Anda di halaman 1dari 24

Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum

americanum L) terhadap Staphylococcus aureus dan Candida

albicans

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang kaya akan tumbuh-tumbuhan lama

yang dapat diproses secara alami untuk menjadi beberapa bahan yang

sangat penting bagi kelanjutan hidup. Tanaman-tanaman yang ada di

Indonesia mempunyai sangat banyak manfaat seperti dibuat makanan

untuk sayur mayur serta tanaman juga dapat berfungsi pula sebagai obat-

obat penyembuh yang seperti kita kenal dalam hal ini adalah tanaman

herbal alami untuk penyembuhan penyakit.1

Di Indonesia terdapat berbagai jenis tumbuhan obat, lebih dari

20.000 jenis tumbuhan obat tersebar di seluruh negara ini. Sekitar 1000

jenis tanamantelah terdata dan baru sekitar 300 jenis yang sudah

dimanfaatkan untuk pengobatan secara tradisional. Penggunaan tanaman

sebagai bahan obat tradisional memerlukan penelitian ilmiah untuk

mengetahui khasiatnya dan digunakan sebagai sumber senyawa

penuntun untuk sintesis senyawa obat baru.2

Salah satu tanaman obat herbal yang dewasa ini banyak

dimanfaatkan dimasyarakat ialah kemangi (Ocimum spp). Dimasyarakat

kemangi digunakan sebagai sayur atau lalap.Selain sebagai lalapan,


kemangi juga mempunyai khasiat mengatasi bau mulut, bau badan, badan

lesu, anti peradangan, antibiotik alami, diuretik, analgesik, melancarkan

peredaran darah, membersihkan racun, antimalaria, nyeri haid, anti jamur,

mencegah kanker dan mengurangi kolestrol. Kemangi juga kaya akan

betakaroten dan magnesium yang berfungsi menjaga dan memelihara

kesehatan jantung.3

Kandungan kimia Ocimum spp yang pernah dilaporkan aalah minyak

atsiri, saponin, tanin, flavonoid, steroid, terpenoid, alkaloid, fenol,

karbohidrat, lignin, pati dan antrakuinon.4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Aktivitas

Antimikroba Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum americanum L) terhadap

Staphylococcus aureus dan Candida albicans ?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Aktivitas Antimikroba

Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum americanum L) terhadap Staphylococcus

aureus dan Candida albicans.


1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mendeskripsikan Efektivitas Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum

americanum L) terhadap Aktivitas pertumbuhan Staphylococcus

aureus dan Candida albicans.

2. Mengukur daya hambat Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum americanum

L) terhadap bakteri Staphylococcus aures dan candida albicans dalam

konsentrasi 25%,50%,75% dan 100%.

3. Menganalisis pengaruh Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum americanum

L) terhadap Aktivitas pertumbuhan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan masyarakat akan

pentingnya tanaman herbal.

1.4.2 Ilmiah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah

mengenai penggunaan tanaman herbal seperti Daun kemangi (Ocimum

americanum L) sebagai Antimikroba.

1.4.3 Bagi Peneliti

Menumbuhkan ilmu dan wawasan untuk mengembangkan

kemampuan meneliti dalam rangka menunjang proses pembelajaran.

1.4.4 Dalam Bidang Kedokteran

Dapat digunakan sebagai acuan atau study banding bagi penelitian

mahasiswa selanjutnya dan sebagai bahan tambahan informasi Ilmiah


mengenai Aktivitas Antimikroba Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum

americanum L) terhadap Staphylococcus aures dan candida albicans.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Tanaman Kemangi

2.1.1 Taksonomi

Taksonomi tanaman Kemangi adalah sebagai berikut :

a.Kingdom : Plantae

b.Divisi : Magnoliophyta

c.Kelas : Magnoliopsida

d.Ordo : Lamiales

e.Family : Lamiaceae atau Labiatae

f.Genus : Ocimum

g.Spesies : Ocimum americanum L

2.1.2 Sinonim

a. Sinonim : Ocimum canum Sims, Ocimum affricanum Lour, Ocimum

brachiatum Blume.

b. Nama daerah :

1. Malaysia : Selaseh, Kemangi, Ruku-ruku

2. Inggris : American basil, Hoary basil, Lemon basil, wild basil

3. Indonesia : Surawung (Sunda), Selasih putih, Kemangi

4. Thailand : Maenglak
2.1.3 Morfologi

Morfologi Ocimum spp yang beragam dapat dibedakan dari bentuk

dan warna batang , bentuk dan warna daun, bentuk rangkaian dan warna

bunga, serta bentuk dan warna biji.

