1. Nyamuk Dewasa
Nyamuk jantan dan betina dewasa perbandingan 1 : 1, nyamuk jantan keluar terlebih dahulu
dari kepompong, baru disusul nyamuk betina, dan nyamuk jantan tersebut akan tetap tinggal di
dekat sarang, sampai nyamuk betina keluar dari kepompong, setelah jenis betina keluar, maka
nyamuk jantan akan langsung mengawini betina sebelum mencari darah. Selama hidupnya
nyamuk betina hanya sekali kawin. Dalam perkembangan telur tergantung kepada beberapa
faktor antara lain temperatur dan kelembaban serta species dari nyamuk. Untuk kelangsungan
kehidupan nyamuk diperlukan air, siklus hidup nyamuk akan terputus. Tingkatan kehidupan
yang berada di dalam air ialah: telur. jentik, kepompong. Setelah satu atau dua hari telur berada
didalam air, maka telur akan menetas dan keluar jentik. Jentik yang baru keluar dari telur masih
sangat halus seperti jarum.
2. Telur Nyamuk
Nyamuk biasanya meletakkan telur di tempat yang berair, pada tempat yang keberadaannya
kering telur akan rusak dan mati. Kebiasaan meletakkan telur dari nyamuk berbeda–beda
tergantung dari jenisnya. Nyamuk anopeles akan meletakkan telurnya dipermukaan air satu
persatu atau bergerombolan tetapi saling lepas, telur anopeles mempunyai alat pengapung.
Nyamuk culex akan meletakkan telur diatas permukaan air secara bergerombolan dan bersatu
berbentuk rakit sehingga mampu untuk mengapung. Nyamuk Aedes meletakkan telur dan
menempel pada yang terapung diatas air atau menempel pada permukaan benda yang merupakan
tempat air pada batas permukaan air dan tempatnya. Sedangkan nyamuk mansonia meletakkkan
telurnya menempel pada tumbuhan- tumbuhan air, dan diletakkan secara bergerombol berbentuk
karangan bungan.
Tidak menutup kemungkinan, telur nyamuk biasanya(spesies tertentu saja) diletakkan pada
daun lembab atau kolam yang kering. Pemilihan tempat ini dilakukan oleh induk nyamuk dengan
menggunakan reseptor yang ada di bawah perutnya. reseptor ini berfungsi sebagai sensor suhu
dan kelembaban. setelah tempat ditemukan, induk nyamuk mulai mengerami telurnya. telur-telur
itu panjangnya kurang dari 1 mm, disusun secara bergaris, baik dalam kelompok maupun satu
persatu. beberapa spesies nyamuk meletakkan telur-telurnya saling menggabung membentuk
suatu rakit yang bisa terdiri dari 300 telur.
Setelah itu, telur berada pada masa periode inkubasi (pengeraman). pada periode ini.
Inkubasi sempurna terjadi pada musim dingin. Selesai setelah itu larva mulai keluar dari telurnya
semua hampir dalam waktu yang sama. sampai siklus pertumbuhan ini selesai secara
keseluruhan, larva nyamuk akan berubah kulitnya sebanyak 2 kali. Stadium telur ini memakan
waktu 1-2 hari.
3. Jentik Nyamuk
Pada perkembangan stadium jentik, adalah pertumbuhan dan melengkapi bulu-bulunya,
Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan jentik antara 8-10 hari tergantung pada suhu,
keadaan makanan serta species nyamuk. Pertumbuhan jentik dipengaruhi faktor temperatur,
nutrien, ada tidaknya binatang predator.
Larva nyamuk dikenal sebagai jentik dan didapati di sembarang bekas berisi air. Jentik
bernafas melalui saluran udara yang terdapat pada ujung ekor. Pupa biasanya seaktif larva, tetapi
bernafas melalui tanduk thorakis yang terdapat pada gelung thorakis. Kebanyakan jentik
memakan mikroorganisme, tetapi beberapa jentik adalah pemangsa bagi jentik spesies lain.
Sebagian larva nyamuk seperti Wyeomyia hidup dalam keadaan luar biasa. Jentik-jentik spesies
ini hidup dalam air tergenang dalam tumbuhan epifit atau di dalam air tergenang dalam pohon
periuk kera. Jentik-jentik spesies genus Deinocerites hidup di dalam sarang ketam sepanjang
pesisir pantai.
4. Kepompong/Pupa
Merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam air. Pupa biasanya seaktif
larva, tetapi bernafas melalui tanduk thorakis yang terdapat pada gelung thorakis. Pada staidum
ini memerlukan makanan dan terjadi pembentukan sayap hingga dapat terbang. Stadium
kepompong akan memakan waktu lebih kurang 1-2 hari. Setelah cukup waktunya, dari
kepompong akan keluar nyamuk dewasa yang telah dapat dibedakan jenis kelaminnya. Setelah
nyamuk bersentuhan dengan udara, tidak lama kemudian nyamuk tersebut telah mampu terbang,
yang berarti meninggalkan lingkungan berair untuk meneruskan hidupnya didarat atau udara.
