Anda di halaman 1dari 20

Kenapa Listrik Rumah Menggunakan Arus

Bolak Balik?
Untuk transmisi listrik ke rumah-rumah, kenapa arus listrik bolak-balik (AC) lebih
menguntungkan dibanding listrik arus searah (DC)? Bagaimana sejarahnya?

Kalau iseng-iseng cek meteran listrik di rumah, kita akan melihat tulisan, “220V, 50Hz”.
Sebenernya ada banyak tulisan di meteran listrik, tapi di artikel ini kita cuma bahas tulisan
tersebut. Oke, apa nih maksudnya tulisan “220V, 50Hz”? Bagian 220V-nya itu menunjukkan
bahwa listrik di rumah kita mendapatkan tegangan sebesar 220 volt, sementara bagian 50Hz-
nya menunjukkan bahwa arus listrik yang tiba di rumah kita itu adalah listrik bolak-balik
dengan frekuensi sebesar 50 Hz (50 gelombang per detik). Jadi dari angka 50 Hz tersebut
kita tahu bahwa listrik yang sampai di rumah kita adalah listrik bolak-balik.

Di Indonesia, sebagian besar listrik yang dipakai di rumah-rumah memiliki standard seperti
di atas, yaitu 220 volt, 50 Hz. Di negara-negara lain, standardnya bisa aja berbeda. Di negara-
negara Eropa seperti Perancis, Jerman, Italia, Yunani, dan lain-lain, standardnya adalah 230
volt, 50 Hz. Di Amerika, standardnya adalah 120 volt, 60 Hz. Singapura, Australia, dan
Malaysia standardnya sama dengan Eropa. Tiongkok standardnya sama dengan Indonesia.
Dan sebagainya. Standard di setiap negara bisa berbeda, tapi yang jelas, semua negara di
seluruh dunia itu menggunakan arus bolak-balik untuk transmisi listrik ke rumah-
rumah.

Seperti yang udah kita tau, arus listrik dibagi menjadi dua, yaitu listrik arus searah dan listrik
arus bolak-balik. Tapi kenapa sih seluruh dunia menggunakan listrik arus bolak-balik?
Kenapa nggak pakai listrik arus searah aja? Nah, di artikel ini, gue mau membahas berbagai
keuntungan listrik bolak-balik dari segi Fisika.
Listrik, memangnya buat apa?
Sebelum kita masuk ke listrik arus bolak-balik, kita inget-inget dulu, memangnya kenapa sih
kita perlu listrik ke rumah-rumah?

Gue inget banget dulu dosen Elektro gue pernah bilang gini, “Kita butuh listrik ke rumah-
rumah karena itu satu-satunya cara yang efektif dan efisien untuk mentransmisikan energi.”
Kemudian beliau melanjutkan lagi, “Kalau ada cara lain yang lebih efektif dan lebih efisien
dalam mentransmisikan energi, kita nggak perlu mengirimkan listrik ke rumah-rumah lagi.”

Seperti yang kita ketahui, hidup kita saat ini menjadi jauh lebih enak karena kemampuan kita
dalam mengendalikan energi yang ada di sekitar kita. Hanya saja masalahnya, sebagian besar
energi yang kita butuhkan itu dibangkitkan di lokasi yang jauh di perumahan. Oleh karena
itu, perlu ada cara yang efektif dan efisien untuk mentransmisikan energi tersebut dari
sumbernya ke perumahan. Solusinya? Ya pakai listrik. Energi apapun yang dibangkitkan oleh
pembangkit, tinggal kita ubah dalam bentuk listrik, kemudian kita kirim listrik tersebut ke
rumah-rumah. Ketika energi listrik tersebut tiba di rumah, kita bisa mengubahnya menjadi
energi bentuk lain sesuai kebutuhan kita, misalnya, menjadi energi cahaya (lampu), energi
panas (kompor listrik, pemanas ruangan, pendingin ruangan, kulkas, dsb), menjadi energi
kinetik (kipas angin, alat cukur rambut, dsb), dan sebagainya.

Berhubung tujuan listrik ke perumahan itu adalah untuk transmisi energi, berarti sekarang
kita perlu cari tahu nih, memangnya listrik arus bolak-balik itu lebih efektif dan lebih efisien
ya dibanding listrik arus searah dalam mentransmisikan energi? Nah, sebelum masuk ke sini,
kita pelajari lebih dulu yuk, apa sih yang dimaksud dengan listrik arus bolak-balik.

