Anda di halaman 1dari 18

MANAJEMEN RISIKO

SAP 4

OLEH:
Kelompok 4:
Ni Putu Wiwik Suastari (1515251104)
I Gede Krisna Pratama (1515251106)
Dewa Ayu Nyoman Ardhea Mahadewi (1515251107)
M Dwi Aryasa Endyana (1515251111)
Gede Bagus Januar Mahadiputra (1515251112)
Ngakan Made Yuda Winata (1515251144)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
NON REGULER 2018
RISIKO PERUBAHAN TINGKAT BUNGA

1. KARAKTERISTIK RISIKO PERUBAHAN TINGKAT BUNGA


Perubahan tingkat bunga bisa menyebabkan perusahaan menghadapi dua tipe risiko :
a.Risiko Perubahan Pendapatan
Pendapatan bersih ( hasil investasi dikurangi biaya ) berukurang dari yang diharapkan
b. Risiko Perubahan Nilai Pasar
Nilai pasar berubah karena perubahan tingkat bunga,yaitu berubah menjadi lebih kecil ( turun
nilainya )
1.1Risiko Perubahan Pendapatan
Perubahan tingkat bunga dapat menyebabkan sedikitnya perubahan pendapatan. Ada 2 jenis
risiko perubahan pendapatan yang dihadapi oleh perusahaan :
a. Risiko Penginvestasian Kembali
Misal asset seperti berikut ini :

Aset Kewajiban (Pasiva)

Obligasi jangka waktu :1 Obligasi jangka waktu: 2 tahun ,


tahun ,bunga : 12% pertahun dengan bunga : 10% pertahun,selama
2 tahun

Keterangan :
> Tahun 1 perusahaan peroleh keuntungan ( spreads ) 2% = 12% - 10%
> Tahun kedua tergantung tingkat bunga investasi
> Bila 12% tingkat bunga tetap peroleh keuntungan sama dengan tahun pertama
> Bila bunga 8%, rugi 2%
b. Risiko Pendanaan Kembali

Aset Pasiva

Obligasi jangka waktu 2 Obligasi jangka waktu 1


tahun ,bunga 12% pertahun tahun ,Bunga: 10% pertahun
Keterangan :
> Tahun pertama spreads keuntungan 12%-10% = 2%
> Tahun ke-2 tergantung tingkat bunga obligasi berlaku
> Jika bunga pendanaan sama sebesar 10% maka diperoleh keuntungan 2%
> Jika bunga 14% rugi 2%

1.2 Risiko Perubahan harga Pasar


Perubahan tingkat bunga menyebabkan perubahan nilai pasar aset atau kewajiban yang
dipegang oleh perusahaan, jika penurunan nilai aset lebih besar dibanding dengan penurunan
nilai kewajiban, maka perusahaan mengalami kerugian atau sebaliknya, Secara umum, jika
bunga meningkat maka nilai sekuritas cenderung mengalami penurunan. Tingkat penurunan nilai
tersebut bisa berbeda dari satu sekuritas ke sekuritas lainnya.
Misal perusahaan mempunyai neraca sebagai berikut :

Aset Pasiva

Obligasi jangka waktu 10 Obligasi jangka waktu 2


tahun ,nilai nominal :Rp. 1 tahun ,Nilai nominal: Rp. 1
juta. Kupon Bunga :10% Nilai juta. Kupon Bunga: 10% Nilai
pasar: Rp. 1 juta pasar: Rp. 1 juta

Misalkan tingkat yang berlaku adalah 10%, maka nilai obligasi yang menjadi asset dan obligasi
kewajiban adalah :
Obligasi asset = 100.000 +………….......+ 1.100.000 = 1 juta
(1+0,1)1 (1+0,1)10
Obligasi Kewajiban = 100.000 +………….........+ 1.100.000 = 1 juta
(1+0,1)1 (1+0,1)2

Obligasi asset dan kewajiban mempunyai nilai pasar yang sama yaitu Rp 1 juta. Misalkan tingkat
bunga naik menjadi 12%, maka nilai obligasi keduanya adalah:
Obligasi asset = 100.000 +………+ 1.100.000 = Rp. 886.996
1+0,12)1 (1+0,12)10
Obligasi Kewajiban = 100.000 +………+ 1.100.000 = Rp. 966.199
(1+0,12)1 (1+0,12)2
Terlihat bahwa kedua obligasi tersebut mengalami penurunan nilainya. Karena obligasi asset
mengalami penurunan lebih besar dibandingkan turunnya obligasi kewajiban, maka perusahaan
tersebut mengalami kerugian.