Dalam meneruskan keturunannya. Nyamuk betina kebanyakan banya kawin satu kali selama
hidupnya. Biasanya perkawinan terjadi setelah 24-48 jam dari saat keluarnya dari kepompong.
Nyamuk dalam kepompong pupa yang cukup dewasa dan siap terbang dengan semua
organnya seperti antena, belalai, kaki, dada, sayap, perut, dan mata besar yang menutupi
sebagian besar kepalanya. lalu kepompong pupa disobek di atas. Tingkat ketika nyamuk yang
telah lengkap muncul ini adalah tingkat yang paling membahayakan. Nyamuk harus keluar dari
air tanpa kontak langsung dengan air, sehingga hanya kakinyalah menyentuh permukaan air.
Kecepatan ini sangatlah penting, meskipun angin tipispun dapat menyebabkan kematiannya.
Akhirnya, nyamuk tinggal landas untuk penerbangan perdananya setelah istirahat sekitar
setengah jam.
2. Tempat Berkembang Biak (Breeding Places)
Dalam perkembang biakan nyamuk selalu memerlukan tiga macam tempat yaitu tempat
berkembangbiak(breeding places), tempat untuk mendapatkan umpan/darah(feeding places) dan
tempat untuk beristirahat(reesting palces). Nyamuk mempunyai tipe breeding palces yang
berlainan seperti culex dapat berkembang di sembarangan tempat air, sedangkan Aedes hanya
dapat berkembang biak di air yang cukup bersih dan tidak beralaskan tanah langsung, mansonia
senang berkembang biak di kolam-kolam, rawa-rawa, danau yang banyak tanaman airnya dan
Anopeheles. Bermacam breeding placed, sesuai dengan jenis anophelesnya sebagai berikut :
a. Anopheles Sundaicus, Anopheles subpictus dan Anopheles vagus senang
b. berkembang biak di air payau.
c. Tempat yang langsung mendapat sinar matahari disenangi nyamuk Anopheles sundaicus,
Anopheles mucaltus dalam berkembang biak.
d. Breeding palces yang terlindung dari sinar matahari disenangi Anopheles vagus, Anopheles
barbumrosis untuk berkembang biak.
e. Air yang tidak mengalir sangat disenangi oleh nyamuk Anopheles vagus, Indefinitus,
Leucosphirus untuk tempat berkembang biak.
f. Air yang tenang atau sedikit mengalir seperti sawah sangat disenangi Anopheles aconitus, Vagus
barbirotus, Anullaris untuk berkembang biak.
Siklus hidup nyamuk sejak telur hingga menjadi nyamuk dewasa, sama dengan serangga-
serangga yang lain mengalami tingkatan (stadia) yang berbeda- beda. Dalam siklus hidup
nyamuk terdapat empat stadia, yaitu Stadium telur, Larva, Pupa, dan dewasa. Stadium dewasa
sebagai nyamuk yang hidup di alam bebas, sedang ketiga stadia yang hidup dan berkembang di
dalam air.
a.Telur
Nyamuk akan meletakkan telurnya di tempat yang berair. Air dalam hal ini merupakan faktor
utama, olh karena tanpa air telur tidak akan tumbuh dan berkembang. Dalam keadaan kering
telur akan cepat kering dan mati, meskipun ada beberapa nyamuk yang telurnya dapat bertahan
dalam waktu waktu lama meskipun dalam lingkungan tanpa air (aedes).
b.Larva/ Jentik
Untuk perkembangan stadium jentik memerlukan tingkatan- tingklatan pula, antara tingklatan
yang satu dengan tingkatan lainnya bentuk dasarnya sama. Selama stadium jentik dikenal empat
tingkatan yang masing- masing tingklatan dinamakan instar. Untuk jentik nyamuk instar
pertama, kedua, ketiga dan keempat bulu- bulu sudah lengkap, sehingga untuk identifikasi jentik
diambil jentik instar keempat.
Stadiumjentik memerlukan waktu kurang lebih satu minggu. Pertumbuhan dan perkembangan
jentik dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya adalah temperatur, cukup tidaknya bahan
makanan, ada tidaknya predator dalam ai, dan lain sebagainya.
c.Pupa
Pupa adalah stedium akhir dari nyamuk yang berada di dalam air. Stadium pupa tidak
memerlukan makanan dan merupakan stedium dalam keadaan inaktif. Pada stadium ini terjadi
pembentukan sayap sehingga setelah cukup waktunya nyamuk yang keluar dari kepompong
dapat terbang. Meskipun stadium pupa dalam keadaan inaktif, bukan berarti tidak ada proses
kehidupan. Pupa tetap memerlukan Oksigen, Oksigen masuk ke dalam tubuh melalui corong
nafas. Stadium pupa makan waktu kurang lebih 12 hari.