Perbedaan listrik arus searah (DC) dan


listrik arus bolak-balik (AC)
Arus listrik dibagi menjadi 2, yang pertama ada listrik arus searah (DC – dirrect current)
yang mana arus listriknya bergerak searah dari kutub positif ke negatif. Kalo arusnya
bergerak dari kutub positif ke negatif, maka elektronnya bergerak dari kutub negatif ke
positif, seperti yang bisa lo lihat di animasi di bawah. Listrik DC biasanya dihasilkan oleh
baterai.
Lalu yang kedua ada listrik arus bolak balik (AC – alternating current) yang mana arah
arusnya nggak bergerak dari kutub positif ke negatif, tapi arusnya bolak balik doank. Emang
arusnya bener-bener bolak-balik ya? Yup, arusnya beneran bolak-balik seperti yang bisa lo
lihat dalam animasi di bawah ini. Arus listrik AC ini dihasilkan oleh generator AC.

Udah kebayang kan bedanya?

Pada listrik DC, arus listriknya selalu bergerak pada arah yang sama, dan biasanya nilainya
tetap. Kalau kita bikin grafiknya, jadinya seperti ini:
Sementara pada listrik AC, arus listriknya terkadang bergerak searah jarum jam, terkadang
bergerak berlawanan arah dengan jarum jam. Biasanya, perubahannya itu berupa sinusoidal
seperti grafik di bawah ini:

Bisa lo lihat pada grafik di atas bahwa pada t=0 tegangannya nol, kemudian pada t = 0,005
detik tegangannya +220 volt, pada t = 0,01 detik tegangannya nol lagi, dan pada t = 0,015
detik tegangannya -220 volt, dan seterusnya. Ini adalah contoh listrik AC dengan frekuensi
50 Hz (berarti periode = T = 1/50 detik = 0,02 detik). Tegangan yang kadang postif dan
kadang negatif ini membuat arusnya terkadang bergerak searah jarum jam, terkadang
sebaliknya.
Hmm… tunggu deh, jadi pada arus bolak-balik, kadang-
kadang tegangannya bisa nol juga? Kalau gitu, lampu yang dilalui arus AC itu harusnya
nyala-redup-nyala-redup gitu dong? Kok kalau gue lihat lampu di rumah gue nggak gitu,
tapi nyala aja terus?

Nah, sebenernya lampu di rumah kita itu nyala-redup-nyala-redup. Tapi, mata kita nggak
sensitif terhadap perubahannya karena itu berlangsung dengan sangat cepat. Masih inget kan
kalau frekuensi listrik AC di rumah kita itu adalah 50 Hz (umumnya di Indonesia 50 Hz). Itu
berarti, dalam 1 detik, terdapat 50 gelombang. Jadi dalam 1 detik, listrik AC tersebut
bergerak bolak-balik sebanyak 50 kali. Mata kita tidak bisa mendeteksi nyala-redup yang
secepat itu.

Beneran ga nih? Jangan-jangan bohong lagi. Gue ga mau dibohongi (pakai) teori fisika!

Beneran. Kalo dideteksi pake mata emang susah, tapi kalo pake kamera, bisa. Ada yang iseng
merekam lampu bohlam dengan menggunakan kamera 1200 frames per second. Setelah
ditangkap kamera, videonya diplay secara slow motion, hasilnya menjadi seperti di bawah
ini:

Sekarang kelihatan kan kalau lampu tersebut benar-benar nyala-redup?

Okay, sekarang jelas lah ya bedanya listrik AC dengan listrik DC. Pada listrik DC, arusnya
searah dan biasanya nilainya tidak berubah-ubah (bisa dibilang frekuensinya nol). Sementara
pada listrik AC, arusnya bolak-balik, kecepatan bolak-baliknya itu bergantung pada
frekuensinya. Untuk listrik AC di Indonesia, biasanya menggunakan frekuensi 50 Hz.

Nah, gara-gara ada FREKUENSI ini, sebenernya listrik AC itu bisa menimbulkan hambatan
yang biasanya nggak ada pada listrik DC, yaitu hambatan yang muncul akibat reaktansi
induktif pada kabel. Penasaran kenapa? Baca terus yah.

Reaktansi induktif pada listrik AC


Perhatikan dua rangkaian di bawah ini:
Kedua rangkaian di atas sama-sama terdiri atas resistor atau hambatan (simbolnya R) dan
induktor (simbolnya L). Induktor terdiri dari lilitan kawat pada sebuah coker atau inti logam.
Nah, pada saat arus listrik melewati lilitan kawat tersebut, maka akan timbul medan magnet.
Trus ada ga nih bedanya peran induktor pada rangkaian yang kiri yang dialiri arus AC, dan
yang rangkaian kanan yang dialiri arus DC? Gue udah bikin video penjelasannya di bawah
ini. Coba tonton ya.

Jadi intinya pada arus AC, induktor itu selain menghasilkan medan magnet, juga
menghasilkan hambatan berupa reaktansi induktif yang simbolnya XL.

