Anda di halaman 1dari 7

Pasien (Bapak Harun)

Pucat, sering menggigil, memakai jaket tebal, dan sarung untuk dililitkan ke tubuh. Sifatnya panikan,
mudah takut, dan selalu mengeluh tentang kebutaan di matanya yang semakin parah serta rasa sakit di
kakinya.

Properti: sarung dan jaket tebal

Anak satu

Anak tertua. Sering memarahi ayahnya karena tidak nurut jika diberi obat, apalagi terhadap pola
makannya. Sifat agak pemarah, selalu menyalahkan kebiasaan ayahnya.

Properti: kipas tangan

Anak dua

Anak kedua. Lebih lembut, berusaha membujuk ayahnya untuk berobat dan menenangkan kakaknya
agar tidak terlalu galak.

Properti: tas tangan

Dokter Puskesmas, Perawat Puskesmas, Dokter Rumah sakit, Perawat Rumah sakit

Semua memiliki karakter yang bijaksana dan terpelajar. Apa pun pertanyaan klien berusaha dijelaskan
sebaik-baiknya tanpa kecenderungan kesal sama sekali.

Properti dokter: jas lab, stetoskop, pakaian kemeja rapi, celana kain
Properti perawat: baju putih-putih, nursing kit, kertas, papan, pulpen

Set satu: Rumah

Kamar sederhana dengan tilam kapuk, bantal. Tipikal kamar di rumah sederhana.

Set dua: Ruang perawatan poli umum puskesmas

Ruang serba putih dengan meja dan lima kursi. Dua kursi diduduki perawat puskesmas. Di atas meja
terdapat tumpukan kertas, tensimeter, dan timbangan di sebelah meja.

Set tiga: Ruang Dokter

Terdapat keranjang berisi berkas, pulpen, vas bunga kecil/hiasan meja. Kursi empat buah.

Set empat: Ruang Perawatan Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit


Seperti ruang pemeriksaan di puskesmas.

Set lima: Ruang Dokter Rumah Sakit

Sama seperti ruang dokter di puskesmas.

Pasien : Muhamad Sidik

Keluarga Pasien (Anak 1) : Therevina

Keluarga Pasien (Anak 2) : Maya

Perawat Puskesmas 1 : Syifa

Perawat Puskesmas 2 : Selestia Rahmah

Dokter puskesmas : Bertha Silvia J.

Perawat Rumah Sakit : Eko Apriyanto

Perawat Rumah Sakit : Christie

Dokter rumah sakit : Apriliani

Kasus:

Seorang pasien mengalami diabetes tipe II. Dari cerita keluarga, klien sejak muda senang minum-
minuman berperisa. Sampai suatu waktu klien sering pipis, haus, dan selalu merasa lapar. Anehnya,
klien tidak mengalami kenaikan berat badan. Tubuhnya terus mengurus. Setiap malam klien merasa
kakinya kesemutan sampai nyeri seperti ditusuk-tusuk. Pengelihatan klien buta sebelah.

Klien stres karena sulit tidur dan merasa lemah. Klien cemas dengan kondisinya namun tidak mendapat
penjelasan dari keluarganya. Akhirnya, klien dibawa ke puskesmas terdekat karena pengelihatannya
semakin buruk. Di puskesmas klien menampakkan kecemasannya dengan bertanyan berulang-ulang dan
mengutarakan kekhawatirannya.

Di puskesmas klien dijelaskan mengenai penyakitnya. Karena hal tersebut klien harus dirujuk ke rumah
sakit, namun klien enggan karena takut jauh dari rumah. Selain itu klien takut ketergantungan obat dan
perawatan yang mungkin akan dialaminya di rumah sakit.

Petugas kesehatan pun menjelaskan pentingnya rujukan. Karena kondisi klien semakin lemah dan kadar
gulanya tidak terkontrol. Harapannya, di rumah sakit klien mendapat perawatan yang lebih intensif.
Di rumah sakit, klien ke poli penyakit dalam. Di sana dokter menjelaskan prosedur perawatan dan apa-
apa saja yang akan dilakukan untuk mengembalikan kondisi klien ke keadaan yang lebih baik. Klien dan
keluarga terus bertanya dan berharap apakah penyakit DM ini bisa disembuhkan? Dokter menjelaskan
bahwa DM tidak dapat dipulihkan, tetapi bisa dikendalikan.