d.Dewasa
Dari pupa akan keluar nyamuk/ stadium dewasa. Berdasarkan jenis kelaminnya nyamuk dapat
dibedakan atas nyamuk jantan dan betina. Nyamuk jantan keluar lebih dahulu dari nyamuk
betina, setelah nyamuk jantan keluar, maka jantan tersebut tetap tinggal di dekat sarang
(breeding places). Kemudian setelah jenis yang betina keluar, maka sijantan kemuadian akan
mengawini betina sebelum betina tersebut mencari darah. Betina yang telah kawin akan
beristirahat untuk sementara waktu (1-2 hari) kemudian baru mencari darah. Setelah perut penuh
darah betina tersebut akan beristirahat lagi untuk menunggu proses pemasakan dan pertumbuhan
telurnya. Selama hidupnya nyamuk betina hanya akali kawin. Untuk pertumbuhan telur yang
berikut, nyamuk betina mencari darah untuk memenuhi kebutuhan zat putih telur yang
diperlukan. Waktu yang dibutuhkan untuk menunggu proses perkembangan terurnya berbeda-
beda tergantung pada beberapa faktor diantaranya yang penting adaslah temperatur dan
kelembaban serta spesies dari nyamuk.
Makalah Demam Berdarah. Demam Berdarah Dengue (DHF) di Indonesia,
pertama kali dicurigai berjangkit di Surabaya pada tahun 1968, tetapi
kepastian visologik baru diperoleh pada tahun 1970. DHF pada orang
dewasa dilaporkan pertama kali oleh Swadana 1970 yang kemudian secara
drastis meningkat dan menyebar ke seluruh dati I di Indonesia.
Data yang terkumpul dari tahun 1968-1993 menunjukkan DHF dilaporkan terbanyak terjadi pada
tahun 1973 dan pasien dengan usia pada umumnya dibawah 15 tahun. Penelitian pusat
pendidikan di Jakarta, Semarang, Jogyakarta, dan Surabaya menunjukkan bahwa DHF dan DSS
juga ditemukan pada usia dewasa dan terdapat kecenderungan peningkatan jumlah pasiennya.
Daerah yang terjangkit DHF adalah wilayah yang penduduknya dan jarak antara rumahnya
berdekatan serta kebiasaan aedes aegypti betina yang menggigit secara berulang. Semakin
lancarnya hubungan lalu lintas, kota-kota kecil atau daerah semi urban dekat kota besar pada saat
ini mudah terserang, akibat penyebaran penyakit dari suatu sumber di kota besar. (Hendrawan,
1999).
Virus dengue tergolong dalam famili flaviviridae dan dikenal ada 4 serotipe
dengue 1 dan 2 yang ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang
dunia ke II sedang dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina
pada tahun 1953 – 1954 virus dengue berbentuk batang, bersifat termolabil
dan stabil pada suhu 70°C. Keempat serotipe telah ditemukan pada pasien-
pasien di Indonesia. Dengue tipe 3 merupakan serotipe yang paling banyak
ditemukan di Indonesia. (Hendrawan, 1999).
Gambaran klinis
Gambaran klinis amat bervariasi, dari yang amat ringan hingga yang berat,
pada dengue fever suhu meningkat tiba-tiba, disertai sakit kepada, nyeri
yang hebat pada otot dan tulang, mual muntah dan batuk ringan, sekitar
mata mungkin ditemukan pembengkakan, infeksi konjungtiva, lakrimasi,
dan fotofobia.
Awal demam terlihat pada muka dan dada yang berlangsung selama
beberapa jam dan biasanya tidak diperhatikan pasien. Ruam berikutnya
mulai hari ke-3 sampai hari ke-6, mula-mula berbentuk makula-makula
besar yang kemudian bersatu dan muncul kembali serta kemudian timbul
kembali bercak-bercak ptekia pada dasarnya. Hal ini terlihat pada lengan
dan kaki, kemudian menjalar ke seluruh tubuh.
Pemeriksaan fisik pasien dengue fever hampir tidak ditemukan kelainan,
nadi pasien mula-mula cepat dan menjadi normal atau lebih lambat pada
hari ke-4 dan ke-5, bradikardia dapat menetap untuk beberapa hari dalam
masa penyembuhan.
Pada DHF gejala perdarahan dimulai hari ke-3 atau ke-5 berupa ptekia,
purpura, ekimosis, hematomisis, melena, dan epistaksis. Hati umumnya
membesar dan nyeri tekan tetap serta pembesaran hati tidak sesuai dengan
beratnya penyakit.
Pada pasien DSS gejala renjatan ditandai dengan kulit yang terasa lembab
dan dingin serta sianosis perifer yang terutama tampak pada ujung hidung,
jari-jari tangan dan dijumpai pula penurunan tekanan darah, renjatan
biasanya terjadi pada waktu demam atau saat demam turun antara hari ke-
3 dan hari ke-7.
Kriteria klinis demam dengue adalah :
Bagaimana, dah cukup jelas tentang Demam Berdarah ini? Baca juga
tentang Proposal Skripsi Keperawatan
1. Ecdysteroids adalah istilah umum untuk hormon-hormon steroid yang mempunyai aktivitas
merangsang moulting. Ecdysteroid disintesis dari cholesterol. Oleh karena serangga tidak
mampu mensintesis cholesterol de novo, maka zat ini didapatkan dari makanannya. Setelah
disintesis di dalam kelenjar prothoracic, ecdysone disekresikan ke haemolymph dan di dalam
jaringan target mengalami hidroksilasi dan menjadi hormone yang aktif yaitu 20-OH-ecdysone
(20-hydroxyecdysone). Ecdysone juga dihasilkan oleh ovarium dan berfungsi untuk pematangan
sel-sel telur yaitu terutama dalam proses pembentukan yolk (vitellogenesis).