Hmmm… emangnya kenapa sih bisa muncul reaktansi induktif pada induktor?

Singkatnya begini. Pertama, arus listrik yang melewati lilitan kawat itu menimbulkan medan
magnet.

Tetapi hal sebaliknya tidak berlaku ya.


Medan magnet TIDAK menimbulkan arus listrik.

Yang bener adalah perubahan medan magnet


mengakibatkan arus listrik.
Nah, ketika induktor dialiri arus DC,
yang mana nilai i tetap, maka medan magnetnya juga tetap atau tidak berubah-ubah.
Sehingga tidak ada arus induksi yang muncul. Sementara ketika induktor dialiri arus AC,
yang mana nilai i nya berubah-ubah, maka medan magnet di dalam induktor tersebut
berubah-ubah. Perubahan medan magnet pada induktor tersebut yang akhirnya memunculkan
i atau arus induksi yang melawan arus sebelumnya. Itulah sebabnya induktor memiliki
reaktansi induktif ketika dialiri arus AC.

Okay, terus apa urusannya reaktansi induktif ini dengan transmisi listrik ke rumah-rumah?
Memangnya ada induktornya?

Nah, kabel listrik yang dikirim ke rumah-rumah itu sebenarnya tidak ada induktornya. Tapi
karena kabelnya puaaanjang sekali, maka kabel yang panjang tersebut berlaku bagaikan
induktor. Jadi, kalau kita menggunakan arus AC untuk transmisi listrik, maka listrik tersebut
akan mengalami hambatan berupa reaktansi induktif itu tadi.

Wah, kalau gitu, rugi dong kalau pakai listrik AC! Kan kalau kita pakai listrik AC, jadi
muncul reaktansi induktif tuh. Jadi loss-nya akan lebih banyak. Lebih efisien pakai listrik DC
kalau gitu. Kenapa kita nggak pakai listrik DC aja?

Tunggu dulu. Ceritanya belum selesai. Jadi di sini kita udah tahu nih bahwa listrik AC itu
memiliki kekurangan, yaitu munculnya reaktansi induktif tadi. Tapi ini sebenernya energy
loss gara-gara ini nggak terlalu signifikan, karena listrik AC punya teknik yang hebat juga
untuk mengatasi energy loss gara-gara transmisi ini. Mau tahu apa tekniknya? Nah, coba
lanjut baca terus ya.

Penggunaan Tegangan Tinggi


Kalau kita mau mentransmisikan listrik secara efisien, di mana tidak ada daya yang hilang
selama proses transmisi, maka kita harus menggunakan arus listrik yang sekecil mungkin.
Kenapa? Karena dengan arus listrik yang kecil, maka elektron yang berpindah juga sedikit
(ingat, arus itu adalah perubahan muatan per satuan waktu). Kalau elektron yang perpindah
sedikit, total energi yang hilang dari elektron-elektron tersebut akan menjadi lebih kecil. Nah,
gimana caranya supaya arus listrik yang kita transmisikan itu kecil? Kuncinya ada di
persamaan berikut ini:

P itu adalah daya listrik, V adalah tegangan, dan I adalah kuat arus.
Dalam proses transmisi energi, daya listrik itu selalu konstan (ingat bahwa daya itu adalah
energi per satuan waktu. Karena energi itu kekal, maka dayanya juga harus kekal selama
tidak berubah menjadi energi bentuk lain). Nah, karena daya itu konstan, berarti kalau kita
ingin nilai I turun, kita tinggal naikkan nilai V.
Oleh karena itu, pada transmisi jarak jauh, biasanya listrik yang digunakan itu adalah listrik
dengan tegangan yang sangat tinggi seperti gambar di bawah.

Dengan menggunakan tegangan tinggi, maka arus listriknya menjadi kecil. Karena arus
listriknya kecil, maka daya yang hilang pada proses transmisi juga kecil. Hal ini membuat
proses transmisi menjadi lebih efisien.

Bagaimana Cara Menaik-turunkan Tegangan?


Pada listrik AC, teknik untuk menaik-turunkan tegangan itu mudah sekali, tinggal pakai alat
yang namanya transformator. Familiar dengan transformator? Sering juga disebut sebagai
Travo. Gambarnya kira-kira begini:

Transformator ini hanya bisa bekerja kalau diberikan listrik AC. Karena prinsip kerjanya
adalah demikian:

 Arus bolak-balik mengaliri kabel primer (warna merah pada gambar)


 Arus bolak-balik tersebut menimbulkan flux magnet bolak-balik pada Inti travo
(warna hijau pada gambar)
 Flux magnet yang bolak-balik ini menimbulkan arus bolak-balik pada kabel sekunder
(warna biru pada gambar) – inget ya, yang bisa menimbulkan arus itu hanyalah
perubahan flux magnet. Kalau flux magnetnya tetap, maka tidak akan muncul arus.
Itulah sebabnya travo ini tidak bisa bekerja pada listrik DC.

