Bab 1
Bab 1
PENDAHULUAN
Dunia saat ini sedang dihadapkan pada krisis lingkungan. Krisis tersebut
Indonesia kian hari kian parah. Kondisi tersebut secara langsung telah mengancam
alam. Penyebabnya bisa jadi karena dua faktor yaitu peristiwa alam dan ulah
ecologies). Pada posisi seperti itu, manusia adalah makhluk yang memiliki
1985: 62).
٤١ َض ٱلَّذِي َع ِملُوا لَعَلَّ ُه ۡم يَ ۡر ِجعُون َ ساد ُ فِي ۡٱلبَ ِر َو ۡٱلبَ ۡح ِر بِ َما َك
ِ َّسبَ ۡت أ َ ۡيدِي ٱلن
َ ۡاس ِليُذِيقَ ُهم بَع َ َظ َه َر ۡٱلف
َ
Zaharal fasādu fil barri wal bahri bimā kasabat aidin nāsi liyuziqahum badal lazī
amilū la'al lahum yarjiūn.
Artinya:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum; 41)
ibnu Abdullah ibnu Yazid ibnul Muqri, dari Sufyan, dari Hamid ibnu Qais Al-A'raj,
1
2
darat dan di laut. (Ar-Rum: 41) Bahwa yang dimaksud dengan rusaknya daratan
ialah terbunuhnya banyak manusia, dan yang dimaksud dengan rusaknya lautan
ialah banyaknya perahu (kapal laut) yang dirampok. Menurut tafsir al mu'tabar
surat Ar-Rum ayat 41 bisa menjadi dalil tentang kewajiban tentang melestarikan
lingkungan hidup, sebab terjadinya berbagai macam bencana juga karena ulah
oleh manusia ini justru lebih besar dibanding kerusakan akibat bencana alam karena
kerusakan yang dilakukan bisa terjadi secara terus menerus dan cenderung
meningkat, kerusakan ini umumnya disebabkan oleh aktivitas manusia yang tidak
Islam di Indonesia dewasa ini. Sudono (2011) menyebutkan bahwa sumber daya
Insani (SDI) adalah orang-orang yang ada dalam organisasi yang memberikan
tujuan organisasi. SDI sebenarnya sudah dijelaskan di dalam firman Allah Swt QS.
kemudian dikuatkan dalam firman Allah SWT di QS. Shaad ayat 26, yaitu:
Yā dāwū du innā ja'alnā ka kalifatan fil arḍi fahkum bainan nā si bil haq qi wa lā
tat tabi il haw ā fayudil laka an sabilillāh innal lazina yadil lūna an sabilillā hi
lahum azābun sadidun bimā na sū yaumal hisāb
Artinya:
“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di
muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari
jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan
mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (QS.
Shaad: 26)
baik dari segi kualitas maupun kuantitas, menandakan bahwa peran serta sumber
memainkan perannya dengan cukup baik, namun kita akui bersama bahwa kualitas
sumber daya insani ekonomi Islam saat ini masih jauh dari kata ideal, dikarenakan
sumber daya insani saat ini menjalankan perannya hanya pada tataran fungsi dasar
sistem operasional, namun belum menyentuh aspek yang paling penting, yakni
filosofi dan ideologi dari ekonomi Islam sehingga meskipun tingkat pertumbuhan
terus meningkat dari tahun ke tahun, kualitas sumber daya insani ekonomi Islam
Selain berkemampuan spesial dan khusus, sumber daya insani ekonomi Islam juga
duniawi dan ukhrawi secara simultan sebagai manusia yang pada dasarnya
merupakan pemimpin seperti yang difirmankan Allah SWT dalam surat Al-Baqarah
ayat 30.