2. PENGUKURAN RISIKO PERUBAHAN TINGKAT BUNGA : METODE PENILAIAN


KEMBALI (REPRICING MODEL )

2.1 Periode Harian


Repricing model mencoba mengukur risiko perubahan tingkat bunga dengan menggunakan
pendekatan pendapatan. Model tersebut ingin melihat bagaimana pengaruh perubahan tingkat
bungaterhadap pendapatan yang diperoleh suatu organisasi.

Aset Kewajiban ( Pasiva )

Meminjamkan dipinjaman pasar antar bank 1 Meminjam di pasar antar bank


hari Rp 2 M 1 hari Rp 3M
Comercial Paper 3 bulan Rp 3 M Tabungan Rp 3M
Surat Hutang 6 bulan Rp 5 M Deposito 1 bulan Rp 10 M
Pinjaman 1 tahun Rp 6 M Deposito 1 tahun Rp 10 M
Obligasi 3 tahun Rp 10 M Deposito 2 tahun Rp 10 M
Obligasi 3 tahun tk
bunga mengambang Rp 5 M Modal Rp 5M
Pinjaman bunga tetap
jangka waktu 10 tahun Rp 10 M

Total Aset Rp 41 M Total Pasiva Rp 41 M

Langkah – langkah yang perlu dilakukan :


1. Mengidentifikasi dan mengelompokan aset atau kewajiban yang rentan terhadap perubahan
tingkat bunga, yaitu asset atau kewajiban yang harus dinilai ulang jika tingkat bunga berubah.
2. Menghitung gap anatar aset sensitif dengan kewajiban sensitif terhadap perubahan bunga dan
menghitung perubahan pendapatan jika tingkat bunga berubah.

a. Mengidentifikasi dan mengelompokkan asset


Misal aset bank pinjaman dipasar antar bank satu hari sebesar Rp 2 miliar,
jika tingkat bunga besokberubah (misal naik), maka pendapatan bunga yang diperoleh akan
berubah (meningkat dalam hal ini), dengan kata lain aset ini tergolong sensitif dan harus dinilai
kembali ( Reprice). Disisi lain melihat sisipasiva, bank meminjam dipasar antar bank sebesar Rp
3 miliar, bank memiliki aset yang sensitif terhadap perubahan tingkat bunga sebesar Rp 3 miliar,
ini tergolong sensitif dan harus dinilai kembali ( Reprice )jika bunga harian berubah.
b. Menghitung Gap antara Asset dan Kewajiban yang sensitif terhadap perubahan tingkat
bunga dan menghitung perubahan pendapatan
Gap antara RSA dengan RSL bisa dihitung sebagai berikut :
GAP = (Rp 2 miliar) – (Rp 3 miliar ) = - Rp 1 miliar

Misalkan tingkat bunga meningkat sebesar 1% (misal dari 10% menjadi 11%), maka pendapatan
bank tersebut berubah sebesar :
Perubahan pendapatan = (GAP x ( Δ Bunga)
= - Rp 1 miliar x 0,01 = -Rp 10 juta
Dengan kata lain bank tersebut mengalami kerugian sebesar Rp 10 juta jika tingkat bunga
sebesar 1% .

2.2 Periode Lebih dari Satu Hari


Identifikasi aset sensitif terhadap perubahan tingkat bunga dalam waktu 1 tahun. Berikut hasil
identifikasi tersebut :

Meminjam dipinjaman pasar antarbank 1 hari Rp 2 M


Commercial Paper 3 bulan Rp 3 M
Surat Hutang 6 bulan Rp 5 M
Pinjaman 1 tahun Rp 6 M
Bagian Obligasi 3 tahun yang jatuh tempo tahun ini Rp2 M
Obligasi 3 tahun tingkat bunga mengambang Rp 5 M +