Oh, jadi listrik DC itu nggak kepake karena tegangannya tidak bisa dinaik-turunkan seperti
listrik AC?

Iya. Kira-kira begitu. Kalau kita ingin menaikan atau menurunkan tegangan DC, rangkaian
yang diperlukan itu jauh lebih ribet dibandingkan dengan listrik AC. Bahkan sering kali
teknik untuk menaik-turunkan tegangan DC adalah dengan cara mengubahnya dulu menjadi
listrik AC, pasang travo untuk menaik-turunkan tegangannya, kemudian diubah lagi menjadi
listrik DC. Ribet kan? Makanya, mending langsung pakai listrik AC aja sekalian, karena lebih
mudah untuk menaik-turunkan tegangannya.

The War of Currents – Sejarah Adopsi Listrik AC


Kalau kita melihat ke sejarahnya, proses adopsi listrik AC sebagai alat untuk
mentransmisikan energi ini bukan terjadi tanpa hambatan. Ketika listrik baru saja ditemukan
(untuk transmisi energi), ada dua perusahaan yang menjadi pemain utama dalam bisnis ini.
Perusahaan yang pertama adalah Edison Electric Light Company (sekarang menjadi General
Electric), perusahaan milik Thomas Alva Edison (pernah dengar namanya? Dia biasa dikenal
sebagai penemu lampu). Perusahaan yang satu lagi adalah Westinghouse Electric Company,
perusahaan milik George Westinghouse yang saat itu dibantu oleh Nikola Tesla. Edison
Electric Light Company saat itu mengusung listrik DC, sedangkan Wistinghouse Electric
Company mengusung listrik AC. Persaingan bisnis antara keduanya terjadi sangat sengit
sehingga ahli sejarah menyebut ini sebagai “The War of Currents”. Wikipedia punya satu
artikel sendiri untuk membahas The War of Currents ini, bisa dilihat di sini.

Pada akhir tahun 1870an, setelah lampu ditemukan, permintaan masyarakat terhadap listrik
ke rumah-rumah dan ke lokasi bisnis jadi meningkat tajam. Beberapa diantaranya dipasang
dengan listrik AC. Kemudian pada tahun 1882, Edison memperkenalkan listrik DC
bertegangan rendah yang didesain untuk tempat-tempat usaha dan perumahan. Pada tahun
1886, Westinghouse mulai membuat sistem listrik AC yang menggunakan transformator
untuk menaik-turunkan tegangan untuk transmisi jarak jauh.
Sistemnya Westinghouse ini mirip dengan yang gue jelaskan di atas. Untuk melakukan
transmisi jarak jauh, tegangan dinaikan terlebih dahulu dengan menggunakan transformator
(sehingga arusnya kecil dan energy loss-nya juga kecil), kemudian ketika sampai di
perumahan, tegangannya bisa diturunkan kembali. Karena sistem ini sangat efisien, beberapa
perusahaan mulai mengadopsi sistem yang diperkenalkan oleh Westinghouse ini. Berbatai
proyek pemasangan listrik akhirnya lebih memilih sistem listrik AC ini karena lebih efisien.

Kubu listrik DC tentu tidak mau kalah dengan “peperangan” ini, sehingga mereka mulai
menyerukan propaganda bahwa listrik AC ini berbahaya. Alasannya adalah karena pada
proses transmisinya, listrik AC ini menggunakan tegangan yang sangat tinggi. Kubu listrik
DC mengatakan bahwa meskipun sistemnya kurang efisien, tapi ini jauh lebih aman karena
tidak menggunakan tegangan tinggi. Argumen ini ada benarnya sebenarnya, tapi cara mereka
melakukan propaganda kadang kelewatan juga. Salah satu propaganda yang dilakukan adalah
dengan menyetrum hewan-hewan seperti anjing dan kuda dengan menggunakan listrik AC
sampai hewan tersebut mati.

Meskipun sebenarnya propaganda-propaganda ini lumayan berhasil membuat orang percaya


bahwa listrik AC itu berbahaya, tapi ini tidak berhasil menggagalkan proyek-proyek instalasi
listrik AC. Pada akhirnya, listrik AC ini tetap dipakai di mana-mana, namun dengan sistem
keamanan yang diperketat untuk menghindari kecelakaan. Perusahaan milik Edison pun
akhirnya mengalah dan mulai mengadopsi listrik AC. Semenjak saat itulah sistem kelistrikan
yang dipasang di mana-mana menggunakan sistem listrik AC.

