Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Urin adalah cairan berwarna pucat yang memiliki variasi warna


sesuai dengan kualitasnya; merupakan zat asam dan mempunyai berat
jenis 1003–1030 (Watson, 2002; Gandasoebrata, 2007). Urin merupakan
larutan yang mengandung zat-zat sisa metabolik yang toksik dan senyawa-
senyawa asing dari tubuh yang dikeluarkan oleh ginjal melalui saluran
kemih (Sherwood,2011). Pada keadaan normal, urin tidak mengandung
bakteri, virus atau Mikroorganisme lain (Garcia, 2010; Chairlan & Lestari,
2011).

Urin merupakan media pertumbuhan yang baik bagi bakteri karena


zat-zat yang terkandung didalam urin dapat menjadi sumber nutrisi bagi
bakteri. Penerimaan spesimen urin dalam kondisi tidak segar
dikhawatirkan tidak dapat menggambarkan keadaan yang sesuai dengan
klinis pasien (Krihariyani, 2010). Clinical and Laboratory Standards
Institute 2015 menganjurkan agar pemeriksaan kultur urin dilakukan
paling lambat dua jam setelah dilakukan sampling. Penundaan
pemeriksaan urin tanpa disimpan pada suhu 2–8°C dapat menurunkan
kualitas hasil pemeriksaan (Delanghe & Speeckaert, 2014).

Kolonisasi bakteri patogen pada pemeriksaan kultur urin disebut


bakteriuria. Bakteriuria bermakna atau signifikan didefinisikan sebagai
terdapatnya >105 CFU/mL bakteri pada sampel urin pancar tengah (Bailey
& Scott's, 2007; Adelberg et.al, 2008; Tom Elliott et.al., 2013). Jumlah
bakteriuria bermakna dari hasil pemeriksaan kultur urin masih merupakan
standar baku (gold standard) untuk menegakkan diagnosa adanya infeksi
saluran kemih (Bailey & Scott's, 2007; Kemenkes RI, 2014). Bakteriuria
bermakna tidak selalu disertai adanya gejala klinis pada pasien sehingga
hasil kultur urin dapat digunakan sebagai jaminan bahwa diagnosa yang

.b 1
diberikan telah akurat. Jumlah bakteri yang ditemukan dalam spesimen
pada pemeriksaan kultur urin harus menggambarkan keadaan yang
sebenarnya dari klinis pasien agar penegakkan diagnosa yang akurat dapat
tercapai. Aspek - aspek seperti teknik sampling, proses penyimpanan dan
proses transportasi spesimen menjadi sangat penting diperhatikan pada
pemeriksaan kultur urin (Krihariyani, 2010).

B. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakaha urin
mengandung pigmen empedu atau tidak.
C. Manfaat
Manfaar dari penelitian ini untuk memberikan informasi mengenai
empedu.

.b 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Urine adalah cairan sisa hasil metabolisme yang diekskresikan oleh ginjal
dan kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh. Kandungan urin terdiri dari air
dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan
materi organik.(Arief. 2010)

Menurut penelitian urine normal berwarna jernih tetapi tergantung pola


minumnya . Semakin sedikit minum, maka seseorang semakin pekat warna
urinenya. Sering kita lihat jika pagi-pagi setelah bangun tidur, air kencing
warnanya kuning karena pas tidur kita tidak banyak minum. Setelah makin siang,
karena sudah banyak minum, warnanya bisa jadi kuning jernih .(Arief.2010)

Air kencing atau urine yang normal memiliki aroma yang khas, yaitu
aroma amonia. Namun, urine dengan aroma yang lebih kuat daripada biasanya,
mungkin saja merupakan pertanda bahwa kamu sedang mengidap penyakit
tertentu. (Notoatmodjo,S. 2012)

Rentan normal untuk air seni selama 24 jam adalah 400 sampai 2000
mililiter per hari ( dengan asupan cairan normal dari sekitar 2 liter perhari).
(Notoatmodjo,S. 2012)

Menurut American Association for Clinical Chemistry, nilai rata-rata


untuk pH urine adalah 6.0, tetapi dapat berkisar antara 4,5 hingga 8,0.Hasil tes pH
urine yang berada di bawah 5.0 bersifat asam, sedangkan hasil tes urine yang
lebih tinggi dari 8.0 memiliki sifat yang basa.Laboratorium yang berbeda
mungkin memiliki rentang yang berbeda untuk tingkat pH “normal”. Laporan
hasil tes yang diberikan oleh pihak lab akan menjelaskan tingkat normal dan
abnormal untuk laboratorium tertentu. Semakin rendah angkanya, semakin asam
urine Anda. Jika hasil tes pH urine menunjukkan angka yang rendah, ini adalah
tanda bahwa kondisi urine Anda sangat berisiko untuk munculnya batu ginjal.