Total Rate sensitif aset (RSA) Rp 23 M

Untuk obligasi 3 tahun, sebesar Rp 2 M jatuh tempo tahun ini, Karena itu sejumlah Rp 2M akan
dinilai ulang jika tingkat bunga berubah. Untuk obligasi dengan tingkat bunga
mengambang,karena tingkat bunga ditetapkan kembali selam enam bulan, maka obligasi tersebut
akan dinilai ulang setiap enam bulan. Pinjaman dengan bunga tetap dengan jangka waktu 10
tahun tidak masuk dalam perhitungan, karena tingkat bunga tersebut tetap selama 10 tahun, tidak
akan berubah meskipun tingkat bunga berubah – ubah. Dari perhitungan diatas, nampak bahwa
bank tersebut mempunyai asset yang sensitif terhadap perubahan tingkat bunga selama periode
satu tahun (RSA) sebesar Rp 23 M.

Langkah berikutnya adalah mengidintifikasi kewajiban yang sensitif terhadap perubahan tingkat
bunga untuk periode 1 tahun :

Meminjam dipasar antar bank 1 hari Rp 3 M


Tabungan Rp 3 M
Deposito 1 bulan Rp 10 M
Deposito 1 tahun Rp 10 M
Total Rate Sensitive Liability ( RSL ) Rp 26 M

Dari perhitungan di atas nampak bahwa bank tersebut mempunyai kewajiban yang sensitif
terhadap perubahan tingkat bunga selama periode 1 tahun ( RSL ) sebesar Rp 26 M

2.3 Gap Sebagai Indikator Risiko Tingkat Bunga


Kumulatif GAP = RSA – RSL
= Rp 23 M – Rp 26 M = - Rp 3 M

Maka kenaikan bunga akan merugikan bank tersebut karena gap negatif . dalam contoh diatas,
gap ratio adalah :
GAP Ratio = KGAP / Total aset
= - Rp 3 M / Rp 41 M = - 0,073 atau - 7,3%

Gap ratio bermanfaat karena memberikan informasi besarnya gap relatif terhadap total asset.
Sebagai contoh, misal ada dua bank dengan inormasi gap berikut ini :

Bank A Bank B

Gap - Rp 10 M - Rp 20 M

Total Aset Rp 100 M Rp 500 M

Gap Ratio - 10% - 4%

GAP Bank A lebih kecil dari bank B, sehingga eksposure Bank A terhadap resiko nampak
lebih kecil dari Bank B, Tapi jika dibanding total aset terlihat Gap ratio B lebih kecil dibanding
A. Jika suatu perusahaan / bank ingin menghilangkan eksposur terhadap resiko perubahan
tingkat bunga, maka bank tersebut bisa membuat neraca dengan gap sama dengan nol. Otomatis
juga akan kehilangan kesempatan memperoleh perbedaan bunga. Untuk itu bank menetapkan
gap tertentu.
GAP ratio sebesar plus/minus 15% biasa dilakukan oleh bank.

2.4 Perubahan Tingkat Bunga yang Berbeda Untuk Asset dan Kewajiban
Δ Pendapatan bersih = Δ Pendapatan bunga – Δ Biaya bunga
Kembali ke contoh di atas, di mana Bank mempunyai RSA sebesar Rp 23 M, dan mempunyai
RSL sebesar Rp 26 M, atau gap sebesar – Rp 3 M. Misalkan tingkat bunga untuk asset berubah
2% sementara tingkat bunga untuk kewajiban berubah 1%.
Maka perubahan pendapatan :

ΔPendapatan bersih = (Rp 23 M)(0,02) – (Rp 26 M)(0,01)


= Rp 460 juta – Rp 260 juta
= Rp 200 juta
Terlihat bahwa bank justru memperoleh keuntungan karena pendapatan bunga meningkat lebih
beasr dibandingkan dengan biaya bunga.