ROLE PLAY

RUJUKAN PENDERITA DIABETES DENGAN GANGGUAN PSIKOSOSIAL

DARI PUSKESMAS KE RUMAH SAKIT

Set satu: Kamar

Pasien terbaring lemah di atas tilam kapuk, tampak melihat ke langit-langit sambil mengibas-ngibaskan
tangan ke udara, berusaha melihat tangannya.

Pasien : Ya Tuhan, kenapa mataku semakin gelap? Padahal kemarin masih bisa melihat
walaupun kabur. Tubuhku juga, rasanya lemas sekali. NAK! Ambilkan Bapak minum,
bapak haus.

Anak Satu : (datang sambil membawa air minum) Dari tadi minta air terus, nanti pipis terus. Bapak
juga yang repot bolak-balik ke WC. Iya kalo sehat. Lemas begitu seharusnya banyak
istirahat, bukan teriak.

Pasien : (meraba-raba tempat air minum) Bapak tidak bisa lihat, kamu di mana? Kenapa sakit
Bapak semakin parah?

Anak Satu : (menyodorkan air minum) Mana saya tahu, bapak sudah dibilang ayo berobat ke
puskesmas, selalu tidak mau. Takut jarum suntiklah, takut ketergantungan obatlah.
Banyak ngeluhnya!

Anak dua : (Muncul tiba-tiba) Hush, jangan begitu. Orang sakit seharusnya dirawat, bukan
dibentak.

Anak Satu : Salah Bapak sendiri, dibilang jangan begadang, jangan jajan sembarangan, jangan
malas-malasan malah dilanggar semua. Sekarang kena getahnya, baru menyesal.

Bapak : Badan Bapak lemas, menggigil. Bapak juga lapar tapi tidak sanggup makan lagi. Bapak
meriang kayaknya. Minum paracetamol tadi pagi juga tidak mempan. Apa perlu
dikerok?

Anak Satu : Ogah!


Anak dua : Coba Pak, kita periksa dulu ke puskesmas. Siapa tahu ada penyakit lain yang tidak kita
tahu. Bapak juga, selain lemas dan gangguan pengelihatan, juga merasa nyeri di kaki
kan?

Pasien : Iya, rasanya kesemutan. Sakit sekali. Ya Tuhan, salah apa saya? Kenapa bisa begini?
Padahal sudah berhenti begadang, jajan gorengan dan makan yang manis-manis juga
dikurangi.

Anak Dua : Ayo Pak, kita periksa ke puskesmas.

Pasien : Bapak lemas sekali rasanya.

Anak Dua : Nanti dibantu jalannya.

Set Dua: Ruang Poli Umum Puskesmas

Perawat Satu : (Memeriksa tekanan darah Pasien)

Perawat Dua : Keluhannya apa-apa saja?

Anak Satu : Badannya lemas terus, setiap hari ngeluh pusing, sakit di kaki, dan pengelihatan kabur.
Nafsu makan juga berkurang. Makanya jadi kurusan gitu, sebelumnya Bapak gembrot.

Perawat Satu : (sibuk mencatat hasil) Tekanan darah bapak tinggi sekali ya, 180/100. Memang ada
riwayat hipertensi?

Pasien : (menggeleng) Apa itu yang bikin saya hampir buta dan menggigil?

Perawat Satu : Kami belum bisa memastikan.

Perawat Dua : Apakah sebelumnya Bapak pernah memeriksakan diri?

Anak Satu : Ini pertama kalinya, itu juga harus dipaksa-paksa.

Anak Dua : Yang pelan kalau ngomong.

Pasien : Saya cuma meriang kan Sus? Bukan penyakit berat? Kenapa saya sering nyeri di kaki
setiap malam? Saya takut Sus, beneran.

Perawat Satu : Nanti akan dijelaskan dokter di dalam ruangan, silakan tunggu ya Pak.

Anak dua : Baik, terima kasih.


Set Tiga: Ruang Dokter Puskesmas

Dokter : Saya sudah lihat hasil pemeriksaannya. Sepertinya Bapak perlu melakukan cek lebih
jauh. Saya curiga Bapak mengalami diabetes mellitus.

Pasien : Apa itu diabetes mellitus?

Dokter : Itu adalah penyakit kencing manis yang juga disebut penyakit gula. Orang yang terkena
penyakit ini tidak dapat mencerna gula dari makanannya. Makanya tubuh orang
tersebut berangsur-angsur semakin kurus. Juga, karena pengelihatan Bapak semakin
buruk. Mungkin penyakit Bapak sudah semakin parah.

Pasien : Kalau begitu apa yang harus saya lakukan?

Dokter : Bapak harus dirujuk ke rumah sakit.