Ocimum spp merupakan herba tegak , sangat harum, tinggi 0,3- 0,6

meter, umumnya batang berwarna hijau dan keunguan. Panjang tangkai

daun 0,5-2 m, helaian daun bulat memanjang dengan ujung runcing.

Bentuk rangkaian bunga ada yang tunggal dan ada yang majemuk

(bergerombol). Daun pelindung bulat telur dengan panjang 0,5-1 cm

dengan kelopak sisi luar berambut.

Terdapat variasi warna mahkota bunga pada Ocimum spp yaitu

putih, kuning dan keunguan, dengan panjang mahkota bunga 8-9

mm.Tanaman ini diperbanyak dengan biji. Biji Ocimum spp berwarna

hitam atau cokelat, bentuk bulat dengan ukuran biji relatif kecil.

Di Indonesia genus Ocimum yang dikenal adalah Ocimum

gratissimum (Ocimum viridiflorum, Roth) atau dengan bahasa daerah

selasih mekah, selasi jambi, ruku-ruku rimba, Ocimum canum Sims yang

dikenal dengan kemangi, Ocimum basilicum atau selasih dan Ocimum

tenuiflorum (Ocimum sanctum L) atau ruku-ruku.

Jenis Ocimum yang lain sukar untuk dibedakan dengan Ocimum

basilicum L, berikut perbedaannya secara singkat :

a. Ocimum gratissimum L, bentuk daun panjang, cabang tulang 6-10,

dengan kelopak depan lebih pendek dan biji keras


b. Ocimum africanum Lour (Ocimum canum Sims) mempunyai kelopak

dan mahkota yang lebih pendek, bunga selalu putih

c. Ocimum sanctum L, dengan kelopak yang berambut pendek atau

gundul.

Tumbuhan Ocimum americanum L memiliki morfologi yang sama

dengan Ocimum basillicum namun memiliki bentuk bunga sedikit lebih

kecil, berwarna putih dengan benang sari menonjol dan lebih berambut.

Tandan bunga banyak, penuh dan tegak. Warna dun hijau terang, bentuk

daun bulat memanjang dengan bentuk ujung daun runcing-tumpul dan

bentuk pangkal daun tumpul. Tepi daun bergerigi, permukaan daun halus

dan panjang daun 4,9-9,8 cm. Tinggi tanaman 70-85 cm dengn warna

batang hijau terang.

Panen dilakukan apabila tanaman sudah berbunga penuh dan

sudah mulai pembentukan biji serta daun-daun bagian bawah mulai

berubah warna menjadi kekuningan yaitu sekitar 2-3 bulan masa tanam.

Panen sebaiknya dilakukan sebelum daun tanaman berguguran.

2.1.4 Ekologi dan Penyebaran

Ocimum spp. Banyak tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian

1100 m sari permukaan laut. Tumbuh baik pada tanah terbuka , maupun

agak teduh dan tidak tahan terhadap kekeringan. Lebih sering tumbuh

agak teduh dan tidak tahan terhadap kekeringan. Lebih sering tumbuh liar,

ditemukan di tepi jalan dan di tepi kebun. Tanaman ini berasal dari daerah

Asia tropis.
Ocimum americanum L. Adalah tanaman tahunan yang tumbuh liar

dan dibudidayakan di daerah tropis dan sub tropis seperti di Asia dan

Afrika. Tumbuh kurang lebih 300 m di atas permukaan laut.

2.1.5 Kandungan Kimia

Kandungan kimia pada Ocimum americanum L. Yaitu minyak atsiri,

karbohidrat, fitosterol, alkaloid, fenolik, tanin, lignin, pati, saponin,

flavonoid dan terpenoid danantrakuinon. Minyak atsiri pada Ocimum

americanum L. Mengandung komponen kamfor, metil sinamat, sitral,

geraniol, limonen dan linalool.

2.1.6 Khasiat

Secara tradisional, Ocimum spp. digunakan sebagai obat untuk

menyembuhkan beberapa penyakit seperti demam, mengurangi rasa

mual, sakit kepala, sembelit, diare, batuk, penyakit kulit, penyakit cacing,

gagal ginjal, epilepsi dan digunakan sebagai penambah aroma pada

makanan.

