HVAC (Heating, Ventilating, and Air Conditioning) adalah sistem tata udara yang
digunakan industri farmasi untuk mendukung proses produksi yang telah memenuhi persyaratan.
Sistem tata udara yang terdistribusi dirancang sesuai dengan kriteria yang diinginkan parameternya
seperti temperatur, kelembapan, kontaminasi udara, sirkulasi udara, sistem filtrasi udara, dan
ukuran partikel karena hal ini merupakan sesuatu yang bersifat kritis yang dapat mempengaruhi
kondisi pembuatan obat secara baik dan benar. Sistem HVAC terdiri dari beberapa bagian yang
mendukung jalannya sistem berdasarkan peraturan yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat
dan Makanan (BPOM) antara lain:
a. AHU (Air Handling Unit) berfungsi untuk mendistribusikan udara untuk setiap
ruangan.
b. Chiller berfungsi untuk mengkondisikan temperatur yang didistribusikan AHU
c. Heating Coil (Hot Water Distribution) berfungsi untuk mengkondisikan suhu dan RH
(Relative Humidity).
d. Blower berfungsi untuk mengalirkan udara dari ruangan melewati filter dan evaporator.
e. Filter berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ke dalam ruang produksi.
f. Ducting berfungsi sebagai saluran udara yang menghubungkan blower dengan ruang
produksi.
Berdasarkan CPOB tahun 2018 pada aneks 1 tentang pembuatan produk steril menyatakan
bahwa produk steril hendaklah dibuat dengan persyaratan khusus dengan tujuan memperkecil
risiko pencemaran mikroba, partikulat dan pirogen yang sangat tergantung dari ketrampilan,
pelatihan dan sikap personil yang terlibat. Pemastian Mutu sangatlah penting dan pembuatan
produk steril harus sepenuhnya mengikuti secara ketat metode pembuatan dan prosedur yang
ditetapkan dengan seksama dan tervalidasi. Pelaksanaan proses akhir atau pengujian produk jadi
tidak dapat dijadikan sebagai satu- satunya andalan untuk menjamin sterilitas atau aspek mutu lain.
Secara umum:
a. Pembuatan produk steril hendaklah dilakukan di area bersih, memasuki area ini hendaklah
melalui ruang penyangga udara untuk personil dan/atau peralatan dan bahan. Area bersih
hendaklah dijaga tingkat kebersihannya sesuai standar kebersihan yang ditetapkan dan
dipasok dengan udara yang telah melewati filter dengan efisiensi yang sesuai.
b. Kegiatan persiapan komponen, pembuatan produk, dan pengisian hendaklah dilakukan di
ruang terpisah di dalam area bersih. Kegiatan pembuatan produk steril dapat digolongkan
dalam dua kategori; pertama produk yang disterilkan dalam wadah akhir dan disebut juga
sterilisasi akhir, kedua produk yang diproses secara aseptis.
c. Area bersih untuk pembuatan produk steril digolongkan berdasarkan karakteristik
lingkungan yang dipersyaratkan. Tiap kegiatan pembuatan membutuhkan tingkat
kebersihan ruangan yang sesuai dalam keadaan operasional untuk meminimalkan risiko
pencemaran oleh partikulat dan/atau mikroba pada produk dan/atau bahan yang ditangani.
d. Kondisi “operasional” dan “non-operasional” hendaklah ditetapkan untuk tiap ruang
bersih. Keadaan “nonoperasional” adalah kondisi di mana fasilitas telah terpasang dan
beroperasi, lengkap dengan peralatan produksi tetapi tidak ada personil. Kondisi
“operasional” adalah kondisi di mana fasilitas dalam keadaan berjalan sesuai modus
pengoperasian yang ditetapkan dengan sejumlah tertentu personil yang sedang bekerja.
Agar tercapai kondisi “operasional” maka area tersebut hendaklah didesain untuk
mencapai tingkat kebersihan udara tertentu pada kondisi “nonoperasional”. Pada pembuatan
produk steril dibedakan 4 Kelas kebersihan:
a. Kelas A
Zona untuk kegiatan yang berisiko tinggi, misalnya zona pengisian, wadah tutup karet,
ampul dan vial terbuka, penyambungan secara aseptis. Kondisi ini terdapat unit aliran udara
laminar (laminar air flow) di tempat kerja. Sistem udara laminar hendaklah mengalirkan udara
dengan kecepatan merata berkisar 0,36 – 0,54 m/detik (nilai acuan) pada posisi kerja dalam
ruang bersih terbuka. Keadaan laminar yang selalu terjaga hendaklah dibuktikan dan
divalidasi. Aliran udara searah berkecepatan lebih rendah dapat digunakan pada isolator
tertutup dan kotak bersarung tangan.
b. Kelas B
Untuk pembuatan dan pengisian secara aseptis, Kelas ini adalah lingkungan latar
belakang untuk zona Kelas A.
c. Kelas C dan D
Area bersih untuk melakukan tahap proses pembuatan yang mengandung risiko lebih
rendah
d. Kelas E
Kelas kebersihan ruang untuk pembuatan produk non steril, seperti tablet, sirup, salep,
dan krim.
Sistem tata udara yang terdapat dalam cleanroom dibagi menjadi dua, yaitu make up air
dan recirculating air (udara sirkulasi). Untuk menjaga kebersihan cleanroom maka dibutuhkan
filter terhadap udara yang masuk. Metode filter yang digunakan dalam suatu industri farmasi yaitu
HEPA filter dan ULPA filter. Untuk saat ini, suatu industri banyak menggunakan HEPA filter
dibandingkan dengan ULPA filter. Hal ini dikarenakan udara yang keluar merupakan udara yang
bersih dan cocok digunakan pada ruang produksi maupun ruang kerja (ISPE, 2009).
Keterangan :
- Tanda panah menunjukkan arah aliran udara antar ruangan yang ada
- Tanda panah putus-putus merupakan arah passing product setelah melalui tahapan
sterilisasi, baik menggunakan autoklaf atau oven
Gambar 2. Layout ruang produksi steril 3D dengan proses aseptis tampak atas
Gambar 2. Layout ruang produksi steril 3D dengan proses aseptis tampak depan
Gambar 2. Layout ruang produksi steril 3D dengan proses aseptis tampak samping