Sebelum populer seperti sekarang, bajakah telah dikenal masyarakat Kalimantan sebagai
tumbuhan obat-obatan alami seperti obat disentri, obat pegal dan obat luka. Dalam uji ilmiah,
batang bajakah tampala memang positif mengandung senyawa fenolik, flavonoid, tannin, dan
saponin. Saponin dan tannin inilah yang merangsang terjadinya angiogenesis, bagian penting
dalam proses penyembuhan luka (Uji Efektivitas Ekstrak Etanolik Batang Bajakah Tampala
[Spatholobus littoralis Hassk] terhadap Waktu Penyembuhan Luka, Jurnal Ilmiah Ibnu Sina,
2018, hlm 320).
Di samping khasiat di atas, bajakah tampala disebut efektif mengobati kanker. Setidaknya,
demikian hasil penelitian tiga siswa SMA dari Palangkaraya. Riset yang mereka gunakan yaitu
uji sampel dua ekor mencit betina atau tikus kecil putih. Sampel ini disuntik zat pertumbuhan sel
tumor atau kanker. Satu mencit diberikan bawang dayak dalam bentuk cairan yang diminum.
Satu ekornya lagi diberi air rebusan kayu bajakah. Setelah 50 hari, mencit yang diberikan air
penawar dari bawang dayak mati. Mencit yang diberikan cairan kayu bajakah tetap sehat bahkan
berkembang biak.
Meskipun berpotensi menyembuhkan kanker, cairan kayu bajakah tampala harus melewati uji
yang panjang sebelum benar-benar bisa digunakan . Di dalam dunia kedokteran, konsep ini
disebut evidence based medicine atau EBM. Pendekatan medik seperti ini didasarkan kepada
bukti-bukti ilmiah terkini untuk kepentingan pelayanan kesehatan. Dalam praktiknya, EBM
memadukan kemampuan dan pengalaman klinik dengan bukti-bukti ilmiah terkini yang paling
dapat dipercaya (Evidence Based Medicine, Jurnal Sari Pediatri, 2002, hlm 247).