Ketika sistem listrik AC dipakai di mana-mana, perusahaan pembuat piranti elektronik pun
akhirnya menggunakan sistem listrik AC untuk menyalakannya. Coba aja lihat piranti
elektronik di sekitar kita, mulai dari TV, komputer, charger HP, laptop, kulkas, dispenser, dan
sebagainya, semua menggunakan colokan listrik AC kan? Karena semua menggunakan
sistem listrik AC, akhirnya ketika ada daerah yang baru dipasang listrik, udah nggak mungkin
lagi di sana dipasang sistem listrik DC. Karena itu akan membuat berbagai piranti elektronik
yang biasa dipakai jadi nggak bisa dipakai.

Bagaimana nasib listrik DC sekarang?


(untuk transmisi energi)
Melihat penjelasan di atas, sepertinya sulit sekali ya bagi sistem listrik DC untuk masuk ke
arena permainan. Tapi, apakah sistem listrik DC ini benar-benar mati? Enggak juga.
Ternyata, masih ada beberapa transmisi energi yang menggunakan listrik DC, nama
sistemnya adalah High-Voltage Direct Current (HVDC). Sistem HVDC ini hanya digunakan
untuk transmisi bertegangan sangat tinggi (> 500.000 volt) dan untuk jarak yang sangaaaaat
jauh (> 500 km, kira-kira sejauh Jakarta-Surabaya).

Kenapa untuk jarak yang sangat jauh sistem HVDC ini bisa lebih efisien? Salah satunya
adalah karena keunggulan yang gue sebutin di atas: tidak ada hambatan yang muncul karena
reaktansi induktif. (note: nggak ada hambatan akibat reaktansi kapasitif dan skin effect juga,
tapi ini belum gue jelasin di artikel). Hambatan akibat reaktansi ini bisa diabaikan untuk
transmisi jarak pendek. Tapi semakin jauh transmisinya, semakin signifikan dampaknya.
Sehingga ketika transmisinya menggunakan jarak yang sangaaat jauh, biaya untuk memasang
sistem listrik AC malah jadi lebih mahal dibandingkan biaya untuk memasang sistem listrik
DC.

Kesimpulan
Jadi, kalau kita lihat kenapa listrik AC menjuarai sistem kelistrikan dunia, singkatnya adalah
karena sistem listrik AC biasanya lebih ekonomis dibandingkan dengan sistem listrik DC.
Kalau melihat dari cerita ini, sebenarnya ada hal menarik yang bisa kita simpulkan, terutama
elu-elu yang tertarik masuk ke dunia engineering: Jadi anak teknik itu jangan cuma tahu soal
bagian sainsnya aja, tapi harus bisa mengerti juga pertimbangan bisnisnya supaya bisa
mengerti teknologi macam aja yang layak untuk kita push, yang mana yang kurang relevan.
Dengan begitu, lo bisa mendesain suatu alat yang beneran kepakai di dunia industri.

By the way, di artikel ini kita mempelajari bahwa penemuan transformator adalah salah satu
penemuan terpenting yang membuat sistem listrik AC unggul jauh dibandingkan sistem
listrik DC. Tanpa penemuan transformator, bisa jadi sistem kelistrikan yang kita gunakan
sekarang adalah sistem listrik DC. Nah, ngomong-ngomong soal transformator, ada soal
menarik nih dari SBMPTN 2015 Fisika. Berikut ini soalnya:
Pengertian arus listrik AC dan DC beserta contoh penggunaannya

Listrik merupakan energi yang dapat disalurkan melalui penghantar berupa kabel, adanya arus listrik
dikarenakan muatan listrik mengalir dari saluran positif ke saluran negatif. Dalam kehidupan
manusia listrik memiliki peran yang sangat penting. Selain digunakan sebagai penerangan listrik juga
digunakan sebagai sumber energi untuk tenaga dan hiburan, contohnya saja pemanfaatan energi
listrik dalam bidang tenaga adalah motor listrik. Keberadaan listrik yang sangat penting dan fital
akhirnya saat ini listrik dikuasai oleh negara melalui perusahaan yang bernama PLN.

Listrik sendiri dibagi menjadi dua jenis yaitu arus listrik AC dan DC. Dalam artikel singkat ini kita akan
membahas mengenai apa yang dimaksud dengan arus listrik AC dan DC beserta contoh pemanfaatan
keduanya. Untuk memudahkan pembaca artikel ini akan saya bagi menjadi beberapa bagian, yang
pertama saya akan menjelaskan apa yang dimaksud dengan arus listrik AC dan contoh
penggunaannya, kemudian yang kedua saya akan membahas pengertian listrik DC dan contoh
penggunaannya.