.b 3
(American Association of Clinical Endocrinologist and American College of
Endocrinology, 2015.)

Bila kencing berbusa terus-menerus terjadi, busa tidak cepat hilang, atau
malah makin lama makin berbusa, bisa jadi itu disebabkan oleh suatu penyakit.
Misalnya, ginjal bocor (proteinuria). Proteinuria atau albuminuria merupakan
kondisi di mana jumlah kandungan protein dalam urine melebihi ambang
batas normal. (Notoatmodjo,S. 2012)

.b 4
BAB III

METODELOGI PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu Praktikum

a. Tempat
Praktikum Kimia Pangan dalam menganalisis kadar protein dilaksanakan
di Laboratorium Biokimia Prodi Gizi dan Dietetika Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur.
b. Waktu
Penelitian ini dilakukan sesuai dengan jadwal praktikum mata Biokimia
yang dilaksanakan pada:
Hari : Selasa
Tangggal : 17 September 2019
Waktu : 13.00 – 16.20

B. Alat dan Bahan

a. Alat

1)Tabung reaksi
2)Rak tabung
3)Penjepit
4)Pipet tetes
b. Bahan

1)Urin

2)Kertas label

3)Kertas indikator pH

.b 5
c. Cara Kerja

Amati sifat fisik pada urin serta tentukan warna, volume, bau, buih, dan
kekeruhan

Mengisi beaker glass dengan urin ½ tabung.

Setelah itu di kocok urin tersebut, jika buih berwarna kuning mengandung
pigmen empedu

Masukkan kertas indikator pH universal kedalam urin, lalu amati perubahan


pada warna kertas, kemudian cocokkan warna dengan standar pH

.b 6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil

PROBANDUS UJI URIN HASIL KETERANGAN

SIFAT FISIK NORMAL/TIDAK


1. Warna 1. Kuning keruh (TIDAK)
Kuning keruh karna
sehabis minum kopi.

2. Volume 2. 60 ml (NORMAL)
Sedikit, karna urin
bangun tidur.
3. Aromatis (NORMAL)
3. Bau

4. Normal (NORMAL)
4. Buih
Buih berwarna putih
MIA ALDINA dan lama menetap.

5. Negative (NORMAL)
5. Kekeruhan
Urin tidak mangendap
setelah lama
didiamkan.
6. pH 5 (NORMAL)
Asam
7. Pigmen Negatif/tidak ada (NORMAL)
empedu Warna buih putih dan
lama menetap.

.b 7
Dari tabel hasil pengamatan diatas dijelaskan bahwa probandus (Mia
Aldina) pada uji urin sifat fisik warna diperoleh hasil kuning keruh yang berarti
tidak normal dikarenakan Mia Aldina baru saja mengkonsumsi minuman kopi.
Kemudian pada uji urin sifat fisik volume didapatkan hasil 60 ml yang berarti
normal dikarenakan sampel urin yang dipakai adalah urin bangun tidur sehingga
urin yang diperoleh sedikit. Lalu pada uji urin sifat fisik bau didapatkan hasil urin
aromatis yang berarti normal. Kemudian uji urin sifat fisik buih didapakan hasil
normal karena buih berwarna putih dan lama menetap. Kemudian selanjutnya uji
urin sifat fisik kekeruhan didapatkan hasil negattif dikarenakan urin tidak
mengendap setelah lama didiamkan. Kemudia pada uji urin sifat fisik pH
didapatkan hasil 5 yang berarti normal dikarenakan asam. Kemudian yang
terakhir ada uji urin sifat fisik pigmen empedu yaitu diperoleh hasil negative atau
tidak ada yang dikarenakan warna buih putih dan lama menetap.