3. PENGUKURAN RISIKO PERUBAHAN TINGKAT BUNGA : METODE JANGKA


WAKTU (MATURITY MODEL )
3.1 Perhitungan Gap jangka waktu
> Metode repricing (penilaian kembali mempunyai kelemahan terutama karena tidak
memperhatikan efek perubahan nilai pasar dari perubahan tingkat bunga. Jika tingkat
bunga meningkat maka discount rate atau tingkat pendiskontoan juga meningkat. Present
value aliran kas di masa datang semakin kecil dan nilai pasar sekuritas akan turun.
 Contoh metode repricing
> suatu bank membeli obligasi dengan tujuan untuk investasi (dipegang sampai jatuh
tempo) dalam situasi tersebut bank akan mencatat nilai historis obligasi di
neracanya. Bank memperoleh pendapatan hanya dari kupon bunga yang dibayarkan.
 Contoh Metode pengukuran risiko perubahan tingkat bunga yang
memperhitungkan perubahan nilai pasar
> Bank lain membeli obligasi dengan tujuna untuk memperoleh keuntungan melalui trading
(memperjual belikan sekuritas). Bank akan mencatat nilai obligasi di neracanya
berdasarkan nilai pasar obligasi. Karena itu nilai pasar obligasi akan di efaluasi praktis
setiap hari. Jika nilai pasar obligasi lebih kecil nilai belinya, bank tersebut merugi dan
sebaliknya.
 Contoh metode Jangka waktu mengukur perubahan harga pasar suatu aset akibat
perubahan tingkat bunga.
Suatu bank mempunyai neraca sebagai berikut
Aktiva Pasiva
Obligasi jangka waktu 10 tahun Pinjaman jangka pendek, bunga 15%
Nilai nominal Rp 10 juta, kupon bunga= jangka waktu 2 tahun, nilai nominal = Rp
15% 180 juta
Obligasi jangka waktu 20 tahun Modal saham Rp 2 juta
Nilai nominal Rp 10 juta, kupon bunga=
15%
Total aset Rp 20 juta Total Pasiva Rp 20juta

Misal tingkat bunga yang berlaku atau yield adalah 15% harga pasar akan sama dengan nilai
nominal dengan situasi ini. Bank tersebut mempunyai aktiva dan pasiva sebesar 20juta. Misalkan
tingkat bunga yang berlaku meningkat menjadi 17% maka nilai obligasi tersebut menjadi :
Obligasi Aset 1 = 150.000 + ............... + 1.150.000 = 9.068.279
(1+0,17)1 (1+0,17)10
Obligasi Aset 2 = 150.000 + ............... + 1.150.000 = 8.874.447
(1+0,17)1 (1+0,17)20
Pinjaman = 2.700.000 + 1.150.000 = 17.429.323
(1+0,17)1 (1+0,17)2

Neraca yang baru sesudah perubahan tingkat bunga :


Aktiva Pasiva
Oblogasi jangka waktu 10 tahun Pinjaman jangka pendek, bunga 15%
Nilai nominal Rp 10 juta, kupon jangka waktu 2 tahun, nilai nominal =
bunga= 15% Rp 9.068.279 Rp 18juta
Obligasi jangka waktu 20 tahun Rp 17.429.323
Nilai nominal Rp 10 juta, kupon Modal saham Rp 2
bunga= 15% Rp 8.874.447 juta Rp 513.403
Total aset Rp 17.942.726 Total Pasiva Rp 17.942.726

Bank tersebut dikatakan mempunyai ketidaksesuaian jangka waktu antara aset dengan kewajiban
( maturity mismatch ). Ketidaksesuaian jangka waktu tersebut memunculkan ekposur terhadap
resiko perubahan tingkat bung. Semakin besar ketidaksesuain tersebut semakin besar risiko
perubahan tingkat bunga yang dihadapi bank tersebut.
o Jangka waktu untuk portofolio aset atau kewajiban dapat dihitung sebagai rata-
rata tertimbang dalam jangka waktu aset atau kewajiban individual dengan
membobot adalah nilai pasar dari masing-masing aset.
> Gap jangka waktu bisa dihitung :
> Gap jangka waktu = MA ( maturity of Aset ) – ML ( Maturity of liability )
o Semakin besar gap jangka waktu baik positif maupun negatif semakin besar risiko
perubahan tingkat bunga yang dihadapi. Contoh : struktur neraca bank dengan gap
jangka waktu yang tidak nol.
Aktiva Pasiva
Pinjama (aset) jangka panjang Tabungan dan deposito (dengan jangka
(misal memberikan kredit kepemilikan waktu 1 tahun)
perumaha/KPR dengan kangka waktu 10 Modal Saham
tahun

 Jika bank memperkirakan tingkat bunga akan meningkat bank bisa memperkecil gap jangka
waktu atau bernilai negatif ( jangka waktu kewajiban lebih panjang dibandingkan dengan jangka
waktu aset ) dalam situasi tersebut nilai kewajiban akan turun lebih cepat dibanding nilai aset (
hal yang menguntungkan bagi bank ) begitu pula ketika bank memperkirakan tingkat bunga akan
menurun. Jangka waktu aset lebih besar dibandingkan dengan jangka waktu kewajiban.