Pengertian Arus Listrik AC


Arus listrik AC (alternating current), merupakan listrik yang besarnya dan arah arusnya selalu
berubah-ubah dan bolak-balik. Arus listrik AC akan membentuk suatu gelombang yang dinamakan
dengan gelombang sinus atau lebih lengkapnya sinusoida. Di Indonesia sendiri listrik bolak-balik (AC)
dipelihara dan berada dibawah naungan PLN, Indonesia menerapkan listrik bolak-balik dengan
frekuensi 50Hz. Tegangan standar yang diterapkan di Indonesia untuk listrik bolak-balik 1 (satu) fasa
adalah 220 volt. Tegangan dan frekuensi ini terdapat pada rumah anda, kecuali jika anda tidak
berlangganan listrik PLN.

Contoh pemanfaatan listrik AC


Pemanfaatan listrik AC sebenarnya sangatlah banyak. Untuk mempermudah sebenarnya anda dapat
melihat barang-barang yang ada dirumah anda, perhatikanlah bahwa semua barang yang
menggunakan listrik PLN berarti telah memanfaatkan

listrik AC. Sebagai pengaman listrik AC yang ada dirumah anda, biasanya pihak PLN menggunakan
pembatas sekaligus pengaman yaitu MCB (miniature circuit breaker). Meskipun demikian tak semua
barang yang anda lihat menggunakan listrik AC, ada sebagian barang yang menggunakan listrik PLN
namun barang tersebut sebenarnya menggunakan listrik DC, contohnya saja Laptop. Laptop
menggunakan listrik DC, listrik tersebut diperoleh dari adaptor yang terdapat pada laptop (atau
terdapat pada charger) tersebut. Jadi saat anda mengisi ulang baterai laptop dengan listrik PLN (AC)
maka adaptor didalam laptop akan merubah listrik AC menjadi DC, sehingga sesuai kebutuhan dari
laptop anda. Contoh pemanfaatan energi listrik AC yang lain adalah: Untuk mesin cuci, penerangan
(lampu), pompa air AC, pendingin ruangan, kompor listrik, dan masih banyak lagi.
Pengertian arus listrik DC
Arus listrik DC (Direct current) merupakan arus listrik searah. Pada awalnya aliran arus pada listrik DC
dikatakan mengalir dari ujung positif menuju ujung negatif. Semakin kesini pengamatan-pengamatan
yang dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa pada arus searah merupakan arus yang alirannya
dari negatif (elektron) menuju kutub positif. Nah aliran-aliran ini menyebabkan timbulnya lubang-
lubang bermuatan positif yang terlihat mengalir dari positif ke negatif.

Contoh pemanfaatan listrik DC


Listrik DC (direct current) biasanya digunakan oleh perangkat lektronika. Meskipun ada sebagian
beban selain perangkat elektronika yang menggunakan arus DC (contohnya; Motor listrik DC) namun
kebanyakan arus DC digunakan untuk keperluan beban elektronika. Beberapa beban elektronika
yang menggunakan arus listrik DC diantaranya: Lampu LED (Light Emiting Diode), Komputer, Laptop,
TV, Radio, dan masih banyak lagi. Selain itu listrik DC juga sering disimpan dalam suatu baterai,
contohnya saja baterai yang digunakan untuk menghidupkan jam dinding, mainan mobil-mobilan
dan masih banyak lagi. Intinya kebanyakan perangkat yang menggunakan listrik DC merupakan
beban perangkat elektronika.

Sekian semoga artikel singkat ini bermanfaat bagi anda. Berbicara soal listrik, marilah melalui artikel
ini saya berharap agar kita semua bisa bijak dalam menggunakan listrik dan menghematnya. Jika
energi kita hemat kita bisa mencegah atau paling tidak bisa memperlambat terjadinya pemanasan
global yang semakin parah.

C. Besaran Listrik
1. Tegangan Listrik
Dalam satu bentuk tenaga/energi secara terpisah terdapat muatan positif dan negatif. Muatan
yang terpisah itu akan tarik-menarik. Gaya tarik menarik antara kedua muatan atau perbedaan
potensial listrik antara dua titik dalam rangkaian listrik disebut tegangan listrik dan
dinyatakan dalam satuan volt ( V ). Tegangan listrik itu bergantung pada tekanan elektron
bebas yang diakibatkan oleh gerakan elektron tersebut. Tegangan listrik itu terjadi apabila :
a. Antara pasangan elektron yang rapat dan kurang rapat
b. Antara tempat yang mempunyai kerapatan elektron yang tinggi dan rendah
c. Antara tempat yang kekurangan elektron dan yang kelebihan elektron
Definisi beda potensial listrik secra rumus adalah energi yang diperlukan untuk memindah
muatan listrik tiap satuan muatan dan dituliskan sebagai berikut :

V = Beda Potensial /tegangan (volt)


W = Energi (joule)
Q = Muatan (coulomb)

Contoh soal :
Sebuah baterai memiliki beda potensial sebesar 1,5 volt jika baterai digunakan untuk
menyalakan lampu maka sejumlah 50 coulomb muatan listrik yang melewati lampu.
Berapakah besar energi yang dikeluarkan baterai ?