Pasien : Saya tidak mau. Saya ingin di sini saja. Tidak ada obat untuk menyembuhkannya ya?

Dokter : Di rumah sakit, Bapak akan mendapat perawatan yang lebih baik.

Pasien : Kenapa saya bisa terkena kencing manis, padahal saya sudah tidak jajan lagi sekarang.
Apa pula hubungannya dengan mata dan menggigil? Saya tidak mau, pokoknya saya
ingin di rumah saja.

Dokter : Tidak bisa, Bapak harus dirujuk supaya pengobatan berhasil.

Anak Satu : Bapak ini dibilangin suka ngeyel, kalau disuruh rujuk ya rujuk.

Anak Dua : Hush, pelan-pelan. Pak, pertimbangkan saran dokter.

Pasien : (mengggigil, cemas, memeluk tubuh sambil menggigit jari tangan) Tidak, saya tidak
mau. Saya mau di rumah saja.

Anak Dua : Ayolah Pak, ini demi kebaikan Bapak.

Pasien : Nanti di rumah sakit, saya diapa-apain. Saya tidak mau, takut (melawan)

Dokter : Bapak, tidak apa-apa. Di rumah sakit Bapak hanya akan diperiksa.

Anak Satu : Aduh Pak, jangan repotin orang. Malu-maluin tau, kalau tidak mau ya sudah. Tanggung
sendiri akibatnya.

Anak Dua : Hush

Dokter : Kondisi Bapak sudah lemah, ini menunjukkan kadar gula dalam tubuh Bapak semakin
sedikit. Sebaiknya diperiksakan sekarang sebelum terlambat. Saya akan membuat surat
rujukannya sekarang.
Akhirnya Pasien mengalah dan diantar kedua anaknya ke rumah sakit melalui surat rujukan.

Set Empat: Ruang Pemeriksaan Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit

Perawat Satu : (memeriksa tensi darah pasien) Wha, tinggi sekali tensi Bapak. Apa sebelumnya sudah
pernah minum obat penurun tekanan darah?

Pasien : (menggeleng) Saya ini cuma tahu sakit kampung, kayak meriang, kesemutan, batuk,
masuk angin, dan asma. Saya tidak pernah paham dengan tekanan darah, gula, macam-
macam. Berbahayakah memangnya? Apa saya akan mati sebentar lagi? Saya tidak mau
sakit lagi, Sus. Saya capek, setiap malam kencing bolak-balik WC. Makan juga tidak
nafsu. Badan lemas terus. Rasanya tidak enak.

Perawat Dua : Tenang, Pak. Jangan panik. Tindakan Bapak untuk datang ke sini sudah tepat.

Anak Satu : Makanya, kalau dibilangin, nurut!

Anak Dua : Pak, nanti setelah ini menurut ya sama Dokter. Bapak harus patuh supaya cepat
sembuh.

Pasien : (mengangguk) Saya tidak mau sakit lagi, saya capek.

Beberapa kali pasien bertanya kepada perawat kenapa matanya bisa buta sebelah, begitu pun dengan
kenaikan tekanan darah, dan keluhan-keluhan kecil lainnya. Setelah dijelaskan sedikit dan disuruh
menunggu panggilan, pasien dan kedua anaknya kembali ke ruang tunggu.

Set Lima: Ruang Dokter Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit

Dokter menjelaskan kalau gejala-gejala yang dirasakan pasien merujuk pada diabetes melitus. Bahkan
dari hasil pemeriksaan gula darah yang tinggi, dapat dipastikan pasien mengalami DM Tipe II.
Karenanya, pasien mulai harus menjaga asupan makan dan melatih diri patuh minum obat.

Pasien : Saya tidak akan segera mati kan, Dok? Saya masih bisa sembuh? Kenapa saya sakit
begini Dok?

Pasien terus menjelaskan, sesekali anak pertama dan kedua menceritakan ulang bahwa ayahnya suka
minum-minuman yang manis dan makan nasi banyak-banyak. Ayah mereka tidak suka berolahraga,
suka begadang, dan ketika sakit lebih sering minum obat warung ketimbang memeriksakan diri ke
puskesmas.

Dokter : Karena kondisi Bapak semakin memburuk. Ada baiknya jika beliau dirawat inap dulu
satu sampai dua hari hingga keadaannya stabil.
Akhirnya, pasien paham penyakit yang dideritanya dan akan menjalani rawat inap untuk
mengembalikan kondisi tubuhnya yang semakin lemah.

Tamat.

Anda mungkin juga menyukai