Anda di halaman 1dari 2

AKU DAN BUNG TOMO

KARYA : ILHAM FITRIO N.R.

Sabtu sore setelah pulang sekolah, Aku, Adi, Arum dan Sena berencana akan
bermain di rumah Adi. Mereka akan bermain di rumah Adi pada hari minggu pagi,
akan tetapi Arum tidak bisa bermain ke rumah Adi, karena membantu ibu berjualan di
pasar. Setelah mereka selesai merencanakan, mereka langsung pulang ke rumah
masing – masing, karena hampir maghrib. Sesampainya di rumah mereka langsung
mandi dan pergi ke masjid untuk sholat maghrib.
Keesokan harinya, minggu pagi yang cerah Aku, Adi dan Sena berkumpul di
rumah Adi dengan senang, kami memilih bermain petak umpet. Terlebih dahulu kami
suit, dengan senang hati aku pun yang menjadi pencari. Sesudah aku selesai berhitung
Aku langsung mencari Adi dan Sena. Aku mencari Sena dulu, setelah 5 menit Aku baru
menemukan Sena yang sembunyi di balik semak – semak yang lebat.
Giliran aku mencari Adi dengan senang, cukup lama juga Aku mencari Adi.
Hampir 10 menit aku terus mencari Adi, setelah 15 menit Aku belum juga menemukan
Adi. Aku pun beristirahat sejenak selama 1 menit,setelah beristirahat Aku melanjutkan
mencari Adi. Setelah 5 menit terdengar suara minta tolong, Aku bergegas untuk
menghampirinya. Rupanya suara orang yag minta tolong itu adalah Adi.
“Di, ada apa kok kamu teriak minta tolong ?” tanyaku. “Tolong Aku Ilham, aku
terperangkap dalam lubang ini.” Jawab Adi. Tidak lama kemudian Sena datang di
tempat persembunyian Adi. “Di, Kenapa kamu disitu ?” tanya Sena. “Aku terperangkap
di lubang ini.” Aku dan Sena berusaha mengeluarkan Adi dari perangkap. Hampir 1
jam Aku dan Sena belum bisa mengeluarkan Adi dari perangkapnya. Setelah 1 jam
Aku mendapat bantuan dari Arum.
“Di, kamu kenapa ada disitu ?” tanya Arum. “Tolonglah aku Arum, Aku
terpeleset dan terperangkap di lubang ini.” “Gak apa – apa, Insyallah kami akan
menolongmu.” Ujar Arum.setelah itu Aku, Arum dan Sena bergegas menolong Adi.
Tapi terdengar dentuman keras dan mereka terseret masuk kedalam lubang itu.
“Dimana kita???” mereka berempata bertanya hampir bersamaan.
“Tempat apa ini ?” Arum dan Sena bertanya sambil menatap tembok
sekelilingnya yang memancarkan kuning keemasan.
Tiba – tiba muncul dihadapan mereka laki – laki bertubuh kekar, “Siaa….pa
kamu ?” sambil badan gemetar Adi memberanikan diri untuk bertanya.
“Bung Tomo…..!” suara mereka seperti tercekat, “Ya benar akulah Bung Tomo
yang membela tanah air, hingga tanah air merdeka.” “Kenapa bapak disini ?” tanyaku.
“Akum au bertanya kepada kalian.” “Tanya apa pak ?”
“Apa yang sudah kamu lakukan untuk membela tanah air ?” kemudian mereka
menjawab dengan jujur.
“Saya berusaha mengikuti acara – acara semuanya.” Aku menjawab agak ragu
– ragu.
“Saya berusaha mematuhi peraturan yang ada.” Adi menyahut
“Saya berusaha datang tepat waktu saat sekolah.” Arum menjawab.
“Saya membantu orang tua setiap hari.” Sena menyahut.
“Belum cukup, kalian semua harus menambahkan 1 jawaban lagi untuk bisa
kembali ke tempat semula.” Laki – laki itu semakin mendekat. Aku dan teman – teman
ku berfikir keras untuk menjawab pertanyaan Bung Tomo. Setelah setengah jam
berfikir Adi mulai membuka pembicaraan.
“Saya selalu aktif mengikuti pembelajaran di sekolah.” Adi mulai mengajukan
ide.
“Saya berusaha tidak menyontek waktu ulangan.” Aku menjawab dengan jujur.
“Saya selalu patuh kepada orang tua dan guru.” Arum menimpali dengan keras.
“Saya selalu rajin belajar setiap hari.” Sena berkata sesuai dengan hati
nuraninya.
Selesai Sena menyelesaikan kalimatnya, terdengar dentuman keras.
Buumm…..! mereka saling berangkulan, seakan – akan ada yang mengangkat kami.
Tiba – tiba kami sudah kembali ke rumah Adi. Kami saling mengusap mata, seakan
tidak percaya dengan peristiwa yang kami alami.
“Benar kata Bung Tomo tadi…..” Adi berbisik.
“Ya, kita tidak cukup hanya dengan kebaikan.” Arum berbicara pelan.
“Ya, kita juga harus rajin belajar untuk membela tanah air.” Sena berbicara
keras.
Selesai berbicara kami pun pulang ke rumah masing – masing, karena sudah
dzuhur. Sejak hari itu mereka rajin belajar untuk membela tanah air dan untuk meraih
cita – cita kami.

Anda mungkin juga menyukai