4
ٗۖ َٰٓ
ِ ل فِي ۡٱۡل َ ۡرٞ َو ِإ ۡذ قَا َل َربُّكَ ِل ۡل َملَئِ َك ِة ِإنِي َجا ِع
ِ ُض َخ ِليفَة قَالُ َٰٓوا أَت َۡج َع ُل فِي َها َمن ي ُۡف ِسدُ فِي َها َويَ ۡس ِفك
ٱلد َما َٰٓ َء
٣٠ َِس َل ۖٗكَ قَا َل ِإنِ َٰٓي أ َ ۡعلَ ُم َما ََل ت َعۡ لَ ُمون
ُ سبِ ُح ِب َحمۡ دِكَ َونُقَد
َ َُون َۡح ُن ن
Wa iz q āla rabbuka lil mala ā'ikati innī j ā'ilun fil ardi khalīfah(tan), qālū ataj'alu
fīhā may yufsidu fīhā wa yasfikud dimā'(a), wa nahnu nusabbihu bihamdika wa
nuqaddisulak(a), qāla innī a'lamu mālā ta'lamūn(a).
Artinya :
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya
aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al Baqarah;
30)
Menurut Ibnu Katsir, Imam Al-Qurthubi dan ulama yang lain telah
masalah-masalah lain yang tidak dapat terselesaikan kecuali dengan adanya imam
(pimpinan). Manusia diberi tugas dan tanggung jawab untuk menggali potensi-
potensi yang terdapat di bumi ini, mengolahnya, dan menggunakannya dengan baik
sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah SWT, dengan karakteristik yang telah
disebutkan di atas tadi, tampaknya masih banyak pekerjaan rumah yang harus
komunitas yang peduli terhadap kelestarian alam memang diakui telah memberikan
Indonesia yang memiliki wilayah luas dan penduduk relatif besar dengan segala
persoalan lingkungan yang dihadapi. Selain itu, pelestarian alam ini tidak cukup
hanya berbentuk fisik saja, seperti mengadakan penanaman atau penghijauan alam
kembali, karena tidak dapat dipungkiri bahwa di belahan bumi Indonesia lainnya
terjadi penebangan hutan liar yang tidak terkendali dan tidak bertanggung jawab.
fiqh ( )فقهsecara bahasa terdapat dua makna. Makna pertama adalah al fahmu al
mujarrad ()المجرد الفهم, yang artinya adalah mengerti secara langsung atau sekedar
mengerti saja. Menurut Muhammad bin Mandhur, Lisanul Arab, madah: fiqih Al
Mishbah Al Munir, Kata fiqh yang berarti sekedar mengerti atau memahami,
Menurut bahasa (etimologi) fiqh memiliki akar kata f-q-h yang bermakna
inilah yang menjadi pedoman utama umat Islam pada umumnya, khususnya orang-
dimulai dari periode Rasulullah. Periode ini dimulai sejak kerasulan Muhammad
SAW sampai wafatnya Nabi SAW (11 H./632 M.). Pada periode ini kekuasaan
ketika itu adalah Al-Qur'an dan sunnah Nabi SAW. Pengertian fiqh pada masa itu
6
identik dengan syarat, karena penentuan hukum terhadap suatu masalah seluruhnya
ini dimulai sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW sampai Mu'awiyah bin Abu
fiqh pada periode ini, disamping Al-Qur'an dan sunnah Nabi SAW, juga ditandai
dengan munculnya berbagai ijtihad para sahabat. Ijtihad ini dilakukan ketika
persoalan yang akan ditentukan hukumnya tidak dijumpai secara jelas dalam
nash. Ketiga, periode fiqh pada masa tabi’in. Pada masa ini fikih Islam mengalami
kemajuan yang sangat pesat sekali. Para ulama berijtihad mencari ketetapan
paraُ sahabatُ danُ tabi’in,ُ tafsirُ al-Qur’an,ُ kumpulanُ pendapatُ imam-imam fiqih,
dan penyususnan ushul fiqih. Juga terdapat periode kemunduran dan kemajuan fikih
sebagai bagian yang signifikan dari kurikulum yang diajarkan, bahkan di pesantren
biasanya fiqh dijadikan sebagai mata pelajaran primadona. Tradisi fiqh yang
konsisten terhadap rujukan wahyu, penggunaan logika secara ketat, dan selalu
mengakomodir realitas empiris yang mengiringi ruang dan waktu kapan dan di
mana seorang yurist (faqih) hidup dan berkarya dalam kerangka mencapai
kemaslahatan umat sebagai maksud diturunkannya syariah. Oleh karena itu, fiqh
bukan untuk fiqh, melainkan fiqh untuk kemaslahatan umat, yang dimaksudkan
7
untuk menjawab permasalahan umat sepanjang sejarah dan di segala ruang di mana