3.2. Imunisasi Dengan Metode Jangka Waktu


 Jika bank ingin melakukan imunisasi melalui metode jangka waktu agar perubahan tingkat
bunga tidak mengakibatkan kerugian maka bank bisa menyamakan jangka waktu aset dan jangka
waktu kewajiban :
MA = ML atau MA – ML = 0
 Jika bank menyamakan sumberdana dengan aset maka neracanya :
Aktiva Pasiva
Obligasi jangka waktu 10 tahun Pinjaman jangka pendek, bunga 15%
Nilai nominal Rp 10 juta, kupon bunga= jangka waktu 15 tahun, nilai nominal =
15% Rp 18 juta
Obligasi jangka waktu 20 tahun Modal saham Rp 2 juta
Nilai nominal Rp 10 juta, kupon bunga=
15%
Total aset Rp 20 juta Total Pasiva Rp 20juta

 Misal tingkat bunga meningkat menjadi 17% nilai aset dan kewajiban yang baru :
Aktiva Pasiva
Oblogasi jangka waktu 10 tahun Pinjaman jangka pendek, bunga 15%
Nilai nominal Rp 10 juta, kupon jangka waktu 15 tahun, nilai nominal =
bunga= 15% Rp 9.068.279 Rp 18juta
Obligasi jangka waktu 20 tahun Rp 16.083.293
Nilai nominal Rp 10 juta, kupon Modal saham Rp 2
bunga= 15% Rp 8.874.447 juta Rp1.859.433
Total aset Rp 17.942.726 Total Pasiva Rp 17.942.726

 Bank bisa menekan risiko perubahan tingkat bunga dengan menyamakan jangka waktu aset
dengan jangka waktu kewajiban tetapi bank tidak bisa sepenuhnya mengimunisasi risiko
perubahan tingkat bunga. Hal ini merupakan kelemahan dari metode jangka waktu ( maturity
model )

4. PENGUKURAN RISIKO PERUBAHAN TINGKAT BUNGA : METODE DURASI


4.1 Kelemahan Metode jangka waktu
 Imunisasi dengan menyamakan jangka waktu aset dengan jangka waktu kewajiban tidak bisa
sepenuhnya melindungi modal saham misal
Obligasi Perincian
A Nilai nominal Rp 1 juta, jangka waktu satu tahun, kupon
bunga= 10%, dibayarkan setiap semester
B Nilai nominal Rp 1 juta, jangka waktu satu tahun, kupon
bunga= 10%, dibayarkan setiap tahun

 Metode durasi memperbaiki metode jangka waktu karena metode durasi memperhitungkan
timing dari setiap aliran kas
4.2. Perhitungan durasi
 Durasi bisa didefinisikan sebagai rata-rata tertimbang jangka waktu aliran kas dengan pembobot
porposi present value dari setiap aliran kas tersebut.
 Misal tingkat bunga yang berlaku adalah 10% durasi untuk kedua obligasi boisa dihitung :
Waktu Obligasi A PVIF (5%) PV Kas Rata-rata
tertimbang
(1) (2) (3) (4)=(2)x(3) Jangka waktu (5)
½ 50.000 0,952381 47.619 0,0238
1 1.050.000 0,907029 952.381 0,9524
1.000.000 0,9762
Catatan: 5% adalah 10% dibagi dua, karena dibayarkan tiap semester
Waktu Obligasi PVIF PV Kas Rata-Rata tertimbang
B (10%) Jangka waktu
(1) (2) (3) (4)=(2)x(3) (5)
1 1.100.000 0,909091 1.000.000 1
1.000.000 1