2. Juvenile hormones
Fungsi JH adalah:
- dalam perkembangan, JH berfungsi dalam mengendalikan moulting dan metamorphosis.
- dalam reproduksi JH berfungsi dalam mengendalikan penimbunan yolk, aktivitas kelenjar
accessory dan produksi pheromone.
3. Neurohormon
Neurohormon pada umumnya termasuk peptida sehingga sering disebut neuropeptida. Hormon-
hormon ini berfungsi dalam perkembangan, homeostasis, reproduksi dan metabolisme.
1.
D. Sistem sirkulatori
Sistem sirkulatori pada serangga terdiri dari jantung yang hanya merupakan pembuluh
dorsal dengan pergerakan peristaltik untuk memompa darah atau haemolymph. Haemolymph
pada nympha dan imago mempunyai proporsi kurang dari 20% berat tubuh sedangkan pada
larvae berbadan lunak, proporsi haemolymp lebih besar yaitu 20 – 24% berat tubuh dan
berfungsi juga sebagai skeleton hidrostatik. Haemolymph yang terdiri dari larutan berair, ion-ion
anorganik, lipid, gula (trehalose), asam amino, protein, asam organic dan sel-sel darah berfungsi
untuk pertukaran zat antar jaringan, mengangkut hormon dan nutrien dari usus ke jaringan dan
barang buangan dari jaringan ke organ ekskretori. Perubahan pada tekanan haemolymph akan
diteruskan ke tracheae dan menyebabkan ventilasi dan pada saat moulting, tekanan haemolymph
menyebabkan pecahnya kutikula lama dan mengembangnya kutikula baru. Oleh karena
komponen utamanya adalah air maka haemolymph berfungsi juga sebagai tempat cadangan air
dan dengan kapasitas panas yang tinggi dan dengan sirkulasi, haemolymph berfungsi untuk
pengaturan suhu tubuh (thermoregulation). Kandungan yang tinggi asam-asam amino dan
phosphat organik adalah ciri khas haemolymph serangga yang mungking berhubungan dengan
perlindungan terhadap suhu dingin. Semua sel darah (haemocytes) serangga berinti dan berfungsi
untuk phagocytosis yaitu menelan partikel dan metabolit, parasit, material asing, dan pembekuan
darah serta penyimpanan dan distribusi nutrien. Jantung serangga bersifat neromiogenik, artinya
kontraksinya tidak hanya secara otomatis karena adanya otot, namun juga karena adanya
rangsang yang diterima syaraf. Inilah yang memperlancar peredaran. Pada serangga besar,
gerakan sayap atau alat tambahan lain secara fisik juga ikut membantu peredaran.
Darah serangga mengandung asam amino konsentrasi tinggi (bukan protein), sedang
karbohidrat dalam bentuk trehalosa. Sedang lemak dalam bentuk senyawa ester digliserida.
Hemolimfa berfungsi utnuk mengendalikan pH dan tekanan osmotik dengan berbagai
mekanisme. Pada umumnya tak berwarna, tetapi ada juga yang berwarna hijau atau merah.
Pigmen dengan mudah diabsorbsi, karenanya serangga-serangga fitopagus umumnya
berhemolimfa hijau. Apabila makanannya berkandungan -karotin tinggi, warnanya jingga-
oranye, bercampur dengan warna asli yang kebiru-biruan muncul warna hijau. Diet tanpa -
karotin menunjukkan hemolimfa serangga tetap berwarna biru.
Fungsi lain yang juga penting adalah kandungan hemositnya yang berguna untuk
metabolisme dan juga ketahanan tubuh. Dalam hal ini hemosit berperan untuk mensintesis
beberapa produk penting: bahan sklerotisasi, tirosin dll.
Jenis hemosit ada beberapa macam (sekitar 9 jenis, tergantung penulis/ahlinya). Ada yang
menyatakan semuanya berasal dari satu sel yang disebut sel induk atau "stem cell" (prohemosit).
Masing-masingnya adalah:
- Sel induk atau pro-hemosit, berbentuk bulat dengan nukleus besar, dihasilkan oleh organ
tertentu pada tubuh serangga yang disebut organ HAEMOCYTOPOIETIC (setara dengan tulang
sumsum pada mammalia). Organ sesungguhnya belum ditemukan. Mungkin dengan mitosis.
Prohemosit ada yang bergerak aktif, ada yang diam di tempat.
- Plasmatosit memiliki ujung seperti jari. Ukurannya agak besar, barangkali karena merupakan
keturunan pertama prohemosit. Berfungsi penting dalam mekanisme ketahanan tubuh, sebagai
agen kekebalan seluler. Dapat bersifat fagositik terhadap benda-benda asing apabila bendanya
lebih kecil. Bila bendanya lebih besar akan diselubungi oleh suatu jaringan penghubung
(konektiva) yang dibentuk oleh plasmatosit. Ini disebut enkapsulasi.