lingkungan hidup dan sosial budaya di sekitarnya. Artinya, dari segi materi,
pembelajaran fiqh masih berkutat pada masalah ibadah mahdah saja, seperti seputar
masalah bersesuci, salat, puasa, ibadah haji, atau lebih luas sedikit, yakni masalah
muamalah seperti jual beli, sewa menyewa, dan lain sebagainya. Materi fiqh yang
sekitar sebagaimana yang diuraikan di atas masih belum terlihat secara artikulatif
Islam dan merupakan bagian dari pendidikan warga (civic education) dari swadaya
baik secara mental maupun spiritual. Permasalahan yang dihadapi pesantren adalah
penyediaan kebutuhan para santri selama menuntut ilmu di pesantren, antara lain,
tempat tinggal (pondok), penyediaan kebutuhan air bersih untuk kebutuhan sehari-
hari (minum, makan, mandi, cuci), kakus dan pembuangan limbah baik padat
yang cenderung dibangun tanpa perencanaan yang matang. Artinya, secara umum,
8
pesantren. Masalah ini akan berpengaruh pada keadaan lingkungan hidup terutama
yang diadakan oleh Tunas Hijau. Tunas Hijau ialah organisasi lingkungan hidup
non-profit, kids and young people do actions for a better earth yang bermarkas di
Surabaya. Eco-pesantren secara definitif terdiri dari dua kata, yakni ecology atau
ekosistem dan pesantren, yang secara sederhana diartikan sebagai pesantren yang
bersih dan hijau. Tempat sampah juga tersedia dalam dua jenis, yaitu untuk sampah
penulis, menurut Ustadz Nur Huda selaku ketua Sekolah Tinggi Luqman Al-
Hakim, ada beberapa aspek menonjol yang dimilik Pondok Pesantren Hidayatullah
kebijakan dari yayasan terkait dengan menjaga kebersihan lingkungan baik itu di
dalam kamar santri maupun di luar kamar santri seperti kebersihan MCK,
kedua yaitu kehijauan, seperti menjaga lingkungan agar tetap hijau, keterlibatan
santri dalam merawat tanaman dari mulai menanam, menyiram, memupuk dan
bertanggung jawab apabila tanaman tersebut ada yang mati. Menurut beliau,
meskipun ada petugas taman yang bertugas pada hal tersebut namun tanggung
jawab utama tetap pada santri, petugas taman hanya membantu mengawasi dan
memelihara tanaman saat pesantren sedang libur. Adanya kegiatan mendaur ulang
sampah dari daun-daun kering menjadi humus atau kompos juga membuat
pesantren ini mendapat nilai lebih dari BLH. Pesantren ini juga menganjurkan
terkait dengan efisiensi, baik itu efisiensi air maupun efisiensi listrik, bahkan di
pesantren ini juga menampung air limbah bekas cuci tangan, wudhu dan tetesan air
pesantrennya bersih dan sehat. Lingkungan pesantren yang bersih dan sehat akan
mempengaruhi belajar para santri, sehingga lebih bersemangat dan merasa nyaman
Ujung Pangkah Kabupaten Gresik masih terlihat sangat tradisional terbukti dengan
ini serta halaman yang masih berupa tanah merah. Namun kebersihan masih tetap
terjaga serta lingkungan yang asri khas pedesaan masih sangat terasa saat peneliti
pertama kali menginjakkan kaki di sana. Hal ini dibenarkan oleh Ustadz Nafisuh
Atok atau yang akrab disapa Gus Atok, Wakil Ketua Yayasan Pondok Pesantren
bangunan lama dan tanah merah sengaja dibiarkan secara alami tanpa dipaving,
pohon-pohon yang ada juga dibiarkan sejak ratusan tahun yang lalu kecuali jika
Bangunan di sini tidak ada yang ditingkat, karena menurut beliau peningkatan
bangunan hanya akan menambah global warming. Luas pesantren ini sekitar 7
hektar, dimana 1 hektar digunakan sebagai lahan untuk berkebun. Isi perkebunan
pun bermacam-macam, dari mulai sayuran hingga buah-buahan. Bahkan ada satu
produk hasil berkebun yang cukup terkenal di masyarakat sekitar pesantren yaitu
minuman Sari Rosela. Minuman ini diproduksi sendiri oleh para santri dari mulai
mendistribusikannya.