Durasi Obligasi A
{[(47.619)(1.000.000)] x (1/2)} + {[(952.381)(1.000.000)]x (1)}
= 0,9762 tahun
Durasi Obligasi B
{[(1.000.000)/(1.000.000)] x 1} = 1 tahun
 Misalkan kita mempunyai dua obligasi yaitu X danY dengan informasi sebagi berikut:
Obligasi Perincian
X Nilai nominal Rp 1juta, jangka
waktu lima tahun, kupon bunga=
Y 10%, dibayarkan setiap tahun.
Nilai nominal Rp 1juta, jangka
waktu lima tahun, kupon bunga=
10%, dibayarkan setiap semester
Tingkat bunga yang berlaku (yield) adalah 9%

Durasi untuk kedua Obligasi:


Tahun Aliran kas PVIF Present Proporsi Rata-Rata
(9%) Value Pv Aliran tetimbang
Kas jangka
waktu
(1) (2) (3) (4)=(2)x(3) (5) (6)=(5)x(1)
1 100.000 0,917 91.743 0,088 0,088
2 100.000 0,841 84.168 0,081 O,162
3 100.000 0,772 77.218 0,074 0,222
4 100.000 0,708 70.842 0,068 0,272
5 1.100.000 0,649 741.924 0,688 3,440
1.038.897 4,186

 Perhitungan durasi obligasi Y


Tahun Aliran Kas PVIF Present Proporsi Rata-rata
(9%) ValueAliran PV Aliran tertimbang
Kas Kas jangka
waktu
(1) (2) (3) (4)=(2)x(3) (5) (6)=(5)x(1)
0,5 50.000 0,978232 48.911,6 0,039244 0,019622
1 50.000 0,955938 47.846,89 0,03839 0,03839
1,5 50.000 0,936107 46.805,36 0,037554 0,056332
2 50.000 0,91573 45.786,5 0,036737 0,073474
2,5 50.000 0,895796 44.789,82 0,035937 0,089843
3 50.000 0,876297 43.814,83 0,035155 0,105465
3,5 50.000 0,857221 42.861,07 0,03439 0,120364
4 50.000 0,838561 41.928,07 0,033641 0,134565
4,5 50.000 0,820308 41.015,38 0,032909 0,14809
5 1.050.000 0,802451 84.257,36 0,676042 3,38021
12.463,33 4,166355
Meskipun jangka waktu keduanya lima tahun, tetapi durasi untuk keduanya lebih kecil dari lima
tahun, karena ada aliran kas yang dibayarkan sebelum tahun kelima. Durasi Y lebih kecil
dibandingkan durasi X karena aliran kas Y lebih awal dibayarkan ( karena dibyarkan setiap
semester ) dibandingkan obligasi X

Durasi untuk obligasi tanpa kupon ( zero coupon bond atau zeroes ) sama dengan jangka waktu
obligasi tersebut
Tahun Aliran PVIF Present Proporsi Rata-rata
Kas (9%) Value Aliran PV Aliran tertimbang
Kas Kas jangka
waktu
(1) (2) (3) (4)=(2)x(3) (5) (6)=(5)x(1)
1 0 0,917431 0 0 0
2 1.000.000 0,84168 841.680 1 2
841.680 1 2
Obligasi zeroes dengan jangka waktu dua tahun mempunyai durasi 2 tahun
Obligasi consol adalah obbligasi yang tidak mempunyai jatuh tempo. Dapat dihitung dengan :
Dc = 1 + (1/R)

4.3 Karateristik Durasi


 Durasi akan meningkat jika jangka waktu aset semakin panjang, menurun jika yield meningkat
dan menurun jika kupon bunga meningkat
 Misalkan ada obligasi dengan karateristik yang sama persis, kecuali jangka waktunya lebih
panjang yaitu tahun 2 tahun
Tahun Aliran PVIF Present Proporsi Rata-rata
Kas (5%) Value Aliran PV Aliran tertimbang
Kas Kas jangka
waktu
(1) (2) (3) (4)=(2)x(3) (5) (6)=(5)x(1)
0,5 50.000 0,952381 47.619,05 0,047619 0,02381
1 50.000 0,907029 45.351,47 0,045351 0,045351
1,5 50.000 0,863838 43.191,88 0,043192 0,064788
2 1.050.000 0,822702 863.9837,6 0,863838 1,727675
1.000.000 1,861624