Penyelesaian :
Diketahui : V = 1,5 volt
Q = 50 coulomb
Ditanya :W
Jawab :V=W/Q
W = V x Q = 1,5 x 50 = 75 joule = 75 J
Jadi besar energi yang dikeluarkan baterai adalah 75 joule

2. Arus Listrik
Listrik sebagai energi dapat dibangkitkan dari energi yang lain misalnya mekanik,
kimia dan panas. Listrik dapat mengalir melalui bahan penghantar (konduktor) yaitu bahan
yang memiliki elektron bebas didalamnya seperti logam tetapi kayu tidak bisa karena tidak
memiliki elektron bebas (penyekat/isolator). Penghantar yang menghubungkan kutub-kutub
sebuah sumber listrik terletak didalam medan listrik. Karena medan listrik inilah elektron-
elektron bebas didalam penghantar bergerak dan terjadilah aliran/arus listrik. Aliran listrik
yang berasal dari elemen contohnya aki dan batre mempunyai arah yang tetap yaitu dari
kutub berpotensi tinggi ke kutub yang berpotensi rendah. Sedang yang berasal dari generator
arahnya ada tetap dan ada yang berubah. Aliran listrik yang arahnya tetap disebut aliran listrik
searah (DC = Direct Current) dan yang tidak tetap sering disebut aliran listrik bolak-balik
(AC = Alternating Current).
Ada dua macam jenis arus listrik yaitu arus searah (DC) dan arus bolak-balik (AC).
Arus searah jika elektron yang bergerak secara terus menerus dengan arah yang tetap
walaupun besarnya berubah. Sedangkan pada arus bolak-balik suatu masa elektron yang
bergerak secara teratur bergantian arah aliran maju atau mundur. Arah maju digambarkan
pada sisi + (diatas garis 0) dan arah mundur digambarkan pada sisi – (dibawah garis 0).
Selama elektron bergerak maju, tegangan akan naik dan akan berada dalam posisi positif (+),
dalam keadaan diam, tegangan akan menunjukkan 0 Volt dan apabila elektron bergerak
mundur tegangan akan turun dan akan berada dalam posisi negatif (-). Biasanya arus searah di
dunia elektronika digunakan pada radio, TV, komputer, dll.

Arah arus listrik berlawanan dengan arah aliran elektron. Arus lisrik mengalir dari muatan
positif ke negatif atau dari potensial tinggi ke potensial rendah sedangkan arus elektron
mengalir dari muatan negatif ke positif atau dari potensial rendah ke potensial tinggi. Arus
listrik mengalir apabila terdapat perbedaan potensial (tegangan) dan di dalam rangkaian
tertutup. Satuan internasional untuk arus listrik adalah Ampere (A) yang diambil dari nama
seorang ilmuwan Perancis yaitu Andrey Marie Ampere (1775 – 1836). Simbol besaran arus
listrik adalah I (Intencity). Misalkan bahwa dalam waktu t detik mengalir muatan listrik
sebesar Q coulomb dalam suatu penghantar maka dirumuskan :

I=Q/t
Keterangan :
I = arus listrik…..A (ampere)
Q = muatan listrik…..C (coulomb)
t = satuan waktu…..s = second (detik)
Satuan lain untuk kuat arus misalnya mili ampere (mA) dimana 1 mA = 10-3 A dan mikro
ampere (µA) dimana 1 µA = 10-6 A.

Contoh soal :
Pada suatu penghantar mengalir muatan listrik sebanyak 60 coulomb selama 0,5 menit. Hitunglah
besar arus listrik yang mengalir pada penghantar tersebut ?

Penyelesaian :
Diketahui : Q = 60 coulomb
t = 0,5 menit = 30 detik
Ditanya :I
Jawab : I = Q / t = 60 / 30 = 2 A
Jadi besar arus listrik yang mengalir pada penghantar adalah 2 Ampere

Pada arus AC lebih komplek dalam menentukan beberapa harga yang dimilikinya, misalnya harga
puncak, harga RMS dll, secara rinci dijelaskan seperti dibawah ini:
a. Frekuensi dan Panjang Gelombang
Frekuensi adalah jumlah periode dalam satu detik. PLN memiliki frekuensi 50 Hz, artinya dalam satu
detik memiliki 50 periode. Frekuensi memiliki panjang gelombang. Panjang gelombang dihitung
berdasarkan konstanta kecepatan cahaya 300.000 km/detik.