Gus Atok mlenjutkan bahwa pada tahun 2012 Pondok Pesantren Mambaul
Ihsan pernah ikut serta dalam budidaya singkong bekerja sama dengan PT Wira
Jatim Group, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pemerintah Provisi Jawa Timur
Bancar, Kabupaten Tuban. Perusahaan tersebut memiliki lahan seluas 2.000 hektar
Blora, Jawa Tengah. Lahan yang berada di Gresik luasnya sekitar 300 hektar dan
tersebar di empat kecamatan, yaitu kecamatan Ujung Ppangkah, Sidayu, Dukun dan
Panceng, di lahan tersebut melibatkan pondok pesantren ini untuk ikut serta dalam
penanaman singkong. Pada saat itu pesantren ini menyerap 400 tenaga kerja dan
dalam satu minggu bisa menggaji sampai 80 juta rupiah selama tiga tahun, hal
tentang arti sebuah kepedulian lingkungan. Pondok Pesantren Mambaul Ihsan juga
bekerjasama dengan petani di sekitar pesantren dan para santri dengan tujuan
melatih ketrampilan santri dan masyarakat dalam bidang kehutanan dan pertanian.
Sistem kerjasama ini dibuat sedemikian rupa untuk saling menguntungkan. Pihak
PT. Kutai Timber Indonesia (KTI), Tbk. sebagai rekanan kerja menyediakan bibit
dan latihan penanaman dan membeli hasil penanaman, sedangkan penyediaan lahan
dan tenaga kerja dari pihak pesantren. Pada tahap awal yaitu tahun 2004 kerjasama
ini melibatkan petani sekitar pesantren sebanyak 20 petani dengan luas lahan 50
hektar, dan kurang lebih 50 santri juga diikutsertakan. Masih dalam hal kepedulian
lingkungan, Gus Atok melanjutkan bahwa Pondok Pesantren Mambaul Ihsan juga
berperan dalam mendampingi nelayan dalam kasus jual beli pantai di kawasan
hutan mangrove di desa Banyuurip. Pada saat itu, tahun 2012, sekitar 40 sampai 50
yang ditebangi karena kasus jual beli tersebut. Fakta yang terungkap membuktikan,
yang dikavling dan dijual, sebagaimana dilansir koran Radar Gresik (2012). Oleh
kasus tersebut ke jalur hukum, juga ikut serta dalam penanaman kembali pohon
mangrove yang sudah ditebang secara liar oleh oknum yang tidak bertanggung
jawab.
pembelajaran fiqh al-bi’ah masih masuk dalam materi fiqh muamalah dan kajian-
pesantren tersebut sangat luar biasa dalam implementasi fiqh al-bi’ah di kehidupan
sekitar pesantren sangat urgen dilakukan. Dalam penelitian ini, fiqh al-bi’ah yang
diteliti oleh penulis adalah mengenai kebijakan pondok pesantren yang ramah
prasarana di pondok pesantren. Dari sinilah diharapkan sumber daya insani yang
berkualitas dapat tercipta, karena permasalahan utama baik dalam ekonomi, politik,
sosial maupun budaya terletak pada perilaku insani. Oleh karena itu, peneliti tertarik
untuk mengetahui implementasi fiqh al-biah pesantren yang belum ikut serta dalam
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi fiqh al-
manfaat, manfaat penelitian ini secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu:
aspek kehidupan.
konsep ajaran moral tentang lingkungan yang bersumber dari Islam dan
diharapkan penelitian ini juga bisa memberi sumbangan informasi serta rujukan
untuk penelitian lebih lanjut terkait konservasi lingkungan berbasis pada ajaran
agama Islam.