Penelitian yang telah ada menyebutkan ekstrak petroleum eter dari

Ocimum sanctum memiliki aktivitas sebagai antidiabetes dan

antihiperkolesterolemia, ekstrak metanolnya memiliki aktivitas antioksidan

dan antineoplstik. Ekstrak air, etanol dan aseton gratissimu L. memiliki

aktivitas antifungi, ekstrak kloroformnya sebagai antioksidan. Ekstrak

etanol, metanol dan n-heksana dari ocimum basilicum sebagai

antimikroba, ekstrak petroleum eter, kloroform, alkohol, air dan minyak


atsirinya memiliki aktivitas antioksidan dan hepatoprotektif. Ekstrak

metanol ocimum tenuiflorum memiliki aktivitas sebagai antioksidan.

Menurut thaweboon (2009), Ocimum americanum L. memiliki

aktivitas antimikroba. Dari pengujian farmakologi, kandungan minyak

atsirinya mempunyai aktivitas antibakteri, antifungi dan antituberkular.

2.2 Ekstraksi

Ekstraksi adalah penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.

Simplisia yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan

senyawa yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-

lain. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat

digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, flavonoid, alkaloid dan lain-

lain. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang terkandung dalam simplisia

akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat.

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan

mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani

menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hamper semua

pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan

sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.

Ada beberapa cara metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut

yaitu :

1. Cara Dingin
a. Maserasi adalah proses pengestrakan simplisia dengan

menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokkan atau

pengadukan pada temperature kamar. Remaserasi berarti

dilakukan pengulangan maserat pertama dan seterusnya.

b. Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada

temperature ruangan. Prosesnya terdiri dari tahapan

pengembangan bahan, tahapan maserasi antara, tahap perlokasi

sebenarnya ( penetesan/penemapungan ekstrak), terus menerus

sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.

2. Cara Panas

a. Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik

didihnya, selam waktu tertentu dan jumlahnya pelarut terbatas yang

relative konstan dengan adanya pendingin baik. Umumnya dilakukan

pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga

proses ekstraksi sempurna.

b. Soxhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yamg selalu baru

yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi

ekstrak kontinu dengan jumlah pelarut relative konstan dengan

adanya pendingin balik.

c. Digesti adalah maserasi kinetik ( dengan pengadukan kontinu) pada

temperature yang lebih tinggi dari temperature kamar, yaitu secara

umum dilakukan pada temperature 40-50 ºC


d. Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperature

penangas air 96-98 ºC (bejana infus tercelup dengan penangas air

mendidih selama 15-20 menit).

e. Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥ 30 ºC) dan

temperature sampai titik didih air.

2.3 Antimikroba

Antimikroba merupakan zat atau obat untuk membasmi jasad renik

yang diperoleh dari sintesis atau yang berasal dari senyawa non organik.

Bakteriostatik yaitu antimikroba yang hanya menghambat pertumbuhan

mikroorganisme. Bakterisidal adalah antimikroba yang dapat membunuh

mikroorganisme.

Mekanisme kerja antimikroba :

1. Menghambat sintesis dinding sel

Struktur dinding sel dapat dirusak dengan cara menghambat

pembentukannya atau mengubahnya setelah terbentuk.

2. Mengganggu keutuhan membrane sel mikroba

Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu di dalam

sel serta mengatur aliran keluar-masuknya bahan-bahan lain.

Membran memelihara integritas komponen-komponen selular.

Kerusakan pada membran ini akan mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan sel atau matinya sel.

3. Menghambat sintesis protein sel mikroba


4. Hidupnya suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul-molekul

protein dan asam nukleat dalam keadaan ilmiahnya. Suatu kondisi

atau substansi yang mengubah keadaan ini, yaitu mendenaturasikan

protein dan asam-asam nukleut dapat merusak sel tanpa dapat

diperbaiki kembali. Suhu tinggi dan konsentrasi pekat beberapa zat

kimia dapat mengakibatkan koagulasi (denaturasi) ireversibel (tidak

dapat balik) komponen-komponen selular yang vital ini.

5. Menganggu metabolisme sel mikroba

Setiap enzim dari beratus-ratus enzim berbeda-beda yang ada

didalam sel merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya suatu

penghambat. Banyak zat kimia telah diketahui dapat mengganggu

reaksi biokimia. Penghambatan ini dapat mengakibatkan

terganggunya metabolisme atau matinya sel.

