bentuk 2


(dua) bangunannya sama dengan Payu lo Hulontalo namun
perbedaannya pada jala-jala. Jala-jala payu lo Limutu seperti di
bawah ini.

E-Book Pohutu Moponika 138


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Gambar 9 Tolitihu ‘Tangga Adat’ lo Olongia Payu lo Lim u

Skets : Hi. A.W. Lihu


Cataran :
- Terdiri dari 7 (tujuh) ruang
- Setiap ruang berisi 8 (delapan) bilah (bilo-bilo)

Gambar 10. Tolitihu ‘Tangga Adat’ lo Huhuhu Payu lo Limutu

Skets : Hi. A.W. Lihu

E-Book Pohutu Moponika 139


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
Cataran :
- Terdiri dari 5 (lima) ruang
- Setiap ruang berisi 8 (delapan) bilah (bilo-bilo)

Gambar 11. Tolitihu ‘Tangga Adat’ lo Wulea lo Lipu Payu lo Limutu

Skets : Hi. A.W. Lihu


Cataran :
- Terdiri dari 4 (empat) ruang
- Setiap ruang berisi 8 (delapan) bilah (bilo-bilo)
-

E-Book Pohutu Moponika 140


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
HASIL SEMINAR ADAT GORONTALO 2007

Tim Perumus terdiri dari :

1. Unsur Akademisi Prof. DR. Hi. Mansur Pateda


2. Tokoh Adat Lo Hulondalo Hi. D. K. Usman
3. Baate Lo Limutu Hi. A. W. Lihu
4. Baate Lo Hulondalo Drs. Karim T. Laiya
5. Kadli Lo Hulondalo KH. Drs. Abdul Rasyid Kamaru, M.Ag
6. Kadli Lo Limutu KH. A.R. MoloU
7. Baate Lo Atinggola Selu Tondako
8. Baate Lo Tilamuta Hi. Alwi Kadji
9. Baate Lo Tomilito Raden Husain
10.Budayawan Hi. Yamin Husain, SE
11.Ti Pomaguwo Hi. Sartono Habie
12.Ti Tibawa Alex Bobihoe, BA
13.Unsur Akademisi Prof. DR. Hi. Yosep Paramata
14.Unsur Akademisi Prof. DR. Hamzah Uno
15.Unsur Akademisi Drs. Usman Kaharu, M. Si
16.Unsur Al-Kautsar Drs. Hi. Syamsuddin Tuli
17.Unsur Al-Kautsar Drs. Hi. Muhammad N. Tuli, M. Ag
18.Unsur Al-Kautsar Drs. Sofyan KaU, M. Ag
19.Unsur Al-Kautsar Drs. Mubasir KaU, M. Ag
20.Unsur Al-Kautsar Irwan Usman, S.Ag. M.Hi
21.Pemerhati Adat Mansyur Amuntu
22.Unsur Pemda Kab. Gorontalo Usman Miolo, SE
23.Unsur Pemda Kab. Gorontalo Djeni Karim, S.Ag

Tim Edit/Penyunting :
1. Prof. Dr. Hi. Masyur Pateda
2. Hi. D. K. Usman
3. K.H. Drs. Abd. Rasyid Kamaru, M.Ag
4. Hi. A. W. Lihu
5. Usman Miolo, SE

E-Book Pohutu Moponika 141


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014
E-Book Pohutu Moponika 142
Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Gorontalo Tahun 2014

Anda mungkin juga menyukai