b. Harga Sesaat

c. Harga Rata-rata
Harga rata-rata dari tegangan atau arus bolak balik diperoleh dengan menghitung rata-rata
harga sesaat, didapat dengan menghitung dari setengah periode saja. Persamaan harga rata-
rata adalah :
d. Harga Efektif
Harga efektif dari suatu tegangan/arus bolak balik (AC) adalah sama dengan besarnya tegangan/arus
searah (DC) pada suatu tahanan, dimana keduanya menghasilkan panas yang sama. Tegangan PLN
220 V merupakan tegangan efektif, bukan harga tegangan sesaat dan bukan pula harga tegangan
maksimum. Harga efektif dituliskan dengan rumus sebagai berikut :

volt adalah 'V'.

Arus listrik adalah aliran muatan listrik positif dari titik bertegangan tinggi ke titik yang bertegangan
rendah. Satuan arus listrik adalah ampere. Simbol ampere adalah 'A'.

Hambatan listrik adalah sesuatu yang mengganggu gerak aliran muatan listrik dalam suatu
penghantar. Satuan hambatan listrik adalah ohm. Simbol ohm yaitu 'Ω'.

Daya listrik adalah energi listrik yang timbul pada beban atau penghantar tiap detik. Satuan daya
listrik adalah watt. Simbol watt adalah 'W'.

Antara keempatnya memiliki hubungan jika dirumuskan adalah sebagai berikut:

V= IxR
R = V/I

I = V/R

P=VxI

P = I² x R ⇒ V = I x R

P = V²/R ⇒ I = V/R

D . CONTOH SOAL ARUS LISTRIK

1 . Arus listrik sebesar 5 A mengalir melalui seutas kawat penghantar selama 1,5 menit.
Hitunglah banyaknya muatan listrik yang melalui kawat tersebut!

Penyelesaian:

Diketahui:

I=5A

t = 1,5 menit = 90 sekon

Ditanya: Q = … ?

Jawab:

Q = I.t

= (5A) (90 s)

= 450 C

2. Sebuah batere memberikan arus 0,5 A kepada sebuah lampu selama 2 menit. Berapakah
banyaknya muatan listrik yang dipindahkan ?.
Jawab :

Diketahui :

I = 0,5 amp

t = 2 menit.

Ditanyakan : Q (muatan listrik).

t = 2 menit = 2 x 60 = 120 detik

Q=Ixt

= 0,5 x 120 = 60 coulomb

B . RUMUS–RUMUS.

ARUS LISTRIK KUAT ARUS RAPAT ARUS


I = Q/t (ampere) Q=Ixt J = I/A
I = Q/t I=JxA
t = Q/I A = I/J
KETERANGAN
KETERANGAN
KETERANGAN
Q = Banyaknya muatan listrik
J = Rapat arus [ A/mm²]
I = besarnya arus listrik yang mengalir, dalam satuan coulomb
I = Kuat arus [ Amp]
Q = Besarnya muatan listrik, coulomb I = Kuat Arus dalam satuan
A = luas penampang kawat [
t = waktu, detik Amper.
mm²]
t = waktu dalam satuan detik.

Rapat Arus
Difinisi :
“rapat arus ialah besarnya arus listrik tiap-tiap mm² luas penampang kawat”.

Gambar 2. Kerapatan arus listrik.


Arus listrik mengalir dalam kawat penghantar secara merata menurut luas penampangnya. Arus
listrik 12 A mengalir dalam kawat berpenampang 4mm², maka kerapatan arusnya 3A/mm² (12A/4
mm²), ketika penampang penghantar mengecil 1,5mm², maka kerapatan arusnya menjadi 8A/mm²
(12A/1,5 mm²).

Kerapatan arus berpengaruh pada kenaikan temperatur. Suhu penghantar dipertahankan sekitar
300°C, dimana kemampuan hantar arus kabel sudah ditetapkan dalam tabel Kemampuan Hantar
Arus (KHA).

Tabel 1. Kemampuan Hantar Arus (KHA)

Berdasarkan tabel KHA kabel pada tabel diatas, kabel berpenampang 4 mm², 2 inti kabel memiliki
KHA 30A, memiliki kerapatan arus 8,5A/mm². Kerapatan arus berbanding terbalik dengan
penampang penghantar, semakin besar penampang penghantar kerapatan arusnya mengecil.

Rumus-rumus dibawah ini untuk menghitung besarnya rapat arus, kuat arus dan penampang kawat:

J = I/A
I=JxA
A = I/J

Dimana:
J = Rapat arus [ A/mm²]
I = Kuat arus [ Amp]
A = luas penampang kawat [ mm²]

Anda mungkin juga menyukai