6. Penghambatan sintesis asam nukleat dan protein

DNA, RNA dan protein memegang peranan penting di dalam proses

kehidupan normal sel. Hal itu berarti bahwa gangguan apa pun yang

akan terjadi pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut

dapat mengakibatkan kerusakan total pada sel.

2.3.1 Staphylococcus aureus

Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu dan berkembang biak

dengan membelah diri (aseksual). Ukuran bakteri bervariasi baik

penampang maupun panjangnya, tetapi pada umumnya penampang

bakteri adalah sekitar 0,7-1,5 µm dan panjangnya sektar 1-6 µm.


Bakteri dibagi dalam golongan Gram positif dan Gram negatif

berdasarkan reaksinya terhadap pewarnaan Gram. Perbedaan antara

bakteri Gram positif dan Gram negatif diperlihatkan dari perbedaan

dinding sel. Dinding sel bakteri Gram positif, Staphylococcus aureus dan

Streptococcus sp sebagian besar terdiri atas beberapa lapisan

peptidaglikan yang membentuk struktur yang tebal dan kaku. Kekakuan

pada dinding sel bakteri yang disebabkan karena lapisan peptidaglikan

dan ketebalan peptidaglikan ini membuat bakteri Gram positif resisten

terhadap lisis osmotik.

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif yang

bersifat aerob atau anaerob fakultatif dan tahan hidup dalam lingkungan

yang mengandung garam dengan konsentrasi tinggi, misalnya NaCl 10%.

Staphylococcus berbentuk bulat atau kokus dengan diameter 0,4-1,2 µm.

Hasil pewarnaan yang berasal dari perbenihan padat akan

memperlihatkan susunan bakteri yang bergerombol seperti buah anggur.

Untuk membiakkan bakteri Staphylococcus diperlukan suhu optimal

antara 28-38 C. Apabila bakteri tersebut diisolasi dari seorang penderita,

suhu optimal yang diperlukan adalah 37C, pH optimal untuk

pertumbuhannya adalah 7,4. Bakteri Staphylococcus aureus terdapat

pada hidung, mulut, tenggorokan, pori-pori, permukaan kulit, kelenjar

keringat dan saluran usus. Infeksi Staphylococcus aureus dapat berupa

jerawat, bisul, abses dan luka

Klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut:


Divisi : Protophyta atau Schizophyta

Kelas : Schizomycetes

Bangsa : Eubacteriales

Suku : Micrococcaceae

Marga : Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus aureus

2.3.2 Candida albicans

Jamur adalah organisme heterotrofik. Jamur dapat berupa khamir

yang tumbuh sebagai uniseluler atau berupa kapang yang tumbuh berupa

filamen-filamen. Komponen penyusun dinding sel berupa kitin, selulosa

atau glukan.

Candida spp dikenal sebagai fungi dimorfik yang secara normal

ada pada saluran pencernaan, saluran pernafasan bagian atas dan

mukosa genital pada mamalia. Tetapi populasi yang meningkat dapat

menimbulkan masalah. Beberapa spesies Candida yang dikenal banyak

menimbulkan penyakit baik pada manusia maupun hewan adalah Candida

albicans.

Candida albicans merupakan fungi oportunistik penyebab sariawan,

lesi pada kulit, vulvavaginistis, candida pada urin, gastrointestinal

candidiasis yang dapat menyebabkan gastric ulcer atau bahkan dapat

menjadi komplikasi kanker.

Candida albicans merupakan suatu jamur lonjong yang berkembangbiak

dengan bertunas yang menghasilkan pseudomiselium baik dalam biakan


maupun dalam jaringan dan eksudat. Candida adalah flora normal selaput

lendir saluran pernafasan, saluran pencernaan dan genitalia wanita. Pada

tempat-tempat tersebut jamur ini dapat menjadi dominasi dan

dihubungkan dengan keadaan patogen. Kadang-kadang jamur

ini menyebabkan penyakit sistemik progresif pada penderita yang

lemah atau kekebalannya tertekan. Candida dapat menimbulkan invasi

dalam aliran darah, tromboflebitis, endokarditis, atau infeksi pada mata

dan organ-organ lain

Klasifikasi Candida albicans adalah sebagai berikut:

Divisi : Ascomycota

Kelas : Saccharomycetes

Bangsa : Saccharomycetales

Suku : Saccharomycetaceae

Marga : Candida

Spesies : Candida albicans

2.3.3 Pengujian Aktivitas Antimikroba

Pengujian mikrobiologi memanfaatkan mikroorganisme sebagai

penentu konsentrasi komponen tertentu pada campuran kompleks kimia,

untuk mendiagnosis penyakit tertentu, serta untuk menguji bahan kimia

guna menentukan potensi mutagenik atau karsinogenik suatu bahan.