- Hemosit granuler mungkin merupakan bentuk terminal (akhir), karena banyak dijumpai pada
serangga-serangga "tua". Juga berfungsi dalam mekanisme pertahanan diri.
- Koagulosit dihasilkan oleh serangga-serangga yang terluka untuk membentuk gel darah, agar
sistem peredaran tidak kacau. Merupakan bahan sekresi seperti serabut (fibril).
- Adipohemosit merupakan penyimpan lemak bahan makan (setara dengan badan lemak).
- Oenositoid dan Sel sferula belum diketahui fungsinya dengan jelas. Demikian juga Podosit dan
Hemosit vermiform yang dijumpai pada genus Spodoptera.
Pernafasan
Semua binatang memerlukan pembekalan energi dan umumnya mendapatkan energi
melalui proses respirasi (pernafasan).
Respirasi terdiri dari pengambilan, transportasi dan penggunaan oksigen oleh jaringan-
jaringan dan pelepasan dan pembuangan limbah, terutama dioksida dan lingkungannya
disebut respirasi luar (eksternal), sedang pertukaran gas di dalam sel disebut respirasi
dalam (internal) atau metabolisme respirasi.
Respirasi luar pada hampir semua serangga dilaksanakan oleh sistem trakea. Melalui
sistem ini udara/oksigen dari luar diantarkan ke jaringan dan sel-sel yang memerlukan.
Pada serangga ukuran besar yang aktif, untuk melancarkan proses pernapasan itu dibantu
sedikit-banyak oleh ventilasi mekanis dari trakea abdomen dan kantung-kantung udara
yang dihasilkan oleh gerakan-gerakan ritmik tubuh. Proses ini disebut ventilasi aktif.
Analisis menunjukkan bahwa seperempat dari jumlah CO2 yang terjadi karena respirasi
lepas keluar melalui permukaan tubuh.
Hal ini karena gas CO2 dapat berdifusi melalui jaringan binatang 35x lebih cepat daripada
oksigen.
Di depan juga telah disebut bahwa pada serangga air terdapat insang. Respirasi dilakukan
melalui alat ini: oksigen dalam air berdifusi melalui kulit insang yang tipis dan masuk ke
sistem trakea sedangkan CO2 melalui difusi terlepas dari tubuh serangga melarut dalam
air.
G. Sistem ekskretori
Ekskresi yaitu proses pembuangan limbah hasil metabolisme dari dalam tubuh terutama
senyawa N untuk mencegah keracunan, mempertahankan Na+, K+, dan Cl- yang terbatas dalam
makanan, atau hilang karena berdifusi ke dalam lingkungannya pada serangga air. Dengan
menghasilkan urine dan frass komposisi tekanan osmosis cairan tubuh dapat dipertahankan.
Ekskresi dan osmoregulasi dilakukan oleh Malpighian tubules dan usus belakang. Osmoregulasi
pada serangga air tawar dilakukan oleh sel-sel chlorida yang berasosiasi dengan usus belakang
dengan menyerap ion-ion anorganik.
1. Cara kerja sistem ekskretori pada serangga
- Malpighian tubules menghasilkan filtrat yang bersifat isosmotik dari haemolymph yang
mempunyai kandungan ion K+ yang tinggi, Na+ yang rendah dan Cl- sebagai anion utama.
- Transport ion secara aktif, terutama K+, ke dalam lumen dari Malpighian tubules menghasilkan
gradien osmotik dan menyebabkan air berdifusi secara pasif ke dalam lumen. Gula dan
kebanyakan asam amino secara pasif tersaring dari haemolymph. Gula (sukrose dan treholose)
diserap kembali dari lumen ke dalam haemolymph. Semua proses ini menghasilkan urine yang
kemudian dicurahkan ke dalam usus.
- Di dalam rectum, urine dimodifikasi dengan membuang zat-zat terlarut dan air untuk menjaga
keseimbangan cairan dan ion-ion (homeostasis) di dalam tubuh serangga. Sel-sel khusus di dalam
rectal pad melakukan penyerapan kembali ion Cl- secara aktif atas pengaruh hormone. Proses ini
menyebabkan gradien elektrik dan osmotik yang menyebabkan penyerapan kembali ion-ion yang
lain, air, asam-asam amino dan asetat.
2. Ekskresi Nitrogen
Pada serangga pemakan darah, kelebihan N diekskresikan dalam bentuk ammonia pada
yang hidup di air dan sebagai asam urat, urea, pteridine, hypoxanthine, allantoine, dan asam
allantoinat pada serangga terrestrial. Ammonia adalah senyawa toxic, oleh karena itu, ia harus
diekskresikan melalui urine, faeces atau diuapkan melalui kutikula
misalnya pada kecoa.
H. Sistem sensory
Keberhasilan serangga disebabkan oleh kemampuannya untuk mengindera dan
menafsirkan, mengidentifikasi dan merespon secara selektif terhadap signal/rangsangan dari
lingkungan sekitarnya serta kemampuannya mengidentifikasi host dan faktor-faktor mikroklimat.
Signal yang diterima serangga bisa berupa stimuli mekanis, thermal, kimia,penglihatan atau
bayangan.