 Misalkan ada obligasi lain yang karateristiknya sama persis dengan obligasi M, tetapi yield (
tingkat bunga yang berlaku ) meningkat menjadi 12%
Tahun Aliran PVIF Present Proporsi Rata-rata
Kas (6%) Value Aliran PV Aliran tertimbang
Kas Kas jangka
waktu
(1) (2) (3) (4)=(2)x(3) (5) (6)=(5)x(1)
0,5 50.000 0,943396 47.169,81 0,048051 0,0240
1 1.050.00 0,889996 93.4490,3 0,952949 0,9519
981.666,1 1 0,9759

 Misalkan ada obligasi lain yang karateristiknya sama persis dengan obligasi M, tetapi kupon
binganya lebih tinggi, misal 15%
Tahun Aliran PVIF Present Proporsi Rata-rata
Kas (5%) Value Aliran PV Aliran tertimbang
Kas Kas jangka
waktu
(1) (2) (3) (4)=(2)x(3) (5) (6)=(5)x(1)
0,5 75.000 0,952381 71.428,57 0,068256 0,0341
1 1.075.000 0,907029 975.056,7 0,931744 0,9318
1,046485 0,9659

4.4 Interpretasi Ekonomi Durasi


> Hubungan antara durasi dengan perubahan harga bisa dP/P = - D ( dR/(1+R)
> Term D/(1+R) bisa diringkas dan ditulis menjadi MD ( Modified Duration ), sehingga
dP/P = - MD . dR
> Perubahan bunga mempunyai bentuk nonlinier, sedangkan durasi mengasumsikan
perubahan yang bersifat linier. Penyesuaian konvektivitas bisa digunakan untuk
meningkatkan akurasi metode durasi.

4.5 Imunisasi Dengan metode Durasi


a. Ketidaksesuaian Durasi Aset dengan Kewajiban ( Duration Mismatch )
Jika suatu bank mempunyai durasi yang berbeda antara aset dengan kewajiban, maka bank
tersebut menghadapi risiko perubahan tingkat bunga. Semakin besar perbedaan tersebut ( nilai
absolut ), maka semakin besar risiko yang dihadapi bank tersebut. Misal :
Aktiva Pasiva
Obligasi jangka waktu 10 tahun Pinjaman jangka pendek, bunga 15%
Nominal minimal Rp 10 juta Jangka waktu 2 tahun
Kupon bunga 15% Nilai nominal Rp 18 juta
Obligasi jangka waktu 20 tahun
Nilai nominal Rp 10 juta Modal saham Rp 2 juta
Kupon bunga 15%
Total aset Rp 20 juta Total pasiva Rp 20 juta

Jika perusahaan mempunyai bebrap aset atau kewajiban, durasi portofolio aset/kewajiban bisa
dihitung seperti
DA = wl Al + ......... + wn An
DL = wl Ll + .......... + wn Ln
Gap yang positif menunjukan bahwa jika tingkat bunga naik, bank akan mengalami kerugian,
sebaliknya jika gap menunjukkan angka negatif, kenaikan tingkatn bunga akan menguntungkan
banl. Semakin tinggi gap durasi, semakin tinggi risiko perubahan tingkat bunga yang dihadapi
perusahaan.

c. Imunisasi Modal Saham


Bank bisa melakukan imunisasi dengan cara menyamakan durasi aset dengan durasi kewajiban
ΔE = - ( DA – DL.k ) x A x (ΔR/(1+R)
Nilai pasar zeroes Nilai nominal/(1+r)t

d. Imunisasi Rasio Modal


Jika bank ingin mengimunisasi rasio modal, maka bank akan membuat durasi aset sama dengan
durasi kewajiban
DA = DL
Nilai modal saham = nilai aset – nilai kewajiban
DAFTAR PUSTAKA

http://tugaskuliahanakmenej.blogspot.co.id/2011/12/risiko-perubahan-tingkat-bunga.html

http://daeyynala.blogspot.co.id/2015/07/risiko-perubahan-tingkat-bunga.html

Anda mungkin juga menyukai