Pada uji ini diukur pertumbuhan mikroorganisme terhadap agen

antimikroba. Kegunaan uji antimikroba adalah diperolehnya suatu sistem

pengobatan yang efektif dan efisien.


Adapun metoda uji antimikroba antara lain sebagai berikut :

1. Metode difusi

a. Metode disc diffusion (metode Kirby Bauer) untuk menentukan

aktivitas agen antimikroba. Piringan yang berisi agen antimikroba

diletakkan pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme

yang akan berdifusi pada media agar tersebut. Area jernih

mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme

oleh agen antimikroba pada permukaan media agar (Pratiwi, 2008).

b. Metode E-test digunakan untuk mengestimasi MIC (Minimum

Inhibitory Concentration) atau KHM (Kadar Hambat Minimum), yaitu

konsentrasi minimal suatu agen antimikroba untuk dapat

menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Pada metode ini

digunakan strip plastik yang mengandung agen antimikroba dari

kadar terendah hingga tertinggi dan diletakkan pada permukaan

media agar yang telah ditanami mikroorganisme. Pengamatan

dilakukan pada area jernih yang ditimbulkannya yang menunjukkan

kadar agen antimikroba yang menghambat pertumbuhan

mikroorganisme pada media agar (Pratiwi, 2008).

c. Ditch plate technique. Pada metode ini sampel uji berupa agen

antimikroba yang diletakkan pada parit yang dibuat dengan cara

memotong media agar dalam cawan petri pada bagian tengah

secara membujur dan mikroba uji (maksimum 6 macam) digoreskan

ke arah parit yang berisi agen antimikroba (Pratiwi, 2008).


d. Cup-plate technique. Metode ini serupa dengan metode dics

diffusion, dimana dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami

dengan mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen

antimikroba yang diuji (Pratiwi, 2008).

e. Gradient-plate technique. Pada metode ini konsentrasi agen

antimikroba pada media agar secara teoritis bervariasi dari 0 hingga

maksimal. Media agar dicairkan dan larutan uji ditambahkan.

Campuran kemudian dituang ke dalam cawan petri dan diletakkan

dalam posisi miring. Nutrisi kedua selanjutnya dituang diatasnya dan

diinkubasi selama 24 jam untuk memungkinkan agen antimikroba

berdifusi dan permukaan media mengering. Mikroba uji (maksimal 6

macam) digoreskan pada arah mulai dari konsentrasi tinggi ke

rendah. Hasil diperhitungkan sebagai panjang total pertumbuhan

mikroorganisme maksimum yang mungkin dibandingkan dengan

panjang pertumbuhan hasil goresan.

Bila :

X = panjang total pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin

Y = panjang pertumbuhan aktual

C = konsentrasi final agen antimikroba pada total volume media

mg/mL atau µg/mL, Maka konsentrasi hambat adalah;

(mg/mL atau µg/mL)


Yang perlu diperhatikan adalah dari hasil perbandingan yang

didapat dari lingkungan padat dan cair, faktor difusi agen antimikroba

dapat mempengaruhi keseluruhan hasil pada media padat (Pratiwi, 2008).

2. Metode dilusi

Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Metode dilusi cair/ broth dilution test (serial dilution).

Metode ini mengukur MIC (Minimum Inhibitory Concentration atau

Kadar Hambat Minimum, KHM) dan MBC (Minimum Bactericidal

Concentration atau Kadar Bunuh Minimum, KBM). Cara yang

dilakukan adalah dengan membuat seri pengeceran agen

antimikroba pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba

uji. Larutan uji agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat

jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai

KHM. Larutan yang ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya

dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji

ataupun agen antimikroba, dan diinkubasi selama 18-24 jam. Media

cair yang tetap terlihat jernih setelah diinkubasi ditetapkan sebagai

KBM (Pratiwi, 2008).

b. Metode dilusi padat/ solid dilution test.

Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan

media padat (solid). Keuntungan metode ini adalah satu

konsentrasi agen antimikroba yang diuji dapat digunakan untuk

menguji beberapa mikroba uji (Pratiwi, 2008).


