Anda di halaman 1dari 2

Sistem Ketenagalistrikan Jawa Bali

Sistem Tenaga Listrik Jawa Bali ( SJB ) adalah sistem interkoneksi kelistrikan yang terbesar
se-Indonesia yang saling terhubung melalui transmisi listrik 500kV, 150kV, dan 70kV. Sistem
interkoneksi ini mempengaruhi seluruh sistem interkoneksi lainnya.

Gambar peta ketenagalistrikan Jawa Bali

Single Line Diagram Kelistrikan Jawa Bali

Dalam pengoperasiannya, sistem ketenagalistrikan di Jawa Bali dibagi menjadi 4 region.


Region 1 adalah Jakarta Raya & Banten, Jawa Barat disebut region 2, Jawa Tengah dan D.I.Y di
sebut Region 3, dan yang terkhir yaitu Jawa Timur dan Bali yang disebut dengan region 4.
Masing- masing region dikontrol oleh satu Regional Control Center (R.C.C), dengan rincian
tugas R.C.C Cawang untuk region 1, R.C.C Cigelereng untuk region 2, R.C.C Ungaran untuk region
3, dan R.C.C Waru untuk region 4. Untuk kawasan bali sendiri, terdapat Sub R.C.C yang secara
teknis fungsinya sama dengan region, tetapi secara administratif berada di bawah region 4.
Sedangkan yang mengendalikan seluruh sistem adalah Jawa-Bali Control Center atau di singkat
dengan J.C.C yang berletak di Gandul yang bertanggung jawab atas keamanan sisem kelistrikan
secara keseluruhan, mengendalikan mutu frekuensi dan mengatur tegangan di subsistem 500kV,
manajemen energy serta switching sistem transmisi 500kV.

Sistem kelistrikan jawa bali terdiri dari tiga pembangkit besar yang meupakan tulang
punggung sistem atau pembangkit utama ( untuk smenetara ini ), yang pertama yaitu
Pembangkita Paiton yang berada di sisi Jawa bagian timur, Pembangkit ini memiliki total
kapasitas daya 4.600 Mw. Kemudian pembangkit kedua adalah pembangkita tanjung jati B yang
berada di Jawa bagian tengah, pembangkit ini memiliki total kapaitas daya sebesar 2.640Mw.
kemudian pembangkita Suralaya yang terletak di Jawa bagian barat, pembangkit ini menghailkan
kapasitas daya sebesar 3.400Mw.

Untuk sistem penyaluranya seperti yang kita ketahui pada gambaran umumnya. Mulai
dari pembangkit yang menghasilkan rata-rata 20kV yang kemudian dinaikkan tegangannya
sampai ke 150kV, tujuan dari di naikkan tegangannya ini adalah untuk menghindari rugi rugi
penghantar yang ada pada saluran transmisi, kemudian tegangan diturunkan kembali menjadi
20kV untuk di salurkan ke jaringan distribusi, dari 20kV ada yang langsung disalurkan untuk
keperluan bisnis, seperti gedung-gedung besar. Dari 20kV ini kemudian di turunkan kembali
menjadi 380V, kemudian untuk keperluan konsumen maka tegangan diturunkan lagi menjadi
220V.

Anda mungkin juga menyukai