1. Penginderaan stimuli mekanis
Penginderaan stimuli mekanis dapat dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu:
- penginderaan stimuli sentuhan (tactile mechanoreception)
- penginderaan stimuli mekanis posisi (position mechanoreception atau proprioception)
- penginderaan suara (sound reception)
a. . Penginderaan stimuli sentuhan (tactile mechanoreception)
Alat penerima (reseptor) rangsangan ini disebut trichoid sensillum yang terdiri dari:
- sel-sel trichogen yang menumbuhkan rambut berbentuk kerucut (conical hairs)
- sel-sel tormogen yang menumbuhkan socket
- sensory neuron menumbuhkan dendrite menuju rambut dan axon yang berhubungan dengan
axon lain menuju CNS.
b. Penginderaan stimuli mekanis posisi mechanoreception (proprioception)
Alat penerima dalam penginderaan ini disebut proprioceptors (self perception receptors) dengan
mekanisme kerja sebagai berikut:
Macam-macam proprioceptors:
- Hair plate = sensila pada persendian dan leher yang berhubungan dengan kutikula di dekatnya.
- Stretch receptors = proprioceptor internal yang berhubungan dengan kontraksi otot seperti yang
terdapat pada dinding usus. Receptor ini berfungsi untuk mendeteksi tegangan usus, kecepatan
ventilasi trachea.
- Stress detectors pada kutikula, berupa campaniform sensillum yaitu sensillum berneuron tungga
terletak pada persendian kaki dan sayap, pada dasar haltere pada diptera, pada bagian dorsal dan
ventral. Terdapat beberapa kelompok campaniform sensilla yang merespon terhadap distorsi pada
persendian sayap ketika terbang.
c.. Pengideraan bunyi
Bunyi adalah fluktuasi tekanan yang menyebabkan terjadinya gelombang getaran dan
dihantarkan melalui udara atau substrat termasuk air. Serangga dapat mengindera suara frekuensi
mulai dari 1 Hz (siklus per detik) sampai 100.000 Hz ultra suara - serangga menyadari secara
terus menerus posisi relatif dari bagian tubuh seperti kepala, kaki dan sayap. mendeteksi
bagaimana orientasi tubuh relatif terhadap gravitasi. Proprioceptors (self perception receptors)
Menyampaikan informasi (ultrasound), suatu rentang frekuensi yang jauh lebih besar dibanding
yang manusia mampu mengindera yaitu antara 20 dan 20.000 Hz. Isyarat bunyi pada serangga
berfungsi untuk komunukasi terutama dalam menemukan pasangan kawin. Jangkrik jantan
menarik perhatian betina dengan mengeluarkan suara panggilan, sehingga betina lebih mudah
untuk mendeteksi keberadaan jantan yang sudah siap untuk kawin. Selain itu, isyarat bunyi juga
berfungsi untuk mendeteksi kehadiran predator misalnya kelelawar pemakan serangga yang
menggunakan ultrasound.
1. Penginderaan getaran non-tympanal (tanpa membran)
Bentuk yang paling sederhana dari alat indera suara (getaran) misalnya yang terdapat
pada ulat kobis Barathra brassicae yang berupa seperti rambut (trichoid sensilla) yang
memanjang dan sangat peka. Alat ini mampu mendeteksi suara dengan frekuensi sekitar
150 Hz.Organ khusus pengindera suara non-tympanal pada serangga dikenal dengan
nama chordotonal organs atau subcuticular mechanoreceptors yang tersusun dari satu atau lebih
scolopodia. Ada ua macam chordotonal organ yaitu Johnston’s organ dan subgenual organs.
Johnston’s organ terletak pada segmen ke dua antena (pedicel) atau segmen ke tiga. Organ ini
berfungsi untuk mengukur kecepatan terbang dengan mendeteksi gesekan dengan udara dan
sebagai alat pendengar pada nyamuk (Culicidae) dan Chironomidae. Subgenual organ tersusun
atas suatu setengah lingkaran yang terdiri dari banyak sel pengindera (sensory cells) di dalam
haemocoel. Sel-sel ini pada satu ujungnya terhubung ke kutikula bagian dalam dari tibia dan
ujung lainnya terhubung ke tracheae. Subgenual organ terdapat pada tibia dari setiap kaki. Organ
ini mampu mendeteksi melalui kaki getaran (bunyi) yang dihantarkan melalui substrat dengan
berbagai frekuensi.