3. Uji aktivitas antifungi

Pada uji ini kebutuhan media berbeda dengan menggunakan

bakteri. Media yang umum digunakan adalah Sabouraud Dextrose

Liquid/Solid, Czapex Dox, dan media khusus fungi lainnya. Uji ini

serupa dengan uji untuk bakteri, dimana spora atau miselium fungi

dilarutkan pada larutan agen antimikroba uji, dan selanjutnya pada

interval waktu tertentu disubkultur pada media yang sesuai. Setelah

diinkubasi, pertumbuhan fungi pun diamati (Pratiwi, 2008).

4. Uji Bioautografi

Uji bioautografi merupakan metode spesifik untuk mendeteksi

bercak pada kromatogram hasil KLT (kromatografi lapis tipis) yang

memiliki aktivitas antibakteri, antifungi, dan antivirus. Keuntungan

metode ini adalah sifatnya yang efisien untuk mendeteksi adanya

senyawa antimikroba karena letak bercak dapat ditentukan walaupun

berada dalam campuran yang kompleks sehingga memungkinkan

untuk mengisolasi senyawa aktif tersebut. Kerugiannya adalah

metode ini tidak dapat digunakan untuk menentukan KHM dan KBM.

Ada dua macam metode bioautografi, yaitu :

a. Bioautografi langsung: dengan penyemprotan plat KLT dengan

suspensi mikroorganisme atau dengan menyentuhkan plat KLT

pada permukaan media agar yang ditanami mikroorganisme.

Setelah inkubasi pada waktu tertentu, letak senyawa aktif tampak

sebagai area jernih dengan latar belakang keruh.


b. Bioautografi overlay: dengan menuangkan media agar yang telah

dicampur mikroorganisme diatas permukaan plat KLT, media

ditunggu hingga padat, kemudian diinkubasi. Area hambatan

dilihat dengan penyemprotan menggunakan tetrazolium klorida.

Senyawa yang aktif sebagai antimikroba akan tampak sebagai

area jernih dengan latar belakang ungu

2.4 Kerangka Teori

2.5 Kerangka Konsep


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

3.2.2 Waktu Penelitian

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel Independen

Variabel independen pada penelitian ini adalah a. Ekstrak kulit nanas

dengan konsentrasi 100% b. Ekstrak kulit nanas dengan konsentrasi 75%

c. Ekstrak kulit nanas dengan konsentrasi 50%

d. Ekstrak kulit nanas dengan konsentrasi 25%

e. Etanol 90% sebagai kelompok kontrol

3.4.2 Variabel Dependen

Variabel dependen pada penelitian ini adalah pertumbuhan bakteri

3.5 Tekhnik Sampel

3.6 Kriteria Sampel

3.6.1 Kriteria Inklusi Sampel

3.6.2 Kriteria Ekslusi Sampel

3.7 Definisi Operasional

Definisi operasional untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Konsentrasi ekstrak kulit nanas adalah hasil dari penghancuran daun

kemangi dengan metode maserasi yang dilakukan dilaboratorium kimia

kemudian pembuatan berbagai konsentrasi.

Cara ukur : menghitung konsentrasi ekstrak daun kemangi dengan

Rumus V1 × M1 = V2 × M2 (b/v)

Alat ukur : gelas ukur

Hasil ukur : konsentrasi ekstrak kulit nanas 100%, 75%, 50%, dan 25%,

Skala ukur : ordinal

2. Diameter zona hambat pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah

diameter dimana bakteri Staphylococcus aureus tidak tumbuh disekitar

cakram yang ditandai dengan adanya daerah bening yang diukur

dengan satuan milimeter.

Cara ukur : mengukue diameter terluar zona bening disekitar cakram

Alat ukur : Sliding Kaliper

Hasil ukur : Diameter terpanjang (mm) zona bening

Skala ukur : rasio

3.8 Prosedur Penelitian

3.9 Alur Penelitian

3.10 Etika Penelitian


Daftar Pustaka

1. Situs Resmi Dunia Tumbuhan.Tanaman kemangi (Ocimum

Basilicum L). http://www.plantar.com.17 februari 2013.

2. Akbar, Hendra Rizki.2010.Isolasi dan Identifikasi Golongan

Flavonoid Daun Dendang Gendis (Clinacanthus nutans) Berpotensi

sebagai Antioksidan. Departemen Kimia : FMIPA IPB.

3. Lenton patricia, majerus georgia, bakhdash bashar.2001.Conseling

and Treatig bad breath patients, a step-by step approach. The

jurnal of contempory dental practice;volume 2, no.2.

4.

Anda mungkin juga menyukai