B. Pembahasan

Pada hasil praktikum kami yang menggunakan sampel urin dari probandus
berinisial MA, didapatkan hasil sifat fisik yang terdiri dari warna, volume, bau,
aroma dan kekeruhan. Pada sifat fisik warna didapatkan hasil kuning keruh pada
sampel urin dimana hal ini menunjukkan bahwa warna urin tidak normal, urin
normal biasanya berwarna kuning jernih. Setelah dilakukan wawancara dengan
probandus didapatkan jawaban bahwa sebelum pengambilan sampel urin,
probandus meminum kopi sebelum tidur dan itulah yang menyebabkan warna
urinnya menjadi kuning keruh. Pada sifat fisik volume urin, didapatkan hasil 60
ml yang berarti volume urin tidak normal. Volume urin normal biasanya adalah
sekitar 200-400 ml. Setelah dilakukan wawancara dengan probandus didapatkan
jawaban bahwa sampel urin yang diambil adalah urin bangun tidur dan tidak
semua urin tertampung pada wadah sehingga hanya diperoleh sedikit urin. Pada
sifat fisik bau urin didapatkan hasil urin berbau aromatis yang berarti urin tersebut
normal. Pada sifat fisik buih pada urin didapakan hasil normal atau tidak ada buih,
pada saat kami mengocok sampel urin, urin berbuih namun berwarna putih dan
berangsur-angsur hilang namun lama menetapnya alias tidak langsung

.b 8
menghilang semua buihnya. Hal ini berarti urin tersebut normal karena tidak
terdapat warna kuning pada urin karena terdapatnya bilirubin pada urin. Pada sifat
fisik kekeruhan pada urin didapatkan hasil negatif atau normal karena urin tidak
mengendap setelah didiamkan lama pada wadah untuk menampung urin. Pada
pengukuran pH pada urin didapatkan hasil 5 pada kertas indikator pH universal
yang berarti urin bersifat asam dan normal. Kadar pH normal pada urin berkisar
4,8-7,5. Pada penilaian pigmen empedu pada urin didapatkan hasil negatif
dibuktikan pada saat kami mengocok urin tersebut tidak didapatkan warna kuning
pada buih, melainkan didapatkan warna putih pada urin yang berarti urin tidak
mengandung pigmen empedu.

.b 9
BAB V
PENUTUP

KESIMPULAN
Dari pengamatan yang telah dilakukan dengan menggunakan urine orang
normal dan urine penderita diabetes miletus dapat disimpulkan bahwa Urine orang
normal mengandung amoniak (NH3), clor, dan memiliki pH 6 (asam). Urine
penderita diabetes miletus mengandung glukosa, amoniak(NH3), clor, dan
memiliki pH 7 (netral). Dari percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Warna kuning dalam urine berasal dari bilirubin. Pucat atau kuatnya warna
kuning pada urin normal tergantung pada konsumsi air. perubahan warna dari
yang normal itu bisa terjadi karena pengaruh makanan, obat, atau kondisi
kesehatan
2. pH urine normal berkisar antara 5-8.
3. Urine dikatakan normal jika warna urine pada tabung reaksi setelah
ditambahkan larutan benedict kemudian dipanaskan adalah kuning
keputihan.
4. Jika terdapat kandungan protein dalam urine, maka ginjal mengalami
kelainan atau gangguan akibat terdapat kebocoran
pada ginjal bagian glomerulus yang berfungsi sebagai penyerapan senyawa
yang dibutuhkan oleh tubuh, termasuk protein.
5. Jika pada urine terdapat glukosa, maka ginjal bagian tubulus tidak berfungsi.
Pada ginjal normal, glukosa dan asam amino meresap melalui peristiwa difusi
pada daerah tubulus.

SARAN
Setiap hari orang harus mengeluarkan berbagai zat yang tidak dibutuhkan
oleh tubuh. Tapi terkadang urine yang dikeluarkan menimbulkan bau yang tidak
sedap, kebanyak bau dari urine bersifat sementara. Tetapi jika hal tersebut terus
berlanjut selama beberapa hari sebaikannya melakukan pemeriksaan kedokter.

.b 10
LAMPIRAN

.b 11
DAFTAR PUSTAKA

Watson.R. 2002. Anatomi Dan Fisiologi. Ed 10. Buku Kedokteran ECG.


Jakarta. Hal 303

Gandasoebrata. 2007. Penuntun Laboratorium. Jakarta : Dian Rakyat.

Sherwood, Laura Iee. 2011. Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC.

Bailey & Scott’s. 2007; 57:842-853. Diagnostic Microbiology. Twelfth


Edition. Missouri. USA: Mosby Elsevier.

Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta : Kemenkes RI;
2015.

AACE/ACE Guidelines (American Association of Clinical


Endocrinologist and American College of Endocrinology), 2015. Clinical Practice
Guidelines,. Diabetes Comprehensive Care, 21: 37-8

Arief, TQ. 2010. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu


Kesehatan.Surakarta: UNS Press. pp: 77-130

Notoatmodjo,S. 2012 .Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT.


Rineka Cipta. p: 85

.b 12

Anda mungkin juga menyukai