2. Penginderaan bunyi secara tympanal
Penginderaan bunyi secara tympanal melibatkan suatu tympanum (membran) yang dapat
merespon bunyi yang dihasilkan di tempat dengan jarak tertentu dan dihantarkan melalui udara
(air-borne vibration). Membran tympanal berhubungan dengan chordotonal organ dan suatu
kantung berisi udara. Kantung udara, yang iasanya merupakan modifikasi dari tracheae,
berfungsi untuk resonansi gelombang agar suara yang diterima menjadi lebih kuat. Letak
tympanal organ berbeda-beda dari kelompok serangga yang satu ke serangga yang lain misalnya:
- Ventral thorax, antara kaki-kaki metathorax (pada melalang sembah, mantids)
- Metathorax (pada ngengat malam, noctuid moths)
- Kaki-kaki prothorax (pada beberapa orthoptera)
- Abdomen (pada orthoptera yang lain, gareng po homoptera, ngengat lepidoptera dan kumbang
coleoptera)
- Pangkal sayap (ngengat lepidoptera)
- Prosternum (lalat diptera)
- Cervical membranes (beberapa kumbang coleptera)
Gelombang bunyi yang sampai pada tympanal organ baik melalui udara maupun melalui
subtrat menyebabkan tympanum bergetar. Getaran tersebut akan diterima oleh tiga chordotonal
organ yaitu subgenual organ, intermediate organ dan crista acustica. Intermediate organ
menerima signal akustik dengan frekuensi 2 – 14 kHz sedangkan crista acustica yang terdiri dari
sekitar 60 sel skolopodial menerima frekuensi sekitar 5 – 50 kHz. Walaupun masing-masing
hordotonal organ mempunyai inervasi syaraf yang terpisah dan menerima gelombang dengan
frekuensi yang berbeda-beda, tetapi signal-signal yang diterima oleh ketiga organ tersebut dapat
diindera dan ditafsirkan secara terpadu. Hal ini dimungkinkan karena ketiga syaraf tersebut
terhubung pada suatu titik.
3. Menghasilkan bunyi
Cara yang paling umum untuk menghasilkan suara pada serangga adalah dengan
stridulation yaitu menggosokkan scraper terhadap file.
ANATOMI SERANGGA
Serangga (disebut pula Insecta, dibaca "insekta") adalah kelompok utama dari hewan beruas
(Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang); karena itulah mereka disebut pula Hexapoda
(dari bahasa Yunani yang berarti "berkaki enam")
Kajian mengenai peri kehidupan serangga disebut entomologi Serangga termasuk dalam kelas
insekta (subfilum Uniramia) yang dibagi lagi menjadi 29 ordo, antara lain Diptera (misalnya
lalat), Coleoptera (misalnya kumbang), Hymenoptera (misalnya semut, lebah, dan tabuhan), dan
Lepidoptera (misalnya kupu-kupu dan ngengat. Kelompok Apterigota terdiri dari 4 ordo karena
semua serangga dewasanya tidak memiliki sayap, dan 25 ordo lainnya termasuk dalam kelompok
Pterigota karena memiliki sayap.
Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi. Ukuran serangga
relatif kecil dan pertama kali sukses berkolonisasi di bumi.
Sejarah
# eaneka-ragaman serangga telah terdapat pada periode Carboniferous (sekitar 300 juta tahun
yang lalu).
# Pada periode Permian (270 juta tahun yang lalu) beberapa kelompok serangga telah
menyerupai bentuk yang dijumpai sekarang.
# Sayap pada serangga mungkin pada awalnya berevolusi sebagai perluasan kutikula yang
membantu tubuh serangga itu menyerap panas, kemudian baru menjadi organ untuk terbang
Pandangan lain menyarankan bahwa sayap memungkinkan hewan itu meluncur dari vegetasi ke
tanah, atau bahkan berfungsi sebagai insang dalam serangga akuatik. [1]Hipotesis lain
menyatakan bahwa sayap serangga berfungsi untuk berenang sebelum mereka berfungsi untuk
terbang.
Kemampuan
* Salah satu alasan mengapa serangga memiliki keanekaragaman dan kelimpahan yang tinggi
adalah kemampuan reproduksinya yang tinggi, serangga bereproduksi dalam jumlah yang sangat
besar, dan pada beberapa spesies bahkan mampu menghasilkan beberapa generasi dalam satu
tahun.[1]
* Kemampuan serangga lainnya yang dipercaya telah mampu menjaga eksistensi serangga
hingga kini adalah kemampuan terbangnya.[1] Hewan yang dapat terbang dapat menghindari
banyak predator, menemukan makanan dan pasangan kawin, dan menyebar ke habitat baru jauh
lebih cepat dibandingkan dengan hewan yang harus merangkak di atas permukaan tanah.
* Umumnya serangga mengalami metamorfosis sempurna, yaitu siklus hidup dengan beberapa
tahapan yang berbeda: telur, larva, pupa, dan imago . Beberapa ordo yang mengalami
metamorfosis sempurna adalah Lepidoptera, Diptera, Coleoptera, dan Hymenoptera.
Metamorfosis tidak sempurna merupakan siklus hidup dengan tahapan : telur, nimfa, dan imago.
Peristiwa larva meniggalkan telur disebut dengan eclosion.[rujukan?] Setelah eclosion, serangga
yang baru ini dapat serupa atau beberapa sama sekali dengan induknya . Tahapan belum dewasa
ini biasanya mempunyai ciri perilaku makan yang banyak.
Ragam
Lebih dari 800.000 spesies insekta sudah ditemukan. Terdapat 5.000 spesies bangsa capung
(Odonata), 20.000 spesies bangsa belalang (Orthoptera), 170.000 spesies bangsa kupu-kupu dan
ngengat (Lepidoptera), 120.000 bangsa lalat dan kerabatnya (Diptera), 82.000 spesies bangsa
kepik (Hemiptera), 360.000 spesies bangsa kumbang (Coleoptera), dan 110.000 spesies bangsa
semut dan lebah (Hymenoptera).
Ordo Lepidoptera ketika fase larva memiliki tipe mulut pengunyah, sedangkan ketika imago
memiliki tipe mulut penghisap. Adapun habitat dapat dijumpai di pepohonan [2]. Ordo
Collembola memiliki ciri khas yaitu memiliki collophore, bagian yang mirip tabung yang
terdapat pada bagian ventral di sisi pertama segmen abdomen . Ada beberapa dari jenis ini yang
merupakan karnivora dan penghisap cairan . Umumnya Collembolla merupakan scavenger yang
memakan sayuran dan jamur yang busuk, serta bakteri, selain itu ada dari jenis ini yang
memakan feses Artropoda, serbuk sari, ganggang, dan material lainnya . Ordo Coleoptera
memliki tipe mulut pengunyah dan termasuk herbivore . Habitatnya adalah di permukaan tanah,
dengan membuat lubang, selain itu juga membuat lubang pada kulit pohon, dan ada beberapa
yang membuat sarang pada dedaunan . Ordo Othoptera termasuk herbivora, namun ada beberapa
spesies sebagai predato .Tipe mulut dari ordo ini adalah tipe pengunyah. Ciri khas yang dapat
dijumpai yaitu sayap depan lebih keras dari sayap belakang .
Ordo Dermaptera mempunyai sepasang antenna, tubuhnya bersegmen terdiri atas toraks dan
abdomen . Abdomennya terdapat bagian seperti garpu . Ordo Diplura memiliki mata majemuk,
tidak terdapat ocelli, dan tarsinya terdiri atas satu segmen. Habitatnya di daerah terrestrial, dapat
ditemukan di bawah batu, di atas tanah, tumpukan kayu, di perakaran pohon, dan di gua. Ordo
ini merupakan pemakan humus. Ordo Hemiptera memiliki tipe mulut penusuk dan penghisap.
Ada beberapa yang menghisap darah dan sebagian sebagai penghisap cairan pada tumbuhan.
Sebagian besar bersifat parasit bagi hewan, tumbuhan, maupun manusia. Ordo ini banyak
ditemukan di bagian bunga dan daun dari tumbuhan, kulit pohon, serta pada jamur yang busuk .
Ordo Odonata memiliki tipe mulut pengunyah. Umumnya Ordo ini termasuk karnivora yang
memakan serangga kecil dan sebagian bersifat kanibal atau suka memakan sejenis. Habitatnya
adalah di dekat perairan. Biasanya ditemukan di sekitar air terjun, di sekitar danau, dan pada
daerah bebatuan.
Sub kelas Diplopoda memiliki ciri tubuh yang panjang seperti cacing dengan beberapa kaki,
beberapa memiliki kaki berjumlah tiga puluh atau lebih, dan segmen tubuhnya menopang dua
bagian dari tubuhnya . Hewan jenis ini memiliki kepala cembung dengan daerah epistoma yang
besar dan datar pada bagian bawahnya . Habitatnya adalah di lingkungan yang basah, seperti di
bawah bebatuan, menempel pada lumut, di perakaran pohon, dan di dalam tanah. Tipe mulutnya
adalah pengunyah . Beberapa dari jenis ini merupakan scavenger dan memakan tumbuhan yang
busuk, selain itu ada beberapa yang merupakan hama bagi tanaman.
Biologi Serangga
Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi. Fosil-fosilnya
dapat dirunut hingga ke masa Ordovicius. Fosil kecoa dan capung raksasa primitif telah
ditemukan. Sejumlah anggota Diptera seperti lalat dan nyamuk yang terperangkap pada getah
juga ditemukan.
[sunting] Metamorfosis pada Serangga
Hewan ini juga merupakan contoh klasik metamorfosis. Setiap serangga mengalami proses
perubahan bentuk dari telur hingga ke bentuk dewasa yang siap melakukan reproduksi.
Pergantian tahap bentuk tubuh ini seringkali sangat dramatis. Di dalam tiap tahap juga terjadi
proses "pergantian kulit" yang biasa disebut proses pelungsungan. Tahap-tahap ini disebut instar.
Ordo-ordo serangga seringkali dicirikan oleh tipe metamorfosisnya.
Morfologi Serangga
Secara morfologi, tubuh serangga dewasa dapat dibedakan menjadi tiga bagian utama, sementara
bentuk pradewasa biasanya menyerupai moyangnya, hewan lunak beruas mirip cacing. Ketiga
bagian tubuh serangga dewasa adalah kepala (caput), dada (thorax), dan perut (abdomen).
Peran serangga
Banyak serangga yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, diantaranya yaitu sebagai organisme
pembusuk dan pengurai termasuk limbah, sebagai objek estetika dan wisata, bermanfaan pada
proses penyerbukan maupun sebagai musuh alami hama tanaman, pakan hewan (burung) yang
bernilai ekonomi tinggi , penghasil madu (dari genus Apis) dll.